Post on 03-Apr-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah
swt,tuhan yang maha esa atas limpahan dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan Tugas HUKUM BISNIS
“ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT”. Tugas ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah HUKUM
BISNIS.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen kita yang telah memberi pengarahan
kepada kita,sebagai bahan pertimbangan,kami akan
menjelaskan secara ringkas dan semoga teman-teman
semua bisa memahami apa yang kami jelaskan.
Penulis ,
Shella Afnisa
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................. 1
DAFTAR ISI.................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.........................................3
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Monopoli....................................4
b. Bentuk-Bentuk Monopoli.................................6
c. Perjanjian Yang Dilarang...............................7
d. Kegiatan Yang Dilarang.................................18
e. Posisi Dominan.........................................
25
f. Teori-Teori Hukum Antimonopoli Dalam Sejarah...........
29
g. KPPU(Komisi Pengawas Persaingan Usaha).................
31
2
h. Penegakan Hukum Persaingan Usaha.......................
34
i. Sanksi Terhadap Pelanggaran UU No.5 Tahun 1999.........
36
j. Prosedur Pemeriksaan Perkara Komisi Pengawas...........40
k. UU Melawan Persaingan Tidak Sehat......................
41
l. UU Anti Persaingan Tidak Sehat.........................41
BAB III PENUTUP
a. KESIMPULAN.............................................
42
DAFTAR PUSTAKA..............................................
43
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG1
1http://thedreamers-informatika.blogspot.com/2013/05/makalah-persaingan-usaha-tidak-sehat.html
3
Persaingan harus dipandang sebagai hal yang positif dan
sangat esensial dalam dunia usaha.Dengan persaingan, para
pelaku usaha akan berlomba-lomba untuk terus menerus
memperbaiki produk dan melakukan inovasi atas produk yang
dihasilkan untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Dari
sisi konsumen, mereka akan mempunyai pilihan dalam membeli
produk dengan harga murah dan kualitas terbaik.
Seiring dengan berjalannya usaha para pelaku usaha
mungkin lupa bagaimana bersaing dengan sehat sehingga
muncullah persaingan-persaingan yang tidak sehat dan pada
akhirnya timbul praktek monopoli.
Dengan adanya pratek monopoli pada suatu bidang tertentu,
berarti terbuka kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang
sebesar-besarnya bagi kepentingan kantong sendiri. Disini
monopoli diartikan sebagai kekuasaan menentukan harga,
kualitas dan kuantitas produk yang ditawarkan kepada
masyarakat. Masyarakat tidak pernah diberi kesempatan untuk
menentukan pilihan, baik mengenai harga, mutu maupun jumlah.
Kalau mau silakan dan kalau tidak mau tidak ada pilihan lain.
Itulah citra kurang baik yang ditimbulkan oleh keserakahan
pihak tertentu yang memonopoli suatu bidang.
4
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN MONOPOLI
Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat menurut UU no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli
adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikankepentingan umum.2
Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi
arti kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi
dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa
tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
(pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara
yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan
kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu
persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan
2http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html
5
kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Anti Monopoli.3
Monopoli adalah penguasaan atas produksi , pemasaran
barang atau atas suatu penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku usaha atau satu pelaku usaha4
Monopoli merupakanpenguasaan lebihdari 50% pangsa pasar
atas komoditi tertentu oleh satu atau beberapa gabungan
perusahaan . oleh banyak kalangan, monopoli dinilai sangat
tidak sehat dan mengganggu jalannya mekanisme pasar yang
kompetitif 5
Atau Monopoli dirumuskan juga sebagai suatu tindakan yang
memiliki atau mengontrol bagian besar dari suplai di pasar
atau output dari komoditas tertentu yang dapat mengekang
kompetisi, membatasi kebebasan persagangan, yang memberikan
kepada pemonopoli kekuasaan pengontrolan terhadap Harga
(Black, Henry Campbell, 1968 : 1158)6
3 Ibid, http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html4 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao,“HUKUM LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DANPERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DI INDONESIA”,Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, Hal.255 Abdul Hakim G. Nusantara & Benny K. Harman, “UNDANG-UNDANG ANTIMONOPOLI”,PT. Gramedia Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1999, Hal.26 Munir Fuady ,”HUKUM ANTI MONOPOLI MENYONGSONG ERA PERSAINGAN SEHAT”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung ,1999, Hal.7
6
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan
antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi atau
pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak
jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha7
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Tersebut ditegaskan bahwa tujuan
pembentukannya adalah sebagai berikut 8
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi
ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya
kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil
c. Mencegah praktek monopoli atau persaingan usaha tidak
sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha
d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan
usaha
7 Abdul R, Saliman, “HUKUM BISNIS UNTUK PERUSAHAAN” , Prenada Media Group ,Kencana , Jakarta , 2010 , Hal. 2248 Mangasa Sinurat & Jane Erawati,“ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI DAN BISNIS”, Universitas HKBP Nomensen , Medan , 2010 , Hal. 185
7
Bentuk-Bentuk Monopoli9
Bentuk-bentuk Monopoli yang pada Hakekatnya berbeda-beda
seperti berikut :
1. Monopoli yang diberikan begitu saja oleh pemerintah
kepada swasta berdasarkan Nepotisme
2. Monopoliyang terbentuk karena beberapa pengusaha yang
bersangkutan membentuk Kartel Ofensif
3. Monopoli yang tumbuh karena prakyik persaingan yang nakal
, misalnya pengendalian produk dari hulu sampai hilir.
Lalu yang hilir lainnya didiskriminasi dalam memperoleh
bahan baku yang dikuasainya juga
4. Monopoli yang dibentuk untuk pembentukan dana, yang
penggunaannya adalah untuk sosial dan
dipertanggungjawabkan kepada publik, baik tujuannya tapi
jelek Prosedurnya. Karena berarti memungut pajak tanpa
melalui undang-undang jadi melanggar UUD
5. Monopoli adalah yang diberikan kepadainovator dalam
bentuk oktroi dan paten untuk jangka waktu yang terbatas
6. Monopoli yang terbentuk karena perusahaan yang
bersangkutan selalu menang dalam persaingan yang sudah
dibuat wajar, adil dan fair. Monopoli seperti ini justru
munculkarena unggul dalam segala bidang, produktif dan
efisien
9Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal.31-32
8
7. Monopoli yang dipegang oleh negara dalam bentuk BUMN.
Karena barangnya dianggap penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak
8. Monopoli yang disebabkan karena pembentukan kartel
defenitif, agar persaingan yang sudah saling “memotong
leher” dan sudah saling mematikandapat dihentikan.
