Post on 04-Jun-2018
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
1/39
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
2/39
2
dilakukan 3 kali (Sewaktu Pagi Sewaktu / SPS) secara mikroskopis sehingga hasil yang
diperoleh dinilai tepat dalam menegakkan diagnosa TB Paru (Depkes RI, 2002).
Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan Laboratorium kesehatan
daerah yang berada di Kabupaten/Kota yang berperan dalam pelayanan pembangunan
kesehatan sebagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan
(UPK) berupa: pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyediaan dan pengelolaan air
bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman serta kegiatan lain yang ada di wilayahnya.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, diharapkan setiap Kabupaten/Kota mempunyai
laboratorium kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan laboratorium kimia
lingkungan, toksikologi, mikrobiologi serta pemeriksaan laboratorium klinik untuk
menunjang diagnosa penyakit sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kesehatan
masyarakat maupun perorangan.
Pelayanan laboratorium sederhana di puskesmas adalah merupakan salah satu
pelayanan esensial di bidang laboratorium kesehatan yang diperlukan di tingkat puskesmas.
Pelayanan laboratorium tersebut diselenggarakan secara khusus atau terpadu dengan kegiatan
pokok puskesmas lainnya, dan dilaksanakan oleh tenaga professional untuk dukungan peran
aktif masyarakat di dalam maupun di luar gedung puskesmas. Pelayanan laboratorium
tersebut mendukung mutu upaya pelayanan di Puskesmas dengan menggunakan teknologi
yang disesuaikan menurut kondisi dan kebutuhan di tingkat puskesmas. Penyelengaraan
pelayanan laboratorium kesehatan bertujuan untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, diagnose dini maupun monitoring terapi dalam rangka penyembuhan.
Guna mendukung fungsi dan tujuan yang efektif dan efisien maka pelayanan laboratorium
harus dilakukan dengan kualitas yang baik.
Salah satu permasalahan yang masih dijumpai dalam pelaksanaan program P2TB Paru
adalah mutu pemeriksaan dahak belum sepenuhnya terjamin secara merata. Ketidakmampuan
untuk menafsirkan pemeriksaan laboratorium secara optimal dapat mengganggu perawatan
penderita dan penggunaan laboratorium secara tidak tepat dapat mengganggu diagnosis
(Suyono, 2000).
Untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis
langsung harus dilakukan kegiatan pemantapan mutu laboratorium. Kegiatan pemantapan
mutu laboratorium untuk memantau kualitas tata laksana pemeriksaan laboratorium
Puskesmas
Penyakit TB Paru penyebab kematian utama di masyarakat. Proporsi penyakit TB.Paru
sebagai penyebab kematian berdasarkan untuk wilayah pedesaan merupakan penyebab
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
3/39
3
terbesar yaitu 12,3%, sedangkan untuk wilayah perkotaan merupakan urutan ke 4 terbesar
yaitu 7,9 % (Depkes RI, 2008).
Survei Dampak Bantuan Global Fund Komponen TB (2003 s/d 2009) menemukan
bahwa pencapaian angka kesalahan laboratorium pada sebagian besar provinsi belum dapat
diukur. Berdasarkan data seluruh provinsi yang dilaporkan ke Dirjen Pemberantasan dan
Penanggulangan Penyakit Menular pada tahun 2009 diketahui bahwa suspek yang dilakukan
pemeriksaan bakteriologis sebanyak 1.440.779 orang dan yang BTA positif sebanyak
161.115 orang (11,18%). Tingkat error rate yang terjadi dalam pemeriksaan bakteriologis
sebesar 11,1% (Warta Gerdunas, 2010).
Dalam program penanggulangan tuberkulosis, diagnosis ditegakkan melalui
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pengetahuan petugas pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung sangat berguna bagi petugas laboratorium dalam menjalankan
pekerjaannya untuk memperoleh kualitas pemeriksaan yang baik (Depkes RI, 2002).
Peningkatan keterampilan petugas laboratorium melalui pelatihan merupakan upaya
logis yang dapat dilakukan. Menurut Manulang (2001), bahwa jenis pelatihan yang diikuti
seseorang yang berhubungan dengan bidang kerjanya akan mempengaruhi ketrampilan dan
sikap mentalnya serta meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dirinya, hal ini akan
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan yang bersangkutan. Kemampuan dan
ketrampilan tenaga pemeriksa antara lain ditentukan oleh pelatihan. Pelatihan merupakan
salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 2002). Setiap
tenaga laboratorium perlu selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya melalui
pelatihan berkelanjutan baik di dalam laboratorium maupun di luar laboratorium (Gerdunas
TB, 2001)
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium terhadap pemeriksaan
mikroskopis pada pasien TB.Paru serta ingin permasalahan-permasalahan yang ada di
laboratorium Puskesmas Dempo
1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan adalah:
Bagaimana pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium terhadap kepatuhan
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
4/39
4
menerapkan standar operasional prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru
diPuskesmas Dempo
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan
keterampilan petugas laboratorium terhadap kepatuhan menerapkan standar operasional
prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru diPuskesmas Dempo
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bahan-bahan dan cara yang dilakukan dalam pemeriksaan mikroskopislaboratorium pasien TB paru di puskesmas Dempo.
b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium mikroskopis pasien TB paru di Puskesmas Dempo.
c. Untuk menentukan langkah-langkah yang dapat diambil dalam pemecahan masalahpelaksanaan pemeriksaan laboratorium mikroskopis pasien TB paru di Puskesmas Dempo.
1.4. Manfaat Penulisan1.4.1.Bagi PuskesmasDiharapkan dapat menjadi acuan, evaluasi, dan mengatasi permasalahan pengelolaan
laboratorium sehingga tercipta efektifitas dalam pelaksanaan program kesehatan. Dan Bagi
Petugas Laboratorium TB Paru Puskesmas, sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru (P2 TB Paru).
1.4.2.Bagi Dinas KesehatanSebagai masukan untuk melakukan evaluasi terhadap pengelola atau pelaksana program
P2TB Paru serta membuat perencanaan yang mendukung peningkatan kinerja petugas
kesehatan khususnya dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium TB Paru di Puskesmas
Dempo
1.4.3.Bagi Instansi PendidikanDiharapkan dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai pengelolaan
laboratorium di Puskesmas.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
5/39
5
1.5. Lokasi dan Waktu
Lokasi : Kegiatan dilakukan di Puskesmas Dempo
Waktu : Bulan Mei 2013.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
6/39
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit TuberkulosisTuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya2. Patogenesis tuberkulosis paru ada 2, yaitu tuberkulosis
primer dan tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer, penularan tuberkulosis paru
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.
