Post on 27-Oct-2020
RENJA SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu)
tahun, yang membuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Peyusunan
rancangan RENJA ini merpakan tahapan awal yang kemudia akan
disempurnakan menjadi Dokumen RENJA Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan yang definitif
Dalam prosesnya, penyusunan rancangan RENJA SKPD mengacu pada
kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD. Oleh
karena itu penyusunan rancangan RENJA ini dilaksanakan secara simultan
/ parallel dengan penyusunan rancangan awal RKPD, dengan focus
melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi existing Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan , evalusi pelaksanaan
RENJA tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi kinerja terhadap pencaian
RENSTRA SKPD
Dokumen Rencana Kerja (RENJA) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Tahun 2018 juga disusun sebagai pedoman dalam
melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau dalam jangka waktu satu tahun anggaran .
Dokumen ini memuat tentang evaluasi pelaksanaan RENJA SKPD tahun
lalu dan capaian RENSTRA SKPD, tujuan dan sasaran serta program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2018.
i
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses penyusunan
Rencana Kerja (RENJA) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan ini. Semoga dokumen ini bermanfaat untuk proses
perencanaan kegiatan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
ii
Pekanbaru, Mei 2017
KEPALA DINAS TANAMAN PANGANHORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
PROVINSI RIAU,
Ir. FERRY HC ERNAPUTRA, M.Si.PEMBINA UTAMA MUDA
NIP 19630224 199203 1 002
BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Maksud dan Tujuan
D. Sistematika Penulisan
I-1
I-3
I-4
I-5
BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPDA. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan
Capaian Renstra SKPDB. Analisis Kinerja Pelayanan SKPDC. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi
SKPDD. Review Terhadap Rancangan Awal RKPDE. Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
II-1
II-12
II-36
II-38
II-40BAB III. TUJUAN,SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Telaahan terhadap Kebijakan NasionalB. Tujuan dan sasaran Renja SKPDC. Program dan Kegiatan
III-1
III-10
III-14
BAB IV. PENUTUP
iii
1.1. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan setiap daerah harus
menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan, dengan jenjang perencanaan
yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah maupun
perencanaan tahunan. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 yang pedoman pelaksanaannya diatur pada Permendagri Nomor
54 Tahun 2010 menjelaskan langkah-langkah dalam penyusunan produk
perencanaan pembangunan yang mencakup Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD),
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum Anggaran/Plafon
Prioritas Anggaran Sementara (KUA/PPAS) serta Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja SKPD).
Secara hierarki penyusunan Rencana Kerja SKPD merupakan produk dasar
bagi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, diserasikan
dengan Rencana Kerja Pemerintah dan menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (RAPBD). Karenanya,
sebagai dokumen perencanaan daerah, Renja SKPD mempunyai kedudukan
yang strategis, yaitu menjembatani antara perencanaan strategis jangka
menengah dengan perencanaan dan penganggaran tahunan yang
dilaksanakan oleh SKPD.
1
Di sisi lain, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
yang dalam fungsinya melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat dalam
rangka pengembangan tanaman pangan, hortikultura perkebunan ditugaskan
untuk melaksanakan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada
Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi.
Sebagaimana dapat dilihat pembangunan pertanian secara umum terbukti
telah menjadi penggerak perekonomian wilayah. Data empiris menunjukkan
munculnya pusat-pusat perekonomian baru. Namun demikian pembangunan
pertanian kedepan dihadapkan kepada berbagai tantangan, antara lain makin
terbatasnya sumber daya lahan, air dan energi, terbatasnya ketersediaan
benih bermutu, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, lemahnya
kelembagaan petani, tekanan globalisasi dan liberasi pasar, isu lingkungan dan
lain sebagainya.
Sejalan dengan semangat reformasi, perencanaan dan penganggaran dasar
serta otonomi daerah, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
dituntut untuk mengubah pola manajemen pembangunan dari pelaksana
menjadi fasilitator, akselerator dan pengendali pelaksanaan program
pembangunan pertanian. Program dan kegiatan pembangunan pertanian
harus mampu meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta maupun
stake holders (pemangku kepentingan) lainnya. Berdasarkan kerangka pikir
diatas, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun Rencana Kerja Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau tahun 2018.
Dokumen Rencana Kerja ini disusun dengan mengacu pada RPJMD dan RKPD
Provinsi Riau serta Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau 2017 - 2019. Sebagai penjabaran
dari Renstra Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, maka Renja
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau ditujukan
untuk mewujudkan Visi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Provinsi Riau yaitu “Terwujudnya tanaman pangan , hortikultura
dan perkebunan yang maju, berdaya saing tinggi dan
berkelanjutan menuju kesejahteraan petani dengan dukungan
aparatur yang andal “.
2
Dokumen ini disusun dengan maksud untuk mengefektifkan dan mengarahkan
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan Tanaman Pangan,
Hortikultura perkebunan tahun 2018 sehingga tujuan pembangunan Tanaman
Pangan, Hortikultura perkebunan dan tujuan pelayanan publik dapat tercapai.
Adapun bagan alir tahapan penyusunan Rencana Kerja Satuan Perangkat
Daerah dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Penyusunan Renja dilakukan dengan memperhatikan keterpaduan dan
sinkronisasi antar kegiatan dalam satu program maupun antar program
yang ditetapkan, serta memperhatikan keselarasan program pemerintah
pusat melalui kementerian terkait dengan menghimpun usulan dari
kabupaten/kota di dalam proses perencanaan pembangunan tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan. Untuk memperoleh keterpaduan dan
sinkronisasi pelaksanan program dan kegiatan yang telah direncanakan,
telah dilalui tahapan dan mekanisme perencanaan tingkat daerah seperti
3
Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan, Forum SKPD Provinsi Riau, dan tahapan Musrenbang Daerah
tahun 2017 guna merumuskan perencanaan tahun 2018.
1.2. Landasan Hukum
Penyusunan Rencana Kerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018 menggunakan landasan yang dijadikan
sebagai acuan dalam penyusunannya antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah
Swatantra I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, Lembaran Negara Nomor
112;
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah; Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126;
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
4
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
11. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Riau;
12. Perda No.9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Provinsi Riau Tahun 2005 – 2025;
13. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau (Lembaran
Daerah Provinsi Riau Tahun 2016 Nomor 14).
14. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Provinsi Riau 2014-2019;
15. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau tahun 2017 - 2019.
1.3. Maksud dan Tujuan
MAKSUD
Maksud penyusunan Renja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018 adalah sebagai pedoman penyusunan
perencanaan anggaran program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan yang selanjutnya dituangkan dalam RKA Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau.
TUJUAN
Adapun tujuan kegiatan penyusunan renja SKPD Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau adalah:
1. Sebagai acuan pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2018 pada Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau.
2. Untuk memberikan arahan dan pedoman dalam pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
3. Sebagai acuan dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan.
5
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Dokumen Rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah Tahun Anggaran 2018 ini mengacu pada Permendagri
Nomor 54 Tahun 2010 dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Landasan Hukum
1.3.Maksud dan Tujuan
1.4.Sistematika Penulisan
BAB II. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu
2.1.Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra
SKPD
2.2.Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
2.3. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
2.4.Review terhadap Rancangan Awal RKPD
2.5.Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
BAB III. Tujuan dan Sasaran Program dan Kegiatan
3.1.Telaahan terhadap Kebijakan Nasional
3.2.Tujuan dan Sasaran Renja SKPD
3.3.Program dan Kegiatan
BAB IV. Penutup
6
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah
Provinsi Riau Tahun 2016 Nomor 14) maka terhitung untuk tahun 2017 terjadi
beberapa perubahan dalam susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau. Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan merupakan salah satu
Organisasi Perangkat Daerah yang baru dibentuk. Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau merupakan gabungan dari fungsi
pertanian pada Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau sebelumnya,
Dinas Perkebunan dan fungsi penyuluhan pertanian pada Badan Koordinasi
Penyuluhan Provinsi Riau sebelumnya.
Dengan proses pemisahan dan penggabungan beberapa Perangkat Daerah
sebelumnya yang tergabung menjadi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan maka juga terjadi penyesuaian pada dokumen perencanaan dan
penganggarannya, termasuk didalamnya terjadi perubahan pada Rencana
Strategis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang
merupakan salah satu landasan dalam penyusunan Renja OPD.
Perubahan dan penyesuaian dokumen perencanaan pada Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan mengakibatkan proses pelaksanaan
evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu, capaian Renstra SKPD
sebelumnya dan analisis Kinerja Pelayanan SKPD sebelumnya sulit untuk
dilakukan.
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian
Renstra SKPD
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dibentuk
Tahun 2017 yang berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun
7
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau
(Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2016 Nomor 14) sehingga Evaluasi
Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD yang memuat
kajian (revisi) terhadap hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu
(Tahun n-2) dan perkiraan capaian tahun lalu berjalan (tahun n-1) dan review
hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu, dan realisasi Renstra SKPD
mengacu pada hasil laporan kinerja tahunan SKPD dan/atau realisasi APBD
sampai dengan Triwulan II (dua) karena OPD Dinas Tanaman Pangan
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau terbentuk pada bulan Januari tahun
2017 dan penyusunan Renja tahun 2018 pada bulan juli 2017.
Adapun rekapitulasi pelaksanaan Renja SKPD dan pencapaian Renstra SKPD
s/d Triwulan II tahun 2017, Dinas Tanaman Pangan , Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel T.VI.C.5 yaitu tabel
Pencapaian Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja SKPD dan Pencapaian Renstra
SKPD s/d Triwulan II tahun 2017 Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau , dibawah ini :
8
Dari tabel T.VI.C.5 yaitu tabel Pencapaian Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja
SKPD dan Pencapaian Renstra SKPD s/d Triwulan II tahun 2017 Dinas Tanaman
Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dapat dilihat bahwa :
1. Sasaran I : Terwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan
Peningkatan produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura diukur dengan tiga
indikator kinerja utama yang terdiri dari :
1. Jumlah produksi padi pada tahun 2017 dengan target 412.439 ton sampai
dengan Triwulan II telah tercapai 170.132 ton atau sebesar 41,2 %2. Jumlah produksi buah-buahan pada tahun 2017 dengan target 103.359 ton
sampai dengan Triwulan II telah tercapai 71.315 ton atau sebesar 68,9 %3. Jumlah produksi sayuran pada tahun 2017 dengan target 24.215 ton sampai
dengan Triwulan II telah tercapai 9.926 ton atau sebesar 40,9 %
Jumlah Produktivitas Komoditi Perkebunan (kelapa sawit, karet dan kelapa)
kg/ha/thn.
Target Jumlah Produktivitas Perkebunan yang ingin dicapai pada tahun 2017 yaitu:
- Produktivitas Kelapa Sawit sebanyak 3.762 kg cpo/ha/th
- Produktivitas Karet sebanyak 1.130 kg k3/ha/th
- Produktivitas Kelapa sebanyak 1.187 kg kopra/ha/th
a. Produktivitas Kelapa Sawit
Untuk mengukur capaian indikator kinerja ini digunakan data statistik
perkebunan Provinsi Riau yang tersedia secara nasional, provinsi dan
kabupaten adalah data minus 1 dari tahun berjalan (n-1)
Dari target diatas untuk Produktivitas Kelapa sawit pada tahun 2016 dengan
target yang telah ditetapkan sebanyak 3.762 kg CPO/ha/th terealisasi 3.152
kg CPO/ha/th atau 83,78 % terjadi kekurangan produktivitas sebanyak 610 kg
CPO atau 16,25 % dari target yang telah ditentukan. Untuk mengetahui
secara rinci produktivitas kelapa sawit tahun 2015 dan 2016 (ASEM) dapat
dilihat pada tabel dibawah ini. 9
Tabel . Jumlah Produktivitas Kelapa sawit Provinsi Riau tahun
2015-2016
No Kabupaten/KotaKelapa sawit
kg CPO/ha/thnKenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar 3.125 2.641 -484 -15%2 Rokan Hulu 4.068 3.986 -82 -2%3 Pelalawan 4.410 3.914 -496 -11%4 Indragiri Hulu 4.040 3.782 -258 -6%5 Kuantan Singingi 3.585 2.675 -910 -25%6 Bengkalis 3.183 991 -2.192 -69%7 Rokan Hilir 3.515 3.272 -243 -7%8 Dumai 3.270 3.179 -91 -3%9 Siak 3.695 3.515 -180 -5%
10 Indragiri Hilir 4.245 3.343 -902 -21%11 Pekanbaru 4.082 3.693 -389 -10%12 Kep. Meranti - - - -
Rata-Rata 3.752 3.152 -600 -16%Ctt : data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel diatas Secara keseluruhan Produkttivitas Kelapa sawit mengalami
penurunan sebanyak 600 kg atau -16%, dimana hampir seluruh kabupaten di provinsi
riau mengalami penurunan dimana untuk produksi tanaman kelapa sawit pada bulan
Januari s/d Juli tanaman mengalami masa treks buah (penurunan produksi
buah/TBS).
Sedangkan untuk produktifitas tanaman kelapa sawit secara teknis rata-rata berkisar
5 – 7 ton / ha / th sedangkan target produktifitas kepala sawit provinsi riau masih
sangat rendah yaitu 3,765 ton / ha
b. Produktivitas Karet
Dari target yang telah ditentukan untuk Produtivitas Karet pada tahun 2016 dengan
target yang telah ditetapkan sebanyak 1.130 kg dapat terealisasi sebanyak 1.090 kg
atau 96,5 % terjadi penurunan sebanyak 40 kg atau 3,5 %. Untuk mengetahui secara
rinci produktivitas Karet dari tahun 2015 ke tahun 2016 (Angka Sementara /ASEM)
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel . Jumlah Produktivitas Karet Provinsi Riau tahun 2015-2016
10
No Kabupaten/KotaKaret kg K3/ha/thn Kenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar 1.102 987 -115 -10%2 Rokan Hulu 1.156 1.107 -49 -4%3 Pelalawan 1.469 1.420 -49 -3%4 Indragiri Hulu 1.254 1.211 -43 -3%5 Kuantan Singingi 1.040 1.053 13 1%6 Bengkalis 949 458 -491 -52%7 Rokan Hilir 1.059 1.059 0 0%8 Dumai 1.338 1.296 -42 -3%9 Siak 1.011 1.911 900 89%
10 Indragiri Hilir 1.377 1.393 16 1%11 Pekanbaru 582 582 0 0%12 Kep. Meranti 969 980 11 1%
Rata-Rata 1.122 1.090 -32 -3,%Ctt : untuk data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel diatas secara keseluruhan produktivitas karet mengalami Penurunan
sebanyak 32 kg K3 atau -3 %, sedangkan capaian produktivitas Karet yang
mengalami kenaikan adalah Kabupaten Siak sebanyak 900 kg K3 atau 89%,
Kabupaten Kuantan Singingi sebanyak 13 kg atau 1%, Kabupaten Indragiri Hilir
sebanyak 16 kg atau 1%, dan Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak 11 kg atau
1%.
c. Produktivitas Kelapa
Dari target yang telah ditentukan untuk Produktivitas Kelapa pada tahun 2016
dengan target yang telah ditetapkan sebanyak 1.187 kg dapat terealisasi sebanyak
1.154 kg atau 97,2 % terjadi penurunan sebanyak 33 kg atau 2,7 %. Untuk
mengetahui secara rinci produktivitas Kelapa dari tahun 2015 ke tahun 2016 (Angka
Sementara / ASEM) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Jumlah Produktivitas Kelapa Provinsi Riau tahun 2014-2016
No Kabupaten/KotaKelapa kg Kopra/ha/thn Kenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar 415 427 12 3%2 Rokan Hulu 547 548 1 0%3 Pelalawan 1.701 1.488 -213 -13%4 Indragiri Hulu 268 342 74 28%5 Kuantan Singingi 825 1.088 263 32%6 Bengkalis 1.172 325 -847 -72%7 Rokan Hilir 1.130 1.125 -5 0%8 Dumai 740 749 9 1%9 Siak 1.153 1.140 -13 -1%
11
10 Indragiri Hilir 1.184 1.170 -14 -1%11 Pekanbaru 1.500 1.500 0 0%12 Kep. Meranti 1.112 1.112 0 0%
Rata-Rata 1.181 1.154 -27 - 2,3 %Ctt : untuk data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel secara keseluruhan produktivitas kelapa mengalami Penurunan
sebanyak 27 kg kopra atau 2,3 %, sedangkan capaian produktivitas Kelapa yang
mengalami kenaikan adalah Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan
Singingi
2. Sasaran II : peningkatan pemasaran hasil produksi Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Jumlah unit usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang terbina
pengolahan dan pemasaranya. Pengembangan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
terbina pengolahan dan pemasarannya pada tahun 2017 dengan target 50
kelompok, terealisasi sampai dengan Triwulan II sebanyak 49 unit (kelompok)
atau realisasi 98 % yang dilaksanakan pada 12 kabupaten / kota,yang terdiri
dari pengembangan usaha tanaman pangan dan hortikultura sebanyak 20 unit
(kelompok) dan pengembangan usaha perkebunan sebanyak 29 unit
(kelompok) Untuk pencapaian sasaran II faktor yang menyebabkan tercapainya target
sasaran adalah karena telah terlaksananya kegiatan diawal triwulan I sehingga
persentasenya tinggi
3. Sasaran III : peningkatan penerapan pertanian / Perkebunan Persentase yang menerapkan teknologi pertanian / perkebunan .
