KPD 24 Jam - Responsi

31
KPD 24 JAM PADA SEKUNDIGRAVIDA NULLIPARA HAMIL ATERM BELUM DALAM PERSALINAN Abstrak Sebuah kasus seorang G 2 P 0 A 1 , 31 tahun, sekundigravida nullipara hamil aterm datang dengan keterangan ketuban pecah dini 24 jam, belum dalam persalinan. Pasien merasa hamil 9 bulan. Gerak janin masih dirasakan. Kenceng-kenceng teratur belum dirasakan. Air kawah sudah dirasakan keluar sejak 1 hari sebelumnya. Lendir darah belum dirasakan keluar. Penatalaksanaan persalinan kehamilan kembar masih controversial dan harus dinilai berdasarkan kasus per kasus. Dalam mengambil keputusan tentang macam persalinan perlu mempertimbangkan presentasi kedua janin, umur kehamilan, dan ada tidaknya komplikasi pada ibu dan atau janin. Keberhasilan persalin per vaginam dengan presentasi kedua janin kepala-kepala dapat mencapai 70-80%. Kata Kunci : KPD, hamil aterm, belum dalam persalinan. 1

description

ketuban pecah dini

Transcript of KPD 24 Jam - Responsi

Page 1: KPD 24 Jam - Responsi

KPD 24 JAM PADA SEKUNDIGRAVIDA NULLIPARA

HAMIL ATERM BELUM DALAM PERSALINAN

Abstrak

Sebuah kasus seorang G2P0A1, 31 tahun, sekundigravida nullipara hamil

aterm datang dengan keterangan ketuban pecah dini 24 jam, belum dalam

persalinan. Pasien merasa hamil 9 bulan. Gerak janin masih dirasakan. Kenceng-

kenceng teratur belum dirasakan. Air kawah sudah dirasakan keluar sejak 1 hari

sebelumnya. Lendir darah belum dirasakan keluar.

Penatalaksanaan persalinan kehamilan kembar masih controversial dan

harus dinilai berdasarkan kasus per kasus. Dalam mengambil keputusan tentang

macam persalinan perlu mempertimbangkan presentasi kedua janin, umur

kehamilan, dan ada tidaknya komplikasi pada ibu dan atau janin. Keberhasilan

persalin per vaginam dengan presentasi kedua janin kepala-kepala dapat mencapai

70-80%.

Kata Kunci : KPD, hamil aterm, belum dalam persalinan.

1

Page 2: KPD 24 Jam - Responsi

BAB IPENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang

obstetrik, hal ini dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam

mendiagnosis, berhubungan dengan resiko pada ibu dan janin dan juga karena

panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan masih merupakan kontroversi.

KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban pada saat fase laten sebelum

adanya his. Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada

KPD kantung ketuban pecah sebelum fase aktif 4.

KPD terjadi pada 10% kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia

kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas 4.

Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum

diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan

faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana

yang lebih berperan sulit diketahui.

KPD sangat erat hubungannya dengan infeksi. Penegakan diagnosis serta

tata laksana KPD sangat penting diterapkan untuk menjaga kesejahteraan ibu dan

janin serta pemcegahan komplikasi.

2

Page 3: KPD 24 Jam - Responsi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

KETUBAN PECAH DINI

Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban secara

spontan yang tidak diikuti dengan tanda-tanda inpartu atau selaput ketuban pecah

6 jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan tanpa melihat umur

kehamilan. Jika pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu

(preterm) disebut sebagai KPD preterm (preterm premature rupture

of membrane) / PPROM.13

Etiologi dan Patogenesis

KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban,

peningkatan tekanan intrauterin maupun keduanya. Sebagian besar penelitian

menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban.

Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada

beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi adalah bakteri yang

merupakan flora normal vagina maupun servik. Mekanisme infeksi ini belum

diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak

diketahui yang menyebabkan perubahan servik yang dapat memfasilitasi

terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi

adalah inkompeten servik, vaginal toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.4

Moegni, 1999, mengemukakan bahwa banyak teori yang menyebabkan

KPD, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi. Namun

sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan

kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis

maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi

interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi

peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan

sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang

menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.4

3

Page 4: KPD 24 Jam - Responsi

Faktor predisposisi KPD menurut Moegni, 1999 : 4

a. Kehamilan multipel

b. Riwayat persalinan preterm sebelumnya

c. Koitus, namun hal ini tidak merupakan predisposisi kecuali bila higiene

buruk

d. Perdarahan pervaginam

e. Bakteriuria

f. pH vagina diatas 4,5

g. Servik yang tipis/kurang dari 39 mm

h. Flora vagina abnormal

i. Fibronectin > 50 ng/ml

j. Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) maternal tinggi

Diagnosis

Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan beberapa cara :2,4

a. Air ketuban yang keluar dari vagina

Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban

yang keluar dari vagina. Jika air ketuban tidak ada, tekanan ringan pada

uterus dan gerakan janin dapat mengakibatkan keluarnya air ketuban.

b. Nitrazine test

pH vagina normal adalah 4,5 – 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH

7,0 – 7,5, sehingga kertas nitrasin akan cepat berubah warna menjadi biru

bila terkena air ketuban. Namun cairan antiseptik, urin, darah dan infeksi

vagina dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan hasil

nitrazine test positif palsu.

c. Fern test

Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air

ketuban pada pemeriksaan secara mikroskopis.

d. Evaporation test

e. Intraamniotic fluorescein

f. Amnioskopi

4

Page 5: KPD 24 Jam - Responsi

g. Diamine oxidase test

h. Fetal fibronectin

i. Alfa-fetoprotein test

Komplikasi

KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin, diantaranya :2,3,4

a. Infeksi

Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD. Diagnosis

korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain demam

(37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik pada ibu

maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang berbau

busuk, maupun leukositosis.

b. Hyaline membrane disease

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline membrane disease

sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat

hubungan antara umur kehamilan dengan hyaline membrane disease dan

korioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia

kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease

lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.

c. Hipoplasi pulmoner

Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu dan

fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya distress

respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan membutuhkan

bantuan ventilator.

d. Abruptio placenta

Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang

mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah

perdarahan pervaginam.

e. Fetal distress

5

Page 6: KPD 24 Jam - Responsi

Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan

kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga

untuk mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan

tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.

f. Cacat pada janin

g. Kelainan kongenital

Terapi

Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari

keadaan pasien. 2,3,4

a. Pasien yang sedang dalam persalinan

Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghentikan proses

persalinan dan memperlama kehamilan jika sudah ada his yang teratur dan

pada pemeriksaan dalam didapatkan pendataran servik 100 % dan dilatasi

servik lebih dari 4 cm. Penggunaan tokolitik tidak efektif dan akan

mengakibatkan oedem pulmo.

b. Pasien dengan paru-paru janin yang matur

Maturitas paru janin dapat diketahui dari rasio lesitin-spingomielin,

phosphatidylglycerol dan rasio albumin-surfaktan. Maturitas paru janin

diperlukan untuk amniosintesis pada evaluasi awal pasien dengan ketuban

pecah dini.

c. Pasien dengan cacat janin

Terapi konservatif dengan risiko infeksi pada ibu tidak perlu dilakukan

bila janin mempunyai kelainan yang membahayakan. Namun pada janin

dengan kelainan yang tidak membahayakan harus diperlakukan sebagai

janin normal, namun input yang tepat merupakan terapi yang sangat

penting.

d. Pasien dengan fetal distress

Kompresi tali pusat dan prolps tali pusat merupakan komplikasi tersering

ketuban pecah dini, terutama padapresentasi bokong yang tidak maju

(engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ menunjukkan

6

Page 7: KPD 24 Jam - Responsi

pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat diterminasi. Jika

janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat dilakukan

amnioinfusion, induksi dan dapat dilakukan persalinan pervaginam.

