Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

33
MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN UMUM DAN PERBANKAN SYARIAH I. PENDAHULUAN Apakah risiko itu? Mengapa risiko mendapat perhatian khusus dalam dunia perbankan? Secara umum risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya kerugian yang harus ditanggung dalam pemberian kredit, penanaman investasi, atau transaksi lain yang dapat berbentuk kehilangan keuntungan, atau kemampuan ekonomis antara lain karena adanya perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah, dan kegagalan usaha. Mengapa risiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena risiko itu mengandung biaya yang tidak sedikit. Risiko yang dikelola dengan baik dapat menjaga kinerja perusahaan terhindar dari kerugian. Manajemen risiko dapat diartikan sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan oleh perbankan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Secara lebih spesifik dapat diartikan sebagai pengelolaan berbagai bentuk risiko yang berhubungan dengan operasional bank sesuai dengan prinsip kehati-hatian gunamengontrol risiko pembiayaan yang terdiri atas risiko kredit, risiko suku bunga dengan cara cegah risiko (hedging), financial futures, dan batas atas suku bunga (interest rate caps), tujuannya untuk mengendalikan biaya dana, anggaran biaya bunga, dan membatasi terhadap perubahan tingkat suku bunga.

description

MK 3

Transcript of Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

Page 1: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN UMUM DAN PERBANKAN SYARIAH

I. PENDAHULUAN

Apakah risiko itu? Mengapa risiko mendapat perhatian khusus dalam dunia

perbankan? Secara umum risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya kerugian yang

harus ditanggung dalam pemberian kredit, penanaman investasi, atau transaksi lain yang

dapat berbentuk kehilangan keuntungan, atau kemampuan ekonomis antara lain karena

adanya perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah, dan kegagalan usaha.

Mengapa risiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena risiko

itu mengandung biaya yang tidak sedikit. Risiko yang dikelola dengan baik dapat menjaga

kinerja perusahaan terhindar dari kerugian. Manajemen risiko dapat diartikan sebagai

serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan oleh perbankan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari

kegiatan usaha bank. Secara lebih spesifik dapat diartikan sebagai pengelolaan berbagai

bentuk risiko yang berhubungan dengan operasional bank sesuai dengan prinsip kehati-

hatian gunamengontrol risiko pembiayaan yang terdiri atas risiko kredit, risiko suku bunga

dengan cara cegah risiko (hedging), financial futures, dan batas atas suku bunga (interest

rate caps), tujuannya untuk mengendalikan biaya dana, anggaran biaya bunga, dan

membatasi terhadap perubahan tingkat suku bunga.

Risk Management sebenarnya diperlukan bukan hanya di dunia perbankan namun

dapat juga diterapkan di berbagai aktivitas. Faktor risiko yang dipertimbangkan akan

berbeda dari aktivitas yang satu dengan yang lain. Harus diakui bahwa, sesungguhnya,

industri perbankan adalah suatu industri yang sarat dengan risiko, terutama karena

melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi,

seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan penanaman dana lainnya.

Dengan begitu, dapat dikatakan, bahwa semua kegiatan bank, baik yang berasal dari

aktiva maupun pasiva mengandung berbagai jenis risiko, baik itu risiko pasar, risiko

kredit, risiko likuiditas maupun risiko-risiko lainnya. Besar kecilnya risiko itu akan sangat

tergantung pada berbagai faktor yang terkait, misalnya kemampuan dan kejelian

manajemen dalam mengelola hal itu.

Page 2: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

Karenanya, untuk meminimalisir risiko-risiko yang dihadapi, maka manajemen bank

harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai, sehingga berbagai risiko yang

berpotensi muncul dapat diantisipasi dari awal, dan dicari cara penangananya secara lebih

baik. Diharapkan, risiko yang muncul akan dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga

potensi kerugian yang akan diderita dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam hal ini, risk

management di perbankan diharapkan dapat mengendalikan risiko-risiko yang mungkin

timbul untuk mengurangi kerugian apabila terjadi.

Tentunya terdapat pertanyaan: apakah pada saat ini perbankan di Indonesia belum

secara utuh menerapkan risk management? Perbankan di Indonesia tentunya sudah

melakukan analisis-analisis dan teknik yang berkaitan dengan upaya untuk mengurangi

kerugian yang timbul dimasa mendatang melalui proses pengelolaan risiko kredit seperti

analisis kredit. Kegiatan demikian sudah merupakan salah satu dalam proses pengendalian

risiko, sehingga kalau dikatakan bahwa perbankan di Indonesia sama sekali belum

menerapkan pengendalian risiko juga tidak sepenuhnya valid. Namun demikian

pendekatan dalam pengendalian risiko masih menggunakan teknik dan pendekatan

konvensional, sehingga efektivitasnya masih dipertanyakan, belum efektif dan perlu diuji

kembali konsistensi penerapannya.

Dengan diterapkannya perhitungan kebutuhan modal minimum yang dihitung

berdasarkan risiko secara internasional melalui rekomendasi yang dikeluarkan Basel

Committee on Banking Supervision (i.e. Basel Accord 1988), maka perkembangan risk

management semakin pesat untuk mengembangkan perhitungan risiko yang lebih akurat

(modelling). Kondisi demikian didasarkan kepada diperbolehkannya Bank-bank dalam

menghitung kebutuhan modal minimum dengan menggunakan internal model khususnya

risiko pasar (Amandemen Basel Accord, BIS, 1996), dengan persyaratan-persyaratan

tertentu.

Mengingat risk management secara utuh di Indonesia masih dalam proses persiapan

untuk penerapannya, tentu masih banyak para praktisi perbankan masih perlu pemahaman

secara lebih mendalam berkaitan dengan risk management. Paper ini dimaksudkan untuk

memberikan gambaran secara umum tentang risk management serta peran para senior

management dalam penerapannya.