Pengembangan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
mendapat bantuan penerapan pertanian / perkebunan berupa Alsintan (alat
mesin pertanian / perkebunan) pada tahun 2017 dengan target 149 kelompok,
terealisasi sampai dengan Triwulan II sebanyak 48 unit untuk 48 kelompok
atau realisasi 32,21 % pada kegiatan pembinaan dan pengadaan alat pasca
panen tanaman pangan yang berupa power tresher 45 unit dan corn sheller 3
unit, sedangkan sisanya masih dalam tahap pengadaan barang (LPSE) Faktor penyebab tidak tercapainya target karena evaluasi kegiatan
dilaksanakan pada Triwulan II sedangkan kegiatan masih berjalan dalam tahap
pengadaan barang (PLSE)
4. Sasaran IV : Meningkatnya pembinaan kelompok tani Persentase kelompok tani yang mendapatkan pembinaan
12
Untuk mengukur Meningkatnya kesejahteraan petani melalui pengembangan
SDM dan kelembagaan petani dengan menghitung persentase kelompok tani
yang sudah dibina dibagi dengan jumlah total kelompok tani dikali seratus
persen. Adapun kelompok tani yang sudah dibina sebanyak .... dengan jumlah
total kelompok tani di provinsi Riau sebanyak... sehingga kelompok tani yang
sudah dibina sebanyak..... % Faktor yang sangat besar yang mempengaruhi peningkatan pembinaan
kelompok tani antara lain adalah factor anggaran kegiatan karena banyaknya
anggaran yang dirasionalisasikan sehingga pembinaan kepada kelompok tani
berkurang
5. Sasaran V : Meningkatnya produksi komoditi perkebunan penghasil pangan
Target Jumlah Produksi komoditi perkebunan penghasil pangan yaitu sagu
sebanyak 340.632 ton tepung sagu/tahun pada tahun 2017, untuk realisasi
Triwulan II tepung sagu sebanyak 217.663 ton tepung sagu/tahun atau 63,9 %.
Untuk lebih jelasnya capaian Produksi Sagu dari tahun 2015 – 2016 (ASEM)
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel . Jumlah Produksi Sagu Provinsi Riau tahun 2015-2016
No Kabupaten/KotaTepung Sagu kg /ha/thn Kenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar - - - -2 Rokan Hulu - - - -3 Pelalawan 917 916 -1 -4 Indragiri Hulu - - - -5 Kuantan Singingi - - - -6 Bengkalis 3.025 1.032 -1.993 -39,4 %7 Rokan Hilir - - - -8 Dumai -- -- - -9 Siak 44.270 195 -44.075 - 99,5 %
10 Indragiri Hilir 7.715 13.458 -5.743 74,44 %11 Pekanbaru - - - -12 Kep. Meranti 310.105 202.062 108.043 34.84 %
Rata-Rata 366.032 217.663 -148.369 -40,53 %Ctt : untuk data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel diatas Secara keseluruhan produksi Sagu
mengalami penurunan sebanyak 148.369 ton atau 40,53 % dari
tahun 2015 Faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi komoditi
perkebunan penghasil pangan (sagu) ini karena banyaknya tanaman 13
sagu yang tua rusak dan tidak adanya anggaran untuk
melaksanakan penanaman sagu sedangkan Provinsi Riau
mempunyai potensi yang cukupbesar untuk pengembangan
tanaman sagu terutama di kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri
Hillir, Bengkalis dan Pelalawan
6. Sasaran VI : Meningkatnya kapasitas penyuluhan pertanian/perkebunan Persentase jumlah penyuluh yang meningkat kapasitasnya
Dengan adanya peningkatan kapasitas penyuluh tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan maka diharapkan dapat menyebarkan informasi kepada pelaku
utama baik petani / penyuluh/ pengurus kelompok tani dan pelaku usaha
pertanian (distributor / pengusaha pertanian, dll) sehingga dapat meningkatkan
hasil / produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Dengan meningkatnya kapasitas penyuluh akan berpengaruh terhadap
kegiatan usaha tani yang mengarah kepada usaha kelompok tani mandiri,
professional dan mampu bermitra dengan pelaku usaha dan dapat mengelola
sendiri kelembagaan dan anggotanya. Faktor yang menyebabkan penurunan kapasitas penyuluh tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan karena kurangnya anggaran untuk melakukan
peningkatan sumberdaya manusia melalui peningkatan pelatihan dan
keterampilan bagi penyuluh
2.2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
Dalam Analisis kinerja pelayanan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Perkebunan terhadap capaian kinerja pelayanan SKPD berdasarkan indicator
kinerja yang ditentukan sesuai dengan Peraturan Gubernur Riau Nomor 109
Tahun 2016 tentang Indikator Kinerja Utama Pemerintah Provinsi Riau dan
Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dapat dilihat pada
table berikut :
T.VI.C.1 yaitu tabel pencapaian kinerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan
14
15
TabelT.VI.C.1
PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA
DAN PERKEBUNAN PROVINSI RIAU
16
No Indikator
SPM /StandarNasion
al
IKK
Target Renstra SKPD Realisasi CapaianCtt
AnalisisTahun2016 (thn-2)
Tahun2017 (thn-1)
Tahun2018 (thn)
Tahun2019 (thn+1)
Tahun2016 (thn-2)
Tahun2017 (thn-1)
Tahun2018 (thn)
Tahun2019 (thn+1)
1Jumlah produksipertanian (ton) - Padi - - - 412.439 419.663 425.000 - - 419.663 425.000 -- Buah - - - 103.359 108.645 112.670 - - 108.645 112.670 -- Sayuran - - -
24.215 26.04 26.704- -
26.04 26.704-
Produktifitasproduksiperkebunan- K. Sawit - - - 3.762 3.765 3.768 - - 3.765 3.768 -- Karet - - - 1.130 1.135 1.137 - - 1.135 1.137 -- Kelapa - - - 1.187 1.191 1.196 - - 1.191 1.196 -
2 Jumlah unitusaha tanamanpangan,hortikultura danperkebunanyang terbinapengolahan danpemasarannya(unit)
- - - 50 59 65 - - 59 65 -
3 Persentasepetani yangmenerapkanteknologipertanian /
- - - 62 62,5 63 - - 62,5 63 -
10
perkebunan
4 Pesentasekelompok taniyangmendapatkanpembinaan
- - - 75 78 80 - - 78 80 -
5 Jumlah produksikomoditiperkebunanpenghasilpangan (sagu)(ton)
- - - 340.632 345.741 347,532 - - 345.741 347,532 -
6 Persentasejumlah penyuluhyang meningkatkapasitasnya
- - - 65 75 95 - - 75 95 -
11
Dari table T.VI.C.1 yaitu table pencapaian kinerja pelayanan pada Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dapat diketahui bahwa kinerja
pelayanan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan selaras dengan tujuan
dan sasaran RPJMD Provinsi Riau yaitu pada Misi ke - 7 RPJMD Provinsi Riau Tahun
2014-2019 (Revisi) , yaitu memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan.
Tujuan misi ke-7 dari Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih ini adalah sebagai
berikut:
1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan
yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang;2. Meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan perkebunan;3. Meningkatkan kesejahteraan petani;
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari misi ke-7 ini adalah:
1. Optimalisasi lahan dan diversifikasi;2. Meningkatnya jumlah industri olahan produk pertanian dan perkebunan;3. Meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP).
2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam
perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dan
masyarakat di masa datang. Suatu kondisi /kejadian yang menjadi isu strategis adalah
keadaan apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau
sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
Isu-isu strategis yang diperoleh dari identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan
fungsi Dinas Tanaman Pagan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau, telaahan
terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah terpilih, dan
telaahan terhadap Renstra Kementerian/Lembaga serta telaahan Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Identifikasi permasalahan-
permasalahan yang mempengaruhi pelayanan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi diperlukan dalam rangka pembangunan pertanian di Provinsi Riau
3 (Tiga) tahun kedepan.
Isu-isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan sebagai berikut :
Aspek Teknis
1) Luas Tanam dan Luas Panen yang semakin menurun 11
Dalam 5 (lima) Tahun terakhir pertumbuhan luas tanam dan luas panen
komoditas Tanaman Pangan terutama padi semakin menurun. Tahun 2012
luas tanam padi di Provinsi Riau seluas 134.495 ha, Tahun 2013 turun menjadi
124.777 ha , Tahun 2014 menjadi 118.430 ha, tahun 2015 turun menjadi 99.054
ha dan tahun 2016 turun lagi menjadi 95.413 ha . Demikian juga halnya dengan
luas panen, untuk komoditas padi pada Tahun 2014 seluas 106.037 ha
turun menjadi 107.546 pada tahun 2015 ha dan terus mengalami penurunan
hingga menjadi 99.430 ha pada tahun 2016. Hal yang sama terjadi pada semua
komoditas tanaman pangan, yaitu kedelai, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
tanah dan kacang hijau.
Penurunan luas tanam dan luas panen ini terutama disebabkan karena alih fungsi
lahan dari tanaman pangan ke non tanaman pangan (perkebunan dan perikanan)
dan bahkan ke non pertanian (jalan, perumahan dan pertokoan, dll ) setiap tahun
semakin meningkat, terbatasnya jaringan irigasi yang rusak menyebabkan pada
musim kemarau ketersediaan air tidak ada dan pada musim penghujan terjadi
kebanjiran . Sementara itu sub sektor perkebunan juga tidak jauh berbeda. Luas
areal dan produksi tanaman kelapa sawit dan kelapa di Provinsi Riau adalah yang
terluas di Indonesia. Pada tahun 2015, areal kelapa sawit Provinsi Riau 2,42 juta
hektar mencakup 21,42% dari total luas kelapa sawit Indonesia 11,3 juta hektar.
Sedangkan pada tanaman karet, areal tanaman karet Provinsi Riau tahun 2015
seluas 501.787 hektar berada ditempat kedua di Sumatera setelah Sumatera
Selatan. Namun beberapa periode hanya kelapa sawit pertumbuhan meningkat
sedangkan tanaman komoditi perkebunan lainya seperti kelapa, karet, pinang,
kopi, kakao, sagu terus mengalami penurunan akibat tanaman tua, alih komoditi
dan alih fungsi lahan.
2) Rendahnya produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Produktivitas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai serta tanaman
hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau masih belum mencapai produktivitas
optimal. Dari tahun 2012 sampai tahun 2016 produktivitas tanaman padi berkisar
12
35,6 s/d 37,6 kw/ha. Produktivitas ini masih jauh di bawah produktivitas padi
nasional yang saat ini sudah mencapai 53,41 kw/ha.
Pada subsektor perkebunan produktivitasnya juga tidak jauh berbeda masih
dibawah standar yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal
terkait dengan aspek budidaya, yaitu penggunaan benih/bibit yang tidak unggul dan
bermutu, cara penanaman yang belum sesuai teknologi dan pemeliharaan tanaman
yang belum intensif, serta belum adanya teknologi yang eketif jika terjadi anomali
cuaca. Permasalahan rendahnya produktivitas kebun kelapa sawit rakyat sebagai
akibat penggunaan bibit yang tidak unggul dan pemeliharaan tanaman yang tidak
standar serta tanaman yang sudah tua/rusak penting diatasi secara cepat dan
berkelanjutan. Begitu juga dengan permasalahan produktivitas kebun kelapa
sebagai akibat semakin luasnya tanaman kelapa tua/rusak dan kerusakan kebun
kelapa akibat instrusi air laut perlu segera diatasi. Pada tanaman karet permsalahan
rendahnya produktivitas sebagai akibat semakin luasnya tanaman karet tua/rusak
sehingga perlu untuk menanam kembali dengan tanaman karet unggul dan
pemeliharaan yang sesuai standar. Menempatkan pengembangan perkebunan
kelapa dan karet sebagai isu strategis Provinsi Riau akan dapat mengembalikan
kejayaan kelapa dan karet sebagai sumber perekonomian masyarakat di Provinsi
Riau.
3) Kondisi Sarana dan parasarana belum memadai
Kondisi sarana dan prasarana pertanian juga masih jauh dari yang diharapkan, baik
Alsintan maupun sarana pengairan dan jalan usahatani. Kondisi alat pengolahan
tanah (traktor roda 2) pada Tahun 2015 terdapat sebanyak 2.096 unit, dimana
yang dapat digunakan hanya 1.773 unit atau hanya mampu melayani
pengolahan lahan seluas 44.325 ha, kondisi yang sama juga terjadi pada
alsintan lainnya, seperti power thresher, sabit bergerigi dan sebagainya. Kondisi
jaringan irigasi juga masih jauh dari yang diharapkan, disamping itu ketersediaan
air irigasi pada musim kemarau masih jauh dari harapan.
Pada sektor perkebunan, untuk peningkatan produksi sarana dan prasara yang
dibutuhkan antara lain jalan produksi, alat pengolah tanah, alat pemeliharaan
tanaman, alat pengendai hama dan penyakit. Sementara sarana dan prasarana
yang diperlukan dalam rangka peningkatan nilai tambah antara lain alat panen dan
alat pengolahan hasil. Sarana dan prasarana yang dimiliki petani saat ini masih
13
sangat kurang, sementara kemampuan petani untuk mengadakan secara swadaya
masih belum mampu sepenuhnya.
4) Penerapan teknologi pertanian masih rendah
Penguasaan teknologi baik teknologi budidaya maupun panen dan pasca panen
juga masih rendah, secara keseluruhan baru sekitar 60 % dari anjuran yang
diterapkan. Penggunaan benih bermutu, pola dan jarak tanam, pengendalian hama
penyakit serta pemupukan juga masih rendah.
5) Industri Hilir pertanian dan pemasarannya masih terbatas
Kondisi Industri hilir pertanian masih sangat terbatas, padahal sebagaimana kita
ketahui bahwa nilai tambah pada produk olahan ini sangatlah besar. Permasalahan
lain adalah masih sulitnya petani dalam memasarkan produk-produknya. Di beberapa
daerah sudah banyak tumbuh kawasan sentra produksi, seperti pada komoditas
sayuran, namun petani dihadapkan kepada persoalan sulitnya pemasaran dan
bahkan ada dari hasil petani yang tidak dapat dipasarkan atau tidak laku dijual.
Upaya pemasaran sayur ekspor secara teknis budidaya tidak ada masalah lagi,
namun pelaksanaan ekspor sayur ke Singapura belum berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Beberapa komoditi buah-buahan juga mengalami hal sulitnya
pemasaran terutama pada saat musim besar. Penyebab utamanya adalah kalah
bersaing dengan produk buah impor.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan hasil perkebunan di Provinsi Riau lambat
dan Provinsi Riau hanya memproduksi serta mengekspor hasil perkebunan yang
bernilai tambah rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dari ekpor minyak sawit dalam
bentuk CPO, kelapa dalam bentuk kopra, serta karet dalam bentuk karet kering dan
SIR. Apabila bahan baku hasil perkebunan yang tersedia dalam jumlah besar ini
diolah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi oleh sektor industri maka diyakini
ekonomi provinsi Riau akan semakin berkembang.
6) Masih tingginya tingkat kehilangan hasil
Kehilangan hasil pada komoditas pertanian baik karena adanya gangguan
serangan hama dan penyakit maupun saat panen dan pasca panen masih cukup
tinggi. Pada Tahun 2015 serangan OPT pada tanaman padi tercatat seluas
6.335,84 ha dengan 20 jenis OPT. Pada tanaman jagung luas serangan komplek
14
OPT (14 jenis OPT) seluas 586,43 ha dan kedele seluas 265,5 ha dengan 12 jenis
OPT
7) Masih perlunya pendampingan dalam merubah sikap, perilaku dan
ketrampilan petani
Melalui pendampingan oleh penyuluh pertanian masyarakat tani baik sebagai
pelaku utama maupun pelaku usaha dibekali dengan ilmu pengetahuan,
ketrampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru agar mereka tahu ,
mampu dan mau menerapkan informasi anjuran yang disampaikan oleh penyuluh
pertanian. Sesuai dengan dasar-dasar penyuluhan pertanian bahwa penyuluhan
pertanian itu adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar , teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas , efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraan petani serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Aspek Sosial Masyarakat
1) Ketahanan pangan masyarakat masih lemah
Definisi ketahanan pangan yang dikemukakan oleh FAO dalam konferensi pangan
dunia Tahun 1996 adalah “ketahanan pangan baru terjadi ketika semua orang,
setiap saat, memiliki akses fisik dan ekonomis pada pangan yang cukup, aman dan
bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan dan seleranya dalam rangka
kehidupan yang sehat dan aktif “.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sebaran daerah produksi pangan di Provinsi Riau
tidaklah merata dan tidak semua masyarakat menghasilkan pangan untuk
keluarganya dan belum semua masyarakat memiliki pendapatan yang cukup untuk
mampu mengakses pangan bagi keluarganya. Dari data dapat diketahui rasio
produksi beras terhadap konsumsi penduduk Riau baru mencapai 0.51 atau 51 %,
Belum lagi ditinjau dari aspek distribusi, dimana masih ditemui adanya wilayah
yang sulit di akses pada saat tertentu, seperti musim hujan atau banjir, musim
kemarau panjang dan sebagainya, sehingga ada sebagian dari masyarakat Provinsi
Riau yang rentan dari sisi ketahanan pangan.
