Post on 15-Mar-2019
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BERASPUTIH (Oryza sativa L. “Ciherang”) DAN EKSTRAK ETANOL
BERAS HITAM (Oryza sativa L. “Cibeusi”) DENGANMENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1 diphenyl-2-
picrylhidrazyl) DAN FORMULASINYA DALAM BENTUK GEL
SKRIPSI
Oleh:
ELSIYATRI BUDI ALVIYANINPM: 10060308137
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG1433 H / 2012 M
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BERASPUTIH (Oryza sativa L. “Ciherang”) DAN EKSTRAK ETANOL
BERAS HITAM (Oryza sativa L. “Cibeusi”) DENGANMENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1 diphenyl-2-
picrylhidrazyl) DAN FORMULASINYA DALAM BENTUK GEL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untukmenyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Program Studi Farmasi FMIPA Unisba
Oleh:
ELSIYATRI BUDI ALVIYANINPM: 10060308137
Agustus 1433 H / 2012 MBANDUNG
JUDUL : UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BERASPUTIH (Oryza sativa L. “Ciherang”) DAN EKSTRAK ETANOLBERAS HITAM (Oryza sativa L. “Cibeusi”) DENGANMENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhidrazyl) DAN FORMULASINYA DALAM BENTUK GEL
NAMA : ELSIYATRI BUDI ALVIYANINPM : 10060308137
Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kamitelah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai skripsi
Menyetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Dina Mulyanti, M.Si., Apt. Fitrianti Darusman, S.Si., Apt.NIK. D.08.0.477 NIK. D.08.0.476
Mengetahui
Dekan FMIPA Unisba Ketua Program Studi Farmasi
M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si. Embit Kartadarma, DR., M.App.Sc., Apt.NIP.19561026198621002 NIK. D. 06.0.437
Maha Suci Engkau yaa Allah… Engkau adalah sebaik-baiknya zat yang memiliki sumber-
sumber makanan, Engkaulah yang memiliki sumber-sumber air dan Engkaulah yang
menyalakan matahari dan mengendalikan di atas langit
Maha Suci Engkauku Yaa Allah… Wahai Zat kenikmatan yang di sisi-Nya rezeki,
anugerah dan kenikmatan-kenikmatan yang tak pernah habis
Maha Suci Engkau Yaaa Allah… Aku bersaksi kepadamu tiada Tuhan selain engkau!!!!
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya siang dan malam
terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau kedaaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi seraya berkata ‘Ya Tuhan kami’, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia. Maha Suci Engakau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S.Ali Imran :190-191).
“Seorang Badui berkata : Ya Rasulullah! Tidaklah kami berobat? Rasulullah SAW
menjawab: Ya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak membuat
penyakit tanpa membuat kesembuhan baginya kecuali satu penyakit. Mereka bertanya:
Apakah satu penyakit itu Rasulullah? Rasulullah menjawab: Tua” (H.R. Usamah)
Kutipan atau saduran baik sebagianataupun seluruh naskah, harusmenyebutkan nama pengarang dansumber asliya, yaitu Program StudiFarmasi, Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, UniversitasIslam Bandung.
Skripsi ini dipersembahkan untuk orang-orang yang sangat berarti
dalam hidupku, yang senangtiasa ada disaat suka maupun duka,
selalu mendampingi, yang selalu memanjatkan doa kepadaku dalam
setiap sujud dan mungkin tanpa mereka hidupku tidak akan lebih
berarti, lebih bahagia dan terasa sempurna seperti ini, yaitu kedua
orang tuaku tercinta Terimakasih untuk semuanya
RIWAYAT PENULIS
BIODATA
Nama : ELSIYATRI BUDI ALVIYANI
Tempat/Tgl. Lahir : BANDUNG, 22/06/1990
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Agama : ISLAM
Alamat : JL. RAYA PERCOBAAN NO.36 CILEUNYI
RT/RW : 003/025
Desa/Kel. : CILEUNYI KULON
Kecamatan : BANDUNG TIMUR
Telepon : 085720064140
Nama Ibu Kandung : TUTI SUMARNI
Nama Ayah Kandung : BUDI YONO
Alamat Orang Tua : JL. RAYA PERCOBAAN NO.36 CILEUNYI
RT/RW : 003/025
Desa/Kel. : CILEUNYI KULON
Kecamatan : BANDUNG TIMUR
Telepon : -
PENDIDIKAN
1. TPA Miftahul Falah, Bandung (1995-1996)
2. SDN Cinunuk 1, Bandung (1996-2002)
3. SMPN 1 Cileunyi, Bandung (2002-2005)
4. SMAN 26 Bandung, Bandung (2005-2008)
5. Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Beras Putih(Oryza sativa L.”Ciherang”) dan Ekstrak Etanol Beras Hitam
(Oryza sativa L.”Cibeusi”) Dengan Menggunakan Metode DPPH(1,1 diphenyl-2-picrylhidrazyl) Dan Formulasinya Dalam Bentuk
Gel
ABSTRAK
Elsiyatri Budi AlviyaniEmail : kuntie_cute@yahoo.com
Kosmetik merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk di gunakan padabagian luar salah satunya seperti kulit, guna untuk membersihkan, mengubah dayatarik, mengubah penampakan ataupun melindungi supaya tetap dalam keadaanbaik. Kosmetik ada yang berasal dari bahan alam salah satunya berasal daritumbuh-tumbuhan yaitu beras. Beras memiliki kandungan antioksidan sehinggamempunyai manfaat yang baik untuk kulit. Penelitian ini bertujuan untukmelakukan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak beras putih, ekstrak beras hitamdan kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam, serta formulasi sediaan gelantioksidan dari ekstrak tersebut. Pembuatan ekstrak beras putih dan beras hitamdilakukan dengan metode yaitu maserasi. Terhadap ekstrak beras putih, berashitam dan kombinasi ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam dilakukan ujiaktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan dibandingkan dengan vitamin C.Dari hasil penelitian didapat nilai IC50 ekstrak beras putih sebesar 339,43 bpj,ekstrak beras hitam sebesar 183,33 bpj, dan kombinasi ekstrak beras putih danberas hitam (1:1) sebesar 125,8 bpj. Dibuat 2 jenis formula dengan variasikonsentrasi karbomer yaitu 0.5%, 1%, 1.5%, 1.75% dan 2%. Yang masing-masingmengunakan ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam. Dari hasil evaluasi padasuhu ruang dan suhu 40°C selama 28 hari, formula yang paling stabil adalahformula dengan kandungan karbomer 1%, metil paraben 0.18%, propil paraben0.02%, gliserin 10%, TEA, dan air. Selanjutnya dibuat formula ke 3 yangmengandung kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam dengan karbomer 1%,metil paraben 0.18%, propil paraben 0.02%, gliserin 10%, TEA, dan air. Formulaini adalah formula terbaik berdasarkan hasil evaluasi organoleptik, homogenitas,pH sebesar 7.06 dan viskositas sebesar 495452 cps.
Kata kunci : Antioksidan, Karbomer, Beras putih, Beras Hitam
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Beras Putih(Oryza sativa L.”Ciherang”) dan Ekstrak Etanol Beras Hitam
(Oryza sativa L.”Cibeusi”) Dengan Menggunakan Metode DPPH(1,1 diphenyl-2-picrylhidrazyl) Dan Formulasinya Dalam Bentuk
Gel
ABSTRACT
Elsiyatri Budi AlviyaniEmail : kuntie_cute@yahoo.com
Cosmetic preparations or alloy material is ready for use on the exterior of one ofthem as the skin, in order to clean up, change the appeal, changing the appearanceor protect in order to remain in good condition. There are cosmetic ingredientsderived from nature one which comes from plants such as rice. Rice containsbeneficial antioxidants that are good for the skin. This study aimed to test theantioxidant activity of extracts of white rice, black rice extract and extract acombination of white rice and black rice, and gel formulations.Preparation extractantioxidants from extracts white rice and black rice made by the macerationmethod. To extract the white rice, black rice extract and combination of white riceand black rice extract tested the antioxidant activity with DPPH method andcompared with vitamin C. From the research results obtained extract IC50 value of339.43 ppm white rice, black rice extract at 183.33 ppm, and a combination ofextracts of white rice and black rice (1:1) at 125.8 ppm. Created two types offormula with a variety of carbomer concentration is 0.5%, 1%, 1.5%, 1.75% and2%. Each of which uses extracts of white rice and black rice extract. From theevaluation results at room temperature and a temperature of 40°C for 21 days, themost stable formula is a formula containing 1% carbomer, methyl paraben 0.18%,0.02% propyl paraben, glycerine 10%, TEA, and water. Hereafter devised aformula to extract 3 which contains a combination of white rice and black ricewith carbomer 1%, 0.18% methyl paraben, propyl paraben 0.02%, glycerol 10%,TEA, and water. This formula is the best formula based on the results of sensoryevaluation, homogeneity, pH of 7.06 and a viscosity of 495452 cps.
Keywords : Antioxidant, Carbomer, White rice, Black rice
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim. Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Beras Putih (Oryza
sativa L.”Ciherang”) dan Ekstrak Etanol Beras Hitam (Oryza sativa
L.”Cibeusi”) Dengan Menggunakan Metode DPPH (1,1 diphenyl-2-
picrylhidrazyl) Dan Formulasinya Ke Dalam Bentuk Gel. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang pendidikan sarjana
pada program studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Bandung.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi
ini,baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa
bantuandan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan
penulisanskripsi ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan
terima kasihdan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si selaku Dekan FMIPA UNISBA
2. Bapak Embit Kartadarma, DR.,M.App.Sc.,Apt selaku ketua program studi
Farmasi FMIPA UNISBA.
3. Ibu Dina Mulyanti, M.Si., Apt. selaku dosen Pembimbing Utama dan
kepada Ibu Fitrianti Darusman, S.Si., Apt. selaku dosen Pembimbing Serta
yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan
sejak awal peneli tian hingga penulisan ini selesai.
4. Ibu Arlina Prima Putri selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan
bimbingan serta semangat yang sangat membangun kepada penulis.
5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis
haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua
penulis yang tercinta, Ayahanda H. Budi Yono dan Ibunda Hj. Tuti Sumarni
serta kakak Indri Budi Sumarni dan Defti Dwi Budi F.A dan adik penulis
Selly Ghani Budi V yang telah segala pengorbanannya tak akan pernah
ii
penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari
mereka kiranya merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi
kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
6. Teman-teman seperjuangan, Mila Pratiwi, Enny Afifah, Wella Septiani,
Intan Wulan, Sari Aprilia dan teman- teman di kelas Farmasi D 2008, serta
teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu terima kasih banyak
atas semangat, do’a dan dukungannya.
7. Sahabat terdekat penulis Mochammad Reza., S.pd. yang sangat berarti
dalam hidupku atas energi luar biasa yang selalu ada demi mencapai tujuan
hidup ini. Terima kasih.
Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan, tentu dengan harapan adanya tegur sapa dan masukan
dari semua pihak. Akhirnya, besar harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
ilmu farmasi.
Bandung, 21 Ramadhan 1433 H
10 Agustus 2012 M
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................ … vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB
I TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
1.1. Beras ............................................................................................ 4
1.1.1. Deskripsi beras .............................................................................. 4
1.1.2. Klasifikasi beras ............................................................................ 5
1.2. Beras Hitam ................................................................................. 6
1.2.1. Taksonomi .................................................................................... 6
1.2.2. Nama daerah ................................................................................ 6
1.2.3. Deskripsi tanaman ........................................................................ 6
1.2.4. Kandungan kimia ......................................................................... 7
1.2.5. Manfaat beras hitam ..................................................................... 8
1.3. Antosianin .................................................................................... 8
1.4. Radikal Bebas ............................................................................. 9
1.5. Definisi radikal bebas ................................................................... 9
1.4.1. Sumber radikal bebas .................................................................... 10
1.5. Antioksidan ................................................................................. 10
1.5.1. Definisi antioksidan ...................................................................... 10
1.5.2. Mekanisme antioksidan ................................................................ 11
1.5.3. Sumber antioksidan ...................................................................... 11
1.6. Uji Aktivitas Antioksidan ........................................................... 12
1.6.1. Metode DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhidrazyl) .............................. 13
1.6.2. Macam-macam metode ekstraksi .................................................. 13
1.7. Ekstraksi ..................................................................................... 13
1.7.1. Macam-macam metode ekstraksi .................................................. 13
1.7.2. Metode ekstraksi yang digunakan ................................................. 15
1.8. Gel ............................................................................................... 16
1.8.1. Basis gel ....................................................................................... 17
1.8.2. Keuntungan sediaan gel ................................................................ 18
iv
1.9. Kulit ............................................................................................ 18
1.9.1. Struktur lapisan kulit .................................................................... 18
1.9.2. Fungsi kulit .................................................................................. 21
1.9.3. Lapisan kulit ................................................................................. 21
1.9.4. Penuaan dini ................................................................................. 21
1.10. Preformulasi Sediaan gel Ekstrak Beras ................................... 22
1.11. Hipotesis ...................................................................................... 25
II METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 26
III BAHAN DAN ALAT ................................................................... 28
3.1. Bahan ............................................................................................ 28
3.2. Alat ............................................................................................... 28
IV PROSEDUR KERJA ................................................................... 29
4.1. Pengumpulan Dan Determinasi Tumbuhan Bahan Penelitian . 29
4.2. Pembuatan Ekstrak Beras .......................................................... 29
4.3. Pengujian Parameter Standar .................................................... 29
4.3.1. Penetapan kadar air........................................................................ 30
4.3.2. Penetapan kadar abu ...................................................................... 30
4.3.3. Penetapan kadar sari ...................................................................... 31
4.4. Penapisan Fitokimia ................................................................... 32
4.4.1. Pemeriksaan alkaloid .................................................................... 32
4.4.2. Pemeriksaan tannin dan polifenol .................................................. 33
4.4.3. Pemeriksaan flavonoid .................................................................. 33
4.4.4. Pemeriksaan kuinon....................................................................... 34
4.4.5. Pemeriksaan saponin .................................................................... 34
4.4.6. Pemeriksaan triterpenoid dan steroid ............................................ 34
4.4.7. Pemeriksaan monoterpen dan seskuiterpen ................................... 34
4.5. Pengujian Aktivitas Antioksidan Terhadap DPPH .................... 35
4.5.1. Pembuatan larutan uji ................................................................... 35
4.5.2. Pembuatan larutan DPPH ............................................................. 35
4.5.3. Pengukuran persen inhibisi larutan uji .......................................... 35
4.5.4. Penetapan IC50 .............................................................................. 36
4.6. Formulasi Gel ............................................................................. 36
4.6.1. Pembuatan gel antioksidan dengan basis karbomer ....................... 36
4.7. Evaluasi Sediaan ......................................................................... 37
4.7.1. Pengujian organoleptik ................................................................. 37
4.7.2. Pengukuran pH ............................................................................. 37
4.7.3. Pengukuran viskositas .................................................................. 37
v
