Post on 03-Mar-2019
Optimalisasi Pajak:
Tinjauan Kelembagaan dan
Politik Anggaran
Wahyudi Kumorotomo, PhD
Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada
www.kumoro.staff.ugm.ac.id
Tabel 1. Penerimaan Pajak (Rp miliar)
No. Jenis Pajak
APBN-P
2010
Realisasi
2009
Realisasi
Oktober
2010
% % thd
APBN-P
2010
1 PPh Non Migas 306.837 213.031 240.655 12,97 78,43
2 PPN & PPnBM 262.963 146.757 171.542 16,89 65,23
3 PBB 25.319 18.950 22.495 18,71 88,85
4 BPHTB 7.156 4.532 5.415 19,49 75,68
5 Pajak lainnya 3.842 2.528 2.791 10,41 72,65
6 Pen.DJP Tanpa
PPh Migas
606.116 385.799 442.899 14,80 73,07
7 PPh Migas 55.382 42.021 42.190 0,40 76,18
8 Pen.DJP Plus
PPh Migas
661.489 427.820 485.089 13,39 73,33
Sumber: Laporan Mingguan DJPb
Tabel 2. Tax Ratio Belum Optimal
No. Negara Tax Ratio (% PDB)
1 Singapura 22,44
2 Malaysia 20,17
3 Thailand 17,28
4 Indonesia 12,01
Catatan:
Kebanyakan negara maju tax ratio sudah lebih dari 20% Target yg dipatok DPR, th 2011 tax ratio mencapai 12,05%
Rasio Kepatuhan WP: 54,84% ( Th 2010, jumlah SPT diterima adalah 7.733.271 dari total WP sebesar 14.101.933).
Pajak Sudah Memenuhi
Fungsinya?
1. Fungsi budgetair; sumber pemasukan
keuangan negara dan membiayai
pembangunan
2. Fungsi regulatif; mengatur pola investasi,
produksi dan konsumsi masyarakat
3. Fungsi redistributif; memeratakan manfaat
pembangunan.
Otonomi Lembaga Perpajakan
• Di banyak negara maju otoritas pajak bersifat
otonom, langsung di bawah presiden. Contoh:
Internal Revenue Service (Amerika Serikat), Nippon
Taxation Corporation (Jepang).
• Di Indonesia, otoritas perpajakan nasional adalah
Direktorat Jenderal Pajak (di bawah Kementerian
Keuangan).
--> Masalah: 1) Secara politis & administratif kurang
otonom; 2) Kurang lugas dan tegas dalam hal tax
avoidance (Misal: thd konglomerat, BUMN); 3)
Hierarkhi pembuatan keputusan lebih panjang.
Alternatif Kelembagaan Aspek Alternatif Kelembagaan
Ditjen Pajak
di bawah Kemkeu
Badan Pajak Nasional
Otoritas Relatif kecil Relatif besar
Tingkat otonomi kebijakan Relatif kecil Besar
Intervensi politik Besar Kecil
Dana Kecil Besar
Sistem imbalan (reward) Disesuaikan dengan
Kemkeu
Dikembangkan sepadan
dengan BUMN
Budaya organisasi Disesuaikan dengan
Kemkeu
Dapat dibangun sendiri
Peluang meningkatkan
kinerja
Relatif kurang Lebih besar
Sumber: Subarsono, 2004
MASALAH
ADMINISTRASI
PPh Non-Migas 1. Ekstensifikasi:
a. Jumlah WP terlalu sedikit
b. Tax evasion dengan cara non-register
2. Intensifikasi:
a. Law enforcement masih lemah
b. Intensifikasi pencairan tunggakan
3. Peningkatan kualitas layanan:
a. Bagaimana mendorong voluntary compliance
b. Efisiensi administrasi
(e-registration, e-filing, e-payment)
MASALAH ADMINISTRASI
PPN & PPnBM 1. Ekstensifikasi:
a. Jumlah pengusaha kena pajak (PKP) jauh di bawah potensi (Mis: transaksi barang di pusat pasar)
b. Penarikan PPN & PPnBM yang sudah tidak relevan
c. PPN potensial atas jasa belum ditarik (Mis: jasa pelabuhan, bandara, pengelolaan RS, sewa ruang praktik dokter, seminar, dll)
2. Intensifikasi:
a. Sektor usaha yang pesat belum dikenai PPN
b. Penagihan aktif terhadap penunggak belum optimal
c. Fasilitas advanced-payment perlu diteliti cermat
3. Masalah efisiensi:
a. Pelayanan restitusi belum efisien (penataan bank-data PPN)
b. Pembebasan PPN terhadap barang modal & mesin (?).
Tabel 3.
