Post on 19-Jan-2016
description
Struktur Otot, Tulang, dan Mekanisme Otot
Yulita Hera (102011132)
Kelompok E3
Fakultas kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510
Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731
E_mail : yulitahera@yahoo.com
Stktur Otot, Tulang, dan Mekanisme Otot
Yulita Hera (102011132)
Kelompok E3
Fakultas kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510
Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731
E_mail : yulitahera@yahoo.com
Pendahuluan
Sendi lutut merupakan persendian yang sangat penting dalam tubuh, karena
selain berfungsi sebagai alat gerak yang cukup tinggi mobilitasnya, juga sebagai
penopang berat tubuh saat berdiri. Hal ini meningkatkan kemungkinan untuk
terjadinya cedera pada daerah tersebut saat beraktifitas, misalnya dapat
menyebabkan osteoporosis. Cedera pada persendian lutut / osteoporosis ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh struktur otot dan tulang, serta mekanisme
kerja otot.
Pada manusia tulang merupakan alat gerak pasif karena tak dapat bergerak sendiri.
Sedangkan otot merupakan alat gerak aktif karena dapat menggerakan tulang. Tulang t idak
dapat berfungsi sebagai a la t gerak j ika t idak digerakan oleh otot . Otot
mampu menggerakan tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi. Sehingga untuk
melakukan suatu gerakkan perlu adanya kerja sama antara otot dan tulang.
Pembahasan
1. Tulang
1.1 Mikroskopik atau histologi Tulang1
Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras dalam tubuh manusia. Sebagai unsur utama
dalam kerangka tubuh, tulang menyokong struktur tubuh yang memiliki daging, melindungi
organ vital dan mempunyai sum-sum tulang dimana sel darah dibentuk. Tulang terdiri dari
bahan intersel yang mengalami klasifikasi, matrik tulang, dan berbagai sel osteosit didalam
matrik, sel osteoblas untuk meresorbsi dan perubahan bentuk jaringan tulang.
Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, merupakan
tempat melekatnya otot –otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat
sum-sum tulang dan saraf yang melindungi jaringan lunak, juga merupakan organ yang
dibutuhkan oleh manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat.
Intinya tulang adalah organ yang kita butuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Ada empat fungsi utama jaringan tulang yaitu fungsi mekanik, fungsi protektif, fungsi
metabolik, dan fungsi hemopetik. Fungsi mekanik adalah sebagai penyokong tubuh dan
tempat melekat jaringan otot untuk pergerakkan, fungsi protektif adalah melindungi
berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sum-sum tulang, fungsi metabolik adalah sebagai
cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang penting seperti kalsium dan fosfat,
fungsi hemopetik adalah berlangsungnya proses pembentukkan dan perkembangan sel
darah.
1.1.1 Jenis-Jenis Tulang
Tubuh kita manusia memiliki 206 tulang-tulang, yang mana dapat dibedakan menjadi Ossa
axialess (80 ossa) dan Ossa appendiculares (126 ossa).
Dimana tulang-tulang ini melayani berbagai macam fungsi-fungsi yang berbeda dalam tubuh
kita. Pertama, tulang-tulang kita menyediakan struktur pada tubuh kita manusia dan
menyediakan bentuknya pada tubuh kita. Tanpa tulang-tulang, tubuh kita akan menjadi
seperti timbunan jaringan-jaringan lunak tanpa struktur, dan kita tidak akan mampu untuk
melakukan berbagai aktivitas kita sehari-hari seperti : berdiri, berjalan ataupun bergerak.
Kedua, tulang-tulang kita mengandung sum-sum tulang (bone marrow), yang membuat dan
menyimpan sel-sel darah baru. Akhirnya, tulang-tulang membantu mengontrol koleksi tubuh
kita dari berbagai protein-protein dan nutrisi-nutrisi termasuk kalsium dan phosphorus.
Jenis tulang dapat dibedakan menjadi :
1.1.1.1 Tulang rawan
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang menghasilkan makris
berupa kondrin. Kondrosit memiliki ruang yang disebut lakuna. Kondrosit didalam lakuna
menerima nutrien dari kapiler darah melalui difusi, karena kapiler darah tidah dapat masuk
kedalam matriks.
