Tugas Akhir Perbankan Kelompok 6_Tindak Pidana Di Bidang Perbankan

download Tugas Akhir Perbankan Kelompok 6_Tindak Pidana Di Bidang Perbankan

of 60

description

tindak pidana di bidang perbankan

Transcript of Tugas Akhir Perbankan Kelompok 6_Tindak Pidana Di Bidang Perbankan

  • TUGAS AKHIR

    TINDAK PIDANA DI BIDANG PERBANKAN

    OLEH:

    Kelompok 6

    Achmad Pramuditto 1106073333

    Adhani Rahmi 1106073301

    Adriano Anetho 1106073232

    Evi Dita Pratiwi 1106073200

    Geraldi Eka Raditya Putra 1106073346

    Nur Ana Wijayanti 1106073314

    Oinie Febriani 1106073283

    Widya Naseva T 1106073245

    Yustisia Ramadhani 1106073195

    (tidak berpartisipasi) Kristian Frits Carlo 1106073270

    MATA KULIAH HUKUM PERBANKAN

    PROGRAM PARALEL

    DIKUMPULKAN: KAMIS, 6 JUNI 2014

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK 2014

  • ii

    DAFTAR ISI

    COVER i

    KATA PENGANTAR iii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    BAB II RESUME REFERENSI 4

    2.1.Resume Referensi Buku Utama Indonesia 4

    2.2.Resume Referensi Buku Utama Asing 24

    2.3.Resume Jurnal 40

    2.4.Resume Undang-Undang Perbankan 44

    2.5.Resume US Code 44

    BAB III ANALISIS 46

    3.1.Macam Tindak Pidana di Bidang Perbankan Indonesia 46

    3.2.Macam Tindak Pidana di Bidang Perbankan Amerika Serikat 49

    3.3.Perbandingan Ketentuan Tindak Pidana di Bidang Perbankan

    Indonesia dengan Amerika Serikat 52

    BAB IV PENUTUP 54

    4.1.Simpulan 54

    4.2.Saran 54

    DAFTAR PUSTAKA iv

    LAMPIRAN v

    1. Buku Utama Indonesia

    2. Buku Utama Asing

    3. Jurnal

    4. Peraturan Perundang-undangan

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunianya

    kami masih diberikan waktu dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas

    akhir Mata kuliah Hukum Perbankan dengan tepat waktu tanpa hambatan yang

    berarti. Dalam tugas ini kami mengangkat permasalahan pada bidang perbankan

    yang beberapa tahun belakangan ini sering dibicarakan terkait dengan tindak

    pidana baik tindak pidana perbankan maupun Tindak pidana di bidang perbankan.

    Tema yang kami angkat ini sedang hangat belakangan ini karena maraknya kasus

    pembobolan bank seperti yang terjadi dalam jumlah fantastis pada Bank.

    Dalam proses pembuatan tugas ini kami hendak mengucapkan banyak

    terimakasih kepada pihak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

    membantu dalam proses pengambilan data dan penyusunan tugas ini antaralain

    Orangtua kami yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam

    kegiatan penelitian ini, Segenap Tim Pengajar Mata Kuliah Hukum Perbankan

    yang telah memberikan materi dan memperluas sudut pandang kami terhadap

    permasalahan yang kami angkat dalam penelitian ini, rekan-rekan kami satu tim,

    Serta kepada pihak lain yang terkait secara langsung maupun tidak langsung

    dalam penyelesaian tugas ini.

    Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian tugas ini

    atas keterbatasan kami. Terhadap hal tersebut kami mengharapkan kritik

    konstruktif sebagai perbaikan dan pembelajaran pada kami kedepannya.

    Akhir kata kami sangat berharap agar isi tugas ini dapat bermanfaat guna

    membuka dan memperluas sudut pandang kita bersama.

    Depok, Juni 2014

    Penulis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pada kondisi sekarang ini begitu maraknya perilaku-perilaku menyimpang

    yang dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari individu biasa, individu dalam

    suatu jabatan tertentu, dan penyimpangan yang dilakukan oleh korporasi.

    Penyimpangan yang terjadi, bisa saja dilakukan oleh individu yang menjadikan

    korporasi sebagai sarana dan sasaranya dalam melakukan penyimpangannya.

    Penyimpangan-penyimpangan yang dimaksud yaitu penyimpangan yang

    dikategorikan sebagai tindak pidana. Tindak pidana dapat dikategorikan lagi

    menjadi dua yaitu tindak pidana berupa kejahatan dan tindak pidana berupa

    pelanggaran. Berbagai kasus tindak pidana telah terjadi di Indonesia. Mulai dari

    tindak pidana pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, pemalsuan, korupsi, dan lain

    sebagainya. Tindak pidana yang telah disebutkan merupakan tindak pidana yang

    umumnya terjadi akhir-akhir ini. Namun, selain tindak pidana umum tersebut,

    ternyata juga terdapat tindak pidana lain yang biasa disebut dengan tindak pidana

    perbankan atau tindak pidana di bidang perbankan.

    Tindak pidana perbankan atau tindak pidana di bidang perbankan mungkin

    tidak banyak diketahui oleh oranga awam. Masyarakat pada umumnya

    mengetahui tindak pidana tersebut sebagai tindak pidana biasa pada umumnya

    yaitu korupsi, pemalsuan, pembobolan, penipuan dan lain sebagainya. Yang mana

    sebenarnya, tindak pidana yang dilakukan oleh para pihak termasuk berkaitan

    dengan dunia perbankan atau biasa disebut sebagai tindak pidana perbanakan atau

    tindak pidana di bidang perbankan. Sebut saja salah satu kasus yang begitu

    menghebohkan Indonesia, yaitu kasus yang melibatkan Eddy Tansil dengan bank

    Bapindo. Dalam kasus tersebut telah terjadi pemberian kredit besar-besaran yang

    diberikan oleh bank Bapindo kepada Eddy Tansil. Dengan adanya kasus ini,

    Indonesia mengalami kerugian yang begitu besar. Berbagai peristiwa telah terjadi

    dan mengejutkan berbagai pihak yang menyaksikannya. Disaat peristiwa yang

    satu belum terselesaikan, terjadi lagi peristiwa lainnya yang tidak kalah

    menghebohkan. Dunia perbankan merupakan salah satu bidang yang tidak luput

    dari peristiwa-peristiwa mengejutkan tersebut. Karena berbagai kasus telah terjadi

    di dunia perbankan yang mana begitu memprihatinkan, maka perlu diberi

    perhatian khusus dari berbagai kalangan mengenai hal ini. Diharapkan,

    kedepannya tindak pidana perbankan atau tindak pidana di bidang perbankan

    dapat berkurang bahkan tidak ada sama sekali.

    Tindak pidana sendiri menurut Prof. Moeljatno, S.H., merupakan bagian

    daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan

    dasar-dasar dan aturan untuk:

    1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman, atau sanksi yang berupa pidana tertentu

    bagi barang siapa melanggar ketentuan tersebut

    2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana

    sebagaimana telah diancamkan

  • 2

    3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan

    tersebut

    Sampai saat ini belum ada satu kesepakatan dalam pemakaian istilah

    mengenai tindak pidana yang perbuatannya merugikan ekonomi keuangan yang

    berhubungan dengan lembaga perbankan. Ada yang memakai istilah Tindak

    Pidana Perbankan, dan ada juga yang memakai istilah Tindak Pidana di bidang

    Perbankan, bahkan ada yang memakai kedua-duanya dengan mendasarkan kepada

    peraturan yang dilanggarnya. Namun tindak pidana perbankan dapat mengandung

    pengertian tindak pidana itu semata-mata dilakukan oleh bank atau orang bank,

    sedangkan tindak pidana di bidang perbankan tampaknya lebih netral dan lebih

    luas karena dapat mencakup tindak pidana yang dilakukan oleh orang di luar dan

    di dalam bank. Namun karena lingkup dari istilah tindak pidana di bidang

    perbankan lebih luas, maka pada penulisan kali ini, istilah yang akan digunakan

    yaitu istilah tindak pidana di bidang perbankan.

    Tindak pidana di bidang perbankan dapat dikatakan sebagai salah satu

    bentuk dari tindak pidana di bidang ekonomi. Tindak pidana di bidang ekonomi

    atau kejahatan ekonomi adalah suatu tindak pidana yang mempunyai motif

    ekonomi dan lazimnya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan

    intelektual dan mempunyai posisi penting di dalam masyarakat atau pekerjaannya.

    Conklin merumuskan dan mengidentifikasi unsur-unsurnya sebagai berikut:

    1. Suatu perbuatan hukum yang diancam dengan sanksi pidana 2. Yang dilakukan oleh seorang, atau korporasi di dalam pekerjaannya

    yang sah atau didalam pencarian/usahanya di bidang industri atau

    perdagangan

    3. Untuk tujuan memperoleh uang atau kekayaan, menghindari pembayaran uang atau menghindari kehilangan/kerugian kekayaan,

    memperoleh keuntungan bisnis atau keuntungan pribadi

    Berkaitan dengan kejahatan ekonomi, bahwa terdapat kejahatan komersial

    yang mana merupakan kejahatan yang berhubungan dengan kejahatan ekonomi,

    kejahatan yang terorganisir, dan kejahatan kerah putih (white collar crime). Secara

    garis besar kejahatan komersial dapat dibagi menjadi enam kategori dan salah

    satunya adalah penyimpangan perbankan, yaitu penipuan uang muka, pemalsuan

    L/C, promes dan wesel, pemalsuan uang, penyimpangan dalam pengiriman uang,

    dan lain-lain. Tindak pidana perbankan tergolong sebagai tindak pidana khusus

    karena tindak pidana perbankan dan sanksi pidananya, telah diatur tersendiri di

    dalam Undang-undang Perbankan dan bukan di dalam kodifikasi Kitab udnang-

    undang hukum pidana.

    Tindak pidana di bidang perbankan dilakukan dengan menggunakan bank

    sebagai sarana dan sasarannya. Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang

    Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998

    mengenal dua jenis tindak pidana di bidang perbankan, yaitu tindak pidana

    kejahatan dan tindak pidana pelanggaran. Tindak pidana kejahatan di bidang

    perbankan diatur dalam ketentuan pasal 51 ayat (1) Undang-udnang No 10 Tahun

    1998 yang menyatakan bahwa Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 46, pasal 47, pasal 48 ayat (1), pasal 49, pasal 50, dan pasal 50 A adalah

    kejahatan. Terhadap perbuatan-perbuatan yang digolongkan sebagai tindak

  • 3

    pidana kejahatan memiliki ancaman hukuman yang lebih berat dibandingkan

    dengan apabila hanya sekedar sebagai pelanggaran.

    Tindak pidana yang dikategorikan sebagai pelanggaran diatur dalam

    ketentuan pasal 51 ayat (2) Undang-undang Perbankan, yang menyatakan bahwa

    Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 ayat (2) adalah pelanggaran. Selain pada Undang-undang perbankan yang telah disebutkan

    sebelumnya, terdapat peraturan lainnya yang berkaitan dengan tindak pidana

    perbankan. Karena tindak pidana perbankan begitu kompleks lingkupnya, maka

    diperlukanlah peraturan-peraturan lainnya yang dapat diterapkan atau

    diberlakuakn terhadap tindak pidana di bidang perbankan. Undang-udang yang

    dimaksud yaitu Kitanb Undang-undnag Hukum Pidana, Undang-undang No. 31

    Tahun 1999 jo. Undang-undang No 20 Tahun 2001 tentang Pemberatasan Tindak

    Pidana Korupsi, Undang-undnag No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

    Pencucian Uang, serta Undang-undang No 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas

    Undang-undang No 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

    Tindak pidana di bidang perbankan tidak hanya terjadi di Indonesia.