Namun bila janin tidak dalam presentasi kepala maka terapi yang dapat

dilakukan adalah section cesaria.

e. Pasien dengan infeksi

Pasien dengan korioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada

kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum

dalam persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam,

maka dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotik yang

dimaksudkan untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa

penelitian menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila

persalinan pervaginam tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis

korioamnionitis ditegakkan.

Menurut Mansjoer, 2002 terapi ketuban pecah dini adalah :3,4

a. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau

tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.

b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan

posisi panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin

didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala

janin.

c. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah

lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.

d. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif

yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik selama 5 hari,

glukokortikosteroid dan tokolitik, tetapi bila terjadi infeksi maka akhiri

kehamilan.

e. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24

jam lalu induksi persalinan. Bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan.

7

Page 8: KPD 24 Jam - Responsi

f. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan dan

lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan

induksi persalinan dengan menilai bishop score. Jika bishop score < 5

dapat diberika induksi mesoprostol 25µg-50µg intravaginal tiap 5 jam.

Jika bishop score >5 dapat diberikan oksitosin 5IU dalam 500 ml RL.

Terapi ketuban pecah dini adalah :2,3,4

a. Terapi konservatif

- rawat di Rumah sakit

- antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam

- pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi

- Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka

pada usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi

kehamilan

- Nilai tanda-tanda infeksi

- Pada umur kahamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari

untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan

perikasa kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu

b. Terapi Aktif

- kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi

persalinan maka induksi, bila gagal lakukan section cesaria

- pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan

section cesaria

- bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan

terminasi persalinan

a. Bila bishop skor kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section

cesaria

b. Bila bishop skor lebih dari 5, induksi persalinan dan partus

pervaginam

c. Bila ada infeksi berat maka lakukan section caesaria

8

Page 9: KPD 24 Jam - Responsi

BAB IIISTATUS PENDERITA

A. ANAMNESIS

Tanggal 20 Juli 2013 jam 21.15 WIB

1. Identitas Penderita

Nama : Ny. N

Umur : 31 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Jaragan RT 3/RW 6 Wonosegoro Boyolali

Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami 5 tahun

HPMT : 15 Oktober 2012

HPL : 22 Juli 2013

UK : 39+5 minggu

Tanggal Masuk : 20 Juli 2013

No.CM : 01208183

Berat badan : 60 Kg

Tinggi Badan : 156 cm

2. Keluhan Utama

Air kawah merembes

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Datang seorang G2P0A1, 31 tahun, kiriman bidan Gajahan,

Surakarta dengan keterangan G2P0A1 usia kehamilan 39+5 minggu dengan

ketuban pecah dini. Pasien merasa hamil 9 bulan. Gerakan janin masih

dirasakan. Kenceng-kenceng teratur belum dirasakan. Air kawah sudah

dirasakan keluar sejak 24 jam yang lalu, warna jernih, bau busuk

9

Page 10: KPD 24 Jam - Responsi

disangkal, keluar merembes. Demam disangkal. Nyeri BAK disangkal.

Keluar lendir darah disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

Riwayat kebiasaaan merokok : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

6. Riwayat Fertilitas

Buruk.

7. Riwayat Obstetri

Pasien belum memiliki anak. Kehamilan pertama pasien adalah

sekitar 3 tahun yang lalu, namun mengalami keguguran pada usia

kehamilan 10 minggu. Saat ini pasien hamil yang kedua.

8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

9. Riwayat Haid

10

Page 11: KPD 24 Jam - Responsi

- Menarche : 14 tahun

- Lama menstruasi : 7 hari

- Siklus menstruasi : 28 hari

10. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali (umur 25 tahun).

11. Riwayat Keluarga Berencana

(-).

