TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

35
MANAJEMEN RISIKO PADA PERUSAHAAN INDUSTRI PERBANKAN OLEH KELOMPOK 14: AGUNG WIRAHADI KUSUMA (1006205158) OCTAVIANUS SUMARDANA (1006205151) IDA BAGUS PUTRA WIDYANTARA (1006205152) IDA BAGUS EKA WIRANATA (1006205166)

Transcript of TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

Page 1: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

MANAJEMEN RISIKO PADA PERUSAHAAN INDUSTRI

PERBANKAN

OLEH KELOMPOK 14:

AGUNG WIRAHADI KUSUMA (1006205158)OCTAVIANUS SUMARDANA (1006205151)IDA BAGUS PUTRA WIDYANTARA (1006205152)IDA BAGUS EKA WIRANATA (1006205166)

Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

2012

Page 2: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN

PADA INDUSTRI PERBANKAN

Saat ini, perbankan di Indonesia sudah melakukan analisis-analisis dan

teknik yang berkaitan dengan upaya untuk mengurangi kerugian yang timbul

dimasa mendatang melalui proses pengelolaan risiko kredit seperti analisis kredit.

Kegiatan demikian merupakan salah satu proses dalam pengendalian risiko.

Namun demikian pendekatan dalam pengendalian risiko masih menggunakan

teknik dan pendekatan konvensional, sehingga efektivitasnya masih

dipertanyakan, belum efektif dan perlu diuji kembali konsistensi penerapannya.

Dengan diterapkannya perhitungan kebutuhan modal minimum yang

dihitung berdasarkan risiko secara internasional melalui rekomendasi yang

dikeluarkan Basel Committee on Banking Supervision (i.e. Basle Accord 1988),

maka perkembangan risk management / manajemen risiko, semakin pesat untuk

mengembangkan perhitungan risiko yang lebih akurat (modelling). Kondisi

demikian didasarkan kepada diperbolehkannya Bank-bank dalam menghitung

kebutuhan modal minimum dengan menggunakan internal model khususnya

risiko pasar (Amandemen Basle Accord, BIS, 1996), dengan persyaratan-

persyaratan tertentu.

1. Basel I

The Basel Committee on Banking Supervision dibentuk dalam rangka

untuk menyusun dan menetapkan aturan main yang berlaku dalam banking

regulation. Ada tuga tujuan utama yang ingin dicapai oleh The Basel Committee

on Banking Supervision dalam mengembangkan Basel I Accord, yaitu:

a) Memperkuat kelayakan usaha dan stabilitas international banking

system

b) Menciptakan kerangka dasar yang adil dan tidak berpihak dalam

rangka mengukur kecukupan modal bank-bank yang aktif

menjalankan kegiatan operasional perbankannya secara

internasional

2

Page 3: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

c) Memiliki kerangka acuan yang dapat diterapkan secara konsisten.

Basel Commitee merekomendasikan diterapkannya suatu sistem yang

dapat membantu bank menghitung besaran risiko aset tertimbang. Besarnya modal

minimum yang wajib dipertahankan ditetapkan sebesar angka presentase tertentu

terhadap jumlah risiko aset tertimbangnya.

Berdasarkan Basel Accord I, semua kontrak instrumen yang terdapat pada

sisi aktiva dalam neraca bank (didefinisikan sebagai asset class) dikelompokan

menjadi lima kelompok. Kelima kelompok itu masing-masing dengan kategori

angka 0%, 10%, 20%, 50% dan 100%.

Persyaratan modal menurut Basel I:

a) Modal bank terdiri dari dua unsur, yaitu:

Tier I yang meliputi saham yang telah dikeluarkan dari

portepel dan disetor penuh serta cadangan yang telah

dialokasikan.

Tier II, yang meliputi cadangan yang tidak dialokasikan,

cadangan yang terbentuk dari penilaian kembali aset/aktiva,

cadangan umum, cadangan penghapusan pinjaman dan

pinjaman subordinasi.

b) Unsur-unsur modal yang dicakup dalam Tier 2 tidak boleh

melebihi 50% dari jumlah seluruh modal bank.

c) Terdapat unsur-unsur yang tidak dicakup dalam pengertian modal,

yaitu: goodwill, investasi yang tidak dikonsolidasikan dalam

perusahaan keuangan dan perbankan, investasi dalam permodalan

pada perusahaan keuanagn dan perbankan lainnya dan investasi

sevagai keikutsertaan minoritas dalam lembaga-lembaga yang

tidak dikonsolidasikan.

Basel I menetapkan bahwa minimum target capital ratio sebesar 8 % yang

wajib dipertahankan bank.

