Corpal Saluran Napas

37
BAB I PENDAHULUAN Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (berasal dari luar tubuh) dan benda asing endogen (berasal dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal seharusnya benda tersebut tidak ada. Benda asing eksogen dapat berupa padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan zat anorganik seperti peniti, jarum, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen contohnya sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membrane difteri, bronkolit, cairan amnion, dan mekonium. 1,2,3 Peristiwa tertelannya benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, tampak dari 70% banyaknya yang mengalami tertelan benda asing adalah anak-anak, meskipun dapat terjadi pada semua umur karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya, bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan 5 . Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-masing 1

description

medical

Transcript of Corpal Saluran Napas

BAB I

PENDAHULUAN

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen

(berasal dari luar tubuh) dan benda asing endogen (berasal dari dalam tubuh) yang

dalam keadaan normal seharusnya benda tersebut tidak ada. Benda asing eksogen

dapat berupa padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen terdiri dari zat organik

seperti kacang-kacangan, tulang, dan zat anorganik seperti peniti, jarum, batu dan

lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,

seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda

asing endogen contohnya sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,

perkijuan, membrane difteri, bronkolit, cairan amnion, dan mekonium.1,2,3

Peristiwa tertelannya benda asing merupakan masalah utama pada anak

usia 6 bulan sampai 6 tahun, tampak dari 70% banyaknya yang mengalami

tertelan benda asing adalah anak-anak, meskipun dapat terjadi pada semua umur

karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya, bahkan sering

bermain atau menangis pada waktu makan5. Secara statistik, persentase aspirasi

benda asing berdasarkan letaknya masing-masing adalah; hipofaring 5%,

laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda

asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi

pada anak usia 1–3 tahun.2,3

Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai macam

penyakit paru, baik akut maupun kronis. Sumbatan total saluran nafas atas yang

berlangsung lebih dari lima menit pada dewasa akan mengakibatkan kerusakan

jaringan otak dan henti jantung.3 Mengingat pentingnya penanganan obstruksi

benda asing di jalan napas ini, maka kami membawanya dalam diskusi kelompok

ini.

1

BAB II

2.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Pernapasan atau respirasi merupakan suatu proses pengambilan oksigen

dan pengeluaran karbon dioksida di dalam tubuh. Sistem pernapasan terdiri

dari alat-alat pernapasan yang berfungsi memasukkan udara yang

mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon

dioksida dan uap air (gambar 1).4

Gambar 1. Sistem Pernapasan Manusia.

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).

Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar

minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).

Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat

saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang

berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga 2

terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi

menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung

terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput

lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga

hidung. 4

b. Faring

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan

percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian

depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada

bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat

terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan

menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. 4

Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke

saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang

terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa

menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga

mengakibatkan gangguan kesehatan. 4

Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang

keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan,

faring juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara

percakapan. 4

c. Trakea

Trakea berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di

leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding trakea tipis dan kaku,

dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga

bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk

ke saluran pernapasan. 4

3

Trakea terletak di sebelah depan kerongkongan (faring). Di dalam

rongga dada, trakea bercabang menjadi dua cabang bronkus. Di dalam

paru-paru, bronkus bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat

kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang

disebut gelembung paru-paru (alveolus). 4

d. Laring

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang

rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring.

Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di

ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa

yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk

menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah

menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. 4

Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang

membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal

tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut

menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katup membuka.

Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada

udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara. 4

e. Bronkus

Trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan

bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya

tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus

yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan

sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. 4

Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga

bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri

bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil

masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus

4

mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus

inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus

adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. 4

f. Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian

samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh

diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru

kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo

sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput

yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung

menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput

yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk

disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus,

alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak

mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian

ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap

bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,

kemudian menjadi duktus alveolaris. Pada dinding duktus alveolaris

mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus. 4

2.2 Benda Asing di Jalan Napas

Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar tubuh

atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dengan demikian

benda asing di jalan napas adalah benda yang terdapat pada alat-alat pernapasan

yang normalnya tidak ada. Benda asing tersebut dapat terhisap mulai dari hidung

hingga traktus trakeo-bronkial.3,4,5

Benda asing terbagi menjadi benda asing eksogen dan endogen. Benda

asing eksogen adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan sebaliknya

dengan benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya masuk dari melalui

hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari bentuk padat, cair, atau gas.