Bila partikel infeksius ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau
paru-paru. Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut afek primer. Dari afek primer akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran
kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal +
limfadenitis regional disebut kompleks primer. Kuman yang dorman pada tuberkulosis
primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis
dewasa (tuberkulosis post-primer). 6
2.2. Penularan Tuberkulosis
Sumber penularan adalah penderita dengan TB BTA positif, yang dapat menularkan TB
kepada orang disekelilingnya, terutama kontak erat. Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet nuclei (percikan dahak). Sekali batuk
dapat dikeluarkan 3000 droplet. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. 2,7
Penularan umumnya terjadi dalam ruangan dengan ventilasi kurang. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah itu kuman TB
dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah dan
sistem limfe. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
7/39
7
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Karena proses terjadinya infeksi oleh kuman TB biasanya secara inhalasi, maka TB paru
merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan organ lainnya. 2,7
Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien TB
paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan denganAnnual Risk
of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama
satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi
setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan
perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif. 2
Adapun resiko menjadi sakit TB hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi
sakit TB. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar
50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi
HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi
yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),
seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien
TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. 2
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman diwilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang
baik, pengobatan yang teratur dan pengawasan minum obat ketat berhasil mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas di Amerika selama 19501960. 6,8
2.3.Penemuan dan Gejala Klinis Pasien TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam
kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular,
secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di
masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif
di masyarakat. Strategi penemuan pasien TB yang diberlakukan DEPKES RI dilakukan
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
8/39
8
secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan
kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas
dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis,
asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai
seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung. 2
2.4.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua
hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) 2:
A.Pengambilan Spesimen1.wadah
Botol dengan syarat :
a. Bermulut Lebarb. Mempunyai tutup berulirc. Suci hamd. Tidak udah pecahe. Tidak bocorf. Bersihg. Sekali pakai buangh. Berlabel
2.cara pengambilan
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada
hari kedua
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
9/39
9
P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Pengumpulan dahak yang bail adalah dahak pagi hari ataupun dahak semalam dengan
jumlah dahak yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap botol dahak
Cara pengambilan dahak :
a. Pasien disuruh kumur-kumur dahulu, kemudian sediakan wadah yang memenuhi syarattersebut diatas
b. Pasien dalam posisi berdir, tetapi bila tidak memungkinkan diminta duduk agak condongkedepan
c. Pagi hari setelah bangun tidur biasanya rangsangan batk sangat kuat, tetapi penderitadianjurkan untuk menahanya kuat-kuat. Tarik nafas dalam-dalam
d. Kemudiansegera batukkan sekuat-kuatnya sampai merasakan dahak yang dibatukkankeluar dari dada bukan dari tenggorokan
e. Bagi pasien yang sulit mengeluarkan dahk dapat diatasi dengan beberapa cara :- Gelitik bagian anak lidah/batang tenggorokan dengan lidi kapas- Masukkan seline dingin sebanyak 5-10 ml atau air steril kedalam batang tenggorokan
sedikit demi sedikit
- Penderita menjemur diri dibawah matahari dengan posisi terlengkup diatas dipan dengankedua tangan jatuh bebas dan batuk kalau dada merasa panas
f. Dahak yang keluar ditampung dalam wadah yang disediakan. Bersihkan bagian mulutbotol kemudian baru ditutup(setelah diperiksa bahwa yang ditampung benar-benar dahak
bukan ludah)
g. Wadah diberi label yang berisi nama, alamat, tanggal pengambilan serta dokter pengirim
B.Pembuatan sediaan1.alat
a. sengkelit/ose/lidi
b.kaca objek yang bersih, tidak berminyak dan tidak bergores
c.lampu spritus
d.pensil kaca
e.rak pewarna
f.rak pengering
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
10/39
10
2. reagen
a. larutan kinyoun gabbett
b.larutan ziehl neelsen
3.cara pembuatan
a. kaca objek diberi nomor kode/nomor pasien/ nama pada sisi kanan kaca objek
b. pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan, ada perkejuan, ada pus atay
darah. Ambil sedikit bagian tersebut dengan memakai sengkelit/ose yang sebelumnya dibakar
dahulu sampai pijar, kemudian didinginkan
c. ratakan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3 cm. Adapun dahak jangan terlampau tebal
atau terlampau tipis, keringkan pada suhu kamar
d. ose sebelum dibakar dicelupkan dulu kedalam botol yang berisi campuran alkohol 70%
dan pasir dengan perbandingan 2:1 dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang melekat
pada ose (untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose dibakar yang
dapat menularkan kuman tuberculose)
e. kemudian rekatkan / fiksasi dengan cara melakukan diatas lidah api dengan cepat sebanyak
3 kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarnaan kinyoun
gabbet atau ziehl neelsen
Pewarnaan kinyoun gebbetta. Tuangkan laruta kinyoupada sediaa n yang telah difiksasi sampai menutupi
seluruh permukaan sediaan dan tunggu sampai 3-5 menit
b. Cuci dengan air mengalir sehingga semua larutan kinyoun hilangc. Tuang larutan gabbett seperti diatastunggu 1-3 menitd. Cuci dengan air mengalire. Keringkan dirak pengering
Pewarnaan ziehl neelsena. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan carbol fuchsin
sampai menutupi seluruh sediaan
b. Panasi sediaan secara hati-hati diatas selama 3 menit sampai keluar uap, tetapijangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit
c. Cuci dengan aquadest/air mengalir
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
11/39
11
d. Tuangkan Hck alkohol 3% sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2menit
e. Cuci dengan air mengalirf. Tuangkan larutan methylen blue 0,1 % dan tunggu 10-20 detikg. Cuci dengan air mengalirh. Keringkan dirak pengering
C. Cara pemeriksaan1.alat/bahan yang diperlukan
a. mikroskop
b. minyak immersi
c. xylol
3. Caraa. Sediaan yang sudah diwarnai dan sudah kering diperiksa dibawah mikroskop
b. Teteskan 1 tetes minyak immersi diats sediaan dan periksa dengan pembesarabobjektif 100x dan okuler 10x
c. Carilah basil tahan asam yang oleh pengecatan berwarna merah, berbentuk batangdengan dasar berwarna biru
d. Periksalah sediaan dengan memperhatikan jumlah kuman dengan cara paling sediktperiksa 100 lapangan pandang atau dalam waktu 10 menit
4. PelaporanMenurut cara IUAT
4.3.Tidak ditemukan basil tahan asam dalam 100 lapangan pandang = 04.4. Dijumpai 1-9 basil tahan asam / 100 lapangan pandang : ditulis jumlah yang
dijumpai
4.5.Dijumpai 10-99 basil tahan asam / 100 lapangan pandang : +4.6.Dijumpai 1-10 basil tahan asam / 1 lapangan pandang : ++4.7.Dijumpai lebih dari 10 basil tahan asam / 1 lapangan pandang : +++
2.5.Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB khususnya
untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
12/39
12
digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila
dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi 2:
1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
2.6. Pemeriksaan Tes ResistensiTes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu
melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan
telah mendapatkan pemantapan mutu (Quality Assurance) oleh laboratorium supranasional
TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar
sehinggga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR dapat di cegah. 2
2.7. Diagnosis TB paruSemua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi
- sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
2
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru. 2
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
13/39
13
Gambar 2.1. Alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru2
2.8. Pemantauan dan Evaluasi Program P2TBKeberhasilan pelaksanaan program pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus
menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang
telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Evaluasi dilakukan
setelah suatu jarak-waktu (interval) lebih lama, biasanya setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Dengan
evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya
dicapai. Dalam mengukur keberhasilan tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat
berguna untuk kepentingan perencanaan program. 2
Masing-masing tingkat pelaksana program (UPK, Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Pusat)
bertanggung jawab melaksanakan pemantauan kegiatan pada wilayahnya masing-masing.