3

Page 4: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

Adapun penetapan Risk –Weight Assets menurut Basel I, terdapat dalam

tabel dibawah ini:

Bobot

Risiko

Jenis Tagihan

0% - Kas

- Tagihan kepada pemerintah dan Bank Sentral

- Tagihan lainnya kepada pemerintah negara-negara OECD

- Tagihan dengan agunan surat berharga yang diterbitkan atau

dijamin oleh pemerintah negara-negara OECD

0,10%, 20%

atau 50%

(national

discretion)

- Tagihan kepada domestic public sector entities, diluar pemerintah

pusat,

- pinjalam yang dijamin lembaga-lembaga tersebut

50% - Tagihan kpd atau yang dijamin oleh multilateral development

banks

- Tagihan keopada bank-bank di negara-negara OECD

- Tagihan kepadaatau yang dijamin oleh non domestic OECD public

sector entities, di luar pemerintah pusat.

- Uang tunai yang masih dalam proses penagihan

- Pinjaman yang dijamin sepenuhnya oleh mortgage on residential

property yang akan digunakan atau disewakan oleh debitur.

100% - Tagihan kepada sektor swasta

- Tagihan kepada bank-bank di luar negara-negara OECD > 1tahun

- Tagihan kepada Pemerintah pusat negara-negara non OECD

- Tagihan kepada perusahaan komersial yang dimiliki masyarakat

umum

- Tanah, bangunan dan peralatan serta aktiva tetap lainnya

- Real estate dan investasi lainnya (termasuk non consolidated

investment participation pada perusahaan lain).

- Instrumen permodalan yang diterbitkan oleh bank lain (kecuali

dikeluarkan dari modal)

4

Page 5: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

- Aktiva lainnya.

2. Market Risk Amandement

Kepekaan bank terhadap risiko berbeda-beda dalam lingkup maupun

dalam segi intensitasnya. Perbedaan itu di samping sebagai cermin dari perbedaan

kepekaan manajemen juga sebagai akibat dari perbedaan tingkat operasional

masing-masing bank. Atas dasar itu, langkah antisipatif dalam menanggulangi

risiko juga telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Disamping itu, kegiatan operasional perbankan baik dalam lingkup

nasioanal, maupun global telah terus mengalami perkembangan yang pesat. Basel

I dianggap kurang mengandung risk sensitivity yang tajam, sehingga The Basel

Commitee meningkatkan tingkat sensitivitasnya yang melahirkan dasar pemikiran

Market Risk Amandement. Pendekatan yang digunakan adalah twin-track dimana

Basel Committee dapat menerima internal quantitative model yang diterapkan

oleh masing-masing bank, sepanjang telah didasarkan pada ukuran-ukuran

kualitatif standar yang telah dipublikasikannya, Pendekatan ini menilai seberapa

jauh penerapan quantitative model tersebut cocok dan adakah kualitas proses

implementasinya juga mendukung.

3. Basel II

Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar the 1988 accord yang

memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap

risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas

penerapan manajemen risiko di bank. Hal ini dicapai dengan cara penyesuaian

persyaratan modal dengan risiko dari kerugian kredit dan juga dengan

memperkenalkan perubahan perhitungan modal dari eksposur yang disebabkan

oleh risiko dari kerugian akibat kegagalan operasional.

Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem

keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis

risiko, supervisory review process, dan market discipline. Framework Basel II

disusun berdasarkan forward-looking approach yang memungkinkan untuk

dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Hal ini untuk

5

Page 6: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di

pasar maupun perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko.

Basel II Accord menghasilkan pola pengawasan perbankan berbasis resiko

dengan risk sensitivity yang lebih tajam. Perbankan menjadi lebih peka

mengendalikan risk - based capital-nya sesuai dengan regulasi berbasis risiko

yang telah ditetapkan. Risk sensitivity yang lebih tajam terbentuk oleh unsur

pendukung, yaitu

a) Luasnya cakupan rasio

Basel I hanya meliputi unsur risiko kredit dan traded market risk

melalui market risk amandement, sedangkan Basel II telah

memperluas liputan tersebut dengan memasukan unsur operational

risk.

b) Dalamnya cakupan rasio

Basel I hanya menggunakan risk weight sederhana yang berbeda-

beda tergantung pada jenis aset bank dalam menghitung ATMR,

sedangkan Basel II mengembangkan beragam risk weight yamg

lebih luas terutama didasarkan pada kualitas peminjam, syarat-

syarat pinjaman, dan kualitas barang agunan. Di samping itu juga

diperkenankan setiap bank untuk memilih dua cara pendekatan

dalam menetapkan besarnya risk weight yang akan digunakannya,

yaitu dengan pendekatan: The Standardized Approach dan The

Internal Rating – Based Approach.

Adapun 3 pilar utama dalam Basel II antara lain:

a) Minimum Capital Requirements (Bank Menaged)

CAR = Total Capital / {Credit Risk + Market Risk + Operational

Risk}

= minimum 8%

b) Supervisory Review Prosess (Regulator Managed)

Setiap bank memiliki proses internal untuk menilai kecukupan

modalnya Otoritas pengawas bertanggung jawab menge- valuasai

kelayakan proses tersebut.

c) Market Discipline (Market Managed)

6

Page 7: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

Market Discipline

Disclosure Standard

Transparancy

4. Manajemen Risiko Perbankan Indonesia

Usaha jasa perbankan mengandung beberapa unsur risiko mengingat

kontrak antara Bank dengan nasabah mengikat dalam kurun waktu ke depan.