Pada makalah ini akan mengulas mengapa risk mangement diperlukan, risiko apa

saja yang dapat terjadi di Bank, kelemahan conventional approach, kebijakan perbankan

2

Page 3: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

internasional dalam risk management, peran senior management, dan kesimpulan.

Demikian pula pada perbankan syariah, profil risiko yang muncul, bagaimana peran DPS

dalam perbankan syariah sehubungan dengan manajemen risiko perbankan syariah.

II. MENGAPA RISK MANAGEMENT DIPERLUKAN?

Industri keuangan menyadari bahwa manajemen risiko harus diimplementasikan

dalam cakupan yang luas, pada setiap lini bisnis dan jenis-jenis risiko. Hal ini disebabkan

oleh sejumlah faktor, antara lain 1) exposures terhadap sumber-sumber risiko global yang

semakin meningkat ketika sebuah institusi mengembangkan operasinya, 2) interaksi dari

faktor-faktor risiko di dalamnya, 3) hubungan antara produk-produk yang saling

bersilangan antara risiko-risiko pasar dan risiko-risiko keuangan.

Jenis-jenis risiko adalah sebagai berikut:

Risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila nasabah tidak dapat memenuhi

kewajibannya untuk membayar angsuran pokok ataupun margin/bunga

sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian pembiayaan/kredit.

Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh

bank akibat adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) berupa suku

bunga dan nilai tukar. Risiko pasar ini mencakup empat hal, yaitu risiko tingkat

suku bunga (interest rate risk), risiko pertukaran mata uang (foreign exchange

risk), risiko harga (price risk) dan risiko likuiditas (likuidity risk).

Risiko likuiditas yaitu risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan

bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Bank perlu

memelihara dana dalam jumlah yang memadai dan aktiva lancar untuk

mengakomodasi perubahan-perubahan dan permintaan dana yang muncul dari

waktu ke waktu

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan

atau tidak berfungsinya proses internal, human error, kegagalan sistem atau

adanya masalah eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Ada tiga faktor

yang menjadi penyebab timbulnya risiko ini, yaitu (a) infrastruktur, seperti

teknologi, kebijakan, lingkungan, pengamanan, perselisihan dan sebagainya, (b)

proses, (c) sumber daya. Risiko ini mencakup lima hal, yaitu risiko reputasi

3

Page 4: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

(reputational risk), risiko kepatuhan (compliance risk), risiko transaksi

(transactional risk), risiko strategis (strategic risk), dan risiko hukum (legal risk).

Risiko Hukum adalah Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek

yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,

ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan

perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan

yang tidak sempurna.

Risiko Reputasi adalah Risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi

negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap

Bank.

Risiko Strategis adalah Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan

pelaksanaan strategi Bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang

tidak tepat atau kurang responsif Bank terhadap perbuhan eksternal.

Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

Pengelolaan Risiko Kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian

intern secara konsisten.

Risiko Transaksi adalah risiko yang disebabkan olehpermasalahan dalam

pelayanan atau produk-produk yang disediakan. Penyebab timbulnya risiko ini

antara lain adalah kekeliruan dalam penetapan akad, kasus-kasusu hokum, system

teknologi dan informasi.

Fungsi manajemen risiko adalah :

1. Menetapkan arah dan risk appetite dengan menagkaji ulang secara berkala dan

menyetujui risk exposure limits yang mengikuti perubahan strategi perusahaan.

2. Menetapkan limit, biasanya mencakup pemberian kredit, penempatan non-kredit,

asset liability management, trading dan kegiatan lain seperti derivatif dan lain-lain.

3. Menetapkan kecukupan prosedur pemeriksaan untuk memastikan adanya integrasi

pengukuran risiko, kontrol sistem pelaporan, dan kepatuhan terhadap kebijakan dan

prosedur yang berlaku.

4. Menetapkan metodologi untuk mengelola risiko dengan menggunakan sistem

pencatatan dan peaporan yang terintegrasi dengan sistem komputerisasi sehingga

dapat diukur dan dipantau sumber risiko utama terhadap organisasi bank.

4

Page 5: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

Setiap usaha tentunya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) dengan

mengeluarkan biaya seminimal mungkin, demikian pula dengan dunia perbankan. Akan

tetapi terdapat beberapa faktor yang sulit untuk dikendalikan untuk memaksimalkan

keuntungan dan meminimalkan biaya. Dalam penerapannya terdapat beberapa kendala:

a. Kontrak antara nasabah dan Bank itu mengikat dalam jangka waktu yang relatif

lama, sehingga dapat terjadi bahwa return secara jangka pendek baik namun secara

jangka waktu yang relatif panjang perlu diprediksi dari awal seberapa jauh

kemungkinan return tersebut sulit diperoleh kembali di masa mendatang.

b. Terdapat moral hazard dari counterparties untuk tidak memenuhi kewajibannya di

masa mendatang.

c. Bank tidak mempunyai kemampuan untuk selalu memantau secara ketat kondisi

counterparties.

d. Terdapat constraint dari internal management Bank untuk melakukan pengendalian

secara comprehensive terhadap seluruh komponen yang dapat merugikan Bank.

e. Terdapat moral hazard dari business unit untuk selalu mengutamakan return dan

mengesampingkan risk.

Kondisi tersebut di atas terasa sekali terutama terdapat pada Bank-bank yang belum

secara formal menerapkan risk management, akibatnya sering sekali terjadi bahwa Bank

menyadari adanya kerugian setelah keuntungan Bank menurun atau tersedianya modal

Bank berkurang. Risk management diharapkan dapat mendeteksi maksimum kerugian

yang mungkin timbul di masa mendatang serta kebutuhan tambahan modal apabila

dampak proyeksi kerugian dimaksud dapat mengakibatkan jumlah modal di bawah

ketentuan minimum yang dipersyaratkan otoritas pengawasan.