    Kasus-kasus besar mengenai dunia perbankan pun banyak terjadi di berbagai

    negara dan salah satunya adalah di negara Amerika. Salah satu kasus mengenai

    tindak pidana di bidang perbankan yang terjadi di Amerika yaitu mengenai

    pengambilalihan akun pihak lain yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

    dana yang bukan miliknya. Selain itu adanya pemberian overdraft oleh bank-bank

    yang pada akhirnya dana yang diberikan tidak dapat dikembalikan oleh pihak

    penerima kredit. Salah satu aturan yang terdapat di Amerika adalah mengenai

    penipuan perbankan yang diatur dalam Bank Fraud Statute pada Title 18 of the

    U.S. Code. 18 U.S.C. 1344. Selain peraturan tersebut masih terdapat peraturan-

    peraturan lainnya yang dimiliki Amerika berkaitan dengan tindak pidana di

    bidang perbankan.

    Peraturan-peraturan mengenai tindak pidana di bidang perbankan yang

    dimiliki Amerika memiliki persamaan dan tentunya perbedaan dengan peraturan

    yang dimiliki oleh Indonesia. Untuk mengetahui sejauh mana persamaan dan

    perbedaan mengenai tindak pidana perbankan dari kedua negara tersebut, maka

    pada penulisan kali ini akan dibahas mengenai perbandingan antara negara

    Indonesia dan negara Amerika terkait tindak pidana di bidang perbankan.

  • 4

    BAB II

    RESUME REFERENSI

    2.1. RESUME REFERENSI BUKU UTAMA INDONESIA: HUKUM

    PIDANA DI BIDANG EKONOMI

    Judul Buku : Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, cetakan pertama, 1979

    Pengarang : H. A. K. Mochamad Anwar (Dading)

    Penerbit : Alumni

    Tempat Terbit : Jakarta, Indonesia.

    BAB I

    Pendahuluan

    Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Indonesia mengalami perkembangan yang

    pesat sekali dan tetap akan berlangsung terus. Perkembangan ini adalah suatu

    proses yang menimbulkan perubahan-perubahan, dalam segala segi kehidupan

    masyrakat dalam bidang politik, eonomi, social, dan budaya, bidang-bidang mana

    satu sama lain berhubungan secara kasual, disamping hubungan kasual di antara

    unsure-unsur dalam satu bidang yang sama.

    Pada saat itu bekal yang dimiliki oleh Indonesia hanya ekonomi yang

    bersifat kolonial, sedangkan perkembangannya berlangsung terus secara cepat

    tanpa hentinya. Karenanya perlu diberikan pengarahan atas usaha-usaha yang

    dapat mengendalikan perkembangan tersebut. Dalam memberikan pengarahan

    pemerintah telah menyusun Rencana Pembangunan Nasional secara bertahap dan

    selektif atas dasar ketetapan-ketetapan MPR, serta Garis Besar Haluan Negara,

    rencana yang telah dimulai dengan Pelita I sejak 1 April 1968 yang telahs disusun

    dengan pelaksanaan Pelita II pada tanggal 1 April 1973.

    Rencana Pembangunan Nasional yang telah dimulai perlaksanaannya oleh

    Pemerintah R.I untuk mencapai tujuan nasionalnya, yaitu masyarakat adil dan

    makmur berdasarkan Pancasila, melalui peningkatan produksi dan pendapatan per

    capita dibarengi dengan perluasan kesempatan kerja pemagian hasil produksi

    merata. Tidak mustahil dalam segala usaha-usahanya Indonesia mencapai

    tujuannya akan dihadapi dengan berbagai macam kesulitan-kesulitan ataupun

    hambatan.

    Tidak dipungkiri bahwa pengaruh dari luar negeri sangat juga

    diperhitungkan di dalam segala usaha-usaha Indonesia.

    Guna pengaturan usaha serta kegiatan tersebut dalam rangka pelaksanaan

    pembangunan ekonomi ditetapkan perturan hukum yang berhubungan dengan

    proses kegiatannya disertai dengan keharusan dan larangan, peraturan yang mana

    membutuhkan relasi dari kebijakan pemerintah.

    Pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan di bidang

    ekonomi yang memuat ketentuan pidananya merupakan tindak pidana bidang

    ekonomi, baik bersifat kejahatan maupun bersifat pelanggaran. Dalam

    memperoleh pengetahuan hukum tentang hukum pidana di bidang ekonomu

    dihadapi beberapa persoalan pokok, yaitu :

    - Sejarah perkembangan hukum pidana di bidang ekonomi, - Peraturan-peraturan di bidang ekonomi,

  • 5

    - Asas-asas atau prinsip-prinsip yang berlaku dalam hukum pidana di bidang ekonomi.

    BAB II

    Hukum Pidana Di Bidang Ekonomi

    1. Tujuan Hukum di Bidang Ekonomi Hukum di bidang ekonomi adalah sekumpulan peraturan-peraturan di

    bidang ekonomi yang memuat hak maupun kewajiban/keharusan terhadap

    pelanggarannya tidak di ancam dengan hukuman. Hukum di bidang ekonomi

    adalah suatu sarana bagi negara untuk mengatur segala hal yang berhubungan

    dengan kemaksmuran/kesejahteraan rakyatnya.

    Persoalan yang timbul adalah sejauh mana turut campur negara dalam

    kesajhteraan rakyat tergantung pertama-tama pada system pemerintahan yang

    dianut negaranya. Ada beberapa tipe system negara, yaitu seperti di dalam negara

    dengan system ekonomi liberal (demokrasi formil) urusan kemakmuran rakyatnya

    hampir secara keseluruhan diserahkan kepada rakyatnya sendiri, di dalam system

    ekonomi sosialis (demokrasi materiil) kepada pemerintah diberikan wewenang

    yang lebih besar untuk melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap

    kegiatan dibidang ekonomi, di negara komunis urusan rakyat diatur secara

    keseluruhan oleh negara tanpa memberikan kesempatan bagi rakyatnya untuk

    turut serta mengatur bidang kemakmurannya. Disamping system ekonomi

    yang dianut, intensitas campur tangan negara tersebut terletak juga pada situasi

    ekonomi internasional yang seringkali menimbulkan kegoncangan di dalam

    kehidupan ekonomi suatu negara.

    2. Perkembangan Hukum Pidana di Bidang Ekonomi Sebagaimana telah diketahui pada saat ini hukum pada umumnya

    mempunyai tugas menjaga atau mempertahankan keamanan dan ketertiban di

    segala bidang kehidupan masyarakat, termasuk keamanan dan ketertiban di

    bidang produksi dan distribusi segala bahan kebutuhan hidup rakyatnya.

    Berhubung negara pada waktu ini mempunyai tugas yang pencapaian

    kemakmuran rakyatnya, negara memerlukan dasar tugas yang kuat bagi tindakan-

    tindakannya, tidak hanya peraturan-peraturan yang member kewajiban mengatur

    sajat, tetapi juga perturan yang memuat ketentuan memaksa.

    Pemerintah karenanya harus memiliki sarana untuk melaksanakan larangan-

    larangan atau kewajiban-kewajiban yang diperlukan untuk mensukseskan

    pelaksanaan tugasnya di bidang ekonomi.

    Semua peraturan tersebut sebagian besar memuat ketentuan-ketentuan yang

    terdiri atas kewajiban-kewajiban dan hak-hak pengusaha. Setiap orang yang

    melakukan kegiatan dibidang ekonomi melaksanakan kewajibannya berdasarkan

    peraturan tanpa sanksi terhadap setiap pelanggaran. Semua pelanggaran terhadap

    peraturan tersebut tidak dikenakan sanksi apapun, hingga sifatnya hanya mengatur

    saja. Karena semakin hari kehidupan masyarakat semakin kompleks, negara

    dengan alat perlengkapannya kadang tidak mempu lagi memaksa warga

    negaranya. Untuk mengatasi hal ini, negara mencipatkan peraturan yang mengatur

    kegiatan usaha dibidang usaha disertai ketentuan sanksi terhadap pelanggarannya.

    Sanksi terhadap pelanggaran tersebut dapat terdiri atas sanksi administrative dan

    atau pidana. Jelaslah bahwa perbuatan-perbuatan pelanggaran di bidang ekonomi

  • 6

    yang semula bersifat kemudia banyak diantaranya ditingkatkan menjadi bersifat

    pidana. Dengan demikian timbul dan berkembanglah hukum pidana di bidang

    ekonomi sebagai penjelamaan peningkatan turut campurnya negara di bidang

    ekonomi.

    3. Sifat Hukum Pidana di Bidang Ekonomi Hukum Pidana pada umumnya adalah sekumpulan peraturan-peraturan yang

    memuat ketentuan-ketentuan mengenai keharusan/kewajiban ataupun larangan,

    terhadap pelanggaran mana diancam dengan hukuman. Salah satu bidangnya

    adalah ekonomi. ekonomi adalah ilmu yang mempelajarai segala kegiatan

    manusia untuk dapat memenuhi kebutuhn hidupnya.

    Pengaturan menimbulkan berbagai macam hubungan hukum antar orang

    perorangan satu sama lain (perdata), tapi juga antara orang sebagai perorangan

    dan pengusaha (administrative, pidana). Hubungan hukum yang hanya mengenai

    hubungan antar orang perorangan satu sama lain, terletak masih di dalam bidang

    hukum perdata. Tetapi dalam hubungan hukum menyangkut hubungan antara

    orang sebagai perseorangan dan pernguasa, maka hubungan ini mulai menginjak

    hukum public, dimana penguasa dapat melakukan tindakan-tindakan baik

    korektif maupun mengurangi kebebasan dalam berusaha di bidang ekonomi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum pidana ekonomi adalah

    sekumpulan peraturan-peraturan di bidang ekonomi yang memuat ketentuan-

    ketentuan tentang keharusan/kewajiban dan atau larangan, terhadap pelanggaran

    mana diancam dengan hukuman.

    BAB III

    Sejarah Perkembangan Hukum Pidana Di Bidang Ekonomi Di Indonesia

    Pada awal abad 19 berlaku di Negeri Belanda pendapat bahwa hukum

    terletak hanay di dalam UU, hingga di luar UU bukanlah hukum (LEGISME).

    Terbukti dengan diundangkannya beberapa UU di bidang ekonomi yang

    menyebabkan para pengusaha dapat berkembang secara bebas tanpa hambatan

    apapun, tetapi masih kurang memperhatikan keadaan para tenaga buruh

    (liberalism). Dengan diundangkannya 2 buah buku, yaitu Kitab UU Hukum

    Perdata dan Kitab UU Hukum Dagang (1848) sama seperti negeri Belanda, yang

    bresifat liberal dan menganut asas hak milik kebebasan berdagang sebagai hak-

    hak nmutlak.

    Sejak mulai tahun 1919 terjadi perubahan yang memberlakukan golongan

    TIMUR ASING, tujuan memperlakukan hukum yang sama ini terutama untuk

    dapat menyesuaikan hubungan antara golongan yang menjadi penduduk Indonesia

    dan pengusaha pedagang Eropa/Barat. Golongan TIMUR ASIN, khususnya china

    dipergunakan sebagai pedagang perantara antara golongan pribimu (petani)

    sebagai penghasil bahan-bahan baku bagi industry Negeri Belanda dengan

    pengusaha pedagang Eropa.

    Sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,

    Indonesia telah mengalami perubahan, penghapusan, pergantian berbagai macam

    peratuan hukum yang tidak sesuai lagi dengan PANCASILA dan UUD 1945.

    Hukum yang berlaku di Indonesia yang tidak emenuhi kesadaran hukum rakyat

    tidak dapat dipertahankan lagi, tetapi harus diberlakukan hukum nasional yang

    mendasarkan pada kesadaran hukum rakyat dan yang sekaligus menunjang

  • 7

    pembangunan ekonomi. campur tangan pemerintah dalam usaha pencapaian

    kemakmuran rakyatnya harus dilakukan demi mencapai tujuan nasional.

    1. Hukum Pidana Positif di Bidang Ekonomi a. Pengertian

    Tindak pidana di bidnag ekonomi berarti setiap perbuatan pelanggaran atas

    kebijaksanaan negara di bidang ekonomi yang dituangkan dalam peraturan-

    peraturan hukum yang memuat ketentuan pidana terhadap pelanggarannya.

    b. Peraturan-peraturan yang berlaku Untuk pengedalian proses ekonomi telah dikeluarkan peraturan sesuai

    dengan kepentingan dan tujuan negara :

    (1) Zaman penduduk Belanda

    Proses ekonomi di Indonesia selama pemerintah colonial Belanda

    menggunakan pendekaran peningkaatan produksi bahan mentah untuk

    kepentingan industry di negeri Belanda dan perluasan pasaran hasil

    produks industry Belanda.

