SKRIPSI ANDINA SARI HANDAYANI K4408013/Upaya...SKRIPSI ANDINA SARI HANDAYANI K4408013
Embed Size (px)
Transcript of SKRIPSI ANDINA SARI HANDAYANI K4408013/Upaya...SKRIPSI ANDINA SARI HANDAYANI K4408013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN
SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007
Disusun oleh:
SKRIPSI
Oleh:
ANDINA SARI HANDAYANI
K4408013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN
SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007
Oleh:
ANDINA SARI HANDAYANI
K4408013
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Andina Sari Handayani. K4408013. UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Desember 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki; (2) Gerakan separatisme suku kurdi di negara Turki; dan (3) Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme suku Kurdi.
Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data adalah teknik studi pustaka dengan menggunakan sistem resume katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis dengan melakukan kritik ekstern dan intern.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, Pertama, gerakan separatisme Kurdi di Turki untuk mendapatkan otonomi dimulai 21 Maret 1984 saat dilarangnya perayaan Nevros (perayaan tahun baru suku Kurdi). Larangan ini merupakan tanda dimulainya aktivitas gerilyawan Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) dalam memperoleh hak-hak etnis mereka dan menuntut pemberian wilayah otonom di Turki bagian tenggara. Kedua, gerakan separatisme suku Kurdi di Turki dihimpun dalam PKK. Partai ini menjadi wadah aspirasi dan perjuangan suku Kurdi dalam memperjuangkan hak-hak untuk mempertahankan identitas, sistem budaya, dan otonomi daerah Kurdistan di Turki. Ketiga, kebijakan pemerintah Turki mengenai pengurangan sanksi negatif terhadap PKK dalam bidang sosial budaya, perekonomian, dan hukum belum dapat menyelesaikan konflik antara pemerintah dan etnis Kurdi.
Kata kunci: otonomi, Kurdi, separatisme, etnis, kebijakan, Nevros
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACK Andina Sari Handayani. K4408013. THE EFFORTS BY TURKISH GOVERNMENT TO FIGHT FOR KURDS SEPARATISM IN 1984-2007. Thesis, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. December 2012.
This study aimed to describe: (1) Background ethnic Kurdish separatist movement in the country of Turkey; (2) Ethnic Kurdish separatist movements in the country of Turkey; and (3) The Impact and the Turkish government's efforts in addressing the tribal Kurdish separatist movement.
This study uses historical method with heuristic measures, criticism, interpretation, and historiography. The sources of data used in this study in the form of primary and secondary sources. The data collection technique is the technique of literature by using the system catalogs or computers and resume use of the Internet. The data analysis technique used is the historical analysis technique with external and internal criticism.
Based on this research can be concluded, First, the Kurdish separatist movement in Turkey for autonomy began March 21, 1984, when the ban celebrations Nevros (Kurdish new year celebration). This ban is a sign of the start of insurgent activity Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) in obtaining their rights and demanding the provision of ethnic autonomous areas in southeastern Turkey. Second, the Kurdish separatist movement in Turkey gathered in the PKK. This party into containers aspirations and struggle in striving Kurds rights to keep identity, cultural systems, and autonomous Kurdistan region in Turkey. Third, the Turkish government policy on reducing negative sanctions against the PKK in the field of socio-cultural, economic, and law can not resolve the conflict between the government and ethnic Kurds. Key words: otonomy, Kurdi, separatism, ethnic, policy, Nevros
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Perjuangkanlah apa yang menjadi keinginanmu jika memang itu yang terbaik
dan bermanfaat untukmu, maka raihlah dengan cara terbaik pula. Jangan pernah
putus asa jika belum pernah mencoba, yakinlah bahwa Allah selalu memberikan
yang terbaik bagi setiap umat- NYA
(penulis)
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal tersebut hanya dapat diraih
dengan suatu pengertian
(Einstein)
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga, mereka
( )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas Rahmat Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk :
Bapak dan Ibu
Terima kasih untuk semua kasih sayang yang tak terbatas, do a dan
harapan yang selalu disertakan untukku. Semua ini tak berarti tanpa dukungan
Bapak dan Ibu
Adikku Dicka
Terima kasih untuk adikku yang selalu memberi dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini dan canda tawamu sebagai penghibur penat hari-hariku.
My Fighter
Terimakasih telah memberikan semangat, kesabaran, cinta dan sayangnya
selama ini yang selalu tercurah dalam membimbingku
.
Sahabat-sahabat Ku Tersayang
Cahyaningrum, Anita, Dessy F, Endah, Lina, Mas Umar, Mas Sigit, Mas
Didik dan Mbak Desi terima kasih atas semangat dan bimbinganya selama ini.
Semoga persahabatan kita tidak berakhir sampai disini.
Terima kasih untuk semua teman- hari-hari yang
telah kita lewati bersama, perjuangan, kerjasama, dan semangatnya.
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
UPAYA PEMERINTAH TURKI
DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI
TAHUN 1984-2007
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjan pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui
permohonan ijin dalam penyusunan skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan
skripsi ini.
4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Tri Yuniyanto, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ayah, Ibu, Dicka, sahabat-sahabatku dan semua keluarga tercinta yang
senantiasa memberi doa, semangat, dukungan dan kasih sayang.
7. Teman-teman Prodi Sejarah khususnya Angkatan 2008, yang telah
memberikan bantuan, doa dan dukungannya kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
..................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v
HALAMA ABSTRAK ......................................................................... vi
HALAMAN ABSTRACK ...................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ........................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ ix
KATA PENGANTAR .................................................................. x
DAFTAR ISI . ................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............. .................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka .............................................................. 9
1. Perjuangan .................................................................. 9
2. Suku Kurdi ................................................................... 14
3. Konflik ........................................................................ 16
4. Gerakan
5. Kebijakan .................................................................... 31
B. Kerangka Berpikir ................................................. 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB III METODE PENELITIA 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 43
B. Metode Penelitian ............................................................. 44
C. Sumber Data ..................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 47
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 48
F. Prosedur Penelitian ........................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 55
A. Profil Negara Turki .......................................................... 55
B. Latar Belakang Gerakan Separatisme Suku Kurdi di Negara
Turki Sejak Tahun 1984......................................................... 60
C. Gerakan Separatisme Suku Kurdi di Turki Tahun 1984-1984 69
D. Dampak dan Upaya Pemerintah Turki dalam Mengatasi
Gerakan Sparatisme Suku Kurdi ....................................... 73
1. Upaya Pemaksaan Fisik ............................................... 75
a) Sistem Benteng Desa ............................................... 76
b) Operasi Militer Besar-besaran dengan Persenjataan
Canggih dan Pesawat Tempur ................................. 78
2. Upaya Pengurangan Sanksi Negatif................................. 82
a) Bidang Sosial Budaya.................................................. 83
b) Bidang Perekonomian ................................................. 85
c) Bidang Hukum ........................................................... 86
3. Upaya Pemerintah Turki Dalam Bentuk Kerjasama
Dengan Negara-negara Lain............................................. 87
a) Kerjasama dengan Iran................................................. 88
b) Kerjasama dengan Irak .................................................. 89
c) Kerasama dengan Suriah ............................................... 90
4. Dampak Gerakan Separatisme........................................... 92
a) Bagi Turki..................................................................... 92
b) Bagi Suku Kurdi .......................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................. 93
A. Simpulan .......................................................................... 93
B. Implikasi .......................................................................... 95
C. Saran ................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 99
LAMPIRAN . ...... .................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 : Kerangka Berfikir 40
Bagan 2 : Bagan Prosedur Penelitian Sejarah .. 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Wilayah Negara Turki ..................................................... 106
Lampiran 2: Wilayah Kurdistan .......................................................... 107
Lampiran 3: Militan PKK terlihat di sebuah Kamp di Irak .................. 108
Lampiran 4: Abdullah Ocalan Pimpinan PKK saat ditangkap tahun
1999 ............................................................................... 109
Lampiran 5: Serangan Udara Turki untuk Kurdi di Irak ...................... 110
Lampiran 6: Jet Tempur Tentara Turki untu menyerang PKK dan
Gambar Bendera PKK .................................................... 111
Lampiran 7: Mountain Turks: State Ideology and the Kurds in Turkey 112
Lampiran 8: Sejarah Panjang Perjuangan Etnis Kurdi di Turki 120
Lampiran 9: A Revolutionary Kurdish Mullah from Turki: Mehmed
Emin Bozarlan and His Intelectual Evolution.................... 134
Lampiran 10: Bom Bunuh Diri Di Turki .............................................. 143
Lampiran 11: Kurdi Tembak Helikopter Kurdi..................................... 144
Lampiran 12: Tragedi Bangsa Kurdi .................................................... 145
Lampiran 13: Kurdi-Turki, Serangan Bertujuan Perbaiki Citra AKP .... 147
Lampiran 14: Turki Desak Irak Soal Kurdi .......................................... 148
Lampiran 15: Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Jurusan ....................... 149
Lampiran 16: Suran Ijin Menyusun Skripsi dari Fakultas ..................... 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Separatise memang menjadi masalah internasional yang cukup sensitif.