Caranya adalah pembentukan kartel defenitif, agar
perusahaan-perusahaan tidak bangkrut. Sifatnya harus
sementara dan setelah dijaga jangan sampai berkembang
menjadi kartel ofensif
RUANG LINGKUP HUKUM ANTI MONOPOLI10
1) Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik
untuk persaingan pasar, yang terdiri dari :
A. PERJANJIAN YANG BERSIFAT OLIGOPOLI
Perjanjian yang bersifat Oligopoli ini dilarang oleh
pasal 4 undang-undang Anti Monopoli. Pasal tersebut
menyatakan sebagai berikut :
1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama
melakukan penguasaan produksi atau pemasaran
10 Munir Fuady, Op.Cit, Hal.9-11
9
barang/jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat11
2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara
bersama-sama melakukan penguasaan produksi atau
pemasaran barang dan jasa, sebagaimana dimaksud
ayat (1), apabila 2(dua) atau 3(tiga) pelaku
usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 75% pangsa pasa satu jenis
barang atau jasa tertentu12
Oligopoli adalah suatu tipe struktur pasar yang mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut13
a. Sedikit perusahaan dan banyak pembeli, yaitu dan
banyak pembeli, yaitu sebagaian besar penawaran
pasar berada ditangan beberapa perusahaan yang
relatif besar dan melakukan penjualan pada banyak
pembeli-pembeli kecil
b. Produk Homogen yaitu produk yang ditawarkan oleh
para pemasok, biasanya dibedakan antara yang satu
dengan yang lain dalam satu atau beberapa hal.
Perbedaan-perbedaan ini mungkin sesuatu yang
bersifat Fisik
c. Pasar yang sulit dimasuki , yaitu besarnya
rintangan-rintangan yang masuk yang mengakibatkan
perusahaan-perusahaan baru sulit untuk memasuki
pasar tersebut
11 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal.11812 Ibid, Hal.11813 Ibid , Hal. 117-118
10
Contoh :
Tiga Perusahaan masing-masing Memproduksi barang A.
Dikatakan terjadi Oligopoli apabila ketiga Perusahaan itu
menguasai Produksi/Pemasaran barang A dan penguasaan itu
menghasilkan pangsa pasar sebesar 75% oleh dua atau tiga
perusahaan .
B. PERJANJIAN PENETAPAN HARGA
Penatapan Harga adalah Kesepakatan di anatara para
penjual yang bersaing dipasar yang sama untuk
menaikkan atau menetapkan harga dengan tujuan
membatasi persaingan diantara mereka dan mendapatkan
keuntungan yang lebih banyak lagi14
a. Penetpan Harga (Price Fixing)
Dapat diartikan sebagai penentuan suatu harga umum
untuk suatu barang atau jasa oleh suatu kelompok
pemasok yang bertindak secara bersama-sama, atau
sebaliknya atas pemasok yang menetapkan harga
secara bebas
b. Diskriminasi Harga (Price Discrimination)
Yaitu penetapan harga kepada suatu konsumen
berbeda dari harga kepada satu konsumen berbeda
dari harga kepada konsumen lain atau suatu barang
atau jasa yang sama dengan alasan yang tidak
terkait dengan biaya Produksi
c. Penetapan Harga Di Bawah Harga Pasar (Predatory
Pricing)14 Ibid, Hal.118-122
11
Adalah suatu strategi yang biasa dilakukan oleh
perusahaan yang dominan untuk menyingkirkan
pesaingnya disuatu pasar dengan cara menetapkan
harga atau harga penjualan yang sangat rendah dan
umumnya dibawah biaya variabel
d. Penetapan Harga Jual Kembali (Resale Price
Maintenance)
Suatu kesepakatan antara pemasok antara pemasok
atau distributor tentang pemasokan barang/jasa
tertentu yang didasarkan pada kondisi kesepakatan
bahwa pihak distributor akan menjual kembali pada
harga yang ditetapkan(secara sepihak) atau
ditentukan oleh pihak pemasok
Dalam teori ilmu hukum anti monopoli dikenal beberapa
macam Diskriminasi Harga yang dilarang, yaitu sebagai
berikut 15
a. Diskriminasi Harga Primer
Suatu Diskriminasi harga yang dilakukan oleh seorang
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya kerugian
bagi pelaku usaha pesaingnya
b. Diskriminasi Harga Sekunder
Suatu Diskriminasi harga yang dilakukan oleh seorang
pelaku usaha yang dapat mempunyai akibat negatif
terhadap para konsumen dari pelaku usaha pesaingnya
c. Diskriminasi Harga Umum
Suatu Diskriminasi Harga yang dilakukan oleh seorang
pelaku usaha tanpa melihat kepada letak Geografisnya15 Munir Fuady, Opp.Cit , Hal. 57-58
12
d. Diskriminasi Harga Geografis
Suatu Diskriminasi harga dimana harga dibeda-bedakan
menurut letak geografisnya
e. Diskriminasi Harga Tingkat Pertama
Dalam Hal ini Perbedaan Harga dasi satu pembeli dengan
pembeli lainnya sangat jauh. Pihak pembeli yang membayar
harga lebih mahal oleh penjual diberikan harga yang
paling mahal yang bisa diberikan kepadanya
f. Diskriminasi Harga Tingkat kedua
Suatu Diskriminasi Harga dimana pihak pembeli yang
membeli pada tingkat harga yang lebih mahal memang
membeli dengan harga termahal yang mungkin diberikan atau
bukan kelompok pembeli yang mau membeli barang tersebut
pada tingkat harga termahal
g. Diskriminasi Harga secara Langsung
Suatu Diskriminasi Harga yang diberikan oleh seorang
penjual kepada para pembeli dimana kelihatan dari
harganya secara Nominal memang berbeda terhadap satu
pembeli dangan pembeli lainnya
h. Diskriminasi Harga secara tidak langsung
Suatu Diskriminasi Harga Kepada para pembeli dimana harga
nominalnya tidak sama
C. PERJANJIAN PEMBAGIAN WILAYAH
13
Adalah Melarang pelaku usaha membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya, yang bertujuan untuk membagi
wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang
atau jasa, dengan pengaturan secara “pre se illegal”.
Sehingga dapat mengakibatkan terjadinya Praktik
Monopoli atau terjadinya persaingan tidak sehat16
Agar dapat diterapkan larangan terhadap pelaku
usaha yang melakukan perjanjian pembagian wilayah,
haruslah memenuhi Unsur-unsur sebagai berikut 17
1. Dibuatnya suatu perjanjian (baik bersifat Vertikal
atau pun Horizontal)
2. Perjanjian tersebut dibuat dengan usaha pesaing
3. Tujuannya adalah untuk membagi wilayah pemasaran
atau alokasi pasar
4. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau pesaingan usaha tidak
sehat
Dalam pembagian wilayah secara Horizontal, ada
pembagian wilayah yang tidak termasuk dalam pembagian
yang dilarang, yakni pembagian wilayah pasar yang
secara de facto dibenarkan, yaitu sebagai berikut 18
Pembagian Pasar Territorial
Dalam Hal ini yang dibagiTeritorial adalah Pasar.