5

Benda asing eksogen padat terdiri dari organik, seperti kacang-kacangan, tulang,

dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing

eksogen cair dibagi menjadi benda yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan

non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 3,4,5

Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,

nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium yang masuk

ke dalam saluran pernapasan. 3,4,5

2.2.1 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya benda asing ke

dalam saluran pernapasan, yaitu sebagai berikut:4,5

a. Faktor personal, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,

tempat tinggal.

b. Faktor kegagalan mekanisme proteksi yang normal, misal keadaan tidur,

kesadaran menurun, alkoholisme, dan epilepsi.

c. Faktor fisik, yaiutu kelainan dan penyakit neurologik.

d. Proses menelan yang bel surgikal, misal pada tindakan bedah, ekstraksi

gigi, dan gigi molar yang belum tumbuh pada anak umur < 4 tahun.

e. Faktor kejiwaan, misal emosi dan gangguan psikis.

f. Faktor ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.

g. Faktor kecerobohan, seperti meletakkan benda asing di mulut, persiapan

makan yang kurang baik, makan dan minum yang tergesa-gesa, makan

sambil bermain pada anak-anak, dan memberikan kacang atau permen

pada anak yang gigi molarnya belum lengkap.

2.2.2 Epidemiologi

Dari semua kasus benda asing yang masuk ke saluran pernapasan dan

saluran cerna, sepertiga dari benda asing yang teraspirasi tersangkut di saluran

napas. Kejadian aspirasi benda asing di saluran pernapasan paling sering dialami

oleh anak-anak. Lima puluh lima persen (55%) dari kasus benda asing di saluran

napas terjadi pada anak berumur kurang dari 4 tahun dengan insiden kematian

6

mendadak akibat aspirasi tinggi pada usia tersebut. Kacang atau biji tumbuhan

sering teraspirasi pada anak berumur 2-4 tahun, karena belum memiliki gigi molar

yang lengkap dan belum dapat mengunyah dengan baik. Enam sampai delapan

persen benda asing yang teraspirasi berupa plastik yang sukar didiagnosis secara

radiologik, karena bersifat non-iritatif dan radiolusen, sehingga dapat menetap

ditraktus trakeobronkial untuk periode yang lama. Benda asing di laring dan

trakea lebih sering terjadi pada anak kurang dari 1 tahun. Benda asing hidung

lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak usia 2-4 tahun cenderung

memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dijangkaunya ke dalam lubang

hidung, mulut, atau dimasukkan oleh anak lain.4,5

Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena

bronkus utama kanan lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea

dibandingkan dengan bronkus kiri. 4,5

2.2.3 Patogenesis

Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus sering ditemukan

pada anak di bawah usia 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat benda

atau makanan ada di dalam mulut, anak sedang tertawa atau menjerit, sehingga

saat inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam

laring. Pada saat benda asing terjepit di sfingter laring, paenderita batuk berulang-

ulang (paroksismal). Bila benda asing masuk ke dalam trakea atau bronkus,

kadang terjadi fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh

fase pulmonum dengan gejala tergantung pada derajat sumbatan bronkus. 4,5

Kerusakan yang terjadi akibat aspirasi benda asing di saluran napas

ditentukan oleh jenis benda yang terhisap. Benda asing mati (inanimate foreign

bodies) di hidup cenderung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung,

ulserasi, epistaksis, dan jaringan granulasi. Sedangkan benda asing hidup

(animate foreign bodies) dapat menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat

bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang

hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau, seperti pada

kasus aspirasi cacing askaris atau serangga. 4,5

7

Benda asing organik, seperti kacang-kacangan mempunyai sifat

higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengembang dengan air, serta

menyebabkan iritasi pada mukosa, dan timbul jaringan granulasi di sekitar benda

asing sehingga memperberat gejala sumbatan saluran pernapasan. Benda asing

anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang lebihringan dan lebih mudah

didiagnosis karena umumnya benda asing anorganik bersifat radioopak. 4,5

2.2.4 Diagnosis

Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Anamnesis yang cermat pelu

ditegakkan tentang adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul rasa tercekik

