Post on 26-Jul-2015
Presentasi Kasus
Ketuban Pecah Dini Tiga Jam pada Primigravida Hamil Aterm Belum Dalam Persalinan
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang
obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam
mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena
panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi.1
KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas.3
KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari keadaan
pasien. 1,3,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KETUBAN PECAH DINI
KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas.
Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang obstetrik,
hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam mendiagnosis,
berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena
panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi.1
Definisi
Ada beberapa definisi KPD, yaitu menurut Rustam KPD adalah pecahnya
ketuban sebelum in partu kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.4
Menurut Evans dan Cunningham KPD adalah pecahnya ketuban sebelum umur
kehamilan 37 minggu atau sebelum dalam persalinan.3,5
Etiologi
Berbagai faktor dapat dihubungkan dengan kejadian KPD, termasuk:5
1. Infeksi (amnionitis, cervicitis, dan vaginosis lain). Infeksi asenden dari
saluran genital bawah merupakan faktor resiko yang sering terdapat pada
KPD.7
2. Meningkatnya volume uterus (polihidramnion dan kehamilan multipel).
3. Perdarahan subkorionik.
4. Anomali fetal.
5. Koitus.
6. Trauma maternal.
7. Status sosioekonomi rendah.5
8. Substansi tertentu, seperti rokok.5,7
Faktor predisposisi KPD menurut Moegni, 1999 :1
a. Kehamilan multiple
b. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
c. Koitus, namun hal ini tidak merupakan predisposisi kecuali bila hygiene
buruk
d. Perdarahan pervaginam
e. Bakteriuria
f. pH vagina diatas 4,5
g. Servix yang tipis/kurang dari 39 mm
h. Flora vagina abnormal
i. Fibronectin > 50 ng/ml
j. Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) maternal tinggi
Patogenesis
KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban,
peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar penelitian
menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban.
Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada
beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi adalah bakteri yang
merupakan flora normal vagina maupun servix. Mekanisme infeksi ini belum
diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak
diketahui yang menyebabkan perubahan servix yang dapat memfasilitasi
terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi
adalah inkompetent servix, vaginal toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.1
Penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa patogenesis KPD
berhubungan dengan meningkatnya komponen selular apoptosis pada membran
janin, begitu pula peningkatan protease pada membrane dan cairan amnion. Daya
regang membran janin dipengaruhi oleh matriks ekstraselular pada amnion.
Kolagen amnion interstitial yang utama adalah tipe I dan III, yang diproduksi oleh
sel mesenkimal dan komponen struktur yang paling penting untuk daya regang
membran fetal.
Matriks Metaloproteinase (MMP) pada kelompok proteinase terlibat
dalam remodelling jaringan normal dan khususnya dalam degradasi kolagen.
MMP-2, MMP-3, and MMP-9 memiliki konsentrasi lebih tinggi pada cairan
amnion pada kehamilan dengan KPD.3
Diagnosis
1. Air ketuban yang keluar dari vagina
Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban
yang keluar dari vagina. Adanya efek yang merugikan KPD pada hasil
persalinan, maka pasien dengan riwayat cairan merembes dari vagina atau
sedikitnya volume cairan amnion pada pemeriksaan USG harus benar-benar
dievaluasi.
2. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk membuktikan pecahnya
ketuban dengan menggunakan cara sebagai berikut : forniks posterior harus
diperiksa sebagai bukti adanya genangan air ketuban.
3. Laboratorium
a. Fern test
1) Fern tes adalah metode yang biasa digunakan untuk menentukan adanya
KPD.
2) Sekret vagina dari forniks posterior diusap dengan menggunakan
aplikator kapas yang steril dan diusap tipis pada gelas objek. Setelah
dikeringkan dengan udara beberapa saat, lalu periksa gelas objek di
bawah mikroskop, maka akan didapatkan gambaran seperti daun pakis.
Untuk mencegah negatif palsu, gelas objek harus benar-benar kering.
Bila terdapat gambaran seperti daun pakis maka tes ini dianggap positif.
3) Positif palsu terjadi bila terdapat cairan salin kering dan atau terdapat
mucus servik.
b. Tes Nitrasin
1) Tes nitrasin terdapat pada pH cairan amnion (pH 7,0-7,5), di mana lebih
alkalis daripada sekret vagina normal (pH 4,5-5,5)
2) Sampel sekret vagina diusapkan pada kertas pH nitrasin. Perubahan
warna menjadi biru-hijau (pH 6,5) atau biru (pH 7,0) merupakan bukti
kuat adanya cairan amnion.