Menurut data, sejak tahun 1950-an, sekitar 70 kelompok etnis yang terkonsentrasi
di dalam sebuah wilayah geografis tertentu, terlibat dalam perjuangan senjata bagi
penentuan nasib sendiri atau gerakan separatise. Angka tersebut tentu saja lebih
tinggi dari perang antar-negara yang terjadi sejak akhir Perang Dunia ke-2.
Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan
yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani.
Islam di masa kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan
antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Khalik, Sang
Pencipta, dan juga suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di
wilayah Persia, berkembang di wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki dengan
membawa peradaban dua bangsa tersebut. Perkembangan selanjutnya
memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut ke dalam
kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat
awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan bangsa Arab.
Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh bangsa Turki sejak
tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya, arah modernisasi yang
berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang dianggap
modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai
identitas masyarakat Turki.
Dalam konteks pergulatan kekuatan politik antara dua kelompok yang
berseberangan, masalah penyitaan atensi dan interes publik adalah elemen krusial.
Unsur pers atau media, segmen asing, penyertaan emosional (emotional
attachment), heroisme kultural lokal, dan kehadiran simbol-simbol negara
menjadi instrumen politik yang dikelola cerdik oleh para aktor, inisiator, dan
provokator separatise. Separatise mengirim sinyal serius kepada masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
internasional tentang adanya realitas domestik sebuah negara. Separatise mudah
tersublimasi dalam domestic constraint yang memengaruhi opini publik dan sikap
pemerintah. Relevansi diplomasi dalam penanganan isu separatise terbatas pada
upaya meyakinkan publik internasional tentang tidak adanya alasan bagi mereka
untuk mendelegitimasi sikap tegas pemerintah dalam menumpas gerakan
separatise.
Pasca Perang Dunia I pada tahun 1918, dengan kekalahan pihak
Sentral yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa
kemunduran yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh
dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk
lagi negara-negara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk
dijadikan negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium
menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu.
Politik Kemalis ingin memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu
supaya Turki dapat masuk dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah
penghapusan kekhalifahan merupakan agenda pertama yang dilaksanakan. Pada
tanggal 1 November 1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal
menghapuskan kekhalifahan. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923
memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan
Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya
negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden
Republik Turki (Zurser, Erik J, 2003).
Orang-orang Kurdi adalah suatu kelompok etnis Indo-Eropa (Indo
European tribes) yang mayoritas menganut agama Islam Sunni dan tinggal di
wilayah Kurdistan (tanah orang-orang Kurdi). Wilayah Kurdistan terdapat di
beberapa negara seperti Turki bagian tenggara, Iran Utara, Irak Utara, dan Suriah
Utara. Jumlah Suku Kurdi secara keseluruhan diperkirakan sekitar lebih dari 20
juta orang Kurdi dan terpaksa tinggal di beberapa negara berbeda. Di Turki
terdapat sekitar 10 juta orang Kurdi; di Iran sekitar 6 juta orang Kurdi; di Irak
terdapat lebih dari 5 juta orang Kurdi; dan di Suriah 1 juta lebih. Komunitas-
komunitas yang lebih kecil ada yang tinggal di republik-republik bekas Uni Soviet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dan Lebanon serta ada juga yang telah hijrah dan menetap di Eropa, Amerika dan
Australia (http://swaramuslim.com/islam/more).
Setelah meniadakan kekhalifahan, politik Kemalisme menghapuskan
lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan lembaga ini sudah
sangat dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis, syariat adalah
benteng terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional. Lebih
lanjut, Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak tahun
1300-an sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Setelah adanya perubahan-
perubahan pemerintahan dalam negara Turki tersebut, segera terlihat bahwa
konstitusi yang diterapkan meniru pola-pola negara Eropa. Kemudian muncul
berbagai perubahan besar-besaran di Turki diantaranya adalah diberlakukanya
hak-hak umum bagi warga Negara Turki, yakni menegaskan kebebasan dan hak-
hak istimewa warga negara seperti terjadi di Barat. Dengan demikian, isi
konstitusi ini merupakan kerangka Hukum bagi negara Turki baru. Ini adalah
karakteristik kecenderungan Turki baru bahwa konstitusinya meniru pola
demokrasi barat (http://www.seputarindonesia.com).
Turki pada masa Kemal Pasha mengalami perubahan radikal, bahkan
dengan revolusioner dari orde lama ke orde baru. Kemal dengan negara barunya
memperlihatkan kecenderungan yang sangat berbeda. Ia menegaskan bahwa Turki
sebagai republik baru harus memperjuangkan cita-cita demokrasi seperti barat.
Dari sinilah awal konflik dimulai antara Suku Kurdi dengan pemerintah Turki hal
tersebut diakibatkan kebebasan yang berlaku hanya untuk kaum mayoritas bukan
untuk kaum minoritas seperti Suku Kurdi. Dari semula perjanjian Server 1925
suku Kurdi diberikan suatu wilayah yang otonom tapi sejak masa Kemal hak-hak
kaum Kurdi mulai dibatasi (Lord. Kinross, 1979).
Konflik intranegara telah menjadi ancaman serius bagi keamanan dan
perdamaian disuatu negara. Konflik tersebut apabila tidaksegera diatasi akan
mengakibatkan kehancuran dalam skala yang luas, meruntuhkan negara,
kerusakan likungan yang parah, instabilitasregional, melonjaknya jumlah
pengungsi dan jumlah korban sipil yang tinggi. Selain itu, konflik intranegara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dapat menyababkan perpecahan suatu negara. Hal tersebut merupakan gambaran
yang terjadi di Turki.
Sejak tahun 1984 hingga saat ini, pemerintah Turki masih belum bisa
mengatasi aksi para separatisme Kurdi yang telah banyak memakan korban baik
dari Turki sendiri maupun kaum Kurdi. Etnis Kurdi di Turki menginginkan
perubahan terhadap nasib mereka kemudian menuntut hak-hak yang semestinya
mereka terima, baik hak secara etnis minoritas maupun dalam skala yang lebih
luas yakni sebagai bangsa. Pemerintah Turki menganggap tuntutan tersebut
sebagai ancaman terhadap wilayah kedaulatan negara dan harus segera
ditindaklanjuti. Bagaimanapun juga konflik antara Turki dengan etnis Kurdi harus
bisa diredam agar tidak memakan lebih banyak korban jiwa dan kerugian lainnya.
Salah satu negara yang juga mengalami permasalahan tersebut adalah
Turki. Masalah Turki dengan etnis Kurdi tidak bisa dianggap remeh. Dalam
konteks tradisi negara Turki mempengaruhi kebijakan yang mereka ambil
terhadap suku kurdi. Dalam perkembangannya suku Kurdi melakukan gerakan
separatise dan mempengaruhi kedaulatan negara.
Separatisme Kurdi merupakan konflik di Turki yang terjadi semenjak
15 Agustus 1984 karena pemerintah Turki tidak menghargai hak-hak kultural dan
identitas kaum Kurdi. Hukum ditegakkan hanya untuk menyingkirkan kaum
Kurdi. Semua upaya diberlakukan untuk membatasi ruang gerak sosio-politis
bangsa Kurdi. Serangan yang terjadi di Diyarbakir, Turki, pada 12 September
Rumah, Damai di Dunia hanyalah sekadar motto bagi negara Turki (Sigit
Jadmiko, 2009).
Penyebaran suku kurdi terkosentrasi di wilayah Turki bagian
Tenggara yang mayoritas penganut islam bermazab sunni. Dalam tahap yang
paling awal, biasanya separatise muncul sebagai gerakan politik. Nasib bangsa
Kurdi di Turki tidaklah baik. Mayoritas suku Kurdi memang tinggal di Turki
bagian tenggara dan lebih setengahnya hidup berbaur di ibukota Ankara. Sebagai
keturunan bangsa Persia, suku Kurdi menjadi salah satu hambatan gerakan
nasionalisme dan sekularisme Turki. Meskipun mereka berhasil mendirikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Negara Darurat Kurdistan di wilayah Turki pada tahun 1922-1924 dan Republik
Mahabad Kurdistan tahun 1946 tetapi dapat dihancurkan oleh militer Turki.
Dampaknya sejak tahun 1924 Turki melarang penggunaan bahasa Kurdi di tempat
umum. Operasi militer besar-besaran terus dilakukan untuk menumpas gerakan
pro kemerdekaan yang mengakibatkan ribuan jiwa kehilangan nyawa. Hingga saat
ini konflik antara kedua belah pihak masih terus berlangsung dan terus memakan
korban.