    Berikut merupakan peraturan yang telah dikeluarkan Belanda menurut

    sector dari proses ekonomi :

    a. Sektor Ekspor - Crisis-Uitvoer Ordonnantie S. 1939 605 - Kapok- Belangen Ordonnantie S. 1935 165 - Ordonnantie Aetherische Olien S. 1937 601 - Krosok-Ordonnantie S. 1937 604

    b. Sektor Impor - Crisis-Invoer Ordonnantie S. 1933 349 - Ordannantie Gecontroleerde Goederen S. 1948 144

    c. Sektor Moneter - Indische Tariefwet S. 1873 351 - Ordonansi Bea (RO) S. 1882 240 - Ordanansi Devisa S. 1940 205

    Peraturan-peraturan ini memuat cara pengaturan pengadilan pengawasan

    terhadap :

    1. Sumber pendapaan negara melalui impor dan ekspor 2. Lalu lintas devisa serta penggunaannya. d. Sektor Produksi dan Industri

    - Bedrijfs Reglementerings-Ordonnantie S. 1946 86 - Ordonanntie Geconroleerde Goerderen S. 1948 144 - Rijst-Ordonanntie S. 1948 253 - Prijsbeheersings-Ordonanntie S. 1948 295 - Peraturan-peraturan yang tercantum dalam No. a, b, dan c.

    Peraturan-peraturan ini mengatur pengendalian dan pengawasan terhadap :

    1. Peningkatan hasil produksi serta mutunya 2. Penyediaan/pengadaan serta pemasaran barang-barang hasil produksi

    antara lain pangan dan bahan-bahan mentah untuk diekspor.

    e. Sektor Perhubungan - Indische Scheepsvaartwet S. 1936 700 - Scheepsvaart Verordening S. 1936 703

  • 8

    Peraturan-peraturan ini memuat ketentuan mengenai pengangkutran

    barang melalui laut.

    (2) Setelah Merdeka Setelah merdeka sejak tahun 1945 pemerintah banyak turut campur tangan

    dalam kemakmuran rakyat. Segala kegiatan pemerinth sebagian besar diarahkan

    kepada pengaturan, pengawsan ataupun pengendalian kehidupan ekonomu bangsa

    dan negara Indonesia.

    Sejak tahun 1950 telah diciptakan berbagai macam peraturan yang memuat

    kebijakasanaan untuk penyelenggaran usaha pencapaian tujuan nasional yaitu

    masuarakat adil dan makmur. Sejak tanggal 1 Apri 1968 pemerintah memulai

    dengan PELITA I sebagai tahap I dalam rangka pelaksanaan RENCANA

    PEMBANGUNAN NASIONAL untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan

    makmur yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan pancasila di

    dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, digambarkan

    oleh MPR didalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

    Dalam rencana pembangunan nasional ini pelaksanaan pembangunan di

    bidang ekonomi mempunyai prioritas yang utama diantaranya bidang social dan

    bidang umum. Peraturan memberikan arah dan dorongan kepada pembangunan

    ekonomi dikeluarkan dalam bentuk hukum, hingga pengaturan, pengawasan, dan

    pengendalian pelaksanaan usaha-usaha oleh pemerintah untuk mencapai

    kemakmran rakyatnya mempunyai landasan konstitusionil, hingga tidak dianggap

    sewenang-wenang.Peraturan tersebut terdiri atas ketentuan yang bersifat perdata,

    administrative, dan pidana, sifat dimana ditentukan menurut kebutuhan.

    BAB IV

    Tindak Pidana Di Bidang Ekonomi

    Dalam arti sempit jenis tindak pidana di bidang ekonomi disebut tindak

    pidana ekonomi dan bersumber pada pasal 1 Undang-Undang Darurat No. 7

    Tahun 1955 tentang Pengusutan penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi

    yang ditetapkan sebagai Undang-Undang dengan sebagai Undang-Undang No.1

    Tahun 1961 (LN. 1961 3) yang dapat terbagi atas 3 macam yaitu : a. Tindak pidana berdasarkan pasal 1 sub 1e.

    Disini memuat ketentuan-ketentuan seperti ; pelanggatran di bidang lalu

    lintas devisa, pelanggaran terhadap proses impor & ekspor, pelanggaran

    terhadap izin usaha, pelanggaran oleh nahkoda, pelanggaran terhadap

    ketentuan ekspor kapuk, pelanggaran ekspor minyak aether, pelanggaran

    ketentuan ekspor hasil ubi-ubian, pelanggaran terhadap ketentuan ekspor

    krosok.

    b. Tindak pidana ekonomi berdasarkan pasal 1 sub 2e. Ditetapkan beberapa pelanggaran terhadap ketentuan pidana sebagai

    tindak pidana ekonomi pasal 26, pasal 32, pasal 33.

    Pelanggaran sesuatu ketentuan :

    a. DALAM b. BERDASARKAN

  • 9

    Undang-undang lain, sekedar undang-undang itu menyebut pelanggaran itu

    sebagai tindak pidana ekonomi. dari perumusan di atas terdapat 2 macam

    ketentuan , yaitu :

    a. Ketentuan dalam undang-undang lain Undang-undang yang bersangkutan harus memuat suatu ketentuan bahwa

    pelanggran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut dinyatakan sebagai tindak

    pidana ekonomi.

    Dapat ditafsirkan bahwa ketentuan ini memberikan kesempatan pembentuk

    undang-undang yang lebih rendah (di luar DPR) membuat ketentuan peraturan

    baru untuk menetapkan pelanggaran terhadap ketentuan dari undang-undang

    tertentu sebagai golongan tindak pidana ekonomi. undang-undang yang telah ada

    serta peraturan pelaksanaannya dapat dikaitkan pada undang-undang tindak

    pidana ekonomi.

    Beberapa peraturan yang tergologn dalam kategori ini adalah sebagai

    berikut :

    1. Undang-udanng no 11 tahun 1965 tentang penetapan PERPU no. 5 tahun 1962 tentang peruahan undang-undang no. 2 prp tahun 1962

    tentang pergudangan (LN. 1962-31) menjadi undang-undang.

    2. Surat keputusan Menteri Dalam Negeri Menteri Perdaganan Luar Negeri No. 109/MPDN/SK/65 tentang pelaksaan peraturan

    perdagangan 1962

    3. PERPU no. 8 tahun 1962 tentang peraturan perdagangan barang-barang dalam pengawasan (ditetapka menjadi UU dengan UU No. 7

    Tahun 1969).

    4. Peraturan pemerintah No. 11 tahun 1962 tentang pelaksanaan peraturan perdagangan barang-barang dalam pengawasan.

    5. Surat keputusan Menteri Perdagangan No. 142/M/SK/1962, tentang pengangkutan barang-barang dalam pengawasan dalam daerah pabean

    Indonesia.

    b. Ketentuan berdasarkan undang-undang lain Peraturan yang memuat didalam ketentuan yang :

    - Tersebut dalam pasal 1 sub 1e - Tersebut dalam pasal 1 sub 3e

    Penggunaan kata berdasarkan memberikan juga wewenang legislative kepada

    pembuat peraturan yang lebih rendah.

    Peraturan jenis ini dapat juga dikemukakan antara lain :

    - SK Menperdag No.64/KP/IV/69 tentang barang-barang pokok dalam pengawasan

    - SK Menperdag No. 384/KP/XI/69 tentang ketentuan khusus penyimpanan padi/beras dalam gudang.

    Dalam arti luas tindak pidana di bidang ekonomi adalah perbuatan

    pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dari peraturan-peraturan di bidang

    ekonomi, pelanggaran mana diancam dengan hukuman yang tidak termuat di

    dalam undang-undang darurat No.7 tahun 1955 (peraturan pidana khusus

    lainnya).

  • 10

    Perbuatan pelanggaran hukum yang menyangkut bidang ekonomi dapat

    diperlakukan beberapa ketentuan KUHP, pelanggaran mana :

    - Mempergunakan daya upaya surat-surat berharga dan warkat-warkat perbankan;

    - Berhubungan dengan perdagangan, produksi dan distribusi yang kesemuanya memberikan pengaruh terhadap situasi dan perkembangan

    ekonomi seperti moneter.

    Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tindak pidana di bidang ekonomi

    dalam arti luas dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu :

    a. Tindak pidana di bidang ekonomi berdasarkan ketentuan pidana dalam peraturan khusus di bidang ekonomi.

    b. Tindak pidana di bidang ekonomi yang dapat diperlakukan ketentuan pidana dalam KUHP.

    Jenis tindak pidana terbagi dala 2 golongan :

    1. Tindak pidana dengan menggunakan daya upaya/alat-alat a. Surat-surat berharga b. Warkat-warkat bank c. Fasilitas bank d. Sarana produksi e. Bahan-bahan pokok dalam pengawasan yang dapat merugikan

    produksi dan distribusi serta prasarananya

    2. Tindak pidana yang berhubungan langsung dengan perdagangan

    BAB V

    Tindak Pidana Ekonomi

    Sebagai peraturan pidana khusus di samping KUHP, ketentuan-ketentuan

    dalam UU No.7 tahun 1955 harus didahulukan dari pada ketentuan dari KUHP,

    apabila terhadap suatu perbuatan pidana dapat juga iperlakukan ketentuan KUHP.

    Dalam hal ini berlaku asas Lex Specialis Derogat Lex Generalis sebagaimana tersirat juga dalam pasal 103 KUHP.

    Penyimpangan, UU No. 7 Darurat tahun 1955 ini memuat asas-asas yang

    menyimpang dari asas-asas yang dianut oleh KUHP, penyimpangan mana

    membuktikan kekhasan dari undang-undang tersebut.

    Perbedaan atau penyimpangan tersebut dapat diperinci sebagai berikut :

    a. Perbedaan kejahatan dan pelanggaran antara kejahatan dan pelanggaran

    1. Secara kualitatif Kejahatan adalah RECHTSDELICT

    Pelanggaran adalah WERSDELICT

    2. Secara kuantitatif Kejahatan diancam dengan hukuman penjara

    Pelanggaran diancam dengan hukuman kurungan atau denda

    Perbedaan dalam tindak pidana di bidang ekonomi didasarkan pada pasal 2 UU

    No.7 Darurat tahun 1955, sebagai berikut :

    a. Golongan I berdasarkan pasal 2 sub 1e Semua tindak pidana ekonomi dalam pasal 1 sub 1e bersifat kejahatan atau

    pelanggaran apabila undang-undang yang bersangkutan menetapkannya.

    b. Golongan II berdasarkan pasal 2 sub 2e

  • 11

    Semua tindak pidana ekonomi tercantum dalam 26, 32, dan 33.

    c. Golongan II berdasarkan pasal 2 sub 3e Semua tindak pidana ekonomi ditetapkan sebagai kejahatan apabila

    dilakukan dengan sengaja, dan pelanggaran apabila dilakukan dengan

    kulpa atau tanpa sengaja

    b. Perluasan berlakunya tindak pidana ekonomi Pasal 2 KUHP menyebut, bahwa ketentuan pidana dalam UU RI berlaku

    bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di wilayah

    Republik Indonesia.

    Pasal 3 UU TPE memperluas pasal 2 KUHP dengan menyatakan, bahwa

    perbuatan turut melakukan dilakukan di luar negeri dapat juga dihukum pidana. Ini berarti memperluas berlakunya samapi di luar RI dan

    meninggalkan asas territorial.

    Begitupun perbuatan turut melakukan suatu tindak pidana ekonomi yang dapat dihukum memperluas pengertian tindak pidana, berhubung

    perbuatan turut melakukan dianggap sama dengan perbuatan melakukan suatu tindak pidana ekonomi dan diancam dengan hukuman yang sama.

