blok 5-vina

22
Struktur dan Mekanisme Tulang dan Otot Normal Dikaitkan dengan Refleks Vina Cyrilla 102014214, F2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 [email protected] Pendahuluan Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki berbagai macam organ-organ dengan struktur kompleks dan sebagian besar anatomi tubuhnya disusun oleh tulang dan otot. Tulang dan otot merupakan jaringan dalam tubuh yang memiliki massa yang paling besar. 1 Bukan hanya massa, tetapi tulang dan otot berperan penting dalam aktivitas kita sehari-hari. Tulang menopang dan melindungi organ dalam kita, karena itu tulang memiliki struktur yang kaku. Tulang juga merupakan tempat melekatnya otot sedangkan penggerak bagi tulang yang adalah otot yang melekat pada tulang tersebut, dengan kerjasama dari tulang dan otot maka kita dapat bergerak dan berpindah. 2 Manusia dapat melakukan berbagai gerakan juga karena adanya sistem susunan saraf pusat atau otak sebagai pemegang kendali atas seluruh aktivitas. Apabila seseorang terkena rangsangan yang menyakitkan pada permukaan kulitnya maka ia akan melakukan

description

blok 5

Transcript of blok 5-vina

Page 1: blok 5-vina

Struktur dan Mekanisme Tulang dan Otot Normal Dikaitkan dengan Refleks

Vina Cyrilla

102014214, F2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

[email protected]

Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki berbagai macam organ-organ dengan

struktur kompleks dan sebagian besar anatomi tubuhnya disusun oleh tulang dan otot. Tulang

dan otot merupakan jaringan dalam tubuh yang memiliki massa yang paling besar.1 Bukan hanya

massa, tetapi tulang dan otot berperan penting dalam aktivitas kita sehari-hari. Tulang menopang

dan melindungi organ dalam kita, karena itu tulang memiliki struktur yang kaku. Tulang juga

merupakan tempat melekatnya otot sedangkan penggerak bagi tulang yang adalah otot yang

melekat pada tulang tersebut, dengan kerjasama dari tulang dan otot maka kita dapat bergerak

dan berpindah.2

Manusia dapat melakukan berbagai gerakan juga karena adanya sistem susunan saraf

pusat atau otak sebagai pemegang kendali atas seluruh aktivitas. Apabila seseorang terkena

rangsangan yang menyakitkan pada permukaan kulitnya maka ia akan melakukan refleks, yaitu

reaksi terhadap rangsangan dengan memberikan respons yang diatur dengan sedemikian rupa

oleh sistem saraf pusat.

Struktur Tulang Tungkai Bawah

Salah satu bagian dari tubuh manusia yang berperan dalam aktivitas adalah bagian

tungkai bawah. Tungkai bawah berfungsi untuk menyokong tubuh manusia sehingga seseorang

dapat berpindah tempat atau bergerak (berjalan, berlari, dan sebagainya).

Tulang tungkai bawah tersusun atas 2 tulang yaitu tibia dan fibula. Tibia merupakan

tulang yang lebih kuat dibandingkan dengan fibula dan terletak di sisi dalam atau sisi medial.

Ujung atas tibia sangat melebar sehingga menciptakan permukaan yang luas untuk menahan

Page 2: blok 5-vina

berat badan. Bagian ini mempunyai 2 masa menonjol yang disebut condylus medialis dan

condylus lateralis yang permukaannya halus dan berartikulasi dengan condylus femur. Di bawah

condylus pada tibia terdapat penonjolan yang disebut tuberositas tibiae. Condylus lateralis

memiliki permukaan sirkular untuk persendian dengan ujung atas fibula. Batas anterior terletak

persis di bawah kulit dan dapat diraba sebagai penonjolan tulang kering. Batas kedua menghadap

fibula dan merupakan tempat perlekatan membrana interossea cruris yang menghubungkan tibia

dan fibula, seperti hal nya radius dan ulna berhubungan di lengan bawah. Ujung bawah tibia

sedikit melebar dan menjorok ke bawah untuk membentuk malleolus medialis yang mengarah ke

medial dan berartikulasi dengan talus. Ujung bawah tibia juga berartikulasi dengan fibula.3,4