Republik Turki, sejak berdirinya telah menetapkan perdamaian sebagai
pilar utama di negaranya. Damai secara realistis dan konsisten yang dipandu oleh
prinsip at Home and Peace Abroad (damai di rumah dan perdamaian di
dunia internasional) ditetapkan oleh Mustafa Kemal Pasha Atatrk. Turki
melaksanakan kebijakan luar negeri yang merupakan generator keamanan dan
stabilitas di kawasan dan sekitarnya berdasarkan sekuler demokratis dan sistem
politik, ekonomi hidup dan mendamaikan tradisi modernitas dengan identitas
budaya (Zurser, Erik J, 2003).
Para ilmuwan berpendapat, suku kurdi berasal dari suku bangsa Medes
yang masuk ke Parsi (Iran) dari kawasan Asia Tengah. Mereka menguasai daerah
pegunungan Parsi dari Tahun 614 sampai 550 sebelum Masehi. Empat belas abad
kemudian mereka memeluk agama Islam, setelah kedatangan pasukan Arab Islam
dari daratan ke daerah pegunungan Parsi (M. Riza Sihbudi,1991: 136). Kurdi
merupakan etnis yang relatif tua usia, namun kesadaran terhadap wilayah baru
muncul belakangan, bahkan sangat terlambat. Etnitas Kurdi setidaknya telah
dimulai sejak dua ribu tahun sebelum masehi. Suku Kurdi memang punya
kesadaran etnis, tetapi tidak mempunyai kesadaran kewilayahan, sebagai
konsekuensi kultur tradisional nomaden, yang hidup berpindah-pindah dari Turki
dan Iran ke lembah Mesopotamia sambil menggembala ternak dan bertani. Pasca
Perang Dunia I, ketika negara-negara mulai menetapkan garis perbatasan, barulah
kesadaran wilayah kaum Kurdi muncul, terutama karena terdesak dan terpaksa
meninggalkan pola hidup tradisionalnya, serta mulai menetap di berbagai
pemukiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Suku Kurdi mencita-citakan negara Kurdistan merdeka yang sekuler
dan demokratis. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah sebagai
minoritas etnis sehingga kepentingan bangsa Kurdi diabaikan oleh pemerintah
masing-masing negara tersebut. Suku Kurdi ingin memisahkan diri dari negara
induk masing-masing dan bercita-cita mendirikan Negara Kurdistan.
Turki ingin membantu mengamankan dan memelihara perdamaian,
kemakmuran, stabilitas dan kerjasama lingkungan yang kondusif bagi
pembangunan manusia di dalam negeri dan dunia internasional. Namun, cita-cita
Turki tidak selamanya mulus. Pengalaman sejarah telah membuktikan peliknya
permasalah yang dihadapi oleh Turki terkait dengan perlawanan separatisme yang
terus belangsung merongrong stabilitas negara. Serangkaian pemberontakan suku
kuedi untuk melepaskan wilayah Kurdistan dari Turki namun akhirnya gagal.
Konflik tersebut tidak hanya menjadi masalah di tingkat nasional tetapi
juga di tingkat Regional dan Internasional. Dampak yang ditimbulkan di tingkat
regional adalah, menegangnya hubungan antara Turki dan Irak akibat operasi
militer lintas batas yang dilakukan Turki ke wilayah Irak bagian utara pada akhir
tahun 2006 dan pada tanggal 17 Oktober 2007 di sahkanya Undang-undang yang
mengijinkan angkatan bersenjata Turki untuk melakukan serangan lintas batas
guna melumpuhkan serangkaian pemberontakan yang dilakukan oleh para
separatisme kurdi yang terkenal sebagai Partiya Kankerran Kurdistan (PKK).
Operasi tersebut dimaksudkan untuk menumpas gerakan separatisme Kurdi
terutama PKK (Partiya Karkeran Kurdistan).
Selanjutnya, dampak yang ditimbulkan bagi dunia Internasional adalah
melonjaknyaharga minyak dunia, diakibatkan operasi militer yang dilakukan oleh
pemerintah Turki ke wilayah Irak Utara yang merupakan daerah otonomi kurdi di
Irak yang juga dijadikan basis perjuangan PKK. Wilayah otonomi tersebut berada
di Kirkuk yang merupakan salah satu penghasil minyak terbesar dunia. Dengan
adanya operasi militer Turki, maka secara otomatis akan menghambat distribusi
minyak dunia dan kenaikan harga minyak di pasar internasional. Beberapa
dampak tyersebut menunjukan bahwa separatisme Kurdi tidak hanya berdampak
pada pemerintah Turki saja tetapi juga masyarakat internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berdasarkan latar belakang dari fenomena diatas, maka penulis tertarik
dalam mengkaji mengenai Sejarah Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi
Gerakan Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984-2007 .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah latar belakang gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki
sejak tahun 1984 ?
2. Bagaimanakah gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984-
2007 ?
3. Bagaimanakah dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan
separatisme Suku Kurdi tahun 1984-2007 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui :
1. Latar belakang gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki sejak tahun
1984.
2. Gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984-2007.
3. Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme
Suku Kurdi tahun 1984-2007.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai gerakan separatisme suku
kurdi di negara Turki.
b. Menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
tentang reaksi negara lain mengenai konflik suku Kurdi dengan pemerintah
Turki dan upaya dalam mengatasi gerakan separatis tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang
sejenis secara lebih mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendididikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam
sejarah luar negeri Turki dan negara Timur Tengah lainnya.
c. Diharapkan dapat menambah bacaan di perpustakaan bagi mahasiswa
ataupun pembaca pada umumnya mengenai Upaya Pemerintah Turki dalam
mengatasi gerakan separatisme Suku Kurdi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Perjuangan
a. Pengertian Perjuangan
Menurut Wojowasito (1972), perjuangan barasal dari kata
maksudnya. Perjuangan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai
suatu maksud. Perjuangan mengandung unsur usaha dan tujuan. Usaha ini
dimaksud sebagai cara dan ikhtiar yang digunakan dalam proses untuk
mencari yang diinginkan. Sedangkan tujuan merupakan sasaran akhir
setiap usaha yang dilakukan, baik oleh individu maupun kelompok
(hlm.25).
Menurut Maurice Deverger (1988), mendefinisikan perjuangan
dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1) Kaum Konsevatif tradisioanal menganggap bahwa perjuangan adalah usaha untuk merebut kekuasaan dan menempatkan elite (mereka yang mampu melaksanakan kekuasaan) melawan massa (mereka yang menolak untuk mengakui superioritasalami dari elite dan haknya untuk memerintah).
2) Kaum Liberal melihat perjuangan dalam bidang politik sama perjuangan ekonomi yaitu sebagai suatu bentuk struggle for life yang secara mendasar menempaklan suatu spesies tertentu melawan yang lain.
3) Kaum Marxis melihat perjuagan disebabkan oleh perjuangan kelas yaitu pertentangan antara kelompok social yang terjadi dalam masyarakat karenaadanya perbedaan kepentingan (hlm.171-178).
Sukarno (1984), mengartikan perjuangan dalam arti luas yaitu
membangun materiil dan moril agar mencapai kehidupan yang lebih baik.
Selanjutnya dikemukakan tentang perjuangan individu yaitu perjuangan
mempergunakan atau mengalahkan keadaan agar eksistensinya (luar
dalam) tumbuh dan berkembang. Dari pengertian ini, perjuangan oleh
Sukarno diartikan sebagai membangun. Sarana dan prasarana adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mempergunakan keadaan agar eksistensinya tetap subur dan berkembang
(hlm.9).
Dari berbagai pengertian tentang perjuangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa perjuangan adalah suatu usaha atau ikhtiar yang
dilakukan individu maupun kelompok untuk mencapai suatu maksud dan
tujuan yang diharapkan. Perjuangan yang dilakukan oleh suku kurdi
berjuang untuk memperoleh hak-haknya yang dibatasi oleh pemerintah
Turki serta mempertahankan identitas dan sistem budaya suku Kurdi.
b. Macam-macam Perjuangan
Maurice Deverger (1988), menyebutkan perjuagan dalam dua
bentuk yaitu perjuangan terbuka dan perjuangan diam-diam, berkaitan
dengan dua tipe rezim politik terbesar. Dalam demokrasi, perjuangan
politik terjadi secara terbuka, disaksikan secara penuh oleh publik.
Sedangkan dalam rezim Aristokrasi, perjuangan diam-diam harus
dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan ditutup-tutupi (hlm.315).