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Interna

Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi kesan cukup

Tanda Vital :

Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Respirasi Rate : 20 x/menit

Suhu : 36,8 0C

Kepala : Mesocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

THT : Tonsil tidak membesar, Farinx hiperemis (-)

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae

hiperpigmentasi (+)

Cor :

Inspeksi : IC tidak tampak

Palpasi : IC tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo :

11

Page 12: KPD 24 Jam - Responsi

Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi : Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (N/N), Ronki basah kasar (-/-)

Abdomen:

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada

Stria gravidarum (+)

Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar

Perkusi : Timpani pada bawah prosessus xiphoideus, redup pada

daerah uterus

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Genital : Lendir darah (+), air ketuban (+)

Ekstremitas : Oedema

- -

- -

Akral dingin

- -

- -

2. Status Obstetri

Inspeksi

Kepala : Mesocephal

Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Wajah : Kloasma gravidarum (+)

Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae

hiperpigmentasi (+)

Abdomen :

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (+)

12

Page 13: KPD 24 Jam - Responsi

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra

uterin, memanjang, punggung di kiri, presentasi

kepala, kepala janin masuk panggul > 1/3 bagian, TFU

30 cm ~ 2790 gram. HIS (-)’’

Pemeriksaan Leopold

I : TFU setinggi 30 cm, teraba bagian lunak

kesan bokong janin

II : teraba punggung di sebelah kiri dan bagian –

bagian kecil di sebelah kanan

III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala

janin

IV : kepala janin masuk panggul > 1/3 bagian

Perkusi : Timpani pada bawah processus xipoideus, redup

pada daerah uterus

Auskultasi : DJJ (+), denyut jantung janin (+) 12-11-12/reguler

Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-),

peradangan (-), tumor (-)

Ekstremitas : Oedema

- -

- -

akral dingin

- -

- -

Pemeriksaan Dalam :

VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,

portio lunak, mendatar Ø = - cm, eff 10%, di tengah,

presentasi kepala, kepala teraba turun di H II, KK dan

penunjuk UKK belum dapat dinilai, AK (+) jernih, tidak

berbau, STLD (-).

13

Page 14: KPD 24 Jam - Responsi

UPD : promontorium tidak teraba

linea terminalis teraba, 1/3 bagian

spina ischiadica tidak menonjol

arcus pubis > 90

kesan : panggul normal

Bishop skor :

Konsistensi serviks : lunak (skor 2)

Posisi : di tengah (skor 1)

Eff : 10% (skor 0)

Dilatasi : - cm (skor 0)

Penurunan kepala : HII (skor 3)

Total skor : 6

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium Darah tanggal 20 Juli 2013 :

Hemoglobin : 11,8 gr/dl

Hematokrit : 39 %

Antal Eritrosit : 4,83 x 103/uL

Antal Leukosit : 8,3 x 103/uL

Antal Trombosit : 250 x 103/uL

Golongan Darah : A

GDS : 80 mg/dL

Ureum : 17 mg/dL

Creatinin : 0,4 mg/dL

Na+ : 135 mmol/L

K+ : 3,9 mmol/L

Ion klorida : 106

HbS Ag : negatif

Nitrazin Test : (+) positif

Protein : 6,6

Albumin : 3,89

14

Page 15: KPD 24 Jam - Responsi

PT : 11,4

APTT : 30,5

2. Ultrasonografi (USG) tanggal 20 Juli 2013 :

Tampak janin tunggal, intrauterin, preskep, DJJ (+), dengan biometri:

BPD : 8,65

FL : 6,4

AC : 32,66

EFBW : 2846

Plasenta berinsersi di korpus uteri Grade II

Air ketuban kesan cukup

Tak tampak kelainan kongenital mayor

Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik

D. KESIMPULAN

Seorang G2P0A1, 31 tahun, UK 39+5 minggu dengan air kawah merembes

sejak 24 jam sebelum masuk rumah sakit, riwayat obstetri buruk, riwayat

fertilitas baik, teraba janin tunggal, intra uterin memanjang, punggung di

sebelah kiri, presentasi kepala, kepala masuk panggul < 1/3 bagian.

Pemeriksaan penunjang : Lab darah dan USG dalam batas normal, nitrazin

Test (+). TBJ : 2790 gr, DJJ (+), regular, his adekuat (-), belum dalam

persalinan, bishop skor = 6.