    Dengan dimikian tindakan turut melakukan ditingkatkan sebagai tindak pidana yang berdiri sendiri atau tindak pidana yang sempurna.

    c. Percobaan dan perbuatan hukum Ketentuan pasal 4 jelas menyimpang dari pasal 54 dan 60 KUHP, karena

    pasal 4 menyebut tindak pidana ekonomu tidak memberdakan kejahatan

    atau pelanggaran, yang berarti berlaku juga terhadap kejahatan. Meskipun

    ditambah dengan ketentuan sekedar suatu ketentuan tidak menetapkan sebaliknya, pasal 4 tatap menyimpang dari ketentuan dalam pasal 54 dan 60 KUHP. Begitu pula apabila ketentuan tambahan tersebut tidak ada.

    d. Peradilan in absentia Dalam hukum pidana umum tidak dikenal peradilan tanpa hadirnya

    terdakwa, tetapi pasal 16 UU TPE menyebutkan ada 2 jenis orang yang

    dapat diadili tanpa hadirnya orang-orang tersebut :

    1. Ayat 1 menyatakan, bahwa orang yang telah meniggal dunia dapat dijatuhi hukuman.

    2. Ayat 6 menyatakan, bahwa ketentuan tersebut dalam ayat 1 pada permulaan kalimat dan di bawah a berlaku juga, apabila tindak pidana

    ekonpmi itu dilakukan oleh seorang yang tidak dikenal.

    Menurut hukum pidana umum/biasa peradilan tanpa hadirnya terdakwa

    tidak dapat diselenggarakan.

    e. Penyelesaian di luar acara (schikking) Penyelesaian di laur acara berarti penyelesaian perkara tanpa pengajuan

    perkara di muka sidang pengadilan dengan cara melakukan pembayaran

    denda yang telah disetujui oleh kejaksaan dan terdakwa. Hal ini dikenal

    dengan denda damai, yaitu pembayaran sejumlah uang kepada negara sebagai ganti rugi yang timmbul oleh akibat perbuatan tersangka.

  • 12

    f. Pengadilan ekonomi Pengadilan perkara-perkara pidana ekonomi membutuhkan keahlian dalam

    masalah-masalah ekonomi. untuk keperluan ini pada tiap-tiap pengadilan

    negeri dibentuk pengadilan khusus yaitu pengadilan ekonomi yang terdiri atas hakim-hakim ekonomi serta dibantu oleh panitera ekonomi,

    dimana sebagai penuntut umum bertindak seorang jaksa ekonomi yang

    juga memiliki keahlian dalam penuntutan perkara pidana ekonomi (pasal

    35 UU TPE)

    Perkara tindak pidana ekonomi dan tindak pidana korupsi tidak boleh

    diperiksa dan diadili secara bersamaan oleh Pengadilan Negeri tetapi harus

    diajukan ke muka pengadilan yang berwenang bagi masing-masing jenis

    perkara, yaitu perkara korupsi oleh pengadilan negeri dan perkara tindak

    pidana ekonomi oleh pengadilan ekonomi (pasal 35 ayat 2)

    g. Hukum acara pidana ekonomi Penyidikan

    Ketentuan UU TPE mengenai hukum acara memperlengkapi atau

    menambah wewenang penyidikan di dalam RIB yang berlaku ketentuan

    penyedikan dalam tindak pidana ekonomi.

    Perluasan wewenang penyidikan dalam UU TPE tersebut dapat diperinci

    dengan :

    - Penyitaan - Penggeledahan - Wewenang pelengkap

    Penuntutan

    Dilakukan oleh jaksa ekonomi sebagaimana disesuaikan dengan UU

    Pokok Kejaksaan pasal 2 ayat 1b. pasal 35 UU TPE menyatakan hanya

    jaksa ekonomi yang berwenang melakukan penuntutan sesuai dengan asas

    spesialis sebagai konsekuensi dan differensiasi tugas berdasarkan

    organisasi modern. Jaksa ekonomi berbeda dengan jaksa biasa.

    h. Subyek tindak pidana ekonomi Di samping perseorangan, badan hukum atau koperasi dapat juga

    melakukan tindak pidana ekonomi dan dapat dijatuhi hukuman pidana.

    Badan hukum seperti perseroan, perserikatan orang atau yayasan dapat

    juga dipertanggungjawabkan atas tindak pidana ekonomi yang dilakukan

    oleh orang-orang berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan

    hubungan lain bertindak dalam lingkungan badan-badan tersebut.

    Dalam penuntutan badan tersebut dilakukan oleh salah seorang

    pengurusnya, dan dipertanggungjawabkan kepada pengurusnya.

    Kenyataannya badan tersebut mempunyai kehendak yang dinyatakan

    dalam bentuk keputusan melalui alat-alatnya seperti rapat

    direksi/pengurus, rapat anggota, rapat pemegang saham, rapat perwakilan,

    rapat dewan, dan sebagainya.

    Apabila badan ini dihukum oleh hukum diberikan haak untuk dapat

    melakukan perbuatan sebagai orang dengan perantaraan alat-alatnya, dapat

    juga terjadi bahwa tindakan dari badan tersebut sengaja ataupun tidak

    sengaja yang dilakukan oleh orang yang menjadi alat dari badan tersebut

    adalah salah atau melanggar ketentuan dalam peraturan pidana.

  • 13

    i. Hukuman Dalam hukuman yang diancampak terhadap setiap jenis tindak pidana

    ekonomi, hukuman badan dan hukuman denda tetap merupakan hukuman

    pokok yang memegang peran penting dan menempati pula posisi

    terpenting.

    Hukuman yang berat ini memberikan sifat yang seram kepada hukuman

    terhadap setiap tindak pidana ekonomi.

    Disamping hukuman pokok, hukuman tambahan tidak lah kalah penting,

    mempunyai kedudukan dan peranan yang lebih penting daripada dalam

    hukuman pada tindak pidana umum, kecuali hukuman yang berupa pidana

    tersebut diatas dapat diketemukan juga secara materiil hukuman yang

    berupa administrative, perdata dan organisator.

    Hukuman tambahan

    Hukuman tambahan mempunyai posisi juga yang pentinga dalam hukum

    pidana ekonomu dan dapat dikenakan baik terhadap kejahatan maupun

    pelanggaran. Hukuman tambahan dalam pasal 7 ayat 1 dapat diperinci

    sebagai berikut :

    - Pencabutan hak tersebut dalam pasal 35 KUHP - Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan si terhukum dimana dilakukan selama satu tahun

    - Perampasan - Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atu penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau

    dapat diberikan kepada si terhukum oleh pemerintah untuk waktu

    selambat-lambatnya dua tahun

    - Pengumuman keputusan hakim Perampasan

    Timbul wewenang penyitaan bagi para penyidik dan para jaksa/penuntut.

    Perampasan mempunyai tujuan :

    - Penghentian berlangsungnya suatu tindak pidana ekonomi - Pencegahan barang-barang pokok menjadi rusak ataupun tidak manfaat

    bagi kehidupan ekonomi negara.

    Dengan perampasan ini barang-barang tersebut menjadi milik negara,

    pemilikan mana bertujuan agar penyampaian atau pendistribusian barang

    tersebut kepada masyarakat terjamin.

    Harga lawan

    Dapat diartikan sebagai harga barang pada suatu waktu tertentu misalnya

    surat berharga, uang dollar. Lebit tepat jika dipergunakan istilah nilai

    lawan.

    Termasuk perusahaan di terhukum

    Dapat diartikan mencakup seluruh kekayaan perusahaan termasuk barang-

    barang pihak ketiga yang terdapat di dalam perusahaan tersebut.

    Tindak pidana tertib

    UU TPE menambahkan suatu jenis hukuman yaitu hukuman tambahan

    dalam bentuk tindakan tata tertib yang tidak terdapat dalam KUHP, hal

    mana merupakan tindakan atau tata tertib yang pada hakekatnya

  • 14

    menunjukan aspek bestuur-rechtelijk dan yang dapat dikenakan di samping hukuman tambahan lainnya.

    Pengampuan

    Menempatkan perusahaan dalam pengawasan, semua kegiatan perusahaan

    diawasi secara ketat guna menghindarkan dilakukan pelanggaran kembali

    yang dapat merugikan kehidupan ekonomi negara. Pengampuan dapat

    berlangsung dalam 3 tahun dalam hal kejahatan dan selama 2 tahun dalam

    pelanggaran ekonomi (pasal 8 sub a)

    Pembayaran uang jaminan

    Merupakan pembayaran denda bersyarat. Terhadap uang jaminan bersifat

    hukuman denda bersyarat huungan jumlah uang yang telah dibayar akan

    menjadi miliki negara, apabila satu syaratnya yang telah ditetapkan tidak

    dipenuhi.

    Pencabutan keuntungan

    Diwajibakan melakukan sejumlah uang yang diambil dicabut dari

    keuntungan yang ditaksir telah diperoleh dari suatu tindak pidana yang

    dilakukan oleh si terhukum.

    Keuntungan yang diperoleh dari perbuatan melanggar hukum tersebut

    dianggap merugikan masyarakat, setidak-tidaknya merugikan negara

    berhubungan dapat mengacaukan kelancaraan kehidupan ekonomi negara.

    BAB VI

    Tindak Pidana Di Bidang Ekonomi Lainnya

    Tindak pidana dapat terjadi dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan, tidak

    hanya beberapa saja. Bahkan ada beberapa peraturan khusus yang mengatur

    mengenai tindak pidana terkait bidang ekonomi. Pengaturan mengenai tindak

    pidana di bidang ekonomi tersebut tersebar diberbagai pasal dalam masing-masing

    peraturan-peraturan khusus, diantaranya sebagai berikut:

    1. Peraturan Khusus. a. Pasal 30, 32, 36, 37, 38, 39 dan Penjelasan Pasal 1, 8, 38, 39, 36

    Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan.

    b. Pasal 2, 3, 4, 5, 12, 14, 15, 16 dan Penjelasan Pasal 3, 4 ayat 1, 4 ayat 2, 4 ayat 3, 5 ayat 1, 5 ayat 5 Ordonasi Lautan Teritorial dan

    Lingkungan Lautan Larangan 1939 L.N. 1939 No. 442.

    c. Pasal 44, 45, 46 Undang-Undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (UUHC).

    d. Pasal 1 dan 2 Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi L.N. 1971 No. 19.

    e. Pasal 1, 2, dan 3 Undang-Undang No. 11 PNS 1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversif, L.N. 1963 No. 101.

    f. Pasal 13, 14, 15, 16 dan 17 Ordonasi Tera 1949 S. 1949 No. 175. 2. K. U. H. P.

    a. Tindak Pidana Di Bidang Perbankan Pasal 378 (Penipuan), unsur-unsur didalamnya adalah:

    Objektif:

    Membujuk/menggerakkan orang lain agar orang lain; menyerahkan

    sesuatu barang, membuat hutang, menghapus piutang dengan

  • 15

    menggunakan alat pembujuk; nama palsu, rangkaian kata-kata bohong,

    dan tipu muslihat.

    Subjektif:

    Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain,

    dengan melawan hukum.

    Perbuatan yang dilakukan:

    Mengajukan permohonan kredit dan memperolehnya dengan

    mempergunakan surat-surat, jaminan fiktif, tanpa jaminan, jaminan

    berulang, surat-surat tanah yang palsu (seperti: sertifikat palsu), surat

    jaminan bank palsu, proyek fiktif, dan proyek yang telah mendapatkan

    kredit, baik dengan perbuatan menunjukkan surat-surat itu (secara tipu

    muslihat) maupun dengan pernyataan atas kebenaran hal-hal tersebut

    (dengan berbohong). Selain itu, perbuatan yang sering dilakukan

    adalah dengan mengajukan untuk dibayar surat-surat atau warkat bank

    dengan menggunakan surat berharga yang telah dipalsukan seperti;

    surat perintah pembayaran, surat perintah pemindahbukuan, dan surat

    transfer.

    Aturan mengenai tindak pidana terkait perbankan telah diatur dalam

    Pasal 263, 372, 374, 378, 379a. KUHP dan Pasal 1 Undang-Undang

    No. 3 Tahun 1971 mengenai pemerantasan tindak pidana korupsi.

    Sedangkan, dalam melakukan perbuatan penyerahan barang yang

    dilarang, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

    Menggerakkan agar menyerahkan (Bewegen tot afgifte), bahwa penyerahan sesuatu yang telah terjadi sebagai akibat

    dipergunakannya daya upaya, harus didorong dengan adanya

    pengaruh.

