Karil (Tri Handayani 818208261)

30
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VC SDN LESANPURO 4 MALANG DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Tri Handayani (NIM 818208261) 1 Abstrak Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan oleh pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa kurang menarik, kurang termotivasi, dan cepat bosan terhadap pembelajaran yang diberikan, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini berdasarkan permasalahan “Apakah pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian adalah siswa kelas VC di SDN Lesanpuro 4 Malang. Data yang diperoleh berupa pengamatan kegiatan diskusi kelompok dan hasil evaluasi individu. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada siklus I sebanyak 70% dan siklus 2 sebanyak 88%. Simpulan dari penelitian ini adalah metode diskusi kelompok berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa sehingga metode ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kata Kunci: Diskusi Kelompok, Prestasi Belajar, Pendidikan Kewarganegaraan Pendahuluan Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru diharapkan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya tersebut adalah metode pembelajaran yang dipakai untuk menyampaikan bahan ajar atau materi pembelajaran. Metode pembelajaran tersebut diantaranya adalah metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode ceramah, metode penugasan. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah dilakukan di kelas VC SDN Lesanpuro 4 Malang, kemampuan siswa dalam 1 Mahasiswa Program S1 PGSD, FKIP, Universitas Terbuka. Email: [email protected] 1

description

karya ilmiah

Transcript of Karil (Tri Handayani 818208261)

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VC SDN LESANPURO 4 MALANG DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Tri Handayani (NIM 818208261)

Abstrak Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan oleh pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa kurang menarik, kurang termotivasi, dan cepat bosan terhadap pembelajaran yang diberikan, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini berdasarkan permasalahan Apakah pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian adalah siswa kelas VC di SDN Lesanpuro 4 Malang. Data yang diperoleh berupa pengamatan kegiatan diskusi kelompok dan hasil evaluasi individu. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada siklus I sebanyak 70% dan siklus 2 sebanyak 88%. Simpulan dari penelitian ini adalah metode diskusi kelompok berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa sehingga metode ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Kata Kunci: Diskusi Kelompok, Prestasi Belajar, Pendidikan KewarganegaraanPendahuluan

Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru diharapkan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya tersebut adalah metode pembelajaran yang dipakai untuk menyampaikan bahan ajar atau materi pembelajaran. Metode pembelajaran tersebut diantaranya adalah metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode ceramah, metode penugasan.

Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah dilakukan di kelas VC SDN Lesanpuro 4 Malang, kemampuan siswa dalam memahami konsep Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai tes evaluasi siswa. Dari tes evaluasi didapat 36% nilai tes siswa di atas KKM. Presentase tersebut jauh dari presentase ideal yaitu antara 80% - 100%. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru. Selama ini pembelajaran didominasi oleh metode ceramah yang mengakibatkan siswa kurang aktif , kurang menarik, kurang termotivasi, dan cepat bosan terhadap pembelajaran yang diberikan, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki masalah tersebut.Kerangka Dasar TeoriBelajar dan Prestasi Belajar

Menurut Gagne (1977), belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibatrefleksatau perilaku yang bersifatnaluriah.

Sedangkan menurut Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dari pengertian belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwasemua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar sebagai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Tirtonegoro (1984 : 4), mengemukakan bahwa Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu.

Sukardi (1983 : 51), menyatakan Untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning. Dengan nilai rapor, kita dapat mengetahui prestasi belajar siswa. Siswa yang nilai rapornya baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.

Menurut Syah (2006: 144), prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yakni:

a.Faktor internalyaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari:

1. Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh

2. Faktor psikologis yang meliputi tingkat inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan dan kesiapan

3. Faktor kelelahan.b.Faktor eksternal

yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:

1. Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan

2. Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah

3. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

c.Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik pertama anak Sekolah Dasar (SD) adalah senang bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang seling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

2. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak.

Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

3. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok.

Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

4. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya.

Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional - Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah sebagai berikut ini :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Kurikulum KTSP, 2006)

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.

5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan kostitusi.

6. Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokarasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP, 2006)Metode Diskusi Kelompok

Usman (2005:94) menyatakan bahwa Diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.Dalam diskusi kelompok anggota kelompok menunjuk moderator (pimpinan), menentukan tujuan, dan agenda yang harus ditaati.

Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah Persiapan

1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap peserta didik sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.

2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

3. Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi peserta didik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.

4.Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.Pelaksanaan Diskusi

1.Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.2.Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi.

3.Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. 4.Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.5.Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Menutup Diskusi

1. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi

2. Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnyaKeunggulan metode diskusi kelompok :

1. Memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran

2. Melatih siswa untuk mengutarakan pendapatnya secara runtut dengan menggunakan bahasa baku, sekaligus melatih siswa menghargai pendapat teman.

3. Diskusi memberi kemungkinan perluasaan informasi, bahkan penambahan informasi baru bagi pesertanya (siswa).

4. Diskusi memberi kesempatan kerjasama, siswa yang cenderung cerdas dapat membantu siswa yang cenderung lambat belajar.

5. Diskusi melatih siswa untuk berpikir mandiri dan sekaligus meningkatkan taraf kepercayaan dirinya.

6. Situasi pembelajaran dengan berdiskusi melatih siswa untuk hidup secara demokratis di masyarakatnya.

7. Situasi diskusi memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal diri sendiri, mencari kemungkinan-kemungkinan yang terbaik dalam pemecahan masalahnya, mengembangkan pendapat-pendapatnya, meyakini nilai-nilai hidup tertentu, dan sekaligus meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya.

8. Situasi diskusi memberi keleluasaan guru untuk membimbing belajar siswa (secara bervariasi).Kelemahan metode diskusi:

1. Dalam situasi diskusi sulit menjamin tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam waktu yang telah direncanakan pula.2. Kegiatan diskusi ini akan membawa hasil sebagaimana diharapkan jika para peserta diskusi menguasai kemampuan yang memadai untuk diskusi dan sekaligus bersedia bersiap diri secara pantas sebelum masuk ke situasi diskusi.

3. Selain penguasaan bahan diskusi, peserta diskusi juga perlu menguasai keterampilan teknis dalam berdiskusi.4. Proses serta hasil diskusi akan kurang memadai (semu) jika pemimpin diskusi kurang hasil dalam menciptakan situasi diskusi yang mendorong setiap peserta bebas berpendapat serta terbuka untuk menerima kebenaran yang diajukan peserta lain.

5. Dalam situasi diskusi dapat terjadi gejala tingkah laku peserta yang dominatif, di pihak lain dapat terjadi ada peserta yang berperan sebagai penonton, dan ada pula peserta yang perhatiannya pindah objek-objek lain diluar tema diskusi.

6. Kegiatan diskusi membutuhkan fasilitas tertentu.Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi adalah:

1. Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh

2. Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan lebih awal.

3. Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik untuk mengajukan pikiran, pendapat atau kritikannya

4. Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada pokoknya.Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Mills (2000) mengemukakan PTK adalah proses penelitian sistematis yang dilakukan guru (atau orang lain dalam lingkungan pembelajaran untuk memperoleh informasi tentang bagaimana guru mengajar dan siswa belajar serta melakukan tindakan untuk memperbaikinya. Schmuck (1977) mengemukakan bahwa PTK adalah proses penelitian yang sistematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri.

PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih meningkat. Menurut Wardani, dkk (2005), guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas karena alasan berikut:

1. Guru mempunyai otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya

2. Temuan berbagai penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh para peneliti sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran

3. Guru adalah orang yang paling akrab dan paling mengetahui kelasnya

4. Interaksi guru-siswa berlangsung secara unik

5. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.