E. DIAGNOSA AWAL

KPD 24 jam pada sekundigravida nullipara hamil aterm belum dalam

persalinan.

F. PROGNOSA

Dubia

G. TERAPI

Mondok VK

15

Page 16: KPD 24 Jam - Responsi

Infus RL 20 tpm

Injeksi Vicillin 1gr/8jam skin test

Induksi oksitosin 5IU dalam 500ml RL

Observasi 10 (awasi ketat tanda-tanda persalinan)

NST (CST) reaktif

EVALUASI 21 Juli 2013 jam 03.15:

Telah partus spontan lahir bayi perempuan, BB = 3000 gram, PB = 46 cm,

LK/LD = 35/36 cm, APGAR skor 8-9-10, anus (+), kelainan kongenital

mayor (-).

Tanggal 21 Juli 2013

Keluhan: -

Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

Tanda vital : T = 110/70 mmHg Respiratory Rate = 20x/menit

N = 88x/menit Suhu = 36,7 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,

kontraksi (+), peristaltik (+)

Genitourinaria : Perdarahan (-)

Lochia (+)

BAK (+)

Diagnosa : Post partus spontan KPD 24 jam pada primipara hamil

aterm

Terapi :

1. Amoxicilin 3x500 mg

2. Vitamin C 2xI

3. SF 1xI

16

Page 17: KPD 24 Jam - Responsi

BAB IV

ANALISA KASUS

A. Analisa Penegakan Diagnosa

Diagnosis KPD ini ditegakkan dari anamnesis dimana pasien mengaku air

kawah telah keluar 24 jam sebelum pasien datang ke RSDM. Pada pemeriksaan

VT didapatkan kulit ketuban (-), air ketuban (+) jernih, tidak berbau, nitrasin test

(+). Selain itu sejak 24 jam keluar air ketuban, belum didapatkan tanda persalinan

seperti pembukaan serviks, bloody discharge, atau his adekuat. Karena adanya

keadaan ini maka ditegakkan diagnosis KPD yaitu pecahnya selaput ketuban

secara spontan yang tidak diikuti dengan tanda-tanda inpartu.

Dari anamnesis didapatkan data air kawah warna jernih, bau busuk disangkal,

keluar merembes, demam disangkal, nyeri BAK disangkal. Dari pemeriksaan

fisik, tanda vital TD normal, tidak terdapat takikardi, takipneu atau febris,

pemeriksaan abdomen tidak ada nyeri perut, pemeriksaan genital nitrazin test (+),

air kawah jernih dan tidak berbau. Hasil pemeriksaan lab darah untuk leukosit

tidak meningkat. Hal ini dapat menyingkirkan salah satu etiologi KPD pada

pasien ini yaitu infeksi. Kemungkinan faktor predisposisi terjadinya KPD pada

pasien ini adalah hubungan suami istri (koitus) yang dilakukan pasien

sebelumnya.

Pada kasus ini pasien merupakan seorang sekundigravida nullipara, sehingga

pada pemeriksaan dalam belum didapatkan pembukaan serviks dan masih belum

dalam persalinan. Untuk penilaian bishop score ada hal yang perlu dicermati

dimana disebutkan untuk penurunan kepala skor 3. Seharusnya penurunan kepala

diukur dari H-III dan berdasarkan station, jika > +1 baru dinilai skor 3.

B. Analisa Kasus Penatalaksanaan

Pada pasien ini, usia kehamilan dinilai aterm (39+5 minggu).

Penatalaksanaannya adalah :

a. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila

ada his, pimpin persalinan dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri.