4.7.4. Uji stabilitas pada suhu 40°C ........................................................ 38
4.7.5. Uji homogenitas ........................................................................... 38
V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 39
VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 75
6.1. Kesimpulan .................................................................................. 75
6.2. Saran ............................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 76
LAMPIRAN ............................................................................................ 79
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Determinasi Tumbuhan .................................................. 79
2 Ekstrak Beras Putih dan Beras Hitam ...................................... 81
3 Perhitungan Rendeman Ekstrak .............................................. 82
4 Perhitungan persen inhibisi aktivitas antioksidan ..................... 83
5 Sediaan gel ekstrak beras putih ............................................... 86
6 Sediaan gel ekstrak beras hitam .............................................. 87
7 Sediaan gel ekstrak beras putih uji pada suhu 40°C hari ke-21. 88
8 Sediaan gel ekstrak beras hitam uji pada suhu 40°C hari ke-21. 89
9 Sediaan gel kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam ...... 90
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I.1. Kandungan kimiawi fraksi pigmen antosianin …………………... 17
I.2 Formula gel karbomer .............................................................. … 17
I.3 Formula gel alkohol karbomer ...................................................... 17
VI.1 Rancangan formula gel antioksidan ekstrak beras ......................... 36
V.1 Persen inhibisi aktivitas antioksidan beras putih tidak dihaluskan . 42
V.2 Persen inhibisi aktivitas antioksidan beras putih dihaluskan.......... 43
V.3 Persen inhibisi aktivitas antioksidan beras hitam tidak
dihaluskan .................................................................................... 43
V.4 Persen inhibisi aktivitas antioksidan beras hitam dihaluskan ......... 43
V.5 Parameter standar mutu ekstrak beras putih .................................. 47
V.6 Parameter standar mutu ekstrak beras hitam ................................. 47
V.7 Hasil skrining fitokimia ekstrak beras putih ............................. … 49
V.8 Hasil skrining fitokimia ekstrak beras hitam ............................ … 49
V.12 Formula sediaan gel ekstrak beras putih …………………………. 55
V.13 Formula sediaan gel ekstrak beras hitam ...................................... 56
V.14 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak
beras putih ................................................................................... 58
V.15 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras
Hitam …………………………………………………………….. 58
V.16 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras
putih selama penyimpanan ………………………………………. 59
V.17 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras
hitam selama penyimpanan ………………………………………. 60
V.18 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras putih ............... 62
V.19 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras hitam .............. 62
V.20 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras putih ...... 63
V.21 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras hitam .... 63
V.22 Hasil pengamatan organoleptis gel ekstrak beras putih selama
penyimpanan suhu 40°C ............................................................. 64
V.23Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras
hitam selama penyimpanan suhu 40°C ........................................ 66
V.24 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras putih
penyimpanan suhu 40°C ............................................................... 67
V.25 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras hitam
penyimpanan suhu 40°C .............................................................. 67
V.26 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras putih
penyimpanan suhu 40°C ............................................................... 68
viii
V.27 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras hitam
selama penyimpanan pada suhu 40°C…………………………….. 68
V.28 Aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak beras putih dan beras
hitam.. ....................................................................................... 69
V.29 Formula sediaan kombinasi gel kombinasi ekstrak beras putih
dan beras hitam ........................................................................... 71
V.30 Hasil pengamatan organoleptis kombinasi ekstrak ....................... 71
V.31 Hasil pengujian organoleptis kombinasi ekstrak selama
penyimpanan ............................................................................... 72
V.32 Hasil pengujian pH gel kombinasi ekstrak ................................... 73
V.33 Hasil pengujian viskositas kombinasi ekstrak .............................. 73
V.33 Hasil ujihomogenitas kombinasi ekstrak antosianin ..................... 74
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Bagian bulir beras …………………………………………….. 4
1.2 Beras putih, beras hitam, beras merah ………………………… 5
1.3 Struktur antosianin...................................................................... 8
1.4 Rumus bangun DPPH ……………………………………….… 9
1.5 Reaksi DPPH dengan antioksidan ............................................ 10
1.6 Penampang kulit .................................................................. … 19
5.1 Aktivitas antioksidan ekstrak beras putih .............................. … 52
5.2 Aktivitas antioksidan ekstrak beras hitam……………………... 52
5.3 Aktivitas antioksidan vitamin C …………………………….… 52
5.4 Aktivitas antioksidan kombinsai ekstrak beras putih dan
ekstrak beras hitam …………………………………………… 19
L.2.1 Ekstrak beras putih …………………………………………… 81
L.2.2 Ekstrak beras hitam …………………………………………… 81
L.5.1 Sediaan gel ekstrak beras putih formula 1 ……………………. 86
L.5.2 Sediaan gel ekstrak beras putih formula 2 ……………………. 86 L.5.3 Sediaan gel ekstrak beras putih formula 3 ……………………. 86
L.5.4 Sediaan gel ekstrak beras putih formula 4 ……………………. 86
L.5.5 Sediaan gel ekstrak beras putih formula 5 ……………………. 86
L.6.1 Sediaan gel ekstrak beras hitam formula 1 ……………………. 87
L.6.2 Sediaan gel ekstrak beras hitam formula 2 ……………………. 87
L.6.3 Sediaan gel ekstrak beras hitam formula 3 ……………………. 87
L.6.4 Sediaan gel ekstrak beras hitam formula 4 ……………………. 87
L.6.5 Sediaan gel ekstrak beras hitam formula 5 ……………………. 87
L.7.1 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 1 ……………………………………………………… 88
L.7.2 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 2 ……………………………………………………… 88
L.7.3 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 3 ……………………………………………………… 88
L.7.4 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 4 ……………………………………………………… 88
L.7.5 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 5 ……………………………………………………… 88
L.8.1 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 1 ……………………………………………………… 89
L.8.2 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 2 ……………………………………………………… 89
L.8.3 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 3 ……………………………………………………… 89
L.8.4 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 4 ……………………………………………………… 89
x
L.8.5 Sediaan gel ekstrak beras putih uji stress test hari ke-21
formula 5 ……………………………………………………… 89
L.9.1 Sediaan gel kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam,
formula 3 (karbomer 1%) ……………..……………………… 90
L.9.2 Warna sediaan gel kombinasi ekstrak beras putih dan
beras hitam, formula 3 (karbomer 1%) ……………..………… 90
11
PENDAHULUAN
Kecantikan sangat dipuja dan digandrungi, khususnya oleh para kaum
perempuan. Hampir semua perempuan diberbagai kelompok sosial masyarakat
menginginkan hal tersebut. Dengan menjadi cantik seorang perempuan merasa
lebih percaya diri dan lebih diterima di masyarakat. Masalahnya, cantik selama ini
dipahami secara fisikal. Tentu ini dikaitkan erat dengan peran kosmetika. Kita
mengenalnya dengan trilogi mitos: cantik, fisik, dan kosmetika. Mereka
membentuk kesatuan representasi kesempurnaan atau idealitas mengenai
perempuan.
Kosmetik dari bahan alam baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
hewan, maupun bahan lainnya telah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Penggunaan
kosmetik dalam bentuk sederhana dan dengan cara tradisional, telah digunakan
oleh manusia sejak dahulu.
Beras merupakan sumber makanan pokok di indonesia, selain bisa
mengenyangkan, beras juga mempunyai manfaat yang baik untuk kulit wajah.
Beras dapat membantu melembabkan kulit dengan cara meningkatkan produksi
kolagen sehingga meningkatkan elastisitas kulit yang membuat kulit terlihat lebih
cerah dan tampak lebih muda. Oleh karena itu beras memiliki banyak manfaat
untuk kecantikan (Martha, 1999:110). Beras di Indonesia beragam mulai dari
beras putih, beras merah dan beras hitam. Beras hitam (black rice) merupakan
sumber makanan yang mempunyai kandungan antioksidan tinggi dibandingakan
dengan jenis beras lainnnya (Riyanto, 2008).
2
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada radikal
bebas sehingga aktivitas radikal bebas tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007:77).
Radikal bebas adalah senyawa yang dapat berupa senyawa oksigen reaktif yang
tidak memiliki elektron berpasangan. Jika terbentuk radikal bebas di dalam
tubuh, maka akan terjadi reaksi berantai yang dapat menyebabkan kulit dapat
berubah secara histologi dan mengalami penuaan sehingga mempengaruhi
kapasitas antioksidan pada kulit. Oleh karena itu kulit memerlukan perlindungan
dari luar dengan penggunaan kosmetik bersifat antioksidan dalam melindungi
kulit dari pengaruh radikal bebas (Suyatna, 1999:4-5).
Seiring berkembangnya zaman, saat ini banyak sekali ditemukan sediaan
kosmetika perawatan kulit yang mengandung senyawa antioksidan khususnya
dalam bentuk sediaan topikal, salah satunya contohnya yaitu dalam bentuk
sediaan gel. Gel merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya
dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi. Gel
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, mempunyai aliran
tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan
segera mencair bila dikocok (Ansel, 1989: 390).
Berdasarkan dari paparan diatas mengenai beras hitam yang mengandung
antioksidan maka masalah yang muncul adalah apakah ekstrak beras hitam dapat
diformulasi sebagai sediaan gel antioksidan dan apakah ekstrak beras putih juga
memiliki kandungan antioksidan sehingga dapat diformulasi ke dalam bentuk
yang sama. Kemudian apakah kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam
3
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik sehingga dapat di formulasi dalam
bentuk yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji aktivitas
antioksidan dari ekstrak beras putih, ekstrak beras hitam dan kombinasi ekstrak
beras putih dan beras hitam, serta formulasi sediaan gel antioksidan dari ekstrak
tersebut. Adapun manfaat penelitian ini yaitu untuk dapat memperoleh informasi
terkait aktivitas antioksidan ekstrak beras putih, ekstrak beras hitam dan
kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam serta formulasinya dalam bentuk
4
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Beras
1.1.1. Deskripsi beras
Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Selain diselimuti sekam (epicarp), beras juga memiliki struktur lapisan
kulit dalam yang disebut pericarp, yang terdiri atas 2-3 lapis sel yang dibatasi
selapis sel kubik bernama aleuron. Lapisan ini melingkupi bagian dalam biji yang
disebut endosperm. Sedangkan lembaga yang merupakan bakal benih tanaman
melekat pada bagian pangkalnya. Gambar bagian-bagian bulir beras dapat dilihat
sebagai berikut:
Gambar I.1 Bagian-bagian bulir beras (http://www.chem-is-try.org)
5
1.1.2. Klasifikasi beras
Beras termasuk tanaman padi yang merupakan tanaman semusim. Beras
termasuk ke dalam golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:
(Cronquist, 1981).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza L.
Spesies : Oryza sativa L.
Masyarakat menggolongkan beras menjadi tiga golongan, yakni beras putih, beras
hitam, dan beras merah.
Gambar I.2 Beras hitam, beras putih, beras merah (http://www.cjdw.net)
6
1.2. Beras hitam
1.2.1. Taksonomi
Dalam taksonomi tumbuhan beras hitam diklasifikasikan sebagai berikut:
(Cronquist, 1981).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Comelinidae
Ordo : Glumiflorae
Familia : Poaceae
Subfamili : Oryzoideae
Suku : Oryzeae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza Sativa L.
1.2.2. Nama daerah
Di Indonesia beras hitam dikenal dengan nama beras wulung (Solo, Jawa
Tengah), beras gadog (Cibeusi, Subang, Jawa Barat), beras jilitheng atau cempo
ireng (Sleman), beras melik (Bantul). Orang Cina Kuno mengenal Beras Hitam
sebagai beras terlarang (Forbidden rice) (Kristamtini, 2009:82).
1.2.3. Deskripsi tanaman
Tanaman padi berakar serabut. Batang tanaman padi berbentuk ruas-ruas
pada batangnya mempunyai panjang yang berbeda. Pada ruas batang bawah
pendek, semakin keatas semakin panjang. Warna daun hijau muda hingga hijau
7
tua, bertulang daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang. Bunga
padi merupakan bunga telanjang tersusun majemuk. Buah padi bertipe bulir atau
kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah mana bijinya. Bentuk hampir
bulat hingga lonjong, ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup oleh palea dan lemma
yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah
endospermium (Kristamtini, 2009:92).
1.2.4. Kandungan kimia
Beras hitam memiliki banyak manfaat karena didalam beras hitam
terkandung banyak kandungan kimia yang berkhasiat khusunya kandungan pada
pigmen warnanya, kandungan kimia yang terkandung pada pigmen beras hitam
dapat dilihat pada tabel I.1.
Tabel I.1 Kandungan kimiawi fraksi pigmen pada beras hitam
Unsur
Kadar (Unit/100g)
Protein (g)
13,90
Lemak (g)
13,20
Karbohidrat (g)
47,36
Moisture (g)
9,80
Serat kasar (g) 8,32
Mineral (mg) 7420
Fosfor (P) 1694,10
Kalsium (Ca) 60,20
Kalium (K) 673,70
Magnesium (Mg) 79,40
Natrium (Na) 2,11
Besi (Fe) 16,49
Zinc (Zn)
8,96
Tembaga (Cu) 1,49
Selenium (Se) 0,15
Vitamin B1 (g) 2,30
Vitamin B2 (g) 0,40
Vitamin E (g)
0,60
Asam Nikotin 21,00
Flavonoid (g) 6,40
Sumber: Zhang dkk., 2010
8
1.2.5. Manfaat beras hitam
Beras hitam berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit,
mencegah kanker/tumor, memperlambat penuaan, sebagai antioksidan,
membersihkan kolesterol dalam darah, dan mencegah anemia. Berbagai studi
menunjukkan bahwa antioksidan antosianin dapat mengurangi kadar kolesterol
LDL (low density lipoprotein), atau kolesterol jahat di dalam darah dan dapat
membantu memerangi penyakit jantung (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
2010).
1.3. Antosianin
Antosianin berasal dari data “anthos” yang berarti bunga dan “kyanos”
yang berarti biru gelap dan termasuk senyawa flavonoid. Zat warna ini banyak
diisolasi untuk digunakan dalam beberapa bahan olahan makanan maupun
minuman (Kumalaningsih, 2006:14). Struktur dasar antosianin ini terdiri atas
2-fenil-benzopirilium atau flavilium klorida dengan sejumlah subsitusi gugus
hidroksi dan metoksi. Sebagian besar antosianin memiliki struktur 3,5,7-
trihidroksiflavilium klorida dan bagian gula biasanya terikat pada gugus hidroksil
pada karbon 3.
Gambar I.3 Struktur flavilium antosianin (Sofro dkk, 1992:19)
9
Antosianin merupakan salah satu zat pewarna alami berwarna kemerah-
merahan yang larut dalam air dan tersebar luas di dunia tumbuh-tumbuhan
(Nuciferani, 2004). Antosianin juga tergolong senyawa flavonoid yang memiliki
fungsi sebagai antioksidan alami (Madhavi dkk., 1996). Antosianin mampu
menghentikan reaksi radikal bebas dengan menyumbangkan hidrogen atau
elektron pada radikal bebas dan menstabilkannya (Madhavi dkk., 1996).
1.4. Radikal Bebas
1.4.1. Definisi radikal bebas
Radikal bebas adalah atom atau gugus atom yang memiliki satu atau lebih
elektron tak berpasangan. Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif
karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga
dapat bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul
sel tersebut (Fessenden dan Fessenden, 1986:223-224).
Gambar I.4 Rumus Bangun DPPH (Prakash, 2001)
Gambar I.5 Reaksi antara DPPH dengan atom H netral yang berasal dari antioksidan (Prakash,
2001)
10
1.4.2. Sumber radikal bebas
Secara umum, radikal bebas dapat terbentuk melalui absorbsi radiasi atau
melalui reaksi redoks. Radikal bebas yang terbentuk dari dalam tubuh (endogen)
terbentuk sebagai sisa proses metabolisme (proses pembakaran) protein,
karbohidrat, dan lemak pada mitokondria, proses inflamasi atau peradangan,
reaksi antara besi logam transisi dalam tubuh, fagosit, maupun pada kondisi
iskemia. Sumber dari luar (eksogen) tubuh dapat berasal dari asap rokok, polusi
lingkungan, radiasi, obat-obatan, peptisida, anestetika, limbah industri, ozon, serta
sinar ultraviolet (Langseth, 1995).
1.5. Antioksidan
1.5.1. Definisi antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga
atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron.
Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralkan radikal bebas dan melindungi
tubuh dari beragam penyakit termasuk penyakit degeneratif pada usia lanjut
seperti arteriosklerosis. Senyawa yang bersifat antioksidan banyak terdapat dalam
sayur mayur, buah-buahan segar dan rempah-rempah. Hasil penelitian ilmiah
menunjukan bahwa buah-buahan, sayuran, biji-bijian merupakan sumber
antioksidan yang baik dan dapat mencegah reaksi berantai radikal bebas dan
tubuh. Sayur mayur banyak mengandung antioksidan karena adanya vitamin C,
vitamin E, betakaroten, likopen dan flavonoid (Kosasih, 2004:15).
11
1.5.2. Mekanisme antioksidan
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan
primer, sekunder dan tersier (Winarsi, 2007:77).
1) Antioksidan primer
Antioksidan yang bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal
bebas yang baru dengan mengubah radikal bebas yang ada menjadi
molekul yang efek radikalnya berkurang sebelum radikal bebas ini
bereaksi. Contoh antioksidan primer adalah superoksida dismutase (SOD),
glutation peroksidase dan protein pengikat logam.
2) Antioksidan sekunder
Antioksidan yang bekerja dengan pemutusan rantai, berfungsi manangkap
radikal bebas dan mencegah reaksi berantai. Contoh dari antioksidan
golongan sekunder adalah vitamin C, tokoferol, betakaroten, golongan
fenol.
3) Antioksidan tersier
Antioksidan golongan tersier memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan
yang disebabkan radikal bebas. Contoh dari antioksidan tersier yaitu
enzim metionin sulfoksida reduktase.
1.5.3. Sumber antioksidan
Antioksidan dalam tubuh berfungsi sebagai penangkal radikal bebas dalam
tubuh kita. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok yaitu:
(Droge, 2002:47).
12
1) Antioksidan alami
Antioksidan dapat diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alam yang
diisolasi dari tumbuhan. Antioksidan alami umumnya merupakan
senyawa fenolik/polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid,
turunan asam sinamat, kumarin, asam-asam organik, polifungsional.
Golongan flavonoid yang memiliki efek antioksidan meliputi flavon,
flavonol, flavanon, isoflavon, katekin dan kalkon.
2) Antioksidan sintetik
Antioksidan ini merupakan antioksidan buatan dari sintetis reaksi kimia.
Senyawa-senyawa yang termasuk antioksidan sintetik yaitu butil
hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluene (BHT), propil galat, ter-
butil hidroksi kuinon (TBHQ) dan tokoferol.
1.6. Uji Aktivitas Antioksidan
1.6.1. Metode DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhidrazyl)
Metode DPPH adalah metode yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan atau aktivitas antioksidan suatu senyawa. Molekul
1,1- difenil-2-pikril-hidrazil (DPPH) adalah radikal bebas yang stabil akibat
adanya dekolonisasi elektron sunyi oleh keseluruhan molekul, sehingga molekul
DPPH tidak bergabung membentuk dimer, seperti banyak yang terjadi pada
radikal bebas. Dekolonisasi yang terjadi mengakibatkan terbentuknya warna ungu
yang dapat mengabsorpsi cahaya dengan panjang gelombang sekitar 515-520 nm
(Natasia, 2009:11).
13
Ketika suatu larutan DPPH dicampurkan dengan senyawa yang dapat
memberikan sebuah atom hidrogen, molekul DPPH akan tereduksi yang ditandai
dengan hilangnya warna ungu yang digantikan dengan warna kuning. Parameter
yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil pengujian aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH adalah nilai IC50 (inhibition concentration). IC50
adalah konsentrasi substrat yang merendam radikal bebas DPPH sebanyak 50%.
IC50 akan berbanding terbalik dengan kemampuan antioksidan substrat. Dengan
kata lain, semakin kuat aktivitas antioksidan substrat, nilai IC50 nya akan semakin
kecil (Natasia, 2009:11).
Nilai IC50 diperoleh melalui rumus:
IC50
(1)
Dimana IC50 adalah persen peredaman sampel terhadap DPPH, sering juga disebut
persen inhibisi; A0 adalah absorbansi awal DPPH; dan A adalah absorbansi DPPH
setelah ditambah sampel (Molyneux, 2004:7).
1.7. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi biasanya bahan-bahan
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu
(Harborne, 1987:6-8).
1.7.1. Macam-macam metode ekstraksi
Beberapa metode ekstraksi dengan mengggunakan pelarut (Dirjen POM,
2000:13-31).
14
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi
kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus).
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak), terus menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya sampai 1-5 kali
bahan.
b. Cara panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
15
2) Ekstraksi sinambung
Ekstraksi sinambung adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus (soxhlet) sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
3) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu
yang lebih tinggi dari suhu ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada suhu 40-50 °C.
4) Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, suhu terukur 96-98 °C)
selama waktu tertentu (15-20 menit).
5) Dekok
Dekok infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan suhu sampai titik
didih air.
1.7.2. Metode ekstraksi yang digunakan
Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode
maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
16
larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Waktu
lamanya maserasi berbeda-beda antara 2-14 hari, biasanya 5 hari (Ansel, 1989).
Keuntungan maserasi adalah proses paling tepat dimana bahan yang
sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan terlarut,
sedangkan kerugiannya adalah memerlukan pelarut dalam jumlah banyak, waktu
penyariannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Ansel, 1989).
1.8. Gel
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989:390). Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada
produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri.
Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan
pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007:44).
Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak
terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri
dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini
dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989:391). Polimer-polimer yang
biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan,
pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis
17
seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol
yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi.
Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus
berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman dkk., 1994). Beberapa
formulasi sediaan gel dicantumkan dalam tabel I.2 dan tabel I.3.
Tabel I.2 Formula gel karbomer 941
Komponen
%b/b
Karbomer 941
0.5
Gliserin
10
TEA
0.5
Air
89
Pengawet q.s
(Goeswin, 2008)
Tabel I.3 Formula gel alkohol karbomer 934
Komponen
%b/b
Karbomer 934
3
Gliserin
10
Etanol
40
2-etil heksil amin
2.5
Air
44.5
(Goeswin, 2008)
1.8.1. Basis gel
Basis gel bermacam-macam, yang umum digunakan adalah gel hidrofobik
dan gel hidrofilik.
1) Basis gel hidrofobik
18
Basis gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi
antara kedua fase. (Ansel, 1989:391).
2) Basis gel hidrofilik
Basis gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya
tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak
adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik
biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih
besar (Ansel, 1989:393).
1.8.2. Keuntungan sediaan gel
Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994:442) adalah kemampuan
penyebarannya baik pada kulit, efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan
lambat dari kulit ,tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
,kemudahan pencuciannya dengan air yang baik dan pelepasan obatnya baik.
1.9. Kulit
Kulit merupakan suatu struktur yang fleksibel, mudah melentur, dan dapat
mengatur diri sendiri. Terdiri dari sistem sirkulasi dan evaporator yang berguna
untuk mengatur dan menstabilkan suhu badan. Kulit tersusun dari bermacam-
macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat,
organ pembuluh perasa, urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos, dan lemak
(Jellinek, 1970:125).
19
1.9.1. Struktur dan lapisan kulit
Gambar I.6 Penampang Kulit (Tortora, 1986: 928).
Secara umum kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu : (Jellinek, 1970:125-129).
a. Epidermis
Lapisan ini merupakan lapisan kulit terluar, yaitu terdiri dari stratum
korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan
stratum basale.
1) Stratum korneum, merupakan lapisan teratas dari epidermis terdiri dari
beberapa lapisan sel yang mati dan tidak berinti.
2) Stratum lusidum, merupakan lapisan yang berada tepat dibawah
stratum korneum, merupakan lapisan tipis tidak berwarna dan bersifat
asidofilik.
3) Stratum granulosum, disebut juga lapisan keratohoalin yang tersusun
dari sel-sel granular kasar yang tidak beraturan.
20
4) Stratum spinosum, terdiri atas beberapa lapis sel berbentuk polygonal.
Lapisan ini merupakan lapisan pertama yang mengalami deferensiasi.
5) Stratum basale, terdiri atas sel-sel berbentuk kubus. Sel-sel ini
berfungsi reproduksi karena mengalami mitosis. Diantara stratum korneum
dan stratum granulosum, terdapat “zona barrier”. Keratin pada bagian ini
mempunyai kemampuan fisiologis khusus yaitu mengabsorpsi zat yang
akan larut dalam air atau lemak karena adanya senyawa sulfidril, asam
amino, dan thiol.
b. Dermis
Merupakan lapisan elastis yang memberikan kekencangan dan elastisitas
pada kulit. Dermis terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
2) Pars retikulare adalah bagian yang menonjol ke daerah subkutan,
tersusun atas kolagen, elastin, dan retikulin. Disamping itu terdapat pula
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, jaringan lemak serta
saraf peraba, dan perasa.
c. Subkutis
Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak yang
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung
saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.
21
1.9.2. Fungsi kulit
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung
dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk.
Kulit mempunyai banyak fungsi yaitu di dalamnya terdapat ujung saraf peraba,
membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh, juga
mempunyai sedikit kemampuan eksetori, sekretori, dan absorbsi (Pearce, 2004).
1.9.3. pH kulit
Kulit merupakan organ terbesar yang meliputi bagian luar dari seluruh
tubuh dan juga membentuk pelindung tubuh terhadap lingkungan. Bagian luar
yang kuat dan kering menandakan sifat fisik kulit. Morfologi dan ketebalan kulit
berbeda pada setiap bagian tubuh. Kulit mempertahankan karakterisasi
fisikokimia seperti struktur, suhu, pH, dan keseimbangan oksigen dan
karbondioksida. Sifat asam dari kulit ditemukan pertama sekali oleh Heuss pada
tahun 1982 dan kemudian disahkan oleh Schade dan Marchionini pada tahun
1928, yang dianggap bahwa keasaman digunakan sebagai pelindung dan
menyebutnya sebagai “pelindung asam“ dan beberapa literatur saat ini
menyatakan bahwa pH permukaan kulit sebagian besar asam antara 5,4 dan 5,9.
(Ansari dkk., 2009).
1.9.4. Penuaan dini
Secara alami, kulit akan mengalami penuaan seiring dengan bertambahnya
usia. Namun, bila tidak dirawat dengan baik kulit akan mengalami penuaaan dini.
Penuaan dini merupakan proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari yang
seharusnya (Wasiaatmadja,1997:11).
22
Ada dua faktor yang berperan dalam terjadinya penuaan dini, yaitu:
(Hermnia, 2005:16-19).
a. Faktor internal
Berasal dari dalam tubuh seperti bertambahnya umur, genetik dan hormonal.
Faktor internal sangat sulit dihindari karena akan terbentuk secara alami berupa
perubahan struktur, fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutanya usia. Proses
ini berupa, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus dan timbulnya
pigmentasi kulit .
3) Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar tubuh seperti paparan sinar ultraviolet, asap rokok
dan polusi udara. Paparan sinar ultraviolet yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan kulit akibat radikal bebas yang terbentuk sehingga terjadi pemecahan
kolagen serta jaringan penghubung dibawah kulit dermis .
1.10. Preformulasi Sediaan Gel Ekstrak Beras
Studi Preformulasi merupakan suatu proses optimasi suatu sediaan melaui
penentuan dan pendefinisiaan sifat-sifat fisika dan kimia yang penting dalam
penyusunan formulasi sediaan obat yang aman.
Bahan-bahan yang digunakan dalam formula gel ekstrak beras adalah
karbomer, gliserin, TEA (Trietanolamina), metil paraben, propil paraben, dan air.
a. Karbomer
Menurut Rowe dkk (2003: 89), nama lain karbomer adalah acritamer, acrylic acid
polymer, carbopol, carboxyvinyl polimer. Karbomer digunakan sebagian besar di
23
dalam cairan atau sediaan formulasi semisolid berkenaan dengan farmasi sebagai
agen pensuspensi atau agen penambah kekentalan. Digunakan pada formulasi
krim, gel dan salep, dan kemungkinan digunakan dalam sediaan obat mata dan
sediaan topikal lain.
Karbomer berwarna putih, serbuk halus, bersifat asam, higroskopik,
dengan sedikit karakteristik bau. Karbomer dapat larut di dalam air, di dalam
etanol (95%) dan gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan
koloidal bersifat asam, sifat merekatnya rendah. Karbomer bersifat stabil,
higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat mengakibatkan kekentalan
menurun sehingga mengurangi stabilitas. (Rowe dkk., 2003: 89).
Dengan kosentrasi berbeda karbomer memiliki berbagai macam kegunaan.
Karbomer digunakan untuk bahan pengemulsi pada konsentrasi 0,1-0,5 %, bahan
pembentuk gel pada konsentrasi 0,5-2,0 %, bahan pensuspensi pada konsentrasi
0.5–1.0 % dan bahan perekat sediaan tablet pada konsentrasi 5–10 % (Rowe dkk.,
2003:89).
Karbomer akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya
zat- zat alkali seperti trietanolamin atau diisopropilamin untuk membentuk suatu
sediaan semipadat. (Lachman dkk., 1989)
b. Gliserin
Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa manis diikuti rasa hangat, higroskopik, dapat bercampur dengan air
dan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam
minyak lemak (Depkes RI, 1979).
24
Gliserin digunakan sebagai bahan pelembab (humektan). Bahan ini
mencegah kering dan mencegah pembentukan kerak. (Rowe dkk., 2003:257).
Untuk penggunaan sebagai bahan pelembab, gliseril digunakan pada
kosentrasi 10-20% (Voigh, 1994). Atau dengan kosentrasi 5-20% (Martin, 1993).
c. TEA (Trietanolamina)
Trietanolamin adalah campuran trietanolamina, dietanolamina dan
monoetanolamina. Merupakan caiaran kental, tidak berwarna hingga kuning
pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik, mudah larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P, larut dalam kloroform P (Rowe dkk., 2003:663).
Trietanolamin digunakan sebagai pengemulsi, kosentrasi trietanolamin
sebagai pengemulsi adalah 2-4% (Rowe dkk., 2003:663). TEA ditambahkan
untuk menetralisir polimer karbomer (hingga pH 6-11) sehingga terbentuk gelling
agent. Konsentrasi yang biasa digunakan 2-4%. (Rowe dkk., 2003:794-795).
d. Metil paraben (Nipagin)
Metil paraben merupakan zat berwarna putih atau tidak berwarna,
berbentuk serbuk halus dan tidak berbau. Zat ini mudah larut dalam etanol 95%,
eter, dan air tetapi sedikit larut benzen, dan karbon tetraklorida. (Depkes RI,
1993).
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri
atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Pada
kosmetik, metil paraben adalah pengawet antimikroba yang paling sering
25
digunakan. Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan
penambahan propilen glikol (Rowe dkk., 1994:390-391).
e. Propil Paraben (Nipasol)
Propil paraben atau nipasol adalah senyawa paraben yang berfungsi
sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produksi makanan dan formula
farmasi. Propil paraben dapat digunakan sendiri ataupun dikombinasikan dengan
paraben maupun antimikroba lain. Aktivitas propil paraben efektif pada pH 4-8.
Efek sebagai pengawet menurun dengan meningkatkan pH. Propil paraben lebih
aktif melawan bakteri dan lebih aktif melawan gram positif dari pada gram
negatif. Konsentrasi propil paraben untuk sediaan topikal adalah 0,01-0,6%.
Apabila propil paraben dikombinasikan dengan metil paraben, konsentrasi propil
paraben 0,02% dan metil paraben 0,18% (Rowe dkk., 2005: 526-527).
f. Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Merupakan
cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Disimpan
dalam wadah tertutup baik dan digunakan sebagai pelarut (Depkes RI, 1979:
1125).
