Post on 27-Dec-2015
description
CORPUS ALIENUM BRONKUS
I. PENDAHULUAN
Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi
atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda
asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak
sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada
waktu makan. Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-
masing adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Rasio laki-laki
banding wanita adalah 1,4 : 1. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak usia
<15 tahun, sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1–3 tahun. Hal ini terjadi
karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda
apapun ke dalam mulutnya.1
Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan lain-
lain, dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda asing endogen contohnya
krusta, nanah, sekret kental, darah atau bekuan darah, dan mekonium.1,2
Benda asing ada yang dapat ditembus sinar x seperti : biji kacang, kedele, kayu, duri,
atau daging dan yang tidak tembus sinar x seperti logam. Gejala klinik tergantung jenis dan
letak, dapat ditemukan stridor dan sumbatan jalan napas sehingga dapat terjadi sesak napas.1,2
Sesak napas (dispnea) ialah kesukaran bernapas yang dirasakan oleh pasien, yang
sifatnya subjektif. Bila oleh pemerikasa tampak pasien sukar bernapas (objektif), maka disebut
1
gawat napas (respiratory distres). Keadaan sesak napas dan gawat napas dapat disebabkan oleh
sumbatan saluran napas (dari hidung-faring-laring trakea-bronkus sampai alveolus).1
Sesak napas dibidang THT terutama disebabkan oleh sumbatan saluran napas atas
(hidung sampai laring) dan saluran napas bawah (trakea-bronkus). Sumbatan bronkus secara
mekanik disebabkan oleh gangguan ventilasi dan drainase sekret bronkus. Secara fisiologis,
bronkus sangat erat hubungannnya dengan ventilasi dan drainase paru, daya pertahanan paru,
tekanan intrapulmonal, keseimbangan sirkulasi dan tekanan karbondioksida. Drainase paru
secara normal dapat berupa gerak silia, batuk, dan mendeham, sehingga sekret yang terkumpul
dapat dikeluarkan sebelum terjadi penyempitan saluran napas.1
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Aspirasi benda asing pada bronkus dapat menimbulkan sumbatan saluran napas.
Sistem pernafasan terdiri dari organ-organ pernafasan yang berfungsi memasukan udara yang
mengandung mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon
dioksida dan uap air dari paru-paru.1,3
2
Gambar 1. Sistem pernapasan manusia
a. Laring
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa yang berpasangan
ataupun tidak. Di sebelah superior terdapat os hioideum, struktur yang berbentuk U dan dapat
dipalpasi di leher depan dan lewat mulut pada dinding faring lateral. Meluas dari masing-
masing sisi bagian tengah os atau korpus hioideum adalah suatu proses panjang dan pendek
yang mengarah ke posterior dan suatu proses pendek yang mengarah ke superior. Tendon dan
otot-otot lidah, mandibular dan cranium , melekat pada permukaan superior korpus dan kedua
prosesus. Saat menelan, kontraksi otot-otot ini mengangkat laring. Namun bila laring dalam
keadaan stabil, maka otot-otot tersebut akan membuka mulut dan ikut berperan dalam gerakan
lidah. Di bawah os hioideum terdapat dua alae atau sayap kartilago tiroidea (perisai) yang
menggantung pada ligamentum tirohioideum. Kedua alae menyatu di garis tengah pada sudut
yang lebih dulu dibentuk pada pria, lalu membentuk jakun (Adam’s apple). Pada tepi
posterior masing-masing alae terdapat kornu superior dan inferior. Artikulasio kornu inferius
dengan kartilago krikoidea, memungkinkan sedikit pergeseran atau gerakan antara kartilago
tiroidea dan krikoidea.3
Walaupun laring biasanya dianggap sebagai organ penghasil suara, namun ternyata
laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi dan fonasi.
