Post on 09-Jan-2017
Disusun Oleh:
WORO HANDAYANI P3A116009
PROGRAM DOKTORAL KEPENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI
2016
1
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKANMASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN
PAPER MATA KULIAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU:
1. Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo, M.Pd2. Prof. Dr. H. Rahmat Murbojono, M.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak dasar kemanusiaan yang seharusnya dapat dinikmati secara
layak dan merata oleh setiap masyarakat Dalam pengertian HAM, hak dasar secara kodrati
melekat pada diri manusia dan bersifat universal serta langgeng. Sebagai bagian dari
HAM, hak dasar untuk mendapatkan pendidikan secara layak dan merata harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapa
pun. Maka, negara sebagai institusi resmi wajib melaksanakan, memfasilitasi, dan
meniadakan segala penghalangnya
Memperoleh pendidikan merupakan salah satu hak dasar bagi setiap warga negara
yang dijamin oleh Konstitusi. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 disebutkan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Lebih lanjut, dalam pasal 5 UU nomor 20
tahun 2003 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Implementasi ketentuan peraturan perundang-
undangan ini dijabarkan dalam kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional yang dalam
kurun waktu satu dasawarsa ini menekankan titik berat pembangunan pendidikan pada
pemberian pelayanan bagi setiap anak usia sekolah untuk memperoleh pendidikan. Hal ini
antara lain terlihat dari dicanangkannya wajib belajar pendidikan sembilan tahun pada
tahun 1994. Melalui kebijakan ini ditegaskan bahwa setiap anak usia 7 - 15 tahun wajib
mendapatkan pelayanan pendidikan.
Pendidikan dipandang sebagai salah satu dari berbagai investasi yang dapat
dilakukan manusia yang dianggap sangat menentukan dalam upaya meningkatkan
2
kualitas sumber daya manusia. Namun, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang hidup
di pedesaan dengan tingkat ekonomi yang rendah menganggap bahwa pendidikan
merupakan suatu upaya yang sia-sia untuk meningkatkan taraf hidup mereka di masa
mendatang.
Bertolok dari latar belakang permasalahan diatar, maka makalah ini mengangkat
tema Masalah Pemerataan Pendidikan
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Apa pengertian pemerataan pendidikan ?
2. Apa dasar pemerataan pendidikan ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemerataan pendidikan ?
4. Apa yang dimaksud dengan masalah pemerataan pendidikan?
5. Bagaimana Pemecahan masalah pemerataan pendidikan?
3. Tujuan Penulisan
Dari rumusalan masalah di atas maka dapat diberikan tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mencari pengertian pemerataan pendidikan
2. Untuk mengetahui dasar pemerataan pendidikan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pemerataan pendidikan
4. Untuk mengetahui masalah pemerataan pendidikan
5. Untuk mengetahui cara penyelesaian masalah pemerataan pendidikan
3
4. Batasan Masalah
Adapun batasan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Menjelaskan tentang pengertian pemerataan pendidikan
2. Menjelaskan dasar pemerataan pendidikan
3. Menjelaskan faktor-faktor pemerataan pendidikan
4. Menjelaskan masalah pemerataan pendidikan
5. Menjelaskan cara menyelesaikan masalah pemerataan pendidikan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pemerataan Pendidikan
Indonesia adalah negara berkembang yang masih mengalami berbagai proses
pembangunan. Di sektor pendidikan, Indonesia masih kurang mengembangkan SDM yang
dimiliki masyarakat. Sistem pendidikan di Indonesia selalu disesuaikan dengan kondisi
politik dan birokrasi yang ada. Padahal yang lebih penting dalam pendidikan adalah
bagaimana pelaksanaan di lapangan, termasuk kurangnya pemerataan pendidikan, terutama
di daerah tertinggal. Permasalahan itu antara lain mengenai keterbatasan daya tampung,
kerusakan sarana prasarana, kurangnya tenaga pengajar, proses pembelajaran yang
konvensional, dan keterbatasan anggaran. Keterbatasan daya tampung sangat berpengaruh
dalam proses pemerataan pendidikan. Banyak sekolah yang memiliki daya tampung tak
seimbang dengan jumlah murid yang diterima saat
penerimaan murid baru.