3) Positif palsu dapat terjadi pada adanya darah, urin, semen, atau agen
antiseptik.
4. USG dapat membantu menegakkan diagnosis KPD
a. USG untuk memeriksa volume cairan amnion dapat membantu menegakkan
diagnosis KPD. KPD biasanya berhubungan dengan volume cairan amnion
yang sedikit. Kantung cairan biasanya lebih besar dari 2x2 cm.
b. Penentuan bagian-bagian janin dan perkiraan berat janin dapat membantu
dalam penatalaksanaan wanita dengan KPD. Pada kasus KPD, USG serial
untuk memeriksa pertumbuhan janin seharusnya dilakukan setiap 3-4
minggu sebagai pengukuran terhadap keadaan janin.
5. Amniosentesis
a. Amniosentesis dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis KPD bila
data-data yang ada kurang mendukung.
b. Amniosentesis dapat digunakan utnuk menunjukkan adanya infeksi
intramnion. Konsentrasi glukosa cairan amnion di bawah 16-20 mg/dl,
pewarnaan gram positif, atau kultur cairan amnion positif dapat mendukung
diagnosis.5
Komplikasi
KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi pada ibu:2,3,6
a. Infeksi
Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis
korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam
(37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu
maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau
busuk, maupun leukositosis.
b. Hyaline membrane disease
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline memnrane disease
sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat
hubungan antara umur kehamilan dengan hyaline membrane disease dan
chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia
kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease
lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.
c. Abruptio placenta
Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang
mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah
perdarahan pervaginam.
Beberapa komplikasi pada janin:
a. Fetal distress
Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan
kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga
untuk mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan
tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.
b. Hipoplasi pulmoner
Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan
fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress
respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan
bantuan ventilator.
c. Cacat pada janin
d. Kelainan kongenital
Penatalaksanaan
1. Kecuali persalinan dilakukan segera, pasien harus dirawat di rumah sakit yang
menyediakan perawatan neonatal yang adequat. Sehingga diperlukan
pengiriman ke fasilitas perawatan tersier.
2. Persalinan diindikasikan pada
a) Koriamnionitis (demam maternal, uterus lunak dan takikardi maternal atau
fetal).5 Bila terdapat korioamnionitis, lakukan kultur servik, terapi antibiotik
IV spektrum luas, dan segera terminasi kehamilan.7
b) Kematian fetal
c) Ruptur plasenta dengan perdarahan per vaginam
d) Dilatasi servik dan/atau malpresentasi fetal dengan kemungkinan terjadinya
prolaps tali pusat.5
3. Bila tidak terdapat infeksi, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan usia
gestasional sebagai berikut :
a. Sebelum viabel (< 24 minggu), induksi atau edukasi pasien untuk istirahat
di rumah.7 Penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan
berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia
dengan tujuan untuk mengundur sampai anak viabel.4 Bayi akan sangat
berisiko mengalami sejumlah komplikasi, termasuk hipoplasia pulmo dan
kontraktur ekstremitas, bila kehamilan terus berlanjut sampai bayi viabel.5
b. Preterm (24-36 minggu), terapi konservatif. Rawat di rumah sakit dan
banyak istirahat, berikan betametason IM untuk meningkatkan maturitas
paru-paru fetus bila < 32 minggu, kultur servik serta ampicillin dan
eritromisin profilaksis selama 7 hari.7
c. Aterm (> 36 minggu), lakukan terminasi kehamilan segera, bila dapat
dilakukan persalinan per vaginam, gunakan oksitosin atau prostaglandin.7
Lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika
profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu di mana induksi partus dengan PGE2
dan/atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif. Ketuban
pecah dini berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara
pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP
= lag phase. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya.
Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10
jam dan multi 6 jam.4
Medikamentosa
1. Antibiotik
a. Salah satu penelitian terbaik tentang penatalaksanaan KPD adalah
penggunaan antibiotik utnuk memperpanjang kehamilan. Terapi antibiotik
pada terapi konservatif dapat :
1) Mengobati dan mencegah infeksi asenden
2) Mencegah korioamnionitis
3) Menurunkan kejadian sepsis neonatal
4) Memperpanjang periode latensi
b. Tujuan terapi antibiotik adalah untuk menyediakan perlindungan
antimikroba spektrum luas, terhadap bakteri gram positif maupun gram
negatif. Dosis antibiotik untuk memperpanjang latensi dan memperbaiki
hasil persalinan adalah sebagai berikut : Ampicillin 2 g dan eritromisin 250
mg,intravena setiap 6 jam dalam 48 jam pertama, selanjutnya amoxicillin
250 mg dan eritromisin 333 mg per oral setiap 8 jam selama 5 hari.