Kenyataannya, secara filogenetik, laring mula-mula berkembang sebagai suatu sfingter yang
melindungi saluran pernapasan, sementara perkembangan suara merupakan peristiwa yang
terjadi belakangan.3
Ketika benda asing masuk dalam laring, maka secara reflek laring dan rima glottis
akan menutup. Penutupan laring karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot
3
ekstrinsik laring. Dalam hal ini, kartilago aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi
m.tiroaritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.
Penutupan rima glottis terjadi karena aduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri dan kanan
mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik.1,3
b. Trakea (Batang tenggorok)
Trakea merupakan suatu tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago (elastin)
yang tidak penuh di bagian posterior. Trakea berawal di bawah kartilago krikoid yang
berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esophagus, turun ke dalam toraks
dimana trakea membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh besar pada leher
berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis.
Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ishmus melintasi trakea di
sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekurens
terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di
bagian depan adalah otot-otot leher suprasternal, yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.3
c. Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang masing-
masing masuk ke paru kanan dan kiri. Di dalam setiap paru, bronkus terus bercabang-cabang
menjadi saluran napas yang semakin sempit, pendek, dan banyak. Cabang terkecil dikenal
sebagai bronkiolus. Di ujung-ujung bronkiolus terkumpul alveolus, kantung udara kecil tempat
terjadinya pertukaran gas-gas antara udara dan darah.4
4
Agar udara dapat masuk dan keluar bagian paru tempat terjadinya pertukaran gas
tersebut, keseluruhan saluran pernapasan dari pintu masuk melalui bronkiolus terminal ke
alveolus harus tetap terbuka.4
d. Paru-paru
Paru- paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru- paru ada
dua bagian yaitu paru- paru kanan (pulmo dekstra) yang terdiri atas 3 lobus dan Paru- paru kiri
(pulmo sinistra) yang terdiri dari 2 lobus. Paru- paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru- paru disebut pleura
dalam ( pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar ( pleura parietalis). Paru- paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan tetapi rongga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang- cabang menjadi
bronkiolus respirasi kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris
mengandung gelembung- gelembung yang disebut alveolus.4
III. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran napas ada
lima, yaitu : 5,6
(1) Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala sesuatu ke dalam
mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks menelan yang belum sempurna,
5
(2) Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki,
(3) Faktor kejiwaan (emosi dan gangguan psikis),
(4) Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran, keadaan umum buruk,
penyakit serebrovaskuler, dan kelainan neurologis,
(5) Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan dan minum
tergesa-gesa.
Faktor fisiologik dan sosiologik lain yang juga merupakan faktor predisposisi antara
lain: pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi molar, belum dapat menelan
makanan padat secara baik, kemampuan anak membedakan makanan yang dapat dimakan
dan tidak dapat dimakan belum sempurna. Benda tersangkut pada saat makan sambil tertawa,
bicara, menangis, dan berlari. Pada orang tua, terutama yang mempunyai gangguan
neurologis dan berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol,
stroke, parkinson, trauma dan dementia juga mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya
aspirasi.5,6
IV. PATOFISIOLOGI
Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam
trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke faring dan bagian atas esophagus
diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan beberapa melalui saraf cervical. Menelan
memiliki beberapa stadium, yaitu stadium volunter, faringeal dan oesofageal. Pada stadium
volunter, benda ditekan atau didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas
dan belakang terhadap palatum, sehingga lidah memaksa benda ke pharing. Pada stadium
faringeal, palatum mole didorong ke atas untuk menutup nares posterior, sehingga mencegah
makanan balik ke rongga hidung. Lipatan palatofaringeal saling mendorong ke arah tengah,
6
kemudian pita suara laring berdekatan dan epiglottis mengayun ke belakang, sehingga
mencegah makanan masuk ke trakea. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami
oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation)
dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa.2,7
Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut pada tiga
tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari semua aspirasi benda asing,
80–90% diantaranya terperangkap di bronkus dan cabang-cabangnya. Pada orang dewasa,
benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus utama kanan, karena sudut
konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih
besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea.8
Tujuh puluh lima persen dari benda asing dibronkus ditemukan pada anak umur kurang
dari 2 tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu saat benda atau makanan berada di dalam mulut,