Bagi pengelolaan Bank yang dilakukan secara konvensional umumnya belum secara

formal melakukan proyeksi maksimum kerugian yang mungkin timbul di masa

mendatang, sehingga kerugian-kerugian yang timbul benar-benar disadari setelah terjadi

serta belum secara efektif dikendalikan sebelum kerugian benar-benar terjadi.

III. RISIKO DI BIDANG PERBANKAN

Usaha jasa perbankan mengandung beberapa unsur risiko mengingat kontrak antara

Bank dengan nasabah mengikat dalam kurun waktu ke depan. Dengan demikian masing-

5

Page 6: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

masing pihak mempunyai moral hazard untuk tidak memenuhi kewajibannya di masa

mendatang atau kondisi external (pasar) berubah ke arah yang merugikan Bank antara lain

fluktuasi nilai tukar dan suku bunga. Kemungkinan tidak terpenuhinya kewajiban nasabah

kepada Bank maupun fluktuasi faktor external perlu dikendalikan untuk meminimalkan

kerugian yang mungkin terjadi di Bank. Proses dalam mengendalikan berbagai risiko

dimaksud perlu diformalkan dalam management Bank.

Risiko dapat berupa risiko kredit apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya

kepada Bank. Namun demikian masih banyak risiko-risiko lainnya seperti risiko nilai

tukar, suku bunga dan operasional yang sering sekali dapat menyebabkan Bank

mengalami kerugian yang cukup besar. Masih terdapat beberapa risiko yang juga dapat

menimbulkan kerugian bagi Bank seperti reputational risk, strategic risk, legal risk,

political risk, country risk, namun quantifikasi dan management dari risiko dimaksud

masih sulit dilakukan. Mengingat tidak setiap risiko selalu menjadi ancaman bagi Bank,

maka setiap Bank akan melakukan identifikasi terhadap risiko-risiko yang mungkin timbul

serta melakukan manajemen risiko sesuai dengan tingkat kompleksitas usahanya.

Dalam menerapkan manajemen risiko, proses yang dilakukan meliputi:

a. menyusun business plan tahunan untuk masing-masing business unit dengan

mengacu kepada arahan dari top management berkaitan dengan sasaran tahunan

yang ingin dicapai maupun risiko yang perlu dipertimbangkan;

b. menyusun proyeksi risiko yang dengan mengacu kepada business plan serta posisi

modal yang diperlukan untuk mendukung dalam pelaksanaan business plan

dimaksud. Apabila modal yang tersedia belum mencukupi maka dilakukan

pembicaraan di senior management level untuk melakukan penyetoran modal atau

melakukan revisi business plan.

c. Menetapkan pendelegasian wewenang kepada setiap business unit yang terlibat

untuk menerapkannya serta rambu-rambu yang perlu di patuhi berupa limit-milit

risiko agar Bank dapat mengendalikan risiko secara keseluruhan sejalan dengan

strategi Bank.

d. business unit melaksanakan fungsinya dengan mematuhi limit-limit yang telah

ditentukan.

6

Page 7: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

e. risk management unit melakukan monitoring atas risiko yang di eksposoleh masing-

masing business unit maupun melakukan konsolidasi terhadap seluruh risiko serta

memonitor posisi modal yang tersedia.

f. apabila terjadi pelaksanaan yang menyimpang maka perlu dibicarakan pada risk

management committee untuk mendapatkan keputusan maupun rekomendasi kepada

manajemen puncak.

Dalam penerapan risk management diperlukan prasarana antara lain risk assessment

metodology, sistim informasi, internal control dan sumber daya manusia yang memadai

untuk menjamin efektivitas risk management process itu sendiri.

Dengan penerapan risk management diharapkan setiap langkah dari business unit

akan dapat dipantau oleh top management untuk koordinasi serta mengurangi moral

hazard dari masing-masing business unit untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan

keuntungan relatif tinggi (spekulasi) tanpa mengindahkan unsur risiko yang mungkin

terjadi. Disamping itu, top management juga dapat melihat eksposur risiko secara

konsolidasi bila dikaitkan dengan tersedianya modal Bank.

IV. PERLUNYA PENERAPAN RISK MANAGEMENT DI PERBANKAN

INTERNATIONAL

Berkembangnya penerapan risk management pada perbankan tidak terlepas dari

kesepakatan dalam Basel Committee for Banking Supervision di Basel (BIS) yang telah

beberapa kali mengeluarkan pedoman perhitungan kebutuhan modal minimum yang

didasarkan kepada risiko yang dihadapi. Tahun 1988, Basel Committee mengeluarkan

pedoman perhitungan kebutuhan modal untuk mengcover risiko kredit. Pedoman ini telah

diterima dan diterapkan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia meskipun dalam

pedoaman tersebut masih terdapat beberapa kelemahan-kelemahan.

Perbankan internasional telah mengembangkan pendekatan perhitungan risiko untuk

mendapatkan hasil proyeksi yang lebih mendekati kebenaran, mengingat pendekatan Basel

Committee lebih bersifat penyederhanaan atas risiko-risiko yang ada untuk memudahkan

penerapannya. Disamping itu Basel Committee juga memperkenankan Bank untuk

menggunakan modelnya sendiri dalam menghitung risiko dalam rangka perhitungan

7

Page 8: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

kebutuhan modal minimum baik untuk market risk (BIS, 1996) maupun credit risk dan

operational risk (BIS, 2001).