Bila tidak ada his, lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang

17

Page 18: KPD 24 Jam - Responsi

dari 6 jam dan bishop skor kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari

6 jam dan bishop skor lebih dari 5, section cesaria bila ketuban pecah

kurang dari 5 jam dan bishop skor kurang dari 5.

b. kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam

belum terjadi persalinan maka induksi dengan oksitosin, bila gagal

lakukan section cesaria

c. pada keadaan DKP, letak lintang terminasi

kehamilan dengan section cesaria

Pada pasien ini dilakukan penilaian kemajuan persalinan setelah terjadi

KPD. Karena dikhawatirkan terjadi oligohidramnion ataupun korioamnionitis,

maka dilakukan terminasi mengingat usia kehamilan aterm (39+5 minggu) dan

pemberian antibiotik profilaksis.

Dari pemeriksaan ukuran panggul dalam (UPD) didapatkan kesan

panggul normal. Hasil pemeriksaan Leopold dan USG menunjukkan janin

tunggal, intrauterine, memanjang, preskep. Dari pemeriksaan VT didapatkan

portio matang (lunak dan mendatar). Sehingga dapat disimpulkan tidak

didapatkan kontraindikasi lahir pervaginam serta memenuhi syarat induksi

yaitu :

- Hamil aterm

- Tidak ada dispoporsi kepala panggul

- Ukuran panggul normal

- Presentasi kepala

- Servik sudah matang

Dari pemeriksaan didapatkan kesalahan dalam penilaian bishop score

sehingga data yang didapat kurang valid. Namun, dalam kasus ini tetap

diberikan induksi oksitosin dengan mempertimbangkan onset yang lebih cepat

dan menghindari risiko infeksi dari pemberian induksi mesoprostol. Induksi

persalinan dengan 5 IU oksitosin dalam 500ml RL dengan pemantauan his

adekuat dan kondisi janin stabil.

18

Page 19: KPD 24 Jam - Responsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Hacker Moore, Essential Obstetries dan Gynekology,

Edisi 2, W.B Saunder Company, Philadelphia, Pennsylvania, 297-309.

2. Wiknyosastro H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan.

Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1991.

281-301, 386-400,675-688.

3. Cunningham FG Mac Donal P.C. William Obsetric,

Edisi 18, Appletion & Lange, 1998 : 881-903.

4. Fernando Arias, Practicial Guide to Hight Risk

Pregnancy and Delivery, 2 nd Edition, St. Louis Missiori, USA, 1993 :

213-223.

5. Buku acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Masalah yang berhubungan dengan lamanya kehamilan.

Yayasan BP Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001, 300-304.

6. Robert K Creasy, Preterm Labor and Delivery,

Maternal Fetal Medicine Principles and Practice, WB Saunder Company,

Philadelpia, 1994 : 494-515.

7. John C Morison MD, Continuos Subcutaneus

Terbutalin Administration Prolong Pregnancy after Recuren Preterm Labour,

AM J Obstetry and Gynecology, June 2003, 1460-1467.

8. Thomas F MC Elrat MD, Association Between Use

Antenatal Magnesium Sulfat in Preterm Labour and Adverse Health

Outcomes in Infants, AM J Obstetry and Gynecology, January, 2003 : 294-

295.

9. Nancy D Berkman, John M Thord, Tokolitic Treatmen

for The Management of Preterm Labour : A Review of The Evidence, AM J

Obstetry and Gynecology, June 2003 : 1648-1657.

10. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I Editor. Delfi

Lutan. EGC, Jakarta, 1998: 63-67

19

Page 20: KPD 24 Jam - Responsi

11. Wiknyosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2000 : 80-87, 170-197.

12. Hariadi R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi

Perdana Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan

Ginekologi Indonesia, Surabaya, 2004 : 364-382, 392-393, 426-443.

13. Bankowski, Brandon J et al, 2002. The John Hopkins

Manual of Gynecology and Obstetrics 2.

20

Page 21: KPD 24 Jam - Responsi

PRESENTASI KASUS

KPD 15 JAM PADA MULTIGRAVIDA HAMIL ATERM BELUM

DALAM PERSALINAN

Oleh :

Zakky Hazami G99121051

Niawati Rokhaniah G9911112104

Marwan Sofyan G9911112092

Cahyaning Gusti A. G9911112034

Pembimbing :

Dr. Glondong, Sp.OG(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

21