    Daya upaya, dipergunakan dalam perbuatan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang. Pertama dengan

    rangkaian kata-kata bohong, tidak perlu adanya tindakan tetapi

    hanya menciptakan suatu rangkaian cerita yang logis dan dapat

    diterima. Kedua dengan tipu muslihat, hanya dengan

    melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan semestinya

    secara nyata dapat dilihat tanpa perlu merangkai cerita.

    Maksud (Cogmerk) adalah tujuan terdekat, tidak ada tindakan yang perlu dilakukan lagi untuk mendapatkan

    keuntungan secara melawan hukum.

    Menguntungkan secara melawan hukum. Suatu keuntungan tidak wajar/patut menurut pergaulan masyarakat apabila hal ini

    bertentangan dengan kepatutan yang berlaku di dalam

    kehidupan masyarakat, pada keuntungan masih melekat

    kekurang patutan dari cara bagaimana memperolehnya.

    Cek kosong, daya upaya yang umum dipergunakan adalah tipu muslihat.

    Berikut salah satu gambaran mengenai kasus tindak pidana perbankan:

    Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri, A telah

    menggerakkan seorang pemilik toko untuk menyerahkan kepada A

    barang-barang, sehingga dengan penyerahan sehelai cek kosong yang

  • 16

    memuat secara nominal jumlah besar uang sebagai pembayarannya.

    Terdakwa A telah menggunakan tipu muslihat yang menimbulkan

    kepercayaan atau sangkaan pada si korban bahwa ia aka menerima

    jumlah uang pembayaran dari harga barang penyerahan itu, dengan

    penunjukkan suatu cek oleh A yang kemudian diterima oleh si korban,

    cek mana setelah diajukan untuk diuangkan pada bank bersangkutan,

    ternyata tidak cukup tersedia dananya. Sehingga oleh bank yang

    bersangkutan ditolak pada waktu pencairannya, sedangkan A telah

    mengetahui sebelumnya, bahwa ia tidak memiliki sebanyak jumlah

    uang yang tercantum dalam cek tersebut dan iapu tidak mempunyai

    kredit pada bank tersebut, cek mana telah diberikan kepada si korban

    sebagai pembayaran. Pengadilan Negeri di Belanda akhirnya memutus

    bersalah pada A (terdakwa), begitu pula pada pengadilan tingkat

    banding (Pengadilan Tinggi) dan pada Mahkamamah Agung.

    Berpedoman pada uraian Pasal 378 KUHP dan Arrest H.R. tanggal 1

    November 1920 dapatlah ditetapkan bahwa menggerakkan seseorang untuk menyerahkan sesuatu barang dengan penggunaan cek kosong

    dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum, dapat dikwalifisir sebagai penipuan. Sebagai contoh yang tidak dapat dikwalifisir sebagai tindak pidana

    adalah mengenai kasus berikut:

    Apabila si penjual dalam penerimaan cek sebagai penbayaran tersebut

    mengetahui bahwa cek pada saat diterimanya tidak ada dananya (cek

    mundur) dan penerima cek kemudian pada tanggal yang tertera dalam

    cek tetap tidak dapat mencairkannya ceknya, berhubung tetap tidak

    dananya dalam rekening penarik/pembeli, maka dalam hal ini penerima

    cek atau penjual sudah dapat menduga akan risiko ini, hingga

    karenanya ia terpedaya oleh peristiwa tersebut. pada umumnya penjual

    atau penerima cek mundur itu menerima cek dengan nilai nominal yang

    berjumlah lebih tinggi dari pada jumlah harga yang harus diterimanya.

    Di luar perbuatan diatas, penggunaan cek atau giro bilyet mundur

    bersifat pidana, meskipun cek itu tidak dapat dicairkan (diuangkan) atau

    bilyet giro itu, tidak dapat di clearingkan, berhubung risiko untuk tidak

    dapat mencairkannya harus sudah dapat diperhitungkan oleh penerima

    cek atau bilyet giro mundur itu pada saat penerimaan. Dalam hal ini,

    penerima cek atau gilyet biro itu mengetahui, bahwa pada saat

    penarikan cek atau bilyet giro itu tidak atau tidak mempunyai cukup

    dana dalam rekening.

    Pasal 379b KUHP

    Objektif:

    - Menjadikan mata pencaharian - Menjadikan kebiasaan - -membeli barang-barang

    Subyektif:

    Dengan maksud tanpa membayar sepenuhnya untuk dapat menguasai

    barang-barang tersebut bagi dirinya atau orang lain.

  • 17

    Perbuatan ini adalah bentuk perbuatan penipuan. Perbuatan penipuan

    umumnyaterjadi banyak sekali dalam kegiatan perdagangan, khususnya

    dalam kegiatan lalu-lintas pembayaran.

    Dalam setiap perjanjian jual beli secara kredit (hutang) si pembeli tidak

    melunasi sepenuhnya pembayaran dalam pembelian, hingga ia

    melakukan wanprestasi. Dan ia memang mempunyai kehendak untuk

    melakukan wanprestasi tersebut pada setiap perjanjian d.p.l. ia

    bermaksud tidak akan mentaati sepenuhnya setiap perjanjian sebelum

    mengadakan perjanjiannya. Dalam hal ini, perjanjian jual beli tidak

    batal, tetapi tetap berlangsung d.p.l. wanprestasi dari pembeli itu tidak

    mengurangi berlakunya perjanjian itu, sedangkan dalam pasal 378

    KUHP perjanjian batal menurut hukum karena dilakukannya tindakan

    tipu muslihat itu.

    b. Tindak Pidana di Bidang Produksi dan Distribusi. Bidang Produksi: Dapat terlihat dalam Pasal 378 (Penipuan) dan Pasal

    372 (Penggelapan) KUHP.

    Bidang Distribusi: Sama halnya dengan bidang produksi, hanya objek

    perbuatannya adalah barang hasil produksi atau hasil pengadaan.

    c. Tindak Pidana di Bidang Perdagangan Kecuali penipuan dalam arti sempit sebagaimana dirumuskan dalam

    pasal 378, terdapat juga dalam Bab XXV penipuan beberapa perbuatan

    yang bersifat penipuan yang langsung berhubungan dengan

    perdagangan. Diantaranya pada Pasal 380 (1) angka 1 (Pemalsuan

    Tanda) dan angka 2, Pasal 381(Penipuan Asuransi), Pasal 382

    (Penipuan dalam asuransi), Pasal 382 bis (Persaingan curang), Pasal

    383 (Penipuan dalam jual beli), Pasal 386 (Pemalsuan barang), Pasal

    383 bis (Penjualan beberapa kali konosemen yang sama), Pasal 387

    (Penipuan dalam pemborongan), Pasal 392 (Penipuan dalam

    perdagangan perseroan), Pasal 393 (Pemalsuan barang), serta Pasal

    378 (Penipuan).

    PENJELASAN

    Pengertian Pemalsuan: Dalam penipuan dengan mempergunakan barang palsu,

    perlu diberikan kejelasan, bahwa perbuatan pemalsuan barang saja tidak

    merupakan tindak pidana.

    1. Kejahatan Pemalsuan Perbuatan pemalsuan merupakan pertama-tama suatu jenis pelanggaran

    terhadap kebenaran dan kepercayaan, dengan tujuan memperoleh

    keuntungan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Oleh karena itu,

    perbuatan pemalsuan ternyata merupakan suatu jenis pelanggaran terhadap

    2 (dua) norma dasar:

    - Kebenaran (kepercayaan) yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok kejahatan penipuan;

    - Ketertiban masyarakat yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok kejahatan terhadap negara/ketertiban umum.

  • 18

    Peningkatan penggunaan berbagai barang, tanda tulisan/surat yang

    jaminan keasliannya/kebenarannya dibutuhkan oleh masyarakat,

    mengakibatkan timbulnya perbuatan pemalsuan. Dan peningkatan

    permintaan akan barang-barang kebutuhan hidup akan menambah

    kemungkinan/kesempatan terjadinya perbuatan pemalsuan yang tidak

    hanya atas barangnya sendiri, tetapi juga terhadap merek, tanda dan

    suratnya yang dibutuhkan untuk memberikan jaminan akan

    kebenaran/keaslian atas asal barang tersebut.

    Suatu perbuatan pemalsuan dapat dihukum apabila terjadi perkosaan

    terhadap jaminan/kepercayaan dalam hal:

    - Pelakunya mempunyai niat/maksud mempergunakan sesuatu barang yang tidak benar dengan menggambarkan keadaan barang yang tidak

    benar itu seolah-olah benar, hingga orang lain percaya bahwa brang

    tersebut adalah benar atau asli dan karenanya orang lain terpedaya.

    - Unsur niat/maksud tidak perlu meliputi unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain

    - Tetapi perbuatan tersebut harus menimbulkan suatu bahaya umum yang khusus dalam pemalsuan tulisan/surat dan sebagainya

    dirumuskan dengan mensyaratkan kemungkinan kerugian dihubungkan dengan sifat dari pada tulisan/surat tersebut.

    2. Pemalsuan Barang Pada perbuatan pemalsuan barang sebagaimana dicantumkan dalam pasal

    386 niat/maksud untuk mempergunakan barang yang dipalsu saja dianggap tidak cukup untuk menguhukum perbuatan tersebut, tetapi

    disyaratkan bahwa barang tersebut:

    - Dijual; - Ditawarkan untuk dijual; - Diserahkan

    3. Pemalsuan terhadap Hasil Karya Manusia Perlindungan atas hak manusia sebagai pencipta terhadap pemalsuan atas

    ciptaannya terdapat dalam Pasal 380 KUHP. Beberapa perbuatan yang

    dapat dihukum adalah sebagai berikut:

    - Menaruh tanda atau menempelkan secara palsu suatu nama atau tanda pada;

    - Memalsu nama asli atau tanda asli dalam; Karya kesusasteraan, ilmu pengetahuan, kesenian atau kerajinan

    dengan maksud, agar dapat dipercaya, bahwa karya tersebut berasal

    dari seseorang yang nama dan tandanya ditaruh atau dilekatkan pada

    karya tersebut.

    Selain itu, terdapat tindak pidana lainnya, yaitu tindak pidana terhadap

    hak oktrooi dan hak merek.

    BAB VII

    Beberapa Tanggapan Mengenai Hukum Pidana Di Bidang Ekonomi

    1. Istilah hukum pidana di bidang ekonomi

  • 19

    Dalam literatur dapat diartikan mengenai hukum pidana ekonomi,

    yaitu sebagai berikut:

    Hukum pidana ekonomi adalah sejumlah peraturan-peraturan di bidang ekonomi yang memuat keharusan-keharusan/kewajiban-kewajiban dan

    atau larangan-larangan, terhadap pelanggaran mana dikenakan ancaman

    hukuman. Hukum pidana ekonomi hanya menguasai sebagian dari seluruh kehidupan manusia di dalam suatu negara, yaitu bidang kehidupan

    ekonomi, sedangkan hukum pidana umum meliputi seluruh bidnag

    kehidupan manusia seperti bidang politik, sosial, budaya, dan ekonomi.

    Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan di dalam peraturan-

    peraturan itu dinyatakan sebagai tindak pidana ekonomi. Hukum pidana

    ekonomi timbul, apabila ketentuan-ketentuan pidana ditetapkan dalam

    peraturan yang mengatur proses ekonomi. Ini dapat terjadi, apabila hukum

    yang bersifat mengatur tidak mampu menertibkan jalannya proses

    ekonomi.

    Dari uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan pendapat, bahwa

    penggunaan istilah hukum pidana ekonomi dan tindak pidana ekonomi

    terlalu sempit. Lebih tepat dipergunakan istilah-istilah hukum pidana di

    bidang ekonomi, yang bersumber pada seluruh peraturan-peraturan di

    bidang ekonomi yang memuat ketentuan-ketentuan pidana. Sehingga

    semua pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana dalam peraturan-

    peraturan tersebut merupakan tindak pidana di bidang ekonomi termasuk

    tindak pidana ekonomi.

