Asuhan-Kebidanan-Ibu-Hamil-Pada-Ny ... - Digital Library UNS

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan merupakan proses fisiologis mulai dari konsepsi, nidasi sampai lahirnya janin. Kehamilan normal berlangsung selama 40 minggu dan dibagi dalam 3 trimester, yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai minggu ke- 12, trimester kedua dari minggu ke- 13 sampai ke- 27, trimester ketiga dari minggu ke- 28 sampai ke- 40 (Saifuddin, 2009). Pemeriksaan dan pengawasan terhadap kehamilan perlu dilakukan secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan kondisi fisik dan mental ibu selama kehamilan secara optimal serta mendeteksi dini adanya tanda bahaya maupun komplikasi (Marmi,2011). Salah satu komplikasi yang terjadi pada kehamilan adalah perdarahan. Pada kehamilan trimester pertama perdarahan sering disebabkan oleh abortus (Saifuddin, 2009). 2. Abortus a. Pengertian Natonal Center for Health Statistics, Centers of Disease Control and Prevention, dan World Health Organization mendefinisikan 5

Transcript of Asuhan-Kebidanan-Ibu-Hamil-Pada-Ny ... - Digital Library UNS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kehamilan Normal

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

merupakan proses fisiologis mulai dari konsepsi, nidasi sampai

lahirnya janin. Kehamilan normal berlangsung selama 40 minggu dan

dibagi dalam 3 trimester, yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi

sampai minggu ke- 12, trimester kedua dari minggu ke- 13 sampai ke-

27, trimester ketiga dari minggu ke- 28 sampai ke- 40 (Saifuddin,

2009).

Pemeriksaan dan pengawasan terhadap kehamilan perlu dilakukan

secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan kondisi fisik dan

mental ibu selama kehamilan secara optimal serta mendeteksi dini

adanya tanda bahaya maupun komplikasi (Marmi,2011).

Salah satu komplikasi yang terjadi pada kehamilan adalah

perdarahan. Pada kehamilan trimester pertama perdarahan sering

disebabkan oleh abortus (Saifuddin, 2009).

2. Abortus

a. Pengertian

Natonal Center for Health Statistics, Centers of Disease Control

and Prevention, dan World Health Organization mendefinisikan

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

abortus sebagai berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20

minggu atau berat lahir janin kurang dari 500 gram (Cunningham,

2013).

b. Klasifikasi

1) Abortus imminen yaitu apabila terjadi perdarahan tanpa adanya

pembukaan serviks (Cunningham, 2013).

2) Abortus insipien yaitu apabila terjadi perdarahan dan sudah ada

pembukaan serviks (Nugroho, 2012).

3) Abortus incompletus yaitu keluarnya sebagian hasil konsepsi

dari dalam rahim dengan masih ada sisa hasil konsepsi di dalam

rahim (Fauziyah, 2012).

4) Abortus completus yaitu keluarnya hasil konsepsi secara

keseluruhan dari dalam rahim (Norwitz, 2008).

5) Missed abortion yaitu ditandai dengan kematian janin pada usia

kehamilan kurang dari 20 minggu dan masih ada di dalam rahim

sampai 8 minggu atau lebih (Nugroho,2012).

6) Abortus habitualis yaitu abortus yang terjadi tiga kali berturut-

turut atau lebih (Saifuddin, 2009).

7) Abortus infeksiosa yaitu abortus yang di sertai infeksi pada alat

genitalia (Saifuddin, 2009).

8) Abortus septik yaitu abortus yang di sertai penyebaran infeksi

pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau

peritonitis) (Saifuddin, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Abortus Incompletus

a. Pengertian

Abortus incompletus adalah keluarnya sebagian hasil konsepsi dari

dalam rahim dengan masih ada sisa hasil konsepsi di dalam rahim.

(Saifuddin, 2009).

b. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus adalah :

1) Faktor janin yaitu kelainan perkembangan janin, blighted ovum

dan kelainan genetik (Cunningham, 2013).