Seluruh kegiatan harus dimonitor baik dari aspek masukan ( input), proses, maupun keluaran
(output). Cara pemantauan dilakukan dengan menelaah laporan, pengamatan langsung dan
wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat sasaran. Dalam
pelaksanaan monitoring dan evaluasi, diperlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku
yang dilaksanakan dengan baik dan benar. 2
Dalam Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, salah satu komponen penting
dari survailans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
14/39
14
diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang
dikumpulkan pada kegiatan survailans harus valid (akurat, lengkap dan tepat waktu) sehingga
memudahkan dalam pengolahan dan analisis. Data program Tuberkulosis dapat diperoleh
dari pencatatan di semua unit pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dengan satu sistem
yang baku. Formulir-formulir yang dipergunakan dalam pencatatan TB di Unit Pelayanan
Kesehatan/UPK (Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, klinik dan dokter praktek swasta dll) dalam
melaksanakan pencatatan antara lain 2:
Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB.06).
Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05).
Kartu pengobatan pasien TB (TB.01).
Kartu identitas pasien TB (TB.02).
Register TB UPK (TB.03 UPK)
Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09).
Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB.10).
Register Laboratorium TB (TB.04).
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB digunakan beberapa
indikator. Indikator penanggulangan TB secara Nasional ada 2 yaitu: Angka Penemuan
Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate = CDR) dan Angka Keberhasilan
Pengobatan (Success Rate = SR). 2Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk
mencapai indikator Nasional tersebut di atas, yaitu 2:
Angka Penjaringan Suspek
Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa dahaknya
Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru
Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien
Angka Notifikasi Kasus (CNR)
Angka Konversi
Angka Kesembuhan
Angka Kesalahan Laboratorium
Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur kemajuan
(marker of progress). Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
sahih (valid), sensitif dan Spesifik (sensitive and specific), dapat dipercaya (realiable), dapat
diukur (measureable), dapat dicapai (achievable). Analisa dapat dilakukan dengan
membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk melihat besarnya perbedaan, dan
melihat kecenderungan (trend) dari waktu ke waktu.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
15/39
15
2.9. Penanggulangan Tuberkulosis di IndonesiaPenanggulangan Tuberkulosis (TB/TBC) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman
penjajahan Belnda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB
ditangulangi melalui Balai Pengobatan Paru-Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan
dilakukan secara nasional melalui puskesmas.
Pada tahun 1995, program penanggulangan TB mulai menerapkan strategi DOTS dan
dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS
dilaksanakansecara nasional di seluruh Unit Pelayanan Puskesmas terutama Puskesmas yang
diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.
Visi penanggulangan TB di Indonesia adalah masyarakat yang mandiri dalam hidup
sehat dimana tuberculosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sedangkan
misinya adalah menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan
yang bermutu, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena TB, menurunkan
resiko penularan TB dan mengurangi dampak social dan konomi akibat TB. Target program
penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit
70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut dan
memperytahankanya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan
kematian akibat TB hingga separuhnya pada tahub 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai
tujuanMillennium Development Goals(MDGs) pada tahun 2015.
Strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Short-course) terdiri 5 kunci:
1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjangDengan keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam
program kesehatan, dan akan tersedia dana yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan strategi DOTS.
2. MikroskopMikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB melalui
pemeriksaan dahak lansung pada penderita tersangka TB.
3. Pengawas Minum Obat (PMO)PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum seluruh obatnya. Keberadaan PMO ini
untuk memastikan bahwa penderita betul minum obatnya dan bisa diharapkan akan sembuh
pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah orang yang dikenal dan dipercaya oleh
penderita maupun oleh petugas kesehatan. Mereka bisa petugas kesehatan sendiri, keluarga,
tokoh masyarakat maupun tokoh agama.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
16/39
16
4. Pencatatan dan PelaporanPencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans penyakit TB. Dengan
rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan bisa dipantau kemajuan pengobatan
penderita, pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau
selesai pengobatannya.
5. Panduan OAT jangka pendekPanduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu pengobatan yang
tepat sangat penting dalam keberhasilan pengobatan penderita. Kelangsungan persediaan
panduan OAT jangka pendek harus selalu terjamin.
2.10. Konsep Mutu Laboratorium
Pelayanan yang baik adalah pelayanan berorientasi terhadap upaya peningkatan mutu
untuk memenuhi harapan atau kepuasan pelanggan. Mutu sulit didefinisikan, namun esensi
mutu dan aplikasinya dalam pelayanan kesehatan dapat diukur, dimonitor dan dinilai
hasilnya. Menurut SNI 19-9000:2001 mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik
yang inheren dalam memenuhi persyaratan. Definisi menurut Deming mutu tidak berarti
segala sesuatu yang terbaik, tetapi pemberian kepada pelanggan tentang apa yang mereka
inginkan dengan tingkat kesamaan yang dapat dipredikti serta ketergantunagnnya terhadap
harga yang mereka bayar. Pendapat lain mengenai definisi mutu menurut Crosby adalah
pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan kerusakan yang mungkn timbul yaitu
standard of zero defect atau memperlakukan prinsip benar sejak awal.
Dalam kaitannya dengan laboratorium, data hasil pemeriksaan dan/atau kalibrasi bisa
dikatakan mempunyai mutu tinggi apabila data hasil tersebut dapat memuaskan pelanggan
dengan tetap mempertimbangkan aspek teknis sehingga precision and accuracy (ketelitian
dan ketepatan) yang tinggi dapat dicapai. Selain itu, data tersebut harus mempunyai
kemamputelusuran pengukuran dan terdokumentasi dengan baik, sehingga dapat
dipertahankan secara ilmiah maupun hukum, hal itu berarti seluruh metode dan prosedur
operasional laboratorium harus terpadu, mulai dari perencanaan pengambilan sampel,
penanganan, pemeriksaan, sampai pemberian laporan hasil ke pelanggan.23
Mutu dalam pelayanan kesehatan adalah kontroversial dan relatif. Oleh karena itu
spesifikasi dalam dimensi mutu atau kinerja yang diterapkan dalam proses yang benar dan
dikerjakan dengan baik akan dapat memberikan kepuasan pelanggan. Mutu itu dinamis,
upaya peningkatan mutu tidak pernah berhenti tetapi selalu berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan iptek, tatanan nilai dan tuntutan masyarakat sertalingkungannya, agar dapat
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
17/39
17
tetap eksis dalam persaingan global. Peningkatan mutu berarti peningkatan kinerja. Dapat
dimulai dari jaminan mutu dan berlanjut pada peningkatan mutu untuk memperoleh kepuasan
pelanggan dan kepuasan karyawan dengan mempertimbangkan efisiensi (biaya) itu sendiri.
Meningkatkan kinerja berarti meningkatkan mutu pelayanan telah dimulai agar dapat eksis
dalam persaingan global.