Untuk meminimalisasi keterbatasan daya tampung, dapat menggunakan beberapa
solusi yang ada. Peran sekolah swasta dan sekolah terbuka cukup signifikan mengingat
makin tingginya jumlah siswa tiap tahun. Selain itu, kita dapat meningkatkan program e-
learning. Metode mengajar ini dapat diterapkan bagi anak-anak yang memiliki kemapuan
intelektual dan ekonomi di atas ratarata. Dengan e-learning maka kebutuhan akan
ketersediaan kelas akan terkurangi. Selain masalah itu, minimalnya sarana prasarana yang
ada juga cukup berpengaruh.
5
Pemerataan pendidikan berkenaan dengan seberapa luas pendidikan telah
menjangkau seluruh warga negara. Mutu pendidikan berkenaan dengan seberapa
mendalam pendidikan telah memberikan nilai tambah pada para peserta didik. Sedangkan
manajemen berkenaan dengan pengelolaan institusi pendidikan sehingga mencapai tujuan
kelembagaan.
Indikator pemerataan pendidikan dapat dilihat dari jumlah sekolah perpenduduk
usia sekolah, jumlah guru, jumlah siswa persekolah, jumlah putus sekolah serta jumlah
buta huruf (Riant Nugroho, 2008: 14).
Menurut studi Coleman dalam bukunya Equality of Educational Opportunity secara
konsepsional konsep pemerataan yaitu pemerataan aktif dan pemerataan pasif. Pemerataan
pasif adalah pemerataan yang lebih menekankan pada kesamaan memperoleh kesempatan
untuk mendaftar di sekolah, sedangkan pemerataan aktif bermakna kesamaan dalam
memberi kesempatan kepada murid-murid terdaftar agar memperoleh hasil belajar
setinggi-tingginya. (Ace Suryadi & H.A.R Tilaar, 1993: 31).
Pemerataan pendidikan sangat berhubungan dengan perencanaan pendidikan yang
dilakukan oleh pemerintah. Perencanaan pendidikan tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhi, baik faktor dari dalam maupun luar faktor dari luar diri dan lembaga
pendidikan. Faktor sarana prasarana, guru, kurikulum, lingkungan, tujuan dan lain-lain
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan. perencanaan pendidikan
berhubungan dengan masalah pembangunan, karena dengan pembangunan yang baik akan
menghasilkan pendidikan yang baik pula. Menurut Sutiman (2000: 13)
“Pembangunan nasional di Indonesia yang ingin dicapai dalam 25 tahun yang berjalan ini
bertujuan mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin
berdasarkan pandangan hidup bangsa Pancasila dan ketentuan yuridis dalam UUD 1945
6
sebagai sasaran umum untuk mencapai tujuan tersebut adalah terciptanya kualitas manusia,
masyarakat, bangsa dan negara yang serba berkesinambungan dan selaras”.
Pendidikan dalam jangka panjang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang makin sejahtera lahir dan batin secara adil dan merata, makin mantapnya
budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatkan peradaban, harkat dan martabat
manusia Indonesia, dan memperkuat jati diri kepribadian bangsa. Dalam pembangunan
sistem pendidikan nasional harus memperhatikan hubungan pendidikan dengan perubahan
sosial, tatanan ekonomi, politik dan negara. Logika pembangunan mempunyai sisi yang
sama dan universal, yaitubahwa pembangunan dimulai dari pertumbuhan. Pertumbuhan itu
kemudian dibagi atau diratakan. Tanpa pertumbuhan, tidak ada yang diratakan kecuali
kemiskinan. Pemerataan pendidikan berkenaan dengan indikator-indikator pendidikan.
Depdiknas (Riant Nugroho, 2008: 13) memberikan indikator-indikator pendidikan
yang dapat digunakan sebagai indikator dasar dalam pemerataan pendidikan, yaitu meliputi
jumlah sekolah per penduduk, jumlah buta huruf, jumlah putus sekolah, jumlah siswa per
sekolah, dan jumlah guru per sekolah.
2. Dasar Pemerataan Pendidikan
Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pemerintah bertanggung jawab dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Pendidikan
sangatlah penting karena pendidikan diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa
depan. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 (TAP MPR No.