1.11. Hipotesis
Ekstrak beras putih, ekstrak beras hitam dan kombinasi ekstrak beras
putih-ekstrak beras hitam dapat dijadikan sebagai sediaan gel yang baik dan dapat
mencegah terjadinya penuaan dini akibat dari radikal bebas.
26
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Tahapan pertama dilakukan
determinasi beras hitam dan beras putih, serta pembuatan ekstrak beras hitam dan
beras putih menggunakan metode maserasi. Beras hitam dan beras putih dimaserasi
dengan menggunakan etanol 95% dan diambil filtratnya dengan penyaringan. Hasil
saringan diuapkan dalam rotary vacuum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak beras dengan
menggunakan metode DPPH. Setelah diketahui nilai IC50 ekstrak dari beras yang
digunakan, maka penelitian dilanjutkan dengan formulasi gel antioksidan ekstrak
beras yang kemudian di evaluasi. Evaluasi sediaan gel meliputi pengujian
organoleptik dengan mengamati perubahan penampilan fisik berupa bentuk, warna,
dan bau, penetapan pH dengan menggunakan pH meter serta pengukuran viskositas
menggunakan viscometer Brookfield. Evaluasi ini dilakukan setiap minggu selama 3
minggu pada sediaan yang disimpan pada suhu ruang dan suhu 40ºC. Kemudian
dicoba pengukuran aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak beras putih dan beras
hitam dengan metode DPPH sehingga diperoleh nilai IC50. Selanjutnya dibuat sediaan
gel kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam dan dievaluasi pada penyimpanan
selama 14 hari pada suhu ruang meliputi uji organoleptis, pH, viskositas dan uji
homogenitas.
27
Secara keseluruhan, metode kerja yang dilakukan pada penelitian ini di perlihatkan
pada bagan di bawah ini :
Perlakuan awal
Pengumpulan bahan
Uji aktivitas
antioksidan metode
DPPH
Determinasi
Determinasi
Determinasi
Determinasi
Ekstraksi maserasi (Etanol 95% 3x24jam)
Persiapan alat dan bahan
Beras
Formulasi
sediaan
Ekstrak beras
Uji stabilitas pada suhu 40°C
Pengukuran viskositas
Pengukuran pH
Uji organoleptik
Gel beras
Penetapan Ic50
Evaluasi
Orientasi pelarut dan ukuran partikel
Gel beras kombinasi
Uji stabilitas pada suhu 40°C
Pengukuran viskositas
Pengukuran pH
Uji organoleptik
Evaluasi
28
BAB III
BAHAN DAN ALAT
3.1. Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kental
beras putih (Oryza sativa L.“Ciherang”) dan beras hitam (Oryza Sativa
L.“Cibeusi”), karbomer (brataco), TEA (Trietanolamina) (brataco), vitamin C
(brataco), metil paraben (brataco), propil paraben (brataco), gliserin (brataco),
aquadest, etanol 95%, DPPH (1,1diphenyl-2-picrylhidrazyl), N-heksan, etil asetat,
serbuk magnesium, asam klorida 2N, amil alkohol, besi (III) klorida, kloroform,
dragendorff, mayer, asam sulfat pekat, gelatin, eter, Lieberman Burchard, natrium
oksida, kalium oksida.
3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas yang
biasa dipakai dalam laboratorium, stirrer (ika®, tipe RW 20 digital), rotary
vacuum evaporator (ika®, tipe RV 10), kaca objek, alat ukur, timbangan analitik
(metller tolledo, tipe AL204), spektrofotometer UV-VIS (shimadzu, tipe 1240),
pH meter, viskometer Brookfield (Helipathstand tipe LV-1 digital), oven
(memmert).
29
BAB VI
PROSEDUR PENELITIAN
4.1. Pengumpulan Dan Determinasi Tumbuhan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras putih (Oryza
sativa L.“Ciherang”) dan beras hitam (Oryza Sativa L.“Cibeusi”) yang berasal
dari Subang. Kedua beras di determinasi di Hebarium Bandungense Sekolah Ilmu
dan Teknologi Hayati, Insitut Teknologi Bandung.
4.2. Pembuatan Ekstrak Beras
Ekstraksi beras dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan
pelarut etanol 95% dengan cara merendam beras selama 3 x 24 jam dan dilakukan
penggantian pelarut setiap harinya. Ekstrak cair beras yang dihasilkan ditampung
dan diuapkan dengan rotary vacuum evaporator dengan suhu 50ºC hingga
diperoleh ekstrak kental.
4.3. Pengujian Parameter Standar
Pengujian parameter standar dilakukan terhadap ekstrak, terdiri dari
parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik. Parameter standar
non spesifik bertujuan untuk menetapkan kualitas ekstrak meliputi kadar air,
kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Parameter standar spesifik yang
diperiksa yaitu kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol.
30
4.3.1. Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metoda Azeotroph, tahapannya
yaitu tabung penampung dan kondensor dibersihkan dengan cara dibilas dengan
asam, lalu dibilas dengan air, kemudian dikeringkan dalam oven. Ke dalam labu
destilata dimasukkan 200–300 ml toluena yang telah dijenuhkan dengan aqua
destilata. Simplisia sebanyak 2-3 gram dimasukkan ke dalam labu bundar. Labu
didihkan perlahan-lahan selama kurang lebih 15 menit (tambahkan serpihan
porselen), setelah mendidih disuling dengan kecepatan 2 tetes/detik hingga
sebagian besar air tersuling kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan menjadi
4 tetes/detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam kondensor dibilas dengan
toluena, selanjutnya penyulingan dilanjutkan selama 5 menit, kemudian
pemanasan dihentikan. Tabung penerima didinginkan sampai suhu kamar. Tetesan
air yang menempel pada dinding tabung penerima dihilangkan. Air dan toluena
dibiarkan memisah dalam tabung penerima, kemudian volume air dalam tabung
penerima diamati. Kadar air dihitung dalam persen. (WHO, 1998:31-33).
Kadar air dihitung dalam persen (%) dengan persamaan :
Kadar air (%) = -
(2)
Keterangan:
w = bobot zat uji (gram)
n = volume destilasi pertama atau volume air setelah penyulingan (mL)
n1 = volume destilasi kedua atau volume total air (mL)
4.3.2. Penetapan kadar abu
1) Penetapan kadar abu total
Dua gram bahan ditimbang, dimasukkan ke dalam krus porselen yang
telah dipijarkan dan ditara.Krus berisi simplisia dipijarkan perlahan-lahan
31
hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang. Kadar abu dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan (WHO, 1998:28).
Kadar abu total dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar abu total =
x 100% (3)
2) Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total, dididihkan dengan
25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam
dikumpulkan kemudian disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci
dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap dan ditimbang. (WHO,
1998:28).
Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Kadar abu tidak larut asam =
x 100% (4)
4.3.3. Penetapan kadar sari
1) Penetapan kadar sari larut dalam air
Satu gram bahan dimaserasi selama 24 jam dengan 20 mL air-kloroform P,
kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring dan diuapkan hingga
kering dalam cawan dangkal yang telah ditara, dipanaskan pada suhu
105°C hingga bobot tetap. Kadar sari larut air dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2000:31).
Kadar sari larut dalam air dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kadar sari larut air =
(5)
32
2) Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Lima gram bahan dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol (95%),
kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring dan 20 ml filtrat
diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal yang telah ditara,
dipanaskan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Kadar sari larut etanol
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan. (Ditjen POM, 2000:31-
Kadar sari larut dalam etanol dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar sari larut etanol =
x 100% (6)
4.4. Penapisan Fitokimia
4.4.1. Pemeriksaan alkaloid
Bahan ditempatkan pada mortir, dibasakan dengan ammonia, kemudian
ditambahkan kloroform, lalu digerus kuat. Cairan (kloroform) dipipet melalui
kapas. Filtrat ditempatkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan
asam klorida 1 N, campuran dikocok lalu dibiarkan hingga terjadi pemisahan fase.
Fase air diambil, dibagi tiga bagian, masing-masing ditempatkan dalam tabung
reaksi terpisah.
Filtrat 1 : Ke dalam filtrat satu diteteskan larutan pereaksi Dragendorff.
Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan atau
kekeruhan berwarna jingga coklat.
Filtrat 2 : Ke dalam filtrat dua diteteskan larutan pereaksi Mayer. Adanya
endapan atau kekeruhan berwarna putih menunjukkan adanya
senyawa kimia golongan alkaloid.
33
Filtrat 3 : Filtrat tiga digunakan sebagai blanko atau kontrol negatif
(Farnsworth, 1996: 245-256).
4.4.2. Pemeriksaan tanin dan polifenol
Bahan digerus dengan air hingga lumat, kemudian dipindahkan ke dalam
tabung reaksi dan didihkan selama beberapa menit. Setelah disaring, filtrat dibagi
dua bagian.
Filtrat 1 : Ke dalam filtrat satu diteteskan larutan pereaksi besi (III)
klorida. Adanya warna biru hingga hitam menunjukkan adanya
senyawa golongan tanin dan polifenol.
Filtrat 2 : Ke dalam filtrat dua diteteskan larutan gelatin, lalu diamati
terjadinya pengendapan atau penggumpalan. Adanya
penggumpalan menunjukkan bahwa dalam filtrat terkandung
senyawa golongan tanin. Endapan gelatin disaring. Filtrat
ditetesi larutan pereaksi besi (III) klorida. Bila terbentuk warna
hitam, berarti bahwa dalam bahan tersebut terkandung
golongan tanin dan polifenol (Farnsworth, 1996: 264-265).
4.4.3. Pemeriksaan flavonoid
Bahan digerus dalam mortir dengan sedikit air, kemudian dipindahkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi logam magnesium atau seng dan larutan HCl 2 N.
Seluruh campuran dipanaskan 5-10 menit.Setelah disaring panas-panas dan filtrat
dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-kuat.
Adanya warna kuning hingga merah pada lapisan amil alkohol menunjukkan
adanya flavonoid (Farnsworth, 1996: 257-260).
34
4.4.4. Pemeriksaan kuinon
Ekstrak dilarutkan dengan sedikit aquadest lalu dipanaskan di atas
penangas air. Kemudian ditambahkan dengan KOH 5%. Hasil positifnya yaitu
terbentuknya warna merah (Farnsworth, 1966:267).
4.4.5. Pemeriksaan saponin
Bahan digerus dengan air hingga lumat, kemudian dipindahkan ke dalam
tabung reaksi, lalu ditambahkan lagi sedikit air dan dipanaskan. Setelah dingin,
tabung dikocok kuat-kuat selama beberapa menit. Pembentukan buih atau busa
diamati. Bila terjadi pembentukan buih/busa setinggi minimal 1 cm dan bertahan
selama 5 -10 menit serta tidak menghilang dengan penambahan 1 tetes larutan
HCl 0,1 N menunjukkan bahwa bahan yang diuji mengandung saponin
(Farnsworth, 1996: 257-260).
4.4.6. Pemeriksaan steroid dan triterpenoid
Ekstrak ditambahkan eter lalu dikocok. Lapisan eter diambil dan diuapkan
dengan cawan penguap di atas penangas air. Filtrat yang didapat ditambahkan
dengan pereaksi Lieberman-Burchard. Hasil positif untuk senyawa steroid ialah
timbulnya warna hijau sedangkan untuk senyawa triterpenoid hasil positif ditandai
dengan munculnya warna ungu (Farnsworth, 1966:258).
4.4.7. Pemeriksaan monoterpen dan seskuiterpen
Sampel ditambahkan eter, dipipet sambil disaring. Filtrat ditempatkan
dalam cawan penguap kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Ke dalam
hasil filtrat di tambahkan larutan vanilin 10% dalam asam sulfat pekat. Terjadi
warna-warna menunjukkan senyawa mono dan seskuiterpenoid.
35
4.5. Pengujian Aktivitas Antioksidan Terhadap DPPH
Metode pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak beras dilakukan
dengan menggunakan larutan DPPH, larutan uji, spektrofotometer UV-VIS.
Senyawa yang digunakan sebagai pembanding aktivitas sampel adalah vitamin C
yang diketahui mempunyai aktivitas antioksidan. Metode penentuan aktivitas
antioksidan pada vitamin C sama dengan larutan sampel.
4.5.1. Pembuatan larutan uji
Dibuat larutan uji dalam berbagai konsentrasi dengan pelarut etanol, yaitu
larutan ekstrak beras dengan variasi konsentrasi 500, 400, 300, 200, 100, 40 dan
20 bpj (bagian per juta) dalam pelarut etanol, serta vitamin C dengan variasi
konsentrasi 7,6, 5, 4, dan 3 bpj.
4.5.2. Pembuatan larutan DPPH
DPPH sebanyak 4 mg dilarutkan dalam etanol 100 mL sehingga didapat
larutan 0,004% (40 bpj). Larutan dijaga pada suhu rendah, terlindung dari cahaya
untuk segera digunakan (Molyneux, 2003:211-219).
4.5.3. Pengukuran persen inhibisi larutan uji
Larutan uji adalah ekstrak beras putih dan beras hitam ditambahkan
dengan larutan DPPH sebanyak 1,5 mL, kemudian dihomogenkan. Campuran
larutan ini kemudian diinkubasi selama 30 menit. Kemudian diukur absorbansinya
pada panjang gelombang yang telah diukur, yaitu sesuai dengan panjang
gelombang DPPH. Sebagai kontrol digunakan larutan 1,5 mL etanol ditambahkan
1,5 ml larutan DPPH (Molyneux, 2003:211-219).
Kemudian dihitung % inhibisinya dengan rumus :
36
% inhibisi =
(6)
4.5.4. Penetapan IC50
Harga IC50 ekstrak beras dihitung dari kurva regresi antara konsentrasi
dengan % inhibisi ekstrak (larutan uji). Sedangkan harga IC50 vitamin C dihitung
dari kurva regresi antara kosentasi % inhibisi vitamin C, Kedua IC50 yang didapat
dari ekstrak beras dan vitamin C kemudian dibandingkan untuk mengetahui
kekuatan aktivitas antioksidan ekstrak beras dibandingkan dengan vitamin C
(Hanani dkk., 2005:131).
4.6. Formulasi Gel
Formula yang dirancang pada penelitian ini dibuat dari dengan karbomer
pada berbagai konsentrasi. Variasi rancangan formula dapat dilihat pada tabel
VI.1.
Tabel VI.1 Rancangan formula gel antioksidan ekstrak beras hitam dan ekstrak beras putih
4.6.1 Pembuatan Gel Antioksidan dengan basis Karbomer
Setengah bagian air suling yang dibutuhkan dicampurkan dengan gliserin.
Karbomer kemudian ditaburkan pada permukaan campuran aquadest dan gliserin.
Bahan Konsentrasi Formulasi (%)
F1
F2
F3
F4
F5
Ekstrak Beras Berdasarkan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Karbomer 0.50
0.75
1
1.5
2
Metil Paraben 0.18 0.18
0.18
0.18%
0.18
Propil Paraben 0.02
0.02
0.02
0.02%
0.02
Gliserin 10
10
10
10%
10
TEA
qs
qs
qs
qs
qs
Air ad
100 ad
100 ad
100 ad
100 ad
100
37
lalu tutup dengan plastik wrap dan dibiarkan mengembang. Basis karbomer yang
belum mengembang ditambahkan TEA sedikit demi sedikit sampai mengembang .
Setelah mengembang aduk campuran dengan kecepatan 500 rpm (revolutions per
minute) dengan metil paraben, ekstrak kental beras yang telah dicampurkan
ditambahkan dengan sisa aquadest genapkan aquadest hingga 100 g dan aduk
hingga homogen.
4.7. Evaluasi Sediaan
Evaluasi ini dilakukan setiap minggu selama 3 minggu pada sediaan yang
disimpan di suhu ruang.
4.7.1. Pengujian organoleptik
Pengujian organoleptik meliputi pengujian fisik berupa warna, bau, dan
bentuk sediaan gel yang dilakukan secara visual (Herdiana, 2007:133).
