Slide Toksik

Post on 30-Dec-2014

41 views 3 download

Transcript of Slide Toksik

Titik Fadilah. A (05111006016)

Eko Nopriansyah (05111006034)

FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAE BLOOMS

(HABs)

FITOPLANKTON

fotosintesis

bahan organik, oksigen

dasar mata rantai pada siklus

makanan di laut.

Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebih (blooming).

Ledakan populasi fitoplankton yang diikuti dengan keberadaan jenis fitoplankton beracun akan menimbulkan Ledakan Populasi Alga Berbahaya (Harmful Algae Blooms – HABs).

HAB atau istilah lainnya Red tide (pasang merah) adalah suatu penomena terjadinya perubahan warna air laut seperti merah, coklat, kuning, orange dan hijau.

Perubahan warna tersebut disebabkan oleh ledakan populasi (blooming) dari jenis fitoplankton baik yang bersifat toksik maupun non toksik.

Gambar Kejadian Red tide di beberapa negara dunia

Fitoplankton yang dapat menghasilkan racun pada umumnya berasal dari kelompok Dinoflagellata.

Di perairan Indonesia tercatat beberapa spesies beracun, di antaranya,:

Pyrodinium bahamense var. compressum

Prorocentrurn lima Alexandrium sp. dan Ostreopsis sp.

Kelompok AnoxiousKurang berbahaya, bisa berkembang sangat

padat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang drastis dan kematian massal pada ikan dan vertebrata

Contoh spesies:Dinoflagellata : Gonyaulax polygramma,

Noctiluca scintillans, Scrippsiella trochoideaCyanophyta : Trichodesmium eryathraeum

Sifat Racun Mikro Alga Berbahaya

Kelompok BeracunBeracun berat : menyebabkan berbagaimacam penyakit perut dan sistem syaraf

Racun yang dihasilkan:Paralytic Shelfish Poisoning (PSP)Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP)Amnesic Shellfish Poisoning (ASP)Ciguatera Fishfood Poisoning (CFP)Neuorotoxic Shellfish Poisoning (NSP)Racun Cyanophyta (cyanotoxin)

Kelompok Perusak sistem pernapasan

Tidak beracun, secara fisik merusak sistem pernafasan avertebrata dan ikan karena penyumbatan, terutama pada saat kepadatan tinggi

Contoh spesies :Diatomae : Chaetoceros convolurus

Dinoflagellata : Gymnodinium mikimatoi

Ketika terjadi blooming Pyrodinium, spesies ini akan memproduksi toksin yang disebut Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

Melalui proses rantai makanan, toksin tersebut akan berpindah dan terakumulasi pada zooplankton dan kerang-kerangan yang memakannya.

Selanjutnya, zooplankton akan dimakan oleh ikan sehingga menyebabkan ikan mati.

Bagaimana Mereka Membunuh Manusia dan Organisme lain?

Jika ikan atau kerang-kerang tersebut dimakan oleh hewan lain atau manusia, maka hewan dan manusia itupun akan keracunan bahkan menyebabkan kematian.

Pada kasus ledakan populasi P. bahamense var compressum di Teluk Manila, Bajarias (1994) menjelaskan bahwa racun yang ditemukan pada kerang hijau (Perna viridis) mencapai kadar yang sangat tinggi (lebih dari 1000 g/100 g daging kerang) ketika kelimpahan Pyrodinium mencapai sepuluh ribu sampai satu juta sel per liter air laut.

Pada kondisi ini kerang tersebut sangat berbahaya untuk dikonsumsi sebagai makanan.

sementara kadar racun yang tidak membahayakan adalah kurang dari 80 g/100 g daging kerang

Kadar Racun

Orang yang memakan biota yang terkontaminasi toksin PSP dapat menderita keracunan dan mengalami kejang-kejang sampai kelumpuhan.

Sampai saat ini, Pyrodinium merupakan penyebab terbesar korban pada manusia,

Dampak Terjadinya HAB

seperti yang terjadi di Guatemala (26 orang meninggal dan sekitar 185 orang di rawat di rumah sakit).

Sebelum itu kasus besar lain teIah terjadi di Filipina, dimana 21 orang meninggal dan sekitar 278 orang di rawat di rumah sakit.

penyebabnya adalah Pyrodinium bahamense var. compressum.

Selain menimbulkan gangguan pada lingkungan dan kesehatan, HAb juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi.

Misalnya, berita tentang ikan-ikan yang terkontaminsi dan meyebabkan kematian ikan massal di laut.

Hallegraeff (1993) mengemukakan meluasnya sebaran Dinoflagellata dapat disebabkan oleh transportasi kista yang terbawa oleh kapal dalam air balas (ballast water ).

Melalui mekanisme ini perairan yang pada awalnya bebas dari mikroalga beracun dapat terkontaminasi dan berlangsung secara terus menerus dari satu tempat ke tempat lainnya.

Semakin tingginya bahan detergen, buangan limbah organik dan anorganik lainnya yang masuk ke perairan dapat berdampak penyuburan perairan yang berlebihan

Faktor Pendukung Penyebaran Mikro Alga Beracun