Sel-sel dalam tulang rawan yaitu kondroblas, terdapat dilapisan kondrogenik dan aktif
menghasilkan matriks. Kondrosit, mempunyai matrik teritorium, terdapat dalam lacuna atau
rongga-rongga matriks, berkelompok dalam sel nest atau isogen. Fibroblast, terdapat
diperikondrium.
Tulang rawan berkembang dari sel mesenkim. Pada tempat yang akan dibentuk tulang rawan,
sel-sel mesenkim membulat dan berdesakkan unsur serat diletakkan di matriks intersel,
sehingga sel-sel tersebut menghasilkan substansi dasar amorf menjadi kondroblas. Sel-sel
mesenkim berkembang sambil membentuk zat intersel, sel-sel akan berjauhan yang disebut
kondrosit. Mesenkim yang menggelingi massa tulang rawan yang sedang tumbuh akan
terdesak dan menjadi pembungkus tulang rawan yang disebut dengan perikondrium.
Bentuk model tulang rawan itu sesuai dengan bentuk tulang itu kemudian hari, tetapi
berukuran lebih kecil. Model awal tulang rawan terus berkembang melalui penumbuhan
interstitial dan aposisonal. Bertambah panjangnya terjadi melalui penumbuhan interstitial
sedangkan penambahan tebalnya terutama disebabkan oleh penumbuhan aposisional
walaupun ada sebagian akibat dari penumbuhan interstial.
Ada tiga tipe tulang rawan yaitu tulang rawan hialin, merupakan tipe tulang rawan yang
paling banyak terdapat ditubuh manusia dan merupakan tulang penyusun rangka embrio,
yang kemudian akan berkembang menjadi tulang keras. Tulang ini dapat dijumpai pada
hidung, laring, trakea. Tulang rawan serat, tulang serat ini mempunyai matriks berisi berkas
serabut kolagen. Karena kandungan matriksnya, tulang serat bersifat kuat dan kaku, serta
mampu menahan guncangan. Tulang ini dapat dijumpai pada antara ruas tulang belakang, dan
cakram sendi lutut. Tulang rawan elastik, mengandung serabut elastik. Tulang ini dapat
dijumpai pada bagian daun telinga dan epiglotis.
1.1.1.2 Tulang panjang
Disebut juga dengan tulang pipa. Tulang ini dapat dijumpai dalam anggota gerak. Setiap
tulang panjang terdiri atas bagian batang dan dua bagian.
1.1.1.3 Tulang pendek
Contohnya dapat dijumpai pada tulang-tulang karpalia ditangan dan tarsalia dikaki.
Tulang pendek ini sebagian besar terbuat dari jaringan tulang jarang karena diperlukan sifat
yang ringan dan kuat. Tulang-tulang ini diselubungi jaringan padat tipis. Karena kuatnya
maka tulang pendek mampu mendukung seperti tampak pada pergelangan tangan.
1.1.1.4 Tulang pipih
Tulang pipih terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dengan di tenggahnya lapisan
tulang seperti spons. Tulang pipih dijumpai dimana diperlukan perlindungan, seperti pada
tulang tengkorak, tulang inominata, dan tulang panggul atau coxae, iga-iga dan scapsula
(tulang belikat). Tulang pipih menyediakan permukaan luas untuk kaitan otot misalnya
scapsula.
1.2 Struktur tulang2
Tulang keras memiliki dua macam bentuk yaitu tulang kompak yang padat dan keras dan
tulang spons yang berlubang-lubang dan rapuh. Tulang kompak bentuknya padat, keras dan
membentuk perlindungan luar untuk jaringan tulang lainnya. Tulang spons terletak di bagian
dalam dari tulang kompak, rapuh dan memiliki banyak pori atau rongga-rongga. tulang spons
terdapat pada ujung-ujung dari tulang kompak. Jaringan tulang disusun oleh beberapa bentuk
sel tulang, yang terdapat dalam cairan ekstraseluler (matriks) berupa garam-garam anorganik
(sebagain besar berupa kalsium dan fosfor). garam-garam organik inilah yang memberikan
kekuatan pada tulang dan serabut kolagen yang memberikan sifat elastis pada tulang.