anak menjerit atau tertawa sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke
dalam laring. Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk berulang-ulang
(paroksikmal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis. Bila benda asing telah masuk ke
dalam bronkus kadang terjadi fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih, diikuti gejala
pulmonum yang bergantung pada derajat sumbatan bronkus.1,2
Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah jadi lunak,
mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, edema, dapat terbentuk
jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala sumbatan bronkus menghebat, timbul
laringotrakeobronkitis, toksemia,batuk, dan demam yang iregular.1,2
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan dan lebih mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing yang berasal dari metal dan tipis
7
seperti jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan memberikan
gejala batuk spasmodik.1
V. GEJALA KLINIS
Aspirasi benda asing adalah suatu hal yang sering ditemukan dan ditangani dalam
situasi gawat darurat. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan berbagai perubahan mulai dari
gejala yang minimal dan bahkan tidak disadari, sampai gangguan jalan napas dan dapat
menimbulkan kematian.1,9
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda
asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda
asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan
bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil,
dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring,
trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebe-
lum diberikan pertolongan akibat sumbatan total.1
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3
stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-
tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala
stadium permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Hal ini karena benda asing tersebut
tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium
ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium
ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat
8
reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses
paru. 1,5,9,10
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi)
benda asing.1
Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian
mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya
spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.1
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang
disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari
benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut
tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih
tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan
reaksi laring oleh karena adanya edema.1
Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan
dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory thud). Jika benda
asing menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan
tindakan segera untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan
gejala pada anak. Bila anak batuk atau dengan wheezing yang dicurigai terjadi aspirasi benda
asing di saluran napas.1
Benda asing di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena lebih lebar dan
lebih segaris dengan lumen trakea. Benda asing dapat menyumbat secara total bronkus lobaris
atau segmental dan mengakibatkan atelektasis atau obstruksi parsial yang berfungsi seperti
9
katup satu arah dimana udara dapat masuk ke paru- paru tetapi tidak dapat keluar, sehingga
menyebabkan emfisema obstruktif.1,5,6
Pasien pada benda asing di bronkus umumnya datang pada fase asimptomatik
kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga udara yang masuk terganggu dan pada
auskultasi terdengar ekspirasi memanjang dengan mengi. Gejala fisik dapat bervariasi karena
perubahan benda asing, keluhan batuk kronik dan sesak napas menyerupai gejala pasien asma
atau bronkopnemonia.6 Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran
nafas dengan gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, dan demam irregular. Tanda fisik
benda asing di bronkus bervariasi, karena perubahan posisi dari satu sisi ke sisi lain dalam
paru.1
VI. DIAGNOSIS
Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan atas anamnesis yang
cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan bronkoskopi.5
Anamnesis
Anamnesa yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala inisial sangat penting dalam
diagnosis aspirasi benda asing. Gejala dan tanda aspirasi benda asing dapat dilihat dalam tiga
tahap, yaitu episode tersedak yang akut, diikuti batuk keras dan sesak nafas sampai obstruksi
jalan nafas komplit, kedua episode asimptomatik, ketika benda asing tersangkut dan reflex
pernafasan melemah, sehingga diagnosis terlambat ditegakkan, fase ini sangat bervariasi,
tergantung dari lokasi, derajat obstruksi dan reaksi lokal yang terjadi dan terakhir, komplikasi
benda asing di jalan nafas. Pada anak-anak kadang-kadang episode tersedak belum dapat
10
diungkapkan dengan baik oleh anak itu sendiri dan tidak disaksikan oleh orang tua atau
pengasuhnya sehingga gejalanya mirip dengan penyakit paru yang lain. Gejala yang sering
ditemukan pada kasus aspirasi benda asing yang telah berlangsung lama antara lain batuk,
sesak nafas, wheezing, demam dan stridor. Perlu ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk,
ukuran dan jenis benda asing untuk mengetahui simptomatologi dan perencanaan tindakan
bronkoskopi.5,6
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi benda asing sangat diperlukan.
