Yulita Blok 5

29
Struktur Otot, Tulang, dan Mekanisme Otot Yulita Hera (102011132) Kelompok E3 Fakultas kedokteran

description

Hindari osteoporosis dengan menjaga kesehatan struktur otot dan tulang, serta mekanisme kerja otot. Dan berolahraga teratur serta makan makanan bergizi dan menggubah pola buruk sebelumnya menjadi pola hidup yang baik.

Transcript of Yulita Blok 5

Page 1: Yulita Blok 5

Struktur Otot, Tulang, dan Mekanisme Otot

Yulita Hera (102011132)

Kelompok E3

Fakultas kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510

Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731

E_mail : [email protected]

Page 2: Yulita Blok 5

Stktur Otot, Tulang, dan Mekanisme Otot

Yulita Hera (102011132)

Kelompok E3

Fakultas kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510

Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731

E_mail : [email protected]

Pendahuluan

Sendi lutut merupakan persendian yang sangat penting dalam tubuh, karena

selain berfungsi sebagai alat gerak yang cukup tinggi mobilitasnya, juga sebagai

penopang berat tubuh saat berdiri. Hal ini meningkatkan kemungkinan untuk

terjadinya cedera pada daerah tersebut saat beraktifitas, misalnya dapat

menyebabkan osteoporosis. Cedera pada persendian lutut / osteoporosis ini

kemungkinan dapat disebabkan oleh struktur otot dan tulang, serta mekanisme

kerja otot.

Pada manusia tulang merupakan alat gerak pasif karena tak dapat bergerak sendiri.

Sedangkan otot merupakan alat gerak aktif karena dapat menggerakan tulang. Tulang t idak

dapat berfungsi sebagai a la t gerak j ika t idak digerakan oleh otot . Otot

mampu menggerakan tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi. Sehingga untuk

melakukan suatu gerakkan perlu adanya kerja sama antara otot dan tulang.

Pembahasan

1. Tulang

1.1 Mikroskopik atau histologi Tulang1

Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras dalam tubuh manusia. Sebagai unsur utama

dalam kerangka tubuh, tulang menyokong struktur tubuh yang memiliki daging, melindungi

Page 3: Yulita Blok 5

organ vital dan mempunyai sum-sum tulang dimana sel darah dibentuk. Tulang terdiri dari

bahan intersel yang mengalami klasifikasi, matrik tulang, dan berbagai sel osteosit didalam

matrik, sel osteoblas untuk meresorbsi dan perubahan bentuk jaringan tulang.

Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, merupakan

tempat melekatnya otot –otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat

sum-sum tulang dan saraf yang melindungi jaringan lunak, juga merupakan organ yang

dibutuhkan oleh manusia untuk mengangkat dan membawa barang-barang yang berat.

Intinya tulang adalah organ yang kita butuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Ada empat fungsi utama jaringan tulang yaitu fungsi mekanik, fungsi protektif, fungsi

metabolik, dan fungsi hemopetik. Fungsi mekanik adalah sebagai penyokong tubuh dan

tempat melekat jaringan otot untuk pergerakkan, fungsi protektif adalah melindungi

berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sum-sum tulang, fungsi metabolik adalah sebagai

cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang penting seperti kalsium dan fosfat,

fungsi hemopetik adalah berlangsungnya proses pembentukkan dan perkembangan sel

darah.

1.1.1 Jenis-Jenis Tulang

Tubuh kita manusia memiliki 206 tulang-tulang, yang mana dapat dibedakan menjadi Ossa

axialess (80 ossa) dan Ossa appendiculares (126 ossa).

Dimana tulang-tulang ini melayani berbagai macam fungsi-fungsi yang berbeda dalam tubuh

kita. Pertama, tulang-tulang kita menyediakan struktur pada tubuh kita manusia dan

menyediakan bentuknya pada tubuh kita. Tanpa tulang-tulang, tubuh kita akan menjadi

seperti timbunan jaringan-jaringan lunak tanpa struktur, dan kita tidak akan mampu untuk

melakukan berbagai aktivitas kita sehari-hari seperti : berdiri, berjalan ataupun bergerak.

Kedua, tulang-tulang kita mengandung sum-sum tulang (bone marrow), yang membuat dan

menyimpan sel-sel darah baru. Akhirnya, tulang-tulang membantu mengontrol koleksi tubuh

kita dari berbagai protein-protein dan nutrisi-nutrisi termasuk kalsium dan phosphorus.