2.11. Evaluasi Pelayanan Laboratorium Kesehatan
Untuk dapat mempertahankan konsistensi mutu data hasil pemeriksaan yang absah tak
terbantahkan, laboratorium hendaknya merencanakan semua kegiatannya secara sistematik,
sehingga memberikan kepercayaan kepada pelanggan bahwa data yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan mutu.23
Jaminan mutu (QA) adalah suatu proses untuk mengevaluasi perawatan pada suasana
khusus, dengan mengembangkan standar pelayanan dan menerapkan mekanisme untuk
menjamin bahwa standar dapat terpenuhi (Coyne and Killien). Jaminan mutu juga
didefinisikan sebagai suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam memonitor dan
mengevaluasi mutu dan kesiapan dalam pelayanan terhadap pasien dalam meningkatkan
pelayanan, dan memecahkan masalah yang telah diidentifikasi (JCAHO). 25
Dalam kaitan di atas Lexiton (JCAHO), mendefinisikan QA dalam tiga kegiatan yang
tidak terpisahkan:
a. Merencanakan suatu produk atau pelayanan dan pengendalian produknya yang tidak dapat
dilepaskan dari mutu. Dalam pelayanan kesehatan, aktifitas dan program dimaksudkan
menjamin atau memberi garansi terhadap mutu.
b. Pengendalian mutu: adalah suatu proses dimana kinerja aktual dinilai atau diukur, dan
dibandingkan dengan tujuan, serta perbedaan atau penyimpangan ditindak lanjuti dengan
menggunakan metoda statistik.
c. Peningkatan mutu: proses pencapaian suatu tingkat kinerja atau mutu baru yang lebih
tinggi dari sebelumnya. Pencapaian tingkat mutu baru adalah yang terbaik dari pada tingkat
mutu sebelumnya.
Oleh karena itu dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan maka perlu
dilakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi pelayanan laboratorium dapat diartikan suatu proses
untuk menyediakan informasi mengenai tentang sejauh mana kegiatan pelayanan
laboratorium telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan standar tertentu
untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
18/39
18
Berdasarkan teori yang telah dibahas, evaluasi pelayanan laboratorium dapat dilakukan
dengan pendekatan evaluasi hasil usaha (performance) atau kinerja laboratorium digunakan
indikator:3
1) Persentase (cakupan) pemeriksaan laboratorium menurut kategori pemeriksaan.
2) Rerata jumlah pemeriksaan/hari yaitu jumlah pemeriksaan laboratorium dibagi jumlah hari
Pada evaluasi, informasi yang dibutuhkan untuk memantau dan mengevaluasi
kemajuan harus selalu tersedia sepanjang periode waktu yang direncanakan. Dengan
demikian, sesuai tujuan dalam hal ini adalah pencapaian target pendapatan dan cakupan
pemeriksaan harus dibuat secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar informasi
dapat diperoleh secara teratur.26
Laboratorium tuberkulosis yang merupakan bagian dari pelayanan laboratorium
kesehatan mempunyai peran penting dalam Penanggulangan Tuberkulosis berkaitan dengan
kegiatan deteksi pasien TB Paru, pemantauan keberhasilan pengobatan serta menetapkan
hasil akhir pengobatan. Diagnosis TB melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak
merupakan metode baku emas (gold standard). Namun, pemeriksaan kultur memerlukan
waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal. Pemeriksaan 3 spesimen (SPS)
dahak secara mikroskopis nilainya identik dengan pemeriksaan dahak secara kultur atau
biakan. Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan pemeriksaan yang paling efisien, mudah,
murah, bersifat spesifik, sensitif dan dapat dilaksanakan di semua unit laboratorium. Untuk
mendukung kinerja penanggulangan, diperlukan ketersediaan
Laboratorium Tuberkulosis dengan pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya dan terjangkau di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan manajemen laboratorium
tuberkulosis adalah untuk meningkatkan penerapan manajemen laboratorium tuberkulosis
yang baik di setiap jenjang laboratorium dalam upaya melaksanakan pelayanan laboratorium
yang bermutu dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Ruang lingkup manajemen
laboratorium tuberkulosis meliputi beberapa aspek yaitu; Organisasi pelayanan laboratorium
Tuberkulosis, Sumber daya laboratorium, Kegiatan laboratorium, Pemantapan mutu
laboratorium tuberkulosis, Keamanan dan kebersihan laboratorium, dan monitoring
(pemantauan) dan evaluasi.
2.12. Organisasi Pelayanan Laboratorium Tuberkulosis
a. Jejaring Laboratorium TB
Laboratorium tuberkulosis tersebar luas dan berada disetiap wilayah, mulai dari tingkat
Kecamatan, Kab/Kota, Propinsi, dan Nasional, yang berfungsi sebagai laboratorium
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
19/39
19
pelayanan kesehatan dasar, rujukan maupun laboratorium pendidikan/penelitian. Setiap
laboratorium yang memberikan pelayanan pemeriksaan tuberkulosis mulai dari yang paling
sederhana, yaitu pemeriksaan apusan secara mikroskopis sampai dengan pemeriksaan paling
mutakhir seperti PCR, harus mengikuti acuan/standar. Oleh karena itu diperlukan jejaring
laboratorium tuberkulosis untuk menjamin pelaksanaan pemeriksaan yang sesuai standar.
Dengan demikian setiap pasien tuberkulosis akan mendapatkan pelayanan yang prima.
Masing-masing laboratorium di dalam jejaring tuberkulosis memiliki fungsi, peran, tugas dan
tanggung jawab yang saling berkaitan, mencakup standard pelayanan dan Quality Assurance
(QA). Sistem jejaring laboratorium dalam Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
memakai sistem pendekatan fungsi.
Sistem jejaring laboratorium TB adalah sebagai berikut:
1. Laboratorium mikroskopis TB UPK UPK dengan kemampuan pelayanan laboratorium hanya pembuatansediaan apusan dahak
dan fiksasi. Misalnya: Puskesmas Satelit (PS).
UPK dengan kemampuan pelayanan laboratorium mikroskopis deteksiBasil Tahan Asam
(BTA), dengan pewarnaan Ziehl Neelsen dan pembacaan skala IUATLD. Contoh: Puskesmas
Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), Rumah Sakit, BP4, RSP
dll.
Mutu pemeriksaan laboratorium ini akan ditera oleh laboratorium rujukan uji silang, dapat
dilaksanakan oleh laboratoium kesehatan daerah, laboratorium di salah satu Rumah Sakit,
BP4 ataupun Rumah Sakit Paru (RSP), dll.
2. Laboratorium rujukan uji silang mikroskopis
Laboratorium ini melaksanakan pemeriksaan mikroskopis BTA sepertipada laboratorium
UPK ditambah dengan melakukan uji silang mikroskopis dari laboratorium UPK binaan
dalam sistem jejaring.
Laboratorium rujukan uji silang mempunyai sarana, pelaksana dan kemampuan yang
memenuhi kriteria laboratorium rujukan uji silang mikroskopis.
3. Laboratorium rujukan Provinsi
Laboratorium ini melakukan pemeriksaan seperti laboratorium uji silang mikroskopis dan
memberikan pelayanan pemeriksaan isolasi, identifikasi, uji kepekaan M. tb dari spesimen
dahak.
Laboratorium rujukan propinsi melakukan uji silang hasil pemeriksaan mikroskopis Lab
rujukan uji silang
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
20/39
20
Laboratorium rujukan propinsi melakukan uji silang ke II jika terdapat kesenjangan antara
hasil pemeriksaan mikroskopis Lab UPK dan laboratorium rujukan uji silang
4. Laboratorium rujukan Regional.
Laboratorium rujukan tingkat regional adalah laboratorium yang melakukan pemeriksaan
kultur, identifikasi dan DST M.tb dan MOTT dari dahak dan bahan lain dan menjadi
laboratorium rujukan untuk kultur dan DSTM.tbbagi laboratorium rujukan tingkat provinsi.
Laboratorium rujukan regional secara rutin mengirim tes ujiprofisiensi kepada laboratorium
rujukan provinsi
5. Laboratorium rujukan Nasional.
Laboratorium rujukan nasional melakukan pemeriksaan dan penelitian biomolekuler dan
mampu melakukan pemeriksaan non konvensionallainnya, serta melakukan uji silang ke dua
untuk pemeriksaan biakan.