Dengan melakukan PTK, guru memperoleh banyak manfaat. Menurut Wardani, dkk (2005), manfaat PTK bagi guru antara lain:

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

2. Membantu guru berkembang secara profesional

3. Meningkatkan rasa percaya diri guru, serta

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilanKarakter dari PTK adalah terdiri dari beberapa siklus, dimana tiap siklus meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Metode Penelitian

Nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah pada waktu sebelumnya (pra siklus), merupakan prestasi belajar awal dan observasi awal yang dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.

Berdasarkan evaluasi awal, maka dalam refleksi ditetapkanlah bahwa tindakan yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan metode diskusi kelompok.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VC yang berjumlah 33 siswa di SDN Lesanpuro 4 Malang pada semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Nopember 2013. Siklus I dilaksanakan pada Oktober 2013 dan siklus II dilaksanakan pada Nopember 2013. Adapun pihak yang membantu penelitian ini adalah UPBJJ UT Kota Malang, pengelola Kelompok Belajar Jarak Jauh pokjar Kedungkandang Kota Malang, Tutor Pemantapan Kemampuan Profesional, Kepala SDN Lesanpuro 4 Malang, teman sejawat di SDN Lesanpuro 4 Malang, dan seluruh siswa kelas VC SDN Lesanpuro 4 Malang.

Perbaikan pembelajaran ini dilakukan selama 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan, Pelaksanaan , Pengamatan, dan Refleksi.

Prosedur perbaikan pembelajaran untuk setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:Siklus I

a. Perencanaan

1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran yang mengacu pada metode Diskusi Kelompok

2. Membuat atau mempersiapkan alat peraga yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut

3. Mempersiapkan instrumen pengembang untuk proses kegiatan meliputi rangkuman materi, lembar kagiatan kelompok, lembar pengamatan kelompok, rubrik penilaian kelompok, soal evaluasi, kunci jawaban soal evaluasi, pedoman penskoran, dan daftar nilai siswa.b. Pelaksanaan

1. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan upacara bendera dan tata cara atau susunan acara upacara bendera untuk menggiring kemampuan dasar siswa

2. Guru menyampaikan materi dan tujuan yang akan dipelajari

4.Guru bertanya jawab dengan siswa tentang bunyi pasal 1 ayat 3 UUD 1945

5.Guru memasang alat peraga berupa teks UUD 1945 pasal 1 ayat 3 dan menjelaskan secara singkat media gambar yang ditampilkan

6.Guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang

7.Siswa menerima Lembar Kerja Kelompok dan diberi kesempatan untuk mengerjakan dengan bimbingan guru

8.Siswa mengumpulkan hasil diskusi kerja kelompoknya, kemudian guru memanggil tiap-tiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya

9. Guru memberikan penguatan kepada semua kelompok atas hasil kerja mereka

10. Guru menyamakan persepsi atau pendapat siswa

11. Siswa dibimbing guru untuk memberikan kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari

12.Evaluasi

13.Refleksi

14.Tindak lanjut

15.Penutup

c. Pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap aktivitas siswa pada saat kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar pengamatan kelompok yang telah dibuat, yaitu:

1. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok

2. Kerjasama siswa dalam kerja kelompok

3. Keberanian siswa menyampaikan pendapat dalam kerja kelompok

Dari pengamatan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai adanya kesesuaian antara pembelajaran dengan pelaksanaanya yaitu berupa hasil kerja kelompok.d. Refleksi

Pada tahap ini hasil yang didapatkan dalam tahap pengamatan kerja kelompok dikumpulkan serta dianalisa. Dari hasil pengamatan, guru dapat merefleksi diri dengan melihat data pengamatan kerja kelompok, apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar atau belum. Di samping data hasil pengamatan kerja kelompok, dipergunakan pula data nilai yang diperoleh dari hasil evaluasi individu siswa. Hasil analisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa.Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan siklus II pada dasarnya sama dengan perencanaan pada siklus I, tetapi perencanaan pada siklus II ini disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus I.

b. Pelaksanaan

Pada tahapan ini, pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan. Diharapkan pada pelaksanaan ini, guru dapat menerapkan metode Diskusi Kelompok dengan lebih baik dan siswa dapat mengikuti metode ini dengan baik pula.

c. Pengamatan

Tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan melakukan tindakan pelaksanaan. Fokus pengamatan dan pencatatan adalah keaktifan siswa dalam belajar kelompok, kerjasama siswa dalam kerja kelompok, keberanian siswa menyampaikan pendapat dalam kerja kelompok.

d. Refleksi

Pada akhir siklus 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dari hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran.

