PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS...

16
PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS PADA TRADISI DAN BUDAYA LOKAL MASYARAKAT PENDHALUNGAN Diskusi Periodik Nur Hidayat , S.E, MM NUP 201603132 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM 2018

Transcript of PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS...

Page 1: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS

PADA TRADISI DAN BUDAYA LOKAL MASYARAKAT

PENDHALUNGAN

Diskusi Periodik

Nur Hidayat , S.E, MM NUP 201603132

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

2018

Page 2: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

Pengelolaan Manajemen Risiko Perbankan Berbasis Pada Tradisi dan Budaya

Lokal Masyarakat Pendhalungan

Abstraksi

Penelitian ini mengeksplorasi tradisi lokal pada masyarakat Pendhalungan Bondowoso yang

menjadi pertimbangan dalam pengelolaan manajemen risiko sektor keuangan mikro di

Bondowoso. Pengumpulan data dengan observasi partisipasi selama 3 tahun mulai tahun

2013 sampai awal 2016, wawancara semi struktur dan studi literatur. Hasil penelitian

menunjukkan adanya gap bahwa perbankan dalam sistem deteksi early waning sign (EWS)

hanya mempertimbangkan aspek keuangan, non keuangan dan transaksional, belum

mempertimbangkan aspek budaya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kinerja keuangan

berupa pinjaman, simpanan dan kualitas kredit (non performing loan) dipengaruhi oleh

pelaksanaan tradisi budaya lokal masyarakat Bondowoso. Dari hasil penelitian tersebut,

peneliti memberikan saran untuk perbankan di Bondowoso dan di Indonesia untuk

mempertimbangkan aspek budaya lokal atau local wisdom sebagai dasar pertimbangan

strategi operasional perbankan di masing-masing daerah di Indonesia.

Kata kunci :manajemen risiko, tradisi budaya lokal, early warning sign

I. Pendahuluan

Perubahan menjadi sebuah keniscayaan, dalam seluruh bidang dan sektor,

kemampuan melakukan adaptasi terhadap perubahan menjadi kunci.Perilaku masyarakat atau

konsumen yang berubah harus mampu ditangkap oleh pebisnis.Di era legacy marketing

sebuah entitas bisnis selain harus memperhatikan keinginan customer dan peta kompetisi

juga harus memperhatikanperubahan karena “perubahan” tidak lagi didorong oleh customer

dan competitornamun ada faktor lain yang independen dan sulit dihindarkan, yaitu Change

atau perubahan itu sendiri (kertajaya, 2014) atau yang kita kenal dengan konsep 4 C.

Page 3: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

CUSTOMER

COMPANY

COMPETITOR

Gambar 1 Model 4 C Era Legacy Marketing

Sumber : Hermawan Kertajaya, 2014

Sebagai lembaga intermediary dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan

internal perbankan yang mengalami perkembangan pesat, bank akan berhadapan dengan

berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan

usahanya. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang

dapat diperkirakan (anticipated) atau tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang

berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko - risiko tersebut tidak

bisa dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan.Oleh karena itu perbankan memerlukan

serangkaian prosedur dan metode, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,

memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa

disebut sebagai manajemen risiko.

Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau

dan mengendalikan, jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara

terarah, terintegrasi dan berkesinambungan. Dengan demikian manajemen risiko berfungsi

sebagai filter atau pemberi peringatan dini (early warning sign) terhadap kegiatan usaha bank

(karim, 2010).

Perbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan indikator indikator

early warning sign, belum mempertimbangkan faktor perilaku konsumen yang berkaitan

dengan budaya konsumen, menurut Hoftsede (1980), budaya mengacu pada suatu

penyusunan pikiran secara kolektif yang mencirikan satu kelompok dengan yang lainnya.

Dalam operasionalnya perbankan harus memperhatikan kondisi budaya mayarakat di mana

bank tersebut mau menjalankan operasionalnya. Karena jika tidak dikenali, dipahami dan

CHANGE

Page 4: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

dikelola dengan baik, budaya di sebuah daerah masyarakat tertentu akan menjadi hambatan

dalam operasional perusahaan. Budaya telah memberikan pengaruh yang luas dan dramatis

terhadap proses psikologis ( Bontempo, 1997). Teori budaya risiko mengemukakan bahwa

individu memilih apa yang ditakuti dalam kaitannya cara mereka hidup (Thompson, 1990).