2) Faktor Maternal

a) Infeksi oleh agen infeksius seperti TORCH

(Toxosoplasmosis, Rubella, Cytomegalo virus dan Herpes

simpleks virus) (Manuaba, 2010).

b) Kelainan endokrin seperti gangguan kelenjar tiroid dan

diabetes mellitus (Manuaba 2010).

c) Kelainan anatomi ibu seperti serviks inkompeten dan

mioma uteri. Mioma uteri menyebabkan gangguan

implantasi pada janin, sehingga memicu terjadinya abortus

(Manuaba, 2010).

d) Penyakit kronis seperti hipertensi, nefritis, anemia berat,

jantung, toxemia gravidarum, gangguan fisiologis (syok)

dan trauma fisik (Sujiyatini, 2009)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

3) Faktor ekternal

a) Radiasi dapat menyebabkan kelainan perkembangan janin

dan kematian janin (Nugroho, 2012).

b) Pada kehamilan penggunaan obat antiinflamasi disekitar

waktu implantasi janin dapat meningkatkan resiko abortus

(Fauziyah, 2012).

c) Kebiasaan ibu hamil seperti merokok lebih dari 10 batang

perhari, konsumsi alkohol dan kafein dapat meningkatkan

resiko abortus (Fauziyah, 2012).

c. Patofisiologi

Pada abortus incompletus terjadi perdarahan dalam desidua basalis

dan diikuti nekrosis jaringan disekitar tempat perdarahan.

Kemudian sebagian hasil konsepsi terlepas dan menjadi benda

asing yang merangsang terjadinya kontraksi rahim dan

mengakibatkan pengeluaran hasil konsepsi (Sofian, 2013).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Gambar 2.1 Bagan Patofisiologi Abortus Incompletus

Sumber : Diolah dari Manuaba (2010) dan Sofian (2013)

d. Keluhan Subyektif

Biasanya ibu mengeluhkan mengalami nyeri perut pada bagian

bawah, perdarahan pervaginam dan keluarnya sebagian hasil

konsepsi (jaringan) dari jalan lahir (Sofian, 2013). Perdarahan

pervaginam merupakan keluhan yang paling sering terjadi (Norwitz,

2008). Perdarahan yang terjadi dapat sedikit atau banyak (Sofian,

Kehamilan

Faktor risiko abortus : 1. Faktor janin 2. Faktor maternal 3. Faktor paternal

Abortus spontan

Trias gejala klinik : 1. Kram, nyeri perut 2. Perdarahan 3. Ekspulsi jaringan

Perlekatan yang lebih dalam dari vili korialis pada lapisan desidua

Hasil konsepsi terlepas sebagian

Mekanisme pengeluaran sisa hasil

konsepsi

Abortus Incompletus

1. Nyeri hebat 2. Perdarahan banyak 3. Ekspulsi jaringan 4. Kanalis servikalis terbuka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2013). Perdarahan sedikit yaitu warna merah segar, tanpa bekuan

darah, bercampur lendir dan tidak memenuhi pembalut dalam

waktu lima menit. Sedangkan perdarahan banyak yaitu warna merah

terang, bekuan darah, dapat memenuhi pembalut dalam waktu lima

menit dan ibu tampak pucat (Tiar, 2011).

e. Tanda klinis

Tiga tanda klinis dari abortus incompletus adalah nyeri pada

perut bagian bawah yang hebat dan intermitten, perdarahan

pervaginam sedikit atau banyak dan keluarnya sebagian hasil

konsepsi (jaringan) dari rahim (Saifuddin, 2009 dan Manuaba,

2010).

Pada pemeriksaan bimanual sudah ada pembukaan serviks dan

teraba sisa jaringan hasil konsepsi dalam ostium uteri eksternum

(OUE) (Sofian, 2013 dan Saifuddin, 2009). Pada pemeriksaan

palpasi abdomen rahim teraba lebih kecil dan tidak sesuai dengan

usia kehamilan (Sofian, 2013).

f. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah

(Hemoglobin, hematokrit, trombosit dan golongan darah) (Tiar,

2011 dan Manuaba, 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) tampak kantung kehamilan

dalam keadaan tidak utuh atau sisa jaringan hasil konsepsi di

dalam rahim (Saifuddin, 2009).

g. Prognosis

Prognosis dari keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi

abortus spontan. Pada perbaikan endokrin yang abnormal

mempunyai prognosis yang baik sekitar lebih dari 90%. Sedang

pada wanita yang mengalami abortus dengan etiologi yang tidak di

ketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40% sampai

80% (Valley, 2006).

h. Komplikasi

1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan mengeluarkan sisa jaringan hasil

konsepsi secara keseluruhan dari dalam rahim (Sujiyatini, 2009).