4.7.2. Pengukuran pH meter
Pengukuran pH dari formula diukur dengan menggunakan pH meter.
Dengan cara larutan yang akan diukur ditempatkan pada beaker glass, diusahakan
volumenya tidak terlalu sedikit agar magnet yang akan digunakan tidak
bersentuhan dengan ujung pH meter.
4.7.3. Pengukuran viskositas
Pengukuran viskositas sediaan gel dilakukan dengan menggunakan
viscometer Brookfield dengan cara sampel dimasukkan ke dalam wadah,
kemudian spindel yang cocok dimasukkan ke dalamnya hingga tanda batas rotor
38
dihidupkan, dibiarkan selama beberapa waktu hingga tanda batas dan rotor
dihidupkan, dibiarkan selama beberapa waktu hingga di dapat angka yang stabil.
4.7.4. Uji stabilitas pada suhu 40°C
Stabilitas sediaan diuji pada kondisi suhu tinggi 40°C selama tiga minggu.
Aspek yang diuji meliputi pengujian organoleptik, pH dan viskositas.
4.7.5. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ditentukan secara visual. Caranya sampel dioleskan pada
kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan
tipis. Partikel diamati secara visual.
39
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian formulasi sediaan gel antioksidan dari ekstrak beras putih
dan ekstrak beras hitam meliputi hasil pengumpulan dan determinasi tumbuhan
penelitian, pembuatan ekstrak, penentuan standar mutu ekstrak, penapisan
fitokimia, pengujian aktivitas antioksidan ekstrak beras putih dan beras hitam
dengan metode DPPH sehingga diperoleh nilai IC50. Selanjutnya dibuat sediaan
gel yang kemudian dievaluasi pada penyimpanan selama 21 hari meliputi uji
organoleptis, pH dan viskositas pada suhu kamar, serta pengujian stabilitas pada
suhu 40°C. Kemudian dicoba pengukuran aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak
beras putih dan beras hitam dengan metode DPPH sehingga diperoleh nilai IC50.
Selanjutnya dibuat sediaan gel dengan menggunakan formula yang paling baik
berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan sebelumnya terhadap sediaan gel
antioksidan beras putih dan gel antioksidan beras hitam. Kemudian sediaan gel
kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam dievaluasi pada penyimpanan
selama 14 hari pada suhu kamar meliputi uji organoleptis, pH, viskositas dan uji
homogenitas.
5.1. Hasil Pengumpulan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras putih varietas
Ciherang (Oryza sativa L.“Ciherang”) dan beras hitam varietas Cibeusi (Oryza
40
sativa L.“Cibeusi”) yang diperoleh dari Subang. Kemudian beras putih dan beras
hitam dihaluskan dan disaring menggunakan ayakan ukuran mesh 120.
Penghalusan bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga kontak
antara bahan dengan pelarut bisa berlangsung optimum, mempercepat pelarutan,
mempercepat reaksi kimia, dan mempertinggi kemampuan penyerapan
(Bernasconi.,dkk,1995:19).
Beras dipilih untuk digunakan karena, beras memiliki banyak manfaat
untuk kecantikan (Martha, 1999:110). Salah satunya Beras hitam (yang
mempunyai kandungan antioksidan tinggi, selain itu, pada beras putih juga diduga
juga memiliki aktivitas antioksidan.
Tempat pengambilan sampel diambil di Subang karena, Subang
merupakan salah satu tempat Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Padi).
Bahan diambil di BBP Padi agar beras yang diperoleh beras yang memiliki
kualitas yang baik, yaitu bukan beras campuran atau oplosan, selain itu didapat
beras yang sempurna. Beras putih yang digunakan beras varietas Ciherang yang
merupakan salah satu varietas unggulan. Beras hitam yang digunakan beras hitam
Cibeusi diambil di Subang, karena varietas beras hitam yang dihasilkan di Subang
merupakan satu-satunya varietas yang ada di daerah Jawa Barat.
5.2. Hasil Deteminasi Tanaman
Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran
identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang
41
diinginkan. Dengan demikian kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan
diteliti dapat dihindari.
Beras di determinasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati, Institut Teknologi Bandung. Hasil determinasi menunjukkan bahwa
tumbuhan yang digunakan dalam penelitian adalah benar beras putih varietas
“Ciherang” dan beras hitam varietas “Cibeusi”. Hasil determinasi dapat dilihat
pada Lampiran 1.
5.3. Hasil Orientasi Penentuan Pelarut dan Ukuran Partikel Simplisia
yang Akan Digunakan Dalam Penelitian
Dilakukan orientasi terhadap beras putih dan beras hitam dengan
tujuannya untuk menentukan jenis pelarut yang baik untuk digunakan dan
penentuan ukuran partikel simplisia beras. Dimana ukuran partikel dan jenis
pelarut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi.
Orientasi yang dilakukan meliputi perlakuan berbeda yang diberikan pada
beras yaitu, dihaluskan dan tidak dihaluskan. Masing-masing beras diekstraksi
selama 3x24 jam menggunakan pelarut yang berbeda yaitu etanol 70% dan etanol
95%. Kemudian dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
terhadap hasil ekstrak yang diperoleh.
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena lebih selektif,
kapang sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya
baik, etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan, memerlukan
panas yang lebih sedikit untuk proses pemekatan, dan zat pengganggu yang larut
terbatas (Andersen, 2006:23).
42
Selain itu pelarut etanol dipilih sebagai cairan penyari karena senyawa
yang akan diekstraksi adalah senyawa fenolik. Ekstraksi senyawa fenolik dari
jaringan tumbuhan dalam bentuk glikosida menggunakan pelarut metanol atau
etanol pada suhu kamar dengan cara maserasi (Markham, 1988:56).
Perbandingan pengukuran aktivitas antioksidan hasil orientasi ekstrak
beras putih tidak. Dapat dilihat pada tabel V.1 dan tabel V.2.
Tabel V.1 Persen inhibisi aktivitas antioksidan beras putih tidak dihaluskan
Perbandingan pengukuran aktivitas antioksidan hasil orientasi ekstrak beras hitam
.Dapat dilihat pada tabel V.3 dan tabel V.4.
Hasil orientasi menunjukan simplisia beras baik beras putih maupun beras
hitam, yang dihaluskan lebih baik untuk digunakan karena nilai persen inhibisi
yang diperoleh menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras
yang tidak dihaluskan. Hal ini terjadi karena ukuran partikel mempengaruhi laju
ekstraksi, dimana semakin kecil ukuran, maka semakin besar luas permukaan
Konsentrasi
(bpj)
Pelarut
etanol
Absorbansi
Rata-rata
Absorbansi
Serapan
blanko
% Inhibisi
1000
70%
1.0634 1.0233 0.887
-5.366
0.9832
95% 0.8781 0.8856
0.887
0.152
0.8932
500
70% 0.4966 0.5025
0.887
43.342
0.5085
95% 0.3249 0.3205
0.887
63.866
0.3161
100
1000
70% 0.6837 0.6758
0.887
23.81
0.6679
95% 0.6484 0.7094
1.0233
0.887
0.887
27.491
-5.366
70%
1.0634
43
antara padat dan cair, sehingga laju perpindahan dari padatan yaitu senyawa yang
terkandung di dalam simplisia ke cairan (pelarut) semakin besar. Dengan kata
lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah
kecil.
Tabel V.2 Persen ihibisi aktivitas antioksidan beras putih dihaluskan
Tabel V.3 Persen ihibisi aktivitas antioksidan beras hita tidak dihaluskan
Konsentrasi
(bpj)
Pelarut
etanol
Absorbansi
Rata-rata
Absorbansi
Serapan
blanko
% Inhibisi
1000
70%
0.9672 0.9509 0.887
-7.209
0.9345
95% 0.8864 0.8914
0.887
-0.501
0.8965
500
70% 0.5267 0.5208
0.887
41.285
0.5149
95% 0.3865 0.3829
0.887
56.832
0.3793
100
70% 0.7366 0.7315
0.887
17.525
0.7265
95% 0.6386 0.6426
0.887
27.547
0.7067
Konsentrasi
(bpj)
Pelarut
etanol
Absorbansi
Rata-rata
Absorbansi
Serapan
blanko
% Inhibisi
1000 70%
0.8963 0.9397 0.887
-15.366
0.9832
95% 0.7942 0.4426 0.887 12.959
0.7499
500 70% 0.4368 0.5025 0.887 50.096
0.4485
95% 0.2352 0.2388 0.887 73.072
0.2425
100 70% 0.5976 0.5935 0.887 33.089
0.5894
95% 0.4811 0.4605 0.887 48.083
0.4399
44
Tabel V.4 Perhitungan persen inhibisi aktivitas antioksidan beras hitam dihaluskan
Dari hasil orientasi menunjukan simplisia beras yang di ekstraksi menggunakan
pelarut etanol 95% memiliki nilai persen inhibisi yang lebih besar dibandingkan
dengan simplisia yang diekstraksi menggunakan etanol 70%. Hal ini menandakan
bahwa pelarut etanol 95% lebih banyak menarik senyawa yang memiliki aktivitas
antioksidan baik yang bersifat polar maupun non polar yang terkandung di dalam
simplisia beras. Sedangkan etanol 70% hanya menarik sebagian kandungan
senyawa beras.
Kesimpulan hasil orientasi bahwa beras putih yang dihaluskan kemudian
di maserasi menggunakan pelarut etanol 95%, dan beras hitam yang dihaluskan
kemudian di maserasi menggunakan etanol 95% lebih baik untuk digunakan
karena menunjukan hasil nilai persen inhibisi yang lebih tinggi.
Konsentrasi
(bpj)
Pelarut
etanol
Absorbansi
Rata-rata
Absorbansi
Serapan
blanko
% Inhibisi
1000
70%
1.0634 1.0233 0.887
-5.366
0.9832
95% 0.8781 0.8856
0.887
0.152
0.8932
500
70% 0.4966 0.5025
0.887
43.342
0.5085
95% 0.3249 0.3205
0.887
63.866
0.3161
100
70% 0.6837 0.6758
0.887
23.81
0.6679
95% 0.6484 0.7094
0.887
27.491
0.7067
45
5.4. Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah cara dingin yaitu maserasi.
Proses maserasi dilakukan dengan cara simplisia beras putih sebanyak 1500 g dan
beras hitam 1500 g masing-masing terpisah, direndam dengan pelarut etanol 95%
selama 3x24 jam. Dengan melakukan penggantian pelarut setiap harinya agar
proses penyarian maksimal. Metode ini dipilih karena dapat mencegah terjadinya
kerusakan pada senyawa kimia tumbuhan yang tidak tahan panas. Ekstrak cair
hasil maserasi lalu dipekatkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator
untuk mendapatkan ekstrak kental. Penguapan dilakukan pada suhu penguapan
etanol yaitu 50ºC agar didapat kembali etanol yang terpisah dari ekstrak dengan
kemungkinan terjadinya penguraian senyawa kimia akibat panas dengan sekecil
mungkin.
Hasil ekstraksi menunjukan bahwa simplisia beras putih sebanyak 1500 g
yang dimaserasi dengan 7 L etanol 95% menghasilkan ekstrak kental sebanyak
24,22 g dan simplisia beras hitam sebanyak 1500 g yang dimaserasi dengan 7 L
etanol 95% menghasilkan ekstrak kental sebanyak 66,45 g. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa rendeman ekstrak beras putih yang diperoleh
sebesar 1,61% dan ekstrak beras hitam diperoleh rendeman sebesar 4,43%.
Terjadi perbedaan rendeman yang sangat jauh antara rendeman beras putih
dan rendeman beras hitam. Perbedaan rendemen tersebut diduga diakibatkan
karena kandungan air yang cukup tinggi pada beras hitam dibandingkan dengan
beras putih. Rendemen dipengaruhi kadar air bahan awal dan akhir yang
46
diinginkan. Dimana semakin tinggi kadar air dalam bahan, maka berat akhir yang
dihasilkan akan semakin tinggi pula (Desrosier,1986).
5.5. Hasil Parameter Standar Mutu Ekstrak
Ekstrak beras putih dan beras hitam yang diperoleh kemudian dilakukan
penetapan standar mutu ekstrak. Penetapan paramater standar ekstrak dilakukan
penetapan kadar abu, kadar sari, dan kadar air. Hasil parameter standar mutu
ekstrak beras putih dapat dilihat pada tabel V.5 dan tabel V.6.
Pada kadar abu dilakukan penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak
larut asam. Penetapan kadar abu total bertujuan menunjukan adanya unsur mineral
anorganik seperti logam. Hasil penetapan persentase kadar abu total ekstrak beras
hitam lebih besar dibanding persentase kadar abu total ekstrak beras putih.
Menunjukan bahwa unsur mineral anorganik pada beras hitam lebih banyak
dibanding pada beras putih. Kadar abu yang diperoleh baik pada ekstrak beras
putih maupun ekstrak beras hitam memiliki nilai yang tinggi hal ini diduga karena
pengaruh lokasi sawah tempat penanaman padi.
Kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk memastikan pengotor pada
ekstrak sudah tidak ada. Hasil penetapan persentase kadar abu tidak larut asam
beras hitam lebih besar dibanding persentase kadar abu tidak larut asam beras
putih. Menunjukan pengotor pada ekstrak beras hitam lebih banyak dibandingkan
ekstrak beras putih.
47
Tabel V.5 Parameter standar mutu ekstrak beras putih
Parameter Standar
Kadar (%)
Kadar abu total
3.09
Kadar abu tidak larut asam
0.45
Kadar sari larut air
5.77
Kadar sari larut etanol
7.32
Kadar air
16
Tabel V.6 Parameter standar mutu ekstrak beras hitam
Parameter Standar
Kadar (%)
Kadar abu total
3.85
Kadar abu tidak larut asam
0.57
Kadar sari larut air
6.52
Kadar sari larut etanol
9.18
Kadar air
25.6
Kadar sari yang larut air dilakukan untuk mengetahui senyawa polar yang terlarut
dalam air misalnya flavonoid, tanin dan glikosida. Hasil penetapan persentase
kadar sari yang larut air eksrak beras hitam lebih besar dibandingkan dengan
kadar sari yang larut air eksrak beras putih. Menunjukan bahwa kandungan
senyawa polar dalam ekstrak beras hitam lebih banyak dibandingkan dengan beras
putih.
Kadar sari yang larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa yang
terlarut dalam etanol, misalnya triterpenoid/steroid dan lemak. Hasil penetapan
persentase kadar sari yang larut dalam etanol ekstrak beras hitam lebih besar
dibandingkan dengan kadar sari yang larut dalam etanol eksrak beras putih.
Menunjukan bahwa kandungan senyawa yang terlarut dalam etanol dalam ekstrak
beras hitam lebih banyak dibandingkan dengan beras putih.
48
Pada penetapan kadar air bertujuan untuk menjaga kualitas ekstrak dari
pertumbuhan mikroba atau jamur selama proses penyimpanan. Semakin besar
kadar air maka masa simpan eksrtak akan semakin singkat karena ekstrak akan
mudah dirusak mikroba. Persyaratan umum pada Materia Medika Indonesia yaitu
kadar air tidak lebih dari 10%. Hasil penetapan persentase kadar air eksrak beras
hitam memiliki kadar air yang lebih tinggi dibanding ekstrak beras putih. Hal ini
menunjukan bahwa ekstrak beras hitam jangka waku penyimpanannya lebih
singkat dibandingkan dengan ekstrak beras putih. Dari hasil penetapan kadar air
dapat disimpulkan bahwa ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam tidak
memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia
Menurut literatur lain, kadar air dalam ekstrak tidak boleh lebih dari 10%.
Hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya pertumbuhan jamur dalam ekstrak
(Soetarno dan Soediro, 1997:15).