Jenis tulang dapat dibedakan menjadi :

1.1.1.1 Tulang rawan

Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang menghasilkan makris

berupa kondrin. Kondrosit memiliki ruang yang disebut lakuna. Kondrosit didalam lakuna

Page 4: Yulita Blok 5

menerima nutrien dari kapiler darah melalui difusi, karena kapiler darah tidah dapat masuk

kedalam matriks.

Sel-sel dalam tulang rawan yaitu kondroblas, terdapat dilapisan kondrogenik dan aktif

menghasilkan matriks. Kondrosit, mempunyai matrik teritorium, terdapat dalam lacuna atau

rongga-rongga matriks, berkelompok dalam sel nest atau isogen. Fibroblast, terdapat

diperikondrium.

Tulang rawan berkembang dari sel mesenkim. Pada tempat yang akan dibentuk tulang rawan,

sel-sel mesenkim membulat dan berdesakkan unsur serat diletakkan di matriks intersel,

sehingga sel-sel tersebut menghasilkan substansi dasar amorf menjadi kondroblas. Sel-sel

mesenkim berkembang sambil membentuk zat intersel, sel-sel akan berjauhan yang disebut

kondrosit. Mesenkim yang menggelingi massa tulang rawan yang sedang tumbuh akan

terdesak dan menjadi pembungkus tulang rawan yang disebut dengan perikondrium.

Bentuk model tulang rawan itu sesuai dengan bentuk tulang itu kemudian hari, tetapi

berukuran lebih kecil. Model awal tulang rawan terus berkembang melalui penumbuhan

interstitial dan aposisonal. Bertambah panjangnya terjadi melalui penumbuhan interstitial

sedangkan penambahan tebalnya terutama disebabkan oleh penumbuhan aposisional

walaupun ada sebagian akibat dari penumbuhan interstial.

Ada tiga tipe tulang rawan yaitu tulang rawan hialin, merupakan tipe tulang rawan yang

paling banyak terdapat ditubuh manusia dan merupakan tulang penyusun rangka embrio,

yang kemudian akan berkembang menjadi tulang keras. Tulang ini dapat dijumpai pada

hidung, laring, trakea. Tulang rawan serat, tulang serat ini mempunyai matriks berisi berkas

serabut kolagen. Karena kandungan matriksnya, tulang serat bersifat kuat dan kaku, serta

mampu menahan guncangan. Tulang ini dapat dijumpai pada antara ruas tulang belakang, dan

cakram sendi lutut. Tulang rawan elastik, mengandung serabut elastik. Tulang ini dapat

dijumpai pada bagian daun telinga dan epiglotis.

1.1.1.2 Tulang panjang

Disebut juga dengan tulang pipa. Tulang ini dapat dijumpai dalam anggota gerak. Setiap

tulang panjang terdiri atas bagian batang dan dua bagian.

1.1.1.3 Tulang pendek

Page 5: Yulita Blok 5

Contohnya dapat dijumpai pada tulang-tulang karpalia ditangan dan tarsalia dikaki.

Tulang pendek ini sebagian besar terbuat dari jaringan tulang jarang karena diperlukan sifat

yang ringan dan kuat. Tulang-tulang ini diselubungi jaringan padat tipis. Karena kuatnya

maka tulang pendek mampu mendukung seperti tampak pada pergelangan tangan.

1.1.1.4 Tulang pipih

Tulang pipih terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dengan di tenggahnya lapisan

tulang seperti spons. Tulang pipih dijumpai dimana diperlukan perlindungan, seperti pada

tulang tengkorak, tulang inominata, dan tulang panggul atau coxae, iga-iga dan scapsula

(tulang belikat). Tulang pipih menyediakan permukaan luas untuk kaitan otot misalnya

scapsula.

1.2 Struktur tulang2

Tulang keras memiliki dua macam bentuk yaitu tulang kompak yang padat dan keras dan

tulang spons yang berlubang-lubang dan rapuh. Tulang kompak bentuknya padat, keras dan

membentuk perlindungan luar untuk jaringan tulang lainnya. Tulang spons terletak di bagian

dalam dari tulang kompak, rapuh dan memiliki banyak pori atau rongga-rongga. tulang spons

terdapat pada ujung-ujung dari tulang kompak. Jaringan tulang disusun oleh beberapa bentuk

sel tulang, yang terdapat dalam cairan ekstraseluler (matriks) berupa garam-garam anorganik

(sebagain besar berupa kalsium dan fosfor). garam-garam organik inilah yang memberikan

kekuatan pada tulang dan serabut kolagen yang memberikan sifat elastis pada tulang.