Disinilah penelitian ini difokuskan, yaitu untuk mempertimbangkan faktor-faktor budaya dan

adat istiadat masyarakat lokal sebagai salah satu dasar pertimbangan perbankan dalam

pengambilan keputusan manajemen likuiditas selain aspek keuangan, aspek non keuangan

dan aspek transaksional.

2. Literature Review

Kebudayaan merupakan sisi kehidupan manusia yang sangat berpengaruh terhadap

praktik kehidupannya secara keseluruhan termasuk dalam praktik ekonomi.Menurut

Koentjoro ningrat (2009) kebudayaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan

akal.Output dari olah akal manusia itulah yang dinamakan kebudayaan. Nilai-nilai budaya

sendiri merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,

komunitas, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan ,

kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan

satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang

terjadi (Malik, 2015).

Nilai – nilai budaya di dalam bentuk gejala dan simbolnya yang sangat beragam itu

juga mempresentasikannilai-nilai kearifan.Nilai-nilai kearifan dalam bentuknya yang paling

lokal itulah yang kemudian dikenal dengan local wisdom (Malik, 2015).Menurut Suyoto

Suyatno (2015) di Indonesia kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya

atau etnis tertentu tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga

membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Hal ini bisa diambil contoh berbagai bentuk

kearifan lokal di dalam masyarakat Indonesia seperti toleransi, gotong royong, semangat

kerja, menghormati alam dan seterusnya.

Hofstede (1980) dalam studinya mengidentifikasi budaya dalam hubungannya

dengan dimensi – dimensi (a) individualism vs keloktivisme, (b) maskulinitas vs femininitas

(c) besar vs kecil jarak kekuasaan (d) kuat vs lemah yang kesemuanya dimensi dalam

menghindari ketidakpastian (uncertainty avoidance). Bond (1988) dalam studi lanjutannya

menambahkan orientasi jangka pendek dan jangka panjang.

Page 5: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

Perkembangan suatu bisnis sangat membutuhkan kompetensi lintas budaya seperti

pembentukan aliansi terkait vendor, distributor, konsumen, serta ketiga sektor organisasi

untuk memenuhi kebutuhan manusia di belahan bumi manapun berada (Perlmuter, 1997).

Menurut Kanungo (2006) budaya adalah kunci bagaimana cara hidup manusia menerima

perubahan dan melakukan bisnis dalam dunia yang berubah dengan cepat tanpa batasan

geografi.

Secara umum, risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungsional perbankan dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga jenis risiko (Karim, 2010) yaitu (1) risiko pembiayaan, (2)

risiko pasar ; terdiri dari forex risk, interest rate risk, liquidity risk dan price risk, serta (3)

risiko operasional; terdiri dari transactional risk, compliance risk, strategic risk, reputation

risk, dan legal risk.

3. Research Design and Methodology

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

modelexplorative. Dalam paradigma constructivis, peneliti berfungsi untuk menerjemahkan

apa yang dikatakan oleh subyek penelitian. Subjek penelitian ditentukan dengan metode

purposive samplingadalah tokoh masyarakat tradisional Bondowoso yang memahami tradisi

– tradisi lokal sebagai informan kuncinya, sedangkan informan pokoknya adalah nasabah

Bank X Kantor Cabang Bondowosoyang dalam kondisi bermasalah dan pihak Bank X

Bondowoso. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam (indeptinterview) dan

observasi partisipasi yang dilakukan selama 3 tahun mulai bulan Februari 2013 sampai

dengan Februari 2016. Validitas dan keabsahan data dilakukan dengan member check dan

triangulasi baik pada data maupun sumber. Analisis data dilakukan sejak, sedang dan sampai

semua data di lapangan diperoleh. Semua data dianalisis dengan menggunakan model analisis

interaktif, yakni rangkaian yang saling kait mengkait sejak penelitian dirancang, diverifikasi

dan ditarik kesimpulannya

4. Pembahasan

4.1 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Bondowoso

Bondowoso merupakan salah satu wilayah kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang

secara posisi sering sebagai wilayah “tapal kuda”, yang didiami oleh masyarakat

pendalungan. Yuswadi (2005) memberikan definisi sederhana tentang Pendhalungan sebagai

(1) sebuah percampuran antara budaya Jawa dan Madura dan (2) masyarakat Madura yang