Fibula merupakan tulang yang berbentuk sangat ramping dibanding tibia dan letaknya di

sisi luar tungkai bawah. Kepala fibula mempunyai bidang sirkular yang berartikulasi dengan

condylus lateral dari tibia. Corpus ulna ramping dan membentuk beberapa pinggir tajam, salah

satu pinggir tersebut merupakan tempat perlekatan membrana interossea cruris yang

menghubungkan tibia dan fibula. Ujung bawah fibula menjorok ke bawah melebihi tibia dan

menyebabkan penonjolan tulang pada bagian luar sendi pergelangan kaki yang dikenal sebagai

malleolus lateral yang berartikulasi dengan talus di bagian facies malleolaris lateralis.3

Dalam makalah ini, tulang yang akan dibahas lebih dalam adalah tulang bagian telapak

kaki. Pada telapak kaki terdapat os. calcaneus (tulang terbesar pada telapak kaki), os. talus, ossa

tarsi, ossa metatarsi I-V, ossa sesamoidea, dan phalanges. Talus berartikulasi dengan calcaneus

pada bagian inferiornya; malleolus medialis dari tibia pada bagian superomedial; malleolus

lateralis dari fibula pada bagian lateral; os. naviculare pada bagian distal (caput tali).

Baris proximal pada ossa tarsi dari medial ke lateral adalah os. naviculare dan os.

cuboideum. Baris distal pada ossa tarsi dari medial ke lateral adalah os. cuneiforme mediale, os.

cuneiforme intermedium, os. cuneiforme laterale. Pada ossa metatarsi, ada ciri khas pada os.

metatarsal kelima, yaitu adanya tuberositas ossis metatarsi quinti dan ada ossa sesamoidea pada

bagian inferior capitulum ossis metatarsalis I. Apabila kaki diletakan di lantai maka hanya tiga

tulang yang akan terletak pada lantai, yaitu tuber calcanei, capitulum ossis metatarsi, dan

capitulum ossis metatarsalis V. pada os. pedis terdapat garis-garis, yaitu garis lisfranc yang

berada diantara ossa metarsalia dan ossa tarsi distal dan garis chopart yang berada diantara os.

calcaneus, os. talus, dan ossa tarsi proximal.5

Page 3: blok 5-vina

Gambar 1. Os. Pedis6

Gambar 2. Garis Chopart dan Lisfranc7

Struktur Otot Telapak Kaki

Ada tiga jenis otot yaitu otot skeletal, otot polos dan otot jantung. Makalah ini berfokus

terutama pada otot rangka. Otot telapak kaki dibagi menjadi empat lapis. Lapisan terluar adalah

aponeurosis plantaris yang terletak di sebelah dalam fasia superfisialis pada telapak kaki dan

melapisi lapisan otot pertama. Melekat pada calcaneus di belakang.8,9

Page 4: blok 5-vina

Lapisan pertama dari otot telapak kaki adalah m. abductor hallucis (abduktor dan fleksi

digitus primus), m. flexor digitorum brevis (fleksi keempat jari kaki II-V lateral), dan m.

abductor digiti minimi (abduksi dan fleksi digiti minimi).8-10

Lapisan keduanya adalah Mm. lumbricalis (fleksi phalanges proximales dan ekstensi

phalanges mediae serta distales keempat jari kaki lateral), m. flexor digitorum longus, m.

quadratus plantae (membantu m. flexor digitorum longus mengadakan fleksi keempat jari kaki

lateral), m. hallucis brevis, m. flexor hallucis longus.8-10

Lapisan ketiga adalah m. flexor hallucis brevis (fleksi phalanx proximalis digiti I), m.