Kegawatan nafas atau sianosis memerlukan penanganan yang segera. Pada jam-jam pertama
setelah terjadinya aspirasi benda asing, tanda yang bisa ditemukan di dada penderita adalah
akibat perubahan aliran udara di traktus trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop.
Benda asing disaluran nafas akan menyebabkan suara nafas melemah atau timbul suara
abnormal seperti wheezing pada satu sisi paru-paru.5,6
Jackson (1936) mebagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat.1
1. Sumbatan sebagian dari bronkus (by-pass valve obstruction = katup bebas). Pada
sumbatan ini inspirasi dan ekspirasi masih terlaksana, akan tetapi salurannya sempit,
sehingga terdengar mengi, seperti pada pasien asma.
Penyebab : benda asing di dalam bronkus, penekanan bronkus dari luar, edema dinding
bronkus, serta tumor di dalam lumen bronkus.
2. Sumbatan seperti pentil. Ekspirasi terhambat, atau katup satu arah (expiratory check-
valve obtruction = katup penghambat ekspirasi). Pada waktu inspirasi udara masih
dapat lewat, akan tetapi pada ekspirasi terhambat, karena kontraksi otot bronkus.
11
Bentuk sumbatan ini menahan udara di bagian distal, dan proses yang berulang ketika
terjadi pernapsan mengakibatkan terjadinya emfisema paru obstruktif.
Penyebab benda asing di bronkus, edema dinding bronkus pada bronkitis.
3. Sumbatan seperti pentil yang lain, ialah inspirasi yang terhambat (inspiratory check-
valve obstruction = katup poenghambat inspirasi). Pada keadaan ini inspirasi
terhambat, sedangkan ekspirasi masih dapat terlaksana. Udara yang terdapat di bagian
distal sumbatan akan diabsorpsi, sehingga terjadi atelaktasis paru.
Penyebab : benda asing di dalam lumen bronkus, gumpalan ingus (mucous plag),
tumor yang bertangkai.
4. Sumbatan total (stop valve obstruction = katup tertutup), sehingga ekspirasi dan
inspirasi tidak dapat terlaksana. Akibat keadaan ini ialah atelaktasis paru.
Penyebab : benda asing yang menyumbat lumen bronkus, trauma dinding bronkus.
Gambar 2. Sumbatan benda asing di dalam bronkus
Pemeriksaan Radiologis
12
Pemeriksaan radiologis penderita aspirasi benda asing harus dilakukan. Dianjurkan
untuk membuat foto jaringan lunak leher PA dan lateral posisi ekstensi dimana foto ini dapat
memperlihatkan benda asing radioopak dan kadang-kadang bahkan benda asing radiolusen
pada laring dan trakea, foto torak PA dan lateral, foto torak akhir inspirasi dan ekspirasi yang
dapat memperlihatkan atelektasis dan emfisema obstruktif dan juga dapat terlihat bukti tidak
langsung adanya benda asing radiolusen. Melakukan fluoroskopi/videofluoroskopi dimana
dilakukan pemeriksaan selama inspirasi dan ekspirasi pada kasus yang meragukan untuk
melihat adanya obstruksi parsial paru, dan melakukan bronkogram untuk memastikan adanya
benda asing radiolusen atau untuk mengevaluasi bronkiektasis.2,11,12
Diagnosa benda asing di saluran nafas dapat ditegakkan pada hampir 70% kasus.