Dengan demikian masing-masing pihak mempunyai moral hazard untuk tidak

memenuhi kewajibannya di masa mendatang atau kondisi external (pasar)

berubah ke arah yang merugikan Bank antara lain fluktuasi nilai tukar dan suku

bunga. Kemungkinan tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada Bank

maupun fluktuasi faktor external perlu dikendalikan untuk meminimalkan

kerugian yang mungkin terjadi di Bank. Proses dalam mengendalikan berbagai

risiko dimaksud perlu diformalkan dalam management Bank.

Risiko dapat berupa risiko kredit apabila nasabah tidak memenuhi

kewajibannya kepada Bank. Namun demikian masih banyak risiko-risiko lainnya

seperti risiko nilai tukar, suku bunga dan operasional yang sering sekali dapat

menyebabkan Bank mengalami kerugian yang cukup besar. Masih terdapat

beberapa risiko yang juga dapat menimbulkan kerugian bagi Bank seperti

reputational risk, strategic risk, legal risk, political risk, country risk, namun

quantifikasi dan management dari risiko dimaksud masih sulit dilakukan.

Mengingat tidak setiap risiko selalu menjadi ancaman bagi Bank, maka setiap

Bank akan melakukan identifikasi terhadap risiko-risiko yang mungkin timbul

serta melakukan manajemen risiko sesuai dengan tingkat kompleksitas usahanya.

Dalam menerapkan manajemen risiko, proses yang dilakukan meliputi:

a. menyusun business plan tahunan untuk masing-masing business unit

dengan mengacu kepada arahan dari top management berkaitan dengan

sasaran tahunan yang ingin dicapai maupun risiko yang perlu

dipertimbangkan;

b. menyusun proyeksi risiko yang dengan mengacu kepada business plan

serta posisi modal yang diperlukan untuk mendukung dalam pelaksanaan

7

Page 8: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

business plan dimaksud. Apabila modal yang tersedia belum mencukupi

maka dilakukan pembicaraan di senior management level untuk

melakukan penyetoran modal atau melakukan revisi business plan.

c. Menetapkan pendelegasian wewenang kepada setiap business unit yang

terlibat untuk menerapkannya serta rambu-rambu yang perlu di patuhi

berupa limit-milit risiko agar Bank dapat mengendalikan risiko secara

keseluruhan sejalan dengan strategi Bank.

d. business unit melaksanakan fungsinya dengan mematuhi limit-limit yang

telah ditentukan.

e. risk management unit melakukan monitoring atas risiko yang di

eksposoleh masing-masing business unit maupun melakukan konsolidasi

terhadap seluruh risiko serta memonitor posisi modal yang tersedia.

f. apabila terjadi pelaksanaan yang menyimpang maka perlu dibicarakan

pada risk management committee untuk mendapatkan keputusan maupun

rekomendasi kepada manajemen puncak.

Dalam penerapan risk management diperlukan prasarana antara lain risk

assessment metodology, sistim informasi, internal control dan sumber daya

manusia yang memadai untuk menjamin efektivitas risk management process itu

sendiri.

Dengan penerapan risk management diharapkan setiap langkah dari business

unit akan dapat dimonitor oleh top management untuk koordinasi serta

mengurangi moral hazard dari masing-masing business unit untuk melakukan

kegiatan yang menghasilkan keuntungan relatif tinggi (spekulasi) tanpa

mengindahkan unsur risiko yang mungkin terjadi. Disamping itu, top management

juga dapat melihat eksposur risiko secara konsolidasi bila dikaitkan dengan

tersedianya modal Bank.

Bank wajib membentuk Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja

Manajemen Risiko. Melalui peraturan Bank Indonesia Nomor 5/12/PBI/2003

tanggal 17 juli 2003, setiap bank umum di Indonesia harus menerapkan

manajemen risiko terutama menyangkut persyaratan modal bank, sesuai dengan

8

Page 9: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

ketentuan yang dimuat dalam Basel II yaitu bank umum wajib memenuhi

persyaratan modal minimum sebesar 8% (CAR 8%). Adapun ciri khas dalam

menilai kecukupan modal antara lain

a) Pengawasan dewan dan manajemen senior

b) Assessment modal yang baik

c) Assessment risiko yang komprenhensif,

d) Monitoring dan pelaporan

e) Review dan kontrol internal.

Adapun mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum yaitu,

pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang menyangkut kewajiban antar bank,

pengambilalihan tagihan, suku bunga dan penyediaan dana. Tingkat kesehatan

bank merupakan hasil penilaian kualitatif dan kuantitatif atas berbagai aspek yang

berpengaruh pada kondisi dan kinerjanya. Faktor-faktor tersebut merupakan

unsur-unsur CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning capacity dan

Liquidity).