adductor hallucis (aduksi digiti primus membantu mempertahankan lengkung kaki transversal),

dan m. flexor digiti minimi brevis (fleksi phalanx proximalis V, membantu fleksi seluruh digiti

minimi).8-10

Lapisan yang terakhir adalah Mm. interossei dorsalis (terdiri dari 4 otot, abduksi jari-jari

kaki II-IV dan fleksi articulations metatarsophalanges), Mm. interossei plantares (terdiri dari 3

otot, aduksi jari-jari kaki II-IV dan fleksi articulations metatarsophalanges), serta tendon

peroneus longus dan m. tibialis superior (plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki; inversi

kaki).8-10

Gambar 3. Otot Telapak Kaki9

Page 5: blok 5-vina

Jaringan Otot dari Aspek Histologis

Jaringan otot pada manusia merupakan jaringan yang jumlahnya dapat mencapai 40%

hingga 50% massa tubuh manusia. Jaringan ini juga sekaligus merupakan jaringan tunggal yang

terbesar di dalam tubuh manusia. Otot berfungsi sebagai transducer atau mesin yang dapat

mengubah energi potensial (kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis). Otot secara umum

memiliki tiga fungsi, antara lain adalah fungsi pergerakan, yaitu untuk menghasilkan pergerakan

pada tulang dimana otot tersebut melekat dan bergerak di dalam bagian-bagian organ internal

tubuh; menopang tubuh dan mempertahankan postur tubuh manusia baik saat duduk maupun di

saat berdiri; memproduksi panas yang digunakan untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh

normal manusia. Selain memiliki fungsi-fungsi tersebut di atas, otot juga memiliki karakteristik

khusus, yaitu kontraktilitas yang berarti serabut otot dapat berkontraksi dan menegang sehingga

menyebabkan otot memendek; eksitabilitas, yaitu meregang bila di tarik; ekstensibilitas, yaitu

memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks; elastisitas, yaitu otot

dapat kembali ke ukurannya semula setelah melakukan kontraksi atau meregang.11,12

Terdapat tiga jenis otot yaitu otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Bentuk serat otot

polos adalah fusiformis dengan inti di tengah. Otot polos memiliki kerja involuntary dan apabila

mengalami kerusakan dapat diperbaiki dengan cara mitosis. Otot polos umumnya terdapat di

dalam organ berlumen seperti pembuluh darah, usus, saluran urin, saluran pernapasan, dan lain-

lain. Otot polos paling panjang ada pada wanita hamil dan paling pendek terdapat pada arteriol

atau venula.13-16

Otot jantung merupakan otot lurik. Bentuk seratnya seperti otot skelet bercorak dan

intinya seperti otot polos, yaitu ditengah serat. Di ventrikel jantung serat otot jantung ada yang

mengalami modifikasi dan berfungsi untuk menyalurkan rangsang, disebut juga serat purkinye.

Otot jantung memiliki kerja involuntary. Pada pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada

pembahasan otot rangka.13-16

Jaringan otot skelet berfungsi untuk menggerakkan skelet (rangka tulang). Bentuk

seratnya silindris panjang dan ujungnya tumpul. Otot lurik bekerja secara voluntary. Otot skelet

paling panjang ada pada m.sartorius. Dengan gambaran mikroskopik, pada sayatan memanjang