Data yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah ini adalah data kuantitatif yaitu berupa skor yang diperoleh siswa dari pengamatan kegiatan diskusi kelompok dan evaluasi individu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian perbaikan ini dapat diuraikan sebagai berikut:1. Siklus I

Tabel 3.1 Penilaian Proses Belajar Siklus INoAspek yang dinilaiSkor Rubrik penilaian

1Keaktifan3siswa aktif menanggapi permasalahan tanpa disuruh

2siswa menanggapi permasalahan dengan disuruh

1siswa hanya diam saja

2Kerjasama3siswa aktif bekerjasama dan berpendapat

2siswa ikut serta bekerjasama tapi tidak berpendapat

1siswa hanya diam saja

3Keberanian3siswa berani berpendapat tanpa disuruh

2siswa berani berpendapat dengan disuruh

1siswa berani berpendapat setelah dipaksa

Penilaian proses

NP = N1 + N2 + N3 x 100

9

Keterangan

NP = Nilai proses

N2 = Nilai kerjasama N1 = Nilai keaktifan

N3 = Nilai keberanianTabel 3.2 Penilaian Evaluasi Hasil Belajar Siklus INoSoal yang dinilaiSkor maksimal

1Soal no 120

2Soal no 220

3Soal no 320

4Soal no 420

5Soal no 520

Jumlah100

Nilai tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam nilai akhir . Rumus yang digunakan adalah:

NA = NP + NE x 100

TS

Keterangan

NA = Nilai akhir

NE = Nilai evaluasiNP = Nilai proses

TS = Total skor2. Siklus II

Tabel 3.3 Penilaian Proses Belajar Siklus IINoAspek yang dinilaiSkor Rubrik penilaian

1Keaktifan3siswa aktif menanggapi permasalahan tanpa disuruh

2siswa menanggapi permasalahan dengan disuruh

1siswa hanya diam saja

2Kerjasama3siswa aktif bekerjasama dan berpendapat

2siswa ikut serta bekerjasama tapi tidak berpendapat

1siswa hanya diam saja

3Keberanian3siswa berani berpendapat tanpa disuruh

2siswa berani berpendapat dengan disuruh

1siswa berani berpendapat setelah dipaksa

Penilaian proses

NP = N1 + N2 + N3 x 100

9

Keterangan

NP = Nilai proses

N2 = Nilai kerjasama N1 = Nilai keaktifan

N3 = Nilai keberanianTabel 3.4 Penilaian Evaluasi Hasil Belajar Siklus IINoSoal yang dinilaiSkor maksimal

1Soal no 15

2Soal no 25

3Soal no 35

4Soal no 45

5Soal no 55

6Soal no 65

7Soal no 75

8Soal no 85

9Soal no 95

10Soal no 105

11Soal no 115

12Soal no 125

13Soal no 135

14Soal no 145

15Soal no 155

16Soal no 165

17Soal no 175

18Soal no 185

19Soal no 195

20Soal no 205

Jumlah100

Nilai tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam nilai akhir . Rumus

yang digunakan adalah:

NA = NP + NE x 100

TS

Keterangan

NA = Nilai akhir

NE = Nilai evaluasiNP = Nilai proses

TS = Total skorNilai akhir yang diperoleh , kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penelitian ini, siswa dikatakan tuntas belajar apabila nilai minimal siswa mencapai nilai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hasil PenelitianPra Siklus