(chocking), waktu terjadinya, dan jenis benda yang teraspirasi. Tanda dan gejala

lainnya akan dijelaskan pada bab berikutnya. Pemeriksaan fisik dengan auskultasi

dan palpasi perlu dilakukan. Serta pemeriksaan penunjang radiologik dan

endoskopi dapat dilakukan atas indikasi diagnostik dan terapi. 4,5

2.2.5 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat aspirasi benda asing di jalan napas dapat

bersifat akut dan kronik. Komplikasi akut yang dapat terjadi antara lain: sesak

napas dan hipoksia sampai henti jalan napas. Sedangkan komplikasi kronik yang

dapat terjadi antara lain: pneumonia yang berlanjut dengan pembentukan abses

paru dan kavitas, bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan jaringan

granulasi atau polip akibat inflamasi pada mukosa, pneumomediastinum dan

pneumotoraks. Sedangkan bila terjadi keterlambatan diagnosis lebih dari tiga hari

dapat mengakibatkan timbulnya emfisema obstruktif, pergeseran mediastinum,

pneumonia, dan atelektasis. 4,5

8

BAB III

DISKUSI

3.1 Apakah benda asing di jalan napas merupakan kasus kegawatan di

bidang THT?

Kedokteran gawat darurat mencakup diagnosis dan tindakan terhadap

semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan

mendadak, atau terhadap pasien dengan penyakit atau cedera akut.1 Kasus

kegawatan merupakan keadaan yang dapat mengancam jiwa. Dalam hal ini

keadaan yang mengganggu jalan napas, pernapasan, dan atau sirkulasi dapat

menyebabkan kegawatan yang mengancam jiwa.2 Adanya benda asing di saluran

napas dapat menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga dapat mengganggu

fisiologi sistem pernapasan. Oleh karena itu, benda asing di saluran napas

merupakan salah satu kasus kegawatan di bidang THT sehingga diperlukan

diagnosis dan tindakan yang cepat dan tepat.

3.2.1 Bagaimana gejala dan tandanya?

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada

lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan

ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di

hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut

dapat terhenti di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus priformis,

esofagus dan dapat juga tersedak masuk ke laring, trakea dan bronkus.3

Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala sampai kematian sebelum

diberi pertolongan, akibat sumbatan total. Gejala-gejala ini penting untuk

diketahui agar diagnosis dapat ditegakkan secepatnya untuk mencegah kerusakan

saluran napas yang lebih parah. Terdapat lima tanda klinis yang penting yaitu:4

9

1. Wheezy bronchitis (asma)

Batuk-batuk, wheeze dan demam adalah gejala yang umum pada

penderita terinhalasi benda asing. Diagnosis wheezy bronchitis

haruslah dipertanyakan lebih dalam pada anak-anak, bila hal ini terjadi

tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala selesma, atau bila sebelumnya

tidak ada serangan seperti ini, atau tidak terdapat riwayat alergi serta

bila rhonkhi pada inspirasi dan ekspirasi yang tidak menyeluruh pada

kedua paru.

2. Resolusi yang gagal dari infeksi akut

Apabila benda asing tidak segera diambil, maka infeksi saluran napas

yang akut terjadi di bagian distal dari obstruksi. Infeksi ini

manifestasinya seperti pneumonia, tetapi pada beberapa kasus dapat

sebagai infeksi saluran napas yang tidak spesifik. Resolusi yang lama

dan tidak sempurna dari suatu pneumonia, lebih-lebih bila disertai

dengan atelektasis paru, harus dicurigai disebabkan oleh benda asing.