Page 6: blok 5-vina

otot kerangka dan otot jantung pada miofibrilnya terdapat garis-garis melintang yang khas

sedangkan pada otot polos tidak.13-16

Otot lurik merupakan sel-sel serabut otot yang memiliki banyak inti atau multinukleus

yang dikelilingi oleh membran plasma yang dapat dirangsang oleh listrik, dan biasa disebut

sarkolema. Masing-masing serat dari otot lurik ini merupakan berkas miofibril yang tersusun

secara sejajar yang terbenam dalam cairan intrasel yang biasa disebut sarkoplasma. Di dalam

sarkoplasma inilah, akan ditemukan berbagai macam zat, seperti glikogen, ATP dan keratin-P,

dan enzim-enzim glikolisis. Otot rangka disebut juga otot lurik karena susunan beraturan

miofilamennya membentuk pola berulang pita yang terang dan pita yang gelap. Masing-masing

unit berulang itulah yang disebut sebagai sarkomer dan merupakan unit fungsional yang bekerja

saat otot melakukan kontraksi maupun relaksasi.12

Gambar 4. Otot Rangka13

Tiap serat otot skelet diliputi endomisium, dan menyusun fasikulus. Tiap fasikulus

diselaputi oleh perimisium. Beberapa fasikulus menyusun muskulus. Muskulus diliputi oleh

epimisium. Jaringan otot skelet ini bercorak. Bentuknya silindris panjang dengan ujung tumpul.

Intinya banyak dan berada di pinggir. Otot ini juga memiliki corak yang berwarna lebih hitam

dan lebih terang karena diakibatkan adanya aktin dan miosin.14,15

Miofibril terbagi lagi menjadi 2 bagian filamen, yaitu filamen tebal dan filamen tipis.

Filamen tebal dari miofibril mengandung protein otot yang disebut miosin, sedangkan filamen

Page 7: blok 5-vina

tipisnya mengandung beberapa protein otot, yaitu aktin, troponin, dan tropomiosin (berbentuk

fibrous). Keempat protein otot inilah yang membentuk struktur miofibril secara keseluruhan dan

berperan dalam proses terjadinya kontraksi dan relaksasi. Selain filamen tebal dan filamen tipis,

ada daerah H, pita I, pita A, garis M, dan garis Z. Pita A merupakan pita yang terlihat gelap

(filamen tebal yang berisi protein miosin), sedangkan pita I merupakan pita yang terlihat terang

(filament tipis yang berisi protein aktin), kedua pita ini bersama-sama membentuk penampakan

gelap-terang pada otot rangka, sehinga terlihat berlurik-lurik. Daerah H merupakan daerah pada

miosin yang tidak dimasuki oleh aktin. Sedangkan yang disebut sebagai 1 sarkomer merupakan

regio yang ada di antara garis Z satu dengan Z yang lainnya.11,15

Dalam otot rangka, terdapat otot merah dan otot putih. Otot merah (tipe I) disebut otot

kerut lambat. Aktivitas enzim ATPase pada miosinnya rendah, mempunyai mioglobin dan

sitokrom. Kecepatan kontraksi dan lama kontraksinya juga lambat sehingga menggunakan asam

lemak sebagai sumber energi utama.17

Otot putih (tipe IIB) memiliki aktivitas enzim ATPase pada miosinnya cepat, tidak

mempunyai mioglobin. Kecepatan kontraksinya cepat dan lama kontraksinya juga singkat. Otot

putih lebih cepat lelah daripada otot merah. Otot putih menggunakan glikogen dan glukosa

sebagai sumber energi.17,18

Bagian dalam sarkolema terdapat selaput (plasmalema) yang terdiri dari dua lapis protein

yang ditengahnya diisi lemak (lipid). Secara umum sarkolema bersifat transparan, kenyal dan

resisten terhadap asam dan alkali. Serat-serat otot kerangka yang bergabung membentuk berkas

serabut otot primer disebut fasikulus, yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat

(endomisium).19

Sarkoplasma mengandung mitokondria, granula glikogen untuk cadangan energy sel,

miofibril untuk penyimpanan O2, ion-ion Kalium, Magnesium, fosfat, dan enzim protein. Di

dalam sarkoplasma terdapat retikulum sarkoplasma yang bersifat agranuler (Smooth ER.) karena

ribosom pada otot kerangka terdapat bebas dari matriks. Pada manusia tiap sarkomer memiliki

dua triad di daerah pertemuan garis A (anisotrop) dan garis I (isotrop). Sarkomer ini berfungsi

menyalurkan impuls dari permukaan otot kerangka ke dalam serabut yang lebih dalam

letaknya.19

Page 9: blok 5-vina

Miofibril dengan mikroskop cahaya miofibril tampak memiliki bagian cerah (pita I) dan

gelap (tipe A), bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia). Inilah yang

memberikan aspek bergaris melintang baik pada otot kerangka maupun otot jantung. Pada satu

serabut otot kerangka terdapat ribuan miofibril, sedangkan tiap miofibril memiliki ratusan

miofilamen yang bersifat submikroskopis.19

Miofilamen terdiri dari 2 macam yaitu filamen tebal dan tipis. Filamen tebal berdiameter

100 Angstrom dan panjangnya 1,5 µm. Filamen ini membentuk pita A dan berisi protein miosin

dan berbentuk globuler. Fungsi dari miosin adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan

memecah ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk kontraksi. Pada kepala

miosin ini berikatan dengan aktin.19

Filamen tipis mempunyai panjangnya 1µ dan diameternya 50 Angstrom, terbagi dua oleh

garis Z. Bentuknya langsing dan elastis. Filamen ini membentuk pita I yang berisi protein aktin.

Aktin dan miosin tersusun sejajar dengan sumbu memanjang serabut otot skelet. Aktin memiliki

monomer yang disebut G-aktin (globuler), monomer-monomer ini kemudian akan

berpolimerisasi menjadi F-aktin yang berbentuk fibrous, F-aktin inilah yang selanjutnya akan

berikatan dengan miosin untuk melaksanakan kontraksi. Pada F-aktin terdapat troponin T, I, C,

dan tropomiosin. Troponin bersifat unik bagi otot lurik karena terdiri atas tiga macam polipeptida

dan ketiganya berbentuk globuler, troponin T atau TpT yang berfungsi untuk mengikat

tropomiosin dan 2 komponen troponin lainnya, troponin I atau TpI yang berfungsi sebagai

inhibitor untuk menghambat terjadinya ikatan antara F-aktin dan miosin dan juga mengikat

komponen-komponen troponin lainnya, dan troponin C atau TpC yang berfungsi sebagai

polipeptida pengikat kalsium dan mampu mengikat sampai 4 molekul ion kalsium.10,14,18,20

Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc berupa garis tipis dan gelap yang

membagi pita I sama rata. Daerah antara 2 garis Z disebut sarkomer yang panjangnya sekitar

1,5µ. Garis H (Helleschreibe) terdapat dalam pita A yang bebas dari unsur aktin. Garis M

(Mittelschreibe) yang membagi miosin tepat terbagi sama rata.19

Gambar 5. Otot Rangka20

Page 10: blok 5-vina

Gambar 6. Sarkomer13

Mekanisme Kerja Otot

Filamen tebal terletak di bagian tengah dari masing-masing sarkomer , terjepit di antara

filamen tipis. Ketika kontraksi otot rangka, aktin dan miosin menggeser melewati satu sama

lain,19 respon terhadap stimulasi saraf, menyebabkan pemendekan sarkomer. Hal ini terjadi dalam

serangkaian langkah, kadang-kadang digambarkan sebagai 'mekanisme ratchet'.3 Banyak ATP

digunakan dalam proses kontraksi.

Sebelumnya ke tahap mekanisme kontraksi dan relaksasi, masing-masing heliks dari

miosin memiliki sebuah bagian kepala yang globular. Miosin apabila dicerna oleh enzim tripsin

akan menghasilkan dua bagian miosin yang disebut meromiosin ringan (light meromyosin) dan

meromisoin berat (heavy meromyosin). Meromiosin ringan berbentuk serabut heliks dan tidak

dapat larut. Pada meromiosin ringan ini, tidak ditemukan adanya aktivitas katalitik, yaitu ATPase

dan tidak mengikat F-aktin. Meromiosin berat, terdiri atas 2 bagian, bagian 1 yang berbentuk

globuler dan bagian lainnya yang berbentuk serabut heliks. Meromiosin berat apabila dicerna

lebih lanjut oleh enzim papain dan akan terbagi lagi menjadi 2 fragmen, yaitu fragmen S-1 yang

merupakan bagian globulernya dan fragmen S-2 yang merupakan bagian serabut heliksnya.