5.6. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Beras Putih dan Beras Hitam
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terkandung dalam ekstrak beras putih dan beras hitam. Hasil penapisan fitokimia
ekstrak beras putih dan beras hitam masing-masing dapat dilihat pada tabel V.7
dan tabel V.8.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa ekstrak beras putih terbukti mengandung
senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid, dimana memiliki aktivitas
antioksidan. Selain itu, pada beras putih juga terdektesi adanya senyawa alkaloid
dan tanin.
49
Tabel V.7 Hasil skrining fitokimia ekstrak beras putih
Golongan senyawa
Hasil Identifikasi
Alkoloid
√
Flavonoid
√
Saponin
-
Tanin
√
Kuinon -
Monoterpen dan sesquiterpen -
Steroid dan triterpenoid -
Polifenolat -
Keterangan :
√ = Terdeteksi
- = Tidak terdeteksi
Tabel V.8 Hasil skrining fitokimia ekstrak beras hitam
Golongan senyawa
Hasil Identifikasi
Alkoloid
√
Flavonoid
√
Saponin
-
Tanin
√
Kuinon -
Monoterpen dan sesquiterpen -
Steroid dan triterpenoid -
Polifenolat √
Keterangan :
√ = Terdeteksi
- = Tidak terdeteksi
Berdasarkan tabel V.8 diketahui bahwa selain menggandung flavonoid seperti
pada ekstrak beras putih, ekstrak beras hitam juga mengandung senyawa
polifenol. Dimana polifenol merupakan golongan senyawa yang juga memiliki
aktivitas antioksidan. Dimana antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik
dari keluarga flavonoid, dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih
50
besar yaitu polifenol (Andersen.,2006). Selain itu, pada beras hitam juga
terdektesi adanya senyawa alkaloid dan tanin.
Terjadi perbedaan hasil skrining fitokimia antara ekstrak beras putih dan
ekstrak beras hitam. Yaitu pada beras hitam terdeteksi adanya kandungan
polifenolat sementara pada ekstrak beras hitam tidak terdeteksi adanya senyawa
polifenolat. Hal ini diduga karena kandungan senyawa polifenolat pada ekstrak
beras putih jumlahnya sedikit sehingga saat di uji tidak terdeteksi.
5.7. Penetapan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beras Putih dan Ekstrak
Beras Hitam Dengan Metode DPPH
Penetapan aktivitas ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam terhadap
radikal bebas DPPH dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
5.7.1. Penetapan panjang gelombang maksimum DPPH
DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak
stabil dan berwarna ungu gelap. DPPH menghasilkan radikal bebas aktif bila
dilarutkan dalam alkohol. Apabila DPPH direaksikan dengan senyawa peredam
radikal bebas dalam jumlah tertentu, intesintas warna ungu akan berkurang dan
dapat berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna ungu menjadi kuning
selama proses inkubasi di sebabkan adanya penangkapan satu elektron oleh zat
antioksidan, sehingga menyebabkan tidak ada kesempatan elektron tersebut
berresonansi (Molyneux, 2003 ).
Penangkapan radikal DPPH merupakan salah satu metode uji untuk
menentukan aktivitas antioksidan. Kemampuan suatu senyawa atau sampel uji
untuk menangkap radikal DPPH merupakan suatu indikasi bahwa senyawa atau
51
sampel uji tersebut beraktivitas antioksidan. Digunakan DPPH untuk metode
penangkapan radikal karena mempunyai beberapa keuntungan, yaitu mudah
digunakan, mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi, dan dapat menganalisis
sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat.
Langkah pertama dilakukan penentuan panjang gelombang antara
400-600 nm karena panjang gelombang DPPH berada pada rentang tersebut.
Diperoleh panjang maksimum DPPH adalah 518 nm dimana elekktron dalam
radikal bebas DPPH memberikan serapan maksimum yang kuat pada panjang
gelombang tersebut dan warnanya adalah ungu. Sehingga absorbansi ekstrak atau
vitamin C yang telah direaksikan dengan DPPH dapat diamati pada panjang
gelombang tersebut.
5.7.2. Hasil perhitungan persen inhibisi dan penetapan IC50 ekstrak beras
putih dan ekstrak beras hitam
Pengujian aktifitas antioksidan dilakukan dengan penghambatan DPPH
terhadap ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam. Berdasarkan pengukuran
dengan spektofotometer UV-Vis, diperoleh data absorbansi. Dari data yang
diperoleh menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin
kecil absorbansi DPPH sehingga peningkatan kosentrasi hambat radikal bebas
DPPH semakin besar.
Dari data tersebut dapat dibuat kurva regresi linear antara % inhibisi
dengan konsentrasi ekstrak beras putih dan beras hitam dimana x sebagai
konsentrasi dan y sebagai % inhibisi dan diperoleh persaman regresinya yaitu,
y=0.085x+20.04 untuk ekstrak beras putih. Sedangkan persamaan regresi beras
52
hitam yaitu y=0.103x+31.06. Kurva linear aktivitas antioksidan ekstrak beras
putih dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Aktivitas antioksidan gel ekstrak beras putih
Kurva linear aktivitas antioksidan ekstrak beras hitam dapat dilihat pada
gambar 5.2.
Gambar 5.2 Aktivitas antioksidan gel ekstrak beras hitam
Pada penenuan aktivitas antioksidan ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam
terhadap radikal bebas DPPH digunakan vitamin C untuk membandingkan potensi
antioksidannya. Penggunaan vitamin C sebagai pembanding karena masyarakat
53
biasa mengkonsumsi vitamin sebagai penangkap radikal bebas, dalam hal ini
supaya memperoleh gambaran tentang aktivitas antioksidan dari beras putih dan
beras hitam bila dibandingkan dengan vitamin C yang biasa dipakai.
Sama halnya dengan pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak beras.
Pengujian aktifitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dimana
berdasarkan pengukuran dengan spektofotometer UV-Vis, diperoleh data
absorbansi. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi ekstrak maka semakin kecil absorbansi DPPH sehingga peningkatan
kosentrasi hambat radikal bebas DPPH semakin besar.
Dari data tersebut dapat dibuat kurva regresi linear antara % inhibisi
dengan konsentrasi vitamin C dimana x sebagai konsentrasi dan y sebagai %
inhibisi dan diperoleh persaman regresinya yaitu, y=8.331+27.19. Kurva linear
aktivitas antioksidan vitamin C dapat dilihat pada gambar 5.3.
Gambar 5.3 Aktivitas antioksidan vitamin C
Parameter yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan adalah IC50
yang didefinisikan sebagai konsentrasi senyawa antioksidan yang menyebabkan
hilangnya 50 % aktivitas DPPH (Molyneux, 2004). IC50 didapat dari perhitungan
y = 8.331x + 27.19 R² = 0.915
0102030405060708090
0 2 4 6 8
% in
hib
isi
Konsentrasi (bpj)
54
dengan memasukan konsentrasi sebagai x dan % inhibisi sebagai y pada
persamaan regresi linear, hasil uji aktvitas antioksidan menggunakan metode
DPPH menunjukkan bahwa ekstrak beras putih mempunyai IC50 sebesar 339,43
bpj dapat dilihat pada tabel V.9, sedangkan untuk ekstrak beras hitam mempunyai
IC50 sebesar 183,33 bpj dapat dilihat pada tabel V.10, dan vitamin C mempunyai
IC50 sebesar 2,737 bpj dapat dilihat pada tabel V.11.
Berdasarkan nilai IC50 yang didapat menunjukkan bahwa ekstrak beras
putih mempunyai aktifitas antioksidan yang sangat lemah, karena mempunyai
IC50 lebih dari 200 bpj, sementara ekstrak beras hitam mempunyai aktifitas
antioksidan yang lemah, karena mempunyai IC50 kurang dari 200 bpj. Suatu
senyawa dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC50 kurang
dari 50 bpj, kuat apabila nilai IC50 50–100 bpj, sedang apabila nilai IC50 100–150
bpj, dan lemah bila nilai IC50 antara 150–200 bpj (Molyneux.,2004).
Nilai IC50 untuk vitamin C lebih kecil daripada ekstrak ekstrak beras putih
dan ekstrak beras hitam, disebabkan ekstrak tersebut merupakan ekstrak kental
sedangkan vitamin C merupakan senyawa murni. Berdasarkan nilai IC50 ekstrak
dan vitamin C dapat diketahui perbandingan potensi antioksidan yaitu ekstrak
beras putih memiliki 1:124 kali vitamin C. Sedangkan ekstrak beras hitam
memiliki 1:67 kali vitamin C.
5.8. Hasil Formula Sediaan Gel dari Ekstrak Beras Putih dan Beras Hitam
Untuk formulasi sediaan gel banyaknya ekstrak yang digunakan dilihat dari
nilai IC50 yaitu dilihat dari konsentrasi yang sudah dapat menghambat 50%
radikal bebas. Pada beras putih kosentrasi 500 bpj digunakan sebagai formula.
55
Sedangkan untuk beras hitam kosentarsi 200 bpj. Formulasi sediaan gel dapat
dilihat pada tabel V.12 dan tabel V.13.
Tabel V.12 Formula sediaan gel dari ekstrak beras putih
Karbomer adalah acritamer, acrylic acid polymer, carbopol, carboxyvinyl
polimer. Karbomer bersifat stabil dan higroskopik. Karbomer digunakan untuk
pembentuk gel pada konsentrasi 0,5-2,0 % (Rowe dkk., 2003:89). Karbomer
merupakan basis yang sangat umum digunakan karena mempunyai sifat stabilitas
dan kompatibilitas yang tinggi. Karbomer digunakan sebagai basis gel karena
bersifat non toksik dan tidak menimbulkan reaksi hipersensitif atapun reaksi-
reaksi alergi terhadap penggunaan obat secara topikal. Selain itu karbomer dapat
menghasilkan viskositas yang tinggi dengan konsentrasi rendah serta bekerja
secara efektif pada kisaran pH yang luas. Karbomer telah banyak digunakan
sebagai agen pembangun struktur dalam sediaan lotion, krim dan gel selama lebih
dari 40 tahun (Desai, 1999).
Bahan
Konsentrasi Formulasi
1 2
3
4 5
Ekstrak Beras Putih 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Karbomer 0.50 0.75 1 1.5 2
Metil Paraben 0.18
0.18
0.18 0.18% 0.18
Propil Paraben
0.02
0.02
0.02
0.02% 0.02
Gliserin
10
10
10
10% 10
TEA
Qs
qs
qs
qs qs
Air
ad 100
ad 100
ad 100
ad 100
ad 100
56
TEA ditambahkan untuk menetralisir polimer karbomer (hingga pH 6-11)
sehingga terbentuk gelling agent. Konsentrasi yang biasa digunakan 2-4%. (Rowe
dkk., 2003:794-795).
Tabel V.13 Formula sediaan gel dari ekstrak beras hitam
Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, tidak berbau, rasa
manis diikuti rasa hangat, higroskopik, dapat bercampur dengan air dan etanol
(95%) (Depkes RI, 1979). Gliserin sebagai humektan yang memiliki kemampuan
untuk mengikat air (hidrasi), sehingga sediaan menjadi tetap lembab dan kering
(Rowe dkk., 2003:257). Untuk penggunaan sebagai bahan pelembab, gliserin
digunakan pada kosentrasi 10-20% (Voigh, 1994). Gliserin digunakan karena sifat
kelembabannya, ia dapat menarik air dari udara ke dalam kulit dan menjaga kulit
tetap lembab. Gliserin tidak beracun, sehingga membuatnya selamat untuk
digunakan sebagai produk kulit, bahkan untuk anak-anak dan bayi. Gliserin juga
dikenal sebagai bahan paling serbaguna dalam produk kecantikan karena
kestabilan kimianya tidak berbubah ketika dicampur dengan zat lainnya.
Propil paraben dan metil paraben masing-masing fungsinya adalah sebagai
pengawet. Metil paraben (Nipagin) adalah pengawet yang bersifat anti bakteri dan
Bahan
Konsentrasi Formulasi
1 2
3
4 5
Ekstrak Beras Putih 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Karbomer 0.50 0.75 1 1.5 2
Metil Paraben 0.18
0.18
0.18 0.18% 0.18
Propil Paraben
0.02
0.02
0.02
0.02% 0.02
Gliserin
10
10
10
10% 10
TEA
Qs
qs
qs
qs qs
Air
ad
100
ad
100
ad
100
ad
100
ad
100
57
propil paraben (Nipasol) adalah pengawet yang bersifat anti jamur. Sehingga
kemampuan pengawet metil paraben dapat ditingkatkan dengan kombinasi dengan
propil paraben. Apabila propil paraben dikombinasikan dengan metil paraben,
konsentrasi propil paraben 0,02% dan metil paraben 0,18% (Rowe dkk., 2005:
526-527). Digunakan propil paraben dan metil paraben karena banyak digunakan
sebagai pengawet dan antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan
formulasi farmasi. Karena, menurut penelitian menunjukkan bahwa metil paraben
tidak beracun sehingga aman digunakan. Sedangkan propil paraben memiliki
kelebihan yaitu sifatnya yang mudah larut air, sehingga baik digunakan dalam
produk-produk berbasis air salah satunya gel.
5.9. Pengujian Stabilitas Fisik Sediaan Gel Pada Suhu Ruang
Pengujian stabilitas pada suhu ruang meliputi pengamatan organoleptis,
pH, dan viskositas sediaan gel antioksidan beras putih dan gel antioksidan beras
hitam.
5.9.1. Hasil pengamatan organoleptis
Hasil pengamatan organoleptis dilakukan pada hari ke-0, meliputi
pengamatan bentuk, warna, dan bau dari sediaan gel antioksidan beras putih dan
gel antioksidan beras hitam. Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan beras
putih dapat dilihat pada tabel V.14.
58
Tabel V.14 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras putih pada suhu ruang
Formula ¤ Organoleptis
Bentuk
Warna Bau
1
+ Buram putih Khas
2
++
Buram putih Khas
3 +++ Buram putih Khas
4
++++
Bening putih Khas
5 ++++ Bening putih Khas
Keterangan :
+ = agak encer
++ = agak kental
+++ = kental
++++ = sangat kental
Dari tabel V.14 dapat dilihat formulasi gel ekstrak beras putih
menghasilkan bentuk gel kental, bau khas, dan warna sediaan bening putih hingga
buram putih dengan penurunan intensitas warna pada peningkatan konsentrasi
basis gel.
Tabel V.15 Pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras hitam pada suhu ruang
Formula ¤ Organoleptis
Bentuk
Warna Bau
1
+ Buram putih Khas
2
++
Buram putih Khas
3 +++ Buram putih Khas
4
++++
Bening putih Khas
5 ++++ Bening putih Khas
Keterangan :
+ = agak encer
++ = agak kental
+++ = kental
++++ = sangat kental
Dari tabel V.15 dapat dilihat formulasi gel ekstrak beras hitam menghasilkan
bentuk gel kental, bau khas, dan warna sediaan beningg merah muda hingga
buram merah muda dengan penurunan intensitas warna pada peningkatan
konsentrasi basis gel.
59
Konsentrasi basis gel yang digunakan mempengaruhi warna sediaan.
Dimana semakin tinggi konsentrasi basis gel intensitas warna dari sediaan gel
menurun. Hal ini terjadi diduga karena, semakin besar konsentrasi basis yang
digunakan warna basis itu sendiri semakin bening, sehingga ketika ditambahkan
ekstrak semakin tinggi konsentrasi basis gel intensitas warna dari sediaan gel
menurun karena dipengaruhi warna basis yang sebelumnya berwarna semakin
tinggi konsentrasi warna semakin bening.
Hasil pengamatan organoleptis sediaan gel antioksidan yang mengandung
ekstrak beras putih selama penyimpanan dapat dilihat pada tabel V.16.