Dalam manajemen risiko perbankan, beberapa risiko yang harus

diperhatikan adalah:

a) Risiko kredit

b) Risiko pasar

c) Risiko suku bunga

d) Risiko nilai tukar (valas)

e) Risiko likuiditas

f) Risiko operasional

g) Risiko Hukum

h) Risiko reputasi

i) Risiko strategik

j) Risiko kepatuhan

Kebijakan manajemen risiko yang terdapat dalam manajemen risiko di

Indonesia mencakup :

a) Pelaksanaan pengendalian risiko, yaitu berhubungan dengan

pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab komisaris, direksi

9

Page 10: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

serta manajemen. Merupakan suatu hal yang penting untuk melihat

bagaimana dewan direksi dan manajemen senior memilih untuk

melaporkan seluruh aktivitasnya kepada stakeholder. Hal ini secara

signifikan akan menunjukkan bagaimana perusahaan dijalankan.

Laporan tersebut menunjukkan prioritas, kebijakan, dan bagaimana

kinerja perusahaan dari sudut pandang dewan direksinya.

b) Penetapan risk limits, Kebijakan manajemen risiko harus meliputi

penilaian (assessment) terhadap risiko yang berhubungan dengan

masing-masing produk dari transaksi. Penilaian tersebut meliputi;

metode yang cocok untuk mengukur risiko, kecukupan informasi yang

dibutuhkan untuk menilai risiko (diambil dari sistem informasi

manajemen bank), penetapan limit untuk total risiko, proses penilaian

risiko dalam bentuk ranking system dan memastikan adanya

pengendalian yang tepat untuk semua risiko misalnya review secara

rutin.

c) Informasi manajemen risiko dan analisisnya

Proses analisis risiko harus mengidentifikasi seluruh karakteristik

risiko bank (biasanya dimulai dengan membagi jenis bisnis yang

diambil), sebagaimana risiko yang berhubungan dengan masing-

masing produk dan aktivitas bisnis bank. Jadi, hal ini akan

berhubungan dengan faktor risiko dan juga akan mempertimbangkan

risiko-risiko lain (misal, performance risk dan confidentiality risk).

d) Peluncuran produk dan jasa

Bank harus mendokumentasikan proses dan prosedur pengenalan

produk dan layanan baru, termasuk wewenang yang berhubungan

dengan manajemen terkait.Dokumentasi tersebut harus meliputi ;

sistem dan prosedur (berikut perubahannya) untuk penerapan produk

dan layanan baru; pemberian wewenang untuk mengenalkan produk

dan layanan baru; laporan lengkap mengenai risiko yang berhubungan

dengan produk dan layanan baru; metode untuk mengukur dan

memonitor risiko yang berhubungan dengan produk dan layanan baru,

penilaian risiko hukum yang berhubungan dengan pengenalan produk

10

Page 11: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

dan layanan baru; pernyataan terbuka untuk nasabah terhadap risiko

produk dan layanan baru.

5. Ilustrasi Manajemen Risiko Perbankan

Studi Kasus Bank Mandiri

A. Pedoman dari Bank Sentral

Sebagai regultor, Bank Indonesia telah banyak memberikan

petunjuk manajemen resiko dan good corporate governance (tata kelola

perusahaan yang sehat) bagi perbankan Indonesia. Saat ini terdapat dua

landasan bagi perbankan dalam menerapkan kedua aspek manajemen

tersebut yaitu:

1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 5/21/DPNP tanggal 29

september 2003, perihal penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank

Umum;

2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004, perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Dokumen utama tersebut dapat dipandang sebagai adaptasi

kesepakatan Basel yang berlaku bagi kegiatan operasional perbankan

internasional. Dari sudut pandang tersebut, Bank Indonesia telah berhasil

melakukan penyesuaian dalam menerapkan Basel Agreement tersebut

sejalan dengan tingkat kegiatan operasional perbankan di Indonesia saat

ini. Hal itu dapat dipahami mengingat jumlah bank nasional yang memiliki

potensi berkembang dalam waktu dekat menjadi bank dengan jangkauan

operasi internasional masih sangat terbatas, juga apabila dikaji dari

gambaran proyeksi Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

B. Apa dan Mengapa Bank Mandiri

Diperkirakan salah satu diantara bank yang memenuhi persyaratan

sebagai bank berwawasan internasional menurut versi API adalah bank

Mandiri karena Bank Mandiri per 30 Juni 2006 telah memiliki ekuitas

11

Page 12: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

(konsolidasi) sebesar Rp 23.855,4 milyar atau setara dengan USD 2,4

milyar. Dengan jumlah aset sebesar Rp255.278,5 milyar atau USD25,6

milyar. Hal tersebut membuat Bank Mandiri ditempatkan sebagai bank

dengan permodalan yang terkuat di Indonesia karena memiliki aset

terbesar di Indonesia. Selain itu, Bank Mandiri yang paling mendekati

pemenuhan persyaratan sebagai bank dengan wawasan internasional pada

tahun 2010, menurut versi API.