1.2 Anatomy tulang

1.2.1 Ekstremitas bawah

Eksremitas bawah mempunyai fungsi khusus, yakni penopang tubuh bagian atas,

pergerakkan, dan penjaga keseimbangan berbeda dengan ekstremitas atas, pergerakkan

ekremitas bawah lebih terbatas, sendi-sendinya lebih kencang dan difiksasi oleh ligamenta

yang kuat. Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal, metatarsal,

dan tulang-tulang phalangs.3

Page 6: Yulita Blok 5

Gambar 1.2.1 ekremitas bawah pada manusia

1.2.1.1 Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih. Masing-

masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium

terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium

terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial.

Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari

pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian

pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan

tulang femur.

1.2.1.2 Femur

Femur / tulang paha termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul

sampai ke lutut. Femur juga merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi

dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah

proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor,

dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral

dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di

bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.

Page 7: Yulita Blok 5

1.2.1.3 Tibia

Tibia /tulang kering ukuranya lebih besar dibandingkan tulang fibula tulang/ betis karena

berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tibia merupakan tulang tungkai bawah

yang letaknya lebih medial dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki

condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan

condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.

Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia

membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.

Tulang tibia dilihat dari belakang yaitu meliputi facies articularis superior condylus lateralis,

facies articularis superior condylus medialis, condylus medialis, linea musculi solei, foramen

nutrici, margo intercosseus, margo medialis, suleus malleolaris, malleolus medialis

1.2.1.4 Fibula

Fibula /tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot. Fibula juga merupakan

tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di bagian

proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk

malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal. Tulang fibula dilihat

dari belakang meliputi apex caoitalis fibulae, caput fibulae, facies posterior, crista medialis,

margo posterior, malleolus lateralis, facies artcilaris malleoli.

1.2.1.5 Tarsal

Tarsal /tulang pergelangan kaki termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan

salah satunya adalah tulang tumit. Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi

dengan fibula dan tibia diproksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal,

yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform. Calcaneus berperan sebagai tulang

penyanggah berdiri.

1.2.1.6 Metatarsal.

Metatarsal /tulang telapak kaki merupakan 5 buah tulang yang tersusun mendatar yang

berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di

tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.

Page 8: Yulita Blok 5

1.2.1.7 Phalangs

Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3

phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,

menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.4

2. Otot

2.1 Histologi otot5

Otot adalah spesialisasi kontraki pada tubuh. Melalui kemampuan yang tinggi untuk

berkontraksi, sel-sel otot mampu memendek dan membentuk tegangan, yang akan

menghasilkan gerakkan dan melakukan kerja. Sebagai respon terhadap sinyal listrik otot

mengubah energi kimia ATP menjadi energi mekanis yang dapat bekerja pada lingkungan.

Kontraksi terkontrol otot memungkinkan gerakkan bertujuan tubuh secara keseluruhan atau

bagian-bagian tubuh dalam kaitannya dengan lingkungan , manipulasi benda eksternal,

terdorongnya isi organ -organ berongga, dan penggosongan isi organ tertentu kelingkungan

luar. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan

elasitas. Kontraktibilitas, adalah kemampuan untuk berkontraksi / memendek.

Ekstensibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang

ditimbulkan saat kontraksi. Elastisitas, adalah kemampuan otot untuk kembali pada ukuran

semula setelah berkontraksi.Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan

relaksasi.

2.1.1 Jenis otot

Berdasarkan morfologi dan fungsinya strukturnya otot dibedakan : otot rangka, otot polos,

dan otot jantung.

2.1.1.1 Otot lurik (otot rangka)

Nama lain otot lurik ini adalah otot rangka, otot serat lintang (musculus striated) atau otot

involunter. Otot ini berhubungan dengan tulang sehingga otot ini berfungsi untuk

menggerakan tulang. Otot rangka tersusun atas serabut-serabut otot atau miofibril yang

memiliki banyak inti. Setiap miofibril terdiri dari susunan teratur unsur-unsur sitoskeletol

yang sangat teroganisasi, yaitu adanya filamen tebal dan filamen tipis, yang mana kedunya

ini terutama dibentuk oleh protein aktin.