Misalnya Seorang pelakuusaha mendapat Hak untuk
beroperasi di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat,
Sementara pelaku Kompetitornya mendapat hak untuk
16 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 12217 Munir Fuady, OP.CIT, Hal. 6118 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 124
14
beroperasi di Jakarta Timur , Jakarta Barat dan
Jakarta Selatan
Pembagian Pasar Konsumen
Pembagian pasar Konsumen dimaksudkan pembagian
pelanggan dari Produk Konsumen tertentu, sementara
pesaingnya menjadi pelanggan dari produk konsumen
yang lain
Pembagian Pasar Fungsional
Bahwa pasar dibagi menurut Fungsinya. Misaklnya
pasar distribusi barang tertentu diberikan
kepadakelompokpelaku pasar yang satu, sementara
untuk pasar retail barang yang sama diberikan kepada
kelompok pelaku pasar lainnya
Pembagian Pasar Produk
Dalam Pembagian Pasar Produk ini, agar satu
pelakuusaha dengan yang lainnya tidak saling
berkompetisi, maka dibagilah pasar menurut jenis
produkdari suatu garis produksi yang sama. Misalnya
untuk penjualan sparepart mobil merek tertentu,
seorang pelaku usaha memasok suku cadang yang kecil-
kecil, sementara pelaku pasar pesaingnya memasok
suku cadang yang besar-besar
D. PERJANJIAN PEMBOIKOTAN
Boikot dapat diartikan sebagai Pelarangan Impor atau
ekspor tertentu atau Pelarangan sama sekali
15
melakukan perdagangan Internasional dengan negara
tertentu oleh negara-negara lain19
Ada dua macam perjanjian yang dilarang oleh pasal 10
dari undang-undang Anti Monopoli sehubungan dengan
pemboikotan tersebut, yaitu sebagai berikut 20
a) Perjanjian yang dapat menghalangi pelaku usaha
lain (Pihak Ketiga) untuk melakukan usaha yang
sama
b) Perjanjian untuk menolak menjual setiap barang
atau Jasa dari pelaku usaha lain (Pihak
Ketiga), Jika :
i. Merugikan atau dapat diduga akan merugikan
pelaku usaha lain tersebut
ii. Membatasi Pelaku Usaha lain dalam menjual
atau Jasa dari pasar yang bersangkutan
E. PERJANJIAN KARTEL
Perjanjian Vertikal adalah suatu kerja sama
dari Produsen-Produsen Produk tertentu yang
bertujuan untuk menguasai produksi, penjualan dan 19 Ibid, Hal. 12520 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 63
16
harga, untuk melakukan monopoli terhadap komoditas
atau industri tertentu . Ada juga yang mengartikan
sebagai suatu Asosiasi berdasarkan suatu kontrak di
antara Perusahaan-Perusahaan yang mempunyai
kepentingan yang sama , yang sama untuk mencegah
adanya suatu kompetisi yang tajam dan untuk
mengalokasi pasar, serta untuk mempromosikan
pertukaran pengetahuan hasil dari riset tertentu,
Mempertukarkam hak paten dan standardisasinProduk
tertentu(Black, Henry Campbell, 1968 : 270). 21
F. PERJANJIAN TRUST
Trust adalah perjanjian untuk melakukan kerja sama
dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan
yang lebih besar dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing
perusahaan atau perseroan anggotanya , yang
bertujuan untuk mengontrol produksi atau pemasaran
atas barang dan jasa22
Trust juga dapat diartikan sebagai suatu Kombinasi
dari beberapa Perusahaan atau Industrialis untuk
menciptakan suatu monopoli dengan jalan menetapkan
patokan-patoka harga, memiliki Controlling Stock dan
sebagainya jadi dalam hal ini trust dipersamakan
dengan Kartel (Webster, Noah, 1979 : 1964)23
21 Ibid , Hal. 6322 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 12723 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 64
17
Larangan terhadap perjanjian yang berbentuk Trust
ini kita temukan dalam pasal 12 dari Undang-Undang
Anti Monopoli pasal 12 tersebut selengkapnya
menyatakan sebagai berikut 24
G. PERJANJIAN YANG BERSIFAT OLIGOPSONI
Oligopsoni diartikan sebagai suatu bentuk dari
pemusatan pembeli (buyer concentration), yaitu suatu
pasar dimana beberapa pembeli besar berhadapan
dengan banyak pembeli-pembeli yang kecil. Pembeli-
pembeli yang kuat biasanya mampu mendapatkan
keuntungan dari para pemasok atau penjual dalam
bentuk kredit yang diperpanjang. Oligopsoni ini
adalah perjanjian yang betujuan untuk secara
bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan
pasokan agar dapat mengendalikan harga atas
barang/jasa dlam pasar yang bersangkutan25
Dalam perjanjian yang terbentuknya Oligopsoni yang
dilarang oleh Pasal 13 Undang-Undang Anti Monopoli,
yang menyatakan sebagai berikut26
1) Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk
secara bersama-sama menguasai pembelian atau
24 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 127-12825 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 12826 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 66
18
penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan
harga atas barang atau jasa dalam pasar
bersangkutan, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat
2) Pelaku usaha diduga atau secara bersama-sama
menguasai pembelian atau penerimaan pasokan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila
(2) atau (3) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasailebih dari 75% pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
3)
Yang dimaksud dengan “Presemsi Monopsoni” adalah seseorang dianggp telah membuat perjanjian yang bersifat Monopsoni jika dengan perjanjian tersebut, pelaku usaha tersebut telah menguasai pasar lebih dari 75% pangsa pasar untuk satu jenis produk tertentu. Dalam hal ini pihak pelaku usaha tersebut dapat membuktikan sebaliknya, yakni membuktikan bahwa penguasaan pangsa pasar lebih dari 75% tersebut bukan akibat dari tindakan Monopsoni27
H. PERJANJIAN YANG MENGATUR INTEGRASI VERTIKAL
Integrasi Vertikal yaitu dalam kerangka perjanjian
yang dilarang apabila dapat mengakibatkat terjadinya
pesaingan usaha yang tidak sehat atau merugikan
masyarakat28
27 Ibid, Hal.6728 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 129
19
Tetapi Integrasi Vertikal juga apat diartikan suatu
penguasaan rangkaian proses produksi atas barang
tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses
yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh
pelaku usaha tertentu29
Undang-undang Anti Monopoli juga melarang suatu
perjanjian yang mengatur Integrasi Vertikal melalui
Pasal 14 nyaberbunyi sebagai berikut30
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai
produksi sejumlah produksi yang termasuk dalam
rangkaian produksi barang atau jasa tertentu yang
mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil
pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu
rangkaian langsung maupun tidak langsung yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat atau merugikan masyarakat .