IV/MPR/1999) mengamanatkan antara lain:
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
7
b. Meningkatkan mutu lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat
maupun pemerintah untuk menetapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga dan seni. Pemerintah
harus berupaya dalam pemerataan pendidikan sampai ke daerah terpencil sekalipun, karena
pendidikan sangat dibutuhkan untuk membangun bangsa indonesia menjadi bangsa yang
berkualitas.
Pemerintah juga harus selalu meningkatkan mutu pendidikan supaya pendidikan
terus berkembang sehingga dengan pendidikan dapat menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belakangan ini berkembang dengan pesat.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, Dan dalam pasal 11 ayat (1) menyatakan
bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,
serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi”. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan
kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Pemerintah meyakini bahwa peningkatan taraf
pendidikan merupakan salah satu kunci utama mencapai tujuan negara
yakni bukan saja mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menciptakan
kesejahteraan umum dan melaksanakan ketertiban dunia.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerataan Pendidikan
Pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi persoalan kompleks yang
belum juga menemukan solusi tepat menuju ke arah yang lebih baik. Saat ini persoalan
pendidikan masih menjadi bahan perdebatan yang tidak kunjung selesai bagi para ahli
pendidikan. Pemerintah telah berupaya dengan berbagai cara untuk memajukan pendidikan
8
di Indonesia, namun kenyataannya pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dari
negara lain. Banyak persoalan pendidikan yang dihadapi di Indonesia.
Menurut Ety Rochaety, Pontjorini Rahayuningsih, dan Prima Gusti Yanti (2010:
57-62) Perkembangan dunia pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk lebih lanjut akan dijelaskan faktor internal
dan faktor eksternal sebagai berikut:
a. Faktor internal
1) Dampak manajemen yang sentralistik
Terjadinya sentralisasi yang berlebihan pada pemerintah pusat telah dirasakan
hampir pada semua aspek manajemen pendidikan. Beberapa prakarsa yang mengarah pada
reformasi manajemen pendidikan di masa lalu terhenti di tengah jalan karena tidak tercapai
kesepakatan kapan langkah itu harus dimulai. Adanya ketidakpercayaan timbal balik antara
otoritas pusat di satu pihak dengan pihak daerah menjadi kendala utama.
2) Mekanisme pendanaan oleh pemerintah
Dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah disediakan melalui
alokasilangsung dan mekanisme kompetitif untuk proyek-proyek investasi, alokasi
tambahan untuk anggaran rutin, dan usulan kegiatan yang didasarkan atas pendapatan
lembaga pendidikan. Dewasa ini sebagian besar proyek investasi disediakan untuk alokasi
langsung yang biasanya memiliki ciri-ciri tujuan kegiatannya ditetapkan oleh pusat,
perencanaannya bersifat top-down, cakupannya sektoral atau terpilah-pilah, dinegosiasikan
dengan pusat, berbasis masukan, dan implementasinya kaku.
3) Manajemen dan organisasi
Lembaga pendidikan di bawah naungan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
harus tunduk pada peraturan-peraturan yang berlaku secara seragam untuk semua lembaga
9
pendidikan. Kebijakan seperti ini menimbulkan banyak pengaruh negatif terhadap
kehidupan lembaga pendidikan.
b. Faktor eksternal
1) Globalisasi
Bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi, globalisasi telah membawa
paradigma baru dalam lingkungan pendidikan nasional berkenaan dengan penyelenggaraan
proses pendidikan nasional yang dewasa ini sedang mengalami transformasi menjadi lebih
komprehensif dan multidisipliner.
2) Perkembangan ekonomi nasional
Dalam periode pemulihan ekonomi pascakrisis, strategi perkembangan ekonomi
nasional sangat kuat dikendalikan oleh Lembaga Moneter Internasional. Dunia pendidikan
harus tampil cermat mengamati dan memantau perkembangan ekonomi nasional agar
secara terus-menerus dapat meningkatkan relevansinya.
3) Politik
Meskipun masyarakan meragukan kemampuan pemerintah untuk melakukan
reformasi struktural, pemerintah yang legitimate sekarang mempunyai potensi besar untuk
membawa bangsa melewati periode yang sulit. Pendidikan sebagai salah satu alat untuk
mempersatukan bangsa ini diharapkan berkiprah banyak dalam menggalang persatuan
terutama dalam mewujudkan tujuannya, yaitu meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa.