Kondisi hasil belajar sebelum dilakukan penelitian perbaikan pembelajaran adalah dari tes evaluasi didapat 64% nilai tes siswa di bawah KKM dan 36% nilai tes siswa di atas KKM. Presentase tersebut jauh dari presentase ideal yaitu antara 80% - 100%. Kondisi inilah yang memacu untuk dilakukan penelitian perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi kelompok. Siklus I

Dilaksanakan pada bulan Oktober 2013

a. Perencanaan

Identifikasi masalah dilakukan setelah dilakukan pengamatan proses belajar mengajar yang biasa dilakukan guru pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Banyak ditemukan berbagai macam kendala ketika guru menerangkan. Setelah itu disusun Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran yang mengacu pada metode Diskusi Kelompok, membuat atau mempersiapkan alat peraga yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut, mempersiapkan instrumen pengembang untuk proses kegiatan meliputi rangkuman materi, lembar kagiatan kelompok, lembar pengamatan kelompok, rubrik penilaian kelompok, soal evaluasi, kunci jawaban soal evaluasi, pedoman penskoran, dan daftar nilai siswa. b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit menggunakan metode Diskusi Kelompok disertai dengan alat peraga yang telah disiapkan. Pada pra kegiatan pembelajaran, guru melakukan salam, doa, dan presensi. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru melakukan apersepsi, eksplorasi materi, eksplorasi tujuan. Pada kegiatan inti, guru bertanya jawab tentang bunyi UUD 1945 pasal 1 ayat 3, memasang alat peraga berupa teks UUD 1945 pasal 1 ayat 3 dan memberikan sedikit penjelasan tentang media gambar yang ditampilkan. Kegiatan berikutnya guru membagi siswa menjadi 8 kelompok yang beranggotakan 4-5 anak. Guru memberikan LKK kepada masing-masing kelompok dan meminta siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikan LKK tersebut. Selama proses diskusi kelompok guru melakukan penilaian tentang interaksi siswa melalui lembar pengamatan kerja kelompok, melihat ketepatan siswa dalam memecahkan masalah, dan melihat ketepatan waktu selama melakukan diskusi kelompok. Setelah anak-anak selesai diskusi kelompok, guru mengumpulkan hasil kerja kelompok, kemudian guru memanggil tiap-tiap kelompok untuk melaporkan LKKnya. Guru memberikan penguatan kepada semua kelompok atas hasil kerja mereka dan menyamakan persepsi atau pendapat siswa. Pada kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari, memberikan evaluasi, refleksi, dan tindak lanjut sehingga siswa mendapatkan pemahaman tentang pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.c. Pengamatan

Pada umumnya selama pembelajaran berlangsung, terjadi interaksi cukup intensif antara siswa dan guru karena diskusi kelompok merupakan metode pembelajaran yang baru bagi siswa. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang kelihatan bingung pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran ini. Ada beberapa siswa yang masih belum aktif dalam menyampaikan pendapatnya. Kemampuan siswa menjawab pertanyaan pada umumnya masih kurang, suara belum keras sehingga siswa yang duduk jauh dari yang menjawab tidak mendengar jelas. Berdasarkan pengamatan, ada beberapa siswa yang enggan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya dan asyik dengan apa yang ada di depannya.

d. Refleksi

Hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dapat dinyatakan sebagai berikut:Tabel 4.1 Hasil Penilaian Siswa Pencapaian KKM siklus I