2) Akses petani terhadap permodalan masih terbatas
15
Lemahnya permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi petani dalam
memulai atau mengembangkan usahanya sehingga harus meminjam ke pihak lain.
Sulitnya mengakses permodalan kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi
lainnya menyebabkan petani mencari pinjaman modal kepada para pemilik modal
dengan sistem ijon sehingga petani tidak leluasa menjual hasil panennya.
Meskipun Pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit program kredit
program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-
RE), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
kredit komersial lainnya, namun fasilitas kredit tersebut pada kenyataannya masih
sulit diakses oleh petani. Hal ini disebabkan, antara lain:
a. Petani belum dapat memenuhi persyaratan administrasi perbankan;
b. Resiko agribisnis yang cukup tinggi;
b. Belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak
dibidang tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan;
c. Belum tersedianya lembaga penjamin resiko usaha tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan.
3) Budaya/ kebiasaan masyarakat
Teknologi budidaya sebenarnya sudah berkembang pesat, namun penerapan
ditingkat masyarakat/ petani belum sebagaimana yang diharapkan. Salah satu
faktor yang sangat mempengaruhinya adalah budaya atau kebiasaan
masyarakat. Budaya/ kebiasaan ini mulai dari pengolahan lahan, penanaman
dan pemiliharaan, juga dalam hal waktu penanaman.
4) Nilai Tukar Petani masih rendah
Tingkat pertambahan nilai dari komoditas pertanian sebagai produksi utama, masih
rendah karena belum tersedia sarana dan prasarana pendukung. Sebagian besar
ekspor yang dilakukan berupa bahan mentah sehingga pengolahan komoditas
pertanian menjadi penting untuk memberikan nilai tambah, membuka peluang
tenaga kerja dan memperluas serapan pasar terhadap komoditas. Karena itu,
perubahan paradigma pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan mutlak diperlukan dengan prioritas peningkatan nilai manfaat dari
produk-produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
16
Nilai Tukar Petani pada komoditas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
mencapai NTP lebih dari 100, namun kadang kala juga berfluktuasi dan perlu
upaya-upaya untuk stabilitasnya.
Aspek Sumberdaya Manusia
1) Kapasitas dan Profesionalisme SDM aparatur belum memadai
Aparatur Negara merupakan unsur utama sumberdaya manusia yang mempunyai
peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan. Untuk dapat membentuk sosok aparatur pemerintah
yang baik, dalam rangka untuk meningkatkan kinerja pegawai, maka salah satu
upaya yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat). Diklat adalah suatu kaharusan dari suatu organisasi birokrasi dan
merupakan bagian dari upaya pengembangan sumberdaya manusia sekaligus
sebagai salah satu solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi .
Sampai saat ini patut diakui bahwa SDM aparatur dituntut memiliki kapasitas yang
memadai dan bahkan dituntut bekerja profesional sesuai dengan
perkembangan zaman yang serba maju dengan penuh dengan penerapan
teknologi dalam pelaksanaann tugas pelayanan terhadap masyarakat. Sementara
kondisi yang ada, adalah bahwa kemampuan dan cara kerja aparatur belum
sebagaimana yang diharapkan, baik dari sisi ilmu teknis maupun dari sisi
penguasaan teknologi yang semakin berkembang.
Dalam penempatan para pejabat pada jabatan struktural juga masih ditemui
penempatan yang belum megacu kepada aspek “the right man in the right place“
terutama ditinjau dari sisi latar belakang pendidikan atau pengalaman bekerja
selama ini.
2 ) Belum Kuatnya Sistem Penyuluhan
Sistem penyuluham pertanian dibangun oleh subsistem sumberdaya personil,
subsistem kelembagaan, subsistem sarana dan subsistem metode penyuluhan.
17
Disadari bahwa pada saat ini sistem penyuluhan belum kuat, sehingga belum
mampu secara optimal untuk melakukan pemberdayaan petani dan kelembagaan
petani. Faktor penyebab belum kuatnya sistem penyuluhan adalah keterbatasan
penyuluh baik dari segi jumlah maupun kompotensi, kelembagaan penyuluhan yang
belum mandiri dan inovatif, kurangnya sarana serta metode yang belum sesuai
dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani.
3) Kapasitas SDM petani masih rendah
Petani merupakan SDM penting dalam pembangunan pertanian sehingga dengan
demikian kemampuan SDM petani akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau
capaian hasil pembangunan. Petani tanaman pangan secara umum didominasi
oleh kaum tua dan dari kaum ibu-ibu, juga dengan pendidikan formal yang sangat
rendah, hal ini membuat sulitnya dalam transformasi teknologi. Masih rendahnya
SDM pertanian ± 80% yang berusaha tani tamat SD ke bawah. Sebagai akibat
dari hal tersebut adalah bahwa petani lebih banyak diposisikan sebagai objek
pembangunan ketimbang petani sebagai pelaksana pembangunan. Sehubungan
dengan hal tersebut maka kedepan peningkatan kapasitas petani sebagai unsur
penting dalam pelaksanaan pembangunan pertanian.
Aspek Geografi dan Demografi
1) Perubahan iklim global
Pemanasan global dan tingkat pencemaran lingkungan berdampak terhadap
aktivitas dan kehidupan manusia. Perubahan pola hujan ( el-Nino dan La-nina),
sirkulasi angin, kenaikan muka air laut, rusaknya terumbu karang merupakan wujud
dari pada perubahan iklim. Demikian juga dengan tingkat pencemaran lingkungan
yang harus diwaspadai. Karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dan
adaptasi dari pemanasan global tersebut. Akhir-akhir ini Provinsi Riau diterpa
bencana kabut asap sebagai akibat kebakaran hutan dan lahan terutama lahan
gambut. Dalam jangka panjang kabut asap bukan saja berpengaruh terhadap
kesehatan manusia, namun juga akan menggangu terhadap pertumbuhan
tanaman dan pada akhirnya akan mempengaruhi proses fotosintesa dan
tentunya akan menurunkan produksi tanaman.
2) Tingginya Pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau termasuk pada kategori yang
tertingggi di Indonesia, meskipun Provinsi Riau berhasil dalam pelaksanaan
18
program Keluarga Berencana (KB) yang ditunjukkan dengan rata-rata jumlah
penduduk per-rumah tanggga sebanyak 4 jiwa, tetapi laju pertumbuhan penduduk
tetap tinggi. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau lebih
disebabkan oleh tingginya migrasi dari luar provinsi yang datang dengan berbagai
alasan dan tujuan, antara lain migrasi karena bencana alam yang berasal dari
Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau jumlah Penduduk Riau
Tahun 2016 berjumlah 6.500.971 jiwa dan tahun Tahun 2015 berjumlah
6.344.402 jiwa. Selama periode 2015 – 2016, pertumbuhan penduduk Provinsi
Riau meningkat sebesar 2,47 %, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan alami yang
hanya 1,5% per Tahun.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini memberikan dampak negatif seperti
semakin meningkatnya penduduk miskin, jumlah pengangguran,
penyerobotan hutan dan lahan dan berbagai permasalahan sosial, budaya,
ekonomi, politik dan lainnya.
3) Sebagian besar daerah sentra produksi padi rawan banjir dan kekeringan
Sebagaimana kita maklumi bahwa areal persawahan di beberapa kabupaten
tersebar mengikuti aliran sungai baik sungai besar maupun sungai kecil, hanya
sebagaian kecil yang tidak berada di daerah bantaran sungai, sehingga hal ini
menjadikan sebagian besar areal persawahan di Provinsi Riau sebagai daerah
yang rawan banjir.
Kondisi sebaliknya juga terjadi pada musim kemarau, dimana sebagian besar areal
persawahan merupakan sawah tadah hujan, sehingga selalu kekeringan. Pada
sawah irigasi pun bila musim kemarau, air irigasi tidak mampu mensuplai
kebutuhan air pada tanaman. Kedepan perlu adanya terobosan untuk
penyelesaian masalah ini, antara lain dengan pengembangan sistem pompanisasi.
2.4. Review Terhadap Rancangan Awal RKPD
Review terhadap Rancangan Awal RKPD merupakan proses membandingkan
antara Rancangan Awal RKPD 2017 dengan hasil analisis kebutuhan
perencanaan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Analisis
19
kebutuhan diperoleh dengan cara menguraikan semua hasil usulan yang
disampaikan melalui tahapan Rapat Koordinasi Teknis yang telah dilaksanakan
antara Provinsi Riau dengan Kabupaten Kota yang merupakan program dan
kegiatan yang bersifat fisik (utama) pembangunan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pendanaan indikatif untuk
pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang ada pada
Rancangan Awal RKPD dengan analisis kebutuhan pendanaan yang telah
direncanakan secara bersama dengan kabupaten kota. Pada Rancangan Awal
RKPD jumlah pagu indikatifnya sebesar Rp. 53.344.723.000, sedangkan pada
Analisis Kebutuhan sebesar Rp. 79.417.592.000 Selisih antara keduanya
sebesar Rp.-(26.072.869.000). Hal ini berarti terjadi kekurangan kebutuhan
pendanaan untuk pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan tahun 2018 untuk mencapai sasaran dan target pembangunan
daerah di bidang tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
bersumber dari APBD Provinsi Riau.
20
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah
Provinsi Riau Tahun 2016 Nomor 14) maka terhitung untuk tahun 2017 terjadi
beberapa perubahan dalam susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau. Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan merupakan salah satu
Organisasi Perangkat Daerah yang baru dibentuk. Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau merupakan gabungan dari fungsi
pertanian pada Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau sebelumnya,
Dinas Perkebunan dan fungsi penyuluhan pertanian pada Badan Koordinasi
Penyuluhan Provinsi Riau sebelumnya.
Dengan proses pemisahan dan penggabungan beberapa Perangkat Daerah
sebelumnya yang tergabung menjadi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan maka juga terjadi penyesuaian pada dokumen perencanaan dan
penganggarannya, termasuk didalamnya terjadi perubahan pada Rencana
Strategis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang
merupakan salah satu landasan dalam penyusunan Renja OPD.
Perubahan dan penyesuaian dokumen perencanaan pada Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan mengakibatkan proses pelaksanaan
evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu, capaian Renstra SKPD
sebelumnya dan analisis Kinerja Pelayanan SKPD sebelumnya sulit untuk
dilakukan.
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian
Renstra SKPD
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dibentuk
Tahun 2017 yang berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun
7
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau
(Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2016 Nomor 14) sehingga Evaluasi
Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD yang memuat
kajian (revisi) terhadap hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu
(Tahun n-2) dan perkiraan capaian tahun lalu berjalan (tahun n-1) dan review
hasil evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu, dan realisasi Renstra SKPD
mengacu pada hasil laporan kinerja tahunan SKPD dan/atau realisasi APBD
sampai dengan Triwulan II (dua) karena OPD Dinas Tanaman Pangan
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau terbentuk pada bulan Januari tahun
2017 dan penyusunan Renja tahun 2018 pada bulan juli 2017.
Adapun rekapitulasi pelaksanaan Renja SKPD dan pencapaian Renstra SKPD
s/d Triwulan II tahun 2017, Dinas Tanaman Pangan , Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel T.VI.C.5 yaitu tabel
Pencapaian Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja SKPD dan Pencapaian Renstra
SKPD s/d Triwulan II tahun 2017 Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau , dibawah ini :
8
Dari tabel T.VI.C.5 yaitu tabel Pencapaian Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja
SKPD dan Pencapaian Renstra SKPD s/d Triwulan II tahun 2017 Dinas Tanaman
Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dapat dilihat bahwa :
1. Sasaran I : Terwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan
Peningkatan produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura diukur dengan tiga
indikator kinerja utama yang terdiri dari :
1. Jumlah produksi padi pada tahun 2017 dengan target 412.439 ton sampai
dengan Triwulan II telah tercapai 170.132 ton atau sebesar 41,2 %2. Jumlah produksi buah-buahan pada tahun 2017 dengan target 103.359 ton
sampai dengan Triwulan II telah tercapai 71.315 ton atau sebesar 68,9 %3. Jumlah produksi sayuran pada tahun 2017 dengan target 24.215 ton sampai
dengan Triwulan II telah tercapai 9.926 ton atau sebesar 40,9 %
Jumlah Produktivitas Komoditi Perkebunan (kelapa sawit, karet dan kelapa)
kg/ha/thn.
Target Jumlah Produktivitas Perkebunan yang ingin dicapai pada tahun 2017 yaitu:
- Produktivitas Kelapa Sawit sebanyak 3.762 kg cpo/ha/th
- Produktivitas Karet sebanyak 1.130 kg k3/ha/th
- Produktivitas Kelapa sebanyak 1.187 kg kopra/ha/th
a. Produktivitas Kelapa Sawit
Untuk mengukur capaian indikator kinerja ini digunakan data statistik
perkebunan Provinsi Riau yang tersedia secara nasional, provinsi dan
kabupaten adalah data minus 1 dari tahun berjalan (n-1)
Dari target diatas untuk Produktivitas Kelapa sawit pada tahun 2016 dengan
target yang telah ditetapkan sebanyak 3.762 kg CPO/ha/th terealisasi 3.152
kg CPO/ha/th atau 83,78 % terjadi kekurangan produktivitas sebanyak 610 kg
CPO atau 16,25 % dari target yang telah ditentukan. Untuk mengetahui
secara rinci produktivitas kelapa sawit tahun 2015 dan 2016 (ASEM) dapat
dilihat pada tabel dibawah ini. 9
Tabel . Jumlah Produktivitas Kelapa sawit Provinsi Riau tahun
2015-2016
No Kabupaten/KotaKelapa sawit
kg CPO/ha/thnKenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar 3.125 2.641 -484 -15%2 Rokan Hulu 4.068 3.986 -82 -2%3 Pelalawan 4.410 3.914 -496 -11%4 Indragiri Hulu 4.040 3.782 -258 -6%5 Kuantan Singingi 3.585 2.675 -910 -25%6 Bengkalis 3.183 991 -2.192 -69%7 Rokan Hilir 3.515 3.272 -243 -7%8 Dumai 3.270 3.179 -91 -3%9 Siak 3.695 3.515 -180 -5%
10 Indragiri Hilir 4.245 3.343 -902 -21%11 Pekanbaru 4.082 3.693 -389 -10%12 Kep. Meranti - - - -
Rata-Rata 3.752 3.152 -600 -16%Ctt : data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel diatas Secara keseluruhan Produkttivitas Kelapa sawit mengalami
penurunan sebanyak 600 kg atau -16%, dimana hampir seluruh kabupaten di provinsi
riau mengalami penurunan dimana untuk produksi tanaman kelapa sawit pada bulan
Januari s/d Juli tanaman mengalami masa treks buah (penurunan produksi
buah/TBS).