Harus diingat bahwa tidak terdapatnya kelainan radiologis tidak berarti adanya benda asing
dapat disingkirkan. Foto torak cenderung memberikan gambaran normal pada 1/3 pasien yang
didiagnosa sebagai aspirasi benda asing dalam 24 jam pertama kejadian. CT Scan berguna
pada kasus yang tidak terdeteksi dengan foto sinar X, seperti benda asing kacang yang bersifat
radiolusen.11
Anamnesis dan pemeriksaan radiologis sering menunjukkan dugaan aspirasi benda
asing, tetapi bukan diagnosa pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing
dengan bronkoskopi untuk diagnosis dan terapi. Bahkan Barrios et al menyarankan
bronkoskopi harus dilakukan pada anak-anak dengan riwayat gejala inisial aspirasi benda
asing (choking crisis)11
VII. PENATALAKSANAAN
13
Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena
asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk mengeluarkan
benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat Manuver
Heimlich dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich (hentakan
subdiafragmaabdomen), benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi.
Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup,
dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar. Suatu hentakan yang
menyebabkan peningkatan tekanan pada diafragma sehingga memaksa udara yang ada di
dalam paru- paru untuk keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau
mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan
dengan tujuan menghilangkan obstruksi, mungkin dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk
membersihkan jalan napas.1
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau
hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. 1
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki
fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.1
14
Gambar 3. Gambar Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Pasien dengan benda asing di trakea harus di rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas
bronkoskopi, benda di keluarkan dengan bronkoskopi secara segera pada pasien tidur
terlentang dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih turun ke bronkus, benda asing
dipegang dengan cunam yang sesuai dan dikeluarkan melalui laring, bila bronkospi tidak
tersedia, dilakukan trakeostomi dan benda asing dikeluakan memakai cunam atau alat
15
penghisap melalui stoma tersebut, jika tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas
endoskopi.1
Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop dan cunam yang sesuai.
Tindakan ini harus segera di lakukan, apalagi benda asing bersifat organik, bila tidak dapat di
keluarkan, misalnya tajam, tidak rata, dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan
servikotomi atau tarakotomi, antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah
endoskopi, dilakukan fisioterapi dada pada kasus pnemonia, bronkitis purulenta, dan
atelektasis. Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan jika paru bersih dan tidak demam.
Pasca bronkoskopi dibuat foto torak hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang pada
keadaan tersebut perlu di selidiki lebih lanjut dan diobati secara tepat dan adekuat. Benda
asing juga dapat menjadi gawat pada hidung jika terisap masuk ke paru-paru, jalan napas akan
tersumbat dan terjadi sesak napas, tersedak atau suara sengau.1
Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan
antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.
Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup
Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakan
bronkoskopi.13
Sebenarnya tidak ada kontra indikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal
itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu
dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara
dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing
16
organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera
dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.13
Bronkoskopi ada dua macam, yaitu Bronkoskopi Kaku (Rigid bronchoscope) dan
Bronkoskopi Serat Optik (Flexible bronchoscope). Bronkoskopi kaku berbentuk tabung logam
dengan sumber cahaya dibagian distal. Ukuran diameter serta panjang tabung bermacam-
macam, disesuaikan dengan penampang bronkus yang akan diperiksa.
Bronkoskopi kaku lebih baik digunakan pada kondisi :
(1) Pada anak-anak dimana glotis dan trakea masih sempit,
(2) Benda asing berada di trakea dan bronkus utama,
(3) Sekret yang kental dan lengket di trakea dan bronkus utama yang merupakan benda asing
endogen.
Keuntungan bronkoskopi kaku dapat terlihat jelas serta mempunyai kemampuan untuk
mencapai ujung benda asing yang tajam saat ekstraksi, dengan bantuan cunam dan teleskop,
memudahkan ekstraksi benda asing secara akurat. Sebaiknya bronkoskopi kaku tidak
digunakan pada kasus dengan aneurisma aorta, kecenderungan perdarahan, keadaan fisik yang
lemah setelah hemoptisis berat dan gangguan fungsi jantung paru yang berat.5
Gambar 4. Bronkoskop Kaku
Bronkoskopi serat optik akhir-akhir ini semakin banyak digunakan. Bentuknya lentur
dengan berbagai ukuran diameter untuk anak-anak dan dewasa. Ujung distalnya dapat
digerakkan dan dilengkapi dengan lensa yang sangat tajam. Sumber cahaya dengan intensitas
17
tinggi dihantarkan melalui kabel ganda ke alat bronkoskopi dan diteruskan ke bagian distal. Di
samping lensa terdapat sebuah lubang tempat keluar masuknya cahaya, dan didepan lensa
terdapat lubang untuk tempat keluar masuknya alat-alat seperti cunam, alat penghisap, dan gas
anestesi.