Page 6: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

lahir di Jawa dan beradaptasi dengan budaya Jawa. Tentang posisi dan wilayah masayarakat

Pendhalungan ini juga sering di sebut sebagai wilayah Tapal Kuda. Dinamakan Tapal Kuda

karena bentuk kawasan ini yang terdiri Pasuruan, Probolinggo, Situbondo (bagian utara),

Lumajang (bagian barat), Bondowoso, Jember (bagian selatan) dan Banyuwangi (bagian

timur) dari jika digambar dalam bentuk peta mirip dengan gambar tapalnya kuda (Wibisono

& Haryono, 2016)

Menurut salah satu tokoh masyarakat yang menjadi informan penelitian, dalam tata

kehidupan sosial masyarakat Madura dan Jawa sebagai pembentuk masyarakat pendhalungan,

hampir semua pelaksanaan kegiatan di masyarakat mengacu pada beberapa periode waktu

tertentu yang menurut mereka dianggap sebagai hari baik.

Tabel 1 Kalender Hijriyah, Jawa dan Madura

No

Penanggalan

Hijriah Penanggalan Jawa Penanggalan Madura

1 Muharram Sura Sorah

2 Safar Sapar Sappar

3 Rabi’ul Awwal Mulud Molod

4 Rabi’uts Tsani Bakda Mulud Rasol

5 Jumadil Awwal Jumadilawal Mandhilawal

6 Jumadits Tsani Jumadilakir Mandhilaher

7 Rajab Rejeb Rejjeb

8 Sya’ban Ruwah Rebbe

9 Ramadhan Pasa Pasah

10 Syawal Sawal Tong Areh

11 Dzul Qo’dah Apit (Dulkangidah) Takepek

12 Dzul Hijjah Besar (Dulkahijjah) Rerajeh

Sumber : data primer dari informan penelitian

Kalender atau penanggalan yang dipakai masyarakat Pendhalungan sangat kental

dengan nuansa islami karena menggunakan sistem penanggalan qomariyah.

Beberapa kegiatan sosial dan budaya di Bondowoso hasil konfirmasi ke tokoh

masyarakat yaitu kegiatan hajatan perkawinan dan khitanan, acara lamaran, tasyakuran tanam

dan panen, tasyakuran wanita yang baru hamil pertama kali “mitoni / thok pethok” (ketika

Page 7: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

umur 7 bulan) yang diselenggarakan dengan gotong royong atau masyarakat setempat

menyebutnya “koleman”. Dan beberapa jenis tradisi yang banyak ditemukan peneliti dalam

kehidupan masyarakat Pendhalungan.“Koleman” sebagai salah local wisdom masyarakat

Pendhalungan, adalah bentuk kerjasama dan gotong royong membantu warga yang

melaksanakan hajatan, bisa berupa material uang, bahan makanan, ataupun bantuan tenaga

dan pemikiran.

Solidaritas keluarga itu sering diutarakan dengan papareghanMadura ras-bherasan

tan-palotanan, las-bellasan sataretanan (saling kasih mengasihi sesaudara), Long-tolong

saroso’ (bertolong tolongan serusuk) atau song osong lombbung (serempak mengusung

lumbung) merupakan peribahasa Madura untuk menyatakan kegiatan orang banyak yang

berkumpul dan bersepakat mengerjakan suatu pekerjaan bersama-sama (Rifai, 2007).

Awalnya tradisi koleman adalah bentuk gotong royong dan solidaritas masyarakat

kepada saudara atau tetangga yang sedang melaksanakan hajat, dengan memberikan bantuan

sekedarnya dan semampunya baik berupa materi, tenaga dan pemikiran untuk meringankan

beban pemilik hajat. Namun dalam perkembangannya mengalami pergeseran menjadi ajang

untuk menunjukkan kelas sosial dan mencari keuntungan pribadi.

. Hasil penelitian Hasanah (2010) Koleman dalam acara-acara pernikahan di

Pamekasan memiliki syarat dan rukun sama persis dengan hutang piutang yaitu adanya dua

orang yang melakukan akad (pemilik walimah atau sahibul hajah dengan para tamu yang

diuandangnya), adanya saksi dan juga catatan dalam pemberian barang kepada pemilik

walimah.

Di luar Pulau Madura juga ditemukan acara yang hampir sama seperti dalam

penelitian Aminah (2007), di Kecamatan Purworejo kota Malang dan di Pasuruan memiliki

tradisi yang kurang baik karena ditujukan untuk mendapatkan keuntungan yang besar (profit

oriented).

