Post on 27-Jan-2016
description
PRINSIP DASAR PENGAWASAN PERBANKAN
Bank perlu diawasi karena bank memegang peranan penting dalam
perekonomian dan keuangan dari suatu Negara. Peran penting dalam suatu
Negara, antara lain:
1) Bank merupakan posisi sentral dalam mekanisme pembayaran, baik
untuk keperluan rumah tangga, pemerintah maupun bisis;
2) Bank merupakan bagian dari asset keuangan masyarakat;
3) Bank dalam pasar ekonomi, memainkan peran utama sebagai
alokasi sumber daya keuangan, bergerak secara aktif maupun pasif,
yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana lewat kredit.
Bank diawasi dengan tujuan untuk membatasi resiko kerugian kepada
deposan atau nasabah, sehingga kepercayaan publik pada bank akan terjaga.
Pengawas atau supervisor selain focus kepada bank individual, juga harus
focus kepada kemungkinan adanya masalah di salah satu lembaga yang
mungkin akan menjadi masalah lebih besar atau memberi dampal pada orang
lain dan sistem integritas pada sistem pembayaran.
Kedua, alasan bank perlu diawasi yaitu karena pada bank terdapat sifat
ketidakstabilan yang melekat. Hal-hal yang memiliki potensi ketidakstabilan
contohya kredit, kredit merupakan salah satu hal yang memiliki potensi
ketidastabilan, dan berpengaruh pada kelangsungan suatu bank. High gearing
ratio, dimana modal bank lebih kecil dari utang yang dimiliknya, jika hal ini
tidak diawasi maka akan berbahaya pada kelangsungan keberadaan suatu
bank, solvabilitas atau kemampuan bank untuk memenuhi semua
kewajibannya, solvabilitas ini menunjukan kemampuan untuk melunasi
seluruh utang yang ada. Bank dalam perannya sebagai penghimpun dana,
sebenarnya memiliki resiko, karena bank harus siap ketika nasabah ingin
menarik uang dari bank tersebut, dan itu termasuk sebagai hutang bank. Jadi,
adanya solvabilitas ini bergantung kepada kemampuan bank untuk
mempertahankan kepercayaan dari nasabah.
Fokus pengawasan sebenarnya dilakukan kepada bank individu,
pengawasan ini dilakukan dengan tujuan untuk membatasi resiko bagi
deposan atau nasabah. Kesehatan dan keselamatan sistem perbankan
sangatlah penting dala sistem perekonomian, sehingga pengawas harus
mengawasi dan mencegah terjadinya masalah yang meluas dan sistematik dari
bank-bank yang ada, karena satu saja bank yang memiliki masalah, maka
akan menyebar ke bank-bank lain baik bank yang besar, maupun bank kecil.
Misalnya, jika terjadi satu masalah di salah satu bank, maka deposan atau
nasabah bank lain juga akan mulai khawatir dengan kemanan bank ,
kemudian akan melakukan penarikan uang besar-besaran.
Didasari dari beragamnya tipe pengawasan dan praktik pengawasan
yang ada di berbagai Negara, tujuan dari pengawasan bank adalah untuk
memastikan bahwa bank stabil secara finansial, dikelola dengan baik, tidak
memiliki masalah untuk kepentingan deposan mereka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Pengawas melakukan tiga penilaian, yaitu:
1. Berapa banyak resiko yang dimiliki pada setiap bank?
2. Sumber daya apa yang tersedia dan dimilki bank, untuk mengelola
resiko tersebut?1
3. Apakah sumber daya tersebut mampu menyeimbangkan resiko?
Pengawas tidak berperan untuk membuat keputusan komersial yang
merupakan hak prerogative dari manajemen bank, karena mereka tidak
mengetahui perbankan secara lebih mendalam dibandinkan para banker itu
sendiri, pengawsa hanya melakukan pengawasan, mengevaluasi strategi,
kebijakan dan kinerja bank untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank.
Risiko pada bank dapat dikategorikan sebagai berikut:
1 Sumber daya ini terbagi dua, yaitu berwujud dan tidak berwujud. Sumber daya berwujud misalnya modal dan likuiditas, sedangkan sumber daya tidak berwujud misalnya kualitas manajemen dan sistem Kontrol.
1) Resiko kredit, resiko yang timbul karena kreditur mungkin tidak
membayar pada tanggal jatuh tempo (kredit macet).
2) Resiko likuiditas; resiko bahwa bank mungkin gagal dalam
memenuhi kewajibannya saat utang jatuh tempo.
3) Resiko hasil, yaitu resiko bahwa asset bank, hanya menghasilkan
pemasukan yang lebih sedikit dari biaya yag harus dikeluarkan.
4) Resiko pasar, yaitu resiko kerugian terhadap bank, akibat
pergerakan harga pasar dari instrument keuangan, seperti obligasi,
valuta asing, atau produk sejenis.
5) Resiko operasional, yaitu resiko kegagalan dalam prosedur bank
atau kontrol yang disbebakan karena factor eksternal, atau akibat
dari factor internal, seperti penipuan dan kesalahan dari dalam
lembaga itu sendiri.
6) Resiko kepemilikan atau manajement, yaitu resiko bahwa para
pemegang saham, direksi, atau manajemen senior mungkin tidak
layak dalam jabatannya atau tidak jujur.
Key prudential issues, terdiri dari kecukupan modal, likuiditas, kualitas
asset, konsentrasi resiko, sistem dan control.
1) Modal bank sangat penting dan diperlukan untuk menyerap
kerugian yang harus ditanggung oleh pemegang saham dan bukan
deposan, modal bank juga penting untuk membiayai insfrastruktur
bisnis. Pentingnya kecukupan modal ini juga ditunjukkan dari
adanya pendekatan “asset beresiko”, dimana pendekatan ini
mendefinisikan elemen modal untuk tujuan pengawasan.
2) Likuiditas, yaitu Kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya
tepat waktu, terutama dalam kaitannya dengan pembayaran
pinjaman antar bank dan simpanan nasabah, hal ini sangat penting
untuk reputasi bank dan bahkan keberlangsungan suatu bank. Bank
harus aktif untuk mengelola likuiditas.
Bank memiliki tiga cara utama mengatur likuiditas mereka, yaitu:
(a) Bank mampu mengubah asset menjadi uang tunai dengan cepat
untuk memenuhi kebutuhan yang tak terduga. Supervisor akan
melihat dimana asset cair tersebut dan melihat presentase antara
simpanan dan kredit yang akan jatuh tempo;
(b) Menetapkan batas aset likuid yang akan dimasukkan dalam
perhitungan untuk mengatur likuiditas. Dilakukan dengan melihat
mana yang akan jatuh tempo lebih awal dari tanggal pembayaran
terakhir mereka.
(c) Secara hati-hati akan melihat potensi dimasukkannya jumlah
pinjaman yang belum digunakan dari porsi layanan kredit,
kedalam perhitungan likuiditas.