Tax Effort
Daerah
Politik Perpajakan Daerah
1. Pajak masih sering bersifat distortif bagi
pembangunan ekonomi daerah;
2. Daerah sering mengacaukan antara pajak (tax)
dengan retribusi (service charge);
3. Ekspektasi masyarakat sebagai tax payers semakin
tinggi; Kasus-kasus penghindaran pajak
membahayakan kepercayaan masyarakat;
4. Target yg dibebankan DPR/DPRD sering kurang
realistis dan counter-productive terhadap ekonomi
daerah.
Prinsip Umum Pajak
• Non-distorsi: jangan menimbulkan excess burden yang berlebih/dead weight loss bagi masy.
• Memberikan pendapatan yang cukup dan elastik.
• Merata: vertical and horizontal equity
• Administrasi yang fleksibel: sederhana, mudah dihitung, pelayanan memuaskan bagi wajib pajak
• Secara politis dapat diterima oleh masy.: timbul motivasi untuk membayar pajak
Catatan: Apakah implementasi UU 28/2009 dapat memenuhi prinsip-prinsip ini?
Insiden Pajak
• Statutory Incidence: Siapa yang membayar pajak
menurut UU.
• Economic Incidence: Siapa yang sebenarnya
menanggung beban pajak.
Pajak vs Retribusi
Pemerintah Daerah hendaknya membedakan
Ratifikasi Perda Pajak dan Retribusi secara jelas.
• Pajak: pungutan yang tidak melibatkan quid pro quo
(something for something).
• Retribusi (service charge): pungutan yang melibatkan
quid pro quo. Semestinya retribusi terkait langsung
dengan layanan pemerintah.
Karakteristik Pajak
di Negara Berkembang
Untuk memenuhi prinsip umum, pajak di negara
berkembang harus memiliki karakteristik:
• Dapat dipungut: penerimaan pajak > ongkos
pemungutan
• Relatif stabil: tidak berfluktuasi drastis
• Tax base merupakan perpaduan antara benefit dan
ability to pay.
Pajak Daerah yang Baik
Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang
memberikan kewenangan kepada daerah untuk
membiayai desentralisasi.
Dalam memungut pajak, Pemda harus menempatkan
pajak dalam:
• Fungsi budgeter
• Fungsi regulator
Kriteria Kewenangan Pajak
(Pusat, Propinsi, Kota):
• Pajak yang bertujuan stabilisasi ekonomi: Pusat
• Basis pajak daerah seharusnya tidak terlalu
mobile. Consider: vote with your own feet (Tiebout hypothesis).
• Pajak daerah = f (pelayanan); jangan
ditimpakan kepada penduduk wilayah lain.
• Lebih mudah diadministrasi: identifikasi jumlah
pembayar pajak, law enforcement, komputerisasi.
Masalah Perpajakan Daerah
(Studi LPEM UI dan USAID, 2008)
• Sistem tax assignment yang terpusat
• Relatif rendahnya basis pajak dan retribusi daerah
• Perannya yang kecil dalam total penerimaan daerah
• Kemampuan administrasi pemungutan pajak di
daerah yang masih rendah
• Kemampuan perencanaan dan pengawasan
keuangan yang rendah
Optimalisasi Sumber-sumber PAD
• Intensifikasi Subjek dan Objek Pajak:
Jangka pendek: pemanfaatan teknologi informasi,
efektivitas dan efisiensi sumber-sumber PAD, memperluas basis penerimaan, memperkuat proses pemungutan: tarif, peningkatan SDM, perencanaan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi administrasi.
• Ekstensifikasi Subjek dan Objek Pajak:
Meningkatkan local taxing power.
Pembagian Pajak Daerah (UU No.28/2009)
Provinsi Kabupaten / Kota
1 Pajak Kendaraan Bermotor 1 Hotel
2 BBNKB 2 Restoran
3 Bahan Bakar 3 Hiburan
4 Air permukaan 4 Reklame
5 Rokok 5 Penerangan Jalan
6 Meneral bukan logam & batuan
7 Parkir
8 Air tanah
9 Sarang burung walet
10 PBB perdesaan & perkotaan
11 BPHTB
Kota Solo Komponen
Pajak/Retribusi
Hasil (Rp juta)
Hotel 7.150
Restoran 9.475
Hiburan 5.299
Reklame 4.550
Penerangan jalan 26.038
Parkir 1.000
Total pajak 53.512
Retribusi 46.904
Total PAD 120.183
Apakah sudah optimal?
Upaya optimalisasi penerimaan pajak
tidak cukup hanya dengan memahami
parameter ekonomi dan administrasi,
tetapi juga konteks politik dan
kelembagaan yang ada.
TERIMA KASIH