Mutu laboratorium rujukan nasional akan ditera oleh laboratorium rujukan supra nasional
yang ditunjuk. Saat ini laboratorium supra nasional bagi laboratorium nasional Indonesia
adalah laboratorium TB di Adelaide, Australia.
2.13. Fungsi dan Peran Serta Tugas dan Tanggung Jawab Laboratorium Tuberkulosis
a. Laboratorium Mikroskopis TB UPK
1) Puskesmas Satelit (PS) dan UPK setara PS
a) Fungsi : Melakukan pengambilan dahak, pembuatan sediaan dahak sampai fiksasi sediaan
dahak untuk pemeriksaan TB.
b) Peran : Memastikan semua tersangka pasien dan pasien TB dalam pengobatan diperiksa
dahaknya sampai mendapatkan hasil pembacaan.
c) Tugas : Mengambil dahak tersangka pasien TB, membuat sediaan dan fiksasi sediaan
dahak pasien untuk keperluan diagnosis, dan untuk keperluan follow up pemeriksaan dahak
dan merujuknya ke PRM.
d) Tanggung jawab : Memastikan semua kegiatan laboratorium TB berjalan sesuai prosedur
tetap, termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan. Catatan : Bilamana
perlu, dalam upaya meningkatkan akses pelayanan laboratorium kepada masyarakat, maka
Puskesmas pembantu/Pustu dapat diberdayakan untuk melakukan fiksasi, dengan syarat harus
telah mendapat pelatihan dalam hal pengambilan dahak, pembuatan sediaan dahak sampai
fiksasi, dan keamanan dan keselamatan kerja. Pembinaan mutu pelayanan lab di pustu
menjadi tanggung jawab PRM.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
21/39
21
2) Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM)/ Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) dan
UPK setara PRM/PPM
a) Fungsi : Laboratorium rujukan dan atau pelaksana pemeriksaan mikroskopis dahak untuk
tuberkulosis.
b) Peran : Memastikan semua tersangka pasien dan pasien TB dalam pengobatan diperiksa
dahaknya sampai diperoleh hasil.
c) Tugas
PPM: Mengambil dahak tersangka pasien TB untuk keperluan diagnosis dan follow up,
sampai diperoleh hasil.
PRM : Menerima rujukan pemeriksaan sediaan dahakdari PS. Mengambil dahak tersangka
pasien TB yang berasal dari PRM setempat untuk keperluan diagnosis dan follow up, sampai
diperoleh hasil.
d) Tanggung jawab : Memastikan semua kegiatan laboratorium TB berjalan sesuai prosedur
tetap, termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan.
b. Laboratorium Rujukan Uji Silang Mikroskopis
a) Fungsi
Laboratorium yang melakukan uji silang dari UPK setara PPM dan PRM dalam sistem
jejaring laboratorium TB setempat.
Melakukan pembinaan laboratorium sesuai jejaring.
b) Peran
Laboratorium mikroskopis TB.
Laboratorium rujukan uji silang sesuai jejaringlaboratorium TB setempat.
c) Tugas
Melaksanakan kegiatan laboratorium mikroskopis TB.
Melaksanakan uji silang mikroskopis TB sesuaijejaring.
Melaksanakan pembinaan laboratorium TB, termasukEQAS sesuai jejaring.
Mengikuti kegiatan EQAS yang diselenggarakan laboratorium rujukan TB provinsi sesuai
jejaring.
d) Tanggung jawab
1. Memastikan semua kegiatan laboratorium TB berjalan sesuai prosedur tetap, termasuk
mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan.
2. Memastikan kegiatan uji silang dilaksanakan sesuai program pengendalian TB.
3. Memastikan pembinaan laboratorium TB dalam jejaring dilaksanakan sesuai program.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
22/39
22
c. Laboratorium Rujukan Propinsi
a) Fungsi Sebagai laboratorium rujukan TB tingkat provinsi.
b) Peran
Laboratorium uji silang mikroskopis untuk Lab rujukan uji silang
Laboratorium yang melakukan uji silang kedua apabila terdapat ketidaksesuaian penilaian
uji silang oleh lab rujukan uji silang dalam jejaringnya (2nd controller)
Laboratorium yang melakukan pemeriksaan mikroskopis, Isolasi, identifikasi dan tes
kepekaanM.TB dari dahak.
Pembina laboratorium TB sesuai jejaring.
c) Tugas
Melakukan uji silang terhadap laboratorium sesuaijejaring.
Melaksanakan pemeriksaan mikroskopis, isolasi, identifikasi kuman dan uji kepekaan
(DST).
Menyelenggarakan pembinaan Lab. TB berjenjang (EQAS dan pelatihan) bagi laboratorium
TB sesuai jejaring.
Mengikuti kegiatan EQAS Laboratorium TB yang diselenggarakan oleh laboratorium
rujukan TB regional.
Menyelenggarakan pelatihan bagi petugaslaboratorium UPK dan laboratorium rujukan uji
silang.
d) Tanggung jawab :
Menentukan hasil akhir uji silang jika terjadiketidaksepahaman hasil antara lab rujukan uji
silang dan lab mikroskopis TB UPK.
Memastikan semua kegiatan sebagai laboratorium rujukan TB tingkat provinsi berjalan
sesuai prosedur tetap, termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan.
Memastikan laboratorium TB uji silang yang menjadi tanggung jawabnya melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan baik dan benar
2.14. Pemantapan Mutu Laboratorium Tuberkulosis
Komponen pemantapan mutu terdiri dari 3 hal utama yaitu:
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
3. Peningkatan Mutu (Quality Improvement), terintegrasi dalam PMI dan
PME.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
23/39
23
1.Pemantapan Mutu Internal (PMI)
PMI adalah kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan laboratorium TB untuk
mencegah kesalahan pemeriksaan laboratorium dan mengawasi proses pemeriksaan
laboratorium agar hasil pemeriksaan tepat dan benar.
Tujuan PMI
Mempertinggi kewaspadaan tenaga laboratorium agar tidak terjadi kesalahan pemeriksaan
dan koreksi kesalahan dapat dilakukan segera
Memastikan bahwa semua proses sejak persiapan pasien, pengambilan, penyimpanan,
pengiriman, pengolahan contoh uji, pemeriksaan contoh uji, pencatatan dan pelaporan hasil
dilakukan dengan benar.
Mendeteksi keslahan, mengetahui sumber / penyebab dan mengoreksi dengan cepat dan
tepat.
Membantu peningkatan pelayanan pasien. Kegiatan ini harus meliputi setiap tahap
pemeriksaan laboratorium yaitu tahap pra-analisis, analisis, pasca-analisis, dan harus
dilakukan terus menerus. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan PMI yaitu :
Tersedianya Prosedur Tetap (Protap) untuk seluruh proses kegiatan pemeriksaan
laboratorium, misalnya :
o Protap pengambilan dahak
o Protap pembuatan sediaan dahak
o Protap pewarnaan Ziehl Neelsen
o Protap pemeriksaan Mikroskopis
o Protap pengelolaan limbah
o Protap pembuatan media
o Protap inokulasi, dan sebagainya.
Tersedianya Formulir /buku untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeriksaan
laboratorium TB
Tersedianya jadwal pemeliharaan/kalibrasi alat, audit internal, pelatihanpetugas
Tersedianya sediaan kontrol (positip dan negatip) dan kuman kontrol.