Sedangkan untuk produktifitas tanaman kelapa sawit secara teknis rata-rata berkisar
5 – 7 ton / ha / th sedangkan target produktifitas kepala sawit provinsi riau masih
sangat rendah yaitu 3,765 ton / ha
b. Produktivitas Karet
Dari target yang telah ditentukan untuk Produtivitas Karet pada tahun 2016 dengan
target yang telah ditetapkan sebanyak 1.130 kg dapat terealisasi sebanyak 1.090 kg
atau 96,5 % terjadi penurunan sebanyak 40 kg atau 3,5 %. Untuk mengetahui secara
rinci produktivitas Karet dari tahun 2015 ke tahun 2016 (Angka Sementara /ASEM)
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel . Jumlah Produktivitas Karet Provinsi Riau tahun 2015-2016
10
No Kabupaten/KotaKaret kg K3/ha/thn Kenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar 1.102 987 -115 -10%2 Rokan Hulu 1.156 1.107 -49 -4%3 Pelalawan 1.469 1.420 -49 -3%4 Indragiri Hulu 1.254 1.211 -43 -3%5 Kuantan Singingi 1.040 1.053 13 1%6 Bengkalis 949 458 -491 -52%7 Rokan Hilir 1.059 1.059 0 0%8 Dumai 1.338 1.296 -42 -3%9 Siak 1.011 1.911 900 89%
10 Indragiri Hilir 1.377 1.393 16 1%11 Pekanbaru 582 582 0 0%12 Kep. Meranti 969 980 11 1%
Rata-Rata 1.122 1.090 -32 -3,%Ctt : untuk data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel diatas secara keseluruhan produktivitas karet mengalami Penurunan
sebanyak 32 kg K3 atau -3 %, sedangkan capaian produktivitas Karet yang
mengalami kenaikan adalah Kabupaten Siak sebanyak 900 kg K3 atau 89%,
Kabupaten Kuantan Singingi sebanyak 13 kg atau 1%, Kabupaten Indragiri Hilir
sebanyak 16 kg atau 1%, dan Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak 11 kg atau
1%.
c. Produktivitas Kelapa
Dari target yang telah ditentukan untuk Produktivitas Kelapa pada tahun 2016
dengan target yang telah ditetapkan sebanyak 1.187 kg dapat terealisasi sebanyak
1.154 kg atau 97,2 % terjadi penurunan sebanyak 33 kg atau 2,7 %. Untuk
mengetahui secara rinci produktivitas Kelapa dari tahun 2015 ke tahun 2016 (Angka
Sementara / ASEM) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Jumlah Produktivitas Kelapa Provinsi Riau tahun 2014-2016
No Kabupaten/KotaKelapa kg Kopra/ha/thn Kenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar 415 427 12 3%2 Rokan Hulu 547 548 1 0%3 Pelalawan 1.701 1.488 -213 -13%4 Indragiri Hulu 268 342 74 28%5 Kuantan Singingi 825 1.088 263 32%6 Bengkalis 1.172 325 -847 -72%7 Rokan Hilir 1.130 1.125 -5 0%8 Dumai 740 749 9 1%9 Siak 1.153 1.140 -13 -1%
11
10 Indragiri Hilir 1.184 1.170 -14 -1%11 Pekanbaru 1.500 1.500 0 0%12 Kep. Meranti 1.112 1.112 0 0%
Rata-Rata 1.181 1.154 -27 - 2,3 %Ctt : untuk data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel secara keseluruhan produktivitas kelapa mengalami Penurunan
sebanyak 27 kg kopra atau 2,3 %, sedangkan capaian produktivitas Kelapa yang
mengalami kenaikan adalah Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan
Singingi
2. Sasaran II : peningkatan pemasaran hasil produksi Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Jumlah unit usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang terbina
pengolahan dan pemasaranya. Pengembangan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
terbina pengolahan dan pemasarannya pada tahun 2017 dengan target 50
kelompok, terealisasi sampai dengan Triwulan II sebanyak 49 unit (kelompok)
atau realisasi 98 % yang dilaksanakan pada 12 kabupaten / kota,yang terdiri
dari pengembangan usaha tanaman pangan dan hortikultura sebanyak 20 unit
(kelompok) dan pengembangan usaha perkebunan sebanyak 29 unit
(kelompok) Untuk pencapaian sasaran II faktor yang menyebabkan tercapainya target
sasaran adalah karena telah terlaksananya kegiatan diawal triwulan I sehingga
persentasenya tinggi
3. Sasaran III : peningkatan penerapan pertanian / Perkebunan Persentase yang menerapkan teknologi pertanian / perkebunan .
Pengembangan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
mendapat bantuan penerapan pertanian / perkebunan berupa Alsintan (alat
mesin pertanian / perkebunan) pada tahun 2017 dengan target 149 kelompok,
terealisasi sampai dengan Triwulan II sebanyak 48 unit untuk 48 kelompok
atau realisasi 32,21 % pada kegiatan pembinaan dan pengadaan alat pasca
panen tanaman pangan yang berupa power tresher 45 unit dan corn sheller 3
unit, sedangkan sisanya masih dalam tahap pengadaan barang (LPSE) Faktor penyebab tidak tercapainya target karena evaluasi kegiatan
dilaksanakan pada Triwulan II sedangkan kegiatan masih berjalan dalam tahap
pengadaan barang (PLSE)
4. Sasaran IV : Meningkatnya pembinaan kelompok tani Persentase kelompok tani yang mendapatkan pembinaan
12
Untuk mengukur Meningkatnya kesejahteraan petani melalui pengembangan
SDM dan kelembagaan petani dengan menghitung persentase kelompok tani
yang sudah dibina dibagi dengan jumlah total kelompok tani dikali seratus
persen. Adapun kelompok tani yang sudah dibina sebanyak .... dengan jumlah
total kelompok tani di provinsi Riau sebanyak... sehingga kelompok tani yang
sudah dibina sebanyak..... % Faktor yang sangat besar yang mempengaruhi peningkatan pembinaan
kelompok tani antara lain adalah factor anggaran kegiatan karena banyaknya
anggaran yang dirasionalisasikan sehingga pembinaan kepada kelompok tani
berkurang
5. Sasaran V : Meningkatnya produksi komoditi perkebunan penghasil pangan
Target Jumlah Produksi komoditi perkebunan penghasil pangan yaitu sagu
sebanyak 340.632 ton tepung sagu/tahun pada tahun 2017, untuk realisasi
Triwulan II tepung sagu sebanyak 217.663 ton tepung sagu/tahun atau 63,9 %.
Untuk lebih jelasnya capaian Produksi Sagu dari tahun 2015 – 2016 (ASEM)
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel . Jumlah Produksi Sagu Provinsi Riau tahun 2015-2016
No Kabupaten/KotaTepung Sagu kg /ha/thn Kenaikan/
Presentasi2015 2016 Penurunan
1 Kampar - - - -2 Rokan Hulu - - - -3 Pelalawan 917 916 -1 -4 Indragiri Hulu - - - -5 Kuantan Singingi - - - -6 Bengkalis 3.025 1.032 -1.993 -39,4 %7 Rokan Hilir - - - -8 Dumai -- -- - -9 Siak 44.270 195 -44.075 - 99,5 %
10 Indragiri Hilir 7.715 13.458 -5.743 74,44 %11 Pekanbaru - - - -12 Kep. Meranti 310.105 202.062 108.043 34.84 %
Rata-Rata 366.032 217.663 -148.369 -40,53 %Ctt : untuk data th 2016 Angka Sementara (ASEM)
Dilihat dari tabel diatas Secara keseluruhan produksi Sagu
mengalami penurunan sebanyak 148.369 ton atau 40,53 % dari
tahun 2015 Faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi komoditi
perkebunan penghasil pangan (sagu) ini karena banyaknya tanaman 13
sagu yang tua rusak dan tidak adanya anggaran untuk
melaksanakan penanaman sagu sedangkan Provinsi Riau
mempunyai potensi yang cukupbesar untuk pengembangan
tanaman sagu terutama di kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri
Hillir, Bengkalis dan Pelalawan
6. Sasaran VI : Meningkatnya kapasitas penyuluhan pertanian/perkebunan Persentase jumlah penyuluh yang meningkat kapasitasnya
Dengan adanya peningkatan kapasitas penyuluh tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan maka diharapkan dapat menyebarkan informasi kepada pelaku
utama baik petani / penyuluh/ pengurus kelompok tani dan pelaku usaha
pertanian (distributor / pengusaha pertanian, dll) sehingga dapat meningkatkan
hasil / produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Dengan meningkatnya kapasitas penyuluh akan berpengaruh terhadap
kegiatan usaha tani yang mengarah kepada usaha kelompok tani mandiri,
professional dan mampu bermitra dengan pelaku usaha dan dapat mengelola
sendiri kelembagaan dan anggotanya. Faktor yang menyebabkan penurunan kapasitas penyuluh tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan karena kurangnya anggaran untuk melakukan
peningkatan sumberdaya manusia melalui peningkatan pelatihan dan
keterampilan bagi penyuluh
2.2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
Dalam Analisis kinerja pelayanan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Perkebunan terhadap capaian kinerja pelayanan SKPD berdasarkan indicator
kinerja yang ditentukan sesuai dengan Peraturan Gubernur Riau Nomor 109
Tahun 2016 tentang Indikator Kinerja Utama Pemerintah Provinsi Riau dan
Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dapat dilihat pada
table berikut :
T.VI.C.1 yaitu tabel pencapaian kinerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan
14
15
TabelT.VI.C.1
PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA
DAN PERKEBUNAN PROVINSI RIAU
16
No Indikator
SPM /StandarNasion
al
IKK
Target Renstra SKPD Realisasi CapaianCtt
AnalisisTahun2016 (thn-2)
Tahun2017 (thn-1)
Tahun2018 (thn)
Tahun2019 (thn+1)
Tahun2016 (thn-2)
Tahun2017 (thn-1)
Tahun2018 (thn)
Tahun2019 (thn+1)
1Jumlah produksipertanian (ton) - Padi - - - 412.439 419.663 425.000 - - 419.663 425.000 -- Buah - - - 103.359 108.645 112.670 - - 108.645 112.670 -- Sayuran - - -
24.215 26.04 26.704- -
26.04 26.704-
Produktifitasproduksiperkebunan- K. Sawit - - - 3.762 3.765 3.768 - - 3.765 3.768 -- Karet - - - 1.130 1.135 1.137 - - 1.135 1.137 -- Kelapa - - - 1.187 1.191 1.196 - - 1.191 1.196 -
2 Jumlah unitusaha tanamanpangan,hortikultura danperkebunanyang terbinapengolahan danpemasarannya(unit)
- - - 50 59 65 - - 59 65 -
3 Persentasepetani yangmenerapkanteknologipertanian /
- - - 62 62,5 63 - - 62,5 63 -
10
perkebunan
4 Pesentasekelompok taniyangmendapatkanpembinaan
- - - 75 78 80 - - 78 80 -
5 Jumlah produksikomoditiperkebunanpenghasilpangan (sagu)(ton)
- - - 340.632 345.741 347,532 - - 345.741 347,532 -
6 Persentasejumlah penyuluhyang meningkatkapasitasnya
- - - 65 75 95 - - 75 95 -
11
Dari table T.VI.C.1 yaitu table pencapaian kinerja pelayanan pada Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dapat diketahui bahwa kinerja
pelayanan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan selaras dengan tujuan
dan sasaran RPJMD Provinsi Riau yaitu pada Misi ke - 7 RPJMD Provinsi Riau Tahun
2014-2019 (Revisi) , yaitu memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan.
Tujuan misi ke-7 dari Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih ini adalah sebagai
berikut:
1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan
yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang;2. Meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan perkebunan;3. Meningkatkan kesejahteraan petani;
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari misi ke-7 ini adalah:
1. Optimalisasi lahan dan diversifikasi;2. Meningkatnya jumlah industri olahan produk pertanian dan perkebunan;3. Meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP).
2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam
perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dan
masyarakat di masa datang. Suatu kondisi /kejadian yang menjadi isu strategis adalah
keadaan apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau
sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
Isu-isu strategis yang diperoleh dari identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan
fungsi Dinas Tanaman Pagan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau, telaahan
terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah terpilih, dan
telaahan terhadap Renstra Kementerian/Lembaga serta telaahan Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Identifikasi permasalahan-
permasalahan yang mempengaruhi pelayanan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi diperlukan dalam rangka pembangunan pertanian di Provinsi Riau
3 (Tiga) tahun kedepan.
Isu-isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan sebagai berikut :
Aspek Teknis
1) Luas Tanam dan Luas Panen yang semakin menurun 11
Dalam 5 (lima) Tahun terakhir pertumbuhan luas tanam dan luas panen
komoditas Tanaman Pangan terutama padi semakin menurun. Tahun 2012
luas tanam padi di Provinsi Riau seluas 134.495 ha, Tahun 2013 turun menjadi
124.777 ha , Tahun 2014 menjadi 118.430 ha, tahun 2015 turun menjadi 99.054
ha dan tahun 2016 turun lagi menjadi 95.413 ha . Demikian juga halnya dengan
luas panen, untuk komoditas padi pada Tahun 2014 seluas 106.037 ha
turun menjadi 107.546 pada tahun 2015 ha dan terus mengalami penurunan
hingga menjadi 99.430 ha pada tahun 2016. Hal yang sama terjadi pada semua
komoditas tanaman pangan, yaitu kedelai, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
tanah dan kacang hijau.
Penurunan luas tanam dan luas panen ini terutama disebabkan karena alih fungsi
lahan dari tanaman pangan ke non tanaman pangan (perkebunan dan perikanan)
dan bahkan ke non pertanian (jalan, perumahan dan pertokoan, dll ) setiap tahun
semakin meningkat, terbatasnya jaringan irigasi yang rusak menyebabkan pada
musim kemarau ketersediaan air tidak ada dan pada musim penghujan terjadi
kebanjiran . Sementara itu sub sektor perkebunan juga tidak jauh berbeda. Luas
areal dan produksi tanaman kelapa sawit dan kelapa di Provinsi Riau adalah yang
terluas di Indonesia. Pada tahun 2015, areal kelapa sawit Provinsi Riau 2,42 juta
hektar mencakup 21,42% dari total luas kelapa sawit Indonesia 11,3 juta hektar.
Sedangkan pada tanaman karet, areal tanaman karet Provinsi Riau tahun 2015
seluas 501.787 hektar berada ditempat kedua di Sumatera setelah Sumatera
Selatan. Namun beberapa periode hanya kelapa sawit pertumbuhan meningkat
sedangkan tanaman komoditi perkebunan lainya seperti kelapa, karet, pinang,
kopi, kakao, sagu terus mengalami penurunan akibat tanaman tua, alih komoditi
dan alih fungsi lahan.
2) Rendahnya produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Produktivitas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai serta tanaman
hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau masih belum mencapai produktivitas
optimal. Dari tahun 2012 sampai tahun 2016 produktivitas tanaman padi berkisar
12
35,6 s/d 37,6 kw/ha. Produktivitas ini masih jauh di bawah produktivitas padi
nasional yang saat ini sudah mencapai 53,41 kw/ha.
Pada subsektor perkebunan produktivitasnya juga tidak jauh berbeda masih
dibawah standar yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal
terkait dengan aspek budidaya, yaitu penggunaan benih/bibit yang tidak unggul dan
bermutu, cara penanaman yang belum sesuai teknologi dan pemeliharaan tanaman
yang belum intensif, serta belum adanya teknologi yang eketif jika terjadi anomali
cuaca. Permasalahan rendahnya produktivitas kebun kelapa sawit rakyat sebagai
akibat penggunaan bibit yang tidak unggul dan pemeliharaan tanaman yang tidak
standar serta tanaman yang sudah tua/rusak penting diatasi secara cepat dan
berkelanjutan. Begitu juga dengan permasalahan produktivitas kebun kelapa
sebagai akibat semakin luasnya tanaman kelapa tua/rusak dan kerusakan kebun
kelapa akibat instrusi air laut perlu segera diatasi. Pada tanaman karet permsalahan
rendahnya produktivitas sebagai akibat semakin luasnya tanaman karet tua/rusak
sehingga perlu untuk menanam kembali dengan tanaman karet unggul dan
pemeliharaan yang sesuai standar. Menempatkan pengembangan perkebunan
kelapa dan karet sebagai isu strategis Provinsi Riau akan dapat mengembalikan
kejayaan kelapa dan karet sebagai sumber perekonomian masyarakat di Provinsi
Riau.
3) Kondisi Sarana dan parasarana belum memadai
Kondisi sarana dan prasarana pertanian juga masih jauh dari yang diharapkan, baik
Alsintan maupun sarana pengairan dan jalan usahatani. Kondisi alat pengolahan
tanah (traktor roda 2) pada Tahun 2015 terdapat sebanyak 2.096 unit, dimana
yang dapat digunakan hanya 1.773 unit atau hanya mampu melayani
pengolahan lahan seluas 44.325 ha, kondisi yang sama juga terjadi pada
alsintan lainnya, seperti power thresher, sabit bergerigi dan sebagainya. Kondisi
jaringan irigasi juga masih jauh dari yang diharapkan, disamping itu ketersediaan
air irigasi pada musim kemarau masih jauh dari harapan.
Pada sektor perkebunan, untuk peningkatan produksi sarana dan prasara yang
dibutuhkan antara lain jalan produksi, alat pengolah tanah, alat pemeliharaan
tanaman, alat pengendai hama dan penyakit. Sementara sarana dan prasarana
yang diperlukan dalam rangka peningkatan nilai tambah antara lain alat panen dan
alat pengolahan hasil. Sarana dan prasarana yang dimiliki petani saat ini masih
13
sangat kurang, sementara kemampuan petani untuk mengadakan secara swadaya
masih belum mampu sepenuhnya.
4) Penerapan teknologi pertanian masih rendah
Penguasaan teknologi baik teknologi budidaya maupun panen dan pasca panen
juga masih rendah, secara keseluruhan baru sekitar 60 % dari anjuran yang
diterapkan. Penggunaan benih bermutu, pola dan jarak tanam, pengendalian hama
penyakit serta pemupukan juga masih rendah.