    2. Eksistensi hukum pidana di bidang ekonomi a. Sumber hukum pidana di bidang ekonomi

    Sebagaimana dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa

    selain KUHP diakui juga adanya peraturan pidana khusus, sehingga

    peraturan pidana di bidang ekonomipun diakui eksistensinya sebagai

    peraturan pidana khusus. Ini merupakan bukti, bahwa KUHP tidak

    dapat lagi memberikan penyelesaian mengenai masalah terkait

    perbuatan pidana yang timbul karena perkembangan masyarakat,

    khususnya pertumbuhan di bidang ekonomi di dalam masyarakat

    Indonesia. Pembentukan peraturan-peraturan di bidang ekonomi yang

    memuat ketentuan-ketentuan pidana itu sudah barang tentu disesuaikan

    dengan situasi kondisi pada saat itu. Oleh karena itu, peraturan di

    bidang ekonomi baik yang memuat maupun yang tidak memuat

    ketentuan-ketentuan pidana tersebut adalah peka sekali terhadap

    perubahan, penggantian atau pencabutan/penghapusan. Dalam

    prakteknya, UU No. 7 Darurat tahun 1955 dan semua peraturan-

    peraturan di bidang ekonomi yang memuat ketentuan-ketentuan pidana

    merupakan sumber hukum pidana di bidang ekonomi.

    b. Law enforcement 1. Pada umumnya peraturan-peraturan di bidang hukum pidana

    ekonomi memberikan wewenang pengawasan atas ketaatan

    masyarakat pada ketentuan-ketentuan dalam peraturan tersebut

    serta penindakan terhadap pelanggarannya, pertama-tama kepada

    para pejabat tertentu dari instansi-instansi yang berhubungan

    dengan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi. Para penegak hukum

  • 20

    berkewajiban untuk melakukan usaha-usaha untuk mencegah dan

    menindak pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut,

    apabila para pejabat tertentu dari instansi yang memiliki wewenang

    khusus kurang mamapu atau meminta bantuannya atau tidak ada di

    tempat kejadiannya. Dalam hal ini, para penegak hukum

    berkewajiban untuk sebelumnya atau kemudian berkonsultasi

    dengan insatansi-instansi yang bersangkutan dengan tujuan untuk

    meniadakan kesimpangsiuran, ataupun meniadakan pertentangan

    dengan kebijaksanaan yang diambil oleh Pemerintah cq. Instansi

    yang bersangkutan, baik yang bersifat preventif maupun represif.

    Dengan demikian, penindakan terhadap pelanggaran di bidang

    ekonomi harus dilakukan lebih berhati-hati ataupun waspada

    terhadap akibat tindakan yang mungkin dapat menibulkan kerugian

    lebih besar bagi orang banyak dari pada seorang perseorangan.

    2. Penegakkan atas peraturan-peraturan di bidang ekonomi seringkali tidak dapat dilaksanakan. Hal ini dikarenakan, pembuat peraturan-

    peraturan tersebut tidak menyertakan atau menyusulkan peraturan-

    peraturan pelaksanaannya. Kewenangan untuk membuat peraturan-

    peraturan pelaksanaan atas suatu peraturan perundang-undangan

    terkadang diserahkan juga kepada pembuat-pembuat peraturan

    yang lebih rendah lagi sebagaimana ditetapkan di dalam salah satu

    pasal dari peraturannya. Sifat temporair dari peraturan di bidang

    ekonomi, telah membuat para pembuat peraturan yang lebih rendah

    itu kemudian melupakan atau kurang memberikan perhatian lafi

    pada peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan.

    3. Pembangunan hukum Peraturan-peraturan di bidang ekonomi yang memeuat

    ketentuan-ketentuan pidana akan bertambah banyak sesuai dengan

    kebutuhan disebabkan perkembangan masyarakat. Hukum pidana

    ekonomi merupakan satu kumpulan perundang-undangan yang

    memeuat ketetentuan pidana tersusun dalam satu ordening sebagai

    suatu hukum pidana khusus. Pembentukan atas peraturan-peraturan

    baru di bidang ekonomi tersebut didasarkan atas cita-cita pokok

    dalam rencana pembangunan nasional, khususnya pembangunan

    ekonomi.

    Penyimpangan-penyimpangan dalam azas-azas pokoknya

    membuktikan, bahwa hukum pidana ekonomi merupakan hukum

    eksepsionil terhadap hukum pidana yang dikodifikasikan. Hukum

    pidana ekonomi tersebut memberikan landasan dan pengaruh

    terhadap perkembangan ilmu hukum dan yurisprudensi.

    4. Pendidikan Negara-negara di dunia pada saat ini berkelompok menurut

    kepentingan ekonominya masing-masing dan melepaskan

    kepentingan ideologinya. Hukum pidana di bidang ekonomi

    memerlukan arah atau pedoman dalam penerapannya oleh para

    pelaksana maupun para penegak hukum yang pada saat ini kurang,

    bahkan tidak memahaminya.

  • 21

    Untuk mengatasi kekuarang-mampuan para pemakai peraturan-

    peraturan di bidang ekonomi, sudah semestinya diadakan

    perencanaan peningkatan pengetahuan akan peraturan-peraturan di

    bidang ekonomi serta azas-azasnya yang dianut di dalam

    lingkungan instansi-instansi tersebut, peningkatan mana

    memberikan kemampuan bertindak secara tepat dan tegas dalam

    setiap pelanggaran hukum di bidang ekonomi.

    BAB VIII

    Penutup

    Hukum pidana di bidang ekonomi merupakan sarana penting bagi usaha

    pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang tidak ada hentinya dalam

    mencapai tujuan nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur. Tanpa sarana

    peraturan-peraturan di bidang ekonomi yang memuat ketentuan-ketentuan pidana

    dalam beberapa hal Pemerintah dengan alat perlengkapannya akan mengalami

    kesulitan dalam pengamanan atau pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya

    pembangunan ekonomi.

    Hukum pidana di bidang ekonomi bersumber pada sekumpulan peraturan-

    peraturan yang banyak jumlahnya, tetapi cerai-berai tidak tersusun, tidak

    sistematis dan karenanya tidak memberikan gambaran yang jelas. Selain itu, para

    penegak hukum juga kurang memiliki pengetahuan tentang hukum pidana di

    bidang ekonoomi, hal mana disebabkan ketiadaan pendidikan terkait hukum

    pidana di bidang ekonomi yang memadai. Oleh karena itu masih banyak hal yang

    harus dikembangkan serta diperbaiki lagi terkait dengan hukum pidana di bidang

    ekonomi, khususnya di Indonesia.

    Lampiran Buku

    Tindak Pidana Ekonomi merupakan suatu tindakan pidana yang

    mempunyai motif ekonomi dan lazimnya dilakukan oleh orang-orang yang

    mempunyai kemampuan intelektual dan mempunyai posisi penting dalam

    masyarakat atau pekerjaannya.

    Tindak pidana ekonomi sering dikaitkan dengan Kejahatan Ekonomi,

    kejahatan ekonomi merupakan setiap perbuatan yang melanggar peraturan

    perundang-undangan dalam bidang perekonomian dan bidang keuangan serta

    mempunyai sanksi pidana.

    Tindak pidana mempunyai beberapa unsur menurut Conklin, yaitu :

    Suatu perbuatan hukum yang diancam dengan sanksi pidana

    Dilakukan oleh seorang atau korporasi di dalam pekerjaannya yang sah atau di dalam pencarian/usahanya dibidang industry atau

    perdangan

    Untuk tujuan memperoleh uang atau kekayaan, memperoleh keuntungan bisnis atau keuntungan pribadi.

  • 22

    Dalam kesehariannya atau pun prakteknya, dapat dilihat beberapa tindak

    pidana ekonomi. Contoh-contoh tindak pidana ekonomi yang sering bermunculan

    di berita maupun tidak yaitu sebagai berikut :

    1. Pelanggaran penghindaran pajak 2. Penipuan atau kecurangan di bidang perkreditan (credit fraud) 3. Penggelapan dana-dana masyarakat (embezzlement of public founds)

    dan penyelewengan dana-dana masyarakat (misappropriation of public

    founds)

    4. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan keuangan (violation of currency regulations)

    5. Spekulasi dan penipuan dalam transaksi tanah (speculation and swindling in land transactions) serta penyelundupan (smuggling)

    6. Delik-delik lingkungan (Environmental offences) 7. Menaikkan harga (overpricing) serta melebihi harga faktur (over

    invoicing), juga mengekspor dan mengimpor barang-barang di bawah

    standard an bahkan hasil-hasil produksi yang membahayakan

    8. Eksploitasi tenaga kerja 9. Penipuan konsumen. Di dalam sumber ini yang kami resume untuk tugas akhir perbankan,

    mencakup peraturan-peraturan yang mengatur tentang tindak pidana ekonomi

    beserta penjelasan-penjelasannya yang merinci. Buku ini juga merinci tentang hak

    & kewajiban para pelaku kegiatan ekonomi yang bila dilanggar, akan dikenakan

    sanksi.

    Contoh-contoh dan jenis-jenis tindak pidana ekonomi dijelaskan di dalam

    buku ini beserta peraturan-peraturannya. Mulai dari bentuk pelanggaran yang

    berupa Ordonansi Bea, tindak pidana di bidang impor dan ekspor dalam

    Ordonansi Bea. Tidak hanya penjelasan secara kulit saja, namum juga dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya terlebih dahulu, serta cara-cara

    penyelundupan tersebut.

    Di dalam sumber ini juga dijelaskan tentang denda damai, dalam denda

    damai ada yang disebut Lembaga Damai, lembaga damai merupakan lembaga

    penyelesaian perkara pelanggaran di bidang ekspor dan impor di luar pengadilan.

    Secara menyeluruh, isi sumber sudah sangat jelas dan rinci, sehingga isi &

    maksud buku ini dapat dipahami oleh pembaca agar dapat memahami peraturan-

    peraturan mengenai Tindak Pidana Ekonomi, urut dari jenis-jenisnya, hak dan

    kewajibannya, pengertian-pengertian segala macam istilah-istilahnya, serta

    konsekuensi-konsekuensinya yang berupa sanksi-sanksi, hukuman pidana penjara,

    serta denda-denda yang harus dibayar bila melakukan Tindak Pidana Ekonomi.

    Lampiran Buku

    Resume Undang-Undang no. 32 Tahun 2004

    Di dalam sumber berikut, yaitu Undang-undang no. 32 Tahun 1964

    tentang Peraturan Lalu Lintas Devisa Negara, berisi pengaturan-pengaturan yang

    menetapkan hal-hal tentang lalu lintas devisa Negara Republik Indonesia. Tujuan

    dibuatnya Undang-undang ini yaitu dalam rangka menyusun perekonomian pada

    taraf Nasional Demokratis menuju kearah pembangunan Negara dan Masyarakat

    Sosialis Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila sebagaimana

  • 23

    digariskan dalam Manifesto Politik dan Deklarasi Ekonomi, perlu diganti

    peraturan-peraturan/ketentuan-ketentuan yang diwarisi dari kekuasaan colonial.

    Selain itu, tujuan lainnya adalah karena devusa merupakan salah satu alat

    dan sumber pembiayaan yang penting untuk Negara dan oleh karena itu persoalan

    lalu-lintas devisa perlu diatur secara sebaik-baiknya untuk memperlancar lalu-

    lintas perdagangan/pembayaran dengan luar negeri dan tercapai maksud

    pengerahan dana dan daya dari seluruh masyarakat.

    Serta bahwa Devizen Ordonnantie 1940 dan Devizen Verordening 1940 menurut sifatnya dan maknanya bertentangan dengan peraturan devisa yang diperlukan pada tingkat Revolusi Indonesia dewasa ini, dan berhubung dengan itu

    perlu diganti dengan peraturan, devisa baru untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yg

    dibahas diatas.

    Unsur-unsur tentang lalu lintas devisa Negara dalam undang-undang ini

    diatur berdasarkan beberapa bab, bab pertama yaitu tentang Ketentuan Umum, di

    bab ini berisi tentang istilah-istilah yang penting untuk menjalankan undang-

    undang ini. Istilah-istilah tersebut dijelaskan secara umum sehingga pembaca

    tidak mengalami kesulitan dalam memahami peraturan-peraturan yang ada dalam

    undang-undang tersebut. Istilah istilah yang dimaksud yaitu seperti Dewan, Biro, Devisa, Effek, Impor, dan lain-lainnya.