NoNamaKKMHasil Pra

SiklusHasil

Siklus IKeterangan

1AAR757585Tuntas

2AIP758595Tuntas

3BAM757080Tuntas

4MAC757585Tuntas

5MEAAD756979Tuntas

6MDH757080Tuntas

7NRS754858Tidak Tuntas

8PK755464Tidak Tuntas

9RAP756575Tuntas

10RZH755969Tidak Tuntas

11RY757080Tuntas

12SRPP757080Tuntas

13SMA758090Tuntas

14AAR758595Tuntas

15ANH757585Tuntas

16AMR756979Tuntas

17AYY755969Tuntas

18BRS757484Tuntas

19BYH756979Tuntas

20DRW755464Tidak Tuntas

21IJK755464Tidak Tuntas

22MNBR754454Tidak Tuntas

23MDPH757484Tuntas

24MFF757979Tuntas

25NRSM757584Tuntas

26NQ756464Tidak Tuntas

27ORA757585Tuntas

28SPM758595Tuntas

29WRI757979Tuntas

30YI756464Tidak Tuntas

31ASNA756464Tidak Tuntas

32AHD757979Tuntas

33SYN757474Tidak Tuntas

Nilai rata-rata6977

Nilai < rata-rata1112

Nilai > rata-rata2221

Tidak Tuntas211133%

Tuntas122267%

Berdasarkan tabel di atas, hasil pencapaian prestasi siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah mengalami peningkatan yaitu:1. Pada hasil pembelajaran pra siklus

Siswa yang mencapai ketuntasan 12 siswa (36%) dan yang tidak mencapai ketuntasan 21 siswa (64%).

2. Pada hasil pembelajaran siklus I

Siswa yang mencapai ketuntasan 22 siswa (67%) dan yang tidak mencapai ketuntasan 11 siswa (33%).

Dari hasil pengamatan, dilakukan analisis pada tindakan siklus I, kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan, perlu dilakukan tindakan siklus II karena dari hasil penilaian siklus I didapat 67% nilai siswa di atas KKM. Presentase tersebut kurang dari presentase ideal yaitu antara 80% - 100%.Siklus II

Dilaksanakan pada bulan Nopember 2013

a. Perencanaan

Dalam setiap tahap perencanaan pada siklus II dilaksanakan pada siklus I tetapi disempurnakan setelah diadakan refleksi terhadap siklus I. Berdasarkan refleksi tersebut dirancang tindakan perbaikan berupa pengembangan skenario pembelajaran berupa penggunaan LCD pada tampilan langkah-langkah pembelajaran. Materi pada siklus II adalah perluasan materi pada siklus I.b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit menggunakan metode Diskusi Kelompok disertai dengan alat peraga yang telah disiapkan. Pada pra kegiatan pembelajaran, guru melakukan salam, doa, dan presensi. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru melakukan apersepsi, eksplorasi materi, eksplorasi tujuan dengan menampilkannya pada layar LCD. Pada kegiatan inti, guru mengulangi penjelasan tentang materi UUD 1945 pasal 1 ayat 3 dan peraturan perundang-undangan. Kemudian guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok yang beranggotakan 5-6 orang dengan cara meminta semua siswa mengambil sebuah permen yang telah disiapkan dan meminta siswa membentuk kelompok sesuai nama permen yang dipegang. Setelah pembentukan kelompok, guru menunjukkan LKK melalui layar LCD dan menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya. Kegiatan berikutnya yaitu siswa bekerja secara berkelompok dan berdiskusi untuk menyelesaikan LKK. Pada saat siswa melaksanakan diskusi, guru menghampiri masing-masing kelompok untuk memberikan bimbingan pada kelompok yang kesulitan dan memberikan pujian pada kelompok yang bekerja dengan baik. Setelah diskusi kelompok, guru meminta masing-masing kelompok menempelkan hasil kerja kelompoknya di tempat yang telah disediakan. Kemudian guru menyamakan persepsi atau pendapat masing-masing kelompok. Guru juga memberi kesempatan bertanya bagi siswa yang belum paham tentang materi yang dipelajari. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran, mengadakan evaluasi, meminta siswa menyampaikan pesan dan kesan pembelajaran, memberikan tindak lanjut berupa guru meminta siswa mencari gambar tentang perilaku yang menaati hukum dan perilaku yang melanggar hukum dan melakukan penutup dengan salam.c. Pengamatan