2. Kortikosteroid
a. Karena pasien dengan KPD berisiko cukup signifikan terhadap morbiditas
perinatal, kortikosteroid antenatal dapat diberikan. Rangkaian tunggal ini
dapat menurunkan insiden sindrom distress pernapasan neonatal, perdarahan
intraventrikular, dan necrotizing enterocolitis.5
b. Kombinasi dengan ampicillin-sulbaktam pada KPD dapat menurunkan
frekuensi total mortalitas neonatal, sepsis dan sinderon distres pernapasan.
c. Dosis yang digunakan sama dengan yang digunakan untuk indikasi lain :
1. Betametason, 12 mg IM setiap 24 jam, 2 dosis.
Betametason tidak mengubah level CRP ataupun respon leukosit
terhadap infeksi.
2. Dexametason, 6 mg IM selama 12 jam, 4 dosis.5
B. PRIMIGRAVIDA
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil pertama kali.
C. HAMIL ATERM
WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Pre term : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap (259 hari sampai 293 hari).
3. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)
D. BELUM DALAM PERSALINAN
Tanda-tanda dalam persalinan (in partu) yaitu:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam: seviks mendatar dan pembukaan telah ada
BAB II
STATUS PENDERITA
A. ANAMNESIS
Tanggal 27 September 2010 jam 16.00 WIB
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. Siti Khoyimah
Umur :24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jetis Karang ¾ kelurahan jambe Sragen
Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami 8 bulan
HPMT : 20 Februari 2010
HPL : 27 November 2010
UK : 31+2 minggu
Tanggal Masuk : 27 September 2010
No.CM : 01029695
Berat badan : 67 Kg
Tinggi Badan : 158 cm
2. Keluhan Utama
Keluar cairan dari jalan lahir
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G1P0A0 berumur 24 tahun umur kehamilan 31+2 minggu,
kiriman bidan dengan keterangan G1P0A0. Hamil 30 minggu ketuban
pecah dini belum dalam persalinan. Pasien merasa hamil 7 bulan,
kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, gerak janin masih dirasakan,
air kawah sudah dirasakan keluar sejak 3 jam yang lalu. BAB dan BAK
dalam batas normal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak nafas : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Mondok : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
I : perempuan, 13 thn, lahir spontan dgn BB 3000 gr
II : laki-laki, ½ bulan ( meninggal ), lahir spontan dgn BB 2900 gr
III : laki-laki, 8 tahun, lahir spontan dgn BB 3200 gr
IV : perempuan, 5 tahun, lahir spontan dgn BB 3400 gr
V : sekarang
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke Puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.
9. Riwayat Haid
- Menarche : 14 tahun
- Lama menstruasi : 5 hari
- Siklus menstruasi : 28 hari
10. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali ( umur 24 tahun )
11. Riwayat Keluarga Berencana
(-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Obstetri
Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi cukup
Tanda Vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal
Cor :
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)
Abdomen: Supel, NT, teraba janin tunggal, intrauterin
memanjang,preskep,punggung kiri,kepala floating,DJJ
(+) 13-13-12/reglar HIS (-)
Genital : Lendir darah (-), air ketuban (+)
Ekstremitas : Oedema
- -
+ +
Akral dingin
- -
- -
Pemeriksaan Leopold
I : TFU setinggi 20 cm, Teraba bagian lunak memanjang, Kesan
perut janin tunggal
II : Di sebelah kiri teraba bagian keras, rata, memanjang, kesan
punggung
III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala
IV : Kepala janin belum masuk panggul.