29 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 6730 Ibid, Hal. 68
20
I. PERJANJIAN TERTUTUP
Perjanjian Tertutup adalah perjanjian yang
mengkondisikan bahwa pemasok dari satu produk akan
menjual produknya hanya jika pembeli tidak akan
membeli produk pesaingnya atau pada perspektif lain,
dalam rangka memastikan bahwa seluruh produk
pesaingnya tidak akan disalurkan kepada pihak lain31
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan
memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau
jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada
tempat tertentu32
Tentang perjanjian tertutup in, selengkapnya Pasal
15 tersebut menyatakan sebagai berikut33
1) Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang atau jasa hanya akan
31 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 13032http://ireneaulia.blogspot.com/2013/04/bab-11-anti-monopoli-dan-persaingan.html33 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 69
21
memasok kembali barang atau jasa tersebut kepada
pihak tertentu atu pada tempat tertentu
2) Pelaku usaha dilarangmembuat perjanjian dengan
pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak
yang menerima barang atau jasa tertentu harus
bersedia membeli barang atau jasa lain dari pelaku
usaha pemasok
3) Pelaku usaha dilarang mebuat perjanjian mengenai
harga atau potongan harga tertentu atas barang
atau jasa , yang memuat persyaratan bahwa pelaku
usaha yang menerima barang atau jasa dari pelaku
usaha pemasok :
a. Harus bersedia membeli barang atau jasa lain
dari pelaku usaha pemasok
b. Tidak akan membeli barang atau jasa yang sama
atau sejenis dari pelaku usaha lain yang
menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok
Perjanjian tertutup yang dilarang oleh Undang-Undang Anti
Monopoli tersebut (Vide Pasal 15) adalah sebagai berikut34
1) Penerima produk hanya akan memasok kembali produk
tersebut kepada pihak tertentu saja
2) Penerima produk tidak akan memasok kembali produk
tersebut kepada pihak tersebut
34 Ibid, Hal. 69
22
3) Penerima produk hanya akan memasok kembali produk
tersebut pada tempat tertentu saja
4) Penerima produk tidak akan memasok kembali produk
tersebut pada tempat tertentu
5) Penerima produk harus bersedia membeli produk lain
dari pelaku pemasok tersebut. Inilah yang disebut
dengan Tie-in Arragement atau Trying Arrangement
6) Penerima produk diberikan potongan harga jika
bersedia membeli produk lain dari pelaku pemasok
7) Penerima produk diberikan potongan harga jika
tidak membeli produk dari pelaku pesaing dari
pelaku pemasok
J. PERJANJIAN DENGAN PIHAK LUAR NEGERI
23
Substansi pasal ini sangat sumir, bagaimana jika
perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha
asing yang mengakibatkan persaingan usaha tidak
sehat bukan dalam negeri, melainkan luar negeri yang
juga memiliki undang-undang antimonopoli.
Undang-undang tidak menegaskan tentang dipasar mana
(dosmetik atau asing), sebagai isyarat sah
terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat35
Pasal 16 tersebut menyatakan bahwa 36
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat
35 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 13236 Ibid, Hal. 132
24
2) Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik
untuk persaingan pasar, yang meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut
A. KEGIATAN MONOPOLI
Monopoli adalah suatu penguasaan atas produksi atau
pemasaran barang dan penggunaan jasa tertentu oleh
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
Sementara yang dimaksud dengan Praktik Monopoli
adalah pemusatankekuatan ekonomi oleh satu atau
lebih pelaku usaha yang mengakibatkandikuasainya
produksi atau pemasaran atas barang atau jasa
tertentu sehingga menimbulkan persaingan uaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum37
Larangan kegiatan monopoli diatur dalam pasal 17
ayat (1) dan (2) sebagai berikut38
1. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas
produksi atau pemasaran barang atau jasa yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
persaingan usaha tidak sehat
2. Pelaku usaha dapat diduga atau dianggap
melakukan penguasaan atas produksi atau 37 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 7538 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao , Op. Cit , Hal. 134-135
25
pemasaran barang atau jasa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) apabila:
a. Barang atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat
masuk kedalam persaingan usaha barang atau
jasa yang sama
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu
Indikasi yang dapat menunjukkan terjadinya pelanggaran
terhadap Undang-undang Anti Monopoli adalah sebagai
berikut39
Adanya kesepakatan yang dibuat dua penjual atau
lebih dari produk sejenis. Kesepakatan ini dapat
meliputi kesepakatan untuk menetapkan harga jual
bersama, kesepakatan membatasi jumlah produk yang
dijualnya, atau hanya menjual pada area tertentu
atau pada pelanggan tertentu saja
Adanya kenaikan harga secara serentak oleh beberapa
penjual produk sejenis walaupun lain merek,
39 Ibid, Hal. 133
26
khususnya jika besaran kenaikan harga ini sama atau
setidaknya hampir sama
Adanya pernyataan penjual, “Kami tidak dapat menjual
kepada anda. Sesuai perjanjian, hanya si X yang
boleh menjual kepada Anda”
Dalam Hal pelaksanaan tender, ada kesepakatan dari
peserta tender untuk memenangkan peserta tender
tertentu. Perusahaan yang sama berulang kali
memenangkan tender serupa dan peserta tender yang
kalah mendapatkan sebagian keuntungan (fee) dari
pemenang tender. Atau pemenang tender bergilir dari
satu perusahaan ke perusahaan lain, dari satu tender
ke tender lain
Adanya keseragam harga un tuk produk atau jasa
sejenis
Adanya pembagian pasar atau lokasi penjualan bagi
produk sejenis
Presumsi monopoli tersebut menyatakan bahwa oleh hukum
dianggap telah terjadi suatu monopoli atau persaingan
curang, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya dalam hal
terpenuhinya salah satu kriteria berikut ini :
1. Produk yang bersangkutan belum ada subsitusinya
2. Pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha terhadap produk yang sama
3. Pelaku usaha lain tersebut adalah pelaku usaha yang
mempunyai kemampuan bersaing yang signifikan dalam
pasar yang bersangkutan
27
4. Satu Pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
telah menguasai lebih dari 50% pangsa pasar dari
satu jenis produk tertentu
B. KEGIATAN MONOPSONI
Monopsoniadalah suatu bentukpemusatan pembeli
(buyer concentration) yaitu suatu situasi pasar (market)
dimana seorang pembeli tunggal dihadapkan dengan
banyak pemasokan kecil. Pada prinsipnya Monopsoni
adalah penguasaan penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang atau jasa dalam pasar
yang bersangkutan . singkatnya bahwa Monopsoni
adalah keadaan pasar yang tidak seimbang yang
dikuasai oleh seorang pembeli40
Ketentuan yang mengatur Monopsoni tercantum dalam
Pasal 18 ayat (1) dan (2) undang-undang anti
monopoli sebagai berikut41
1. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas
barang dan jasa dalam pasar bersangkutan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli atau persaingan tidak sehat
2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap
menguasai penerimaan pasokan atau menjadi 40 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 13541 Ibid , Hal. 135
28
pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
C. PENGUASAAN PANGSA PASAR
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 tidak ditegaskan
pengertian larangan penguasaan pasar, namun
Undnag-undang melarang pelaku usaha melakukan
kegiatan penguasaan pasar ini, baik sendiri maupun
bersama pelaku usaha lain, karena dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat, yang meliputi hal-
hal pokok sebagai berikut42
42 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 136
29
Menolak dan menghalangi pelaku usaha tertentu
untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan
Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku
usaha pesaing untuk melakukan hubungan usaha
dengan pelaku usaha pesaingnya itu
Membatasi peredaran bahan atau penjualan barang
atau jasa pada pasar bersangkutan
Melakukan Praktik Diskriminasi terhadap pelaku
usaha tertentu
Melakukan pemasok barang atau jasa dengan cara
melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang
rendah untuk menyingkirkan atau mematikan usaha
pesaing
Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian
dari komponen harga barang atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat
30
Tentang penguasaan pasar yang dilarang ini, Pasal 19 20
dan 21 dari Undang-undang Anti Monopoli menyebutkan
sebagai berikut43
Pasal 19
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha
lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat berupa
a. Menolak dan menghalangi pelaku usaha tertentu
untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar yang bersangkutan
b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha
pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha
dengan pelaku usaha pesaingnya
c. Membatasi peredaran dan penjualan barang atau jasa
pada pasar yang bersangkutan
d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku
usaha tertentu
Pasal 20
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang
atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau
menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud
untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya
pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan
43 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 79
31
terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat
Pasal 21
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang
menjadi bagian dari komponen harga barang atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tiak sehat
D. PERSEKONGKOLAN
Persekongkolan adalah segala bentuk kerja sama
diantara pelaku usaha, dengan atau tanpa
melibatkan pihak lain pelaku usaha, untuk
memenangkan persaingan secara tidak sehat.