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
PME laboratorium TB dilakukan secara berjenjang, karena itu penting sekali
membentuk jejaring dan Tim laboratorium yang utuh dan aktif dikelola dengan baik. PME
dalam jejaring ini harus berlangsung teratur/berkala dan berkesinambungan. Koordinasi PME
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
24/39
24
harus dilakukan secara bersama-sama oleh lab penyelenggara dengan dinas kesehatan
setempat.
Kegiatan PME harus secara berkala dievaluasi sehingga baik penyelenggara maupun
peserta PME dalam jejaring mengetahui kondisi dan upaya perbaikan kinerja. Tim PME
mengundang pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan PMI diwilayahnya dalam pertemuan
monev berkala, hal ini sangat berguna untuk meningkatkan kerjasama dan komitmen
kelangsungan program PME
.
Perencanaan PME
Melakukan koordinasi berdasarkan jejaring laboratorium TB
Menentukan kriteria laboratorium penyelenggara
Menentukan jenis kegiatan PME
Penjadwalan pelaksanaan PME dengan mempertimbangkan beban kerja laboratorium
penyelenggara
Menentukan kriteria petugas yang terlibat dalam kegiatan PME
Penilaian dan umpan balik.
Pelaksanaan PME
PME mikroskopis BTA dapat dilakukan melalui :
Uji silang sediaan dahak.
Yaitu pemeriksaan ulang sediaan dahak laboratorium UPK oleh laboratorium yang telah
diberi wewenang melalui penilaian kemampuan yang dilakukan oleh petugas teknis yang
berada pada jenjang tertinggi di wilayah jejaring laboratorium tersebut. Pengambilan sediaan
untuk uji silang dilakukan dengan metode lot sampling. Untuk daerah yang belum
menerapkan metode ini, masih tetap menerapkan metode pengambilan sebelumnya, yaitu
10% sediaan BTA negatif dan seluruh sediaan BTA positif.
Bimbingan teknis Laboratorium TB. Kegiatan ini dilaksanakan secara khusus untuk
menjamin kualitas pemeriksaan laboratorium mikroskopis.
Uji profisiensi/panel testing, kegiatan ini bertujuan untuk menilai kinerja petugas
laboratorium TB tetapi hanya dilaksanakan apabila uji silang dan supervisi belum berjalan
dengan memadai.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
25/39
25
BAB III
KONDISI NYATA DI PUSKESMAS DEMPO
3.1. Wilayah
Berdasarkan surat keputusan walikota palembang tahun 2001 wilayah kerja puskesmas
dempo meliputi 8 kelurahan yaitu
1.Kelurahan 13 ilir2.Kelurahan 14 ilir3.Kelurahan 15 ilir4.Kelurahan 16 ilir5.Kelurahan 17 ilir6.Kelurahan 18 ilir7.Kelurahan kepandean baru8.Kelurahan 20 ilir
Batas wilayah:
- Utara : kecamayan sekip jaya dan talang aman- Selatan : seberang ulu II dan sungai musi- Timur : Kecamatan ilir timur II- Barat : kecamatan ilir barat I
Puskesmas dempo merupakan salah satu puskesmas induk di kecamatan ilir timu 1 yang
mempunyai 3 puskesmas dan juga merupakan puskesmas koordinator untuk kecamatan ilir
timur 1 dengan luas wilayah kerja 283,4 ha
3.2. Letak Geografi
Wilayah kerja puskesmas dempo terdiri dari dataran rendah dan sebagian kecil pinggiran
sungai
3.3. Transportasi
Keberadaan yang strategis, dipusat kota dan terletak ditepi jalan raya, memungkinkan adanya
kemudahan bagi masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan di puskesmas dempo.
Jalan kolonel atmo dilalui beberapa jalur angkutan umum, sehingga memudahkan akses
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
26/39
26
transportasi, selain itu juga masyarakat juga dapat menjangkau dengan berjalan kaki ataupun
dengan kendaraan pribadi.
3.4. Saran Komunikasi
Sejak bulan desember 2001 sudah menggunakan telepon dengan nomor 0711-358640 dan
sejak tahun 2010 puskesmas dempo telah menggunakan jaringan internet speedy
3.5. Keadaan Demografi
Wilayah kerja Puskesmas dempo meliputi 8 kelurahan dengan jumlah penduduk 49.786
jiwa.
Tabel 3.1. Data demografi di wilayah kerja Puskesmas dempo
No Deskripsi Nama kelurahan
13
ilir
14
ilir
15
Ilir
16
ilir
17
ilir
18
ilir
20
ilir
KB jumlah
1 Jumlah penduduk 5207 4729 7829 2402 5572 3786 17397 2857 49786
2 Jumlah KK 855 904 2516 499 976 673 2793 679 9895
3 Jumlah KK Gakin 470 709 328 93 115 223 505 67 2510
4 Jumlah ibu bersalin 60 58 23 15 34 22 108 10 330
5 Jumlah ibu
menyusui
60 58 23 15 34 22 108 10 330
6 Jumlah ibu nifas 60 58 23 15 34 22 108 10 330
7 Jumlah WUS 1154 1027 1698 516 1272 819 4125 656 112678 Jumlah peserta KB
aktif
349 446 599 126 539 257 927 246 3489
9 Jumlah Bayi 58 53 20 16 20 17 72 6 262
10 Jumlah Balita 341 350 140 90 113 158 616 69 1877
11 Jumlah batita 211 233 108 77 84 124 507 48 1392
12 Jumlah baduta 134 146 53 33 39 48 213 70 736
13 Jumlah remaja 540 500 760 204 483 348 1543 266 4644
14 Jumlah usila 1004 1012 2323 716 1608 1033 4172 894 12762
15 Jumlah TK 1 0 3 0 4 1 5 1 15
16 Jumlah madrasahibtidaiyah
a.negri 1 1 2 0 0 0 0 0 4
b.swata 0 0 3 0 4 0 3 1 11
17 Jumlah SMU
madrasah aliyah
a.Negeri 0 0 0 0 1 0 1 0 2b.Swasta 0 0 2 0 2 0 2 0 6
18 Jumlah SMU
tsanawiyah
a.negeri 0 0 0 0 1 0 0 0 1b.swasta 0 0 2 0 4 0 2 1 9
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
27/39
27
19 Jumlah perguruan
tinggi swasta
0 0 0 0 0 0 1 0 1
20 Jumlah kantor 2 1 1 1 2 1 1 4 13
21 Jumlah hotel 0 0 4 3 8 5 2 0 22
22 Jumlah pasar 0 1 0 2 1 0 0 0 4
23 Jumlah restoran 0 0 10 8 24 18 10 0 7024 Jumlah salon
kecantikan
0 0 5 0 5 2 0 0 12
25 Jumlah masjid 1 1 2 1 2 1 2 1 11
26 Jumlah mushola 1 1 1 0 1 0 1 0 5
27 Jumlah gereja 0 0 0 0 1 2 2 0 5
28 Jumlah pura 0 0 1 2 1 0 1 3 8
29 Jumlah rumah 771 785 1110 413 583 599 2032 599 6892
30 Jumlah rumah
sehat
100 150 70 10 37 18 220 22 627
31 Jumlah jambansehat 524 423 1045 388 583 443 2037 599 6042
32 Sumber air bersih
PDAM
433 3757 8417 2146 4045 3289 12985 2832 37904
33 ASKIN 1893 2905 1398 303 465 1839 305 21 8329
34 Jumlah panti pijat 0 0 0 0 4 0 0 0 4
35 Jumlah RS.swasta 0 0 0 0 0 0 1 0 1