5) Industri Hilir pertanian dan pemasarannya masih terbatas
Kondisi Industri hilir pertanian masih sangat terbatas, padahal sebagaimana kita
ketahui bahwa nilai tambah pada produk olahan ini sangatlah besar. Permasalahan
lain adalah masih sulitnya petani dalam memasarkan produk-produknya. Di beberapa
daerah sudah banyak tumbuh kawasan sentra produksi, seperti pada komoditas
sayuran, namun petani dihadapkan kepada persoalan sulitnya pemasaran dan
bahkan ada dari hasil petani yang tidak dapat dipasarkan atau tidak laku dijual.
Upaya pemasaran sayur ekspor secara teknis budidaya tidak ada masalah lagi,
namun pelaksanaan ekspor sayur ke Singapura belum berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Beberapa komoditi buah-buahan juga mengalami hal sulitnya
pemasaran terutama pada saat musim besar. Penyebab utamanya adalah kalah
bersaing dengan produk buah impor.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan hasil perkebunan di Provinsi Riau lambat
dan Provinsi Riau hanya memproduksi serta mengekspor hasil perkebunan yang
bernilai tambah rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dari ekpor minyak sawit dalam
bentuk CPO, kelapa dalam bentuk kopra, serta karet dalam bentuk karet kering dan
SIR. Apabila bahan baku hasil perkebunan yang tersedia dalam jumlah besar ini
diolah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi oleh sektor industri maka diyakini
ekonomi provinsi Riau akan semakin berkembang.
6) Masih tingginya tingkat kehilangan hasil
Kehilangan hasil pada komoditas pertanian baik karena adanya gangguan
serangan hama dan penyakit maupun saat panen dan pasca panen masih cukup
tinggi. Pada Tahun 2015 serangan OPT pada tanaman padi tercatat seluas
6.335,84 ha dengan 20 jenis OPT. Pada tanaman jagung luas serangan komplek
14
OPT (14 jenis OPT) seluas 586,43 ha dan kedele seluas 265,5 ha dengan 12 jenis
OPT
7) Masih perlunya pendampingan dalam merubah sikap, perilaku dan
ketrampilan petani
Melalui pendampingan oleh penyuluh pertanian masyarakat tani baik sebagai
pelaku utama maupun pelaku usaha dibekali dengan ilmu pengetahuan,
ketrampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru agar mereka tahu ,
mampu dan mau menerapkan informasi anjuran yang disampaikan oleh penyuluh
pertanian. Sesuai dengan dasar-dasar penyuluhan pertanian bahwa penyuluhan
pertanian itu adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar , teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas , efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraan petani serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Aspek Sosial Masyarakat
1) Ketahanan pangan masyarakat masih lemah
Definisi ketahanan pangan yang dikemukakan oleh FAO dalam konferensi pangan
dunia Tahun 1996 adalah “ketahanan pangan baru terjadi ketika semua orang,
setiap saat, memiliki akses fisik dan ekonomis pada pangan yang cukup, aman dan
bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan dan seleranya dalam rangka
kehidupan yang sehat dan aktif “.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sebaran daerah produksi pangan di Provinsi Riau
tidaklah merata dan tidak semua masyarakat menghasilkan pangan untuk
keluarganya dan belum semua masyarakat memiliki pendapatan yang cukup untuk
mampu mengakses pangan bagi keluarganya. Dari data dapat diketahui rasio
produksi beras terhadap konsumsi penduduk Riau baru mencapai 0.51 atau 51 %,
Belum lagi ditinjau dari aspek distribusi, dimana masih ditemui adanya wilayah
yang sulit di akses pada saat tertentu, seperti musim hujan atau banjir, musim
kemarau panjang dan sebagainya, sehingga ada sebagian dari masyarakat Provinsi
Riau yang rentan dari sisi ketahanan pangan.
2) Akses petani terhadap permodalan masih terbatas
15
Lemahnya permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi petani dalam
memulai atau mengembangkan usahanya sehingga harus meminjam ke pihak lain.
Sulitnya mengakses permodalan kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi
lainnya menyebabkan petani mencari pinjaman modal kepada para pemilik modal
dengan sistem ijon sehingga petani tidak leluasa menjual hasil panennya.
Meskipun Pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit program kredit
program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-
RE), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
kredit komersial lainnya, namun fasilitas kredit tersebut pada kenyataannya masih
sulit diakses oleh petani. Hal ini disebabkan, antara lain:
a. Petani belum dapat memenuhi persyaratan administrasi perbankan;
b. Resiko agribisnis yang cukup tinggi;
b. Belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak
dibidang tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan;
c. Belum tersedianya lembaga penjamin resiko usaha tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan.
3) Budaya/ kebiasaan masyarakat
Teknologi budidaya sebenarnya sudah berkembang pesat, namun penerapan
ditingkat masyarakat/ petani belum sebagaimana yang diharapkan. Salah satu
faktor yang sangat mempengaruhinya adalah budaya atau kebiasaan
masyarakat. Budaya/ kebiasaan ini mulai dari pengolahan lahan, penanaman
dan pemiliharaan, juga dalam hal waktu penanaman.
4) Nilai Tukar Petani masih rendah
Tingkat pertambahan nilai dari komoditas pertanian sebagai produksi utama, masih
rendah karena belum tersedia sarana dan prasarana pendukung. Sebagian besar
ekspor yang dilakukan berupa bahan mentah sehingga pengolahan komoditas
pertanian menjadi penting untuk memberikan nilai tambah, membuka peluang
tenaga kerja dan memperluas serapan pasar terhadap komoditas. Karena itu,
perubahan paradigma pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan mutlak diperlukan dengan prioritas peningkatan nilai manfaat dari
produk-produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
16
Nilai Tukar Petani pada komoditas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
mencapai NTP lebih dari 100, namun kadang kala juga berfluktuasi dan perlu
upaya-upaya untuk stabilitasnya.
Aspek Sumberdaya Manusia
1) Kapasitas dan Profesionalisme SDM aparatur belum memadai
Aparatur Negara merupakan unsur utama sumberdaya manusia yang mempunyai
peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan. Untuk dapat membentuk sosok aparatur pemerintah
yang baik, dalam rangka untuk meningkatkan kinerja pegawai, maka salah satu
upaya yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
(diklat). Diklat adalah suatu kaharusan dari suatu organisasi birokrasi dan
merupakan bagian dari upaya pengembangan sumberdaya manusia sekaligus
sebagai salah satu solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi .
Sampai saat ini patut diakui bahwa SDM aparatur dituntut memiliki kapasitas yang
memadai dan bahkan dituntut bekerja profesional sesuai dengan
perkembangan zaman yang serba maju dengan penuh dengan penerapan
teknologi dalam pelaksanaann tugas pelayanan terhadap masyarakat. Sementara
kondisi yang ada, adalah bahwa kemampuan dan cara kerja aparatur belum
sebagaimana yang diharapkan, baik dari sisi ilmu teknis maupun dari sisi
penguasaan teknologi yang semakin berkembang.
Dalam penempatan para pejabat pada jabatan struktural juga masih ditemui
penempatan yang belum megacu kepada aspek “the right man in the right place“
terutama ditinjau dari sisi latar belakang pendidikan atau pengalaman bekerja
selama ini.
2 ) Belum Kuatnya Sistem Penyuluhan
Sistem penyuluham pertanian dibangun oleh subsistem sumberdaya personil,
subsistem kelembagaan, subsistem sarana dan subsistem metode penyuluhan.
17
Disadari bahwa pada saat ini sistem penyuluhan belum kuat, sehingga belum
mampu secara optimal untuk melakukan pemberdayaan petani dan kelembagaan
petani. Faktor penyebab belum kuatnya sistem penyuluhan adalah keterbatasan
penyuluh baik dari segi jumlah maupun kompotensi, kelembagaan penyuluhan yang
belum mandiri dan inovatif, kurangnya sarana serta metode yang belum sesuai
dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani.
3) Kapasitas SDM petani masih rendah
Petani merupakan SDM penting dalam pembangunan pertanian sehingga dengan
demikian kemampuan SDM petani akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau
capaian hasil pembangunan. Petani tanaman pangan secara umum didominasi
oleh kaum tua dan dari kaum ibu-ibu, juga dengan pendidikan formal yang sangat
rendah, hal ini membuat sulitnya dalam transformasi teknologi. Masih rendahnya
SDM pertanian ± 80% yang berusaha tani tamat SD ke bawah. Sebagai akibat
dari hal tersebut adalah bahwa petani lebih banyak diposisikan sebagai objek
pembangunan ketimbang petani sebagai pelaksana pembangunan. Sehubungan
dengan hal tersebut maka kedepan peningkatan kapasitas petani sebagai unsur
penting dalam pelaksanaan pembangunan pertanian.
Aspek Geografi dan Demografi
1) Perubahan iklim global
Pemanasan global dan tingkat pencemaran lingkungan berdampak terhadap
aktivitas dan kehidupan manusia. Perubahan pola hujan ( el-Nino dan La-nina),
sirkulasi angin, kenaikan muka air laut, rusaknya terumbu karang merupakan wujud
dari pada perubahan iklim. Demikian juga dengan tingkat pencemaran lingkungan
yang harus diwaspadai. Karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dan
adaptasi dari pemanasan global tersebut. Akhir-akhir ini Provinsi Riau diterpa
bencana kabut asap sebagai akibat kebakaran hutan dan lahan terutama lahan
gambut. Dalam jangka panjang kabut asap bukan saja berpengaruh terhadap
kesehatan manusia, namun juga akan menggangu terhadap pertumbuhan
tanaman dan pada akhirnya akan mempengaruhi proses fotosintesa dan
tentunya akan menurunkan produksi tanaman.
2) Tingginya Pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau termasuk pada kategori yang
tertingggi di Indonesia, meskipun Provinsi Riau berhasil dalam pelaksanaan
18
program Keluarga Berencana (KB) yang ditunjukkan dengan rata-rata jumlah
penduduk per-rumah tanggga sebanyak 4 jiwa, tetapi laju pertumbuhan penduduk
tetap tinggi. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau lebih
disebabkan oleh tingginya migrasi dari luar provinsi yang datang dengan berbagai
alasan dan tujuan, antara lain migrasi karena bencana alam yang berasal dari
Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau jumlah Penduduk Riau
Tahun 2016 berjumlah 6.500.971 jiwa dan tahun Tahun 2015 berjumlah
6.344.402 jiwa. Selama periode 2015 – 2016, pertumbuhan penduduk Provinsi
Riau meningkat sebesar 2,47 %, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan alami yang
hanya 1,5% per Tahun.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini memberikan dampak negatif seperti
semakin meningkatnya penduduk miskin, jumlah pengangguran,
penyerobotan hutan dan lahan dan berbagai permasalahan sosial, budaya,
ekonomi, politik dan lainnya.
3) Sebagian besar daerah sentra produksi padi rawan banjir dan kekeringan
Sebagaimana kita maklumi bahwa areal persawahan di beberapa kabupaten
tersebar mengikuti aliran sungai baik sungai besar maupun sungai kecil, hanya
sebagaian kecil yang tidak berada di daerah bantaran sungai, sehingga hal ini
menjadikan sebagian besar areal persawahan di Provinsi Riau sebagai daerah
yang rawan banjir.
Kondisi sebaliknya juga terjadi pada musim kemarau, dimana sebagian besar areal
persawahan merupakan sawah tadah hujan, sehingga selalu kekeringan. Pada
sawah irigasi pun bila musim kemarau, air irigasi tidak mampu mensuplai
kebutuhan air pada tanaman. Kedepan perlu adanya terobosan untuk
penyelesaian masalah ini, antara lain dengan pengembangan sistem pompanisasi.
2.4. Review Terhadap Rancangan Awal RKPD
Review terhadap Rancangan Awal RKPD merupakan proses membandingkan
antara Rancangan Awal RKPD 2017 dengan hasil analisis kebutuhan
perencanaan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Analisis
19
kebutuhan diperoleh dengan cara menguraikan semua hasil usulan yang
disampaikan melalui tahapan Rapat Koordinasi Teknis yang telah dilaksanakan
antara Provinsi Riau dengan Kabupaten Kota yang merupakan program dan
kegiatan yang bersifat fisik (utama) pembangunan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pendanaan indikatif untuk
pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang ada pada
Rancangan Awal RKPD dengan analisis kebutuhan pendanaan yang telah
direncanakan secara bersama dengan kabupaten kota. Pada Rancangan Awal
RKPD jumlah pagu indikatifnya sebesar Rp. 53.344.723.000, sedangkan pada
Analisis Kebutuhan sebesar Rp. 79.417.592.000 Selisih antara keduanya
sebesar Rp.-(26.072.869.000). Hal ini berarti terjadi kekurangan kebutuhan
pendanaan untuk pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan tahun 2018 untuk mencapai sasaran dan target pembangunan
daerah di bidang tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
bersumber dari APBD Provinsi Riau.
20
3.1 Telaahan terhadap Kebijakan NasionalRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Propinsi Riau merupakan suatu
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun, yang
dalam penyusunannnya berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Propinsi dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional, evaluasi kondisi lingkungan strategis di daerah, serta
hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya
Dokumen perencanaan tersebut merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai
daerah dalam kurun wakyu masa bakti Kepala Daerah terpilih yang disusun
berdasarkan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah, dimana program dan kegiatan
yang direncanakan sesuai urusan pemerintah yang menjadi batas kewenangan
daerah dengan mempertimbangkan kemampuan / kapasitas keuangan daerah yang
didalam proses penyusunannya harus dilakukan secara partisipasif dan melibatkan
seluruh unsur pelaku pembangunan.
Dalam perkembangan perencanaan pembangunan pada lingkup Nasional, selain
terdapatnya perubahan terhadap Undang-Undang pemerintah daerah juga
berlangsung perubahan target dan capaian perencanaan pembangunan, dimana
berbagai pranata perencanaan pembangunan di daerah perlu memperhatikan posisis
dan subtansi masing-masing sehingga implementasi berbagai instrumen tersebut
dapat diselenggarakan secara efektif.
Oleh karena itu tujuan dan sasaran pembangunan harus memperhatikan
permasalahan yang menjadi lingkup nasional maupun amanat pembangunan yang
diberikan oleh Pemerintah dalam rangka pencapaian “NAWACITA” melalui kebijakan
perencanaan pembangunan jangka menengah daerah
Sebagaimana dokumen RPJMD Propinsi Riau Tahun 2014 – 2019 ditetapkan dengan
Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 pada tanggal 19 Agustus 2014, dimana RPJMN
tahun 2015 – 2019 ditetapkan pada tanggal 8 Januari 2015 melalui Peraturan
15
Presiden Nomor 2 Tahun 2015, maka Prioritas Nasional sesuai dengan RPJMN tahun
2015 – 2019 adalah sebagai berikut :1. VISI RPJMN
“ TERWUJUDNYA INDONESIA BERDAULAT, MANDIRI DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG “
2. MISI RPJMN1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum3. Mewujudkan politik luar negeri bebas – aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, kuat dan
sejahtera5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri , maju , kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
3. Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (NAWACITA)1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap Bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih , efektif, demokratis dan
terpercaya3. Membangun Indonesia dari pinggirab dengan memperkuat daerah – daerah
dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis domestik.8. Melakukan revolusi karakter Bangsa9. Memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
4. Dimensi Pembangunan1. Dimensi Pembangunan Manusia (Pendidikan, Kesehatan, Perumahan, Mental
/ Karakter)2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan (Kedaulatan pangan, Kedaulatan
Energi dan Ketenagalistrikan, Kemaritiman dan Kelautan, Pariwisata dan
Industri)3. Dimensi Pemerataan dan kewilayahan (Desa, Pinggiran, Luar Jawa dan
Kawasan Timur)
16
5. Arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional 2015 - 20191. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan2. Meningkatkan pengeloaan dan nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang
berkelanjutan3. Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan4. Peningkatan kualitas linngkungan hidup, mitigasi bencana alam dan
perubahan iklim5. Penyiapan landasan pembangunan yang kokoh6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan7. Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah
Arah pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
diselaraskan dengan arah pembangunan nasional selain berpedoman terhadap Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau 2014-2019. Hal ini
perlu dilakukan agar berbagai kebijakan pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan di daerah memiliki keterkaitan atau link and match dengan
pembangunan nasional. Mengacu pada pemikiran tersebut, maka dalam penyusunan
arah pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Tahun 2018
disamping berpedoman pada visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025 dan Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Riau 2014-2019, juga diselaraskan dengan arah pembangunan
nasional melalui RPJMN dan Rencana Strategis Kementerian Pertanian dan Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019.