4) Sosial budaya
Strategi pendidikan di Indonesia sudah sepatutnya mengadopsi dan mengadaptasi
konsep pendidikan, yaitu spesifitas, praktikalitas, dan kepatutan. Akan tetapi, pada saat
yang sama strategi pendidikan juga harus mampu menghidarkan diri dari semata-mata
meniru budaya yang secara historis asing bagi dunia pendidikan di Indonesia.
10
5) Teknologi
Era kemajuan teknologi yang sangat cepat yang belum pernah dialami sepanjang
sejarah peradaban manusia. Siklus waktu teknologi lebih cepat dari siklus pendidikan,
dampak terhadap industri jasa pendidikan berubah dari bentuk industri jasa pendidikan
massal. Jasa pendidikan massal lebih mengandalkan keterampilan standar yang cenderung
seragam dengan model pendidikan yang lebih fleksibel dan menuntut kreativitas, inovasi,
dan kerjasama tim.
4. Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan
kebudayaan nasional, pendidikan nasional di harapkan dapat menyediakan kesempatan
seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan
dapat menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan
sumber daya manusia untuk menunjukan pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apa bila masih banyak warga Negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung di dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di
tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan dalam undang-undang no. 4
Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah. Pada Bab XI, pasal
17 berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk
diterima menjadi murid suatu sekolah jika syart-syarat yang di tetepkan untuk pendidikan
dan pengajaran pada sekolah itu sepenuhi.
11
5. Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecaan masalah yang telah sedang dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, langkah-langkat di tempui melaluai cara konvesional dan cara inovahtif.
a. Cara Konvesional
1) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres atau ruang belajar
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sisteme pergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu yang perluh dikalahkan, utamanya untuk pendidikan dasar
ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat atau keluarga yang kurang mampu
agar mau menyekolahkan anaknya.
b. Cara Inovatif
1) Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat,orang tua, dan guru) atau inpacts system
(Instrutional Management by Parent, Community and teacher). Sistem tersebut di rintis di
sekolah dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
2) SD kecil pada daerah terpencil
3) Sistem guru kunjung
4) Kejar paket A dan B
5) Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan dapat
dipengaruhi dari berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-
faktor di atas juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi angka partisipasi sekolah di
suatu daerah. Pemerataan pendidikan sangatlah penting dilakukan karena dengan
pendidikan dapat menghasilkan masyarakat yang siap menghadapi kondisi apapun dan
mampu bersaing dengan negara lain.
12
BAB III
KESIMPULAN
Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di negara-
negara sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa
pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan menjadi
landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan, bahkan lebih
penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi era global yang sarat dengan persaingan
antar bangsa yang berlangsung sangat ketat. Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat
mutlak yang harus dipenuhi karena ia merupakan faktor determinan bagi suatu bangsa
untuk bisa memenangi kompetisi global.
Sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
5 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”, dan pasal 11, ayat (1) menyatakan “Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”.
Problem kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan akses pendidikan.
Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa yang masih tertinggal juga harus mendapat perhatian
guna mencegah munculnya kecemburuan sosial. Di Indonesia, yang paling memerlukan
pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi
kebutuhan pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional.
13
Selama ini, pembangunan pendidikan telah membuahkan hasil yang cukup baik. Meskipun
demikian, pembangunan pendidikan masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan
terutama berkaitan dengan perluasan akses dan pemerataan pendidikan pada jalur formal,
di wilayah perkotaan, dan subsidi dari pemerintah itu pun masih belum mencukupi untuk
masyarakat yang tidak mampu yang jumlahnya cukup besar. Upaya yang dilakukan
pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan bagi masyarakat miskin dan terpencil
di Indonesia yaitu dengan adanya program wajib belajar 9 tahun dan pengadaan teknologi
informasi seperti televisi dan radio.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Eka, R. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia, (http://edu-
articles.com, diakses
11 September 2016).
2. Sismanto, 1993. Pendidikan Luar Sekolah dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa:
Jakarta.Eraswasta.
3. Wakhinuddin (2010) blogspot.com, diakses 11 September 2016
15