Dengan posisinya yang sangat strategis ini, semua mata para

bankir, pelaku ekonomi, serta para pengambil kebijakan di bidang moneter

dan perbankan terarah pada apa yang dilakukan oleh Bank Mandiri.

Beberapa hal yang dilakukan Bank Mandiri dalam pengelolaan

manajemen resiko dan goor corporate governance antara lain:

1. Bagaimana Bank Mandiri telah melakukan tata kelola risiko secara

terpadu seperti tercermin pada penetapan organisasi tata kelola risiko

di bank itu? Di sini terlihat bagaimana pengimplementasian

manajemen resiko dilakukan secara terpadu sesuai dengan tanggung

jawab dan kompetensi masing-masing pihak terkait. Dimana Dewan

Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee (RCC) berinteraksi dan

bersinergi secara optimal.

2. Bank Mandiri juga telah menyusun profil resiko dalam suatu laporan

Profil Resiko (LPR) dalam melakukan penilaian terhadap risiko

komposit bank. Artinya bila resiko tersebut dipandang dari sudut

pandang bank, maupun dari sudut pandang unit bisnis terkait. LPR ini

digunakan sebagai laporan pada Bank Indonesia, disamping sebagai

alat untuk mendeteksi jenis resiko apa dan terdapat pada unit yang

mana. Dengan demikian, bank dapat memusatkan perhatiannya pada

jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi

kebijakan toleransi bank pada resiko tersebut.

3. Bank Mandiri juga telah menerapkan sistem yang mendukung proses

manajemen resiko, khususnya pada resiko pasar dan resiko kredit.

Value at Risk (VaR) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk

12

Page 13: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

mengukur resiko pasar, sedangkan untuk resiko kredit Bank Mandiri

menerapkan sistem rating bagi nasabah korporasi dan komersial besar.

4. Untuk memelihara tingkat likuiditas, Bank Mandiri menetapkan

kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Kebijakan tersebut adalah

pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan

penetapan limit resiko likuiditas, merancang analisis skenario dan

contingency plan, penetapan strategi pendanaan dan mempertahankan

kapasitas dana yang cukup dipasar.

C. Antara Risiko dan Visi Bank Mandiri

Dalam menjalankan bisnis, bank senantiasa bersinggungan dengan

resiko. Namun bila resiko itu dikelola dengan baik, dapat menghasilkan

imbal hasil yang sesuai dengan resiko yang diambil dan memberikan retirn

yang memadai bagi pemegang saham. Risiko yang dihadapi bank antara

lain: resiko kredit, resiko pasar, dan resiko operasional.

Dalam menjalankan manajemen resiko, Bank Mandiri menerapkan

konsep keseimbangan dalam mengkombinasikan antara analisis resiko dan

judgment dalam pengambilan keputusan.

D. Visi, Misi, dan Strategi Bank Mandiri Menghadapi Resiko

Dalam mengimplementasikan manajemen resiko, Bank Mnadiri

mendasarkan pada visi dimana risk management merupakan bagian dari

proses bisnis yang dapat memberikan kontribusi melalui penerapan risk

management untuk mencapai return yang optimal bagi stakeholder

(pemegang saham, masyarakat, pemerintah, nasabah, dan pihak-pihak

yang berhubungan dengan bank).

Untuk mencapai visi tersebut, misi dari risk management adalah

menciptakan mekenisme dan proses bisnis yang terintegrasi untuk

menghasilkan nilai tambah secara finansial melalui penerapan prinsip

kehati-hatian, mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki risk

awareness dengan kapabilitas tinggi dan berorientasi kepada bisnis, serta

13

Page 14: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

menjaga agar proses bisnis senantiasa terkendali dengan service level yang

kompetitif.

Agar visi dan misi tersebut dapat terlaksana, strategi yang

digunakan adalah:

1. Membangun budaya kredit yang sehat yang mengacu pada prinsip

kehati-hatian pada seluruh jajaran organisasi, dan menerpkan tata

kelola perusahaan yang baik (goor corporate governance).

2. Membangun metode analisis kredit yang fokus kepada resiko dan

imbal hasil.

3. Mengembangkan alat dan metode untuk melakukan monitoring resiko

kredit secara lebih komprehensif.

4. Membangun sistem collection yang terintegrasi dengan proses kredit

lainnya.

5. Membangun sistem analisis dan pengelolaan portofolio kredit yang

up-to-date dan terintegrasi.

6. Mengembangkan kebijakan kredit yang berorientasi pada persaingan

bisnis, namun tetap berpedoman pada prinsip kehati-hatian.

7. Meningkatkan kualitas manajemen resiko pasar untuk menjaga

stabilitas posisi neraca bank dalam menghasilkan laba, termasuk di

dalamnya mengeola manajemen suku bunga untuk posisi trading.