Pengertian persengkolan dalam istilah Pasal 1
angka 8 adalah :
“Bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku
usaha dengan usaha lain dengan maksud untuk
menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan
pelaku usaha yang bersekongkol”44
44 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 138
32
Persekongkolan ini diatur dalam Pasal 22, Pasal
23, dan Pasal 24 Undang-undang Antimonopoli ,
yakni45
Pasal 22
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain untuk mengatur atau menentukan pemenang
tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat
Pasal 23
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha
pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat
Pasal 24
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lainuntuk menghambat produksi dan pemasaran barang
atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud
agar barang atau jasa yang ditawarkan atu dipasok
dipasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari
jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang
dipersyaratkan
Dari pasal-pasal tersebut terlihat bahwa jenis-jenis
persekongkolan yang dilarang oleh Undang-undang Anti
45 Ibid, Hal. 140
33
Monopoli karena dianggap dapat mengakibatkan persaingan
usaha tidak sehat adalah sebagai berikut46
1. Persekongkolan untuk mengatur pemenang tender
Undang-undang Anti Monopoli melarang setiap
persekongkolan oleh pelaku usaha dengan pihak lain
dengan tujuan untuk mengatur atau menentukan pemenang
suatu tender. Hal tersebut jelas merupakan perbuatan
curang dan tidak fair terutama bagi peserta tender
lainnya. Sebab, sudah inherent dalam istilah “tender”
bahwa pemenangnya tidak dapat diatur-atur, melainkan
siapa yang melakukan bid yang baik dialah yang menang.
Karena itu, perbuatan persekongkolan untuk mengatur
atau menentukam pemenang tender dapat mengakibatkan
terjadinya suatu persainagn usaha tidak sehat
2. Persekongkolan untuk memperoleh rahasia perusahaan
Sebagaimana diketahui bahwa yang namanya “rahasia
Perusahaan” adalah properti dari perusahaan yang
bersangkutan. Karena nya tidak boleh dicuri, dibuka
atau dipergunakan oleh orang lain tanpa seizin pihak
perusahaan yang bersangkutan. Ini adalah prinsip hukum
bisnis yang sudah berlaku secara Universal.
3. Persekongkolan untuk menghambat pasokan produk
Salah satu tak-tik tidak sehat dalam berbisnis adalah
berdaya upaya agar produk-produk dari sipesaing
menjadi tidak baik dari segi mutu, jumlah atau
46 Munir Fuady, Op.Cit , Hal. 83
34
ketepatan waktu ketersediaan waktu yang telah
dipersyaratkan
3) Posisi dominan dipasar yang meliputi sebagai berikut :
Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti dipasar yang bersangkutan
dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau
pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara
pesaingnya dipasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau
penjualan serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau
permintaan barang atau jasa tertentu.
Tentang pelarangan posisi dominan ini , Pasal 25 26 27
28 dan 29 , yang dilarang dalam posisi dominan dipasar
ini adalah sebagai berikut 47
A. POSISI DOMINAN YANG BERSIFAT UMUM48
47 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 14448 Ibid, Hal. 144-145
35
Posisi dominan bersifat umum tercantum dalam Pasal 25
ayat (1) dan (2) sebagai berikut :
1. Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk :
a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan
tujuan untuk mencegah atau menghalangi konsumen
memperoleh barang atau jasa yang bersaing baik
dari segi harga maupun kualitas
b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi
c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi
menjadi pesaing untuk memasuki pasar
bersangkutan
2. Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana
dimaksud ayat (1) apabila:
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha menguasai 75% atau lebih pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu
b. Dua atau tiga pelaku atau kelompok pelaku usaha
menguasai 75% atau lebih pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa
B. POSISI DOMINAN JABATAN RANGKAP
Memiliki jabatan rangkap dalam perusahaan-perusahaan
juga berpotensi untuk terjadinya monopoli atau
36
persaingan curang. Karena itu mempunyaijabatan rangkap
yang demikian dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli
lewat pasal 26 yang menyatakan sebagai berikut49
Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi
atau Komisaris dari suatu perusahaan , pad waktu yang
bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau
komisaris pada perusahaan lain. Apabila perusahaan-
perusahaan tersebut 50
a. Berada dalam pasar bersangkutan yang ama
b. Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang atau
jenis usaha
c. Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar
Jabatan rangkap ini dilarang karena posisi demikian
akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan terkait
untuk menghindari pesaing51
49 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 8850 Ibid, Hal. 8851 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 145
37
C. POSISI DOMINAN PEMILIKAN SAHAM MAYORITAS
Kepemilikan saham pada beberapa perusahaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau
persaingan curang dilarang oleh Undang-undang Anti
Monopoli via Pasal 27, Pasal 27 tersebut menyatakan
sebagai berikut52
Pelaku usaha dilarang memiliki saham minoritas pada
beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan
usaha dalam bidang yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa
perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama
pada pasar bersangkutan yang sama, apabila
kepemilikan tersebut mengakibatkan:
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu
b. Dua atau tiga pelaku usaha atu kelompok pelaku
usaha menguasai lebih 75% pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu
52 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 89
38
D. POSISI DOMINAN KARENA PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN
PENGAMBILALIHAN53
Bahwa penggabungan atau peleburan suatu badan usaha
dilarang apabila perbuatan tersebut dapat
mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan tidak
sehat. Secara substansial ada dua hal yang diatur dalam
ketentuan pasal undang-undang I ni :
Penggabungan danPeleburan badan usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya Praltik Monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat Pasal 28 ayat (1)
Pengambilan saham perusahaan lain yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
persaingan tidak sehat, Pasal 28 ayat(2)
Selengkapannya pasal-Pasal yang mengatur posisi
dominan karena Penggabungan , Peleburan dan
Pengambilalihan sebagai beriku :
Pasal 281. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau
peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
53 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 146-148
39
2. Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
3. Keterang lebih lanjut mengenai Penggabungan atau Peleburan badan usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ketentuan mengenai pengambilalihan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 291. Penggabungan atau Peleburan badan usaha , atau
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada komisi , selambat-lambatnya 30 Hari sejak tanggal Penggabungan , Peleburan atau Pengambilalihan tersebut
2. Ketentuan tentang penetapan nilai aset atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
40
TEORI-TEORI HUKUM ANTI MONOPOLI DALAM SEJARAH54
1. Teori Keseimbangan (Balancing)
Teori keseimbang ini lebih menitikberatkan kepada
pertimbangan apakah tindakan yang dilakukan seorang
pelaku pasar lebih menjurus kepada kepada pengebirian
atau bahkan penghancuran persaingan pasar atau sebaliknya
bahkan dapat lebih mempromosikan persaingan tersebut .