Telaahan terhadap kebijakan nasional khususnya pembangunan Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau diarahkan untuk mendukung kebijakan
pembangunan nasional yaitu pengembangan tanaman pajale (palawija, jagung dan
kedele) dan peningkatan pengembangan tanaman jagung yang ditanam pada lahan
perkebunan serta peremajaan dan pengembangan komoditi perkebunan terutama
komoditi karet dan kelapa serta pengembangan tanaman tebu
3.2 Tujuan dan sasaran Renja SKPD 2018
Penetapan tujuan dan sasaran merupakan faktor-faktor kunci keberhasilan yang
ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Penetapan tujuan akan mengarah kepada
perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan Visi
dan Misi. Sedangkan sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui
tindakan-tindakan terfokus yang bersifat spesifik, terinci, terukur dan dapat dicapai.
17
Berdasarkan Perda No. 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Provinsi Riau, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah di Provinsi Riau yang
melaksanakan salah satu urusan pilihan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Kepala
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Kepala Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan urusan
otonomi daerah dibidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan sesuai dengan
kewenangan Provinsi dan tugas dinas teknis lingkup Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan.
Adapun tujuan dan sasaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Provinsi Riau untuk mewujudkan visi melalui misi yang telah ditetapkan adalah sebagai
berikut:Misi 1 : Mewujudkan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan.
No Tujuan Sasaran
1.1 Meningkatkan produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Terwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Misi 2 : Meningkatkan nilai tambah produk Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan dan akses terhadap informasi pasar yang berdaya saing
dan berkelanjutan.
No Tujuan Sasaran
2.1 Meningkatnya pemasaran hasilproduksi tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan
Meningkatnya pascapanen,pengolahan dan pemasaran hasilproduksi tanaman pangan, hortikulturadan perkebunan
Misi 3 : Memfasilitasi dan memanfaatkan teknologi untuk peningkatan
penerapan teknologi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
berwawasan lingkungan
No Tujuan Sasaran
3.1 Meningkatnya penerapan teknologitanaman pangan, hortikultura dan
Terwujudnya peningkatan penerapantanaman pangan, hortikultura dan
18
perkebunan perkebunan
Misi 4 : Meningkatkan kesejahteraan petani
No Tujuan Sasaran
4.1 Meningkatnya kesejahteraan petanimelalui pengembangan SDM dan kelembagaan petani
Meningkatnya pembinaan kelompok tani
Misi 5 : Memberikan dukungan untuk terwujudnya ketahanan pangan melalui
pengembangan tanaman penghasil bahan pangan.
No Tujuan Sasaran
5.1 Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman penghasil bahan pangan.
Meningkatnya produksi komoditiperkebunan penghasil pangan
Misi 6 : Meningkatkan penyuluh tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan yang maju dan berkelanjutan
No Tujuan Sasaran
6.1 Meningkatkan pemberdayaan penyuluhan pertanian/perkebunan
Meningkatnya pemberdayaanpenyuluhan pertanian/perkebunan
Sasaran merupakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
dan memberikan fokus pada penyusunan kegiatan yang bersifat spesifik, terinci,
terukur dan dapat dicapai. Tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Tanaman
Pangan , Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel IV.1
berikut :
Tabel IV.1Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017 - 2019
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOTORSASARAN
TARGET KINERJA SASARAN(TAHUN)
2017 2018 2019
19
1.
Meningkatkan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Terwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Jumlah produksipertanian (ton) - Padi 412.439 419.663 425.000- Buah 103.359 108.645 112.670- Sayuran-
24.215 26.04 26.704
Produktifitasproduksiperkebunan- K. Sawit 3.762 3.765 3.768- Karet 1.130 1.135 1.137- Kelapa 1.187 1.191 1.196
2.
Meningkatnyapemasaran hasilproduksi TanamanPangan,Hortikultura danPerkebunan
Terwujudnyapeningkatanpemasaran hasilproduksiTanamanPangan,Hortikultura danPerkebunan
Jumlah unit usahatanaman pangan,hortikultura danperkebunan yangterbinapengolahan danpemasarannya(unit)
50 59 65
3.
Meningkatnyapenerapan teknologipertanian /Perkebunan
Terwujudnyapeningkatanpenerapanpertanian /Perkebunan
Persentase petaniyang menerapkanteknologipertanian /perkebunan
62 62,5 63
4.
Meningkatnya kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan kelembagaan petani
Terwujudnya peningkatan pembinaan kelompok tani
Pesentasekelompok taniyangmendapatkanpembinaan
75 78 80
5.
Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman perkebunan penghasil bahan pangan.
Meningkatnyaproduksi komoditiperkebunanpenghasil pangan
Jumlah produksikomoditiperkebunanpenghasil pangan(sagu) (ton) 340.632 345.741 347,532
6.Meningkatkanpemberdayaanpenyuluhanpertanian/perkebunan
Meningkatnyakapasitaspenyuluhpertanian/perkebunan
Persentase jumlahpenyuluh yangmeningkatkapasitasnya
65 75 95
20
3.3. Program Dan Kegiatan
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
perkebunan dan sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan
tantangan dalam pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura dan perkebunan di
Provinsi Riau serta memperhatikan RPJPD dan RPJMD Provinsi Riau, maka ditetapkan
rencana program dan kegiatan pembangunan Pertanian tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018 dengan program utama sebanyak 6 program
dengan 55 kegiatan dan 5 program pendukung dengan 25 kegiatan, Adapun program
dan kegiatan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat dilihat pada table T.VI.C.10
di bawah ini :
Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan terhadap rumusan progam dan kegiatan
untuk mewujudkan pencapaian visi, misi dan tujuan serta sasaran yang diperlukan dalam
melaksanakan pembangunan tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan tahun 2017-
2019 sebagai berikut :1. Peningkatan produksi yang berkelanjutan dan optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya lahanStrategi diarahkan pada upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi
tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan, yaitu penerapan teknologi budidaya yang
baik, optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan (intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi,
diversifikasi), penyediaan benih unggul bermutu, penanganan perlindungan tanaman
dan gangguan usaha , pembinaan, menyediakan dan memperbaiki infrastruktur (jalan
produksi, jaringan tata air) pada sentra produksi komoditas tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan, penyediaan sarana produksi (pupuk dan pestisida).
2. Peningkatkan nilai tambah produk dan akses informasi pasar yang berdaya
saing dan berkelanjutan.Dalam rangka meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan berkelanjutan, maka strategi difokuskan pada
pengembangan unit pengolahan produk, mendorong terwujudnya klaster industri hilir,
meningkatkan intensitas promosi produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan,
memperkuat jaringan pemasaran hasil olahan , meningkatkan mutu hasil produk melalui
pembinaan petani dan pelaku usaha agribisnis.
21
3. Peningkatan penerapan teknologi tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan Strategi untuk meningkatkan penerapan teknologi tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan (alat-alat pertanian, benih unggul, teknik budidaya dan lain-lain) adalah
dengan meningkatkan adopsi teknologi pada tingkat petani dan penyediaan alat dan
mesin pertanian, agar dapat memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak,
meningkatkan nilai tambah, atau lebih efisien dalam melakukan usaha.
4. Peningkatan pengembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan
perkebunanDalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan sistem dan usaha agribisnis
perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha
perkebunan serta meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis
perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Strategi yang akan
ditempuh meliputi :a. Meningkatkan kemampuan, ketrampilan, pengetahuan dan kemandirian petani
serta petugas/aparatur melalui pelatihanb. Memperkuat pemberdayaan kelembagaan petani baik ekonomi (koperasi) maupun
sosial (asosiasi)
5. Peningkatan produksi tanaman perkebunan penghasil panganKetahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun
mutunya. Untuk mendukung ketersediaan pangan yang berasal dari perkebunan, maka
strateginya adalah mengembangkan komoditi perkebunan sebagai sumber bahan
pangan.
6. Meningkatkan penyuluh tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
maju dan berkelanjutan
Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia penyuluh melalui penyelenggaraan
penyuluhan yang maju dan berkelanjutan; mendorong dan memfasilitasi kelembagaan
penyuluhan kabupaten/Kota, Kelembagaan pelaku utama, pelaku usaha dan lembaga
swadaya masyarakat
KEBIJAKAN Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian serta
kebijakan pembangunan di Provinsi Riau, maka dirumuskan arah kebijakan yang akan
menjadi kerangka pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan periode
2017-2019 adalah:1. Kebijakan Umum :
- Mewujudkan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang
berkelanjutan dengan cara memanfaatkan sumberdaya lahan secara optimal.
22
- Memperkuat pertanian /perkebunan dengan cara meningkatkan daya saing, nilai
tambah, produktivitas dan mutu produk , meningkatkan kualitas SDM serta akses
ke sentra-sentra produksi.- Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, mengoptimalkan pelayanan
publik dan partisipasi masyarakat
2. Kebijakan Teknis : - Meningkatkan produksi pertanian /perkebunan berkelanjutan dengan:
memberikan bantuan peremajaan, perluasan, intensifikasi dan diversifikasi;
melaksanakan pembinaan dan penyediaan perbenihan; memfasilitasi penanganan
perlindungan tanaman (pengendalian OPT, pembinaan petani dan petugas
pengamat hama); penyediaan dan pengembangan infrastruktur, sarana prasarana
(bantuan penyediaan pupuk, pestisida; alat dan mesin ; rehabilitasi jalan usaha
tani dan normalisasi saluran drainase; memfasilitasi akses pembiayaan usaha
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan) - Meningkatkan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dengan: membantu penyediaan
unit pengolahan; mendorong, merekomendasi dan memfasilitasi perusahaan yang
berinvestasi; memfasilitasi promosi produk pertanian /perkebunan;
mengembangkan pelayanan informasi pasar; melaksanakan
pembinaan/standarisasi mutu produk.- Meningkatkan penerapan teknologi melalui adopsi teknologi kepada petani- Meningkatkan kesejahteraan petani dengan pengembangan SDM tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan melalui pelatihan petani serta memfasilitasi
pembentukan dan pembinaan kelompok tani (kelembagaan petani).- Mendukung ketahanan pangan dengan pengembangan tanaman perkebunan
sumber bahan pangan.- Meningkatkan peran penyuluh tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
melalui pengembangan SDM penyuluh agar dapat mewujudkan penyuluh yang
maju dan berkelanjutan dengan mendorong dan memfasilitasi kelembagaan
penyuluhan kabupaten/Kota, Kelembagaan pelaku utama, pelaku usaha dan
lembaga swadaya masyarakat.
23
Pelaksanaan penyusunan serta penetapan berbagai program dan kegiatan pembangunan
pertanian / perkebunan ditujukan untuk meningkatkan kualitas perencanaan tahunan yang
diukur berdasarkan sasaran-sasaran pembangunan yang tertuang pada Rencana
Strategis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau tahun
2017-2019 dengan menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi dan
akuntabilitas kinerja pembangunan pertanian di Provinsi Riau.
Penyusunan Renja dilakukan dengan memperhatikan keterpaduan dan sinkronisasi antar
kegiatan dalam satu program maupun antar program yang ditetapkan, serta
memperhatikan keselarasan program pemerintah pusat melalui kementerian terkait
dengan menghimpun usulan dari kabupaten/kota di dalam proses perencanaan
pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Untuk memperoleh
keterpaduan dan sinkronisasi pelaksanan program dan kegiatan yang telah direncanakan,
telah dilalui tahapan dan mekanisme perencanaan tingkat daerah seperti Rapat
Koordinasi Teknis Pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Forum
SKPD Provinsi Riau, dan tahapan Musrenbang Daerah tahun 2017 guna merumuskan
perencanaan tahun 2018.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau Tahun 2018 menjadi sangat penting artinya untuk menjadi acuan terkait dengan
perencanaan pembangunan daerah sebagai wujud nyata dari tanggungjawab dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Dokumen Renja ini mengikat secara
kelembagaan sebagai dokumen perencanaan dalam pelaksanaan program kegiatan pada
tahun 2018 yang berpedoman dan tidak terlepas dari dokumen Renstra, RKPD, RPJMD
dan RPJPD.
55
Yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan program dan kegiatan pada Dinas
Tanaman Pangan , Hortikultura dan Perkebunan yang merupakan permasalahan yang
terjadi antara lain :
1. Masih rendahnya produktivitas tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan karena
banyaknya tanaman tua rusak,penggunaan bahan tanaman yang tidak bermutu dan
bersertifikat, pemupukan yang tidak sesuai rekomendasi, penanganan pasca panen
yang belum memadai serta lemahnya kelembagaan petani.
2. Terbatasnya infrastruktur untuk mendukung pemasaran seperti jalan produksi serta
terbatasnya akses permodalan petani.
3. Rendahnya produksi tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan karena
penggunaan bahan tanaman (benih) yang tidak bermutu / unggul, gangguan hama
penyakit, anomaly cuaca, kebakaran lahan dan kebun serta banjir.
4. Mutu produk tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan yang masih rendah
(belum memenuhi standar) dan harga produk tanaman pangan , hortikultura dan
perkebunan yang masih rendah pada tingkat petani.
5. Rendahnya harga komoditi perkebunan terutama karet dan kelapa yang diterima
petani disebabkan karena panjangnya mata rantai perdagangan dengan system ijon
dan tengkulak serta belum adanya register Pedagang pengumpul / pembeli Bokar
(Karet) oleh Dinas Disperindag Kabupaten/Kota sebagaimana Permendag no 53
Tahun 2009
6. Masih banyaknya pelaku usaha perkebunan yang belum memiliki Izin Usaha
Perkebunan (IUP) dan atau sudah memiliki IUP tapi belum memiliki HGU.
7. Kurangnya jaminan kepastian usaha pertanian / perkebunan karena masalah RTRW
yang belum terselesaikan.
8. Terbatasnya persediaan benih unggul bersertifikat tanaman pertanian /perkebunan
pada sumber bibit, sedangkan permintaan benih unggul berkualitas tidak hanya dari
Provinsi Riau juga Provinsi lainnya.
Kaidah-kaidah pelaksanaan dan rencana tindak lanjut yang dilaksanakan antara lain :
1. Meningkatkan produktivitas tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan melalui
upaya peremajaan, rehabilitasi dan diversifikasi tanaman perkebunan, rekomendasi
pemupukan, memperkuat kelembagaan petani serta meningkatkan kualitas SDM
melalui pelatihan petani.
2. Membuka akses bagi pemasaran hasil produksi tanaman pangan , hortikultura dan
perkebunan dengan membangun jalan produksi
56
3. Meningkatkan produksi tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan dengan
menggunakan bahan tanaman (benih) unggul bersertifikat, penggunaan lahan yang
optimal (jumlah tanaman per Ha), pengendalian hama dan penyakit tanaman
perkebunan, penggunaan pupuk yang tepat, perbaikan saluran drainase serta
mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan kebun serta gangguan bencana alam
lainnya.
4. Meningkatkan mutu produk tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan dengan
memberikan bimbingan teknis pengolahan, sosialisasi peraturan tentang mutu produk
tanaman pangan , hortikultura dan perkebunan dan pemberian bantuan alat
pengolahan. Dengan meningkatnya mutu produk tanaman pangan , hortikultura dan
perkebunan maka diharapkan harga yang diterima petani pun meningkat.
5. Memutus mata rantai pedagang tengkulak / ijon dan Dinas Perindag Kabupaten/Kota
melakukan register terhadap pedagang pengumpul / pembeli karet
(BahanOlahanKaret (Bokar)) petani
6. Peningkatan upaya penertiban perizinan pertanian / perkebunan serta pembinaan
dan monitoring pelaku usaha pertanian /perkebunan
7. Percepatan penyelesaian Perubahan RTRW Propinsi Riau
8. Promosi untuk menarik minat investor membangun industry hilir pertanian /
perkebunan di propinsi Riau
9. Meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan wawasan SDM pertanian / perkebunan
melalui pendidikan dan latihan, kursus kursus teknis fungsional, magang dan lain-lain
secara terprogram dan berkesinambungan.
10. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pihak perbankan dan dinas yang
membidangi pertanian /perkebunan di kabupaten/kota agar memperoleh jalan keluar
yang terbaik untuk memenuhi persyaratan memperoleh kredit permodalan
pembangunan/peremajaan kebun program revitalisasi.
11. Membangun kebun sumber beniih tanaman pertanian / perkebunan pada setiap
daerah pengembangan tanaman pertaian / perkebunan
Renja 2018 ini juga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dan penyusunan
rencana secara berkesinambungan oleh para pimpinan manajemen dan seluruh staf
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultuta dan Perkebunan Provinsi Riau sehingga akan
diperoleh pencapaian target program dan kegiatan sebagai upaya peningkatan kinerja ke
arah yang lebih baik di masa mendatang.
57
Dalam rangka sinergitas perencanaan pembangunan pertanian harus dilakukan lebih
intensif di dalam koordinasi antar instansi yang terkait agar hasil pembangunan yang
dilaksanakan bermanfaat bagi petani juga memberikan manfaat untuk mewujudkan
perekonomian daerah yang kompetitif. Selanjutnya, agar masyarakat turut berperan aktif
dalam pelaksanaan perencanaan yang telah disusun secara bersama, maka proses
perencanaan dilakukan dengan menghimpun usulan dan masukan dari masyarakat
Provinsi Riau secara bertahap dan berjenjang.