Tradisi pelaksanaan walimah yang kurang lebih sama juga terjadi di Situbondo yang

diungkap dalam penelitian Insyiroh (2006), tradisi ini di Situbondo disebut masyarakat

dengan aparloh baik untuk pesta penikahan maupun untuk khitanan. Dalam penelitian ini

menemukan sedikit perbedaan dalam tradisi di Situbondo yaitu tradisi menyiarkan dengan

pengeras sura barang-barang bawaan para tamu pada pesta pernikhan, tradisi siaran bawaan

ini telah mempertegas kelas ekonomi masyarakat Madura Situbondo.yang menyumbangkan

persaingan antarelit ekonomi masyarakat, karena dalam pelaksanaan aparloh juga terjadi

Page 8: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

“perang” persaingan bawaan, penampilan, dan perhiasan yang mewah. Kondisi ini, pada

akhirnya menimbulkan rasa iri hati dan cemburu sosial bagi masyarakat kelas menengah ke

bawah yang tidak mampu.Tradisi ini juga menyebabkan masyarakat kelas menengah ke

bawah mendapatkan kesulitan sebab sebagian masyarakat kalangan elit, terkadang juga

dengan sengaja memberikan cecce’an, yakni pemberian koleman yang harus

dikembalikan.Sebagian masyarakat kelas menengah ke bawah sudah sering mengingatkan

pada kalangan elit untuk tida memberikan cecce’an, tetapi karena untuk gengs sosialnya

masih tetap melaksanaan cecce’an itu.

Masyarakat Pendhalungan yang kental dengan nuansa religinya juga melaksanakan

beberapa peringatan hari besar islam dengan semarak yang tentunya membutuhkan biaya

besar seperti peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Hari Raya Besar (Idul

Adha) atau masyarakat menyebutnya bulan “Rerajeh”, Isra’Mi’raj, malam sya’ban (malam 15

bulan Sya’ban), malam ke 21 dan 27 bulan Ramadhan, peringatan pada periode tertentu

keluarga yang telah wafat (malam ke 3, 7, 40 hari, 100 hari, 1 tahun dan 1000 hari),

peringatan Asyuroan (masyarakat pendhalungan membuat bubur “jhenang” syuro ketika

masuk bulan syuro).

Dari hasil pengamatan peneliti semua tradisi unik dalam masyarakat pendhalungan

tersebut diselingi dengan tradisi budaya “ater-ater” ketika melaksanakan hajatan,

“selametan”, hari raya keagamaan, dan tasyakuran, yaitu dengan mengirimkan barang

(khususnya makanan atau sajian) kepada sanak keluarga atau tetangga di sekitar rumah dan

tidak jarang juga dikirimkan ke beberapa keluarga jauh.

4.2 Perbankan di daerah Bondowoso

Fokus kajian penelitian ini adalah pada kredit mikro yang sebagian besar nasabahnya

adalah masyarakat menengah ke bawah yang lebih bisa menggambarkan stereotype

masyarakat asli pendhalungan, yang tentunya masih memegang teguh adat istiadat dan

budaya masyarakat lokal, salah satunya tradisi koleman. Nasabah mikro Bank X dipilih

sebagai subyek penelitian karena core bisnisBank X fokus pada layanan micro banking.Bank

X memiliki market share yang cukup baik dalam peta persaingan perbankan di Bondowoso,

seperti data yang ditampilkan dalam tabel 2 berikut :

Page 9: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

Tabel 2Posisi Market Share Bank X

Tahun 2013-2015

(dalam jutaan)

Kinerja 2013 2014 2015

Bank X Perbankan Bank X Perbankan Bank X Perbankan

Di Bondowoso Di Bondowoso Di Bondowoso

Aset 853,003 1,352,325 885,773 1,420,843 835,484 1,484,770

Dana 342,393 549,365 392,891 647,434 429,501 1,047,318

Kredit 849,191 1,292,743 881,702 1,369,005 836,821 1,381,849

NPL 2.73% 2.04% 4.26% 3.24% 6.69% 4.73%

LDR 248.01% 235.68% 224.41% 211.45% 194.83% 131.94% Sumber : Laporan Bank Indonesia diolah

Perkembangan Pinjaman Mikro

Salah satu produk pinjaman mikro yang dilayani melalui Bank Xmemberikan

plafond pinjaman mulai Rp 1 juta sampai dengan Rp 100 juta. Pinjaman mikro Bank X

berupa kredit modal kerja dan kredit investasi untuk pertanian, peternakan, perdagangan dan

golongan berpenghasilan tetap.Dari hasil pengamatan peneliti terjun langsung selama 3 tahun

dan wawancara dengan beberapa kepala cabang mikro Bank X, tata kehidupan sosial

kemasyarakatan dan pola musiman masyarakat agraris cukup mempengaruhi siklus

penyaluran pinjaman.