1.2 Anatomy tulang
1.2.1 Ekstremitas bawah
Eksremitas bawah mempunyai fungsi khusus, yakni penopang tubuh bagian atas,
pergerakkan, dan penjaga keseimbangan berbeda dengan ekstremitas atas, pergerakkan
ekremitas bawah lebih terbatas, sendi-sendinya lebih kencang dan difiksasi oleh ligamenta
yang kuat. Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal,
dan tulang-tulang phalangs.3
Gambar 1.2.1 ekremitas bawah pada manusia
1.2.1.1 Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih. Masing-
masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium
terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium
terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial.
Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari
pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian
pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan
tulang femur.
1.2.1.2 Femur
Femur / tulang paha termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul
sampai ke lutut. Femur juga merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi
dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah
proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor,
dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral
dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di
bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.
1.2.1.3 Tibia
Tibia /tulang kering ukuranya lebih besar dibandingkan tulang fibula tulang/ betis karena
berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tibia merupakan tulang tungkai bawah
yang letaknya lebih medial dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki
condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan
condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.
Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia
membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
Tulang tibia dilihat dari belakang yaitu meliputi facies articularis superior condylus lateralis,
facies articularis superior condylus medialis, condylus medialis, linea musculi solei, foramen
nutrici, margo intercosseus, margo medialis, suleus malleolaris, malleolus medialis
1.2.1.4 Fibula
Fibula /tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot. Fibula juga merupakan
tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di bagian
proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk
malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal. Tulang fibula dilihat
dari belakang meliputi apex caoitalis fibulae, caput fibulae, facies posterior, crista medialis,
margo posterior, malleolus lateralis, facies artcilaris malleoli.
1.2.1.5 Tarsal
Tarsal /tulang pergelangan kaki termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan
salah satunya adalah tulang tumit. Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi
dengan fibula dan tibia diproksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal,
yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform. Calcaneus berperan sebagai tulang
penyanggah berdiri.
1.2.1.6 Metatarsal.
Metatarsal /tulang telapak kaki merupakan 5 buah tulang yang tersusun mendatar yang
berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di
tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.
1.2.1.7 Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3
phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,
menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.4
2. Otot
2.1 Histologi otot5
Otot adalah spesialisasi kontraki pada tubuh. Melalui kemampuan yang tinggi untuk
berkontraksi, sel-sel otot mampu memendek dan membentuk tegangan, yang akan
menghasilkan gerakkan dan melakukan kerja. Sebagai respon terhadap sinyal listrik otot
mengubah energi kimia ATP menjadi energi mekanis yang dapat bekerja pada lingkungan.
Kontraksi terkontrol otot memungkinkan gerakkan bertujuan tubuh secara keseluruhan atau
bagian-bagian tubuh dalam kaitannya dengan lingkungan , manipulasi benda eksternal,
terdorongnya isi organ -organ berongga, dan penggosongan isi organ tertentu kelingkungan
luar. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan
elasitas. Kontraktibilitas, adalah kemampuan untuk berkontraksi / memendek.
Ekstensibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang
ditimbulkan saat kontraksi. Elastisitas, adalah kemampuan otot untuk kembali pada ukuran
semula setelah berkontraksi.Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan
relaksasi.
2.1.1 Jenis otot
Berdasarkan morfologi dan fungsinya strukturnya otot dibedakan : otot rangka, otot polos,
dan otot jantung.
2.1.1.1 Otot lurik (otot rangka)
Nama lain otot lurik ini adalah otot rangka, otot serat lintang (musculus striated) atau otot
involunter. Otot ini berhubungan dengan tulang sehingga otot ini berfungsi untuk
menggerakan tulang. Otot rangka tersusun atas serabut-serabut otot atau miofibril yang
memiliki banyak inti. Setiap miofibril terdiri dari susunan teratur unsur-unsur sitoskeletol
yang sangat teroganisasi, yaitu adanya filamen tebal dan filamen tipis, yang mana kedunya
ini terutama dibentuk oleh protein aktin.