Fragmen S-1 inilah yang menunjukkan adanya aktivitas ATPase dan akan berikatan dengan F-

aktin, sedangkan fragmen S-2 tidak menunjukkan adanya aktivitas ATPase dan juga tidak dapat

berikatan dengan F-aktin.11,15

Kontraksi pada otot, pada dasarnya merupakan mekanisme perlekatan dan pembebasan

ikatan antara kepala S-1 miosin yang globuler dengan filamen milik F-aktin. Perlekatan dan

pembebasan tersebut dilakukan dalam bentuk jembatan silang (cross-bridge).

Page 11: blok 5-vina

Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Rangsangan berasal dari asetilkolin

(neurotransmitter) yang dilepaskan akibat adanya potensial aksi motor neuron. Asetilkolin

disintesis di ujung terminal neuron motorik dari asetil koA dengan bantuan kolin asetil

transferase; dapat dihambat dengan kolinesterase dan kurare dengan cara menempel pada

reseptor asetilkolin pada motor end plate karena bentuknya yang cocok dengan reseptor

asetilkolin, kolinesterase dan kurare disebut juga inhibitor kompetitif.21,22

Asetilkolin dilepaskan ke ruang antara saraf dan otot (celah sinaps) dan ketika asetilkolin

menempel pada reseptor asetilkolin di motor end plate dari otot akan menyebabkan perubahan

permeabilitas di serat otot (depolarisasi), menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan di

seluruh permukaan membrane sel otot. Sehingga menyebabkan depolarisasi dalam tubulus T

sehingga retikulum sarkoplasma bereksitasi melepaskan sejumlah besar ion kalsium ke dalam

miofibril. Ion-ion kalsium mengikat troponin C, membentuk kompleks TpC 4 Ca2+ kemudian

berinteraksi dengan troponin T dan tropomiosin kemudian berinteraksi dengan F-aktin sehingga

sisi aktif aktin yang akan berikatan dengan miosin terbuka.23

Setelah proses-proses diatas selesai, kepala S-1 dari miosin berikatan dengan ATP dan

menghidrolisis ATP menjadi ADP dan P, namun produk hasil hidrolisis ini tidak dapat

dilepaskan oleh myosin. Ketika otot menerima stimulus atau respon, ion Ca2+ (yang berikatan

dengan troponin C) dibebaskan dari retikulum sarkoplasma, dan membuka jalan agar kepala S-1

miosin dapat berikatan dengan F-aktin. Semula, tempat terbentuknnya jembatan silang ditutupi

oleh kompleks troponin-tropomiosin, tetapi ketika ion Ca2+ dibebaskan maka ion ini berfungsi

untuk menarik kompleks tersebut agar tempat pengikatan jembatan silang antara kepala S-1

miosin dengan F-aktin dapat terbuka. Akibatnya, aktin dapat diakses dan terjadi lah ikatan antara

aktin-miosin-ADP-P. Kemudian kompleks ikatan antara aktin dan miosin yang terbentuk

sekaligus mendorong pembebasan P hasil hidrolisis ATP sebagai sumber energi untuk

melakukan power stroke. Hal ini pun sekaligus juga melepaskan ikatan ADP dari ikatan aktin-

miosin. Setelah ADP juga lepas, terbentuk protein aktomiosin yang menyebabkan kontraksi.