Seperti dalam grafik 1 ada bulan bulan tertentu yang penyaluran atau realisasi

kreditnya cukup tinggi, dan berbeda ritme setiap tahunnya.

Grafik 1 Posisi Outstanding Pinjaman Mikro Tahun 2013-2016

Sumber : Data pimer diolah (lihat lampiran)

05.000

10.00015.00020.00025.00030.00035.00040.000

Posisi Outstanding / Pinjaman Mikro

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Tahun 2016

Page 10: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

Dari informasi beberapa kepala cabang mikro Bank X, perilaku nasabah di sektor

mikro memiliki keunikan.Perilaku meminjam, mengangsur pinjaman, menabung dan

berinvestasi tidak hanya dipengaruhi musim tanam dan musim panen, tapi juga dipengaruhi

beberapa pelaksanaan kegiatan sosial di masyarakat. Kondisi ini memaksa mereka untuk

menerapkan strategi lokal untuk menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di wilayah

kerjanya walaupun menurut mereka tidak diatur dalam Buku Pedoman Operasional (BPO)

perbankan, misalnya pada saat musim hajatan, untuk penyaluran kredit dibatasi dan benar

benar harus memperhatikan prinsip prudential banking.

Dari grafik 1 tentang penyaluran kredit mikro di Bondowoso periode 2013 – 2016

ditemukan bahwa ada bulan bulan tertentu yang prosentase kenaikan penyalurannya

tinggi.Menurut keterangan beberapa Kepala cabang mikro Bank X memang terjadi kenaikan

permintaan atau jumlah pengajuan kredit pada bulan Maret sampai Juni dan meningkat lagi

pada sekitar bulan Oktober dan Nopember.Tokoh masyarakat dan beberapa nasabah mikro

yang diwawancarai membenarkan kondisi tersebut, bahwa pada bulan April, Mei, Juni

bertepatan dengan bulan Jumadil Akhir, Rajab, dan Sya’ban atau menjelang Ramadhan

dimana banyak masyarakat melaksanakan hajatan khususnya perkawinan dan khitan. Sekitar

bulan Oktober dan Nopember adalah bulan Dzul Hijjah atau “rerajeh” atau masyarakat

pendhalungan menyebut “besar”, puncak – puncaknya masyarakat melaksanakan hajatan.