8. Mengembangkan sistem manajemen resiko operasional dengan tujuan

akhir kemampuan untuk melakukan mitigasi resiko operasional, juga

untuk memperoleh kemampuan menerapkan metode advance

measurement approach (AMA) dalam menghitung kecukupan modal,

keduanya ditujukan untuk meng-cover resiko operasional.

9. Melaksanakan pengelolaan seluruh resiko secara terpadu (market,

ckredit, operational)di dalam implementasi Enterprise Risk

Management (ERM) termasuk mengintegrasikan pengelolaan risiko

anak-anak perusahaan.

10. Melakukan perhitungan alokasi modal dan perhitungan value added

management (Basel II compliance) seperti risk adjusted return on

capital dan economic value added (EVA). Dengan demikian, bank

14

Page 15: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

dapat mengidentifikasikan unit bisnis atau produk yang memberikan

nilai tambah yang paling baik bagi bank

E. Tata Kelola Resiko Secara Terpadu.

Dalam mengimplementasikan manajemen resiko bank menerapkan

pengelolaan secara terpadu. Tata kelola risiko bank secara terpadu

merupakan tanggung jawab bersama dari Dewan Komisaris, Direksi, Risk

& Capital Committee (RCC), Unit risk Management dan juga unit bisnis.

RCC adalah suatu komite yang dibentuk bank, yang anggotanya adalah

mayoritas direksi dan grup terkait dengan bisnis manajemen risiko. RCC

membawahi dua sub comitee yaitu Komite Manajemen Risiko (KMR) dan

ALCO (Komite aktiva pasiva). KMR membahas segala hal terkait dengan

kebijakan manajemen risiko, sedangkan ALCO membahas hal mengenai

kebijakan aktiva pasiva, dan penetapan suku bunga kredit dan dana. Dalam

organisasi Bank Mandiri, Unit manajemen risiko merupakan bagian dari

corporate support unit dan bersifat independent terhadap unit bisnis.

Pemantauan pelaksanaan manajemen risiko menjadi tanggung

jawab dari semua jajaran organisasi, mulai dari dewan komisaris sampai

unit bisnis. Masalah kebijakan dimulai dari unit risk management yang

mengajukan persetujuan pada komite manajemen risiko (apabila persoalan

yang dibahas menyangkut masalah kebijakan manajemen resiko) atau

komite ALCO (apabiala persoalan yang dibahas menyangkut masalah

aktiva passiva atau penetapan suku bunga. Setelah memperoleh

persetujuan komite, keputusan akhir dibahas pada komite kebijakan pada

Dewan Komisaris untuk memperoleh persetujuan sebelum kebijakan

tersebut dapat dilaksanakan Bank.

Risiko secara bank-wide dikelola oleh grup di bawah Direktorat

Manajemen Risiko, yaitu Market Risk Group (MRG) dan Portfolio &

Operational Group. MRG bertanggung jawab dalam pengelolaan risiko

pasar trading dan risiko likuiditas, dan pengelolaan asset & liability

sebagai posisi banking book dari bank. Sementara itu PORG

bertanggung jawab dalam pengelolaan risiko kredit secara keseluruhan

dari sisi kebijakan dan kualitas portofolio kredit bank, menyediakan

15

Page 16: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

perangkat metodologi pengelolaan risiko kredit, serta mengelola risiko

operasional (termasuk risiko hukum, reputasi, strategik dan kepatuhan.

Kedua grup ini juga bertanggung jawab dalam menilai dampak dari

penerapan Basel II terhadap aktivitas bank serta melaksanakan

implementasi dari kebijakan, system dan prosedur bank yang sejalan

dengan ketentuan Basel II. Bank melihat bahwa pelaksanaan Basel II

sebagai best practices yang dapat meningkatkan daya saing bank dalam

industri

Unit manajemen risiko melakukan proses identifikasi, mengukur

dan memonitor serta mengelola risiko-risiko utama bank. Hal itu sejalan

dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan bank dan disetujui

oleh Dewan Komisaris.

F. Kebijakan dan Limit

RCC menetapkan kebijakan manajemen risiko, prosedur kerja

terkait manajemen risiko dan penetapan berbagai macam limit dalam

rangka meminimalkan risiko. Kebijakan manajemen risiko bank

merupakan payung bagi penyusunan kebijakan-kebijakan lainnya yang

lebih spesifik dari unit bisnis dan unit risiko, seperti misalnya, kebijakan

aktiva passiva, kebijakan treasury, kebijakan transaksi derivative,

kebijakan kredit, dan kebijakan trading book. Dalam pengelolaan system

limit, RCC menetapkan limit yang digunakan untuk memitigasi risiko

likuiditas, risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko trading.