Secara umum, siswa lebih aktif dibandingkan pada perbaikan pembelajaran siklus I. Siswa lebih aktif berdiskusi kelompok dan menyampaikan pendapatnya tanpa di suruh. Kualitas jawaban yang diberikan siswa lebih baik dan lebih tertib dengan menggunakan suara yang lebih keras. Adapula siswa yang memberikan jawaban lebih rinci, ketika ada siswa yang menyanggah jawaban yang diberikan. Bahkan ada beberapa siswa yang menanyakan hal-hal yang belum dimengerti kepada guru.

d. Refleksi

Hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dapat dinyatakan sebagai berikut:Tabel 4.2 Hasil Penilaian Siswa Pencapaian KKM siklus II

NoNamaKKMHasil

Siklus IKetHasil Siklus IIKet

1AAR7585Tuntas90Tuntas

2AIP7595Tuntas100Tuntas

3BAM7580Tuntas80Tuntas

4MAC7585Tuntas88Tuntas

5MEAAD7579Tuntas79Tuntas

6MDH7580Tuntas90Tuntas

7NRS7558Tidak Tuntas47Tidak Tuntas

8PK7564Tidak Tuntas74Tidak Tuntas

9RAP7575Tuntas80Tuntas

10RZH7569Tidak Tuntas74Tidak Tuntas

11RY7580Tuntas90Tuntas

12SRPP7580Tuntas85Tuntas

13SMA7590Tuntas93Tuntas

14AAR7595Tuntas98Tuntas

15ANH7585Tuntas95Tuntas

16AMR7579Tuntas82Tuntas

17AYY7569Tuntas82Tuntas

18BRS7584Tuntas90Tuntas

19BYH7579Tuntas79Tuntas

20DRW7564Tidak Tuntas75Tuntas

21IJK7564Tidak Tuntas75Tuntas

22MNBR7554Tidak Tuntas65Tidak Tuntas

23MDPH7584Tuntas87Tuntas

24MFF7579Tuntas85Tuntas

25NRSM7584Tuntas90Tuntas

26NQ7564Tidak Tuntas75Tuntas

27ORA7585Tuntas88Tuntas

28SPM7595Tuntas95Tuntas

29WRI7579Tuntas85Tuntas

30YI7564Tidak Tuntas75Tuntas

31ASNA7564Tidak Tuntas75Tuntas

32AHD7579Tuntas85Tuntas

33SYN7574Tidak Tuntas80Tuntas

Nilai rata-rata7783

Nilai < rata-rata1215

Nilai > rata-rata2118

Tidak Tuntas1133%412%

Tuntas2267%2988%

Berdasarkan tabel di atas, hasil pencapaian prestasi siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah mengalami peningkatan yaitu:

1. Pada hasil pembelajaran siklus I

Siswa yang mencapai ketuntasan 22 siswa (67%) dan yang tidak mencapai ketuntasan 11 siswa (33%).

2. Pada hasil pembelajaran siklus II

Siswa yang mencapai ketuntasan 29 siswa (88%) dan yang tidak mencapai ketuntasan 4 siswa (12%).

Dari hasil pengamatan, dilakukan analisis pada tindakan siklus II, kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan, tidak perlu dilakukan tindakan siklus III karena dari hasil penilaian siklus II didapat 88% nilai siswa di atas KKM. Presentase tersebut sudah memenuhi presentase ideal yaitu antara 80% - 100%.Kesimpulan

Pada umumnya selama perbaikan pembelajaran siklus I berlangsung, terjadi interaksi cukup intensif antara siswa dan guru karena diskusi kelompok merupakan metode pembelajaran yang baru bagi siswa. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang kelihatan bingung pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran ini. Ada beberapa siswa yang masih belum aktif dalam menyampaikan pendapatnya. Kemampuan siswa menjawab pertanyaan pada umumnya masih kurang, suara belum keras sehingga siswa yang duduk jauh dari yang menjawab tidak mendengar jelas. Selain itu ada beberapa siswa yang enggan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya dan asyik dengan apa yang ada di depannya sehingga pelaksanaan pembelajaran belum berjalan dengan efektif. Dalam melakukan diskusi kelompok, ada beberapa siswa yang asal melakukan diskusi kelompok atau bahkan bersikap pasif.