Page 9: Yulita Blok 5

Jika dilihat dibawah mikroskopik cahaya, sebuah myofibril yang berada dalam keaadan

relaksasi, memperlihatkan pita-pita gelap (pita A) dan pita terang (Pita I) secara bergantian.

Pita A dan pita I terbentuk dari serangkaian tumpukan filamen tebal dan filamen tipis yang

berganti-gantian dan sedikit tumpang tindih. Pita-pita itu terletak secara sejajar satu sama lain

dan secara kolektif menimbulkan gambaran seran lintang (stratied) pada serat otot rangka.

Selama pertumbuhan, otot mengalami peningkatan panjangnya karena penambahan

sarkomer, bukan karena peningkatan peningkatan ukuran sarkomer. Dengan mikroskop

elektron, dapat terlihat jembatan silang yang halus berjalan dari setiap filamen tebal kearah

filamen-filamen tipis disekitarnya didaerah tempat filamen tebal dan tipis bertumpang tindih.

Filamen tipis terdiri dari tiga protein yaitu : molekul aktin, merupakan protein struktural

utama pada filamen tipis, berbentuk sferis. Tulang punggung filamen tipis dibentuk oleh

molekul-molekul tipis yang menyatu menjadi dua untaian dan saling membelit. Molekul

tropomiosin, merupakan protein berbentuk seperti benang yang terletak di sepanjang sisi alur

spiral aktin bersambungan ujung ke ujung. Dalam posisi ini, tropomiosin menutupi bagian-

bagian aktin yang berikatan dangan jembatan silang, sehingga molekul ini menghambat

interaksi yang akan menghasilkan kontraksi otot. Molekul troponin, merupakan molekul

yang membantu molekul tropomiosin distabilkan dalam posisi menghambat. Dan molekul

troponin ini yang mengikat ujung-ujung setiap molekul tropomiosin. Molekul troponin

merupakan suatu kompleks protein yang terdiri dari tiga jenis unit polipetida, satu yang

mengikat tropomiosin, satu lagi mengikat aktin, dan yang lain dapat berikatan dengan

kalsium (Ca++) Troponin dan tropomiosin sering juga disebut sebagai protein regulator.

2.1.1.2 Otot polos (otot volunter)

Nama lain otot polos adalah alat-alat dalam / visceral / musculus nonstriated / otot involunter.

Sel-sel otot polos berukuran kecil dan tidak memiliki seran lintang. Sel-sel otot dapat

ditemukan didinding saluran dan organ berongga. Kontraksi otot ini menimbulkan tekanan

dan mengatur pergerakkan maju isi struktur tersebut. Sel otot berbentuk gelendong dengan

bagian tenggah yang besar dan kedua bagian ujungnya meruncing. Sel otot polos dilapisi oleh

selapus yang disebut sarkolema. Sitoplasma pada sel otot disebut sarkoplasma.2

Otot polos bergerak lambat, teratur dan tidak mudah lelah. Otot polos masih mampu untuk

bekerja walaupun kita dalam keadaan tidur atau istirahat. Apabila otot polos berkontraksi

maka bagian tenggahnya akan membesar sehingga otot akan mengecil.

Page 10: Yulita Blok 5

Dalam otot polos terdapat tiga jenis filamen, yaitu : filamen miosin tebal, filamen aktin

tipis yang tidak memiliki troponin dan tropomiosin, serta filamen ukuran menenggah

(intermediate size) yang khas pada otot polos dan tampaknya tidak berpartisipasi langsung

dalam proses kontraktil, tetapi mungkin berfungsi sebagai bagian dari komponen elastis sel,

sebagai bagian dari jaringan sitoskeleton yang menunjang bentuk sel, atau sebagai bagian

dari keduannya.

Filamen-filamen otot polos tampaknya tidak membentuk myofibril dan tidak tersusun dalam

pola sarkomer. Dengan demikian, sel-sel otot polos tidak memperlihatkan pita-pita atau seran

lintang, sehingga otot ini disebut dengan otot polos. Karena tidak memiliki sarkomer, otot

polos tidak mempunyai garis Z, tetapi memiliki banyak badan padat yang terletak secara

iregular dan mengandung konstituen protein yang sama dengan yang terdapat garis Z.