Perjuangan dikategorikan dalam dua wujud atau bentuk, yaitu
perjuangan fisik dan nonfisik. Perjuangan fisik adalah suatu bentuk usaha
perlawanan untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan benda,
baik berupa senjata maupun benda-benda lain yang digunakan. Sedangkan
perjuangan nonfisik adalah suatu usaha ikhtiar dan perlawanan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan tanpa menggunakan benda sebagai
sarananya. Perjuangan nonfisik lepas dari kekerasan aktual dan lebih
mengarah pada usaha yang bersifat damai (Max Weber, 1985).
Perjuangan nonfisik merupakan perjuangan yang lebih
mengarah pada politik diplomasi. Diplomasi berarti tidak melakukan
tindakan politik agresif terhadap musuh. (Selo Soemarjan, 1978 : 78)
Perjuangan nonfisik atau damai dapat dilakukan dengan perundingan-
perundingan sebagai alternatif penyelesaian suatu masalah. Perjuangan ini
merupakan usaha-usaha politik yang dapat menempatkan daripada posisi
yang menguntungkan dalam arti mencegah kerugian-kerugian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
diderita jika dibandingkan dengan perjuangan yang menggunakan
kekerasan.
Perjuangan fisik lebih mengarah konfrontasi fisik dalam
mencapai tujuan. Pertempuran, peperangan, penggulingan kekuasaan
dengan kudeta, bentrokan bersebjata merupakan contoh perjuan fisik,
banyak contong kearah negatif seperti kematian, cacat seumur hidup,
kerusakan harta benda, kehilangan keluarga bahka habisnya populasi
penduduk di suatu wilayah. Sarana perjuangan fisik dapat berupa senjata-
senjata tajam, benda-benda tumpul, senjata-senjata api, bahkan senjata
yang sangat mematikan lainnya yaitu nuklir.
Perjuangan suku Kurdi untuk memperoleh hak-hak dan
otonomi sebagai warga negara Turki lebih condong pada perjuangan fisik
dengan seringnya terjadi peperangan dan melawan pemerintah Turki yang
juga mengerahkan kekuatan militernya untuk melumpuhkan gerakan
separatisme Suku Kurdi. Akibat yang ditimbulkan dari seringnya terjadi
pertempuran antara kedua belah pihak banyak terjadi korban jiwa dan
banyak orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.
c. Faktr-Faktor Penunjang Keberhasilan Perjuangan
Menurut Sukarno (1984), besar kecilnya keberhasilan dan
kemauan untuk berjuang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya
adalah:
1) Menarik tidaknya tujuan atau cita-cita yang memanggil. 2) Adanya rasa mampu, rasa biasa, rasa sanggup di kalangan massa
itu. 3) Adanya tenaga atau kekuatan yang ada di dalam individu maupun
kelompok massa (hlm. 6).
Dari pendapat Sukarno di atas, dapat dijabarkan bahwa suatu
perjuangan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern, baik secara individu
maupun kelompok. Faktor intern tersebut merupakan faktor yang berasal
dari dalam individu sehingga memotivasi diri untuk melakukan
perjuangan. Faktor dari dalam diri antara lain motivasi pribadi, adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kemauan, adanya rasa optimis akan tercapainya tujuan dan rasa mampu
untuk melakukannya. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal
dari luar individu maupun kelompok yang mendukung poerjuangan.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa materi dan nonmateri. Materi sebagai
contohnya adalah keuangan, sarana dan prasarana dalam perjuangan,
sedangkan nonmateri dapat berwujud dukungan.
Gerakan-gerakan separatisme di Turki telah menjadi duri
dalam daging bagi proses integrasi Negara Turki. Perjuangan Kurdi ini
bernama Kurdistan Workers Party ( Partiya Karkeran Kurdistan: PKK),
yang berbasis di Turki bagian Tenggara dan dianggap sebagai tanah air
bangsa Kurdi, dimana mereka menyatakan pemerintahan sendiri, dan
melancarkan kampanye serta serangan bersenjata kepada pemerintah
Turki. Aktifitas-aktifitas para gerilyawan PKK ini selain banyak
melancarkan serangan kepada pemerintah Turki, juga menyerang warga
sipil Turki yang dianggap tidak mau bekerjasama dengan PKK. Pada
dasarnya keinginan bangsa kurdi menginginkan agar hak-hak etnis Kurdi
dikembalikan termasuk hak otonom wilayah Kurdi. Pemerintah
menganggap hal ini adalah sebuah pemberontakan dan harus dilumpuhkan
agar tidak mengganggu instabilitas Negara Turki sendiri.
2. Suku Kurdi
a. Pengertian Etnis
Menurut Alo Liliweri (2001), etnisitas berhubungan dengan
konsep tentang etnis, antara lain :
1) etnichos
digunakan untuk menerangkan keberadaan sekelompok penyembah
berhala atau kafir. Dalam perkembangannya, istilah etnis mengacu
pada kelompok yang diasumsikan sebagai yang fanatik dengan
ideologinya.
2) Etnisitas yang merujuk pada penggolongan etnis berdasarkan afiliasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Etnosentrisme merupakan sikap emosional semua kelomok etnis, suku
bangsa agama, atau golongan yang merasa etnisnyasuperior daripada
etnis lainnya.
4) Etnografi adalah salah satu bidang antropologi yang mempelajari
secara deskriptif suatu kelompok etnis tertentu.
5) Etnologi mempelajari perbandingan kebudayaan kontemporer dan
masa lalu dan suatu etnis.
Menurut Kamus Indonesia Kontemporer (1991), etnis
berkenaan dengan perbedaan kelompok dalam suatu masyarakat yang
didasarkan atas adat istiadat, bahasa, kebudayaan atau sejarahnya (hlm.
409).
Menurut Barth dan Zastrow yang dikutip Alo Liliweri, etnis
adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa
ataupu kombinasi dari kategori tersebut yang terkait pada system nilai
budayanya (hlm.335).
Menurut Narroll yang dikutip Fredrik Barth (1988), kelompok
etnis dikenal sebagai populasi yang :
1) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan. 2) Mempunyai nilai-nilai yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan
dalam suatu bentuk budaya. 3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri. 4) Menentukan ciri-ciri kelompok sendiri yang diterima oleh
keolmpok lain dan dapat dibedakan dalam kelompok populasi lain (hlm.11).
Pendapat Donal L. Horowitz yang dikutip Larry Diamond dan
Marc. F. Plattner (1998), mendefinisikan kelompok etnis sebagai suatu
kelompok yang sangat eksklusif dan relative berskala besar yang
didasarkan pada ide tentang kesamaan asal-usul, keanggotaan yang
terutama berdasarkan kekerabatan, dan secara khusus menunjukan kadar
kekhasan budaya, yang mencakup kelompok-kelompok yang dibedakan
oleh warna kulit, bahasa dan agama. Etnis meliputu suku bangsa, ras,
kebangsaan dan kasta (hlm.20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Koentjaraningrat (1990), suku bangsa atau dalam
bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis) adalah suatu golongan
Kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa
(hlm.264).
Fredrik Bart (1988), mendefinisikan kelompok etnis adalah
suatu kelompok yang terbentuk karenaadanya ciri yang ditentukan oleh
kelompok itu sendiri, yang kemudian membentuk pola tersendiri dalam
hubungan interaksi antara sesamanya (hlm.10).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wtnis
atau kelompok etnis adalah suatu kelompok yang didasarkan pada
kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa, kebudayaan dan wilayah yang
ditandai oleh persamaan ikatan batin diantara anggotanya.
Melihat dari beberapa pengertian etnis dapat disimpulkan
bahwa suku Kurdi adalah sebagai suatu kelompok etnis di Turki selain
etnis Arab dan etnis minoritas lainnya. Suku Kurdi sebagai kelompok etnis
mempunyai kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa (Kurmanji dan
Sorani/Kurdi), kebudayaan, dan wilayah.
b. Suku Kurdi
kesatuan social yang yang dapat dibedakan dari kesatuan social lain
berdasarkan perbedaan kebudayaan (hlm.77). menurut Koentjaraningrat
(1990), suku bangsa dalam bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis)
adalah suatu golongan manusia yang terkait kesadaran dan identitas akan
kesatuan bahasa. Menurut L. Horowitz, etnis meliputi suku bangsa, ras
kebangsaan dan kasta (Larry Diamond dan Marc F. Plattner,1998)
(hlm.20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Suku Kurdi merupakan suatu kelompok etnis di Turki selain
etnis Arab dan etnis minoritas Turkoman serta Assirya. Suku Kurdi adalah
suatu kelompok etnis Indo-Eropa (Indo European tribes) yang mayoritas
menganut agama Islam Sunni dan tinggal di Wilayah Turki bagian Utara.