Tabel V.16 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras putih pada suhu ruang
Formula
Karakteistik yang diamati
Pengamatan hari ke-
7
14
21
F1
Bentuk - - -
Warna
-
-
-
Bau
-
-
-
F2
Bentuk
- -
-
Warna
- - -
Bau
- - -
F3
Bentuk - - -
Warna
- - -
Bau
-
- -
F4
Bentuk -
- -
Warna
-
- -
Bau
- - -
F5
Bentuk -
-
-
Warna
-
-
-
Bau
-
-
-
Keterangan :
- = tidak ada perubahan
Hasil uji organoleptik sediaan gel antioksidan mengandung ekstrak beras
putih yang diperoleh dari sediaan formula 1 sampai formula 5 memiliki bentuk,
60
warna, dan bau yang tidak mengalami perubahan dari awal penyimpanan hingga
akhir penyimpanan, yaitu bentuk sediaan tetap berbentuk agak encer sampai
dengan sangat kental, berwarna yang stabil tidak berubah warna yaitu berwarna
putih bening hingga bening.
Hasil pengamatan organoleptis sediian gel antioksidan yang mengandung
ekstrak beras hitam dapat dilihat pada tabel V.17.
Tabel V.17 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras hitam selama penyimpanan
pada suhu ruang
Formula
Karakteistik yang diamati
Pengamatan hari ke-
7
14
21
F1
Bentuk - - -
Warna
-
-
-
Bau
-
-
-
F2
Bentuk
- -
-
Warna
- - -
Bau
- - -
F3
Bentuk - - -
Warna
- - -
Bau
-
- -
F4
Bentuk -
- -
Warna
-
- -
Bau
- - -
F5
Bentuk -
-
-
Warna
-
-
-
Bau
-
-
-
Keterangan :
- = tidak ada perubahan
Hasil uji organoleptik sediaan gel antioksidan mengandung ekstrak beras hitam
yang diperoleh dari sediaan formula 1 sampai formula 5 memiliki bentuk, warna,
dan bau yang tidak mengalami perubahan, yaitu tetap berwarna merah muda
61
hingga bening untuk dan tetap memiliki bau khas dari awal penyimpanan hingga
akhir penyimpanan.
Sediaan gel baik gel yang mengandung ekstrak beras putih maupun gel
yang mengandung ekstrak beras hitam secara pengamatan organoleptis tidak
mengalami perubahan baik bentuk, warna dan bau selama penyimpanan. Hal ini
diduga karena basis yang digunakan yaitu basis karbomer, dimana karbomer
merupakan basis yang stabil. Dan konsentrasi basis yang digunakan dalam
formula, merupakan konsentrasi yang sudah dapat menghasilkan stabilitas yang
baik. Selain itu karena sediaan gel tidak mengalami penguraian karena adanya
penambahan zat pengawet dalam formulanya. Formula basis karbomer 1% adalah
formula yang baik berdasarkan uji organoleptik.
5.9.2. Hasil Pengukuran pH Gel
Formula 1 hingga formula 5 memiliki pH yang berbeda-beda hal ini
dikarenakan adanya perbedaan jumlah karbomer yang dinetralisasi oleh rantai
panjang alkali seperti TEA. Karbomer akan mengembang jika didispersikan
dalam air dengan zat-zat alkali seperti trietanolamin untuk membentuk sediaan
semipadat (Lachman.,dkk,1994). Perbedaaan pH masing-masing formula
karbomer juga diduga karena pengaruh perbedaan jumlah TEA yang digunakan
untuk membuat massa gel.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pH gel selama penyimpanan
pada suhu ruang mengalami sedikit perubahan. Perubahan yang terjadi tidak
terlalu signifikan. pH berubah masih dalam rentang seharusnya. Tetapi secara
keseluruhan pH sediaan gel dapat dikatakan stabil pada penyimpanan suhu ruang.
62
Sediaan gel ideal pada sediaan topikal menurut standar dipersyaratkan pada pH
antara 6-8 (British Pharmacopeia, 1999).
Tabel V.18 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras putih
Hari
pH
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 7.36 7.45 6.87 7.45 7.32
7
7.34
7.48
6.83
7.47
7.31
14
7.38
7.42 6.84 7.42 7.31
28 7.33 7.45 6.85 7.44 7.33
Tabel V.19 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras hitam
Hari
pH
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 7.36 6.96 7.35 7.53 7.28
7
7.43
6.93 7.34 7.55 7.26
14
7.41
6.91 7.39 7.52 7.22
28 7.46 6.94 7.35 7.54 7.23
5.9.3. Hasil Pengukuran Viskositas Gel
Pengukuran viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan
selama penyimpanan dan untuk mengetahui viskositas yang baik untuk sediaan
gel antioksidan, karena sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada
permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini
dicuci atau dihilangkan. Pelekatan ini disebabkan oleh sifat reologis plastis
sediaan yang memungkinkan sediaan semipadat tersebut tetap bentuknya dan
melekat sebagai lapisan tipis sampai ada suatu tindakan, yaitu dengan suatu
kekuatan dari luar yang mengakibatkan bentuk sediaan semipadat ini akan rusak
bentuknya dan mengalir (Lachman.,dkk,1994).
63
Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras putih dan ekstrak
beras hitam dapat dilihat pada tabel V.20 dan tabel V.21.
Tabel V.20 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras putih
Hari
Viskositas (cp)
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 124484 373290 494531 558965 574299
7 124467
372678 494832 558845 573968
14
124456
373789 494478 558634 574242
21 124484 373555 494522 558663 574249
Tabel V.21 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras hitam
Hari
Viskositas (cp)
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 115780 396671 499587 582684 591558
7 115635
396635 499522 582633 591755
14
115633
396599 499502 582621 591557
21 115626 396582 499513 582610 591112
Dapat dilihat dari tabel hasil pengukuran viskositas formula 1 sampai formula 5
baik formula sediaan gel antioksidan beras putih maupun gel ekstrak beras hitam
nilai viskositas stabil. Karena pengaruh basis yang digunakan karbomer yang
merupakan basis yang lebih stabil dibanding basis yang lain.
Berdasarkan hasil pengujian viskositas formula 3, yaitu basis karbomer
1% memiliki viskositas yang baik dimana tidak terlalu kental dan tidak encer. Dan
ketika dioleskan dapat membentuk lapisan lebih tipis dibanding dengan formula
sediaan gel yang lain.
= = 5.10. Pengujian Stabilitas Pada Suhu 40°C
64
Stabilitas sediaan diuji pada kondisi suhu 40ºC selama 21 hari. Aspek yang
diuji meliputi pengujian fisik dan kimia seperti evaluasi organoleptik, pH dan
viskositas.
5.10.1. Hasil pengamatan organoleptis gel
Pengamatan organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-
perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan gel antioksidan yang mengandung
ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam dilakukan pada hari ke 0,7,14, dan 21
selama penyimpanan di oven dengan suhu 40ºC. Hasil pengamatan organoleptis
gel antioksidan ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam selama penyimpanan
pada suhu 40ºC dapat dilihat pada tabel V.22 dan tabel V.23.
Perubahan bentuk terjadi pada sediaan gel antioksidan ekstrak beras putih
dan gel ekstrak beras hitam selama penyimpanan suhu 40ºC. Dimana semakin
lama waktu pengujian bentuk sediaan semakin lebih encer dan terjadi penyusutan.
Perubahan warna terjadi pada sediaan gel antioksidan ekstrak beras putih
dan gel ekstrak beras hitam selama penyimpanan suhu 40ºC. Dimana semakin
lama waktu pengujian warna sediaan semakin memudar. Sediaan gel antioksidan
ekstrak beras putih formula 1, formula 2 dan formula 3 dari berwarna buram
berubah menjadi berwarna bening putih tetapi warna putihnya tidak sepekat hari
ke-0, dan untuk formula 4 dan formula 5 berwarna bening putih berubah menjadi
bening. Sementara untuk sediaan gel antioksidan ekstrak beras hitam, formula 1,
formula 2 dan formula 3 dari berwarna buram merah muda berubah menjadi
bening merah muda tetapi warna merah mudanya tidak sepekat hari ke-0 dan
untuk formula 4 dan formula 5 dari berwarna bening merah muda berubah
65
menjadi bening dengan warna merah mudanya tidak sepekat hari ke-0. Warna
yang memudar diduga akibat container closer system yang tidak baik, dimana
wadah yang digunakan tidak rapat sehingga ketika pada penyimpanan suhu 40ºC
senyawa yang bersifat antioksidan yang juga memberikan warna pada sediaan gel
teroksidasi. Karena, pada umumnya senyawa antioksidan tidak tahan terhadap
panas.
Untuk bau, sediaan gel antioksidan ekstrak beras putih maupun gel ekstrak
beras hitam tetap memiliki bau khas dari awal penyimpanan hingga akhir
penyimpanan.
Tabel V.22 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras putih
Formula
Karakteistik yang diamati
Pengamatan hari ke-
7
14
21
F1
Bentuk + + +
Warna
-
+
+
Bau
-
-
-
F2
Bentuk
+ +
+
Warna
- + +
Bau
- - -
F3
Bentuk + + +
Warna
- + +
Bau
-
- -
F4
Bentuk +
+ +
Warna
+ +
Bau
- - -
F5
Bentuk +
+
+
Warna
-
+
+
Bau
-
-
-
Keterangan :
- = tidak ada perubahan
+ = ada perubahan
66
Tabel V.23 Hasil pengamatan organoleptis gel antioksidan ekstrak beras htam selama penyimpanan
pada suhu 40°C
Formula
Karakteistik yang diamati
Pengamatan hari ke-
7
14
21
F1
Bentuk + + +
Warna
-
+
+
Bau
-
-
-
F2
Bentuk
+ +
+
Warna
- + +
Bau
- - -
F3
Bentuk + + +
Warna
- + +
Bau
-
- -
F4
Bentuk +
+ +
Warna
+ +
Bau
- - -
F5
Bentuk +
+
+
Warna
-
+
+
Bau
-
-
-
Keterangan :
- = tidak ada perubahan
+ = ada perubahan
5.10.2. Hasil Pengukuran pH Gel
Berdasarkan hasil diketahui bahwa pH gel selama penyimpanan
mengalami perubahan, namun masih termasuk ke dalam range pH sediaan topikal
yang baik. Sediaan gel ideal pada sediaan topikal menurut standar dipersyaratkan
pada pH antara 6-8 (British Pharmacopeia, 1999 ).
pH sediaan gel mengalami perubahan yang tidak begitu signifikan, hal ini
diduga akibat penggaruh suhu, tetapi suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi
yaitu 40ºC.
67
Tabel IV.24 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras putih selama penyimpanan
pada suhu 40°C
Hari
pH
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 7.5 7.38
7.21
7.44
6.85
7
7.43
7.25 7.11 7.42 6.84
14
7.32
7.03 6.83 7.39 6.72
21 7.22 6.94 6.83 7.33 6.67
Tabel IV.25 Hasil pengujian pH gel antioksidan ekstrak beras hitam selama penyimpanan
pada suhu 40°C
Hari
pH
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 7.46 7.51
7.66
7.22
6.69
7
7.4
7.31 7.53 6.94 6.63
14
6.98
7.43 7.33 7.21 6.66
21 7.03 6.94 7 7.2 6.67
4.10.3. Hasil Pengukuran Viskositas
Berdasarkan hasil pengukuran viskositas baik sediaan gel ekstrak beras
putih dan sediaan gel ekstrak beras hitam formula 1-5 terjadi perubahan nilai
viskositas. Perubahan nilai viskositas tersebut diduga karena pengaruh suhu.
Dimana umumnya benda akan mengalami pengurangan viskositas jika suhu
dinaikan. Hal ini berkaitan dengan struktur molekul dalam cairan tersebut, ketika
diberi panas, energi kinetik yg dimiliki partikel-partikel penyusun cairan akan
semakin besar, sehingga jarak antar molekul dalam cairan akan menjadi agak
renggang sehingga menjadi kurang padat. Hasil pengukuran viskositas gel
68
antioksidan ekstrak beras putih dan gel antioksidan ekstrak beras hitam dapat
dilihat pada tabel V.26 dan tabel V.27.
Tabel V.26 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras putih Selama Penyimpanan
pada suhu 40°C
Hari
Viskositas (cps)
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 115780 396671 495452 582648 593553
7 98565
358687 474532 557858 584522
14
-
- - - -
21 - - - - -
Keterangan :
- = tidak diukur
Tabel V.27 Hasil pengujian viskositas gel antioksidan ekstrak beras hitam Selama Penyimpanan
pada suhu 40°C
Hari
Viskositas (cps)
Ke-
F1
F2
F3
F4
F5
0 126754 394522 493526 573462 589732
7 98565
358687 474532 557858 584522
14
-
- - - -
21 - - - - -
Keterangan :
- = tidak diukur
Pada hari ke 14 dan hari 21 viskositas sediaan gel tidak dapat diukur karena,
volume dari sediaan gel berkurang atau terjadi penyusutan.
5.11. Pengujian Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Beras Putih dan
Ekstrak Beras Hitam
Dicoba pengujian aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak beras putih dan
ekstrak beras hitam. Hasil pengujian aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak beras
putih dan ekstrak beras hitam dapat dilihat pada tabel V.28:
69
Tabel V.28 Aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam
Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak
maka semakin kecil absorbansi DPPH sehingga peningkatan kosentrasi hambat
radikal bebas DPPH semakin besar. Dari data tersebut dapat dibuat kurva regresi
dan diperoleh persaman regresinya yaitu, y=0.100x+37.42. Kurva linear untuk
penetapan IC50 ekstrak beras putih dapat dilihat pada gambar 5.4.
Gambar 5.4 Aktivitas antioksidan gel kombinasi ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam
y = 0.100x + 37.42 R² = 0.932
0
20
40
60
80
100
0 200 400 600
% I
nh
ibis
i
Konsentrasi (bpj)
Konsentrasi
(bpj) Absorbansi
Absorbansi rata-rata
Serapan
blanko %inhibisi
IC50(bpj)
20
0.5263
0.5427 0.8275 34.42
125,8
0.5266
0.5752
40
0.4833
0.4962 0.8275 40.04
0.4964
0.5089
100
0.3523
0.3583 0.8275 56.70
0.3639
0.3587
300 0.2964
0.2954 0.8275 64.30
0.2844
0.3054
500 0.0953
0.0994
0.8275 87.99
0.1054
0.0975
70
Dari hasil perhitungan IC50, nilai IC50 kombinasi ekstrak beras putih dan
beras hitam lebih kecil dibanding masing-masing ekstrak beras putih maupun
ekstrak beras hitam. Hal ini diakibatkan karena kandungan senyawa pada beras
hitam berupa antosianin dan vitamin E, dan kandungan beras putih vitamin E.
Diduga karena masing-masing antioksidan yang terkandung dalam beras putih
dan beras hitam memiliki mekanisme kerja sendiri-sendiri, dan jika
dikombinasikan dapat menutupi kekurangan satu sama lain sehingga
menghasilkan efek potensiasi. Maka ketika dikombinasikan nilai antioksidannya
lebih tinggi dibanding jika ekstrak itu tidak dikombinasi.
4.11.1. Formula Sediaan Gel dari Kombinasi Ekstrak Beras Putih dan Beras
Hitam
Untuk formulasi sediaan gel banyaknya ekstrak yang digunakan dilihat
dari nilai IC50 yaitu dilihat dari konsentrasi yang sudah dapat menghambat 50%
radikal bebas. Konsentrasi 100 bpj digunakan sebagai formula. Formulasi sediaan
gel dapat dilihat pada tabel V.29.