Power stroke yang terjadi menarik aktin ke arah pusat sarkomer, sehingga filamen tipis dengan

filamen tebal saling bertumpang tindih, terjadilah kontraksi.11,15

Setelah kontraksi, ATP baru kembali datang ke kepala myosin sehingga menyebabkan F-

aktin lepas dari kepala miosin. Kompleks miosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap

aktin sehingga aktin terlepas. Proses kontraksi juga dihentikan ketika Ca2+ dikembalikan ke

Page 12: blok 5-vina

plasma sel saat aktivitas listrik lokal berhenti. Retikulum sarkoplasma memiliki molekul

pembawa, pompa Ca2+ -ATPase, yang memerlukan energi dan secara aktif mengangkut Ca2+ dari

sitosol untuk memekatkannya di dalam plasma sel. Ketika potensial aksi lokal tidak lagi terdapat

di tubulus T untuk memicu pelepasan Ca2+, aktivitas pompa Ca2+ retikulum sarkoplasma

mengembalikan Ca2+ yang dilepaskan ke plasma sel. Hilangnya Ca2+ memungkinkan kompleks

troponin-tropomiosin bergeser kembali ke posisinya yang menghambat sehingga aktin dan

miosin tidak lagi berikatan di jembatan silang. Filamen tipis setelah dibebaskan dari siklus

perlekatan dan penarikan jembatan silang kembali secara pasif ke posisi istirahatnya. Serat otot

kembali melemas. Dalam kondisi inilah, terjadi relaksasi.11,15,23

Gambar 7. Kontraksi dan Relaksasi24

Proses Terjadinya Refleks

Dalam makalah ini, refleks yang akan di bahas adalah refleks polisinaps, khususnya

withdrawal reflex (refleks fleksor). Secara umum, urutan gerak refleks adalah dari reseptor

menuju neuron sensoris, lalu ke sumsum tulang belakang dilanjutkan ke neuron motoris dan pada

akhirnya akan menghasilkan aksi.

Page 13: blok 5-vina

Refleks somatik dasar adalah refleks yang dikendalikan oleh sistem saraf somatik.

Refleks somatik dibagi menjadi tiga, yaitu refleks monosinaps, refleks bisinaps, dan refleks

polisinaps. Refleks monosinaps merupakan refleks regang (refleks tendon). Serat aferen yang

digunakan adalah Ia, lalu menuju medulla spinalis, ke serat eferen (Serat Aα) lalu efektornya

adalah otot regang. Refleks monosinaps ini biasanya yang digunakan dalam pemeriksaan

neurologis, seperti ketukan di tendo patella yang akan membangkitkan patella.25

Refleks bisinaps merupakan persarafan timbal balik (reciprocal innervation). Reseptornya

adalah annulospiral dengan serat aferennya Ia, pusatnya adalah medulla spinalis, serat eferennya

MN α, dan efektornya adalah otot antagonis (relaksasi).25

Refleks polisinaps merupakan refleks yang menggunakan banyak interneuron. Refleks ini

dibagi menjadi dua, yaitu refleks fleksor (withdrawal reflex) dan stretch flexor reflex. Refleks ini

reseptornya adalah nosiseptif, serat aferennya II, III, dan IV, pusatnya adalah polisinaps di

medulla spinalis, serat eferennya MNα, dan efektornya adalah otot flexor homolat.25

Withdrawal reflex merupakan refleks polisinaps terdiri atas kontraksi dari otot fleksor

dan relaksasi dari otot ekstensor pada bagian tubuh yang mendapat rangsang. Withdrawal reflex

terjadi sebagai respons terhadap rangsangan berbahaya dan biasanya menyakitkan pada kulit atau

jaringan subkutan dan otot. Respons berupa kontraksi otot fleksor dan penghambatan otot

ekstensor sehingga bagian yang terkena rangsang tertekuk dan ditarik dari stimulus. Ketika

stimulus yang kuat diterapkan pada anggota tubuh, respon tidak hanya mencakup fleksi dan

penarikan anggota badan itu, tapi juga perpanjangan ekstremitas yang berlawanan.25