2.1.1.2 Otot jantung (otot cardiak)

Nama lain otot jantung ini adalah myocardium atau musculus cardiata atau otot involunter.

Otot jantung mempunyai ciri, inti sel berbentuk lonjong hampir persegi empat yang terletak

dipusat sel otot. Batas antara sel yang bersebelahan berupa garis-garis pendek yang disebut

dengan diskus interkalaris. Jaringan ikat mengelingi sel otot. Otot jantung memiliki

percabangan pada serabut ototnya, yang akan mersambungan satu sama lain . Tiap serat otot

terdiri atas filamen-filamen otot, yaitu miosin dan aktin.

Otot jantung hanya dapat ditemukan di jantung. Sebagian serat otot jantung mampu

menghasilkan potensial aksi, yang menyebar keseluruh jantung dengan bantuan gap junction.

Yang khas dari otot jantung adalah serat-serat otot jantung disatukan dalam jaringan

bercabang-cabang dan potensial aksinya memiliki durasi yang jauh lebih lama di potensial

puncak sebelum repolarisasi.

2.2 Anatomy otot

Page 11: Yulita Blok 5
Page 12: Yulita Blok 5

  Gambar 2.2.1 gambar otot tungkai bawah kanan tampak depan4

Keterangan gambar

1. m. Fibularis (peroneus) longus

2. m. Fibularis anterior

Page 13: Yulita Blok 5

3. m. Gastrocnemius

4. m. Soleus

5. m. Digitorum longus

6. m. Fibularis brevis

7. m. Extensor digitorum longus

8. m. Extensor hallucis longus

 

 Gambar 2.2.2 otot tungkai bawah kanan tampak belakang4

Page 14: Yulita Blok 5

Keterangan gambar :

1. m. Gastrocnemius lateralis

2. m. Gastrocnemius medialis

3. m. Gastrocnemius tendo

4. m. Soleus

3. Mekanisme kerja otot

Otot yang mendapat rangsangan akan bekaerja dengan cara berkontraksi. Kontraksi otot

ditandai dengan memendeknya otot serta meregangnya dan mengembungnya otot dibagian

tenggah. Apabila otot tidak bekerja maka otot akan kembali mengendur dan beristirahat

(relaksasi). Rangsangan yang diberikan pada otot secara terus menerus menyebabkan

kontraksi terjadi secara mendatar.

Otot dapat berkontraksi karena adanya pemecahan molekul energi yang disebut adenosine

triphosphate (ATP). Untuk aktivitas berat selama 5 menit, sel otot membutuhkan 85 gram

ATP. Pemecahan ikatan kimia ATP ini menghasilkan produk sampingan yaitu adenosine

diphosphate (ADP). Keterbatasan simpanan arealine phosphate dalam sel secara cepat

mengubah ADP kembali menjadi ATP. Energi yang dilepaskan oleh molekul ATP

meningkatkan filamen-filamen protein mendorong otot untuk memendek (berkontraksi).

Mekanisme kerja otot tersebut juga melibatkan kalsium.

Menurut sifat kerjanya, gerak dibedakan menjadi dua macam, yaitu Antagonis (kerja otot

yang berlawanan, adalah kerja otot yang terjadi bila salah satu otot berkontraksi dan otot

yang lain berelaksasi. Dan Sinergik (kerja otot yang bersamaan), adalah gerak beberapa otot

yang searah. Sedangkan Kemampuan gerak otot ada tiga karakteristik yaitu :

Kontraksibilitas, adalah kemampuan otot untuk melakukan perubahan menjadi lebih pendek

dari ukuran semula. Ekstensibilitas, adalah kemampuan otot untuk melakukan perubahan

menjadi lebih panjang dari ukuran semula. Elastisitas, adalah kemampuan otot untuk

kembali keukuran semula setelah melakukan kontraksi / memendek atau relaksasi /

memanjang.