G. Profil Risiko

Bank menyusun Laporan Profil Risiko (LPR) untuk menilai Risiko

Komposit bank baik dari sudut pandang bank ataupun unit bisnis. LPR

menilai delapan jenis risiko di dalam setiap unit bisnis dan system

pengendalian risiko terhadap kedelapan risiko tersebut, yaitu risiko pasar,

risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, risiko

strategic, risiko reputasi, dan risiko kepatuhan. LPR digunakan selain

16

Page 17: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

untuk memenuhi kewajiban laporan pada Bank Indonesia, juga digunakan

sebagai alat deteksi bagaimana dan apa jenis risiko serta terdapat pada unit

kerja bank yang mana. Dengan demikian bank dapat memusatkan

perhatian pada jenis risiko yang dipandang mempunyai tendensi

memburuk atau melebihi kebijakan toleransi bank pada profil tertentu.

Profil risiko terdiri dari risiko melekat (inheren) dan penilaian kualitas

control terhadap risiko. Dari dua ukuran tersebut diperoleh ukuran

komposit yang merupakan total risiko bank.

H. Tenaga Profesional Bidang Risiko

Bank mengandalkan kompetensi dan pengalaman dari tenaga-

tenaga professional bank, yaitu untuk mempromosikan budaya risiko

yang kuat yang sangat menghargai kedisiplinan dan efektivitas proses

dan control manajemen risiko. Selain itu, juga untuk memenuhi standar

manajemen risiko yang telah ditetapkna dalam rangka penilaian dan

pengambilan risiko, dan menerapkan pengambilan keputusan bisnis yang

sehat.

I. Risiko Kredit

1. Individual Credit Risk

a. Kebijakan Perkreditan (Credit Policy)

Untuk mengendalikan kegiatan kegiatan perkreditan, bank

menggunakan pedoman yang disebut dengan Pedoman Pelaksanaan

Kredit dan kebijajan Perkreditan Bank Mandiri.

Elemen Penting dari kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut :

Proses Persetujuan Kredit

Pemegang Kewenangan Memutus kredit

Kolektibilitas Kredit

Portofolio Guideline

b. Sistem Scoring dan Rating

17

Page 18: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

Pengukuran risiko kredit nasabah Bank Mandiri dilakukan dengan

menggunakan sistem yang di dalamnya memuat beberapa parameter

yaitu sistem scoring dan rating.

Untuk debitur korporasi dan komersial digunakan Bank Mandiri

Rating system (BMRS) untuk mengukur tingkat resiko kredit tiap

debitur.

Bank mandiri Rating System (BMRS) untuk Debitur Korporasi

Large Comercial adalah sebagai berikut :

No. Bank Mandiri Rating Risk Type Definition

1. AAA

Low Risk (Green)

World class

2. AA Very good

3. A Good

4. BBB Average

5. BB Bellow average

6. B Medium Risk (Yellow) Discenable Risk

7. C

High Risk (Green)

Substainable risk

8. D High Risk

9. E Default

10. F

11. G

Penerapan sistem scoring untuk kredit segmen konsumer

mmemungkinkan bank melakukan proses analisis kredit secara cepat

dalam jumlah besar dengan tingkat Non Performing Loan yang

relatif rendah.

Sistem Scorecard/ Scoring Rate untuk kredit Konsumer bank Mandiri

No. Bank Mandiri Scoring Definisi

1

2

3

Accept

Reject

Grey Zone

Credit score . highest cut off score

Credit score < lowest off score

Lowest cut off score < credit score <

18

Page 19: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

highest cut off score

2. Risk Based pricing

Struktur suku bungan ank Mandiri mengunakan sistem tingkat suku

bunga berdasarkan risiko (risk based pricing) dengan memanfaatkan

sistem rating. Pada dasarnya tingkat suku bunga terdiri dari dari

komponen Cost of Funds, Overhead Costs, Costs of Allocated

Capital dan Risk Premium. Tingkat Cost of Funds tergantung dari

biaya dari seluruh Internet Bearing Liabilities.

Untuk memantau pemberian suku bunga kepada debitur dilakukan

komparasi antara Required Yield dan Portofolio Rate.

3. Risiko Portofolio – Analisis dan Guideline

Pengelolaan Resiko portofolio dilakukan untuk menghindari

konsentraasi yang terlalu tinggi pada suatu industri, wilayah,

segmen, kredit atau sektor ekonomi tertentu.

Melalui Portofolio Guideline , sektor ekonomi digolongkan dalam

kategori

Hijau : Untuk sektor ekonomi yang mempunyai tingkat imbal

hasil tinggi, sedangkan tingkat resikonya rendah

Kuning : Untuk sektor ekonomi yang mempunyai tingkat imbal

hasil dan tingkat resikonya rata-rata

Oranye: Untuk sektor ekonomi yang mempunyai tingkat imbal

hasil rendah, sedangkan tingkat risikonya tinggi.

Dengan adanya Portofolio Guideline , Idiharapkan alokasi pada

sektor yang prospektif dapat ditingkatkan, sementara pada sektor

kurang prospektif dapat dikendalikan perrtumbuhannya.

Bank Mandiri juga menetapkan kebijaknsaan berkenaan dengan

batas pemberian kredit, yaitu bahwa total eksposur pada subsektor

ekonomi terbesar tidak boleh melebihi 20 % dari keseluruhan

19

Page 20: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

portofolio. Bank juga menetapkan in-house limit yang merupakan

pencerminan level dari resioko dalam suatu penyediaan dana kepada

debitur.