Model yang digunakan diharuskan mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Bank

Sentral atau lembaga pengawasan jasa keuangan sebelum secara resmi dipergunakan

untuk menghitung CAR. Secara umum model yang digunakan dapat menghasilkan

perhitungan volatilitas yang lebih akurat serta kebutuhan modal yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan menggunakan metode standard yang diusulkan oleh Basel

Committee. Beberapa persyaratan harus dipenuhi sebelum Bank dapat menggunakan

internal model dalam perhitungan CAR. Persyaratan tersebut meliputi minimum

requirement secara kualitatif maupun kuantitatif. Persyaratan kualitatif meliputi risk

management process yang harus ditempuh oleh Bank diantaranya keterlibatan senior

management, sedangkan persyaratan kuantitatif meliputi data, model dan testing

metodologi yang harus dilakukan oleh Bank.

V. PERAN SENIOR MANAGEMENT

Keterlibatan senior management dalam risk management process merupakan

keharusan dalam risk management di perbankan untuk meyakinkan bahwa strategi dalam

risk management, pendekatan perhitungan risiko, delegasi pelaksanaan, dan proses yang

diterapkan sudah disetujui oleh management Bank. Sasaran dalam risk management ini

agar risiko dikendalikan dengan baik sehingga modal yang ada dapat menopang risiko

yang mungkin timbul di masa mendatang.

Keterlibatan senior management dalam penerapan risk management diwujudkan

untuk mengetahui kondisi Bank melalui penyampaian laporan-laporan kepada Direksi

Bank dan keikutsertaannya dalam risk management committee dimana dalam komite ini

bertanggung jawab untuk;

a. menyusun Kebijakan dan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko serta

perubahannya apabila diperlukan

Strategi kebijakan akan dibuat setiap tahun menjadi input atau acuan bagi business

unit membuat business plan. Dalam menyusun strategi kebijakan dalam risk

management akan memperhatikan beberapa hal seperti tersedianya modal, expertise

yang ada, sistim informasi, dan kapasitas business unit. Ukuran keberhasilan atas

8

Page 9: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

strategi ini diantaranya kelancaran dan konsistensi dalam implementasi serta

pencapaian target dari masing-masing business unit.

b. mengkoordinasikan dan memantau seluruh penerapan Strategi Manajemen Risiko

Progress penerapan menejemen risiko secara konsolidasi akan dilaporkan secara

rutin kepada risk management committee sebagai bahan evaluasi atas penerapan

strategi yang telah disusun. Tindak lanjut atas evaluasi in dapat berupa revisi

kebijakan dengan maksud untuk menjaga keseimbangan antara risiko yang dihadapi

oleh Bank, tersedianya modal serta pencapaian target laba rugi Bank.

c. menyetujui penerapan manajemen risiko yang melampaui wewenang pimpinan

satuan kerja operasional

Sebagaimana diketahui bahwa setiap satuan kerja operational (business unit)

diberikan limit-limit berkaitan dengan risk untuk menghindari excessive risk. Dalam

pelaksanaannya limit-milit yang dimaksud dapat saja tidak valid karena kalau diikuti

maka akan terjadi kerugian yang relatif besar. Dalam kondisi demikian pelampauan

limit dapat saja dilakukan dengan catatan harus mendapatkan persetujuan terlebih

dahulu dari risk management committee untuk dipertimbangkan sejauhmana effek

dari pelampauan limit dimaksud terhadap kondisi Bank secara konsolidasi.

d. menyusun contingency plan dalam kondisi tidak normal

Dalam kondisi tidak normal, maka aturan main dalam risk management mungkin

tidak diterapkan dengan baik mengingat apabila tetap diterapkan maka akan terjadi

kebuntuan dalam operasi Bank. Dalam kondi demikian risk management committee

berwenang untuk menyusun berbagai scenario dalam kondisi tidak normal.

Diantaranya pelampuan-pelampuan limit dapat saja dilakukan dalam kondisi tidak

normal.

e. memantau kecukupan permodalan Bank terhadap risk exposure sesuai ketentuan BI

yang berlaku

Tanggung jawab atas kecukupan permodalan Bank dapat berada pada risk

management committee dimana didalammya termasuk Presiden Direktur dan

mayoritas anggota Direksi. Mengingat monitoring atas posisi risiko Bank selalu

dilaporkan kepada risk management committee maka indikasi kekurangan modal

9

Page 10: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

sudah dapat dideteksi secara dini serta dapat segera diambil kebijakan untuk

mengatasinya.

f. mengevaluasi efektifitas sistem manajemen risiko yang diterapkan

Risk management system yang diterapkan tentunya diperlukan penyesuaian apabila

terdapat perubahan-perubahan dalam komponennya. Peningkatan kompleksitas

operasional tentu akan mempengaruhi pendekatan yang diterapkan. Bank yang

mendapatkan otorisasi memberikan jasa pelayanan valuta asing (Devisa) tentunya

risk management system akan berubah mengingat risiko nilai tukar akan menjadi

tambahan risiko Bank. Volatilitas faktor risiko yang tinggi akan mengakibatkan

volatilitas yang sudah ditetapkan perlu direvisi. Dalam pelaksanaannya, risk

management unit (risk manager) akan memberikan seluruh informasi yang

diperlukan berkaitan dengan risk management committee sebelum diputuskan dalam

rapat komite.

VI. MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH

VI.a. Pendahuluan

Pada era modern ini, perbankan syariah telah menjadi fenomena global, termasuk

di negara-negara yang tidak berpenduduk mayoritas muslim. Berdasarkan

prediksi McKinsey tahun 2008, total aset pasar perbankan syariah global pada tahun 2006

mencapai 0,75 miliar dolar AS. Diperkirakan pada tahun 2010 total aset mencapai satu

miliar dolar AS. Tingkat pertumbuhan 100 bank syariah terbesar di dunia mencapai 27

persen per tahun dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan 100 bank konvensional

terbesar yang hanya mencapai 19 persen per tahun.