Jika dilihat dibawah mikroskopik cahaya, sebuah myofibril yang berada dalam keaadan
relaksasi, memperlihatkan pita-pita gelap (pita A) dan pita terang (Pita I) secara bergantian.
Pita A dan pita I terbentuk dari serangkaian tumpukan filamen tebal dan filamen tipis yang
berganti-gantian dan sedikit tumpang tindih. Pita-pita itu terletak secara sejajar satu sama lain
dan secara kolektif menimbulkan gambaran seran lintang (stratied) pada serat otot rangka.
Selama pertumbuhan, otot mengalami peningkatan panjangnya karena penambahan
sarkomer, bukan karena peningkatan peningkatan ukuran sarkomer. Dengan mikroskop
elektron, dapat terlihat jembatan silang yang halus berjalan dari setiap filamen tebal kearah
filamen-filamen tipis disekitarnya didaerah tempat filamen tebal dan tipis bertumpang tindih.
Filamen tipis terdiri dari tiga protein yaitu : molekul aktin, merupakan protein struktural
utama pada filamen tipis, berbentuk sferis. Tulang punggung filamen tipis dibentuk oleh
molekul-molekul tipis yang menyatu menjadi dua untaian dan saling membelit. Molekul
tropomiosin, merupakan protein berbentuk seperti benang yang terletak di sepanjang sisi alur
spiral aktin bersambungan ujung ke ujung. Dalam posisi ini, tropomiosin menutupi bagian-
bagian aktin yang berikatan dangan jembatan silang, sehingga molekul ini menghambat
interaksi yang akan menghasilkan kontraksi otot. Molekul troponin, merupakan molekul
yang membantu molekul tropomiosin distabilkan dalam posisi menghambat. Dan molekul
troponin ini yang mengikat ujung-ujung setiap molekul tropomiosin. Molekul troponin
merupakan suatu kompleks protein yang terdiri dari tiga jenis unit polipetida, satu yang
mengikat tropomiosin, satu lagi mengikat aktin, dan yang lain dapat berikatan dengan
kalsium (Ca++) Troponin dan tropomiosin sering juga disebut sebagai protein regulator.
2.1.1.2 Otot polos (otot volunter)
Nama lain otot polos adalah alat-alat dalam / visceral / musculus nonstriated / otot involunter.
Sel-sel otot polos berukuran kecil dan tidak memiliki seran lintang. Sel-sel otot dapat
ditemukan didinding saluran dan organ berongga. Kontraksi otot ini menimbulkan tekanan
dan mengatur pergerakkan maju isi struktur tersebut. Sel otot berbentuk gelendong dengan
bagian tenggah yang besar dan kedua bagian ujungnya meruncing. Sel otot polos dilapisi oleh
selapus yang disebut sarkolema. Sitoplasma pada sel otot disebut sarkoplasma.2
Otot polos bergerak lambat, teratur dan tidak mudah lelah. Otot polos masih mampu untuk
bekerja walaupun kita dalam keadaan tidur atau istirahat. Apabila otot polos berkontraksi
maka bagian tenggahnya akan membesar sehingga otot akan mengecil.
Dalam otot polos terdapat tiga jenis filamen, yaitu : filamen miosin tebal, filamen aktin
tipis yang tidak memiliki troponin dan tropomiosin, serta filamen ukuran menenggah
(intermediate size) yang khas pada otot polos dan tampaknya tidak berpartisipasi langsung
dalam proses kontraktil, tetapi mungkin berfungsi sebagai bagian dari komponen elastis sel,
sebagai bagian dari jaringan sitoskeleton yang menunjang bentuk sel, atau sebagai bagian
dari keduannya.
Filamen-filamen otot polos tampaknya tidak membentuk myofibril dan tidak tersusun dalam
pola sarkomer. Dengan demikian, sel-sel otot polos tidak memperlihatkan pita-pita atau seran
lintang, sehingga otot ini disebut dengan otot polos. Karena tidak memiliki sarkomer, otot
polos tidak mempunyai garis Z, tetapi memiliki banyak badan padat yang terletak secara
iregular dan mengandung konstituen protein yang sama dengan yang terdapat garis Z.