2. Teori Per se
Teori ini lebih menitikberatkan kepada struktur pasar
tanpa terlalu memperhitungkan kepentingan ekonomi dan
sosial yang lebih luas.
Pendekatan yang doilakukan oleh penganut-penganut per se
ini merupakan kamu structuralist dengan paham
Structturalimnya. Misalnya pertukaran Informasi harga
antara pihak kompetitor, bagaimanapun juga dianggap
bertentangan dengan hukum anti monopoli .
3. Teori Rule Of Reason
Teori Rule Of reason ini lebih luas dari teori per se.
Teori Rule Of Reason ini lebih berorientasi efisiensi.
Dalam hal ini yang dipertimbangkan oleh hakim bukan hanya
penetapan harga semata-mata seperti dalam teori “Per Se”
melainkan juga dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
54 Munir Fuady, Op.Cit , Hal. 46-50
41
a. Apakah tindakan tersebut mengakibatkan pembatasan
persaingan atau mengatur atau malahan meningkatkan
persaingan
b. Untuk itu harus dipertimbangkan fakta-fakta khusus
yang berlaku untuk bisnis
c. Kondisi sebelum dan setelah terjadi
pengekanganpersaingan
d. Sifat dari pengekangan persaingan
e. Akibatnya terhadap pengekangan persaingan apakah
langsung (pasti) atau hanya penyebab kira-kira saja
4. Analisi Keluaran ( Output Analysis)
Analisis output ini dilakukan dengan cara menganalisis
apakah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha,
misalnya penetapan harga bersama dirancang atau mempunyai
efek yang negatif terhadap persaingan pasar
5. Analisis Kekuatan Pasar (Market Power Analysis)
Analisi s Kekuatan Pasar ini atau disebut juga dengan
analisis struktural merupakan suatu pendekatan dimana
agar suatu tindakan dari pelaku pasar dapat dikatakan
melanggar hukum anti monopoli, maka disamping
dianalisisnterhadap tindakan yang dilakukan itu teapi
juga dilihat kepada kekuatan pasar atau struktur pasar
42
6. Doktrin Pembatasan Tambahan (Ancillary Restraint)
Teori ini mengajarkan kepada kita bahwa ttidak semua
monopoli atau pembatasan persaingan dapat dianggap
bertentangan dengan hukum. Hanya perbuatan-perbuatan yang
mempengaruhi persaingan “Secara langsung dan segera” yang
dapat dianggap bertentangan dengan Hukum. Apabila
efeknya terhadap persaingan pasar terjadi secara “Tidak
langsung” atau hanya merupakan efek sampingan (tambahan)
semata-mata , maka tindakan tersebut, sungguh pun
mempunyai efk negatif terhadap persaingan pasar, tetap
dianggap sebagai tidak bertentangan dengan hukum anti
monopoli.
7. Rule Of Reason yang dikembangkan
Banyak juga usaha-usaha pengembangan terhadap Teori Rule
Of Reason. Sebabnya adalah karena teori per se dianggap
dapat melarang apa yang seharusnya bahkan baikuntuk
kepentingan persaingan, sehingga hal ntersebut dapat
mengakibatkan terjadinya efek pemberantasan anti monopoli
yang over dosis
8. Teori Per se Modern
Tetapi di lain Pihak, teori per se juga banyak
dikembangkan. Misalnya terhadap tindakan penetapan harga
bersama. Dalam hal ini penetapan harga (Harga tetap,
Harga Maksimum atau harga minimum) tetap dianggap
bertentangan dengan hukum dengan sendirinya (per se)
43
tanpa mempertimbangkan lagi efeknya terhadap persaingan
pasar
KOMISI PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA (KPPU) , PENEGAKKAN HUKUM
PERSAINGAN USAHA DAN PROSEDUR PENANGANAN PERKARA
Komisi Pengawasan Persaingan usaha (KPPU) merupakan
komisi negara dam lembaga penegak hukum Indepenen
terhadap praktik persaingan usaha dan pemberi saran
kebijakan persaingan55
Undang-undang Anti Monopoli No. 5 Tahun 1999 telah
membentuk apa yang disebut dengan KOMISI PENGAWAS
PERSAINGAN USAHA, Selanjutnya disebut dengan Komisi
Pengawas. Komisi ini bertanggung jawab langsung kepada
Presiden RI. Karena itu, komisi pengawas ini memperoleh
sumber keuangan dari Anggaran Pendapatan dan belanja
negara atau sumber-sumber lainnya yang diperbolehkan oleh
peraturan perundang-undang56
KPPU merupakan Lembaga Administratif. Sebagai Lembaga
Administratif, KPPU bertindak untuk kepentingan umum.