Wilayah orang-orang Kurdi meliputi beberapa Negara seperti Iran, Irak,
dan Suriah. Suku Kurdi berasal dari bangsa Medes yang masuk ke Parsi
dari tahun 614 sampai 550 sebelum Masehi. Suku Kurdi sebagai kelompok
etnis memiliki bahasa sendiri yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
yakni Kurmanji dan Sorani/kurdi. Suku Kurdi merupakan etnis yang relatif
tua, tetapi kesadaran terhadap wilayah sebagai tempat mereka tinggal baru
muncul belakangan dan terlambat sebagai konsekuensi atas kultur
tradisional nomaden, yang hidup berpindah-pindah sambil ternak dan
bertani. Pasca Perang Dunia I, ketika Negara-negara mulai menetapkan
garis perbatasan, barulah kesadaran wilayah suku Kurdi muncul, terutama
karena terdesak dan terpaksa meninggalkan pola hidup tradisionalnya,
serta mulai hidup menetap (M.Riza Sihbudi, 1991).
Suku Kurdi mencita-citakan negara Kurdistan merdeka yang
demokratis. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah
sebagai minoritas etnis sehingga kepentingan bangsa Kurdi diabaikan oleh
pemerintah masing-masing negara tersebut. Suku Kurdi ingin memisahkan
diri dari negara induk masing-masing dan bercita-cita mendirikan Negara
Kurdistan. Hal tersebut dibuktikan dengan dijalinnya kerjasama antara
suku kurdi di negara satu dengan yang lainnya demi tujuan bersama yaitu
mendirikan Kurdistan. Sebagai contoh adalah pada tahun 1999 adanya
pembantaian suku Kurdi oleh pemerintah Irak maka bayak suku Kurdi
yang lari dan mengungsi di Turki. Dari sinilah dapat dilihat bahwa Kurdi
di Negara satu dengan yang lain saling mendukung dan membantu dan
nasionalisme antar etnis menjadi lebih kuat. Di Turki sendiri kesadaran
atas etnis kurdi diwujudkan dengan didirikannya partai PKK sebagai
wadah perjuangan para separatis kurdi dalam memperoleh hak-hak bangsa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kurdi yaitu membentuk sebuag negara yang otonom bagi bangsa Kurdi
(M.Riza Sihbudi, 1991).
3. Konflik
a. Pengertian Konflik
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
terdapat adanya suatu konflik baik konflik sosial maupun konflik politik
atas dasar kepentingan atau perbedaan.
Menurut D.O.C Hendropuspito (1989) pengertian konflik
adalah :
Kata konflik berasal dari kata Latin confligere yang berarti
didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha untuk menyingkirkan pihak lain dengan
(hlm. 247).
Menurut Soerjono Soekanto (1990), pertentangan atau
pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannnya dengan jalan menantang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan (hlm. 98-
99).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwodarminto
(1990), konflik diartikan dengan percecokan, perselisihan, pertentangan
yang terjadi pada satu tokoh atau lebih. Konflik dapat terjadi karena
ketidaksesuaian ide atau ketidakcocokan suatu paham atau kepentingan
(hlm. 45).
K.J Holtsi (1988 : 168) mendefinisikan konflik secara singkat
yaitu ketidaksesuaian sasaran, nilai, kepentingan atau pandangan antara
dua pihak atau lebih. Menurut Ariyono Suyono ( 1985 : 211) konflik
adalah keadaan dimana dua atau lebih dari dua pihak berusaha
menggagalkan tujuan masing-masing pihak karena adanya perbedaan
pendapat nilai-nilai atau tuntutan dari masing-masing pihak. K.J Veerger
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(1988 : 210) yang mengutip pendapat Lewis A. Coser menyatakan bahwa
konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan berkenaan
dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya
tidak mencukupi, dimana pihak-pihak yang berselisih tidak hanya
bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan melainkan juga
memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan.
Kartini Kartono (1990) memberikan rumusan mengenai konflik
yaitu semua benturan, tabrakan, ketidaksesuain, ketidakserasian,
pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi yang antagonistis
bertentangan (hlm.173).
Clinton F. Fink dalam Kartini Kartono (1988 : 173)
mendefinisikan konflik sebagai berikut :
a. Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonistis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bias disesuaikan, interest-interest eksklusif dan tidak bias dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda.
b. Konflik ialah interaksi yang antagonistis, mencakup: tingkah laku lahiriah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus terkontrol, tidak langsung; sampai pada bentuk perlawanan terbuka, kekerasan, perjuangan tidak terkontrol, benturan latent, pemogokan, huru-hara, makar, gerilya perang dan lain-lain.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian konflik diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang
antagonistis terjadi sebagai akibat perbedaan paham atau perselisihan
tentang tuntutan terhadap suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang
sedang berselisih, sehingga menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak
lawan guna mencapai perubahan yang dikehendaki kelompoknya.
Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah
Turki disebabkan karena adanya perselisihan tentang tuntutan sesuatu
yakni keinginan suku Kurdi Turki untuk memperoleh otonomi di
Kurdistan sebagai tempat untuk suku Kurdi dapat mengatur diri dan
mempertahankan identitas serta sistem budaya mereka. Tuntutan untuk
memberikan otonomi penuh ditolak oleh Pemerintah Turki. Pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Turki ingin mengamankan sumber minyaknya yang merupakan
penghasilan utama dan menjaga integritas bangsanya. Karena merasa
tuntutannya tidak terpenuhi, maka suku Kurdi melancarkan perlawanan
hingga terjadi beberapa kali peperangan antara kedua belah pihak.
b. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik
Menurut Abu Ahmadi (1975), konflik biasanya ditimbulkan
oleh adanya kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan
ekonomi dan sering juga karena perebutan kekuasaan dan kedudukan
(hlm.93).
Sebab atau akar dari timbulnya konflik adalah sebagai berikut:
1) Perbedaan antara individu-individu
Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan
bentrokan antara mereka.
2) Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari
pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta
perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak
sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan
pola-pola pendirian kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat
pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.
3) Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan
sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam
ada kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya. Dalam hal ini
konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak
yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya.
4) Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara
waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda
pendiriannya mengenai reorganisasi sistem nilai (Soejono Soekanto,
1990).
T. Hani Handoko (1992) menyebutkan penyebab terjadinya
konflik yaitu :
1) Komunikasi
Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit
dimengerti atau informasi yang mendua dan tidal lengkap serta gaya
individu pemimpin yang tidak efektif.
2) Struktur
Pertarungan kekerasan dengan kepentingan-kepentingan atau sistem
penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan
sumber-sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau
lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan
mereka.
3) Pribadi
Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi pengikut atau
bawahan dengan perilaku yang diperankan atasan dan perbedaan nilai-
nilai atau persepsi.
Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah
Turki disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak
yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya. Secara politik,
suku Kurdi menuntut pemberian status otonomi di wilayah Kurdistan di
Turki bagian tenggara kepada Pemerintah Turki, tetapi tuntutan tersebut
tidak dipenuhi oleh Pemerintah Turki dengan alasan menjaga keutuhan
bangsa. Secara ekonomi, wilayah kurdi di Turki bagian tenggara yang
merupakan penghasil minyak dan gas terbesar yang berada diantara
perbatasan Irak Mosul dan Kirkuk. Serta dikhawatirkan keinginan suku
Kurdi yang ingin mendirikan sebuah Negara otonom Kurdistan
mengganggu stabilitas pemerintahan Turki. Dalam bidang budaya suku
kurdi dilarang menggunakan bahasa kurdi, dan dilarang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
identitas yang menunjukkan kesukuannya, dengan sebab tersebut diatas
maka timbullah rasa kekecewaan yang dalam terhadap pemerintah Turki
dan puncak kekecewaan tersebut bterjadi pada tahun 1984 dengan
dilarangnya suku kurdi merayakan tahun baru kurdi.
c. Bentuk Konflik
Menurut Pheni Chalid (2005), konflik dikelompokkan dalam
kategori sifat, motif dan bentuk, yaitu :
1) Berdasarkan sifatnya, terdiri atas :
a) Konflik bersifat laten, yaitu ketika pertentangan dan ketegangan
diantara pelaku konflik samar dan tidak jelas, namun telah ada
dalam diri pelaku konflik, seperti penilaian negatif terhadap lawan
yang dikontruksi melalui proses budaya sehingga menciptakan
penilaian stereotip satu etnis terhadap etnis lain. Selain itu, ketika
pihak yang merasa tertindas tidak dapat mengungkapkan protes
dan perlawanan, karena berada pada posisi tawar yang rendah, baik
secara kultural maupun struktural, maka konflik berlangsung
secara laten.
b) Konflik bersifat manifes, yaitu konflik yang dapat terjadi secara
spontan dan juga adanya ketidakseimbangan dalam masyarakat,
seperti perilaku tidak adil, ketimpangan sosial, politik dan
ekonomi.