Keuntungan bronkoskop serat optik, antara lain:
(1) Teknik lebih mudah, lebih aman serta adanya toleransi yang baik dari penderita,
(2) Dapat menggunakan analgesia lokal,
(3) Benda asing pada bronkus nampak jelas terlihat dan dapat dimasukan ke cabang bronkus
yang tidak dapat dicapai dengan bronkoskopi kaku,
(4) Dapat digerakkan untuk ekstraksi benda asing pada orang dewasa dengan lokasi paru
perifer.5,13
Gambar 5. Bronkoskop Serat Optik
Tidak ada kontraindikasi absolut dalam penggunaan bronkoskopi serat optik.
Kontraindikasi relatif terutama tergantung pada keadaan umum penderita, misalnya faal
jantung dan paru yang sangat buruk, keadaan penderita yang lemah dan adanya panas tinggi.
Bronkoskopi serat optic merupakan alat yang tertutup, penderita hanya dapat bernafas melalui
rongga disekeliling alat, sehingga pada pelaksanaannya bronkoskopi serat optik harus
digunakan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan penggunaan bronkoskopi
kaku. Meskipun bronkoskopi serat optik semakin banyak digunakan, namun bronkoskopi kaku
18
tetap tidak ditinggalkan, karena masing-masing alat memiliki kelebihan dan kekurangan,
sehingga keduanya saling melengkapi dalam bidang endoskopi.5,13
Gambar 6. Penanganan benda asing saluran nafas dengan Bronkoskopi
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan
bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat,
cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anestesia.
Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai
pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan
lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak cepat menurun, dan cepat
terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk
pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi jaringan
19
terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi, sehingga
benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.13
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka
sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya:
rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika.
Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan
penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan
penanganan.13
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam saluran
napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda
asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan
striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.13
Pada kasus yang tidak terdapat gejala sumbatan jalan napas total, maka tindakan
bronkoskopi dilakukan dengan persiapan operator, alat dan keadaan umum penderita sebaik
mungkin. Holinger menyatakan bahwa lebih baik dengan persiapan 2 jam, maka benda asing
dapat dikeluarkan dalam waktu 2 menit daripada persiapan hanya 2 menit tetapi akan ditemui
kesulitan selama 2 jam. Bila benda asing menyebabkan sumbatan jalan napas total, misalnya
benda asing di laring atau trakea, maka tindakan harus segera dilakukan untuk menyelamatkan
penderita, bila perlu dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi lebih dahulu. Jika timbul
20
kesulitan dalam mengeluarkan benda asing, maka dapat didorong ke salah satu sisi bronkus.
Snow menyatakan bahwa tindakan bronkoskopi tidak boleh lebih dari 30 menit.13
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan
bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara lain sesak nafas,
hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi ditandai dengan adanya sianosis.
Komplikasi kronis antara lain pneumonia, dapat berlanjut dengan pembentukan kavitas dan
abses paru, bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip
akibat inflamasi pada mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi
pneumomediastinum, pneumotorak.10,11
Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung lebih dari 3 hari akan
menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif, pergeseran mediastinum, pneumonia dan
atelektasis.Komplikasi tindakan bronkoskopi antara lain aritmia jantung akibat hipoksia,
retensi CO2 atau tekanan langsung selama manipulasi bronkus utama kiri. Komplikasi teknis
yang paling mungkin terjadi pada operator yang kurang berpengalaman adalah benda asing
masuk lebih jauh sampai ke perifer sehingga sulit dicapai oleh skop, laserasi mukosa,
perforasi, atau benda asing masuk ke segmen yang tidak tersumbat pada saat dikeluarkan. Bisa
juga terjadi edema laring dan reflek vagal.Komplikasi pasca bronkoskopi antara lain demam,
infiltrat paru dan pneumotorak, yang memerlukan bantuan ventilasi.10,11
IX. PROGNOSIS
21
Hampir seluruh benda asing di saluran napas dapat diangkat dengan bronkoskopi.