3. Batuk kronis yang disertai dengan hemoptisis

Batuk kronis atau berulang dengan disertai hemoptisis pada anak-anak

tanpa penyakit paru suppurativa yang khronis, sangat mungkin

disebabkan oleh benda asing, lebih-lebih bila terdapat juga atelektasis

pada segmen atau lobus. Biji rumput-rumputan adalah penyebab

utama dari gambaran klinis ini dan biasanya biji-biji ini masuk ke

bronchial tree, sehingga tidak terlihat sewaktu pemeriksaan

bronkhoskopi.

4. Batuk kronis disertai dengan gambaran atelektasis

Pada anak-anak dengan batuk khronis yang disertai gambaran

atelektasis segmen atau lobar, haruslah waspada terhadap adanya

benda asing. Bila perbaikan secara klinis maupun radiologis tidak

10

nyata sesudah pengobatan dengan antibiotika dan drainase postural,

maka pemeriksaan bronkhoskopi harus dilakukan.

5. Kegagalan pernapasan

Beberapa penderita keadaan penyakitnya berlanjut menyebabkan

kegagalan pernapasan akut. Secara anamnestis diperoleh keterangan

tentang kegagalan pengobatan infeksi saluran napas yang akut, di

mana terdapat juga benda asing di dalamnya. Pada pemeriksaan

radiologis tampak gambaran atelektasis dari salah satu lobus dan

adanya hiperinflasi pada paru lainnya. Kegagalan pernapasan terjadi

karena berkurangnya ventilasi secara akut.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3

stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan, yaitu batuk-batuk hebat

secara tiba-tiba (violent paroxysms if coughing), rasa tercekik (choking), rasa

tersumbat di tenggorokan (gagging), bicara gagap (sputtering) dan obstruksi jalan

napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan

diikuti interval asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut,

refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini

berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung

mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda tidak

jelas. Pada stadium tiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi

atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-

batuk, hemoptisis, dan abses paru.3

Bila seorang pasien, terutama anak, diketahui mengalami rasa tercekik

atau manifestasi lainnya, rasa tersumbat di tenggorokan, batuk-batuk sedang

makan, maka keadaan ini haruslah dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing.3

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut diantara pita suara

atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk

dan letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan

keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam

11

waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala

antara lain disfonia sampe afonia, apne, dan sianosis. Sumbatan tidak total di

laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, bentuk yang

disertai sesak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa

subyektif dari benda asing (pasien akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak

benda asing itu tersangkut) dan dispne dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda

ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah

turun ke trakea, tetapi masih meninggalkan reaksi laring oleh karena edema

laring.3

Beberapa benda asing bersifat radio-apaque, tetapi banyak yang tidak.

Pada penderita obstruksi bronkus dapat terlihat adanya gambaran hiper-inflasi

atau atelektasis. Walaupun pada pemeriksaan radiologis terdapat gambaran yang

normal, tetapi bila terdapat riwayat adanya inhalasi benda asing, maka

pemeriksaan brokhoskopi harus dilakukan. Manifestasi terdapatnya benda asing di

saluran napas dapat berbeda-beda seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.4

Gambar 2. Obstruksi saluran napas akibat benda asing.

12

3.3 Apa saja jenis benda asing tersebut?

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,

biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam

tubuh, disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat,

cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-

kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari

kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-

lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,

seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda

asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,

pengkijuan, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium dapat masuk ke

dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.

3.4 Bagaimana cara menanggulanginya?

Pada penderita gawat darurat menjaga jalan napas tetap bebas merupakan

prioritas utama. Kegagalan oksigenasi merupakan pembunuh tercepat. Kematian

dini karena masalah jalan napas disebabkan:

- Gagal mengetahui kebutuhan jalan napas tetap bebas

- Gagal membuka jalan napas

- Kekeliruan memasang alat bantu napas atau posisi berubah

- Aspirasi isi lambung

Kompetensi dalam mengelola jalan napas memerlukan :

- Pengetahuan anatomi dan fisiologi jalan napas

- Kemampuan menilai jalan napas pasien dari gambaran anatomi yang

berkorelasi dengan kesulitan mengelola jalan napas.

- Ketrampilan bermacam macam cara mengelola jalan napas. Untuk

menilai hambatan jalan napas harus menggunakan indra yang kita

miliki.