2) Perforasi

Perforasi rahim setelah kuretase dapat tejadi terutama apabila

rahim dalam posisi hiperretrofleksi. Apabila hal ini terjadi, harus

segera dilakukan laparatomi untuk menentukan bentuk dan luas

dari perforasi (Nugroho, 2011).

3) Infeksi

Infeksi dapat terjadi apabila dalam penatalaksanaan dikerjakan

tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis (Saifuddin, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

4) Syok

Syok dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik) (Sujiyatini, 2009).

i. Penatalaksaan pada abortus incompletus

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013

tentang pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional, pasal

8 menyebutkan “Apabila disuatu kecamatan tidak terdapat dokter

berdasarkan penetapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota

setempat. BPJS kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan

dan/atau praktik perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan

tingkat pertama sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan”. Salah satu jenis pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang dimaksud tercantum pada pasal 17

ayat 1 yaitu kasus medis yang membutuhkan penanganan awal

sebelum dilakukan rujukan (Permenkes RI, 2013). Dalam kondisi

kegawatdaruratan yang harus dilakukan bidan dalam menangani

kasus abortus incompletus adalah :

1) Dalam keadaan gawat darurat karena perdarahan, pasang infus

(laktat ringer, glukosa ringer, larutan garam normal/fisiologi,

larutan glukosa 5% atau 10%) untuk memulihkan keadaan

umum (Manuaba, 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2) Lakukan pemeriksaan dalam dan apabila memungkinan lakukan

pengeluaran sisa jaringan hasil konsepsi secara digital, sehingga

perdarahan dapat sedikit teratasi (Manuaba, 2008).

3) Lakukan kuretase (Manuaba, 2010). Sebelum dilakukan

kuretase ada beberapa hal yang perlu di siapkan yaitu :

(1) Persiapan pasien yaitu pemeriksaan fisik secara umum,

menganjurkan pasien untuk berpuasa tujuh sampai delapan

jam yang bertujuan menghindari aspirasi lambung dan

melakukan skeren (pemotongan rambut pubis) (Saifuddin,

2009).

(2) Persiapan obat-obatan meliputi analgesik (pethidin 1-2

mg/kg BB, Ketamin HCl 0,5 mg/kg BB), sedativa

(diazepam 5-10 mg dengan dosis 0,04-0,2 mg/kgBB I.V),

oksigen dengan regulator dan larutan antiseptik (povidon

iodin 10%) (Saifuddin, 2009 dan Mansjoer, 2009).

(3) Persiapan alat yang akan digunakan meliputi cunam

tampon 1, cunam peluru atau tenakulum 1, klem ovum

lurus dan lengkung 2, sendok kuret 1 set, penera kavum

uteri (sondage) 1, spekulum sim’s atau L 2 , kateter karet

1, tabung 5 ml, jarum suntik no. 23 sekali pakai 2 dan

dilatator, sarung tangan steril 4 pasang, bengkok, mangkok

logam 2 dan lampu (Saifuddin, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(4) Tindakan kuretase

(a) Pasien berbaring di atas bed gynekologis dalam posisi

litotomi dan membersihkan perut bawah dan lipat

paha dengan larutan antiseptik

(b) Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan

analgesik

(c) Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk

menentukan pembukaan serviks, besar, arah, dan

konsistensi rahim. Periksa juga kemungkinan sulit

atau kondisi patologis lainya

(d) Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan

dengan larutan klorin 0,5%

(e) Pakai sarung tangan steril

(f) Dengan satu tangan masukan spekulum sim’s/L

secara vertikal kedalam vagina, setelah itu putar ke

bawah, sehingga posisi bilah menjadi transversal

(g) Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada

posisinya

(h) Dengan sedikit menarik spekulum bawah (sampai

lumen vagina tampak jelas) masukan bilah spekulum

atas secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas

sehingga serviks tampak jelas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(i) Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada

posisinya

(j) Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan

kapas antiseptik yang dijepit dengan cunam tampon),

tentukan bagian serviks yang akan dijepit (jam 11 dan

13)