KPPU berbeda dengan Pengadilan perdata yang menangani Ha-
Hak subjektif perorangan. Oleh karena itu KPPU harus
mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan
perorangan dalam menangani hak-hak subjektif perorangan57
55 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 14956 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 10157 Arus Akbar Silondae & Wirawan B.Ilyas. “Pokok-Pokok Hukum Bisnis” , Salemba Empat , Jakarta , 2011 , Hal. 178
44
V I S I :
Menjadi Lembaga pengawas persaingan usaha yang efektif dan kredibel untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
M I S I :
1. Menegakkan hukum persaingan
2. Menginternalkan nilai-nilai persaingan
3. Membangun kelembagaan yang
58
STATUS KOMISI 59
Secara umum dinyatakan bahwa komisi dibentuk untuk
mengawasi pelaksanaan Undang-undang Praktik Monopoli (Pasal
30). Ditegaskan pula bahwa komisi merupakan lembaga Independen
yang terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah serta Pihak
Lain . Ayat (3) Pasal 30 mengatur bahwa Komisi bertanggung
jawab kepada Presiden
KEANGGOTAAN KOMISI60
Untuk dapat menjadi Anggota Komisi , Persyaratan berikut
harus dipenuhi :
a. WNI, berusia 30-60 pada saat Pengangkatan
b. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945
c. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa58 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 15059 Arie Suswanto , “HUKUM PERSAINGAN USAHA” , Ghalia Indonesia , Katalog Dalam Terbitan (KTD) , Bogor , 2002 , Hal. 9260 Ibid , Hal. 93
45
d. Jujur , Adil , dan berkelakuan Baik
e. Bertempat Tinggal di wilayah Negara RI
f. Berpengalaman dalam bidang usaha atau mempunyai
pengetahuan dan keahlian dibidang Hukum dan Ekonomi
g. Tidak pernah dipidana
h. Tidak pernah dinyatakam Pailit oleh Pengadilan
i. Tidak terafiliasi dengan suatu badan Usaha
Sedangkan Keanggotaan Komisi , akan diberhentikan
karena :
a. Meninggal Dunia
b. Mengundurkan diri atas Permintaan Sendiri
c. Bertempat tinggal diluar wilayah RI
d. Sakit Jasmani dan Rohani terus-menerus
e. Berakhir masa jabatannya
f. Diberhentikan
A. TUGAS KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)61
Sebagaimana yang diperincikan dalam Pasal 35 dari
Undang-Undang Anti Monopoli, Komisi Pengawas mempunyai
tugas-tugas sebagai berikut :
1. Melakukan Penilaian terhadap kontrak-kontrak yang
dapat menimbulkan praktek monopoli dan persaingan
curang
61 Mangasa Sinurat & Jane Erawati , Op. Cit , Hal. 191
46
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha atau
tindakan pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek
monopoli atau persaingan curang
3. Melakukan penilaian terhadap penyalahgunaan posisi
dominan yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan
persaingan curang
4. Mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan
wewenang Komisi Persaingan sebagaimana diatur dalam
undang-undang Anti Monopoli
5. Memberikan saran dan rekomendasi terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli
dan persaingan curang
6. Menyusun pedoman dan publikasi yang berkaitan
dengan undang-undang anti monopoli
7. Mengajukan laporan berkala atas hasil kerja Komisi
Persaingan kepada Presiden RI dan DPR
47
B. WEWENANG KOMISI PENGAWAS62
1. Menerima laporan dari masyarakat atau dari pelaku
usaha tentang dugaan terjadinya praktik monopoli
atau persaingan usaha tidak sehat
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan
usaha ayau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat
3. Melakukan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap
kasus dengan praktik monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau
oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi
sebagai hasil penelitiannya
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan atau pemeriksaan
tentang ada atau tidak adanya praktik monopoli atau
persaingan uaha tidak sehat
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini
6. Memanggil dan menghadirkan saksi , saksi ahli dan
setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggran
terhadap ketentuan undang-undang ini
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku
usaha , saksi , saksi ahli, atau setiap orang
sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f , yang
tidak bersedia memenuhi Panggilan Komisi
62 Abdul R, Saliman, Op.Cit , Hal.229-230
48
8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam
kaitnya dengan penyelidikan atau pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan
undang-undang ini
9. Mendapatkan, meneliti, atau menilai surat , dokumen,
alat bukti lain guna penyelidikan atau pemeriksaan
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat
11. Memberitahukan putusan Komisi kepada Kepala
usaha yang diduga melakukan praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat
12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan
administrratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini
13.
C. PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA
Langkah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
dalam penegakkan hukum persaingan dapat dikatakan telah
menuai keberhasilan lebih baik jika dibanding masa
delapan tahun lalu ketika berdirinya lembaga persaingan
usaha yang independen ini
Sebenarnya penegakkan UU No. 5/1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat
hanyalah salah satu upaya ‘KPPU’ dalam menegakkan
hukum persaingan di Indonesia. Perlu dipahami bahwa
penegakan hukum persaingan semata tidaklah cukup untuk
menciptakan iklim usaha yang sehat. Penegakkan hukum
49
lebih bersifat menimbulkan efek jera bagi pelaku usaha
agar melakukan kegiatan bisnisnya secara Jujur. Akan
tetapi, KPPU ingin lebih jauh dalam hal memberikan
perubahan yang fundamental bagi terciptanya persaingan
usaha yang sehat, yaitu melalui pengembangan kebijakan
persaingan63
Saran dan pertimbangan KPPU merupakan salah satu
upaya yang memberi manfaat terjadinya iklim usaha yang
sehat, sehingga memberi keuntungan bagi kesejahteraan
rakyat atau konsumen. Secara garis besar saran dan
pertimbangan KPPU telah memberikan beberapa manfaat
seperti berikut64
1. Tersediannya harga barang atau Jasa yang wajar
dengan kualitas terbaik
2. Tersediannya Pilihan
3. Terfasilitasinya inovasi
4. Tersediannya kepastian hukum
D. SANKSI TERHADAP PELANGGARAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN
199965
63Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 155-15664 Ibid Hal. 156-15765 Ibid, Hal. 166
50
Sanksi yang dijatuhkam terhadap pelanggaran Undang-
undang No. 5 Tahun 1999, mengenalkan 3 Jenis sanksi
yaitu Tindakan Administratif , Pidana Pokok dan Pidana
Tambahan . Tindakan Administratif dan sanksi pindana
ini dijatuhkan terhadap pelaku usaha yang berbukti
secara hukum telah melakukan suatu pelanggaran yang
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.
1. TINDAKAN ADMINISTRATIF
Tindakan administratif ini diatur dalam Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) yaitu sebagai berikut1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa
tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini
2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:a. Penetapan pembatalan perjanjian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 samapaidengan Pasal 13, Pasal 15 dan Pasal 16
b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
c. Perintah kepada untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktik monopoli atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan merugikanmasyarakat
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan
51
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28
f. Penetapan pembayaran Gantii Rugig. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp.