Pada siklus 2, siswa lebih aktif dibandingkan pada perbaikan pembelajaran siklus I. Siswa lebih aktif berdiskusi kelompok dan menyampaikan pendapatnya tanpa di suruh. Kualitas jawaban yang diberikan siswa lebih baik dan lebih tertib dengan menggunakan suara yang lebih keras. Adapula siswa yang memberikan jawaban lebih rinci, ketika ada siswa yang menyanggah jawaban yang diberikan. Bahkan ada beberapa siswa yang menanyakan hal-hal yang belum dimengerti kepada guru.

Berdasarkan uraian di atas dapat disinpulkan bahwa diskusi kelompok dapat membantu siswa untuk menyumbangkan pikirannya masing-masing untuk memecahkan masalah bersama. Dalam hal ini adalah pemahaman materi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu guru juga tetap berperan sebagai fasilitator bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Surya (1975:107), menyatakan bahwa Diskusi kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama.

Diagram 4.1 Hasil Pencapaian KKM pra siklus, siklus I, dan siklus II

Berdasarkan diagram di atas, pada pra siklus, siswa yang mencapai ketuntasan 36% dan yang tidak mencapai ketuntasan 64%. Pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan 70% dan yang tidak mencapai ketuntasan 33%. Pada siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan 88% dan yang tidak mencapai ketuntasan 12%. Kesimpulannya, dengan menggunakan metode diskusi kelompok prestasi belajar siswa dapat meningkat dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dengan kata lain bahwa penerapan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VC SDN Lesanpuro 4 Malang dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah telah mencapai harapan yang diinginkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian KKM. KKM kelas untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah 75. Pada pra siklus, siswa yang mencapai ketuntasan 36% dan yang tidak mencapai ketuntasan 64%. Pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan 70% dan yang tidak mencapai ketuntasan 33%. Pada siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan 88% dan yang tidak mencapai ketuntasan 12%. Dengan adanya peningkatan hasil pencapaian KKM tersebut, berarti penerapan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VC SDN Lesanpuro 4 Malang dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah dan memenuhi indikator keberhasilan pembelajaran.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan bagi guru untuk mengembangkan model pembelajaran dengan metode diskusi kelompok agar guru dapat lebih meningkatkan kemampuannya untuk menerapkan pada kompetensi dasar lainnya. Selain itu, guru juga dapat menularkan pengalaman yang diperoleh kepada guru lainnya. Penerapan metode diskusi kelompok perlu terus dilakukan karena pembelajaran dengan metode ini terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Daftar PustakaTim FKIP-UT. 2013. Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.Gagne, R.M. 1977. The Condition of Learning. New York : Holt, Rinehart and Winston.Surya, Moh. 1981. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP IKIP BandungTirtonegoro, Sutratinah. 1984. Anak Super Normal. Jakarta : Gramedia.Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya : Usaha Nasional.Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Usman,Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Mills, G.E. 2000. Action Research A Guide for the Teacher Researcher. Columbus : Merrill, An Imprint of Prentice Hall.Schmuck, R.A. 1997. Practical Action Research for Change. Arlington Height : Skylight Professional Development.

Wardani,IG.A.K, Julaeha, S, & Marsinah, N. 2005. Buku Materi Pokok :Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta : Universitas Terbuka. Mahasiswa Program S1 PGSD, FKIP, Universitas Terbuka. Email: [email protected]

1

_1447524459.xlsChart1

0.360.64

0.70.33

0.880.12

tuntas

tidak tuntas

Sheet1

tuntastidak tuntas

pra siklus36%64%

siklus I70%33%

Siklus II88%12%