Tabel V.29 Formula sediaan gel dari kombinasi ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam
Bahan
Konsentrasi
Ekstrak Kombinasi Beras
0.01%
Karbomer
1%
Metil paraben
0.18%
Propil paraben
0.02%
Gliserin
10%
TEA
qs
Air
ad 100%
71
5.11.2. Pengujian Stabilitas Fisik Sediaan Gel
Pengujian stabilitas sediaan gel dilakukan dengan pengamatan
organoleptis, pH, viskositas sediaan gel yang dibuat pada suhu kamar.
5.11.3. Hasil Pengamatan Organoleptis
Hasil dari pengamatan organoleptis meliputi pengamatan bentuk, warna,
dan bau dari sediaan gel antioksidan dapat dilihat pada tabel V.30.
Tabel V.30 Hasil pengamatan organoleptis kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam
Dari tabel dapat dilihat formulasi gel kombinasi ekstrak beras putih dan ekstrak
hitam menghasilkan bentuk gel kental, bau khas, dan warna sediaan bening sedikit
merah muda.
Pengamatan organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-
perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan gel antioksidan yang mengandung
eksrak beras putih dan ekstrak beras hitam dengan berbagai konsentrasi basis
yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 7, dan 14 selama
penyimpanan. Hasil pengamtan organoleptis sediian gel antioksidan yang
mengandung kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam dapat dilihat pada
tabel V.31.
72
Tabel V.31 Hasil pengamatan organoleptis sediaan gel antioksidan kombinasi ekstrak beras
putih dan beras hitam
Karakteristik yang diamati ¤ Pengamatan hari ke-
7
14
Bentuk
-
-
Warna
-
-
Bau - -
Hasil uji organoleptik sediaan gel antioksidan mengandung kombinasi ekstrak
beras putih dan beras hitam yang diperoleh dari sediaan memiliki bentuk, warna,
dan bau yang tidak mengalami perubahan dari awal penyimpanan hingga akhir
penyimpanan. Karena formula basis karbomer 1% telah dibuktikan adalah
formula yang baik berdasarkan uji organoleptik. Selain itu hal ini juga di duga
karena basis yang digunakan yaitu basis karbomer, di mana karbomer merupakan
basis yang stabil. Dan konsentrasi basis yang digunakan dalam formula yaitu 1%,
merupakan konsentrasi yang sudah dapat menghasilkan stabilitas yang baik.
Diduga juga sediaan gel tidak mengalami penguraian karena adanya penambahan
zat pengawet dalam formulanya.
5.11.4.Hasil Pengukuran pH Gel
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pH gel selama penyimpanan
pada suhu ruang tidak mengalami perubahan secara signifikan. Maka pH sediaan
gel dikatakan stabil pada penyimpanan suhu ruang. Hasil pengukuran pH gel
kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam dapat dilihat pada tabel V.32.
73
Tabel V.32 Hasil pengukuran pH sediaan gel antioksidan kombinasi ekstrak beras putih dan
beras hitam
Hari ke-
Viskositas (cps)
0
7.06
7
7
14
7.04
5.11.5. Hasil Pengukuran Viskositas Gel
Hasil pengujian viskositas gel antioksidan yang mengandung kombinasi
ekstrak beras putih dan beras hitam dapat dilihat pada tabel V.33.
Tabel V.33 Hasil pengukuran viskositas sediaan gel antioksidan kombinasi ekstrak beras putih
dan beras hitam
Hari ke-
Viskositas (cps)
0
495452
7
495422
14
494913
Dapat dilihat dari tabel hasil pengukuran viskositas sediaan gel antioksidan
kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam nilai viskositas stabil. Selain itu
berdasarkan hasil pengujian viskositas sebelumnya, yaitu basis karbomer 1%
memiliki viskositas yang baik dimana tidak terlalu kental dan tidak encer. Dan
ketika dioleskan dapat membentuk lapisan lebih tipis dibanding dengan formula
sediaan gel yang lain. Oleh karena itu basis karbomer 1% digunakan untuk
formulasi.
5.11.6 Hasil Uji Homogenitas
Dilakukan Uji Homogenitas dengan mengunakan kaca objek, dan diamati
bahwa tidak ada partikel-partikel kecil dari sediaan gel. Hal menunjukan bahwa
sediaan merupakan sediaan gel yang homogen. Hasil uji homegenitas sediaan gel
74
antioksidan kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam dapat dilihat pada
tabel V.34.
Tabel V.34 Hasil uji homegenitas sediaan gel antioksidan kombinasi ekstrak beras putih dan beras
hitam
Hari ke-
Homogenitas
0
Homogen
7
Homogen
14
Homogen
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak beras putih
mempunyai IC50 sebesar 339,43 bpj, ekstrak beras hitam mempunyai IC50 sebesar
183,33 bpj dan kombinasi ekstrak beras putih dan ekstrak beras hitam mempunyai
IC50 sebesar 125,8 bpj.Formula gel ke 3 yang mengandung kombinasi ekstrak
beras putih dan beras hitam dengan karbomer 1%, metil paraben 0.18%, propil
paraben 0.02%, gliserin 10%, TEA, dan air merupakan formula terbaik
berdasarkan hasil evaluasi organoleptik, homogenitas, pH sebesar 7.06 dan
viskositas sebesar 495452 cps.
6.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan evaluasi lanjutan
terhadap sediaan gel kombinasi ekstrak beras putih dan beras hitam, uji aktivitas
antioksidan sediaan juga uji iritasi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Asmi. (2003). Identifikasi dan Pengujian Stabilitas Pigmen Antosianin
Bunga Kana (Canna coccinea Mill.) serta Aplikasinya pada Produk
Pangan. ( http//digilib.gunadarma.ac.id.) Diunduh pada 12 November
2011.
Anief, Moh. (1997). Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit,
Yogyakarta : UGM Press.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, terjemahan
Ibrahim dan Farida, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Ardiansyah. (2007). Antioksidan dan Perannya Bagi Kesehatan.
(www.ardiansyah.multiply.com/journal/item/14.) Diunduh tanggal 11
Oktober 2011.
Andersen, Ø. M., Kenneth R. Markham. (2006). Flavonoid: Chemistry,
Biochemistry and Applications, CRC Press, Boca Raton, 7-14.
Bernasconi, G. (1995). Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi Pertama. Jakarta: PT.
Pradaya Paramita.
Brand-Williams, W., M.E. Cuvelier, and C. Berset. (1995). Use of a Free Radical
Method to Evaluated Antioxidant Activity. Lebensmittel-wissenschaft und
Technologie.
Cronquist, A.(1981). An Integranted System of Classification of flowering Plants,
Columbia University.
Departemen RI. (1995). Farmakope Indonesia Jilid IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen RI. (1979). Farmakope Indonesia Jilid III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Pertama, Ditjen POM Depkes RI, Jakarta.
Ditjen POM (1977). Materia Medika Indonesia, Jilid 1, Ditjen POM Depkes RI,
Jakarta.
Desai,D.D.:Hasman,D.F:Schmucker-Castner,J.F. (1999). Advancesin Carbomer
Polymer Technology.Ohio :BFGoodrich Company
Desrosier, W.N. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan, Edisi Ketiga, UI-Press,
Jakarta
Direktorat Gizi DEPKES RI. (1996). Daftar komposisi Bahan Makanan. Jakarta.
Droge W. 2002. Free radicals in the physiological control of cell function.
Physiol Rev.
Duke, J. (1987). CRC Handbook of Medicinal Herbs. Florida : CRC Press Inc.
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening Of Plants,
Journal Of Pharmaceutical Sciences, Vol. 55, No. 3, American
Pharmaceutical Association.
Fesenden and Fesenden. (1986). Kimia Organik, Edisi III, terjemahan Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka, Ph. D, Edisi III, Penerbit Erlangga, Jakarta.
77
Harborne, J.B. (1996). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung.
Hernina, dan M. Rahardjo. (2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Heyne, K. (1978). Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Terjemahan Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta : Yayasan
Sarana Wana Jaya.
Jellinek, J.S. (1970). Formulation and Function of Cosmetics, Wiley Interscience,
New York.
Krismamtini. (2009). Potensi Pengembangan Beras Sebagai Plsma Nutfah
Yogyakarta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Lachman, L., J. L. Kanig, and H. A. Liebermen. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press.
Langseth, L. (1995). Oxidants, Antioxidants and Disease Prevention. ILSI
Europe, Belgium.
Maicbah, H.I. (2000). Drug vs Cosmetic, Vol 23, Mercell dekker Inc, New York.
Markham, K.R. (1988). Cara Mengindentifikasi Flavonoid, terjemahan K.
Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.
Marxen, K., Vanselow, K.H., Lippemeier, S., Hintze, R., Ruser, A., and Hansen,
U.P. (2007). Determination of DPPH Radical Oxidation Caused by
Methanolic Extracts of Some Microalgal Species by Linier Regression
Analysis of Spectrophotometric Measurements.
Molyneux, P. (2003). The Use of Stable Free Radical Diphenylpicril hydrazil
(DPPH) for Estimating Antioxidan Activity, Songklanakarin, J, Sci.
Technol.
Prakash, A., Freg, R and Eugene, M. (2001). Antioxidant Activity, Medallion
Laboratories-Analytical Progress,Vol 19. No. 2.
Niwa, Y. (1997). Radikal Bebas Mengundang Kematian, Personal care Co. Ltd.,
Tokyo.
Pokarni, M. (2001). Antioksidan in Food: Practical Application, CRS press, New
York.
Prakash, A., Freg, R and Eugene, M. (2001). Antioxidant Activity. Medallion
Laboratories-Analytical Progress. Volume 19. Number 2
Praptiwi, A. (2006). Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal bebas diphenyl
picril hydrazil hydrate (DPPH) ekstrak metanol Knema laurina,Majalah
farmasi Indonesia, Bogor.
Rahman A., dkk. (2000). Jurnal Penelitian: Analisis Kandungan Antioksidan dari
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) dan Uji aktivitasnya pada
Asam Oleat, Universitas Indonesia, Jakarta.
Riyanto (2008). Beras Hitam si Lumbung Antioksidan. (http://agrina-online.com.)
Diunduh pada 12 November 2011.
Soetarno, S., dan I.S., Soediro, (1997). Standardisasi Mutu Simplisia dan Extrak
Bahan Obat Tradisional, Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang
Farmasi.
78
Suyatna, F.D. (1999). Superoksidase Dismutase Alami, Prosiding Seminar
Pemanfaatan Bahan Alam Indonesia untuk Bahan Baku Kosmetik, Jakarta.
Schwarz, K., (2001). Investigation of Plant Extracts for the Protection of
Processed Foods Againts Lipid Oxidation. Comparison of Antioxidant
Assays Based on Radical Scavenging, Lipid Oxidation and Analysis of the
Principal Antioxidant Compunds. Eur. Food Res Technol.
Tilar, Martha.(1999).Kecantikan perempuan Timur.Magelang.Indonesia Tera.
Trilaksani, W. (2003). Antioksidan; Jenis, sumber Mekanisme Kerja dan Peran
Terhadap Kesehatan. (http://tumoutou.net/6_sem2/wini_trilaksani.htm)
Diunduh 20 November 2011.
Vaughan, C.A. Geissler, Elisabeth Dowle. (2009). New Oxford Book Food
Plants.SPI Publisher Services, Pondicherry,India.
Rowe dkk. (1994). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 4th
ed., The
Pharmaceutical Press, London.
Wasiatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit UI, Jakarta.
Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Rdikal bebas, Penerbit Kanisius 15.
World Health Organization (1998). Quality Control Methods For Medicinal Plant
Materials. WHO Library Cataloguing in Publication Data, England.
Zhang, Ming, dkk (2010). Phenolic Profiles and Antioxidant Activity of Black
Rice Bran of Different Commercially Availabe Varietes.J.Agric.Food.Chem.
81
Lampiran 2
EKSTRAK BERAS PUTIH DAN BERAS HITAM
Gambar 2.1 Ekstrak beras putih
Gambar 2.2 Ekstrak beras putih
83
Lampiran 4
PERHITUNGAN PERSEN INHIBISI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
Tabel 4.1 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beras Putih
Konsentrasi (bpj)
Absorbansi
Absorbansi
rata-rata
Serapan
blanko %inhibisi
IC50(bpj)
20 0.7126 0.7127 0.8768 18.72
0.7261
40
0.6672 0.6542
0.8768 25.39
0.6591
0.6363
100
0.6439 0.6349
0.8768 27.59
0.6337
0.6271
200
0.5219 0.5174
0.8768 40.99
0.5163
339,43
0.5140
300
0.4426
0.4423
0.8768 49.56
0.4392
0.4451
400 0.4359
0.4391
0.8768
49.92
0.4397
0.4417
500
0.3397
0.2924
0.8768
66.65
0.2924
0.2380
84
Lampiran 4
(lanjutan)
Tabel 4.2 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Beras Hitam
Konsentrasi (bpj)
Absorbansi
Absorbansi
rata-rata
Serapan
blanko %inhibisi
IC50(bpj)
20 0.6241
0.6154 0.8275 25.63
0.6139
0.6082
40
0.5396 0.5419
0.8275
34.51
0.5527
0.5334
100
0.4324 0.4238
0.8275
48.79
0.4265
0.4125
200
0.3623 0.3536
0.8275
57.27
183,33
0.3513
0.3472
300
0.3259 0.31
0.8275
61.46
0.3141
0.3167
400
0.3115 0.2784
66.36
0.2685
0.8275
0.2552
500
0.1322
0.1283
84.50
0.1284
0.8275
0.1243
85
Lampiran 4
(lanjutan)
Tabel 4.3 Aktivitas Antioksidan Vitamin C
Konsentrasi (bpj)
Absorbansi
Absorbansi
rata-rata
Serapan
blanko %inhibisi
IC50(bpj)
3 0.4526 0.4527 0.876 48.32
2.7
0.4560
4
0.3354 0.3363
0.876
61.61
0.3343
0.3392
5
0.2286 0.2274
0.876
74.04
0.2311
0.2225
6
0.1849 0.1843
0.876
78.96
0.1841
0.1839
7
0.1676
0.1638
0.876
81.30
0.1632
0.1606
86
Lampiran 5
SEDIAAN GEL EKSTRAK BERAS PUTIH
Gambar 5.1 Formula 1 (karbomer 0.5%) Gambar 5.2 Formula 2 (karbomer 0.75 %)
Gambar 5.3 Formula 3 (karbomer 1 %) Gambar L 5.4 Formula 4 (karbomer 1.5%)
Gambar 5.5 Formula 5 (karbomer 2 %)
87
Lampiran 6
SEDIAAN GEL EKSTRAK BERAS HITAM
Gambar 6.1 Formula 1 (karbomer 0.5%) Gambar 6.2 Formula 2 (karbomer 0.75 %)
Gambar 6.3 Formula 3 (karbomer 1 %) Gambar 6.4 Formula 4 (karbomer 1.5%)
Gambar 6.5 Formula 5 (karbomer 2 %)
88
Lampiran 7
SEDIAAN GEL EKSTRAK BERAS PUTIH UJI STRESS TEST
HARI ke-21
Gambar 7.1 Formula 1 (karbomer 0.5%) Gambar 7.2 Formula 2 (karbomer 0.75 %)
Gambar 7.3 Formula 3 (karbomer 1 %) Gambar 7.4 Formula 4 (karbomer 1.5%)
Gambar 7.5 Formula 5 (karbomer 2 %)
89
Lampiran 8
SEDIAAN GEL EKSTRAK BERAS HITAM UJI STRESS TEST
HARI ke-21
Gambar 8.1 Formula 1 (karbomer 0.5%) Gambar 8.2 Formula 2 (karbomer 0.75 %)
Gambar 8.3 Formula 3 (karbomer 1 %) Gambar 8.4 Formula 4 (karbomer 1.5%)
Gambar 8.5 Formula 5 (karbomer 2 %)