2) Berdasarkan motifnya, terdiri atas :
a) Konflik irasional, yaitu konflik berdasarkan perspektif
utilitirianisme, individu selalu mempertimbangankan aspek
kepentingan pribadinya (keuntungan) dalam berhubungan dengan
sesamanya.
b) Konflik emosional, yaitu konflik yang dilandasi emosi karena
adanya perasaan untuk membela dan mempertahankan kepentingan
kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Berdasarkan bentuknya, terdiri atas :
a) Konflik vertikal, yaitu konflik terjadi karena suatu kelompok
menghadapi ketidakseimbangan distribusi sumber daya akibat
dominasi politik satu kelompok yang kuat menutup jalan bagi
kelompok lain untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya
yang menjadi kepentingan bersama.
b) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi karena masing-
masing kelompok ingin menunjukkan identitas budaya yang
dimiliki yang melibatkan masalah sosial, politik dan ekonomi.
K. J. Holtsi (1988: 174), menyebutkan ada enam bentuk utama
dari konflik yaitu :
1) Konflik wilayah terbatas, dimana terdapat pandangan yang tidak cocok
dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada
hak-hak yang dinikmati suatu negara di atau dekat wilayah negara lain.
2) Konflik yang berkaitan dengan komposisi pemerintah. Tipe konflik ini
sering mengandung nada tambahan idiologis yang kuat, maksudnya
adalah menjatuhkan rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu
pemerintahan yang cenderung lebih menguntungkan kepentingan
pihak yang melakukan intervensi.
3) Konflik kehormatan nasional, dimana pemerintah mengancam atau
bertindak untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga.
4) Imperialisme regional, di mana suatu pemerintah berusaha untuk
menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya demi kombinasi
tujuan idiologis, keamanan dan perdagangan.
5) Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan satu
negara untuk membebasakan rakyat negara lain, biasanya karena
alasan etnis atau idiologis.
6) Konflik yang timbul dari tujuan suatu pemerintah untuk
mempersatukan suatu negara yang pecah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut Ramlan Surbakti (1992) konflik dapat dibedakan
menjadi dua yaitu konflik yang berwujud kekerasan dan konflik non
kekerasan. Konflik yang mengandung kekerasan biasanya terjadi dalam
masyarakat negara yang belum memiliki konsesus bersama tentang dasar,
tujuan negara dan lembaga pengatur atau pengendali konflik yang jelas.
Pemberontakan, sabotase merupakan contoh konflik yang mengandung
tindak kekerasan. Konflik yang berwujud non kekerasan biasanya terjadi
pada masyarakat yang telah memiliki dasar tujuan yang jelas sehingga
penyelesaian konflik sudah bias ditangani melalui lembaga yang ada.
Adapun konflik non kekerasan biasanya berwujud perbedaan kelompok
antar kelompok (individu) dalam rapat, pengajuan petisi kepada
pemerintah, polemik melalui surat kabar atau sebagainya (hlm. 243).
Soerjono Soekanto (1990) menyebutkan bahwa konflik
mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain :
1) Konflik pribadi
Konflik ini berupa pertentangan antar individu yang terjadi dalam
suatu hubungan sosial.
2) Konflik rasial
Konflik ini terjadi karena perbedaan pada ciri-ciri fisik, perbedaan
kepentingan dan kebudayaan diantarakelompok atau golongan.
3) Konflik antara kelas-kelas sosial
Konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya
perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.
4) Konflik politik
Konflik ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam suatu
masyarakat maupun antara negara-negara yang berdaulat. Konflik
yang terjadi antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki ini termasuk
dalam konflik politik. Keberadaan gerakan separatis Kurdi ini
mengancam instabilitas dan politik Negara.
5) Konflik yang bersifat internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Konflik ini disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang
kemudian merembes ke kedaulatan negara. Mengalah berarti
mengurangi kedaulatan negara dan itu berarti kehilangan muka dala
forum internasional.
Konflik antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki
merupakan bentuk konflik politik di Turki yang berujung pada tindak
kekerasaan dalam wujud pemberontakan yang dilakukan suku Kurdi
terhadap Pemerintah Turki untuk memperjuangkan tuntutannya yakni
memperoleh otonomi di Kurdistan dan memperoleh hak-hak suku kurdi
yang selama ini dibatasi oleh pemerintah. Pemberontakan yang dilakukan
suku Kurdi dihadapi oleh Pemerintah Turki dengan mengerahkan kekuatan
militernya sehingga mengakibatkan terjadinya peperangan antara kedua
belah pihak. Sebagai wadah dari perjuang suku Kurdi adalah Partiya
Karkeran Kurdistan (PKK).
d. Cara Penyelesaian Konflik
Menurut Mawasdi Rauf (2001), penyelesaian konflik adalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan
konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah : (1)
semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan
antara pihak-pihak yang berkonflik ; (2) semakin meluasnya konflik, yang
berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang
berkonflik yang berakibat konflik semakin mendalam dan meluas, bahkan
menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua
kelompok masyarakat yang terpisah dan bermusuhan. Ada dua cara
penyelesaian konflik yaitu :
1) Secara persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah
untuk mecari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-
pihak yang berkonflik melakukan perundingan, baik antara mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai
mediator atau juru damai.
2) Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman
kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara
pihak-pihak yang terlibat konflik.
Cara penyelesaian konflik antara suku Kurdi dengan
Pemerintah Turki lebih sering diupayakan secara koersif yakni dengan
menggunakan kekerasan fisik. Kedua belah pihak yang berkonflik terlibat
peperangan guna mempertahankan kepentingan masing-masing.
Penyelesaian konflik secara persuasif atau perundingan antara kedua belah
pihak juga sudah diupayakan, seperti di tahun 2006 diadakan perjanjian
gencatan senjata antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki yang berhasil
menurunkan eskalasi konflik diantara kedua belah pihak.
Menurut D.O.C Hendropuspito (1989), cara penyelesaian
konflik yakni :
1) Konsolidasi
Konsolidasi berasal dari kata Latin concilioto atau perdamaian, yaitu
suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna
mencapai persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam proses ini
pihak-pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ketiga
yang bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan yang
dianggapnya baik kepada kedua pihak yang berselisih untuk
menghentikan sengketanya.
2) Mediasi
Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara untuk
menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang perantara
(mediator). Seorang mediator tidak berwenang untuk memberikan
keputusan yang mengikat (hanya bersifat konsultatif). Pihak-pihak
yang bersengketa sendirilah yang harus mengambil keputusan untuk
menghentikan perselisihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Arbitrasi
Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan,
dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan yang
mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang
hakim harus ditaati.
4) Paksaan (Coercion)
Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan
menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Pihak yang biasa
menggunakan paksaan adalah pihak yang kuat, pihak yang merasa
yakin menang dan bahkan sanggup menghancurkan pihak musuh.
5) Detente
Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan, yang
berarti mengurangi hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai
guna persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam rangka
pembicaraan tentang langkah-langkah mencapai perdamaian.
Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 77-78) cara penyelesaian
konflik mempunyai beberapa bentu, yaitu :
1) Coercion, adalah suatu cara penyelesaian konflik yang prosesnya
dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, di mana salah-satu pihak
berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak
lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (secara !angsung),
maupun secara psikologis (secara tidak langsung).
2) Compromise, adalah suatu cara penyelesaian konflik, pihak-pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat
sanakan compromise ada!ah bahwa salah satu pihak bersedia untuk
merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula
sebaliknya.
3) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya
sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipi!ih oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih
tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.
4) Mediation, adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan
mengundang pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang
ada. Pihk ketiga tersebut tugas utamanya adalah mengusahakan suatu
penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai
penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-
keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
5) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama.
6) Toleration (tolerant-participation) adalah suatu cara penyelesaian
konflik tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang
toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
7) Stalemate, adalah suatu cara penyelesaian konflik di mana pihak-pihak
yang bententangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang
berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
Hal ini disebabkan karena bagi kedua belah pihak sudah tidak ada
kernungkinaa lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
8) Adjudication, adalah suatu cara penyelesaian konflik atau sengketa di
pengadilan.
Cara penyelesaian konflik antara suku Kurdi dengan
Pemerintah Turki lebih sering diupayakan secara koersif yakni dengan
menggunakan kekerasan fisik. Kedua belah pihak yang berkonflik terlibat
peperangan guna mempertahankan kepentingan masing-masing.