36 Jumlah balai
pengobatan
1 0 0 0 2 0 0 0 3
37 Jumlah praktek
Dokter umum
1 0 12 0 1 0 1 0 16
38 Jumlah praktekdokter gigi
0 0 4 2 3 0 4 0 13
39 Jumlah praktek
dokter bersama
0 0 2 0 3 0 1 0 6
40 Jumlah
laboratorium
kesehatan
0 0 2 0 2 0 1 0 5
41 Jumlah apotik 0 0 6 7 7 1 2 2 25
42 Jumlah optik 0 0 0 2 8 4 0 0 14
43 Jumlah toko obat 0 0 1 8 3 3 0 0 15
Sumber: Profil Puskesmas Dempo Palembang, 2012
3.6. Visi dan Misi Puskesmas
VISI
Mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal diwilayah kerja
MISI
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan dengan pemberdayaan
masyarakat untuk prilaku hidup bersih dan sehat
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
28/39
28
2. Meningkatkan profesionalisme provider
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang telah ditetapkan
4. Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak
MOTO
Melayani dengan ikhalas
KEBIJAKAN MUTU
Puskesmas dempo bertekad memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan adil demi
kepuasan pelanggan
BUDAYA KERJA PUSKESMAS DEMPO
I : Inovatif
mampu menciptakan hal-hal baru dalam hal peningkatan mutu pelayanan
K : koordinatif
berkoordinasi kepada lintas program, lintas sektor dan kepada pelanggan
H : Harmoni
membina hubungan yang harmonis kepada sesama karyawan, mitra kerja dan pelanggan
L : Loyal
Loyal trhadap institusi, pimpinan dan pelanggan
A : Adil
memberikan pelayanan kesehatan yang merata tanpa membedakan status sosial, suku, ras
serta agama
S : Semangat
semangat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan semangat untuk bekerja
3.7.Ketenagaan
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sehari-harinya, Puskesmas Sei. Selincah
dipimpin oleh seorang Pimpinan Puskesmas yang sejak 14 Juni 2005 dijabat oleh dr. Hj.
Meiri Iryani, M.kes. yang dibantu oleh 2 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 2 dokter
spesialis, 9 orang perawat, 3 orang perawat gigi, 4 orang bidan, 2 orang asisten apoteker, 1
orang pekarya, 3 orang sanitarian, dan 2 orang petugas gizi, 2 orang analis, 1 orang
paramedis 13 ilir, dan 1 orang bidan pustu 13 ilir
.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
29/39
29
3.8.Fasilitas pelayanan lesehatan
1.Pelayanan kesehatan ibu dan anak- Ibu hamil, nifas, menyusui- KB- Bayi dan balita (MTBS)
2.Pelayanan pengobatan- Emergensi- Pengobatan umum- pengobatan gigi- konsultasi dokter spesialis- rujukan
3.penyuluhan kesehatan- penyuluhan di puskesmas- penyuluhan di posyandu- penyuluhan di SD,SMP,SMU- penyuluhan di kelurahan
4.pelayanan laboratorium- pemeriksaan urin rutin- pemeriksaan darah rutin- tes kehamilan- pemeriksaan DDR- pemeriksaan kimia darah- pemeriksaan dahak- pemeriksaan dll
5.klinik sehat gilinganmasa. pelayanan gizi- pemberian vit.A dan garam beryodium- uji klinik garam beryodium- konsultasi balita BGM dan obesitas
b. pelayanan imunisais- BCG- Polio- DPT- Hepatitis
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
30/39
30
- TT calon pengantin- Anti tetanus serumc. Pelayanan sanitasi- Memberikan konsultasi / penyuluhab penyakit akibat faktor lingkungan- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban sehat dll
6.Lain-lain- pelayanan pengobatan TBC dan paket DOTS (FDC)- pelayanan kesehatan lansia 1 bulan sekali- upaya kesehatan sekolah screening murid kelas 1 SD, SMP, SMU- pelaksanaa BIAS dilakukan 1 tahun sekali pada murid kelas 1 dan kelas 3 SD- pelayanan EKG- pelayanan USG- pelayanan laser gigi- klinik VCT
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
31/39
31
3.9. Struktur Organisasi
Unit pendaftaran
ellydar
Pimpinan Puskesmas
dr. Hj. Sri Mariawati
Poli gigi
drg.novi artati
Poli KB
Wiwin, AM.keb
Unit laboratorium
Lili aprianti
Poli KIA/MTBS
dr. Marlia refianti
Unit gilinganmas
Iriani, AMG
Poli haji
dr,marlia refianti
Poli umum
dr.fitrianti
Kesehatan mata
Yulis mawarni
Kesehatan Olahraga
Putri al-qurbanti
Kesehatan gigi & mulut
Mahani
P2TM
Hel ina
Kesehatan Sekolah
Mahani
USILA
Lessy susanti, Am.kep
Gizi masyarakat
Iriani, AMG
KIA & KB
Wiwik dwianti
P2M
Kartika sari
PROMKES
Lolita anggraini
Ka. Sub. Bag Tata usaha
drg. Novi artati
Koord. Pelayanan Kes. Perorangan
dr.marlia revianti
Koord. Pelayanan Kes. Masy
dr.fitrianti
Pelayanan Kesehatan
Pengembangan
KESLING
Lolita anggraini
Pelayanan
Kesehatan Wajib
Unit obat
Salvadora AMF
Poli VCT dan IMS
dr. Marlia refianti
Kepala pustu 13 ilir
Pinondang butar butar
Manager Representative
Drg.Novi Artati
Sekretaris
Merri Nurmala Sari, SKM
Koor.Audit Internal
dr. Marlia refianti
Koor. Audit
dr.Fitrianti
Kepegawaian
Nanang ferdinand
Inventaris
Ellen septaria
Keuangan
Dwi agustianingsih
Pengobatan
windriantoKesehatan kerja
Dale romana
Jiwa dan perkemas
Yulis mawarni
Poli PTM
dr.fitrianti
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
32/39
32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Penyebab
Penyebab masalah bisa berasal dari man, money, material, method. Dari pendekatan
sistem di atas dapat ditelusuri hal - hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium terhadap kepatuhan menerapkan standar
operasional prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru dipuskesmas Dempo.
Tabel 16. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah pengetahuan dan keterampilan petugas
laboratorium terhadap kepatuhan menerapkan standar operasional prosedur dalam
pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
Man Tersedianya tenaga kesehatan (dokter, bidan,perawat dan petugas laboratorium) dan
koordinator program yang kompeten untuk
mendeteksi penderita TB paru
Tenaga kesehatan yang kompeten dalammelakukan pendeteksian TB paru tersebar
merata, tidak hanya di puskesmas, tetapi juga
di Posyandu, Pustu.