Di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah juga tumbuh

makin pesat. Krisis keuangan global di satu sisi telah membawa hikmah bagi

perkembangan perbankan syariah. Masyarakat dunia, para pakar dan pengambil kebijakan

ekonomi, tidak saja melirik tetapi lebih dari itu mereka ingin menerapkan konsep syariah

secara serius.

10

Page 11: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

Selain itu prospek perbankan syariah makin cerah dan menjanjikan. Bank syariah

di Indonesia, diyakini akan terus tumbuh dan berkembang. Perkembangan industri

lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan

nasional. Harapan tersebut memberikan suatu optimisme melihat penyebaran jaringan

kantor perbankan syariah saat ini megalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Namun demikian masa depan dari industri perbankan syariah, akan sangat

bergantung pada kemampuannya untuk merespons perubahan dalam dunia keuangan.

Fenomena globalisasi dan revolusi teknologi informasi, menjadikan ruang lingkup

perbankan syariah sebagai lembaga keuangan telah melampaui batas perundang-undangan

suatu negara. Implikasinya adalah, sektor keuanganpun menjadi semakin dinamis,

kompetitif dan kompleks. Terlebih lagi adanya tren pertumbuhan merger lintas segmen,

akuisisi, dan konsolidasi keuangan, yang membaurkan risiko unik tiap segmen dari

industri keuangan tersebut.

Lebih lanjut terdapat kecenderungan perkembangan sistem pencatatan, matematika

keuangan dan inovasi teknik manajemen risiko yang tidak dapat diprediksi. Perkembangan

tersebut disinyalir akan semakin menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan

syariah, terutama dengan masuknya lembaga keuangan konvensional yang juga

menawarkan produk-produk keuangan syariah.

Selain itu, risiko menghadapi sistem keuangan global bukanlah kesalahan tentang

kemampuan menciptakan laba, tetapi yang lebih penting adalah kehilangan kepercayaan

dan kredibilitas tentang bagaimana operasional kerjanya. Oleh karena itu perbankan

syariah perlu membekali diri dengan kemampuan manajemen sistem operasi yang

mutakhir untuk menyikapi perubahan lingkungan tersebut. Salah satu faktor utama yang

dapat menentukan kesinambungan dan pertumbuhan industri perbankan syariah adalah

seberapa intens lembaga ini dapat mengelola risiko yang muncul dari layanan keuangan

syariah yang diberikan.

VI.b.  Profil Risiko Perbankan Syariah

          Lembaga keuangan termasuk bank syariah, setidaknya telah mengakui bahwa

mereka harus memperhatikan cara-cara untuk memitigasi risiko agar bisa tetap

mempertahankan daya saing, profitabilitas, dan loyalitas nasabah. Oleh karena itu bank-

11

Page 12: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

bank tengah mencoba penerapan manajemen risiko yang merupakan proses

berkesinambungan.

          Dalam konteks penerapan manajemen risiko, pedoman yang dijalankan selama ini,

dibuat hanya untuk bank-bank konvensional. Padahal pemain dalam bisnis perbankan

dunia dan nasional tidak hanya bank konvensional, tetapi juga telah diramaikan oleh bank

dengan prinsip syariah yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Maka  bagaimana penerapan manajemen risiko pada bank-bank syariah?        

          Secara historis penerapan manajemen risiko pada bank, dalam hal ini BI sendiri baru

mulai menerapkan aturan perhitungan capital adequacy ratio (CAR) pada bank sejak

1992. Sementara itu, bank dengan prinsip syariah lahir pertama kali di Indonesia pada

tahun yang sama. Jadi jika dilihat dari usia sistem perbankan syariah, hal ini merupakan

tantangan yang berat. Bank syariahpun akan sangat sulit mengikuti konsep yang telah

dijalankan perbankan konvensional dalam hal manajemen risiko, mengingat perbankan

konvensional membutuhkan waktu yang panjang untuk membangun sistem dan

mengembangkan teknik manajemen risiko .

          Di lain pihak, operasi bank syariah memiliki karakteristik dengan perbedaan yang

sangat mendasar jika dibandingkan dengan bank konvensional, sementara manajemen

risiko juga harus diimplementasikan oleh bank syariah agar tidak hancur dihantam risiko.

Oleh karena itu, apa yang dapat dilakukan? Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah

mengadopsi sistem manajemen risiko bank konvesional yang disesuaikan dengan

karakteristik perbankan syariah. Inilah yang dilakukan BI sebagai regulator perbankan

nasional yang akan menerapkan juga bagi perbankan syariah.

          Dalam hal ini Islamic Financial Services Board (IFSB), telah merumuskan prinsip-

prinsip manajemen risiko bagi bank dan lembaga keuangan dengan prinsip syariah. Pada

15 Maret 2005 yang lalu, exposure draft yang pertama telah dipublikasikan.

Dalam executive summary draft tersebut dengan jelas disebutkan bahwa kerangka

manajemen risiko lembaga keuangan syariah mengacu pada Basel Accord II (yang juga

diterapkan perbankan konvensional) dan disesuaikan dengan karakteristik lembaga

keuangan dengan prinsip syariah.

12

Page 13: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

          Secara umum, risiko yang dihadapi perbankan syariah bisa diklasifikasikan menjadi

dua bagian besar. Yakni risiko yang sama dengan yang dihadapi bank konvensional dan

risiko yang memiliki keunikan tersendiri karena harus mengikuti prinsip-prinsip syariah.

Risiko kredit, risiko pasar, risiko benchmark, risiko operasional, risiko likuiditas, dan

risiko hukum, harus dihadapi bank syariah. Tetapi, karena harus mematuhi aturan syariah,

risiko-risiko yang dihadapi bank syariah pun menjadi berbeda.

          Bank syariah juga harus menghadapi risiko-risiko lain yang unik (khas). Risiko unik

ini muncul karena isi neraca bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam

hal ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang dilakukan bank syari’ah menambah

kemungkinan munculnya risiko-risiko lain. Seperti withdrawal risk, fiduciary

risk, dan displaced commercial risk merupakan contoh risiko unik yang harus dihadapi

bank syariah. Karakteristik ini bersama-sama dengan variasi model pembiayaan dan

kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah.