    Selanjutnya, dalam bab-bab berikutnya, mengatur tentang berbagai hal

    yang perlu pengaturan dalam permasalahan Lalu Lintas Devisa Negara, seperti

    Penguasaan Devisa oleh Negara, Dana-Devisa, Badan Lalu-lintas Devisa dan Biro

    Lalu lintas Devia, Ekspor Barang dan Pemberian Jasa, Impor Barang dan

    Penerimaan Jasa Dari Luar Negeri atas Beban Dana Devisa, Penguasaan Devisa

    Yang Tidak Diharuskan Untuk Langsung Diserahkan Kepada Dana Devisa, dan

    selanjutnya dijelaskan lebih lengkap lagi dalam Undang-undang No. 32 Tahun

    1964 ini.

    Namun dengan sejalannya waktu perkembangan, Undang-undang Nomor

    32 Tahun 1964 tentang Peraturan Lalu Lintas Devisa Negara Republik Indonesia

    ini dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan perkembangan keadaan,

    oleh karena itu, Pemerintah mengadakan pembaruan undang-undang.

    Undang-undang yang menggantikan yaitu Undang-undang Nomor 24

    Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa Dan Sistem Nilai Tukar. Tujuannya

    muncul Undang-undang ini yaitu karena kesinambungan pembangunan nasional

    harus dipelihara berdasarkan keadilan yang merata dan diarahkan untuk

    terwujudnya perekonomian nasional yang bernafaskan kerakyatan, mandiri,

    handal, dan mampu bersaing dalam kancah perekonomian internasional yang

    ditunjang dengan sistem devisa dan sistem nilai tukar yang dapat mendukung

    tercapainya stabilitas moneter guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil

    dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

  • 24

    2.2 RESUME REFERENSI BUKU UTAMA ASING: MYSTERY OF

    BANKING USA

    Judul Buku : Mystery of Banking USA, Second Edition, 2008

    Pengarang : MURRAY N. ROTHBARD

    Penerbit : Ludwig von Mises Institute

    Tempat Terbit : Auburn, Alabama, USA

    BAB I

    Uang: Kegunaannya dan Asalnya

    Dewasa ini, persedian uang meliputi financial pres. Setiap jumat, investor

    sangat khawatir pada saat melihat pergerakan uang di akhir pecan dan Wall Street

    akan berubah entah menjadi tinggi atau rendah pada saat hari Senin. Apabila

    persedian uang di negara tersebut meningkat, maka nilai tukar uang tersebut

    terhadap mata uang lainnya tidak akan setinggi persediannya uang tersebut,

    dengan kata lain ketersedian uang itu berbanding terbalik dengan nilai tukar

    dengan mata uang lainnya.

    Perhatian mengenai ketersedian uang ini sebenarnya merupakan hal baru,

    karena pada era 1970 an, pembicaraan tersebut tidak pernah diperbincangkan

    selama beberapa decade belakangan karena pada saat itu orang lebih banyak

    membicarakan megnenai Peraturan yang ada di suatu negara. Dalam pencetakan

    uang maka uang kertas tersebut dicetak pada Federal Reserce Bank dan dalam

    uang itu tertulis this note is legal tender for all debts, public and private Implikasi yang membingungkan itu termasuk mencek deposit sebagai

    bagaian dari ketersedian uang di dalam bang yang termasuk pembuatan uang.

    Pada abat ke 19 mengenai keterikatan atau tidak mengenai bank privat atau

    deposit yang harus dimasukkan ke dalam persedian uang. Menurut David Ricardo

    yang berasal dari UK, maka deposit itu sendiri bukan termasuk ke dalam

    persediaan uang.

    Menurut Ludwig von Mises yang mendemonstrassikan pengertian ini pada

    tahun 1912, ia mengatakan bahwa uang tidak bisa berasal dari permintaan negara

    atau berasal dari sosial kontrak yang disetujui oleh para penduduk, uang harus

    berasal dari suatu proses yang disebut free market.

    Sebelum dunia mengenal pembayaran melalui uang, maka sistem

    pembayaran yang ada adalah dengan menggunakan barter. Barter adalah salah

    satu pembayaran dimana setiap orang akan menukarkan barang-barang yang ia

    miliki dengan barang yang ia butuhkan, akan tetapi sistem barter ini sangatlah

    sukar karena susah untuk menemukan orang yang memliki kebutuhan yang sama

    dengan kita, cara ini juga akan menghabiskan waktu yang cukup lama dan tempat

    yang cukup jauh karena kita harus berkeliling untuk mendapatkan pembeli yang

    mau membeli barang kita dan sesuai dengan kebutuhan kita. Apabila sistem

    pembyaran dengan barter ini tetap diimplikasikan maka bayangkan bagaimana

    repotnya seorang businessman bsa mencara seseorang yang memiliki kepentingan

    dan kebutuhan yang sama dengan dia.

    Akhirnya pembiayaan melalui barter pun berganti dengan cara pembayara

    dengan menggunakan uang, dengan alasan pembiayaan dengan uang bersifat

    mudah untuk dibawah dan mudah untuk dilakukan penukaran dengan benda-

  • 25

    benda lain yang kita butuhkan. Penggunaan uang itu pun akhirnya di teliti agar

    penggunaan uang tersebut dapat membeli barang-barang yang mereka butuhkan

    dengan harga yang pantas, sehingga harga itu setara dengan kualitas yang

    didapatkan.Jadi harga berbanding lurus dengan kualitas barang dan/atau jasa.

    Selain uang, ternyata banyak orang juga mulai menginvestasikan dan

    melakukan pembayaran dengan menggunakan emas batangan, alasannya emas

    memiliki nilai jual yang tinggi dan harga emas jarang untuk mengalami penurunan

    drastic dibandingkan dengan uang yang dapat turun drastic apabila nilai tukar

    dengan mata uang negara lain melemah.

    BAB II

    Apa yang menentukan Harga : Persediaan dan Permintaan

    Apa yang menyebabkan harga telu, sepatu kuda, roti dan lain sebagainya

    naik dan turun? Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian tentang

    macroeconomic tentang hal tersebut meneliti, dan mendapatkan hasil bahwa yang

    bisa berpengaruh menentukan harga dari suatu barang adalah persediaan dan

    permintaan.Atau persediaan suatu produk dan intensitas permintaan pembeli yang

    mau membeli barang tersebut.

    Kita andaikan kita akan menganalisis mengenai harga sebuah kopi, yang

    akan dihitung perhari. Pada setiap waktu ada persedian kopi, dan siap untuk dijual

    kepada konsumen. Apabila terdapat 1 juta kopi siap jual, maka apabila harga per

    saset dipatok seharga 1000 maka orang-orang yang ingin meminum kopi pasti

    akan beralih meminum teh, minuman kaleng, dan lain sebagainya yang harganya

    jauh lebih murah dibandingkan dengan harga kopi. Apabila harga kopi menjadi

    lebih murah, jauh lebih murah dibandingkan harga-harga lainnya maka

    permintaan atas kopi tersebut akan semakin banyak. Sehingga apabila suatu harga

    terlalu tinggi maka permintaan semakin rendah, akan tetapi apabila harga rendah,

    maka permintaan akan semakin tinggi. Disisi lain, apabila stok persedian sebuah

    kopi melebihi perminttan, maka harga dari sebuah kopi tersebut akan lebih

    rendah, akan tetapi apabila persedian kopi yang ada kurang dari permintaan maka

    harga kopi tersebut akan meningkat, hal tersebut dikarenakan apabila persedian

    banyak, maka pembeli dapat mencari penjual yang menjual kopi dengan harga

    yang lebih murah, akan tetapi apabila persediaan kopi sedikit maka mau tidak mau

    pembeli harus membeli kopi tersebut dengan harga yang ditentukan oleh penjual.

    BAB III

    Uang dan Harga Keseluruhan

    Seluruh harga sebenarnya dientukan dengan persedian dan permintaan, dan

    keseluruhan harga tersebut sebenarnya ditentukan oleh produk individual. Apabila

    dilakukan sebuah penelitian tentang adanya persedian uang apakah terbatas atau

    tidak, maka orang-orang tentu akan meminta uang sebanyak yang mereka mau.

    Orang yang memiliki uang dapat bertindak dua hal, yaitu mereka bisa

    membelanjakan uang tersebut atau menginvestasikan uang tersebut atau mereka

    hanya menyimpan uang tersebut tanpa diapa-apakan.

    Apabila harga barang-barang turun, maka orang-orang yang memiliki uang

    hanya akan membutuhkan uang 1/3 dari jumlah uang yang biasanya mereka bawa

  • 26

    dan sisanya mereka bisa menggunakan uang tersebut untuk disimpan atau

    diinvestasikan.

    Mengapa level harga sebuah uang dapat berubah apabila persedian uang dan

    permintaan uang menentukan tinggi harga keseluruhan? Harga, secara

    keseluruhan dapat berubah karena dua alasan: satu karena persediaan uang

    meningkat, maka harga pun akan meningkat; Apabila persediaan turun, maka

    harga juga akan turun. Apabila Permintaan uang mengalami penurunan maka

    harga akan tinggi. Apabila permintaan uang menurun maka harga akan turun.

    Secara keseluruhan harga akan ditentukan dengan ketersediaan dan permintaan

    yang familiar dengan harga secara individual. Sehingga bidang macro dan micro

    sebenarnya tidak bisa dipisahkan.

    BAB IV

    Permintaan Uang

    Dalam hal ini kita harus focus terhadap permintaan dan ketersedian uang.

    Ketersedian uang adalah jumlah total mata uang yang berada dalam ekonomi.

    Bagaimana persedian jumlah uang seharusnya ada?Apakah harus selalu meningkt,

    menurun, atau stabil?Pada awalnya mungkin kita pernah mendengar bahwa

    semakin banyak uang semakin baik.

    Kenyataannya kita tidak bisa meengatakan bahwa semakin banyak uang

    maka kehidupan akan semakin baik. pada kenyataannya pada saat uang hanya

    menjadi alat tukar, maka ia tidak lagi berguna apa lagi ketika semua harga barang

    menjadi naik. Maka orang akan lebih memilih untuk membelanjakan uang

    tersebut, apalagi pada saat harga jasa buruh, ongkos produksi semuanya naik.

    Berdasarkan standar dari emas, dimana persedian uang merupakan total dari

    berat koin emas yang tersedia, maka hanya ada satu cara untuk meningkatkan

    permintaan uang : Menggali emas hingga ke dasar. Pada saat emas menjadi

    barang yang disukai oleh masyarakat maka masyarakat akan rela untuk membeli

    emas dan mungkin rela untuk membuka sebuah pertambangan emas untuk

    membeli emas. Dan dari hal tersebut maka pertambangan emas akan menjadi

    usaha yang sangat dilirik oleh para investor.

    Ada satu cara agar masyarakat mau menyimpan uang dibandingkan

    membeli hasil tambang, yaitu dengan cara pemalsuan. Pemalsuan produksi objek

    yang bernilai rendah, misanya plastic, dimana mereka berusaha untuk menipu

    orang dengan barang tidak berharga seperti plastic yang seperti emas. Benda itu

    terlihat murah, dan merupakan cara yang illegal untuk memproduksi emas.

    Jadi, untuk meningkatkan permintaan uang, maka sebaiknya dibuat emas

    palsu, sehingga masyarakat menjadi enggan untuk membeli emas sehingga

    masyarakat yang tidak ingin tertipu dengan emas palsu maka ia akan mulai

    menyimpan uang sebagai investasi mereka.