Tabel 2 Kalender Masehi dan Hijriyah

Tahun 2013-2014

Tahun 2013 Tahun 2014

Masehi Hijriyah Masehi Hijriyah

Januari Shafar - Rabi'ul Awal Januari Shafar - Rabi'ul Awal

Februari Rabi'ul Awal - Rabi'ul Akhir Februari Rabi'ul Akhir

Maret Rabi'ul Akhir- Jumadil Awal Maret Rabi'ul Akhir- Jumadil Awal

April Jumadil Awal - Jumadil akhir April Jumadil akhir - Rajab

Mei Jumadil akhir - Rajab Mei Rajab - Sya'ban

Juni Rajab - Sya'ban Juni Sya'ban - Ramadhan

Juli Sya'ban - Ramadhan Juli Ramadhan - Syawwal

Agustus Ramadhan - Syawwal Agustus Syawwal - Dzulqo'idah

September Syawwal - Dzulqo'idah September Dzulqo'idah - Dzul Hijjah

Oktober Dzulqo'idah - Dzul Hijjah Oktober Dzul Hijjah - Muharram

Nopember Dzul Hijjah - Muharram Nopember Muharram - Shafar

Desember Muharram - Shafar Desember Shafar - Rabi'ul Awal

Sumber : Data Primer diolah

Page 11: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

Tabel 3 Kalender Masehi dan Hijriyah

Tahun 2015-2016

Tahun 2015 Tahun 2016

Masehi Hijriyah Masehi Hijriyah

Januari Rabi'ul Awal - Rabi'ul Akhir Januari Rabi'ul Awal - Rabi'ul Akhir

Februari Rabi'ul Akhir- Jumadil Awal Februari Rabi'ul Akhir- Jumadil Awal

Maret Jumadil Awal - Jumadil akhir Maret Jumadil Awal - Jumadil akhir

April Jumadil akhir - Rajab April Jumadil akhir - Rajab

Mei Rajab - Sya'ban Mei Rajab - Sya'ban

Juni Sya'ban - Ramadhan Juni Sya'ban - Ramadhan

Juli Ramadhan - Syawwal Juli Ramadhan - Syawwal

Agustus Syawwal - Dzulqo'idah Agustus Syawwal - Dzulqo'idah

September Dzulqo'idah - Dzul Hijjah September Dzulqo'idah - Dzul Hijjah

Oktober Dzul Hijjah - Muharram Oktober Dzul Hijjah - Muharram

Nopember Muharram - Shafar Nopember Shafar

Desember Shafar - Rabi'ul Awal Desember Rabi'ul Awal - Rabi'ul Akhir

Sumber : Data Primer diolah

Simpanan Mikro

Dalam microfinance,salah seorang manajer bisnis mikro (secara struktur,

membawahi beberapa kepala cabang mikro) memberikan keterangan bahwa mobilisasi

simpanan atau penghimpunan dana pihak ketiga memiliki 2 fungsi yaitu (1) sebagai fungsi

intermediasi mempertemukan pihak yang surplus dana dengan pihak yang defisit dana yang

disalurkan sebagai pembiayaan atau kredit, (2) sebagai persiapan bagi golongan usaha kecil

atau mikro apabila terjadi risiko risko di kemudian hari yang menganggu cash flow harian

dan mempengaruhi kualitas pinjaman.

Pihak Bank X menyampaikan, masyarakat Pendhalungan juga memiliki perilaku

dan persepsi bahwa menabung bukan untuk motif berjaga – jaga dan transaksi tapi

merupakan dana persiapan untuk merayakan hari-hari besar dan tradisi dalam masyarakat.

Motif menabung menurut (Antonio, 2000) yaitu (1) Berjaga-jaga ketidakpastian masa depan,

(2) persiapan pembelian suatu barang konsumsi, (3) mengakumulasi kekayaan. Dari posisi

simpanan dalam grafik 2 diketahui posisi simpanan Bank X menurun pada periode

pelaksanaan hari hari besar dan bulan bulan hajatan masyarakat atau berbanding terbalik

dengan posisi pinjaman.

Beberapa informan dari nasabah mikro Bank X yang diwawancarai menyampaikan

bahwa masyarakat Pendhalungan khususnya dari keturunan Madura rantau, dalam

berinvestasi dan menabung lebih memilih berupa hewan ternak terutama sapi daripada

Page 12: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

menabung di bank.Beberapa alasan mereka, usaha turun temurun sehingga sangat menguasai

seluk beluk sapi, sapi mudah dijual, dalam periode tertentu harga mahal dan keuntungan bisa

lebih dari 100 persen.

Grafik 2 Posisi Instanding Simpanan Mikro Tahun 2013-2016

Sumber : Data pimer diolah (lihat lampiran)

Kredit Mikro Bermasalah

Suatu kredit dinyatakan bermasalah jikabank benar – benar tidak mampu

menghadapi risiko yang disebabkan oleh kredit tersebut. Risiko kredit didefinisikan sebagai

risiko sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau

untuk memenuhi kewajiban membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada

saat jatuh tempo atau sesudahnya (Idroes, 2006). Parameter yang menunjukkan kerugian

adanya kredit dalam bank konvensional dinyatakan dengan Non Performing Loan (NPL) dan

di bank syariah dinyatakan dengan Non Performing Financing (NPF), untuk posisi NPL

kredit mikro di Bank X Bondowoso bisa dilihat di grafik 3.

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Posisi Instanding / Simpanan Mikro

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Tahun 2016

Page 13: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

Grafik 3 Posisi NPL Absolut Pinjaman Mikro Tahun 2013-2016

Sumber : Data pimer diolah (lihat lampiran)

Pinjaman bermasalah pada microfinance di Bondowoso terjadi fluktuasi pada bulan

–bulan tertentu. Beberapa kepala cabang mikro Bank X menyampaikan bahwa sebenarnya

pinjaman bermasalah sudah bisa diprediksi, terutama pada bulan-bulan yang bersamaan

dengan pelaksanaan hajatan di masyarakat ataupun pelaksanaan hari hari besar islam.