1000.000.000,00 dan setinggi-tingginya Rp.25.000.000.000,00
2. PIDANA POKOK
Sanksi pidana pokok diatur dalam Pasal 48 ayat(1), (2) dan (3) sebagai berikut :1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal
9 sampai dengan Pasal 14 , Pasal 16 sampaidengan Pasal 19, Pasal 25 , Pasal 27 danPasal 28 diancm pidana denda serendah-rendahnya Rp. 25.000.000.000,00 dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000,00 atau pidanakurungan pengganti denda selama-lamanya ^6Bulan
2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampaodengan Pasal 8, Pasal 15 , Pasal 20 sampaidengan Pasal 24 , dan Pasal 26 Undang-undangini diancam pidana denda serendah-rendahnyaRp. 5.000.000.000,00 dan setinggi-tingginyaRp. 25.000.000.000,00 atau pidana kurunganpengganti denda selama-lamanya 5 hari
3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41Undang-undang ini dincam pidana dendaserndah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00setinggi-tingginya
52
Rp. 5.000.000.000,00 atau pidana kurunganpengganti denda selama-lamanya 3 Bulan
3. Pidana Tambahan
Selain tindakan administratif, sanksi Pidanapokok, dapat juga dikenakan sanksi pidanatambahan terhadap pelaku usaha yang melanggarketentuan undang-undang anti monopoli. Sanksipidana tambahan diatur dalam pasal 49 berikutini
Dengan menunjuk ketentuan pasal 10 kitabundang-undang Hukum pidana (kUHP), terhadappidana sebagaimana diatur dalam pasal 48 dapatdijatuhkan pidana tambahan berupa :a. Pencabutan izin usahab. Larangan kepada pelaku usaha yang telah
terbukti melakukan pelanggaran terhadapundang-undang ini akan menduduki jabatandireksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2tahun dan selama-lamanya 5 tahun
c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentuyang menyebabkan timbulnya kerugian padapihak lain
Ketentuan pengecualian dalam pasal 50 undang-undang
No.5 tahun 1999 dimaksudkan sebagai berikut:
a. Menyeimbangkan kekuatan ekonomi yang tidak
sama, misalnya kegiatan yang dilakukan oleh
Pelaku usaha kecil dalam rangka meningkatkan
53
kekuatan penawarannya ketika menghadapi
pelaku usaha yang memiliki kekuatan ekonomi
yang lebih kuat. Dalam kasus yang demikian
terhadap pelaku usaha kecil, dapat diberikan
pengecualian dalam penerapan hukum persaingan
usaha
b. Mengindari terjadinya keracunan dalam
penerapan Undang-undang No. 5 Tahun 1999
apabila terjadi konflik kepentingan yang
sama-sama ingin di wujudkan melalui kebijakan
yang diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan
c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penerapan
peraturan perundang-undangan, Misalnya
pengecualian bagi beberapa kegiatan lembaga
keuangan untuk mengurangi resiko dan
ketidakpastian. Sektor keuangan perlu dijaga
stabilitasnya mengingat pentingnya peran
sektor keuangan dalam proses pengembangan
ekonomi
d. Melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat(2) , (3)
dan ayat (4) undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945
54
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN PERKARA KOMISI PENGAWAS
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kesulurahan prosedur penanganan perkara oleh komisi pengawas adalah sebagai berikut 66
1. Laporan kepada Komisi Pengawas2. Pemeriksaan Pendahuluan3. Pemeriksaan Lanjutan4. Mendengar keterangan saksi atau si Pelaku dan
memeriksa alat bukti lainnya5. Menyerahkan kepada badan penyidik dalam hal-hal
tertentu6. Memperpanjang pemeriksaan lanjutan7. Memberikan keputusan komisi8. Pemberitahuan keputusan kepada pelaku usaha9. Pelaksanaan keputusan komisi oleh pelaku usaha10. Pelaporan pelaksanaan keputusan komisi oleh
pelaku usaha kepada komisi pengawas11. Menyerahkan kepada Badan penyidik jika putusan
komisi tidak dilaksanakan atau tidak diajukan keberatannya oleh pihak pelaku usaha
12. Badan penyidik melakukan penyidikan, dalam halPasal 44 ayat (5)
13. Pelaku usaha mengajukan keberatan kepada pengadiln Negeri terhadap putusan komisi pengawas
66 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 108-109
55
14. Pengadilan negeri memeriksa keberatan si pelakuusaha
15. Pengadilan Negeri memberikan putusan atas keberatan pelaku usaha
16. Kasasi ke Mahkamah Agung atau Putusan pengadilan negeri
17. Putusan Mahkamah Agung18. Permintaan penetapan Eksekusi kepada Pengadilan
Negeri19. Penetapan Eksekusi oleh Pengadilan Negeri20. Pelaksanaan Eksekusi oleh Pengadilan
Adapun yang merupakan alat-alat bukti untuk Pemeriksaan oleh Komisi adalah sebagai berikut :
1) Keterangan Saksi2) Keterangan Saksi Ahli3) Surat dan Dokumen4) Petunjuk5) Keterangan Pelaku Usaha
UNDANG-UNDANG MELAWAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT
(ACT AGAINST UNFAIR COMPETITION)
Dalam persaingan, perusahaaniprusahaan tidak hanya harus patuh kepada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Cartel Act tetapi juga harus taat pada peraturan-peraturan yang diatur dalam UU Melawan Persaingan Usaha Tidak Sehat tahun 1909 yang telah mengalami beberapa kali perubahan. Peraturan-peraturan mengenai anti persaingan tidak sehat selain diatur dalam UU tentang Anti persaingan tidak sehat juga diatur dalambeberapa peraturan perundang-undangan seperti dalam UU tentangpotongan harga , peraturan tentang bonus , peraturan tentang
56
perjanjian baku, peraturan tentang merek dagang, dan peraturantentang tentang paten. Kalu UU Kartel merupakan produk dari faham liberal-modern yang mengakui bahwa pasar dari dalam dirinya sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk menjamin kebebasan bagi para pelaku pasar bahwa negara harus memberikanjaminan terhadap kebebasan pasar tersebut dengan mengeluarkan pelarangan terhadap merger sebagai upaya terakhir, maka undang-undang anti persaingan tidak sehat memasukkan prinsip-prinsip liberal klasik sehingga dengan demikian negara diharuskan untuk semata-mata menetapkan hukum-hukum yang abstrak sebagai kerangka kerja dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas pasar67
UNDANG-UNDANG ANTI PERSAINGAN TIDAK SEHAT
(THE ACT AGAINST UNFAIR COMPETITION)
Secara garis besar UU ini terbagi atas dua bagian yaitu: pertama ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan praktek-praktek persaingan tidak sehat yang bersifat Horizontal dan kedua, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan praktek-praktek persaingan tidak sehat yang bersifat Vertikal. Larangan terhadap praktek-praktek persaingan tidak sehat yangbersifat Horizontal secara langsung ditunjukankepada pesaing-pesaing. Sedngkan larangan terhadap praktek-praktek persaingantidak sehat yang bersifat Vertikal lebih dimaksudkan untuk mencegah para pesaing secara tidak langsung melalui pelaku-pelaku pasar 68
67 Abdul Hakim G. Nusantara & Benny K. Harman, “UNDANG-UNDANG ANTIMONOPOLI”,PT. Gramedia Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1999, Hal.8368 Abdul Hakim G. Nusantara & Benny K. Harman , Op.Cit , Hal. 84
57
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN69
Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak
jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti
kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu
oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha (pasal 1
ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara yang
dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan
kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu
persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Anti Monopoli.
69http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/anti-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehat/
58
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. 1999. Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan
Sehat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Suharsil &Mohammad Taufik Makarao. 2010. HukumLarangan Praktik
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia. Bogor: Ghalia
Indonesia
Siswanto, Arie. 2002. Hukum Persaingan Usaha. Bogor: Ghalia
Indonesia
Saliman , R. Abdul. 2010. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakrta:
Prenada Media Group
Hakim, Abdul G.N & Benny K. Harman. 1999. Undang-Undang
Antimonopoli. Jakarta: PT.Gramedia Jakarta
Sinurat, M &Jane Erawati. 2010. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan
Bisnis. Medan: Universitas Nomensen
59
Silondae, AA &Wirawan B. Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis .
Jakarta: Salemba Empat
http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-
tidak.html
http://ireneaulia.blogspot.com/2013/04/bab-11-anti-monopoli-dan-
persaingan.html
http://thedreamers-informatika.blogspot.com/2013/05/makalah-
persaingan-usaha-tidak-sehat.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/anti-monopoli-dan-
persaingan-usaha-tidak-sehat/
60