Terdapat dokter yang memberikan pelayanankesehatan di balai pengobatan umum
puskesmas
Analis di laboratorium
Kurang nya petugaslaboratorium dalam
melakukan pemeriksaan
BTA
Pasien kurang kooperatifdalam mengeluarkan
sputum
Money Tersedianya dana dari Dinas Kesehatanprovinsi palembang untuk kasus TB Paru,
mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan
sputum BTA, dan pengobatan
Tersedianya dana yang cukup dari pemerintahpusat untuk laboratorium, pelatihan petugas
kesehatan dan pengobatan TBC
Tersedia Dana untuk penyuluhan mengenaiTBC
Dana anggaran untukpelatihan kader tidak ada
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
33/39
33
Method Terdapat alur diagnosis TB paru dalampenjaringan suspek TB paru
Adanya kegiatan aktif dari petugas kesehatanuntuk melakukan kegiatan kunjungan rumahdalam kegiatan pemeriksaan kontak 1 keluarga
Sudah ada standar pengambilan dahakSudah ada standar mendeteksi TB paru di balaipengobatan umum.
Adanya kerjasama dengan pihak swasta (dokterpraktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan
praktek swasta) dalam penjaringan TB Paru
Pada saat Pengambilansputum pada pasien
sering didapatkan hanya
air liur
Material Tersedianya posyandu, pustu, danPuskesmas yang merujuk pasien suspek TB
paru ke puskesmas
Tersedianya laboratorium sebagai saranauntuk pemeriksaan dahak pasien suspek TB
paru
Machine Tersedianya alat untuk melakukanpemeriksaan fisik (stetoskop)
Tersedianya alatalat laboratorium untukmelakukan pemeriksaan sampel dahak (pot
dahak, objek glass, pipet, reagen pewarna,
lampu spiritus, mikroskop, dll)
Tersedianya form laboratorium untukpencatatan hasil pemeriksaan laboratorium
Tersedianya buku register pemeriksaanBTA.
Formulir untuk pencatatan TB dengan BTApositif
Keterlambatan dalampengiriman glas objek
dari dinas kesehatan ke
puskesmas
Kurangnya poster danleaflet di tempat
tempat umum untuk
sosialisasi penyakit TB
paru.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
34/39
34
4.2. Prioritas Masalah
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang akan
menjadi prioritas masalah.
Tabel 4.1 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah
4.3. Alternatif Penyelesaian Masalah
Tabel 4.2 Alternatif Penyelesaian Masalah
Prioritas masalahPrioritas Penyebab
MasalahAlternatif Penyelesaian Masalah
Belum tercapainya
keberhasilan petugas
laboratorium dalam
menerapkan SOP dalam
pemeriksaan
mikroskopis pasien TB
paru
- Pada saat pengambilansputum pada pasien,
sering didapatkan hanya
air liur
-Dilakukan pelatihan lebihkhusus pada petugas
laboratorium agar tidak terjadi
kesalahan lagi dalam
pengambilan sputum pada
pasien yang suspect TB paru
No Aspek Masalah Urgensi Seriousness Growth Total
1. Kurang nya petugas laboratorium
dalam melakukan pemeriksaan BTA
3 3 3 27
2 Pasien kurang kooperatif dalam
mengeluarkan sputum
4 4 4 64
3 Dana anggaran untuk pelatihan kader
tidak ada
2 2 2 8
4 Pada saat pengambilan sputum pasien,
sering didapatkan hanya air liur
4 5 5 100
5 Keterlambatan dalam pengiriman glas
objek dari dinas kesehatan ke
puskesmas
3 2 2 12
6 Kurangnya poster dan leaflet di tempat
tempat umum untuk sosialisasi
penyakit TB paru.
2 2 2 12
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
35/39
35
4.4. Penyelesaian Masalah Terpilih
Tabel 4.3 Penyelesaian Masalah Terpilih
Dari tabel di atas untuk penyelesaian masalah terpilih bagi petugas laboratorium adalah
Dilakukan pelatihan lebih khusus pada petugas laboratorium agar tidak terjadi kesalahan lagi
dalam pengambilan sputum pada pasien yang suspect TB paru. Pemilihan penyelesaian
masalah ini dianggap lebih efektif agar tidak terjadi kesalahn dalam mendiagnosis pasien
yang diguda sucpect TB paru atau bukan. Penyelesaian masalah ini juga diharapkan memiliki
dampak yang lebih baik dibandingkan penyelesaian masalah yang lainnya sehingga
tercapainya target keberhasilan pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium dalam
menerapkan standar operasional prosedur dalam pemeriksaan mikroskopis pasien TB paru
Selain itu untuk mencari akar penyebab masalah dapat menggunakanFishbone diagram
seperti tertera dalam gambar berikut.
No. Alternatif Penyelesaian Masalah Urgensi Seriousness Growth Total
1.-Dilakukan pelatihan lebih khususpada petugas laboratorium agar
tidak terjadi kesalahan lagi dalam
pengambilan sputum pada pasien
yang suspect TB paru
5 5 5 125
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
36/39
36
Gambar 4.1Fishbonediagram
Manusia
MetodeSarana
Dana
Belum
tercapainya
keberhasilan
petugas
laboratorium
dalammenera kan
Kurang nya petugaslaboratorium dalammelakukan pemeriksaan
BTA
Kurangnya poster dan leaflet
di tempattempat umum
untuk sosialisasi penyakit
TB paru.
- Pada saat pengambilansputum pada pasien, sering
didapatkan hanya air liur
Keterlambatan dalam
pengiriman glas objek dari dinas
kesehatan ke puskesmas
Dana anggaran untuk
pelatihan kader tidak
ada
Pasien kurang
kooperatif dalam
mengeluarkan sputum
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
37/39
37
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.Cakupan Posyandu Dahlia masih rendah dibandingkan target.2.Penyebab rendahnya cakupan tersebut adalah kurangnya dukungan tokoh masyarakat dan
belum dilaksanakannya kegiatan penyuluhan, konseling kesehatan gizi, serta pemberian
PMT.
3.Alternative penyelesaian masalahnya adalah meningkatkan cakupan denganmengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader
dalam mengelola kegiatan Posyandu terutama menyebarluaskan hari buka Posyandu dan
penyuluhan tentang pentingnya kesehatan bayi dan Balita dalam masa pertumbuhan.
4.Penyelesaian masalahnya adalah dengan meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakantokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola
kegiatan Posyandu terutama menyebarluaskan hari buka Posyandu.
5.2. Saran
Untuk tercapainya target keberhasilan Posyandu dinilai dari cakupan SKDN di wilayah kerja
Posyandu Dahlia harus melakukan advokasi kepada tokoh masyarakat dan refreshingkader sehingga
dapat memotivasi mereka untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
Dengan tercapainya target cakupan SKDN diharapkan petugas kesehatan dan masyarakat di
lingkungan Posyandu dapat mengetahui pola pertumbuhan berat badan bayi dan balita di wilayah
kerja Posyandu Dahlia.
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
38/39
38
LAMPIRAN
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, harus ditetapkan satu prioritas masalah yaitu
dengan menggunaka metode USG yang menggunakan pertimbangan beberapa aspek yaitu :
(Depkes RI, 2006)
1. Urgency (dilihat dari mendesak atau tidaknya masalah tersebut)2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)3. Growth (tingkat perkembangan masalah)
8/13/2019 Ta Aryanti Ikm
39/39
U: Urgent
(mendesak)
Paling
mendesak
Sangat
mendesakMendesak Biasa
Tidak
Mendesak
5 4 3 2 1
S : Serious
(gawat)
Fatal Sangatgawat
Gawat Biasa TidakGawat
5 4 3 2 1
G : Growth
(perkembangan)
Sangat
CepatCepat Agak Cepat Biasa Lambat
5 4 3 2 1