Komplikasi akan meningkat jika diagnosis maupun penatalaksanaan dilakukan setelah 24 jam
kejadian.14
X. KESIMPULAN
Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen dan benda
asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang,
dan lain-lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda asing endogen
contohnya krusta, nanah, sekret kental, darah atau bekuan darah, dan mekonium
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran napas adalah
usia, jenis kelamin, faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis) kegagalan mekanisme
proteksi, faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan dan minum
tergesa-gesa.
Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah jadi
lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, mukosa bronkus
edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala
sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeobrokitis, toksemia,batuk, dan demam yang
iregular.
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing yang berasal dari metal dan tipis
seperti jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan memberikan
gejala batuk spamodik.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3
stadium. Stadium pertama yaitu violent paroxysms of coughing, choking, gagging dan
22
obstruksi jalan napas dengan segera. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh
interval asimptomatis. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi,
erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing.
Diagnosa benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan atas anamnesis yang
cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan bronkoskopi. Komplikasi dapat disebabkan
oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan bronkoskopi. Komplikasi akut akibat
tersangkutnya benda asing antara lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung.
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.Jakarta ; FK UI, 2012 : h.232-243
2. Ansori I dan Pradjoko I. Remaja dengan Aspirasi Jarum Pentul di Bronkus Kiri. Jurnal
Kedokteran Syah Kuala. 2007; 3: h. 131-140
3. Higler BA. Anatomi dan Fisiologi Laring. BOEIS : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta ; EGC, 1997: h.369-377, 455-485
4. Sherwood L. Sistem Pernapasan. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Jakarta; EGC,2001: h. 410-415
5. Fitri F dan Prijadi J. Bronkoskopi dan Ekstraksi Jarum Pentul pada Anak. Bagian THT-
KL. Padang; FK Universitas Andalas: h. 1-8
6. Fitri F., Novialdi, Roza Y. Keterlambatan Tindakan Bronkoskopi Pada Suspek Benda
Asing di Bronkus. Jurnal. FK Universitas Andalas, 2008: h.1-8
7. Muluk A. Pertahanan Saluran Napas. Dalam: Majalah Kedokteran Nusantara Volume
42. Sumatera; FK USU, Maret 2007: h.55-58
8. Fitri F dan Nelvia T. Ekstraksi Benda Asing Lampu LED di Bronkus dengan
Bronkoskop Kaku. Bagian THT-KL. Padang; FK Universitas Andalas: h.1-6
9. Shubha AM, Das K. Tracheobronchial foreign bodies in infants. International Journal
of Pediatric Otorhinolaryngology 2009; p.73: 1385-89
10. Doody DP,MD. Foreign Body Aspiration. Surgery of Trachea and Bronchi. Hermes C.
Grillo, Ilustrans by Edith Tagrin. 2004: p.725-736
24
11. Saragih AR dan Aliandri. Benda Asing Kacang di Trakea. Dalam: Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 40. Sumatera; FK USU, Maret 2007: h.75-80
12. Adoga AA., Kokong DD., Ma’an DH. Endobronchial Metallic Foreign body in a
Nigerian child: Management Difficulties and the Need for caution: a case report. Cases
Journal of Otorhinolaryngology Unit, Jos University. 2009: p.1-4
13. Almazini P. Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Napas. February, 2010: h.1-10
14. Fitri F dan Pulungan R. Ekstraksi Benda Asing (Kacang Tanah) di Bronkus dengan
Bronkoskop Kaku. Bagian THT-KL. Padang; FK Universitas Andalas: h.1-8
25