2.1.1.2 Otot jantung (otot cardiak)
Nama lain otot jantung ini adalah myocardium atau musculus cardiata atau otot involunter.
Otot jantung mempunyai ciri, inti sel berbentuk lonjong hampir persegi empat yang terletak
dipusat sel otot. Batas antara sel yang bersebelahan berupa garis-garis pendek yang disebut
dengan diskus interkalaris. Jaringan ikat mengelingi sel otot. Otot jantung memiliki
percabangan pada serabut ototnya, yang akan mersambungan satu sama lain . Tiap serat otot
terdiri atas filamen-filamen otot, yaitu miosin dan aktin.
Otot jantung hanya dapat ditemukan di jantung. Sebagian serat otot jantung mampu
menghasilkan potensial aksi, yang menyebar keseluruh jantung dengan bantuan gap junction.
Yang khas dari otot jantung adalah serat-serat otot jantung disatukan dalam jaringan
bercabang-cabang dan potensial aksinya memiliki durasi yang jauh lebih lama di potensial
puncak sebelum repolarisasi.
2.2 Anatomy otot
Gambar 2.2.1 gambar otot tungkai bawah kanan tampak depan4
Keterangan gambar
1. m. Fibularis (peroneus) longus
2. m. Fibularis anterior
3. m. Gastrocnemius
4. m. Soleus
5. m. Digitorum longus
6. m. Fibularis brevis
7. m. Extensor digitorum longus
8. m. Extensor hallucis longus
Gambar 2.2.2 otot tungkai bawah kanan tampak belakang4
Keterangan gambar :
1. m. Gastrocnemius lateralis
2. m. Gastrocnemius medialis
3. m. Gastrocnemius tendo
4. m. Soleus
3. Mekanisme kerja otot
Otot yang mendapat rangsangan akan bekaerja dengan cara berkontraksi. Kontraksi otot
ditandai dengan memendeknya otot serta meregangnya dan mengembungnya otot dibagian
tenggah. Apabila otot tidak bekerja maka otot akan kembali mengendur dan beristirahat
(relaksasi). Rangsangan yang diberikan pada otot secara terus menerus menyebabkan
kontraksi terjadi secara mendatar.
Otot dapat berkontraksi karena adanya pemecahan molekul energi yang disebut adenosine
triphosphate (ATP). Untuk aktivitas berat selama 5 menit, sel otot membutuhkan 85 gram
ATP. Pemecahan ikatan kimia ATP ini menghasilkan produk sampingan yaitu adenosine
diphosphate (ADP). Keterbatasan simpanan arealine phosphate dalam sel secara cepat
mengubah ADP kembali menjadi ATP. Energi yang dilepaskan oleh molekul ATP
meningkatkan filamen-filamen protein mendorong otot untuk memendek (berkontraksi).
Mekanisme kerja otot tersebut juga melibatkan kalsium.
Menurut sifat kerjanya, gerak dibedakan menjadi dua macam, yaitu Antagonis (kerja otot
yang berlawanan, adalah kerja otot yang terjadi bila salah satu otot berkontraksi dan otot
yang lain berelaksasi. Dan Sinergik (kerja otot yang bersamaan), adalah gerak beberapa otot
yang searah. Sedangkan Kemampuan gerak otot ada tiga karakteristik yaitu :
Kontraksibilitas, adalah kemampuan otot untuk melakukan perubahan menjadi lebih pendek
dari ukuran semula. Ekstensibilitas, adalah kemampuan otot untuk melakukan perubahan
menjadi lebih panjang dari ukuran semula. Elastisitas, adalah kemampuan otot untuk
kembali keukuran semula setelah melakukan kontraksi / memendek atau relaksasi /
memanjang.