Penyelesaian konflik secara persuasif atau perundingan antara kedua belah
pihak juga sudah diupayakan, seperti di tahun 2000 diadakan perjanjian
gencatan senjata antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki yang berhasil
menurunkan eskalasi konflik diantara kedua belah pihak. Dalam
mengatatasi gerakan separatisme kurdi pemerintah menerapkan kombinasi
antara kebijakan represi dan integrasi secara konsisten. Kedua belah pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang berkonflik terlibat peperangan guna mempertahankan kepentingan
masing-masing. Penyelesaian konflik secara persuasif atau perundingan
antara kedua belah pihak juga sudah diupayakan, pendekatan secara
diplomatik terhadap Negara-negara tetangga Iran, Irak, dan Suriah untuk
bersama-sama mengatasi pemberontakan separatisme kurdi.
e. Akibat Konflik
Menurut D.O.C Hendropuspito (1989), konflik fisik berupa
bentrokan antara individu dengan individu, kerabat dengan kerabat, suku
dengan suku, bangsa dengan bangsa, golongan agama yang satu dengan
yang lain, umumnya mendatangkan penderitaan bagi kedua pihak yang
terlibat, seperti korban jiwa, material dan spiritual serta berkobarnya
kebencian dan balas dendam. Apabila konflik terjadi di suatu negara yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dan bersifat separatif, konflik juga
menghambat persatuan bangsa serta integrasi sosial dan nasional.
Menurut Soerjono Soekanto (1990) akibat yang ditimbulkan
oleh terjadinya pertentangan atau konflik adalah :
1) Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan
dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok
biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban
demi keutuhan kelompoknya.
2) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
3) Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung
di dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang
menaruh simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang
tahan menghadapi situasi demikian, akan tetapi banyak pula yang
merasa tertekan, sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya.
4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu
bentuk konflik yakni peperangan telah menyebabkan penderitaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berat, baik bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam
bidang kebendaan maupun bagi jiwa raga manusia.
5) Akomodasi, dominasi dan takluknya salah-satu pihak.
Akibat dari konflik suku Kurdi dengan pemerintah Turki yang
sering berujung pada peperangan antara kedua belah pihak adalah jatuhnya
korban baik materiil ataupun jiwa di kedua belah pihak terutama suku
Kurdi. Hal tersebut dapat dilihat dengan hancurnya harta benda dan
banyak korban yang jatuh atas pertempuran dari kedua belah pihak, yang
menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. Munculnya perubahan sikap
antara individu yaitu muncul kesadaran serta solidaritas antar etnis dalam
mewujudkan cita-cita mendirikan sebuah Negara Kurdistan bagi orang-
orang Kurdi. Hingga awal 2007 pembantaian suku kurdi menewaskan
hampir 40.000 korban jiwa dan ribuan warga sipil Turki yang tak bersalah.
Hingga saat ini konflik antara pemerintah Turki dengan kaum separatis
Kurdi masih berlangsung.
4. Gerakan Separatisme
a. Pengertian Gerakan Separatisme
Gerakan Separatisme menurut Julius Pour dalam bukunya
memaparkan
bahwa: Gerakan Separatis adalah suatu gerakan untuk mendapatkan
kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia,
Gerakan separatis biasanya berbasis nasionalisme atau kekuatan religious
(Julius Pour, 2008 : 3).
Gerakan Separatisme merupakan paham atau gerakan untuk
memisahkan diri (mendirikan negara sendiri) Separatisme selalu dipahami
sebagai gerakan yang bersifat politis untuk mendapatkan kedaulatan dan
memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok
dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau suatu
negara lain) (Julius Pour, 2008 : 4). Gerakan Separatisme muncul akibat
berbagai faktor, seperti faktor ideologi, ketidak adilan, kesejahteraan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kebijakan politik dan penggunaan kekerasan yang melanggar HAM
sehingga timbullah pergerakan untuk membebaskan dan memerdekakan
diri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) menyebutkan
separatisme sebagai orang atau golongan yang memiliki faham
memecahkan belah persatuan golongan (bangsa) untuk mendapatkan
dukungan (hlm.820).
Gerakan separatisme sebagaimana dijelaskan oleh Bambang
Cipto (2003) dalam Jurnal Ilmu Sosial adalah gerakan memisahkan diri
yang dilakukan sebuah komunitas dari sebuah bangsa merupakan gejala
universal yang sudah cukup lama berkembang dan mengancam keamanan
suatu Negara (hlm.13).
Konsep Separatisme berkaitan erat dengan pembentukan
negara. Sejumlah gerakan separatis memiliki sejarah panjang rasa benci
kepada pemerintah pusat dan kelompok suku atau agama yang dominan.
Hal tersebut lah yang membuat konsep ini terlahir sebagai wujud dari
penentangan terhadap pemerintah (Dewi Fortuna. A, 1998: 210).
Konsep Gerakan separatisme terlahir akbiat adanya paham atau
gerakan untuk memisahkan diri (mendirikan negara sendiri). Hal ini
merupakan salah persepsi dan penyempitan makna. Hal itu dikarenakan
bahwa separatisme dapat menunjukkan bentuknya tidak hanya dalam
negara, namun juga agama, organisasi, bahkan suku. mulai dari aksi
gerakan politik yang dilandasi prinsip agama.
Konflik antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki ini dapat
dikatakan sebagai sebuah gerakan separatisme. Suku Kurdi menginginkan
sebuah otonomi penuh terhadap wilayah Kurdi di Turki sebagai daerah
otonom Kurdistan. Gerakan separatisme Kurdi di Turki ini menuntut
pemberlakuan Bahasa Kurdi dan Budaya Kurdi di kawasan Turki bagian
tenggara. Bagi pemerintah Turki gerakan separatis Kurdi ini merupakan
persoalan yang sangat serius karena berkaitan dengan aspek ekonomi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
militer. Bahkan juga muncul gerakan-gerakan yang berhaluan keras dari
suku Kurdi yaitu berdirinya Partiya Kankeran Kurdistan (PKK atau Partai
Pekerja Kurdi). Partai ini menjadi sarana untuk menampung aspirasi dan
perjuangan suku Kurdi di Turki. Konflik ini sering diwarnai dengan
peperangan antara kedua belah pihak dan menimbulkan akibat yang sangat
besar baik untuk Kurdi sendiri maupun pemerintah Turki.
b. Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Separatisme
Faktor penyebab munculnya gerakan separatisme menurut
Larry Diamond yang dikutip oleh Bambang Cipto (2003) adalah:
1) Tajamnya perbedaan etnis, bahasa, agama, dan budaya pada setiap
wilayah dalam satu Negara. Dalam hal ini menunjukan tingkat
homogenitas yang cukup tinggi dan memicu terjadinya konflik.
2) Perbedaan sosial dan ekonomi yang menciptakan polarisasi kehidupan
politik dan sosial. Kemajuan ekonomi dalam setiap wilayah dan
ketidaksetaraan pembangunan, yang menimbulkan kesenjangan sosial
antar suatu wilayah.
3) Adanya rasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat.
Munculnya rasa tidak puas terhadap pemerintah pusat ini dapat
menimbulkan konflik yang dan menciptakan gerakan separtisme yang
menuntut agar pemerintah memperhatiakan wilayah atau suku yang
dirugikan oleh kebijakan pemerintah.
4) Adayna campur tangan Negara lain, khususnya Negara besar yang
bersifat tidak menentu dan tergantung pada posisi strategis Negara
bersangkutan dan kepentingan Negara besar terhadap Negara tersebut.
Konflik antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki ini dapat
dikatakan sebagai sebuah gerakan separatisme. Suku Kurdi menginginkan
sebuah otonomi penuh terhadap wilayah Kurdi di Turki sebagai daerah
otonom Kurdistan. Fartor penyebab konflik antar suku Kurdi dengan
pemerintah Turki diantaranya seperti yang dijelaskan oleh Bambang
Cipto yang mengutip dari bukunya Larry Diamond yaitu tajamnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perbedaan etnis, bahasa, agama, dan budaya pada setiap wilayah dalam
satu negara. Dalam hal ini, konflik antara suku Kurdi dengan pemerintah
Turki dipicu karena adanya perbedaan etnis, bahasa, agama dan budaya
yang sangat mencolok.
Pemerintah Turki menginginkan seluruh warga negara Turki
yang diakui adalah hanya orang Turki dengan menghilangkan seluruh
aspek kesukuan baik bahasa dan budaya etnis. Jika suku Kurdi ingin
menjadi warga Negara Kurdi, harus menghilangkan segala benrtuk
kesukuannya. Adanya kesenjangan sosial ekonomi dan sosial juga menicu
timbulnya konflik antara pemerintah Turki dengan suku Kurdi yaitu hak-
hak berpolitik dan memperoleh pendidikan dari suku Kurdi dikurangi,
kemudian suku Kurdi disebut sebagai suku pegunungan yang miskin dan
tidak berpendidikan. Hal ini yang dapat menimbulkan rasa tidak puas
terhadap pemerintah pusat yang sering tidak memperhatikan hak-hak
minoritas etnis dan mimicu konflik yang diwujudkan dalam sebagai
gerakan separatisme Kurdi.