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,
redup pada daerah uterus
Auskultasi : DJJ (+) 11-12-12/12-12-12/11-11-12/reguler
Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-),
peradangan (-), tumor (-)
Ekstremitas : Oedema
- -
+ +
akral dingin
- -
- -
Pemeriksaan Dalam :
VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio lunak, mencucu Ø = -cm, kulit ketuban (+), teraba
kepala terbawah, janin belum masuk panggul, sakrum di
jam 8, air ketuban (+), STLD (-)
UPD : promontorium tidak teraba
linea terminalis teraba , 1/3 bagian
spina ischiadica tidak menonjol
arcus pubis > 90
kesan : panggul normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah tanggal 27 september 2010
Hemoglobin : 9,9 gr/dl
Hematokrit : 30,5 %
Antal Eritrosit : 3,54 x 106/uL
Antal Leukosit : 15,2 x 103/uL
Antal Trombosit : 303 x 103/uL
Golongan Darah : 0
GDS : 84 mg/dL
Ureum : 26 mg/dL
Creatinin : 0,5 mg/dL
Na+ : 140 mmol/L
K+ : 4,7 mmol/L
Ion klorida : 110 mmol/L
PT : 13,3
APTT : 36,7
HbS Ag : negatif
Berat Jenis : 1010 g/dl
PH : 6
2. Ultrasonografi (USG) tanggal 27 september 2010 :
Tampak janin tunggal, intrauterin, preskep, DJJ (+), dengan biometri :
I. BPD : 76
FL : 52
AC : 238
EFBW : 1778
Plasenta berinsersi di fundus Grade II
Air ketuban kesan cukup
Tak tampak kelainan kongenital mayor
Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik
D. KESIMPULAN
Seorang G1P0A0, 24tahun, UK 31 minggu, riwayat fertilitas baik, riwayat
obstetri belum diketahui, teraba janin tunggal, intra uterin, his (-),
memanjang, preskep, kepala floating DJJ (+) reguler, TBJ : 1700 gram,
porsio livide, OUE tertutup, lendir darah (-).
E. DIAGNOSA AWAL
Ketuban pecah dini 3 jam pada primigravida hamil preterm belum dalam
persalinan.
F. PROGNOSA
baik
G. TERAPI
Terapi konservatif :
Mondok bangsal
Bedrest total
Injeksi Vicilin 1 gr/8 jam : skintest dulu
Pertahankan kehamilan
Awasi tanda – tanda infeksi
Observasi
Cek AL tiap 2 hari
Injeksi Dexametason 1 ampul/12 jam
Follow up tanggal 28 September 2010
Kel : air kawah sudah tidak keluar, ingin pipis tapi tidak keluar
KU : baik, CM, gizi kesan cukup
VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 80 x/ menit t: 36,50C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep. His (-), DJJ (+) : 12 - 12 - 12 reguler.
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 1 hari primigravida hamil preterm
Tx.: - DPH I
- Bedrest total = posisi trendelenberg
- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam
- Injeksi dexametason 1 ampul/12 jam selama 2 hari
- Awasi tanda-tanda infeksi
- Observasi 10
Follow up tanggal 29 September 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 80 x/ menit t: 36,50C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 2 hari primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH II
- Bedrest total : posisi trendelenberg
- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam
- Injeksi Dexametason 1 ampul/12 jam
- Awasi tanda-tanda infeksi
- Observasi 10
Follow up tanggal 30 September 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20x/ menit
N: 84 x/ menit t: 36,50C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 3 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH III
- Bedrest total : posisi trendelenberg
- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam
- Injeksi dexametason 1 gr/12 jam
- Awasi tanda-tanda infeksi
- Observasi 1
Follow up tanggal 1 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/70 mmHg Rr: 22 x/ menit
N: 84 x/ menit t: 36,00C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-13-12,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 4 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH IV
- Bedrest total : posisi trendelenberg
- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam
- Awasi tanda-tanda infeksi
- Observasi 10
Follow up tanggal 2 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/80 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 100 x/ menit t: 36,50C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-13-12,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 5 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH V
- Bedrest total : posisi trendelenberg Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam
- Awasi tanda-tanda infeksi
- Observasi 10
- Becom C 1X1
- Transfusi 2 PRT
USG : tampak janin tunggal, intrauterin,puki,preskep,DJJ (+) dg BPD = 75 AC =
238 FL =57 EFBW = 1392 gram, plasenta insersi di corpus grade 2 AK (+) cukup,
tak tampak jelas kelainan kongenital mayor. Kesimpulan : saat ini janin hidup
dalam keadaan baik.