Otot berdasarkan fungsinya pada tubuh dibedakan menjadi otot fleksor dan ekstensor,

digunakan untuk membengkokkan dan meluruskan / merentangkan bagian tubuh. Otot

abductor dan adduktor, digunakan untuk menjauh dan mendekatkan bagian tubuh dari

sumbu otot. Otot depressor dan elefator, digunakan untuk menurunkan dan menaikkan

Page 15: Yulita Blok 5

bagian tubuh. Otot supinator dan pronator, digunakan untuk menengadakan telapak tangan

dan untuk menelengkupkan telapak tangan. Otot dilatators dan konstriktor, digunakan

untuk melebarkan bagian tubuh dan menyempitkan bagian tubuh.7

4. Osteoporosis7

Osteo berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tulang” jadi osteoporosis adalah osteo

(tulang) yang porus adalah (berlubang atau keropos). Osteoporosis adalah suatu kondisi

berkurangnya masa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang.

Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah.Menurut Dr. Robert P. Heaney dalam

Reitz (1993) penyakit osteoporosis paling umum diderita oleh orang yang telah berumur, dan

paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.

Osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang atau disebut juga penyakit tulang rapuh

atau tulang keropos. Osteoporosis diistilahkan juga dengan penyakit silent epidemic

karenasering tidak memberikan gejala hingga akhirnya terjadi fraktur (patah). Osteoporosis

berdasarkan etiologis dapat disegmentasikan menjadi osteoporosis primer dan osteoporosis

sekunder.

Osteoporosis primer merupakan sindrom osteoporosis yang terjadi pada wanita paska

menopause (post menopause osteoporosis) serta juga pada pria berusia lanjut (senile

osteoporosis). Post menopause osteoporosis terjadi karena berkurangnya hormon estrogen

yang bertugas membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Gejalanya bisa

timbul pada usia 51-75 tahun, meskipun tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk

terkena penyakit ini. Sedangkan senile osteoporosis kemungkinan terjadi akibat

berkurangnya kalsium dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan

pembentukan tulang baru.

Sementara osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai hal

antara lain oleh kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D,

gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan.

Proses menurunkan kepadatan tulang secara perlahan ini seringkali tidak menimbulkan

gejala. Itu sebabnya osteoporosis disebut the silent disease. Jika kepadatan tulang sangat

berkurang sehingga tulang menjadi sangat rapuh bahkan hancur, akan timbul nyeri dan

kelainan bentuk tulang.

Page 16: Yulita Blok 5

Osteoporosis dibagi atas 4 stadium, mengenal stadium osteoporosis akan memudahkan kita

menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Stadium 1 dan stadium 2 biasanya tanpa

keluhan sama sekali, tetapi sudah perlu mengambil langkah-langkah pengobatan untuk

mencegah terjadinya kerusakan tulang lebih lanjut . Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat,

yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang dihancurkan. Ini biasanya

terjadi pada usia 30-35 tahun. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan

tulang mulai turun (osteopenia). Pada stadium 3, 45-55 tahun, fraktur biasa timbul sekalipun

hanya dengan sentuhan atau benturan ringan. Sampai pada stadium 4, biasanya diatas 55

tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja,

bergerak, bahkan mengalami stres dan depresi.

4.1 Faktor resiko

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor yang berisiko terkena

osteoporosis, antara lain:

4.1.1 Riwayat keluarga

Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga menderita osteoporosis.

Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada ukuran dan densitas tulang. Wanita yang

mempunyai ibu pernah mengalami patah tulang panggul, dalam usia tua akan dua kali lebih

mudah terkena patah tulang yang sama. Disamping itu keluarga juga berpengaruh dalam hal

kebiasaan makan dan aktifitas fisik.

 4.1.2 Jenis kelamin

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen

yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita

punmengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada wanita

postmenopausekerapuhan tulang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pembentukkan

tulang.

 4.1.3 Usia

Kehilangan masa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Semakin bertambah

usia, semakin besar risiko mengalami osteoporosis karena tulang menjadi berkurang kekuatan

dan kepadatannya. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia antara 30 sampai

35tahun. Patah tulang meningkat pada wanita usia >45 tahun, sedangkan pada laki-laki patah

Page 17: Yulita Blok 5

tulang baru meningkat pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang sampai 3-6% pertahun

terjadi pada 5-10 tahun pertama pascamenopause. Pada usia lanjut penyusutan terjadi

sebanyak 1% per tahun. Namun, pada wanita yang memiliki faktor risiko penyusutan

dapatterjadi hingga 3% per tahun. Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi penurunan kadar

1,25(OH)2D yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam diet, gangguan

absorpsivitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.