Pada skenario yang di dapat penulis, kaki seseorang tertusuk paku. Apabila kaki kanan

tertusuk paku (reseptor: nosiseptif), maka stimuli tersebut akan menuju ke serat aferen II, III,

atau IV kemudian menuju ke polisinaps di medulla spinalis lalu menuju serat eferen MNα dan

menuju efektor otot flexor homolat sehingga responsnya adalah kaki kanan tersebut akan refleks

mengangkat menjauhi paku (fleksi) sedangkan kaki kiri akan tersentak menuju lantai (terjadi

kontraksi otot ekstensor di sisi kontralateral).

Kesimpulan

Page 14: blok 5-vina

Seseorang akan melakukan refleks yang melibatkan kontraksi dan relaksasi dari beberapa

otot apabila pada permukaan tubuhnya mendapat stimulus yang nosieptif karena adanya refleks

somatik dasar (withdrawal reflex).

Daftar Pustaka

1. Mardiana D. Buku pintar nyeri tulang dan otot. Jakarta: Erlangga; 2007. h.14.

2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2007.h.31-3.

3. Syabariyah S. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed.10. Diterjemahkan dari

Watson R. Anatomy and physiology for nurses. Jakarta: EGC; 2002.h.176-9.

4. Cambridge Communication Limited. Anatomi dan fisiologi: sistem lokomotor dan

penginderaan. Ed.2. Jakarta: EGC; 2004.h.35.

5. Rice University. Anatomy and physiology. Texas: Rice University; 2013.p.309-12.

6. Gilroy AM, McPherson BR, Ross LM. Atlas of anatomy. German: Thieme Medical

Publishers; 2009.p.402-3.

7. Bohndorf K, Imhof H, Pope TL, Fischer W. Musculoskeletal imaging. German:

Thieme Medical Publishers; 2001.p.124.

8. Faiz O, Moffat D. At aglance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004.h.113.

9. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: atlas of human anatomy. 15 th ed. Munich: Elsevier;

2011.p.322-5.

10. Moore KL. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2012.h.263.

11. Murray RK, Graner DK, Rodwell VW. Penyunting: Wulandari N, Rendy L,

Dwijayanthi L, liena, Danny F, Rachman LY. Biokimia Harper. Ed.27. Jakarta: EGC;

2009.h.158,582-9.

12. Sloane E. Editor: Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC;

2003.

Page 15: blok 5-vina

13. Shier D, Butler J, Lewis R. Hole’s human anatomy dan physiology. 12th ed. United

States: McGraw-Hill; 2010.

14. Roger, Watson. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktrean EGC;

2004.h.56-9

15. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Editor: Pendit BU. Jakarta: EGC;

2001.

16. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2005.h.38-40.

17. McArdle WD, Katch FI, Katch VL. Exercise physiology: nutrition, energy, and

human performance. United Kingdom: Wolters Kluwer; 2010.p.373-4

18. Freberg LA. Discovering biological psychology. USA: Wadsworth Cengage

Learning; 2010.p.228-30.

19. Moser DK, Riegel B. Cardiac nursing: a companion to branwald’s heart disease.

Missouri: Elsevier; 2008.p.67-74.

20. Histology of Bone. Available from URL:

http://emedicine.medscape.com/article/1254517-overview, 28 Maret 2015

21. Silverthorn DU, Johnson BR, Ober WC, Garrison WC, Silverthorn AC. Human

physiology. 6th ed. USA: Pearson Education Inc.; 2013.

22. Neal MJ. At a glance farmakologi medis. Jakarta: Erlangga; 2006.h.18-20

23. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.

282-9.

24. Kibble JD, Halsey CR. Medical physiology: the big picture. New York: The Mc

Graw-Hill Companies; 2009.p.20.

25. Muttaqin A. Buku ajaran asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan.

Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.45.