          Konsekuensinya, teknik-teknik yang digunakan untuk melakukan identifikasi,

pengukuran, dan pengelolaan risiko pada bank syariah dibedakan menjadi dua jenis.

Teknik-teknik standar yang digunakan bank konvesional, asalkan tidak bertentangan

dengan prinsip syariah, bisa diterapkan pada bank syariah. Beberapa di antaranya, GAP

analysis, maturity matching, internal rating system, dan risk adjusted return on capital

(RAROC).

          Di sisi lain bank syariah bisa mengembangkan teknik baru yang harus konsisten

dengan prinsip-prinsip syariah. Ini semua dilakukan dengan harapan bisa mengantisipasi

risiko-risiko lain yang sifatnya unik tersebut. Survei yang dilakukan Islamic Development

Bank (2001) terhadap 17 lembaga keuangan syariah dari 10 negara mengimplikasikan,

risiko-risiko unik yang harus dihadapi bank syariah lebih serius mengancam kelangsungan

usaha bank syariah dibandingkan dengan risiko yang dihadapi bank konvesional. Survei

tersebut juga mengimplikasikan bahwa para nasabah bank syariah berpotensi menarik

simpanan mereka jika bank syariah memberikan hasil yang lebih rendah daripada bunga

bank konvesional. Lebih jauh survei tersebut menyatakan, model pembiayaaan bagi hasil,

seperti diminishing musyarakah, musyarakah, mudharabah, dan model jual-beli,

seperti salam dan istishna’, lebih berisiko ketimbang murabahah dan ijarah.

13

Page 14: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

          Dalam pengembangannya ke depan, perbankan syariah menghadapi tantangan yang

tidak ringan sehubungan dengan penerapan manajemen risiko ini seperti, pemilihan

instrumen finansial yang sesuai dengan prinsip syariah termasuk juga instrumen pasar

uang yang bisa digunakan untuk melakukan hedging (lindung nilai ) terhadap risiko. Oleh

karena BI dan IFSB mengacu pada aturan Basel Accord II, maka pemahaman yang matang

mengenai manajemen risiko bank konvensional akan sangat membantu penerapan

manajemen risiko di bank syariah.

VI.c.        Optimalisasi Peran Dewan Pengawas Syari’ah

            Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) memiliki peran penting dan strategis dalam

penerapan prinsip syariah di perbankan syari’ah. DPS bertanggung jawab untuk

memastikan semua produk dan prosedur bank syariah sesuai dengan prinsip syariah.

Karena pentingnya peran DPS tersebut, maka dua Undang-Undang di Indonesia

mencantumkan keharusan adanya DPS tersebut di perusahaan syariah dan lembaga

perbankan syariah, yaitu Undang-Undang UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dengan demikian secara

yuridis, DPS di lembaga perbankan menduduki posisi yang kuat, karena keberadaannya

sangat penting dan strategis.

          Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan yang berbadan hukum

Perseroan Terbatas wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Sejalan dengan itu, 

Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syari’ah, pasal 32 menegaskan hal

yang sama.

          Berdasarkan kedua Undang-Undang tersebut kedudukan DPS sudah jelas dan

mantap serta sangat menentukan pengembangan bank syariah dan perusahaan syariah di

masa kini dan masa mendatang.

          Tetapi peran DPS tersebut belum optimal dalam menjalankan pengawasan syari’ah

terhadap operasional perbankan syariah. sehingga berakibat pada pelanggaran  syariah

compliance, maka citra dan kredibilitas bank syariah di mata masyarakat bisa menjadi

negatif, sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank syariah

bersangkutan.

14

Page 15: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

          Menurut hasil penelitian Bank Indonesia (2008) kerjasama

dengan Ernst dan Young yang dibahas dalam seminar akhir tahun 2008 di Bank Indonesia,

salah satu masalah utama dalam implementasi manajemen risiko di perbankan syariah

adalah peran DPS yang belum optimal. Pernyataan itu disimpulkan para peneliti sebagai

kesenjangan utama manajemen risiko yang harus diperbaiki di masa depan.

          Jenis manajemen risiko yang terkait erat dengan peran DPS adalah risiko reputasi

yang selanjutnya berdampak pada displaced commercial risk, seperti risiko likuiditas dan

risiko lainnya. Shanin A. Shayan  CEO and Board Member of Barakat Foundation

menyatakan bahwa, risiko terbesar menghadapi sistem keuangan global bukanlah

kesalahan tentang kemampuan menciptakan laba, tetapi yang lebih penting adalah

kehilangan kepercayaan dan kredibiliatas tentang bagaimana operasional kerjanya.

          Oleh karena itu peran DPS perlu dioptimalkan, agar mereka bisa memastikan segala

produk dan sistem operasinal bank syariah benar-benar sesuai syariah. Untuk memastikan

setiap transaksi sesuai dengan syari’ah, anggota DPS harus memahami ilmu ekonomi dan

perbankan dan berpengalaman luas di bidang hukum Islam. Dengan demikian kualifikasi

menjadi anggota DPS harus memahami ilmu ekonomi dan keuangan serta perbankan serta

expert di bidang syariah.

          Namun sangat disayangkan, masih terdapat DPS yang belum memahami ilmu

ekonomi keuangan dan perbankan. Selain itu mereka juga masih banyak yang tidak

melakukan supervisi dan pemeriksaan akad-akad yang ada di perbankan syariah. Padahal

menurut ketentuannya, DPS bekerja secara independen dan bebas untuk meninjau dan

menganalisis pada semua kontrak dan transaksi.