(k) Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang

telah ditentukan

(l) Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan

spekulum atas

(m) Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim

dengan sondage uterus, pegang gagang tenakulum,

masukkan klem ovum yang sesuai dengan bukaan

serviks hingga menyentuh fundus (keluarkan dulu

jaringan yang tertahan pada OUE). Apabila

pembukaan serviks cukup besar lakukan pengambilan

jaringan dengan klem ovum (dorong klem dalam

keadaan terbuka hingga menyentuh fundus kemudian

tutup dan tarik). Pilih klem ovum yang mempunyai

permukaan cincin yang halus dan rata, agar tidak

melukai dinding dalam rahim. Keluarkan klem ovum

apabila tidak ada lagi jaringan yang terjepit atau

keluar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

(n) Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan

telunjuk, masukkan ujung sendok kuret (sesuai

lengkung rahim) melalui kanalis servikalis kedalam

rahim hingga menyentuh fundus (untuk mengukur

kedalaman rahim)

(o) Lakukan kuretase pada dinding rahim secara

sistematis dan searah jarum jam sampai bersih

(p) Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang

menggenangi lumen vagina bagian belakang

(q) Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks

(r) Lepaskan spekulum bawah

(s) Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium

patologi (Saifuddin, 2009)

4) Berikan terapi uterotonika dan antibiotik (ampisilin 500 mg

peroral atau doksisiklin 100 mg peroral) untuk menghindari

infeksi (Saifuddin, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Manajemen kebidanan abortus incompletus menurut 7 langkah Varney

a. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

1) Data subjektif

a) Identitas

(1) Umur untuk mengetahui adanya tingkat resiko. Kehamilan

dengan resiko terendah adalah usia 20 sampai 35 tahun

(Affandi, 2011). Kehamilan di atas usia 35 tahun merupakan

faktor resiko terjadinya abortus (Norwitz, 2008).

(2) Pekerjaan untuk mengetahui tingkat pekerjaan/aktifitas yang

berpengaruh pada kehamilan. Aktifitas ibu hamil yang padat

dan berat serta kurangnya waktu istirahat dapat memicu

terjadinya kontraksi rahim sampai abortus (Littler, 2008).

b) Keluhan utama

Keluhan utama ibu yaitu nyeri perut bagian bawah, perdarahan

pervaginam dan keluarnya sebagian hasil konsepsi (jaringan) dari

jalan lahir (Saifuddin, 2009). Perdarahan pervaginam merupakan

keluhan yang paling sering terjadi (Norwitz, 2008). Perdarahan

yang terjadi dapat sedikit atau banyak (Sofian, 2013). Perdarahan

sedikit yaitu warna merah segar, tanpa bekuan darah, bercampur

lendir dan tidak memenuhi pembalut dalam waktu lima menit.

Sedangkan perdarahan banyak yaitu warna merah terang, dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

bekuan darah, dapat memenuhi pembalut dalam waktu lima menit

dan ibu tampak pucat (Tiar, 2011).

c) Riwayat hamil ini

Hari pertama menstruasi terakhir (HPMT) untuk menentukan usia

kehamilan (Varney, 2007). Abortus terjadi sebelum usia

kehamilan 20 minggu (Cunningham, 2013).

d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Data ini untuk mengetahui riwayat abortus, riwayat kehamilan

yang kurang baik, dan masalah kehamilan terdahulu (Saifuddin,

2007).

e) Riwayat keluarga berencana

Pengunaaan kontrasepsi oral atau spermisida tidak menyebabkan

abortus. Namun penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) berkaitan dengan peningkatan kejadian abortus

(Cunningham, 2013).

f) Riwayat kesehatan

Riwayat penyakit sekarang yaitu terjangkitnya infeksi

TORCH (Toxooplasmosis, Rubella, Cytomegalo virus dan Herpes

simpleks virus) (Saifuddin, 2009). Pada kehamilan trimester

pertama infeksi toxoplasmosis dan Cytomegalo virus dapat

menyebabkan abortus, herpes simpleks virus dapat mencegah

implantasi plasenta pada dinding rahim sehingga menjadi faktor

resiko terjadinya abortus dan rubella menyebabkan kelainan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

bawaan pada janin seperti defek pada jantung (Prasetyo, 2010 dan

Saifuddin, 2009).

Riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus ,TBC,

hipertensi, nefritis, anemia berat, jantung, toxemia gravidarum,

gangguan fisiologis (syok), dan trauma fisik dapat memicu

terjadinya abortus (Sujiyatini , 2009 dan Cunningham, 2013).

g) Pola Kebiasaan Sehari-hari

(1) Kebutuhan nutrisi ibu untuk mengetahui frekuensi dan jenis

makanan yang dikonsumsi ibu. Diit yang dianjurkan selama

hamil adalah makanan yang mengandung karbohidrat,

protein, vitamin, mineral, air, asam folat dan zat besi.

Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil yang tidak terpenuhi seperti

pada bulimia dan avitaminosis B atau C menjadi faktor resiko

kejadian abortus. Mengonsumsi buah dan sayuran segar

setiap hari dapat menurunkan resiko abortus (Cunnningham,

2013).

(2) Kebutuhan istirahat/tidur ibu hamil berkaitan dengan pola,

lama dan kemungkinan adanya gangguan tidur (Mudlilah,

2009). Kenyamanan sangat mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan istirahat ibu. Aktivitas ibu hamil yang padat dan

berat serta kurangnya waktu istirahat dapat memicu

terjadinya kontraksi hingga terjadinya abortus (Littler, 2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

(3) Personal hygiene untuk mengetahui ada tidaknya keputihan.

Keputihan yang terjadi selama kehamilan adalah normal,

tetapi apabila keputihan dengan rasa gatal, berbau dengan

jumlah sangat banyak merupakan tanda infeksi. Apabila tidak

segera ditangani akan terjadi perlunakan leher rahim yang

akan berlanjut pada timbulnya kontraksi hingga abortus.

Maka ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dan

kelembaban daerah genetalia (Indriarti, 2008).

(4) Perilaku seksual meliputi frekuensi melakukan hubungan

seksual dengan pasangan dan masalah yang dikeluhkan. Pada

ibu hamil dengan riwayat perdarahan atau abortus tidak

dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual sebelum usia

kehamilan 12 minggu karena dapat menyebabkan kontraksi

rahim sehingga terjadi abortus (Littler, 2008 dan Pantikawati,

2010).

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan umum,

kesadaran dan tanda- tanda vital pasien. Pengukuran tanda – tanda

vital bertujuan untuk menjaga kestabilan hemodinamik (Norwitz,

2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)

(1) Abdomen : inspeksi ukuran perut ibu lebih kecil dari usia

kehamilanya (Sofian, 2013). Palpasi TFU lebih kecil dari usia

kehamilan (Sofian, 2013). Kontraksi kuat dan intermitten

(Manuaba, 2010). Auskultasi DJJ sudah tidak terdengar

(Saifuddin, 2009).

(2) Genetalia : inspeksi tampak perdarahan pervaginam sedikit

atau banyak dan pengeluaran sebagian hasil konsepsi

(jaringan) dari dalam rahim (Saifuddin, 2009). Pemeriksaan

bimanual teraba pembukaan serviks dan kadang teraba sisa

jaringan hasil konsepsi dalam Orifisium Uteri Eksternum

(OUE) (Sofian, 2013).

a) Pemeriksaan Penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah (Hemoglobin,

hematokrit, trombosit dan golongan darah) (Tiar, 2011 dan

Manuaba, 2010).

(2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) : gambaran USG tampak

kantung kehamilan dalam keadaan tidak utuh atau sisa

jaringan hasil konsepsi di dalam rahim (Saifuddin, 2009).

b. Langkah II : Intepretasi data

Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada pasien yaitu Ny. X

GxPxAx umur X tahun.hamil X minggu dengan abortus incompletus.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dasar diagnosa tersebut adalah :

a) Data subjektif

(1) Pernyataan pasien tentang jumlah kehamilan, persalinan dan

keguguran.

(2) Biodata yang berhubungan dengan HPMT.

(3) Pernyataan pasien tentang keluhan yang dialami yaitu

perdarahan pervaginam dan nyeri perut perut bagian bawah

yang datang kadang-kadang.

b) Data objektif

(1) Pemeriksaan umum: keadaan umum, kesadaran dan tanda-

tanda vital.