58
RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD)
PEMERINTAH PROVINSI RIAU
TAHUN ANGGARAN 2018
3 4 6
Halaman 1 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
2.00. 53.344.723.000 15.559.334.000
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
2.00.2.00.03.01.01. Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Meningkatkan dan
Memantapkan
Kualitas Pelayanan
dan Tata Kelola
Pemerintahan
100 PersenTerwujudnya Good
Government And
Clean Goverment
6.728.322.000 2.500.000.000
Penyediaan Jasa Surat Menyurat2.00.2.00.03.01.01.001. Jumlah surat yang
dikirim
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 55.000.000 - 5500 Surat
Penyediaan Jasa Komunikasi,
Sumber Daya Air Dan Listrik
2.00.2.00.03.01.01.002. Jumlah jasa
komunikasi, air
dan listrik yang
disediakan
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %Pekanbaru 2.496.600.000 2.500.000.000 858.732 kwh
Penyediaan Jasa Peralatan Dan
Perlengkapan Kantor
2.00.2.00.03.01.01.003. Jumlah Jasa
Peralatan dan
Perlengkapan
Kantor yang
disediakan
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 100.000.000 - 183Unit
Penyediaan Jasa Pemeliharaan
Dan Perizinan Kendaraan
Dinas/Operasional
2.00.2.00.03.01.01.006. Jumlah
Kendaraan
Dinas/operasional
yang dipelihara
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 309.900.000 - 107 Unit
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 2 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Penyediaan Jasa Administrasi
Keuangan
2.00.2.00.03.01.01.007. Jumlah tenaga
Administrasi
Keuangan yang
disediakan
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 144.000.000 - 6 orang
Penyediaan Jasa Kebersihan
Kantor
2.00.2.00.03.01.01.008. Jumlah tenaga
dan jenis bahan
kebersihan kantor
yang disediakan
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %Pekanbaru 780.413.000 - 40 orang, 28
jenis
Penyediaan Alat Tulis Kantor2.00.2.00.03.01.01.010. Jumlah Jenis Alat
Tulis Kantor yang
diadakan
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 100.000.000 - 32 Jenis Alat
Tulis Kantor
Penyediaan Barang Cetakan Dan
Penggandaan
2.00.2.00.03.01.01.011. Jenis Barang
yang dicetak dan
digandakan
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 72.409.000 - 28 jenis
Penyediaan Komponen Instalasi
Listrik/Penerangan Bangunan
Kantor
2.00.2.00.03.01.01.012. Jumlah komponen
instalasi listrik
yang disediakan
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 100.000.000 - 277 unit
Penyediaan Peralatan Rumah
Tangga
2.00.2.00.03.01.01.014. Jenis peralatan
rumah tangga
yang disediakan
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %Pekanbaru 50.000.000 - 21 Jenis
Penyediaan Bahan Logistik Kantor2.00.2.00.03.01.01.016. Jenis logistik
kantor yang
disediakan
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %Pekanbaru 130.000.000 - 22 jenis
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 3 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Penyediaan Makanan Dan
Minuman
2.00.2.00.03.01.01.017. Jumlah makanan
dan minuman
yang disediakan
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %Pekanbaru 400.000.000 - 10.000 box
Rapat-Rapat Koordinasi Dan
Konsultasi Ke Luar Daerah
2.00.2.00.03.01.01.018. Jumlah
Rapat-Rapat
Koordinasi Dan
Konsultasi Ke
Luar Daerah (kali)
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %12 Kab/Kota dan
Pusat
1.000.000.000 - 250 Kali
Penyediaan Jasa Keamanan
Kantor
2.00.2.00.03.01.01.019. Jumlah tenaga
keamanan kantor
yang disediakan
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %Pekanbaru 750.000.000 - 43 orang
Penyediaan jasa sosialisasi,
informasi, publikasi dan kehumasan
SKPD
2.00.2.00.03.01.01.022. Jumlah jasa
sosialisasi,
informasi,
publikasi dan
kehumasan
SKPD yang
disediakan
Persentase
layanan
administrasi
perkantoran yang
baik
100 %Pekanbaru 200.000.000 - 40 kali
penyediaan administrasi
kepegawaian
2.00.2.00.03.01.01.115. Jumlah
administrasi
kepegawaian
yang disediakan
Persentase
Layanan
Administrasi
Perkantoran yang
Baik
100 %Pekanbaru 40.000.000 - 10 unit
Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana
kerja aparatur
yang sesuai
dengan standar
kerja
2.00.2.00.03.01.02. Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Meningkatkan dan
Memantapkan
Kualitas Pelayanan
dan Tata Kelola
Pemerintahan
100 PersenTerwujudnya Good
Government And
Clean Goverment
765.009.000 -
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 4 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pengadaan Perlengkapan Gedung
Kantor
2.00.2.00.03.01.02.007. Jumlah
Perlengkapan
Gedung kantor
yang diadakan
Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana kerja
aparatur yang
sesuai dengan
standar kerja
100 %Pekanbaru 93.000.000 - 450 Unit
Pengadaan Peralatan Gedung
Kantor
2.00.2.00.03.01.02.009. Jumlah Peralatan
Gedung Kantor
yang diadakan
Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana kerja
aparatur yang
sesuai dengan
standar kerja
100 %Pekanbaru 112.925.000 - 101 Unit
Pengadaan Mebeleur2.00.2.00.03.01.02.010. Jumlah
Pengadaan
Mebeleur yang
diadakan
Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana kerja
aparatur yang
sesuai dengan
standar kerja
100 %Pekanbaru 180.000.000 - 175 Unit
Pemeliharaan Rutin/Berkala
Gedung Kantor
2.00.2.00.03.01.02.022. Jumlah Gedung
Kantor yang
dipelihara
Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana kerja
aparatur yang
sesuai dengan
standar kerja
100 %Pekanbaru 219.100.000 - 1 Unit
Pemeliharaan Rutin/Berkala Mobil
Jabatan
2.00.2.00.03.01.02.023. Jumlah Mobil
Jabatan yang
dipelihara
Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana kerja
aparatur yang
sesuai dengan
standar kerja
100 %Pekanbaru 159.984.000 - 4 Unit
Persentase
meningkatnya
kualitas dan
disiplin aparatur
2.00.2.00.03.01.03. Program Peningkatan Disiplin
Aparatur
Meningkatkan dan
Memantapkan
Kualitas Pelayanan
dan Tata Kelola
Pemerintahan
100 PersenTerwujudnya Good
Government And
Clean Goverment
40.000.000 -
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 5 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pembinaan Fisik dan Mental
Aparatur
2.00.2.00.03.01.03.006. Jumlah
pembinaan fisik
dan mental yang
dilaksanakan
Persentase
Meningkatnya
Kualitas dan
Disiplin Aparatur
100 %Pekanbaru 40.000.000 - 50 kali
Persentase
meningkatnya
kualitas
sumberdaya
aparatur sipil
negara
2.00.2.00.03.01.05. Program Peningkatan Kapasitas
Sumber Daya Aparatur
Meningkatkan dan
Memantapkan
Kualitas Pelayanan
dan Tata Kelola
Pemerintahan
100 PersenTerwujudnya Good
Government And
Clean Goverment
220.000.000 -
Pendidikan Dan Pelatihan Formal2.00.2.00.03.01.05.001. Jumlah ASN
yang mengikuti
Pendidikan Dan
Pelatihan Formal
Persentase
Peningkatan
Kualitas Sumber
Daya Aparatur Sipil
Negara
100 %Pekanbaru 170.000.000 - 30 org
Penilaian Angka Kredit Pejabat
Fungsional
2.00.2.00.03.01.05.007. Jumlah pejabat
fungsional yang
dinilai
Persentase
Peningkatan
Kualitas Sumber
Daya Aparatur Sipil
Negara
100 %Pekanbaru 50.000.000 - 50 Org
Persentase
ketepatan
penyampaian
laporan
2.00.2.00.03.01.06. Program Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
Meningkatkan dan
Memantapkan
Kualitas Pelayanan
dan Tata Kelola
Pemerintahan
100 PersenTerwujudnya Good
Government And
Clean Goverment
40.000.000 -
Penyusunan Laporan Keuangan
Semesteran
2.00.2.00.03.01.06.002. Jumlah Laporan
keuangan
semesteran yang
disusun
Persentase
ketepatan
penyampaian
laporan
100 %Pekanbaru 40.000.000 - 2 Dokumen
2.00.03. PERTANIAN 45.551.392.000 13.059.334.000
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 6 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Nilai Tukar Petani
Tanaman Pangan
Tanaman
Hortikultura
Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.15. Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani
Meningkatkan Daya
Saing
Perekonomian
102,58 Rp/tahun
dalam juta
Meningkatnya
Pembangunan
Sektor Pertanian
(Tanaman Pangan,
Perkebunan,
Kehutanan,
Peternakan dan
Perikanan)
2.342.185.000 700.000.000
Peningkatan SDM Petani, Petugas
dan Pelaku Agribisnis Tanaman
Pangan dan Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.15.011. Jumlah petani,
petugas dan
pelaku agribisnis
yang dilatih
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96; 121,83;
32,42 juta
Povinsi Riau 468.418.000 - 120 orang
Pemberdayaan Masyarakat
Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Riau
2.00.03.2.00.03.01.15.012. Jumlah Petani dan
Pendamping
(orang)
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96; 121,83;
32,42 juta
12 Kab/Kota 220.669.000 - 350 Orang
Pembinaan Kelembagaan
Mekanisasi Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.15.013. Jumlah
Kelembagaan
dan SDM
Mekanisasi yang
dibina (kelompok
dan orang)
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96; 121,83;
32,42 juta
Provinsi Riau 250.000.000 - 12 dan 35
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 7 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pengembangan Kelembagaan
Diklat
2.00.03.2.00.03.01.15.014. Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96; 121,83;
32,42 juta
Pekanbaru 100.000.000 200.000.000 1 lembaga
Pelatihan Petani dan Aparatur
Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.15.024. Jumlah petani dan
aparatur/non
aparatur tanaman
pangan,
hortikultura dan
perkebunan yang
dilatih
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96; 121,83;
32,42 juta
Provinsi Riau 777.706.000 - 571 orang
Pembinaan dan Pengawalan
Program Pembiayaan Usaha
Perkebunan Untuk Program
Peremajaan
2.00.03.2.00.03.01.15.025. Jumlah Kelompok
Tani yang
mendapat bantuan
pembiayaan
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96; 121,83;
32,42 juta
Provinsi Riau 125.000.000 - 10 kelompok
Pengawalan Pengembalian Kredit
Petani
2.00.03.2.00.03.01.15.026. Jumlah petani
yang dihimpun
data
balditnya
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96. 121,83.
32,42 juta
Provinsi Riau 100.000.000 - 20.000
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 8 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pengembangan Inkubator Usaha
Tani
2.00.03.2.00.03.01.15.027. Jumlah Petani
yang terinkubasi
usaha taninya
(org)
Nilai Tukar Petani
(%),- Tanaman
Pangan, - Tanaman
Hortikultura, Tingkat
pendapatan petani
perkebunan
(Rp/tahun dalam
juta)
116,96; 121,83;
32,42 juta
Provinsi Riau 300.392.000 500.000.000 30 Orang
Jumlah Produksi
Komoditi
Perkebunan
Penghasil Pangan
2.00.03.2.00.03.01.16. Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian/Perkebunan
Meningkatkan Daya
Saing
Perekonomian
345.741 Sagu/TonMeningkatnya
Pembangunan
Sektor Pertanian
(Tanaman Pangan,
Perkebunan,
Kehutanan,
Peternakan dan
Perikanan)
841.168.000 -
Pembangunan Kebun Sagu Rakyat2.00.03.2.00.03.01.16.050. Luas Lahan
Kebun Sagu yang
dikembangkan
(Ha)
Jumlah Produksi
Komoditi
Perkebunan
Penghasil Pangan
(Sagu/Ton)
345.741 TonKabupaten
Kepulauan Meranti
841.168.000 - 175 Ha
Jumlah kelompok
yang
mendapatkan
akses pemasaran
Jumlah unit usaha
pengolahan hasil
perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.17. Program Peningkatan
Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan
Meningkatkan Daya
Saing
Perekonomian
40 Kelompok ; 59
Ton
Meningkatnya
Pembangunan
Sektor Pertanian
(Tanaman Pangan,
Perkebunan,
Kehutanan,
Peternakan dan
Perikanan)
184.250.000 -
Pemasaran dan Promosi Hasil
Produksi Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.17.043. Frekuensi
pemasaran dan
promosi hasil
produksi
hortikultura
Jumlah kelompok
yang mendapatkan
akses pemasaran
(kelompok), Jumlah
unit usaha
pengolahan hasil
perkebunan (unit)
40, 59Provinsi Riau 184.250.000 - 3 kali
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 9 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Jumlah kelompok
yang menerapkan
teknologi
pertanian
persentase tingkat
penerapan
teknologi
perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.18. Program Peningkatan
Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan
Meningkatkan Daya
Saing
Perekonomian
200 Kelompok ;
62,50 Persen
Meningkatnya
Pembangunan
Sektor Pertanian
(Tanaman Pangan,
Perkebunan,
Kehutanan,
Peternakan dan
Perikanan)
10.005.992.000 1.575.000.000
Dem-farm Pengembangan Komoditi
Lada (Pemeliharaan)
2.00.03.2.00.03.01.18.010. Luas demfarm
komoditi lada
yang dipelihara
Jumlah kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200: 62,6 %Provinsi Riau 138.950.000 150.000.000 2 ha
Dem-farm Pengendalian Kebakaran
Lahan dan Kebun
2.00.03.2.00.03.01.18.011. Jumlah paket
demfarm
pengendalian
kebakaran lahan
dan kebun (paket)
Jumlah kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200: 62,6 %Provinsi Riau 140.537.000 200.000.000 1 (Paket)
Pengawasan Peredaran dan
Sertifikasi Benih Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.18.014. Frekuensi
Pengawasan
Benih Perkebunan
(kali)
Jumlah Kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5Provinsi Riau 157.990.000 - 45
Pembinaan dan Pengadaan Alat
Pasca Panen Tanaman Pangan
2.00.03.2.00.03.01.18.016. Jumlah Alat
Pasca Panen
yang diadakan
Jumlah Kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5provinsi Riau 1.837.200.000 - 70 unit
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 10 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Peningkatan Sarana dan Prasarana
UPT Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.18.017. Jumlah Sarana
dan Prasarana
UPT
Pengawasan dan
Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan
dan Hortikultura
yang diadakan
Jumlah Kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5Pekanbaru 213.442.000 - 1 unit
Pengadaan Sarana dan Prasarana
UPT. Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.18.020. Jumlah Sarana
dan Prasarana
UPT Perlindungan
TPH yang
diadakan
Jumlah Kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5Provinsi Riau 1.900.000.000 - 1 paket
Pengadaan Sarana dan Prasarana
Alat Mesin Pertanian Serta
Pembinaan Kelembagaan UPJA
Tanaman Pangan dan Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.18.025. Terlaksananya
Bantuan Alsintan
untuk Provinsi
Riau
Terpenuhi
Kebutuhan Alsintan
Petani di Provinsi
Riau
100 %Provinsi Riau 1.362.587.000 - 52 Unit
Penilainan Kultivar dan Pengujian
Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.18.027. Jumlah Kultivar
yang dinilai dan
benih yang diuji
Jumlah Kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5Provinsi Riau 128.635.000 - 5 komoditi, 100
analisa
Pengembangan Perbenihan
Tanaman Pangan
2.00.03.2.00.03.01.18.032. Jumlah benih
tanaman pangan
yang dihasilkan
Tersedianya Benih
Unggul Tanaman
Pangan di 4 BBI
Padi (16 Ha),
Kacang Tanah (6
Ha), Jagung (1
Ha) dan Kedelai
(1 Ha)
Provinsi Riau 1.290.470.000 - 42.800 kg
(padi: 40.000
kg, jagung
:1.000 kg,
kacang tanah :
1.000 kg,
kedelai : 800
kg)
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 11 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pengembangan Perbenihan
Tanaman Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.18.033. Terlaksananya
Perbanyakan Bibit
Hortikultura di
BBIH dan
Laboratorium
Kultur Jaringan
Padang
Marpayon
Tersedianya Benih
Hortikultura
Tersedianya
varietas Bawang
Merah 3 Ha,
Perbanyakan bibit
Jeruk 1.000 btg,
Manggis 1.500
btg, Durian 2.500
btg, Rambutan
1.000 btg dan
Lengkeng 1.000
btg, Perbanyakan
Hasil Kultur
Jaringan Pisang
500 btg, Nenas
500 anakan,
Anggrek 500 btg
dan bibit Cabe
100.000 btg dan
Okulasi Jeruk
25.000 btg dan
Pengadaan Bibit
Jeruk BF 200 btg
serta Penyediaan
bibit Buah-buahan
bagi masyarakat
1.200 btg.