Nasabah bermasalah yang menjadi informan juga memperkuat pendapat itu dengan

menyampaikan bahwa tradisi “koleman” atau hajatan di masyarakat memiliki sanksi sosial,

ketika seseorang memiliki pinjaman di bank dan jatuh temponya bersamaan waktu yang

bersangkutan mengembalikan “cece’an” dana yang dulu dia terima dari warga lain pada saat

melaksanakan hajatan, maka dia akan lebih memilih mengembalikan dana koleman (cece’an

balasan) terlebih dahulu daripada pinjaman ke bank.

Informan dari petugas Bank X juga menambahkan bahwa persepsi masyarakat

tentang investasi dan menabung selain menjadi penyebab kredit bermasalah juga menjadi

penyebab lambatnya mobilisasi dana pihak ketiga di daerah Bondowoso atau bahkan di

daerah tapal kuda lainnya. Hewan ternak khususnya sapi menjadi andalan produk investasi

masyarakat Bondowoso, beberapa nasabah bermasalah yang sebagian besar petani / peternak

menyampaikan bahwa pinjaman yang mereka terima dari bank dengan jangka waktu 6

bulanan atau 1 tahun sesuai siklus pertaniannya dibelikan hewan ternak. Namun pada saat

jatuh tempo mereka enggan menjual hewan ternaknya karena mereka mempersepsikan bahwa

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Posisi NPL Absolut Pinjaman Mikro

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Tahun 2016

Page 14: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

sapi bukan komoditas bisnis yang diperdagangkan tapi adalah asset investasi yang akan dijual

kalau ada kebutuhan besar saja seperti hajatan atau mendaftar ongkos naik haji (ONH).

Bank X sebagai salah satu bank yang fokus pada microfinance, keterangan salah

seorang manajer mikro sebenarnya Bank X memiliki panduan dalam mendeteksi atau

pencegahan kredit bermasalah yang dikenal dengan istilah early warning sign (EWS).Salah

satu bentuk penerapan prinsip kehati-hatian tersebut adalah diberlakukannya ketentuan

mengenai “tanda tanda peringatan dini” atau Early Warning Sign (EWS) (Surat Edaran No 7

tahun 2002 Bank X). Akan tetapi pengaturan mengenai Early Warning Sign masih sebatas

prinsip-prinsip dan faktor-faktor (tanda-tanda) yang harus dilakukan dalam upaya pengenalan

dini, antara lain (SE No 7/2002 Bank X) :

1. Aspek Keuangan, yang dimaksud dengan tanda-tanda bahaya atau kelemahan dini

dilihat dari aspek keuangan adalah menurunnya kemampuan keuangan / kinerja usaha

debitur yang ditunjukkan dengan adanya perubahan-perubahan pada rasio-rasio atau

angka angka keuangan debitur yang lebih buruk dibandingkan dengan perusahaan

sejenis pada umumnya atau past performance usahanya.

2. Aspek Non Keuangan, kejadian atau hal-hal di luar faktor keuangan yang

diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja usaha dan kemampuan debitur dalam

memenuhi kewajibannya baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain

kehilangan pelanggan inti, force majeure, perubahan manajemen, gangguan

keamanan, perselisihan tenaga kerja, pencemaran lingkungan, Kebijakan pemerintah

yang berakibat negatif pada perusahaan.

3. Aspek Transaksional, tanda-tanda menurunnya kemampuan debitur yang Nampak

atau tercermin dari perkembangan transaksi / mutasi keuangannya di bank.

Aspek budaya belum menjadi bahan pertimbangan dalam penerapan system EWS di

perbankan. Dari hasil penelitian selama 3 tahun peneliti terlibat langsung dalam proses kredit,

budaya masyarakat sangat berpengaruh dalam microfinance di Bondowoso, baik penyaluran

pinjaman maupun mobilisasi dana pihak ketiga. Perbankan

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kinerja Bank

X berupa posisi penyaluran pinjaman, perolehan dana pihak ketiga dan kualitas pinjaman

dipengaruhi oleh pelaksanaan keanekaragaman budaya dalam masyarakat Bondowoso.