(2) Pemeriksaan khusus obstetri : abdomen (inspeksi, palpasi,

auskultasi) dan genetalia (inspeksi dan pemeriksaan bimanual).

(3) Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan darah dan pemeriksaan

USG.

Masalah yang muncul pada Ny. X dengan abortus incompletus

berkaitan dengan kecemasan pasien terhadap perdarahan yang dialami

dan keadaan janinnya (Indriarti, 2008).

Kebutuhan yang muncul pada Ny. X dengan abortus incompletus

adalah informasi mengenai keadaan kehamilan ibu dan penatalaksanaan

yang akan dilakukan terhadap kehamilan ibu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

c. Langkah III : Identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan

antisipasi penanganan

Diagnosis potensial pada ibu hamil dengan abortus incompletus

adalah terjadinya perdarahan lebih lanjut (Saifuddin, 2009).

Antisipasi yang dilakukan bidan adalah dengan mengobservasi

keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan pervaginam

(Saifuddin, 2009).

d. Langkah IV : Kebutuhan terhadap tindakan segera

Melaksanakan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi

(cairan infus) dan pelaksanaan tindakan kuretase (Manuaba, 2010).

e. Langkah V : Rencana asuhan yang menyeluruh

1) Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,

pernapasan dan suhu) dan perdarahan pervaginam untuk

menentukan pertolongan segera pada pasien (Saifuddin, 2009).

2) Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang keadaan kehamilan

dan tindakan yang dilakukan karena pemahaman mengenai kondisi

dan penatalaksanaan dapat mengurangi kecemasan (Saifuddin,

2007).

3) Berikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau

keluarga dalam perawatan. Pendamping yang mendukung dapat

membantu ibu untuk berani menghadapi kecemasannya (Saifuddin,

2007).

4) Berikan lembar persetujuan (informed concent).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

5) Pasien dianjurkan untuk berpuasa sekitar tujuh sampai delapan jam.

Tujuan dari pengosongan lambung adalah untuk menghindari

aspirasi (Robby, 2009).

6) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi (cairan

infus) dan pelaksanaan tindakan kuretase (Manuaba, 2010).

f. Langkah VI : Pelaksanaan asuhan dengan efisien dan aman

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dari langkah kelima

dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien, atau anggota tim

kesehatan lainnya (Varney, 2007). Bidan berkolaborasi dengan dokter

SpOG untuk melakukan tindakan kuretase, dimana bidan berperan

sebagai asisten (Varney, 2007).

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan pada kasus abortus incompletus adalah

keadaan umum membaik, tanda- tanda vital dan perdarahan pervaginam

dalam batas normal.

C. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Pasien

1. S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis sebagai langkah 1 Varney. Pada kasus ibu hamil dengan abortus

incompletus data subjektif pada data perkembangan didapatkan dari

wawancara dan observasi langsung dengan pasien, juga bekerja sama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dengan bidan dan dokter SpOG. Pasien akan mengatakan bahwa nyeri

perut bagian bawah dan mengeluarkan darah dari jalan lahir (Sofian,

2013).

2. O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.

Pada kasus ibu hamil dengan abortus incompletus, data objektif

didapat dari hasil pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus obstetri

(inspeksi, palpasi, auskultasi, dan pemeriksaan bimanual) dan pemeriksaan

penunjang (pemeriksaan laboratorium dan USG).

3. A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi dan masalah kebidanan

serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney. Diagnosa kebidanan yang

dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif adalah Ny. X

PXAX umur x tahun dengan riwayat abortus incompletus post kuretase.

4. P: Plan

Penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang

sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif yaitu mengobservasi keadaan

umum , tanda-tanda vital dan perdarahan pervaginam pasien. Tindakan

segera yaitu memberikan cairan intravena untuk memulihkan keadaan

umum pasien. Tindakan secara komprehensif yaitu memberikan terapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

anestesi umum, dan analgesik, uterotonika, antibiotik, analgesik dan

roborantia. Pemberian dukungan moril untuk kembali melakukan aktifitas

sehari-hari dan informasi tentang proses pemulihan yang normal,

perawatan diri, tanda kemungkinan terjadi komplikasi, kembalinya

kesuburan dan keluarga berencana (Tiar, 2011).

(KepMenKes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007).