Provinsi Riau 950.250.000 - Terlaksananya
Pemurnian
varietas
Bawang
Merah 3 Ha,
Perbanyakan
bibit Jeruk
1.000 btg,
Manggis 1.500
btg, Durian
2.500 btg,
Rambutan
1.000 btg dan
Lengkeng
1.000 btg,
Perbanyakan
Hasil Kultur
Jaringan
Pisang 500
btg, Nenas
500 anakan,
Anggrek 500
btg dan bibit
Cabe 100.000
btg dan
Okulasi Jeruk
25.000 btg dan
Pengadaan
Bibit Jeruk BF
200 btg serta
Penyediaan
bibit
Buah-buahan
bagi
masyarakat
1.200 btg.
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 12 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Peningkatan Sarana dan Prasarana
UPT Mekanisasi Tanaman
Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau
2.00.03.2.00.03.01.18.041. Jumlah Sarana
dan Prasarana
UPT Mekanisasi
Tanaman Pangan,
Hortikultura dan
Perkebunan yang
diadakan
- Tersedianya
Sarana dan
Prasarana Kantor
UPT Mekanisasi
Tanaman Pangan
Hortikultura dan
Perkebunan
- Tersedianya
Keperluan rutin
Kantor
1 TahunProvinsi Riau 243.105.000 - 1 unit
Peningkatan Sarana dan
PRasarana UPT Pelatihan TPHP
Provinsi Riau
2.00.03.2.00.03.01.18.042. Jumlah Sarana
dan Prasarana
UPT Pelatihan
Tanaman Pangan
Hortikultura dan
Perkebunan yang
diadakan
Jumlah Kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5provinsi Riau 278.980.000 1.000.000.000 1 unit
Peningkatan Sarana Prasarana
UPT Benih TPH
2.00.03.2.00.03.01.18.043. Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana 7 (tujuh)
unit di UPT Benih,
BBI dan
Laboratorium Kultur
Jaringan
Tersedianya
Fasilitas dan
Operasional Kerja
di UPT Benih
TPH
Provinsi Riau 763.846.000 - 1 (satu) UPT
Benih TPH, 5
(lima) BBI dan
1 (satu)
Laboratorium
Kultur Jaringan
Rekayasa Teknologi Mekanisasi
Pertanian
2.00.03.2.00.03.01.18.045. Jumlah Alsintan
tanaman pangan
dan hortikultura
yang direkayasa
(Unit)
Terwujudnya
Rancang Bangun
Alsintan
Terlaksananya
Pelayanan
Perbaikan dan
Perawatan Alsintan
5 unit, 7 Kab/KotaProvinsi Riau 207.000.000 - 5 Unit
Pemeliharaan Kebun Koleksi
Tanaman Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.18.047. Luas kebun
koleksi tanaman
perkebunan yang
dipelihara(ha)
Jumlah kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5Provinsi Riau 143.000.000 225.000.000 3 ha
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 13 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Penyediaan Sarana Pengolahan
Hasil Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.18.050. Jumlah sarana
pengolahan hasil
hortikultura yang
diadakan
Jumlah Kelompok
yang menerapkan
teknologi pertanian
(kelompok),
Persentase Tingkat
penerapan teknologi
perkebunan
200, 62,5Provinsi Riau 250.000.000 - 2 Unit
Jumlah produksi
Pertanian (Padi,
Buah-buahan,
Sayuran)
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(kelapa sawit,
karet, kelapa)
2.00.03.2.00.03.01.19. Program Peningkatan Produksi
Pertanian/Perkebunan
Meningkatkan Daya
Saing
Perekonomian
526.151 Ton ;
191.957 Ton ;
26.704 Ton ;
Kelompok Sawit :
3.765 ; Karet :
1.135 ; Kelapa :
1.191
Meningkatnya
Pembangunan
Sektor Pertanian
(Tanaman Pangan,
Perkebunan,
Kehutanan,
Peternakan dan
Perikanan)
31.218.857.000 10.784.334.000
Monitoring, Evaluasi Dan
Pelaporan
2.00.03.2.00.03.01.19.006. Frekuensi
Monitoring dan
Evaluasi (Kali)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 300.000.000 300.000.000 110 Kali
Peremajaan Kebun Karet Rakyat2.00.03.2.00.03.01.19.007. Luas Lahan
Tanaman Karet
yang diremajakan
(Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 2.589.274.000 2.589.274.000 200 Ha
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 14 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Peremajaan Kebun Kelapa Rakyat2.00.03.2.00.03.01.19.008. Luas Lahan
Tanaman Kepala
yang diremajakan
(Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 945.060.000 945.060.000 250 ha
Divesifikasi Tanaman Kakao pada
Perkebunan Rakyat
2.00.03.2.00.03.01.19.010. Luas lahan
Diversifikasi
tanaman kakao
(Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Kuantan Singingi 100.000.000 - 50 ha
Penyediaan Bibit Kelapa Sawit,
Karet dan Kakao
2.00.03.2.00.03.01.19.011. Jumlah Bibit
Karet, Sawit dan
kakao (btg)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 1.477.690.000 - 51.000
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 15 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pembinaan Usaha Perkebunan2.00.03.2.00.03.01.19.013. Jumlah
perusahaan yang
dibina, dinilai dan
di evaluasi
(Perusahaan)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 200.000.000 - 85
Penertiban Izin Usaha Perkebunan2.00.03.2.00.03.01.19.014. Jumlah izin usaha
perkebunan yg
ditertibkan
(izin usaha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 93.160.000 - 30
Pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)
Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.19.015. Jumlah areal
Pengendalian
OPT (Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 163.060.000 - 150 ha
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 16 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Sekolah Lapang Pengendalian
Hama Terpadu (SL-PHT)
Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.19.017. Jumlah petani
yang dilatih (Org)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 182.080.000 - 40 petani
Pemantauan dan Pengendalian
Kebakaran Lahan dan Kebun
2.00.03.2.00.03.01.19.019. Luas Lahan
Kebun yang
dipantau dan
dikendalikan
kebakaran lahan
(Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 319.268.000 - 600.000 Ha
Pembinaan Petugas Hama
Penyakit dan Cadangan Pestisida
untuk Penanganan Darurat
2.00.03.2.00.03.01.19.020. Jumlah lokasi
pembinaan
petugas
hama/penyakit
dan cadangan
pestisida
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 200.000.000 - 12
Kabupaten/Kot
a
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 17 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pengolahan dan Pemutakhiran
Data Statistik serta Penyusunan
Profil Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.19.024. Jumlah Buku
Statistik
Perkebunan
(Buku)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 200.000.000 - 150 Buku
Rehabilitasi Jalan Produksi2.00.03.2.00.03.01.19.025. Panjang Jalan
Produksi yang
direhabilitasi (Km)
Jumlah dokumen
perencanaan yang
disusun
Jumlah dokumen
pengawasan yang
disusun
Terbangunnya
Jalan Produksi
untuk komoditi
perkebunan
3,5 KmKuantan Singingi,
Rokan Hulu
870.000.000 900.000.000 3,5 Km
1 Dokumen
1 Dokumen
Normalisasi Saluran Drainase pada
Areal Perkebunan Rakyat
2.00.03.2.00.03.01.19.027. Panjang Saluran
Drainase yang
dinormalisasi
(Km)
Jumlah dokumen
perencanaan yang
disusun
Jumlah dokumen
pengawasan yang
disusun
Terlaksananya
Normalisasi
Saluran Drainase
untuk Komoditi
Perkebunan
14,5 KmInhil dan Rohil 1.560.000.000 2.000.000.000 14,5 Km
1 dokumen
1 dokumen
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 18 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Penumbuhan dan Pengembangan
Kawasan Produksi Padi
2.00.03.2.00.03.01.19.035. Jumlah Kawasan
Produksi Padi
yang ditumbuh
kembangkan (
Kawasan dan Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 4.602.689.000 - 2.000 Ha
11 Kawasan
Penumbuhan dan Pengembangan
Kawasan Produksi Jagung
2.00.03.2.00.03.01.19.036. Jumlah Kawasan
Produksi Jagung
yang ditumbuh
kembangkan
(kawasan dan
Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 745.714.000 - 500 Ha
3 Kawasan
Penumbuhan dan Pengembangan
Kawasan Produksi Aneka Kacang
dan Umbi-umbian
2.00.03.2.00.03.01.19.037. Jumlah Kawasan
Produksi aneka
kacang dan
Umbi-umbian
yang ditumbuh
kembangkan
(kawasan dan
Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 724.003.000 - 200 ha
9 Kawasan
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 19 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Penumbuhan dan Pengembangan
Kawasan Produksi Buah-buahan
dan Tanaman Hias
2.00.03.2.00.03.01.19.038. Jumlah Kawasan
Produksi
Buah-buahan dan
Tanaman Hias
yang ditumbuh
kembangkan
(batang/tangkai/ka
wasan)
Bertambahnya
Luasan Tanam
Buah-buahan
15 Ha Hamparan
dan 25 Ha
Pekarangan
Provinsi Riau 1.108.374.000 - 25000 batang,
1500 tangkai
Penumbuhan dan Pengembangan
Kawasan Produksi Sayur-sayuran
dan Tanaman Obat-obatan
2.00.03.2.00.03.01.19.039. Jumlah Kawasan
Produksi
Sayur-sayuran
dan Tanaman
Obat-obatan yang
ditumbuh
kembangkan
(kawasan dan
Ha/kawasan)
Pengembangan
Kawasan Lahan
Usaha Tanaman
Sayuran dan
Tanaman Obat 4
HA
100%Provinsi Riau 1.175.413.000 2.000.000.000 15 Ha
Peningkatan Kapasitas Brigade
Proteksi Tanaman, Cadangan
Pestisida dan Pembinaan
Kelembagaan Perlindungan
Tanaman Pangan dan Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.19.041. Jumlah sarana
pengendalian
OPT, SLPHT/SLI
dan Stock
pestisida
(unit/paket)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 554.674.000 700.000.000 2 paket, 10 unit
Pembinaan, Pengawasan,
Monitoring Serta Pengendalian
Serangan Hama dan Penyakit
TPH
2.00.03.2.00.03.01.19.042. Frekuensi
pembinaan,
pengawasan dan
monitoring serta
pengendalian
serangan hama
penyakit TPH
(Kali)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 427.180.000 700.000.000 48 kali
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 20 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.19.059. Luasan kegiatan
penangkaran
benih TPH yang
akan disertifikasi
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 130.430.000 350.000.000 80 Ha, 25 unit
25 Unit
Pengembangan dan Perbaikan
Jaringan Irigasi Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.19.062. Tersedianya
jaringan irigasi
untuk tanaman
pangan dan
hortikultura
Terbangunnya
Jaringan Irigasi
untuk tanaman
pangan dan
hortikultura
66 HaKuantan Singingi
dan Rokan Hulu
200.000.000 300.000.000 66 Ha
Perluasan Areal dan Pengelolaan
Lahan Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.19.063. Luas areal lahan
tanaman pangan
yang direhab (ha)
Jalan Usaha Tani
(JUT) yang
dibangun
Terlaksananya
Rehab Sawah
Terlantar (RST)
Terbangunnya
Jalan Usaha
Tani(JUT)
73 Ha
1.500 M
Provinsi Riau 1.591.050.000 - 73 Ha
1.500 M
Penyusunan Data Base Potensi
Produksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.19.064. Jumlah
buku/laporan
statistik Tanaman
Pangan dan
Hortikultura
(Buku)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 300.000.000 - 200 buku
Pembangunan Water Management
di Kawasan Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.19.067. Jumlah canal
bloking saluran
dan embung yang
dibangun (unit)
Terbangunnya
Bangunan Water
Management untuk
Komoditi
Perkebunan
20 unit sekat kanalProvinsi Riau 1.806.870.000 - 20 Unit
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 21 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Intensifikasi Tanaman Perkebunan2.00.03.2.00.03.01.19.068. Jumlah Hektar
Intensifikasi lahan
perkebunan
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 4.760.454.000 - 25 Paket
Penyediaan Alat Mekanisasi
Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.19.069. Jumlah unit alat
mekanisasi
perkebunan (alat
angkut hasil
panen)
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
Kelapa Sawit :
3.765, Karet :
1135, Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 2.646.030.000 - 15 unit
Pengembangan Komoditas
Potensial Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.19.087. Luas Lahan Lada
yang
dikembangkan
(Ha)
Luas Lahan
Pinang yang
dikembangkan
(Ha)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton),
padi (ton),
Buah-buahan(ton),
sayuran(ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan
(Kelapa Sawit,
karet, Kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 628.645,
26.704 Kelapa
Sawit : 3.765,
Karet : 1135,
Kelapa : 1.191
Provinsi Riau 614.570.000 - 10 Ha
80 Ha
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 22 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Pengujian dan Pengawasan
Pupuk, Pestisida dan Hama
Penyakit Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2.00.03.2.00.03.01.19.088. Jumlah sampel
pengujian mutu
pestisida
(sampel); Jumlah
sampel uji residu
pestisida pada
produk pertanian
dan media
lingkungan
(sampel); Jumlah
sampel pengujian
hama, penyakit
dan agens hayati
(sampel);
Frekuensi
Pengawasan
Pupuk, pestisida,
dan hama
penyakit (kali)
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 331.814.000 - 25 sampel, 25
sampel, 25
sampel, 24
Kali
Pembinaan dan Pemantauan
Pupuk dan Pestisida Tanaman
Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan
2.00.03.2.00.03.01.19.089. jumlah kios dan
Lokasi yang
dibina dan
terpantau
Jumlah Produksi
Pertanian (ton), a.
Padi (ton), b.
Buah-buahan (ton),
c. Sayuran (ton),
Produktifitas
komoditi utama
perkebunan (kelapa
sawit, karet,
kelapa)
(Kg/Ha/Thn)
419.663, 108.645,
26.704, Kelapa
sawit :3.765 Karet
: 1135 Kelapa :
1.191
Provinsi Riau 300.000.000 - 80 Kios
Jumlah
BP3K/UPTD/BPP
Berstatus Madya
Jumlah Kelompok
Berstatus Madya
2.00.03.2.00.03.01.20. Program Pemberdayaan
Penyuluhan
Pertanian/Perkebunan
Lapangan
Meningkatkan Daya
Saing
Perekonomian
100
BP3K/UPT/BPP ;
979 Kelompok
Meningkatnya
Pembangunan
Sektor Pertanian
(Tanaman Pangan,
Perkebunan,
Kehutanan,
Peternakan dan
Perikanan)
958.940.000 -
Rancangan Akhir RKPD-PPAS
3 4 6
Halaman 23 dari 23
21
No.
5
Keluaran
Indikator Kinerja
Hasil
8 10
Urusan/Bidang Urusan
Pemerintah
Daerah dan Program/Kegiatan
Alokasi Dana APBD
Organisasi / SKPD : 2.00.03.01. -DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
Prioritas
Daerah
Sasaran
Daerah KegiatanHasil
Program
Lokasi Pagu
Indikatif
Prakiraan
Maju
7 9 11 12 13
Mimbar Sarasehan KTNA
se-Provinsi Riau
2.00.03.2.00.03.01.20.007. Jumlah anggota
KTNA yang
mengikuti
sarasehan (orang)
Jumlah
BP3K/UPTD/BPP
berstatus Madya,
Jumlah Kelompok
berstatus Madya
100; 970Provinsi Riau 280.000.000 - 60
Penilaian tenaga penyuluh
pertanian
2.00.03.2.00.03.01.20.021. Jumlah penyuluh
yang dinilai
(orang)
Jumlah
BP3K/UPTD/BPP
berstatus Madya,
Jumlah Kelompok
berstatus Madya
100; 970Provinsi Riau 365.000.000 - 21
Penyusunan Program Penyuluhan
Tingkat Provinsi
2.00.03.2.00.03.01.20.023. Jumlah dokumen
Program
penyuluhan di
Tingkat Provinsi
(buku)
Jumlah
BP3K/UPTD/BPP
berstatus Madya,
Jumlah Kelompok
berstatus Madya
100; 970Provinsi Riau 190.000.000 - 90
Penyelenggaraan Demfarm Padi
Sawah
2.00.03.2.00.03.01.20.026. Jumlah Demfarm
padi sawah yang
diselenggarakan di
Kecamatan (unit)
Jumlah
BP3K/UPTD/BPP
berstatus Madya,
Jumlah Kelompok
berstatus Madya
100; 970Provinsi Riau 123.940.000 - 3 unit
TOTAL 53.344.723.000 15.559.334.000
PEKANBARU, 23 Mei 2017
Pengguna Anggaran
Ir. H. FERRY HC ERNAPUTRA, M.Si.
19630224 199203 1 002
Rancangan Akhir RKPD-PPAS