13

Kita lihat (look), kita dengar (listen) dan kita raba (feel).

- Look:

• Lihat gerak dada dan perut , ada tertinggal , paradoksal ?

• Lihat tanda tanda distress pernapasan

• Lihat warna kulit /mukosa : pucat , sianosis , kemerahan ?

• Lihat tingkat kesadaran penderita dengan skala GCS atau AVPU

- Listen:

• Dengarkan gerak udara napas dengan telinga

- Feel:

• Rasakan gerak udara dengan pipi

Gambar 3. Look - Listen – Feel

Secara klinis dapat dikenali tanda tanda adanya hambatan jalan napas.

Suara mendengkur (snoring) disebabkan obstruksi lidah, suara berkumur

(gargling) menunjukkan adanya sumbatan berupa cairan di faring, stridor karena

odem di pita suara atau laring.3

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan

tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya

benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan

pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang apling aman, dengan

14

trauma yang minimum. Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang

datang ke ahli THT telah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara

endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun

personal yang telah terlatih.3

Benda asing di hidung. Benda asing di hidung dapat berupa benda

hidup/organik atau benda mati/anorganik. Benda asing organik dapat disebabkan

oleh lalat dan lalat botol hijau yang bertelur di dalam kavum nasi. Gejala yang

terjadi mirip dengan gejala sinusitis akut dengan sekret mukopurulen, unilateral,

dan berbau busuk. Obstruksi hidung seringkali total pada sisi yang terkena. Larva

atau ulat atau lintah dapat ditemukan melekat erat pada jaringan, dan pada kasus

berat terjadi destruksi mukosa dan kartilago. Benda asing anorganik di hidung

adalah segala jenis substansi yang tidak bergerak yang cukup kecil dan dapat

masuk ke dalam rongga hidung. Benda asing di hidung dapat dikeluarkan lewat

nares anterior dengan atau tanpa anestesi umum. Cara mengeluarkan benda asing

dari dalam hidung ialah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke

dalam hidung di bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh

nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan

cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan

cunam Nortman atau “wire loop”.3

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung ke arah

nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda

asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang

menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat. 3

Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada

kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus. 3

Pada kasus benda asing organik seperti lintah dapat dilakukan dengan

meneteskan air tembakau ke dalam lubang hidung dan dibiarkan selama 3-5

menit. Lintah akan terlepas dari mukosa hidung kemudian ditarik dengan pinset

atau aligator.

15

Benda asing di tonsil dapat diambil dengan memakai pinset atau cunam.

Biasanya yang tersangkut di tonsil ialah benda tajam, seperti tulang ikan, jarum

atau kail. 3

Benda asing di dasar lidah, dapat dilihat dengan kaca tenggorok yang

besar. Pasien diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca

tenggorok dengan tangan kiri, sedangkan tangan kasnan memegang cunam untuk

mengambil bemnda tersebut. Bila pasien sangat perasa sehingga menyukarkan

tindakan, sebelumnya dapat bdisemprotkan obat pelali (anastetikum), seperti

xylocain atau pantocain. 3

Benda asing di valekula dan sinus piriformis. Kadang-kadang untuk

mengeluarkannya dilakukan dengan cara laringoskopi langsung. 3

Benda asing di laring. Pasien dengan benda asing di laring harus diberi

pertolongan dengan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya

beberapa menit. Paada anak dengan sumbatan tiotal pada laring, dapat dicoba

menolongnya dengan memegang anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah,

kemudian daerah punggung/tengkuk dipukul, sehingga diharapkan benda asing

dapat dibatukkan ke luar.3

Cara lain untuk menngeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara

total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat

dilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing

masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh

oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastic yang tertutup, dengan menekan botol

itu, maka sumbatannya akan terlempar ke luar.3

Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru. Caranya ialah,

bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien,

kepalan tangan kanan penolong diletakkan di atas prisesus xifoid, sedangkan

tangan kirinya diletakkan di atasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakan

ke atas dan ke arah paaru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan

terlempar ke luar dari mulut pasien.3

Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu

pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus

16

xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien

beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan

ini posisi muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalsn napas

merupakan garis lurus.3

Gambar 4. Perasat Heilmich pada pasien yang masih sadar

17

Gambar 5. Perasat Heilmich pada pasien yang tidak sadar

Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu

pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus

xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien

beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. Pada tindakan

ini posisi muka harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalan napas

merupakan garis lurus.3

Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung

atau hati dan fraktur iga. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya

18

tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri

dan kanan.3

Pada sumbatan benda asing tidask total di laring, perasat Heimlich tidak

dapat digunakan. Dalam hal ini pasien masih dapat di bawa ke rumah sakit

terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau

bronkoskop, atasu kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi ssebelum

merujuk. Pada waktu tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi

Trendelenburg, kepasla lebih rendah dari badan, supaya benda asing tiudak turun

ke trakea. Kemudian pasien dapat dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai

fasilitas laringoskopi atau bronkoskopi untuk mengeluarkan benda asing itu

dengan cunam. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anastesi (umum) atau

analgesia (lokal).3

Benda asing di trakea. Benda asing di trakea dikeluarkan dengan

bronkoskopi. Tindakan ini merupakan tindakan yang harus segera dilakukan,

dengan pasien tidur terlentang posisi Tendelenburg, supaya benda asing tidak

turun ke dalam bronkus. Pada waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan

cunam yang sesuai dengan benda asing itu, dan ketika dikeluarkan melalui laring

diusahakan sumbu panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea,

jadi pada sumbu vertical, untuk memudahkan pengeluaran benda asing itu melalui

rima glottis.3

Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka pada kasus

benda asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi, dan bila mungkin benda asing

itu dikeluarkan dengan memakai cunam atau alat penghisap melalui trakeostomi.

Bila tidak berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi, ahli

dan personal yang tersedia optimal. 3

Benda asing di bronkus. Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus

dilakukan dengan bronkoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic

dengan memakai cunam yang sesuai dengan benda asing itu. Tindakan

bronkoskopi harus segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik. 3

19

Benda asing yang tidak dapat di keluarkan dengan cara bronkoskopi,

seperti benda asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan

servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. 3

Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan

endoskopi pada ekstraksi benda asing. Fisioterapi dada dilakukan pada kasus

pneumonia, bronchitis purulenta dan atelektasis. 3

Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak

demam. Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak

menghilang. Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru,

obstruksi jalan napas ataunodinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan

pengobatan yang tepat dan adekuat. 3

20

3.5 Bagaimana algoritma penanggulangannya?

Alur 1. Penilaian Awal Pasien Obstruksi Jalan Napas

21

Penilaian

Tanda obstruksi jalan napas ringan

Respon terhadap pertanyaan “apakah kamu tersedak?”Pasien berbicara dan menjawab “Ya”

Tanda lainPasien masih dapat:berbicarabatukbernapas

Tanda obstruksi jalan napas berat

Respon terhadap pertanyaan “apakah kamu tersedak?”

Pasien tidak dapat berbicaraPasien mungkin berespon dengan menganggukkan kepala

Tanda lain:Pasien tidak dapat bernapasPernapasan terdengarwheezingBatuk tanpa bersuaraPasien tidak sadar

Minta pasien untuk tetap batukPantau dengan hati-hati, segera bawa ke rumah sakit

Pasien sadar:5 back blows5 abdominal thrust (perasat Heilmich)

Pasien tidak sadar:RJP

DI TRAKEATANDA DAN GEJALA BENDA ASINGBatuk hilang timbulMengi asmatisTerdengar hentakan di trakeaTeraba hentakan di trakeaDispneaRetraksi otot pernapasanStridor inspirasiGelisahSianosis

Pemeriksaan radiologik leher toraksBenda asing metal foto polos PA-LateralBenda asing densitas rendah foto teknik jaringan lunakBenda asing radioluscen foto pada inspirasi dan ekspirasiFluoroskopi dua sisi (biplane fluoroscopy)Fluoroskopi video (

DI BRONKUSTANDA DAN GEJALA BENDA ASINGBatuk tidak produktifMengiPerkusi : normal/redup/hipersonor sisi ipsilateralAuskultasi: vesikuler melemah/hipersonor sisi ipsilateral