          Mengacu pada kualifikasi DPS tersebut di atas, maka bank-bank syariah di

Indonesia perlu melakukan restrukturisasi, perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih

baik dan mengangkat DPS dari kalangan ilmuwan ekonomi Islam yang berkompeten di

bidangnya. Hal ini mutlak perlu dilakukan agar perannya bisa optimal dan menimbulkan

citra positif bagi pengembangan bank syariah di Indonesia

          Pengalaman selama ini, bank-bank syariah di Indonesia mengangkat DPS, yakni

orang yang sangat terkenal di ormas Islam atau terkenal dalam ilmu keislaman (bukan

syariah), tetapi tidak berkompeten dalam bidang perbankan dan keuangan syariah. Realitas

15

Page 16: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

ini di satu sisi  menguntungkan bagi manajemen perbankan syariah, karena mereka lebih

bebas berbuat apa saja, karena pengawasannya sangat longgar.

          Tetapi dalam jangka panjang hal ini justru merugikan gerakan ekonomi syariah,

tidak saja bagi bank syariah bersangkutan tetapi juga bagi gerakan ekonomi dan bank

syariah secara keseluruhan dan kemajuan bank syariah di masa depan. Karena itu, tidak

aneh jika banyak masyarakat yang memandang bahwa bank syariah sama dengan bank

konvensional.

          Tetapi harus diakui, bahwa sebagian DPS bank syariah  sudah berperan secara

optimal, meskipun masih lebih banyak yang belum optimal. Inilah yang harus ditangani

Bank Indonesia, DSN MUI dan bank-bank syariah sendiri. Oleh karena itu, UU yang

memposisikan DPS yang demikian strategis, harus diimplementasikan dengan tepat dan

cepat. Untuk itu setiap manajemen bank syariah harus melakukan  formalisasi peran dan

keterlibatan DPS dalam memastikan pengelolaan risiko ketidakpatuhan atas peraturan dan

prinsip syariah.

 

VII. KESIMPULAN

Kecenderungan Bank-bank internasional dalam penerapan manajemen risiko

dipengaruhi oleh adanya insentif kebutuhan modal yang lebih rendah bila dibandingkan

dengan hasil kebutuhan modal dengan metode standard. Konsekuensi penerapan internal

model dalam perhitungan CAR, Bank-bank harus memenuhi beberapa persyaratan

minimum yang diberlakukan oleh Bank Sentral atau lembaga pengawasan jasa keuangan.

Salah satu syarat bahwa keterlibatan senior management dalam risk management

process harus dituangkan secara jelas dalam prosedur penerapan manajemen risiko.

Dengan demikian tanggung jawab pelaksanaan manajemen risiko berada pada level senior

management dari Bank yang dimaksud. Oleh sebab itu, pemahaman risk management

system oleh senior level management merupakan keharusan apabila Bank ingin

menerapkan manajemen risiko secara efektif.

Bank syariah harus mampu menyelenggarakan manajemen risiko yang efisien agar

dapat mengambil posisi strategis dalam pasar global. Tidak adanya sistem manajemen

16

Page 17: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

risiko yang bagus dapat menyebabkan bank syariah kurang mampu mengatasi risiko, dan

dapat mengurangi kontribusi potensialnya.

Pengukuran dan identifikasi risiko serta pengembangan teknik-teknik manajemen

risiko membutuhkan sumber daya manusia yang cakap. Terdapat kebutuhan yang

mendesak untuk mengkombinasikan pemahaman hukum syariah yang solid dengan

pengetahuan teknik manajemen risiko modern yang kuat sehingga mampu

mengembangkan mitigasi risiko yang inovatif.

Fungsi dan peran DPS di bank syariah, memiliki relevansi  yang kuat dengan 

manajemen risiko perbankan syariah, yakni risiko reputasi, yang selanjutnya berdampak

pada risiko lainnya seperti risiko likuiditas. Pelanggaran  syariah complience yang

dibiarkan atau luput dari pengawasan DPS, akan merusak citra dan kredibilitas bank

syariah di mata masyarakat, sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada

bank syariah bersangkutan.

17

Page 18: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

Daftar Pustaka

Agustianto, Evaluasi Bank Syari’ah 2008 dan Outlook Bank Syari’ah 2009. Dikutip

dari http://www.kamusmalesbanget.com/content/EVALUASI-BANK-SYARIAH-2008-

DAN OUTLOOK-BANK-SYARIAH-2009. 

-----------DPS dan Manajemen Risiko Perbankan Syari’ah,  Dikutip

dari http://agustianto.niriah.com/2008/12/21/dps-dan-manajemen-risiko-bank-syariah/.

Greuning, H. and S. Bratanovic (2003), “Analyzing and Managing Banking Risk: A

Framework for     Assessing Corporate Governance and Financial Risk”, (2nd edition).

World Bank    Publication.

Khan & Ahmed (2001), “Risk Management: An Analysis of Issues in Islamic Financial

Industry”.    Occasional Paper no. 5. Islamic Research and Training Institute: Islamic

Development Bank

Majalah ekonomi dan bisnis syari’ah SHARING, edisi 26 thn.III-Pebruari 2009

Rivai, Veithzal, Veithzal, Andria Permata, Idroes, Ferry N., 2007, Bank and Financial

Institutions Management (conventional and sharia system), Edisi 1, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Riyadi, Selamet Drs. MSi, 2006, Banking Assets and Liabilities Management, Lembaga

Penerbit FE. UI.

Sholihin, Ahmad Ifham, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

 Tedy Fardiansyah Idris, Tantangan Manajemen Risiko Bank Syari’ah, dikutip dari

InfoBankNews.com

Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,

penerjemah dan pengantar Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

 Undang-undang Nomer 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

 Undang-undang Nomer 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah.