Otot berdasarkan fungsinya pada tubuh dibedakan menjadi otot fleksor dan ekstensor,
digunakan untuk membengkokkan dan meluruskan / merentangkan bagian tubuh. Otot
abductor dan adduktor, digunakan untuk menjauh dan mendekatkan bagian tubuh dari
sumbu otot. Otot depressor dan elefator, digunakan untuk menurunkan dan menaikkan
bagian tubuh. Otot supinator dan pronator, digunakan untuk menengadakan telapak tangan
dan untuk menelengkupkan telapak tangan. Otot dilatators dan konstriktor, digunakan
untuk melebarkan bagian tubuh dan menyempitkan bagian tubuh.7
4. Osteoporosis7
Osteo berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tulang” jadi osteoporosis adalah osteo
(tulang) yang porus adalah (berlubang atau keropos). Osteoporosis adalah suatu kondisi
berkurangnya masa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang.
Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah.Menurut Dr. Robert P. Heaney dalam
Reitz (1993) penyakit osteoporosis paling umum diderita oleh orang yang telah berumur, dan
paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.
Osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang atau disebut juga penyakit tulang rapuh
atau tulang keropos. Osteoporosis diistilahkan juga dengan penyakit silent epidemic
karenasering tidak memberikan gejala hingga akhirnya terjadi fraktur (patah). Osteoporosis
berdasarkan etiologis dapat disegmentasikan menjadi osteoporosis primer dan osteoporosis
sekunder.
Osteoporosis primer merupakan sindrom osteoporosis yang terjadi pada wanita paska
menopause (post menopause osteoporosis) serta juga pada pria berusia lanjut (senile
osteoporosis). Post menopause osteoporosis terjadi karena berkurangnya hormon estrogen
yang bertugas membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Gejalanya bisa
timbul pada usia 51-75 tahun, meskipun tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk
terkena penyakit ini. Sedangkan senile osteoporosis kemungkinan terjadi akibat
berkurangnya kalsium dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan
pembentukan tulang baru.
Sementara osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai hal
antara lain oleh kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D,
gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan.
Proses menurunkan kepadatan tulang secara perlahan ini seringkali tidak menimbulkan
gejala. Itu sebabnya osteoporosis disebut the silent disease. Jika kepadatan tulang sangat
berkurang sehingga tulang menjadi sangat rapuh bahkan hancur, akan timbul nyeri dan
kelainan bentuk tulang.
Osteoporosis dibagi atas 4 stadium, mengenal stadium osteoporosis akan memudahkan kita
menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Stadium 1 dan stadium 2 biasanya tanpa
keluhan sama sekali, tetapi sudah perlu mengambil langkah-langkah pengobatan untuk
mencegah terjadinya kerusakan tulang lebih lanjut . Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat,
yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang dihancurkan. Ini biasanya
terjadi pada usia 30-35 tahun. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan
tulang mulai turun (osteopenia). Pada stadium 3, 45-55 tahun, fraktur biasa timbul sekalipun
hanya dengan sentuhan atau benturan ringan. Sampai pada stadium 4, biasanya diatas 55
tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja,
bergerak, bahkan mengalami stres dan depresi.
4.1 Faktor resiko
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor yang berisiko terkena
osteoporosis, antara lain:
4.1.1 Riwayat keluarga
Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga menderita osteoporosis.
Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada ukuran dan densitas tulang. Wanita yang
mempunyai ibu pernah mengalami patah tulang panggul, dalam usia tua akan dua kali lebih
mudah terkena patah tulang yang sama. Disamping itu keluarga juga berpengaruh dalam hal
kebiasaan makan dan aktifitas fisik.
4.1.2 Jenis kelamin
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen
yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita
punmengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada wanita
postmenopausekerapuhan tulang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pembentukkan
tulang.
4.1.3 Usia
Kehilangan masa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Semakin bertambah
usia, semakin besar risiko mengalami osteoporosis karena tulang menjadi berkurang kekuatan
dan kepadatannya. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia antara 30 sampai
35tahun. Patah tulang meningkat pada wanita usia >45 tahun, sedangkan pada laki-laki patah
tulang baru meningkat pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang sampai 3-6% pertahun
terjadi pada 5-10 tahun pertama pascamenopause. Pada usia lanjut penyusutan terjadi
sebanyak 1% per tahun. Namun, pada wanita yang memiliki faktor risiko penyusutan
dapatterjadi hingga 3% per tahun. Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi penurunan kadar
1,25(OH)2D yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam diet, gangguan
absorpsivitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.