Follow up tanggal 3 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/80 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 84 x/ menit t: 36,50C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-13-12,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 6 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH VI
- Bedrest total : posisi trendelenberg
- Injeksi Vicillin 1 gr/8 jam
- Awasi tanda-tanda infeksi
- Observasi 10
- Becom C 1x1
Follow up tanggal 4 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 120/80 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 88 x/ menit t: 35,60C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-13-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 7 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH VII
- Amoxilin 3X500
- Obimin AF 1X1
- Becom C 1X1
- DJJ ketat
Follow up tanggal 5 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/80 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 92 x/ menit t: 35,30C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ = 13-14-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Lab : Hb 11,3 ; AL 13,9 AT 233
Dx.: KPD 8 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH VIII
- Amoxilin 3X500
- Obimin AF 1X1
- Becom C 1X1
- DJJ ketat
- Cek AL hari ini
Follow up tanggal 6 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 100/70 mmHg Rr: 22 x/ menit
N: 90 x/ menit t: 35,80C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-12-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 9 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH IX
- Amoxilin 3X500
- Obimin AF 1X1
- Becom C 1X1
- DJJ ketat
Follow up tanggal 7 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/70 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 100 x/ menit t: 35,20C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-12-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 10 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH X
- Amoxilin 3X500
- Obimin AF 1X1
- Becom C 1X1
- DJJ ketat
- Cek DR3
Follow up tanggal 8 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 100/70 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 96 x/ menit t: 35,40C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 12-13-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 11 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH XI
- Konservatif:
- Amoxilin 3X500
- Obimin AF 1X1
- Becom C 1X1
- DJJ ketat
Follow up tanggal 9 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 120/80 mmHg Rr: 20 x/ menit
N: 100 x/ menit t: 35,30C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 12-13-14,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 12 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH XII
- Amoxilin 3X500
- Obimin AF 1X1
- Becom C 1X1
- DJJ ketat
Follow up tanggal 10 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 110/70 mmHg Rr: 22 x/ menit
N: 94 x/ menit t: 35,80C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 14-13-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 13 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH XIII
- Amoxilin 3X500
- DJJ ketat
- Cek AL
Follow up tanggal 11 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 120/80 mmHg Rr: 22 x/ menit
N: 88 x/ menit t: 36,80C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 13-14-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 14 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH XIV
- Amoxilin 3X500
- Cek AL per 2 hari → AL = 15,2
Follow up tanggal 12 Oktober 2010
Kel : -
KU : baik, CM
VS : T: 120/80 mmHg Rr: 18 x/ menit
N: 80 x/ menit t: 36,10C
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen :supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, puki, preskep,DJJ (+) = 14-13-13,HIS (-)
Genital : Lendir darah (-)
Dx.: KPD 15 hari pada primigravida hamil preterm belum dalam persalinan
Tx.: - DPH XV
- Amoxilin 3X500
- Cek AL per 2 hari
ANALISIS KASUS
Diagnosis Ketuban Pecah Dini 3 jam ini ditegakkan dari anamnesis
dimana pasien G1P0A0 mengaku air kawah telah keluar 3 jam sebelum pasien
datang ke RSDM. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu ibu 36,7˚C. Pada
pemeriksaan VT didapatkan kulit ketuban (+), air ketuban (+) tidak keruh tidak
berbau, tes nitrasin (+), dan belum didapatkan pembukaan. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hitung leukosit 15,2 x 103/uL. Dari data diatas maka pada
pasien ini belum didapatkan adanya tanda-tanda infeksi, maka ditegakkan
diagnosis Ketuban Pecah Dini 3 jam potential infected pada primigravida hamil
preterm belum dalam persalinan.
Faktor predisposisi Ketuban Pecah Dini diantaranya :
1. Infeksi (amnionitis, cervicitis, dan vaginosis lain)
2. Meningkatnya volume uterus (polihidramnion dan kehamilan multipel)
3. Perdarahan subkorionik
4. Koitus
5. Anomali fetal
6. Status sosioekonomi rendah
7. Trauma maternal
8. Substansi tertentu, seperti rokok.
Pada pasien ini dilakukan dengan terapi konservatif karena umur
kehamilan masih 31+2 minggu, yaitu 31+2 minggu dan janin dianggap belum
viabel, karena masih perlu pematangan paru-paru janin dengan menggunakan
injeksi dexametason 1 ampul/12 jam. Injeksi vicillin 1g diberikan sebagai
profilaksis pada kasus KPD terhadap komplikasi infeksi yang lebih
membahayakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariadi, R., dkk. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal, Edisi perdan. Jilid I.
Surabaya, Himpunan Kedokteran fetomaternal Perkumpulan Obstetric
dan Ginekologi Indonesia.
2. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kebidanan, Edis keempat. Jakarta,
yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Cunningham FG et al. Williams obstetrics. 2001. 21st ed. New York : Mc
Graw-hill companies.
4. Rustam, M. Sinopsis Obstetri. 1998. Jilid I Editor. Delfi Lutan. EGC: Jakarta.
5. Evans, T. A. 2007. Manual of Obstetrics. Edisi 7. Lippincot Williams &
Wilkins. Philadelphia.
6. Fernando Arias, Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd
Edition, St. Louis Missiori, USA, 1993.
7. Sakala, P. E., et al. 2005. USMLE Step 2 CK Lecture Notes : Obstetrics and
Gynecology. Edisi 2005-2006. Kaplan, Inc. USA.