J. Risiko Operasional

Risiko operasional melekat pada aktivitas perbankan yang

dijalankan setiap hari. Tigas operasional Risk Management (ORM) adalah

memitigasi risiko dengan tingkat kerugian yang tinggi, walaupun

kemungkinan terjadinya kecil.

Implementasi dari ORM Tools di tingkat unit bisnis dilakukan

melalui beberpaa fase diawalai dengan Risk Self Assesment dan Los Event

Database.

Risk Self Assesment

Merupaka suatu proses terstruktur bagi manajemen dalam

mengidentifikasi dan menilai risiko untuk menyusun langkah mitigasi

untuk risiko yang dikategorikan sebagai tidak dapt diterima. Bank telah

melakukan uji coba proses metode RSA pada beberapa kantopr cabang

dan Bills Processing Centers, yang selanjutnya digunakan untuk

pembuatan Operational Risk Profile

Loss Event Database (LED)

Merupakan database kerugian operasional yang berisi informasi mengenai

tingkat kerugian dan penyebabnya. Bank telah melakukan uji coba LED di

tiga grup di kantor pusat dan kantor cabang di Kanwil IV Jakarta.

Operational Risk Profile

Melalui profil risiko ini dapat dilihat tipe risiko dan efektivitas sistem

pengendalian daru tiap unit bisnis untk kemudian diidentifikasi tingkat

risioko komposut. Penyusunan operational risk profile divalidasi dan

diverifikasi oleh Internal Audit Group sebelum disampaikna ke Risk &

Capital Commitee

Operational Risk Informtion System

Dikembangkan Mandiri Operational Risk Information untuk mengelola

risiko operasiomal secara efektif. Di masa mendatanag, sistem informasi

20

Page 21: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

ini dapat dengan mudah diakses oleh Direksi dan diharapkan menjadi

sumber informasi yang lengkap da pentng guna mendukung proses

pengambilan keputusan yang strategis.

Regulatory Capital

Dalam rangka mengantisipasi ketentuan Bank Indonesia, telah

dilakukansimulasi perhitungan modal untuk risiko operasional

(operational risk capital charge) dengan menggunakan pendekatan Basic

Indicator. Seiring dengan usaha pemenuhan qualifying criteria Basel II,

metode perhitungan akan dipertajam dengan menggunakan pendekatan

dan Advance Measurement Approach.

K. Capital at Risk

Capital at risk merupakan pengelolaan risiko terintegrasi dengan

pengelolaan modal dan strategik bank. Hal ini untuk memastikan bahwa

risiko dan tingkat imbal hasil bagi pemegang saham terkendali dan

konsisten pada tingkat risiko yang diinginkan (risk appetite). Pengelolaan

terintegrasi didukung oleh tingkat Capital at risk (CaR), scenario analysis,

dan stress testing. CaR ini digunakan sebagai ukuran risiko sehingga

dapat dilakukan komparasi antara aktivitas bisnis dan risiko yang berbeda.

Bank mengaolkasikan ekuitas untuk mengcover risiko utama yang

melekat pada kegiatan perbankan (risiko kredit kredit, risiko pasar dan

risiko operasional) dalam upaya mempunyai tingkta penyangga modal

yang cukup dalam rangka ekspansi bisnis dan pertumbuhan nonorganik.

6. Kesimpulan

Bank merupakan sistem manajemen risiko dengan bekerja sama dengan

unit bisnis sebagai partner kerja. Dengan demikian unit manajemen risiko

mempunyai orientasi bisnis dan unit bisnis juga mempunyai orientasi manajemen

risiko. Dengan cara demikian diharapkan penerapan manajemen risiko menjadi

harmonis dengan upaya pengembangan bisnis dalam iklim kompetisi yang

sedemikian tinggi di masa kini.

Dengan manajemen risiko seperti yang diuraikan di atas, bank dapat

melakukan identifikasi unit bisnis atau produk mana yang memberikan nilai

21

Page 22: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

tambah terbesar bagi bank sehingga bank dapat mengonsentrasikan

pengembangan pada unit yang memberikan nilai tambah yang paling besar, atau

dimana bank memiliki kekunngulan komparatif dibandingkan dengan pesaing.

Dengan demikina, bank dapat melakukan alokasi modal dan sumber daya yang

dimiliki secara lebih efisien, dalam upaya memberikan imbal hasil optimal bagi

para stakeholders.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: TUGAS Manajemen Risiko Perbankan

Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara

Djojosoedarso, Soeisno. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta : Salemba Empat

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.224/KMK.017/1993 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan

Reasuransi

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.225/KMK.017/1993Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan

Reasuransi

Sumarni, Murti.2005. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andhi

Salim,A. Abbas.2003. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta : Rajawali

Siamat Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Siamat, Dahlan. 1993. Manajemen Bank Umum. Jakarta: Intermedia

23