Adanya gap antara sistem manajemen risiko bank dan fenomena sosial di

Page 15: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

masyarakat.Perbankan dalam mendeteksidan mengelola risiko menerapkan system Early

Warning Sign (EWS), yang mendeteksi Aspek keuangan, Aspek non keuangan dan aspek

transaksional. Sistem EWS perbankan belum memasukkan aspek sosial budaya yang ternyata

dari hasil penelitian di Bondowoso cukup mempengaruhi kinerja bank.

Ke depan strategi perbankan disarankan mempertimbangkan aspek aspek budaya

dan tradisi lokal dalam operasionalnya. Dalam penyaluran kredit dan mobilisasi simpanan

memperhatikan waktu waktu atau bulan tertentu sehingga kualitas kredit tetap terjaga, tepat

waktu, tepat jumlah dan tepat orang.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A Karim, 2014. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Aminah, 2007.IPAMA dan Pergeseran Maknah Walimah Pernikahan, Skripsi Fakultas Syari’ah UIN

Maliki Malang

Bambang Wibisono dan Ahmad Haryono, 2016.Wacana Perkawinan di Tapal Kuda, Penerbit Tapal

kuda, Jember

Bontempo, Robert N; William P. Bottom; and Elke U Weber, 1997.Cross-Cultural Differences in Risk

Perception : A Model-Based Approach

Ferry N Idroes dan Sugiarto. 2006. Manajemen Resiko Perbankan, Graha Ilmu, Yogyakarta

Hermawan Kertajaya, 2014. Wow Marketing,Gramedia Pustaka Tama, Jakarta

Hermen Malik, 2015. Bangun Industri Desa Selamatkan Bangsa; Strategi Pembangunan Industri Desa

di kabupaten Kaur Bengkulu. IPB Press, Bogor

Hofstede, G, 1980. Culture’s Consequences : International Difference in Work Related Values. Beverly

Hills, California: Sage

Hofstede, Geert and Michael Harris Bond,1988. The Conficus Connection : From Cultural Roots to

Economic Growth, Organizational Dynamics, Vol 16 No 4, pp 5-21

Kanugo Rama Prasad, 2006.Cross Culture and Business Practice : Are They Coterminous or Cross Verging ?.Cross Cultural Management An International Journal 13 (1): PP 23-31

Koentjoroningrat, 2009.Pengantar Ilmu Antropologi, PT Rineka Cipta, Jakarta

Mien Ahmad Rifai, 2007. Manusia Madura; Pembawaan, Perilaku, Etos kerja, Penampilan, dan

Pandangan Hidupnya Seperti Dicitrakan Peribahasanya. Pilar Media (Anggota IKAPI),

Yogyakarta

Page 16: PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN BERBASIS …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Nur_Hidayat_Diskusi_Periodik.pdfPerbankan melalui proses identifikasi kondisi debitur dengan

Muhammad Syafi’I Antonio, 2000.Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum. Tazkia Institute

Jakarta

Perlmutter, HV, 1997. Becoming Globally Civilized. Financial Times Mastering Management, Pitman

Publishing in Association with IMD, London Business School and Wharton, Business School,

Philadelphia, PA

Sugiyono, 2013.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfa beta, Bandung

Suyatno Suyoto, 2015. Revitalisasoi Kearifan lokal Sebagai upaya Penguatan Identitas

Keindonesiaan.http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1336

(akses:18/02/2016)

Thompson, M; R Ellis; and A Wildavsky, 1990. Cultural Theory, Oxford, Wes View

Titik Insyiroh,2006. Tradisi Siaran Bawaan pada Pesta Pernikahan: Kasus di Desa Curah Kalak Kec.

Jangkar Kab. Situbondo, Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Maliki Malang

Uswatun Hasanah, 2010. Koleman (Pemberian), Antara Hutang Piutang, Pinjam Meminjang, Hibah

dan Sedekah, Tesis Program Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Yuswadi, Harry. 2005. Melawan Demi Kesejahteraan, Perlawanan Petani Jeruk terhadap KebijakanPembangunan Pertanian. Jember: Kompyawisda.

Sumber Lain :

Laporan Bank Indonesia Tahun 2013

Laporan Bank Indonesia Tahun 2014

Laporan Bank Indonesia Tahun 2015

Surat Edaran Bank X : SE No 7 tahun 2002; tentang Early Warning Sign

Website :

www.bi.go.id

www.bps.go.id