4.1.4 Aktifitas fisik

Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan pembentukan tulang

tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang terlalu berat pada usia menjelang menopause

justrudapat menyebabkan penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat

proses pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin

banyak  bergerak dan olah raga, maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.

 Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akivitas fisik seperti berjalan kaki

padadasarnya memberikan pengaruh melindungi tulang dan menurunkan demineralisasi

tulangkarena pertambahan umur. Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan Gropper

(2000), membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan

tulangspinal. Aktivitas fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada tubuh atau anggota

gerak dan penekanan pada aksis tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari estrogen.

 4.1.5 Status gizi

Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang, meskipun hal ini mungkin

lebih berhubungan dengan variabel luar seperti zat gizi dan aktifitas fisik yang tidak teratur.

Perawakan kurus cenderung memiliki bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor

risikoterjadinya kepadatan tulang yang rendah. Hubungan positif terjadi bila berat badan

meningkatdan kepadatan tulang juga meningkat.

4.1.6 Kebiasaan konsumsi asupan kalsium

Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan komponen utama

pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat Ca yang terdapat pada kerangka tulang

orangdewasa kurang lebih 1 kilogram. Penyimpanan mineral dalam tulang akan

mencapai puncaknya (Peak Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada priode PBM

ini jikamassa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat menghindari

Page 18: Yulita Blok 5

terjadinyaosteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian PBM menjadi rendah jika individu

kurang berolahraga, konsumsi Ca rendah, merokok, dan minum alkohol. Kalsium dan

vitamin Ddibutuhkan untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Kalsium juga sangat penting

untuk mengatur kerja jantung, otot, dan fungsi saraf. Semakin bertambahnya usia, tubuh

akansemakin berkurang pula kemampuan menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh karena itu, pria dan

wanita lanjut usia membutuhkan konsumsi kalsium yang lebih banyak. Konsumsi Cayang dianjurkan

National Osteoporosis Foundation (NOF) adalah 1000 mg untuk usia 19-50th dan 1200mg

untuk usia 50th keatas. Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu, keju,mentega, es krim, yoghurt

dan lain ± lain.

 4.1.7 Kebiasaan merokok

 Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan terkena osteoporosis karena

zatnikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang dan juga membuat kadar dan

aktivitashormone estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat

dalammenghadapi proses pembentukan tulang.

 4.1.8 Penyakit diabetes mellitus

Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis. Pemakaian insulin

merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang sehingga meningkatkan

pembentukkankolagen tulang, akibatnya orang yang kekurangan insulin atau resistensi

insulin akan mudah terkena osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat

metabolisme vitaminD dan osteoporosis.

Penutup

Kesimpulan

Hipotesis diterima, bahwa cedera pada persendian lutut dapat disebabkan oleh

struktur otot dan tulang, serta mekanisme kerja otot. Karena struktur otot dan

tulang, serta mekanisme otot saling berkaitan dan ketika melakukan gerakan saling

adanya kerja sama.

Page 19: Yulita Blok 5

Saran

Hindari osteoporosis dengan menjaga kesehatan struktur otot dan tulang, serta mekanisme

kerja otot. Dan berolahraga teratur serta makan makanan bergizi dan menggubah pola buruk

sebelumnya menjadi pola hidup yang baik.

Page 20: Yulita Blok 5

Daftar pusaka

1. Lesson Roland C, Lesson Thomas S, Paparo A Antony. Buku ajar histologi edisi V. Jakarta :

Kedokteran EGC ; 2002

2. Suratun, Heryati, Manurung Santra, Raenah Een. Klien gangguan sistem muskuloskeletal.

Diunduh dari : book Google.co.id, 16 Maret 2011

3. Rohen, Yokochi, Drecoll Lutjen. Atlas anatomy manusia edisi 7. Jakarta : buku

Kedokteran EGC ; 2010

4. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology 5 th ed. US: FA Davis

Company; 2007. p. 104-34.

5. Bloom, Facwett. Buku ajar histologi edisi 12. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2002

6. Chusid J. Neuro anatomi korelatif dan neurologi fungsional edisi4, Yogyakarta :

Gajah Mada University Press ; 2002

7. Tandra hans. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang osteoporosis. Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka Utama ; 2009, h.7-9