    Dalam perkembangannya, pemerintah di Amerika memfikirkan salah satu

    cara untuk menggunakan monopoly untuk pencetakan uang. Apabila pencetakan

    itu dimonopoli akan menimbulkan efek yang berbahaya, seperti pemerintah dapat

    menetapkan bahwa harga 1 dolar itu seharga 1/20 ons emas. Individual dan kantor

    bisnis bisa mengurangi defisit mereka dengan dua cara yaitu meminjam uang dari

    orang yang telah menyimpan uang; dan /atau menarik uang mereka untuk

    membayar defisit mereka. Pemerintah juga bisa menggunakan dua cara tersebut,

  • 27

    tetapi apabila orang-orang akan mernima uang kertas, maka sekrang mereka bisa

    memperoleh jalan untuk mendapatkan uang yang tidak tersedia kepada

    masyarakat umum.

    Pada tiga kali sejarah amerika sejak berakhirnya masa colonial, Amerika

    pernah berada dibawah sistem uang yan tidak bisa ditukar.Pertama pada saat

    Revolusi Amerika ketika ada perang keuangan, pemerintah pusat mengumumkan

    kualitas yang luas untuk paper money atau continentals.

    BAB V

    Permintaan untuk Uang.

    Pada saat pembayaran dengan menggunakan uang belum dikenal luas, maka

    dikenallah sistem pembayaran dengan cara barter, misalnya kita harus memiliki

    jasa atau barang yang baik untuk mendapatkan jasa/barang yang kita inginkan.

    Apabila persediaan barang dan jasa meningkat pada kehidupan ekonomi, maka

    permintaan akan uang untuk penukaran barang dan jasa tersebut tentu akan

    meingkat. Jadi dapat dikatakan bahwa peningkatan barang dan jasa akan

    meningkatkan permintaan uang

    Permintaan dari uang juga dipengaruhi oleh seberapa sering seseorang

    membayar upah atau gaji. Apabila seseorang menerima gaji dua bulan sekali

    maka persediaan uang yang ada di masyarakat tentu akan menurun, hal sebaliknya

    pun dinyatakan apabila seseorang menerima gaji satu minggu sekali maka

    persediaan uang yang ada di masyaraat tentu akan meningkat. Selan itu ada juga

    hal yang mempengaruhi ketersedian uang.Misalnya pada saat inflasi persediaan

    uang dimasyarakat menjadi banyak dan pada saat deflasi persedian uang di

    masyarakat menjadi sedikit.

    BAB VI

    Loan Banking

    Ketika kita berbicara mengenai bank, terdapat beberapa masalah, hal ini

    dikarenakan, bank di seluruh belahan dunia, secara garis besar memiliki dua lini

    operasi yang berbeda, yaitu pemberian pinjaman kredit, dan melakukan

    penyimpanan uang. Dalam bab ini akan dijelaskan darimana asal-usul kegiatan

    usaha pemberian pinjaman kredit oleh bank dan hubungan yang terdapat antara

    suplai uang dengan inflasi.

    Salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank adalah memberikan

    pinjaman kepada pihak yang membutuhkan.Pinjaman yang diberikan bank kepada

    pihak yang membutuhkan tersebut, tidak harus berupa pinjaman dengan tujuan

    untuk investasi bisnis, bisa saja tujuan dari pinjaman tersebut adalah untuk

    kegiatan konsumtif si peminjam, sebagai contoh bisa saja pinjaman tersebut

    diambil dengan tujuan untuk membeli mobil baru.

    Kegiatan pemberian pinjaman kredit tidak hanya dilakuka oleh bank saja,

    namun juga dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, pemberi pinjaman uang

    secara pribadi, dan perusahaan-perusahaan lain.

    BAB VII

    Deposit Banking

  • 28

    Kegiatan usaha bank sebagai tempat untuk menyimpan uang memiliki

    sejarah yang berbeda dari kegiatan usaha bank yang bertujuan untuk memberikan

    pinjaman kredit. Kegiatan bank sebagai tempat penyimpanaan muncul sebagai

    akibat bahwa pemilik emas dan perak pada zaman dahulu tidak ingin menyimpan

    emas mereka di rumah atau di kantor mereka karena mereka takut atas risiko

    bahwa emas tersebut dapat dicuri. Selain itu koin-koin emas biasanya sangat berat

    dan susah untuk dibawa kemana saja. Oleh sebab itu maka munculah ide untuk

    menyimpan koin emas tersebut di bank, dimana setelah menyimpan koin emas

    tersebut di bank, pemilik koin emas tersebut akan mendapatkan bukti bahwa ia

    memiliki simpanan koin emas di bank tersebut, dan ia dapat mengambil koin

    emas tersebut hanya dengan menunjukan bukti penyimpanan yang ia miliki

    tersebut

    Bank dapat menarik keuntungan dari kegiatan usahanya ini dengan cara

    menarik biaya selama terdapat uang/emas/barang lainnya yang didepositkan

    kepadanya. Biaya tersebut akan terus ditarik sampai dengan uang/emas/barang

    lainnya tersebut sudah tidak di depositkan lagi di bank tersebut

    Tempat penyimpanan uang seperti di bank saat ini pertama kali diketahui di

    Yunani Kuno, Mesir, dan Damascus pada awa abad ke tiga belas.Selain itu

    kegiatan ini juga cukup popular di Amsterdam dan Hamburg pada abad ke tujuh

    belas dan abad ke delapan belas.

    Salah satu risiko yang ada dalam menjaga uang jumlah banyak adalah,

    penjaga uang tersebut akan tergoda untuk melakukan penggelapan atas uang yang

    dijaganya, biasanya praktek penggelapan ini dilakukan dengan cara meminjam uang yang dijaganya tersebut untuk di investasikan di bidang spekulasi, dengan

    harapan si peminjam akan mendapat untung, namun apabila si peminjam tidak mendapatkan keuntungan, namun malah kerugian, maka hal tersebut akan

    sangat fatal karena uang yang dipinjamnya tersebut sudah hilang dan tidak ada yang menggantinya. Oleh karena itu maka penggelapan ini dianggap sebagai suatu

    tindak pidana.

    Di Inggris untuk menghindari tuduhan bahwa bank yang melakukan

    kegiatan usaha yang benar melakukan penggelapan, maka bank tersebut diberikan

    kekuasaan penuh atas uang yang ia pegang, bank baru dapat dibilang telah

    melakukan penggelapan apabila ia tidak dapat memenuhi yang ia janjikan kepada

    para debitornya

    Terdapat beberapa konsekuensi sebagai akibat diberikannya kekuasaan

    penuh kepada bank untuk menerbitkan bukti penyimpanan emas yang ia simpan,

    pertama, yaitu segala uang dan emas yang disimpan di bank dapat ditempatkan di

    laporan keuangan bank tersebut,, selama durasi penyimpanan tersebut, uang,emas,

    dan perak yang disimpan menjadi aset meilik bank, dimana pengambilan aset

    tersebut dikategorikan sebagai hutang.

    Selama beberapa abad, hanya terdapat dua jenis bukti penyimpanan uang di

    bank, bukti pertama adalah bukti penyimpanan uang secara tertulis, dimana dalam

    bukti tersebut dinyatakan bahwa pemegang bukti tersebut akan mendapatkan

    pembayaran dari bank sesuai dengan jumlah yang ditulis dalam bukti tersebut.

    Bukti ini biasanya lebih dikenal dengan nama surat sanggup bayar (promissory

    notes). Surat sanggup bayar tersebut selalu menjadi bukti penyimpanan uang/emas

  • 29

    milik debitor kepada bank. Namun dalam perkembangannya muncul bukti

    penyimpanan jenis baru, yaitu dalam bentuk buku tabungan, dimana buku

    tabungan tersebut tidak dapat dipindah tangankan seperti halnya surat sanggup

    bayar.

    BAB VIII

    Free Banking And The Limits Of Bank Credit Inflation

    Dalam buku ini yang dimaksud dengan sistem free banking adalah suatu

    kondisi dimana bank dapat dianggap selabagi suatu bisnis biasa, dimana tidak

    terdapat control yang ketat dari pemerintah, dan tidak terdapat hambatan untuk

    masuk ke bisnis perbankan. Satu-satunya kontol dan peraturan yang mengikat

    bank adalah bahwa bank harus membayar semua hutangnya, jika bank tersebut

    tidak membayar hutangnya maka ia dapt dinyatakan pailit. Dari penjelasan

    tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sistem free banking suatu bank bersifat

    bebas selama bank tersebut memenuhi kewajinbannya terhadap pemegang surat

    sanggup atau buku tabungan. Apabila bank tersebut tidak memenuhi

    kewajibannya maka bank tersebut dapat dinyatakan pailit dan tidak dapat

    melanjutkan usahanya.

    Namun dalam sistem free banking tersebut dikhawatirkan akan

    menyebabkan krisis ekonomi, hal ini dikarenakan pada saat era The Great

    Depresion bank-bank di Amerika sebagian besar menggunakan sistem ini, dan

    ketika para debitor mengantri di bank tersebut dengan tujuan untuk mengambil

    uangnya, bank tersebut tidak dapat memberikan uangnya dikarenakan uang

    tersebut tidak ada.

    Untuk menghindari terjadinya hal seperti diatas maka diadakan pembatasan

    oleh pemerintah terhadap bank, dimana suatu bank dilarang untuk menjadi teralu

    besar.Hal ini dikarenakan apabila bank tersebut menjadi teralu besar maka bank

    tersebut dapat kehilangasn cadangan edianyadipercaya untuk melakukan berbagai

    transaksi. Apabila transaksi tersebut masih berada di Negara yang sama dengan

    bank tersebut, maka hal tersebut masih bagus, namun apabila transaksi tersebut

    dilakukan dengan pihak lain di luar negeri maka cadangan yang dimiliki oleh

    bank tersebut akan berpindah ke luar negeri, sehingga menyebabkan kerugian bagi

    Negara tersebut.

    Untuk menghindari terjadinya hilangnya cadangan milik bank, apakah bank

    bisa membentuk kartel demi menghidari hall tersebut? Dalam teori apabila bank

    setuju untuk tidak menembus surat janji bayar yang ia pegang, bank-bank tersebut

    dapat membentuk kartel dan bertindak seolah-olah hanya terdapat satu bank di

    Negara tersebut. Sebenarnya suatu kartel bank dapat terbentuk secara legal

    dibawah sistem free banking namun hal ini akan menyebabkan tidak adanya

    dorongan ekonomis yang menginginkan bank-bank tersebut untuk sukses.

    Sehingga hal ini akan merugikan industri perbankan dalam jangka panjang.

    Dari bab ini dapat disimPulkan bahwa, sistem free banking dapat menuju

    kepada tersedianya uang tunai keras di bank tersebut, dan akan mengakibatkan

    menghambat pertumbuhan kredit perbankan.

    BAB IX

    Central Banking: Removing The Limits

  • 30

    Tujuan dari adanya Bank Sentral adalah untuk menggunakan hak

    pemerintah untuk melepas pembatsana yang terdapat dalam sistem free banking

    on monetary and bank credit inflation.Bank Sentral tersebut biasanya dimiliki dan

    dijalankan oleh Pemerintah. Perbedaan antara Bank Sentral dan Bank Swasta

    adalah Bank Sentral memiliki hak monopoli dari pemerintah untuk mencetak

    obligasi Negara dan uang tunai, sedangkan bank Swasta hanya diperbilehkan ntuk

    mengeluarkan surat janji bayar saja. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan

    bahwa Bank Sentral adalah banknya Bank Swasta

    Dalam sistem perbankan Amerika. Suatu Bank Swasta diwajibkan untuk

    menyimpan sebagian kecil dari deposit yang ia miliki ke bank Sentral.

    Berikut ini adalah rumus untuk memperhitungkan berapa banyak uang yang

    dipegang oleh masyarakat:

    M = emas yang dipegang oleh masyarkat + surat janji bayar yang dipegang di

    masyarakat+ uang deposit yang ada di bank

    M = Uang yang ada di masyarakat

    Namun pada tahun 1970an sistem peredaran uang Amerika sudah tidak

    bergantung kepada berapa banyak cadangan emas yang dimilikinya. Sehingga

    setelah berubahnya sistem tersebut maka rumus yang berlaku untuk

    memperhitungkan berapa banyak uang yang dipegang oleh masyarakat adalah:

    M = surat janji bayar yang dipegang di masyarakat + uang deposit yang ada di

    bank.

    Bagaiman jika kejadian sepe