4.1.4 Aktifitas fisik
Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan pembentukan tulang
tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang terlalu berat pada usia menjelang menopause
justrudapat menyebabkan penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat
proses pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin
banyak bergerak dan olah raga, maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akivitas fisik seperti berjalan kaki
padadasarnya memberikan pengaruh melindungi tulang dan menurunkan demineralisasi
tulangkarena pertambahan umur. Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan Gropper
(2000), membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan
tulangspinal. Aktivitas fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada tubuh atau anggota
gerak dan penekanan pada aksis tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari estrogen.
4.1.5 Status gizi
Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang, meskipun hal ini mungkin
lebih berhubungan dengan variabel luar seperti zat gizi dan aktifitas fisik yang tidak teratur.
Perawakan kurus cenderung memiliki bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor
risikoterjadinya kepadatan tulang yang rendah. Hubungan positif terjadi bila berat badan
meningkatdan kepadatan tulang juga meningkat.
4.1.6 Kebiasaan konsumsi asupan kalsium
Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan komponen utama
pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat Ca yang terdapat pada kerangka tulang
orangdewasa kurang lebih 1 kilogram. Penyimpanan mineral dalam tulang akan
mencapai puncaknya (Peak Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada priode PBM
ini jikamassa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat menghindari
terjadinyaosteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian PBM menjadi rendah jika individu
kurang berolahraga, konsumsi Ca rendah, merokok, dan minum alkohol. Kalsium dan
vitamin Ddibutuhkan untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Kalsium juga sangat penting
untuk mengatur kerja jantung, otot, dan fungsi saraf. Semakin bertambahnya usia, tubuh
akansemakin berkurang pula kemampuan menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh karena itu, pria dan
wanita lanjut usia membutuhkan konsumsi kalsium yang lebih banyak. Konsumsi Cayang dianjurkan
National Osteoporosis Foundation (NOF) adalah 1000 mg untuk usia 19-50th dan 1200mg
untuk usia 50th keatas. Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu, keju,mentega, es krim, yoghurt
dan lain ± lain.
4.1.7 Kebiasaan merokok
Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan terkena osteoporosis karena
zatnikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang dan juga membuat kadar dan
aktivitashormone estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat
dalammenghadapi proses pembentukan tulang.
4.1.8 Penyakit diabetes mellitus
Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis. Pemakaian insulin
merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang sehingga meningkatkan
pembentukkankolagen tulang, akibatnya orang yang kekurangan insulin atau resistensi
insulin akan mudah terkena osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat
metabolisme vitaminD dan osteoporosis.
Penutup
Kesimpulan
Hipotesis diterima, bahwa cedera pada persendian lutut dapat disebabkan oleh
struktur otot dan tulang, serta mekanisme kerja otot. Karena struktur otot dan
tulang, serta mekanisme otot saling berkaitan dan ketika melakukan gerakan saling
adanya kerja sama.
Saran
Hindari osteoporosis dengan menjaga kesehatan struktur otot dan tulang, serta mekanisme
kerja otot. Dan berolahraga teratur serta makan makanan bergizi dan menggubah pola buruk
sebelumnya menjadi pola hidup yang baik.
Daftar pusaka
1. Lesson Roland C, Lesson Thomas S, Paparo A Antony. Buku ajar histologi edisi V. Jakarta :
Kedokteran EGC ; 2002
2. Suratun, Heryati, Manurung Santra, Raenah Een. Klien gangguan sistem muskuloskeletal.
Diunduh dari : book Google.co.id, 16 Maret 2011
3. Rohen, Yokochi, Drecoll Lutjen. Atlas anatomy manusia edisi 7. Jakarta : buku
Kedokteran EGC ; 2010
4. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology 5 th ed. US: FA Davis
Company; 2007. p. 104-34.
5. Bloom, Facwett. Buku ajar histologi edisi 12. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2002
6. Chusid J. Neuro anatomi korelatif dan neurologi fungsional edisi4, Yogyakarta :
Gajah Mada University Press ; 2002
7. Tandra hans. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang osteoporosis. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama ; 2009, h.7-9