JIKA SALAH SATU/LEBIH DARI TAHAPAN DI ATAS MENUNJUKKAN HASIL POSITIF

Pemeriksaan EndoskopiLaringkoskopiBronkoskopi kaku/ fleksibel

Anamnesis:Gejala sesaat setelah aspirasi (fase awal): batuk tiba-tiba (coughing), rasa tercekik (chocking), rasa tersumbat (gasping), menahan napas (gagging), mendehem

Pemerikasan Fisik:Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurangatau menghilang (fase asimptomatik)Gejala dan tanda sesuai dengan lokasi tersangkutnya benda asing(fase komplikasi)

Alur 2. Diagnosis Benda Asing di Traktus Trakeo-Bronkial

22

Anamnesis:

Gejala sesaat setelah aspirasi (fase awal): batuk tiba-tiba (coughing), rasa tercekik (chocking), rasa tersumbat (gasping), menahan napas (gagging), mendehem

Pemerikasan Fisik:

- Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurangatau menghilang (fase asimptomatik)

- Gejala dan tanda sesuai dengan lokasi tersangkutnya benda asing(fase komplikasi)

Alur 3. Penatalaksanaan Benda Asing di Trakeo-Bronkial

23

PENATALAKSANAAN BENDA ASING DI TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL

GAS

NON-IRITATIF

IRITATIF

Bebaskan dari gas

Oksigen

Kortikosteroid

Antibiotika

CAIR

Bebaskan dari gas oksigen

PADAT

BRONKUSBersihkan jalan napas

Kortikosteroid

antibiotik

LARING

Fisioterapi

NON-IRITATIF

IRITATIF

TRAKEA

Bersihkan jalan napas

Oksigen

Kortikosteroid

antibiotik

LIHAT ALUR 4

LIHAT ALUR 5Lavase bronkus

Alur 4. Benda asing padat di trakea

24

BENDA ASING PADAT DI TRAKEA

Sumbatan berat

Non-organikOrganik

Tidak tajam Tajam

Trakeostomi

Bronkoskopi segera

Bronkoskopi Darurat

Bronkoskopi segera

Tidak tajam

Sumbatan parsial

Non-organikOrganik

Tidak tajam Tajam

Bronkoskopi segera

Bronkoskopi Darurat

Bronkoskopi segera

Tidak tajam

Gagal

Trakeostomi

Gagal

Trakeostomi

Gagal

Bronkoskopi segera

Kortikosteroid

Bronkoskopi segera

Kortikosteroid

Bronkoskopi segera

Kortikosteroid

Servikotomi

Torakotomi

Servikotomi

Torakotomi

Gagal

Alur 5. Benda Asing Padat di Bronkus

25

BENDA ASING PADAT DI BRONKUS

Sumbatan berat

Non-organikOrganik

Tidak tajam Tajam

Fisioterapi

Bronkoskopi segera

Kortikosteroid

Antibiotika

Bronkoskopi Darurat

Kortikosteroid

Antibiotika

Bronkoskopi segera

Kortikosteroid

Antibiotika

Tidak tajam

Torakotomi

Sumbatan parsial

Non-organikOrganik

Tidak tajam Tajam

Bronkoskopi segera

Kortikosteroid

Bronkoskopi Darurat

Kortikosteroid

Antibiotika

Bronkoskopi segera

Tidak tajam

Torakotomi

GagalGagal

DAFTAR PUSTAKA

1. Falsafah: Saanin, Syaiful. 2011. Falsafah Dasar Kegawatdaruratan. RS

Dr. M. Djamil. Padang.

2. Dinkes Jatim. 2010. Slide Presentasi Pengenalan Penanggulangan

Penderita Gawat Darurat. Surabaya.

3. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

4. Sugito, HMM Tarigan, LS Soeroso. 1992. Benda Asing di Saluran Napas.

Bagian Ilmu Penyakit Paru FK USU/RS Dr. Pringadi. Medan.

5. Rakhma, Kurnia Hendra. 2010. Corpus Alienum. Fakultas Kesehatan

Universitas Gresik.

26