5. Kebijakan
a. Pengertian Kebijakan
Secara harifah ilmu kebijakan menurut Dror yang dikutip oleh
Masofa adalah terjemahan langsung dari kata policy science. Beberapa
penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles Jones, Lee
Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah publik policy dan publik
policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan
atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya
dikaitkan dengan keputusan pemerintah karena pemerintahlah yang
mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat,
dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan
pengertian public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti
pemerintah, masyarakat atau umum. Dengan demikian, perbedaan makna
antara perkataan kebijaksanaan dan kebijakan tidak menjadi persoalan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
selama kedua istilah itu diartikan sebagai keputusan pemerintah yang
relatif bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum.
Perbedaan kata kebijakan dengan kebijaksanaan berasal dari
keinginan untuk membedakan istilah policy sebagai keputusan pemerintah
yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat,
dengan istilah discretion
bersifat kasuistis untuk sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Keputusan
yang bersifat kausitis (hubungan sebab akibat) sering terjadi dalam
memperlakukan, ketentuan-ketentuan yang ada, yang biasanya justru
ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah (public policy).
Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam
bahasa Yunani (Greek), yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata
ini menjadi politia, artinya negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama
(Middle English), kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya
berkaitan dengan urusan perintah atau administrasi pemerintah
(http://massofa.wordpress.com).
Kebijakan adalah arah tindakan yang direncanakan untuk
mencapai sesuatu sasaran. Dalam hal ini terdapat tiga masalah. Pertama,
masalah semantik, egara menunjukan
dasar-dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap
lingkungan internasional. Istilah-istilah seperti isolasionisme, balance of
power ataupun imperialisme sering disebut sebagai kebijakan luar negeri,
walaupun tidak begitu tepat. Di lain pihak, bilamana suatu kebijakan
merupakan arah tindakan yang ditujukan pada satu sasaran, maka suatu
negara akan mempunyai banyak macam kebijakan karena banyaknya
sasaran yang ada padanya. Kedua, suatu kebijakan selalu menyangkut
keputusan dan tindakan dengan pengertian bahwa keputusan adalah unsur
yang lebih penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tindakan untuk mencapai sasaran dapat dihasilkan dari
kebijakan, apabila keputusan menunjukan dengan jelas apa yag
terkandung dari pikiran pembuat kebijakan baik sebagai sasaran ataupun
sebagai prosedur. Keputusan resmi yang telah dituangkan di atas kertas
biasanya mencakup sedikitnya tiga unsur penjelasan dan petunjuk bagi
siapa saja yang bertanggung jawab dalam hal pelaksanaannya, yaitu:
1) Perumusan sasaran yang jelas.
2) Sifat tindakan yang akan diambil dinyatakan secara jelas sebagai
pembimbing dan pengarahan bagi pejabat lainnya
3) Bentuk-bentuk dan jumlah kekuatan nasional yang akan dipergunakan
dalam pencapaian sasaran.
Organisasi untuk kebijakan luar negeri dapat dikatakan sama di
semua pemerintahan. Yang berbeda di puncak organisasinya adalah kepala
pemerintahan yang memegang peranan penting dalam urusan luar negeri.
Menteri luar negeri merupakan orang terpenting dalam pemerintahan,
yang secara administratif mengepalai departemen dan mengurusi
kebijakan luar negeri serta menjadi penasehat resmi dari kepala
pemerintahan (Nasution, 1989: 15).
Kerangka analisis yang berguna untuk memahami suatu
kebijakan adalah sebagai berikut:
1) Isi hukum (content of law); yakni uraian atau penjabaran tertulis dari
suatu kebijakan yang tertuang dalam bentuk perundang-undangan,
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemerintah.
2) Tata laksana hukum (structure of law); yakni semua perangkat
kelembagaan dan pelaksana dari isi hukum yang berlaku.
3) Budaya hukum (culture of law); yakni persepsi, pemahaman, sikap
penerimaan, praktek-praktek pelaksanaan, penafsiran terhadap dua
aspek sistem isi hukum dan tata laksana hukum.
Dalam pengertian umum kebijakan menurut Jones diartikan
sebagai, atau
sebagai . Uniknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diterjemahkan dari kata policy tersebut mempunyai konotasi tersendiri.
Kata tersebut mempunyai akar kata bijaksana atau bijak yang dapat
disamakan dengan pengertian wisdom, yang berasal dari kata sifat wise
dalam bahasa Inggris. Dengan pengertian ini, sifat bijaksana dibedakan
orang dari sekedar pintar (clever) atau cerdas (smart). Pintar bisa berarti
ahli dalam satu bidang ilmu, sementara cerdas biasanya diartikan sebagai
sifat seseorang yang dapat berpikir cepat atau dapat menemukan jawaban
bagi suatu persoalan yang dihadapi secara cepat. Orang yang bijaksana
mungkin tidak pakar dalam sesuatu bidang ilmu, namun memahami
hampir semua aspek kehidupan (http://massofa.wordpress.com).
Kajian tentang kebijakan dalam arti yang luas sebagai usaha
pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses
pengambilan kebijakan telah ada sejak manusia mengenal organisasi dan
tahu arti keputusan. Kajian ini dilakukan mulai dari cara yang paling
sederhana dan irasional sampai dengan cara-cara yang bersifat kombinasi
kuantitatif dan kualitatif sekarang ini. Akan tetapi sebgai suatu disiplin
tersendiri ilmu kebijakan baru diakui kehadirannya sesudah Perang Dunia
II. H. Hugh He a course of action
intended to accomplish some end,
bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu.
Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam
kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini yang
dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the
desired ends to be achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar diinginkan
saja. Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja
bukan tujuan, tetapi sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja
berkeinginan apa saja, tetapi dalam kehidupan bernegara tidak perlu
diperhitungkan. Baru diperhitungkan kalau ada usaha untuk mencapainya,
Kedua, rencana atau
proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan
pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud Keempat, keputusan,
yakni tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat
dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program
dalam masyarakat.
Selanjutnya, Heglo mengatakan bahwa kebijakan lebih dapat
digolongkan sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan
kata-kata. Sebab itu, katanya, isi dari suatu kebijakan lebih dapat dipahami
oleh para analis daripada oleh para perumus dan pelaksana kebijakan itu
sendiri. Bertolak dari sini, Jones merumuskan kebijakan sebagai
efforts in
and through government to resolve public problems
dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan
melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini
memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis.
Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William
Dunn mengaitkan pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang
merupakan sisi baru dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dia mendefinisikan analisis
yang menggunakan berbagai
metode untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang
relevan yang dipakai dalam memecah persoalan dalam kehidupan sehari-
dari ilmu-ilmu social yang sudah ada. Metodologi yang dipakai bersifat
multidisiplin. Hal ini berhubungan dengan kondisi masyarakat yang
bersifat kompleks dan tidak memungkinkan pemisahan satu aspek dengan
aspek lain (http://massofa.wordpress.com).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Bentuk Kebijakan
Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan :
1) Kebijakan umum
Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman
atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun bersifat
negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang
bersangkutan. Suatu hal yang perlu diingat adalah pengertian umum di
sini bersifat relatif. Maksudnya, untuk wilayah negara, kebijakan
umum mengambil bentuk undang-undang atau keputusan presiden dan
sebagainya. Sementara untuk suatu provinsi, selain dari peraturan dan
kebijakan yang diambil pada tingkat pusat juga ada keputusan
gubernur atau peraturan daerah yang diputuskan oleh DPRD.
Suatu kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi
tingkatan kebijakan di bawahnya, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi. Pertama, cakupan kebijakan itu meliputi keseluruhan
wawasannya. Artinya, kebijakan itu tidak hanya meliputi dan ditujukan
pada aspek tertentu atau sector tertentu. Kedua, tidak berjangka
pendek. Masa berlakunya atau tujuan yang ingin dicapai dengan
kebijakan tersebut berada dalam jangka panjang ataupun tidak
mempunyai batas waktu tertentu. Dengan kata lain, dalam suatu
kebijakan umum tidak tepat untuk menetapkan sasarannya secara
sangat jelas dan rumusanya secara teknis. Rumusan yang demikian
akan menghadapi kekakuan dalam perubahan waktu jangka panjang
dan akan mengalami kesulitan untuk diberlakukan dalam wilayah-
wilayah kecil yang berbeda. Ketiga, strategi kebijakan umum tidak
bersifat operasional. Seperti halnya pada pengertian umum, pengertian
operasional atau teknis juga bersifat relatif. Sesuatu yang dianggap
umum untuk tingkat kabupaten mungkin dianggap teknis atau
operasion