18

Page 19: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

LAMPIRAN

25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision (25 BCPs)

Persyaratan untuk pengawasan Bank yang Efektif

1. Tanggung jawab dan tujuan yang jelas bagi setiap lembaga yang terkait dengan

tugas-tugas pengawasan bank, antara lain meliputi :

• independensi operasional dan kecukupan sumber daya

• kerangka kerja yuridis (legal framework), termasuk pendirian bank,

pengawasan, dan perlindungan bagi pengawas

• tukar menukar informasi antar-pengawas dan perlindungan kerahasiaan

informasi

Pendirian dan Struktur

2. Kegiatan yang diperbolehkan bagi lembaga yang diberi ijin operasi dan diawasi

sebagai bank harus didefinisikan secara jelas, dan penggunaan kata ‘bank’ dalam

nama harus dikendalikan

3. Kewenangan menetapkan kriteria dan menolak usulan pendirian bank yang tidak

memenuhi standar. Proses perijinan minimal mencakup penilaian struktur

kepemilikan, organisasi dan manajemen, rencana kerja dan pengendalian intern,

serta rekomendasi otoritas negara asal untuk bank asing

4. Kewenangan pengawas untuk mengkaji dan menolak berbagai proposal mengenai

perubahan kepemilikan bank (controlling interest)

5. Kewenangan pengawas dalam menetapkan kriteria untuk mengkaji akuisisi dan

investasi yang dilakukan bank, serta memastikan bahwa afiliasi/struktur

perusahaan tidak membawa bank pada risiko yang tinggi dan/ mengaburkan

efektivitas pengawasan

Pengaturan dan Persyaratan Kehati-hatian

6. Pengawas harus menetapkan kebutuhan modal minimum (KPMM), dan khusus

untuk bank-bank yang beroperasi dalam ruang lingkup internasional, persyaratan

sekurang-kurangnya sebagaimana ditetapkan Basel Capital Accord

19

Page 20: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

7. Dalam sistem pengawasan telah mencakup penilaian independen terhadap

kebijakan, praktek-praktek dan prosedur perkreditan/investasi bank

8. Pengawas harus dapat memastikan bahwa kegiatan bank telah sesuai dengan

kebijakan, praktek-praktek dan prosedur dalam melakukan penilaian kualitas aset

dan kecukupan cadangan

9. Pengawas harus dapat memastikan bahwa kegiatan bank telah memiliki sistem

informasi manajemen untuk mengidentifikasi konsentrasi risiko dalam portofolio

bank (risiko kepada peminjam individu maupun grup terkait)

10. Pengawas bank telah menetapkan batasan-batasan mengenai BMPK bagi bank

(pihak terkait), termasuk upaya pemantauan dan upaya-upaya mengatasi timbulnya

risiko

11. Pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memiliki kebijakan dan

prosedur yang memadai untuk mengidentifikasi, memantau dan mengendalikan

country risk dan transfer risk dalam bisnis perbankan internasional, termasuk

kecukupan cadangan untuk mengantisipasi risiko

12. Pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memiliki sistem yang dapat

menghitung secara akurat dan mengendalikan market risk, dan jika perlu,

menetapkan limit/capital charge tertentu atas market risk exposure

13. Pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memiliki proses manajemen

risiko untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan berbagai

risiko potensial

14. Pengawas hartus memastikan bahwa bank telah memiliki pengendalian intern yang

memadai sebanding dengan jenis dan ukuran bisnis

15. Pengawas harus memastikan bahwa bank telah memiliki kebijakan, praktek-

praktek dan prosedur untuk meningkatkan standar etika dan profesionalisme

perbankan dan mencegah terjadinya praktek-praktek kriminal

Metode Pengawasan Bank

16. Sistem pengawasan bank yang efektif sekurang-kurangnya meliputi atau

kombinasi dari bentuk pengawasan langsung/pemeriksaan (on-site examination)

dan pengawasan tidak langsung (off-site supervision)

20

Page 21: Manajemen Risiko Perbankan-makalah SMSTR 03

17. Pengawas harus melakukan kontak secara teratur dengan manajemen bank dan

memiliki pemahaman yang seksama terhadap kegiatan bank yang diawasi

18. Pengawas harus melakukan kegiatan pengumpulan data, pengkajian dan analisis

terhadap laporan-laporan bank, baik secara individu maupun konsolidasi

19. Pengawas harus melakukan kegiatan pembuktian terhadap kebenaran informasi

pengawasan, baik melalui pemeriksaan maupun menggunakan jasa auditor ekstern

20. Salah satu unsur mendasar dari pengawasan bank adalah kemampuan pengawas

untuk mengawasi organisasi bank secara konsolidasi

Kebutuhan Informasi

21. Pengawas harus dapat memastikan bahwa bank telah memiliki catatan akuntansi

yang memadai berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku dan diterapkan secara

konsisten, sehingga dapat menyajikan laporan keuangan bank secara wajar dan

benar

Kewenangan Formal Pengawas

22. Pengawas harus memiliki kewanangan untuk melakukan langkah-langkah tindak

lanjut pengawasan apabila dijumpai adanya bank yang tidak mampu memenuhi

ketentuan kehati-hatian, pelanggaran ketentuan, atau karena adanya hal-hal lain

yang dapat mengancam kepentingan nasabah

Cross-Border Banking

23. Pengawas harus menerapkan pemantauan dan pengawasan bank secara konsolidasi

dan global, terutama terhadap unit-unit usaha bank (cabang, agen dan anak

perusahaan) yang beroperasi di luar negeri

24. Pengawas melakukan kontak dan tukar menukar informasi mengenai bank yang

diawasi dengan otoritas pengawas negara lain

25. Pengawas harus mensyaratkan bahwa terhadap kegiatan operasional kantor cabang

bank asing diperlakukan sama dengan bank lokal, dan memiliki kewenangan tukar

menukar informasi yang diperlukan dengan pengawas negara asalnya

21