Post on 09-Dec-2015
description
LAPORAN STUDI PENJAMINAN MUTU
KINERJA PENGELOLAAN REKAM MEDIS DITINJAU DARI ASPEK ALUR DAN
PROSEDUR PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI PUSKESMAS PERAWATAN
BETUNGAN KOTA BENGKULU
Disusun oleh:
Angga Ario Mutari, S.ked
Bayu Pratama, S.ked
Sigit Nurawalin, S.ked
Yessi Apriance, S.Ked
Pembimbing
dr. Fitri Desimilani
dr Eko Rahmi N
dr Erlina Panca Putri
KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya, sebanyak apapun
harta yang dimiliki oleh seseorang tidak ada artinya apabila orang tersebut tidak
mempunyai tubuh yang sehat, dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, berolah
raga dan istirahat yang teratur dapat meningkatkan sistem imun dan terhindar dari
penyakit, apabila badan terasa sakit kita dapat memeriksakan diri di sarana-sarana
pelayanan kesehatan salah satunya adalah Puskesmas. Puskesmas adalah organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok (Depkes RI 1991). Oleh karena itu puskesmas mempunyai wewenang
dan tanggung jawab terhadap wilayah kerjanya.
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan
infrastruktur serta lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja puskesmas. Dalam wilayah kerjanya tidak hanya berfungsi sebagai pemberi
pelayanan kesehatan namun sebagai penggerak Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
(PKM) guna meningkatkan kemampuan hidup sehat dan memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Untuk meningkatkan
mutu pelayanan di puskesmas salah satunya sangat diperlukan kinerja Rekam Medis
yang baik. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien
pada sarana pelayanan kesehatan (Permenkes 749a tahun 1989) sehingga
menghasilkan informasi yang lengkap dan akurat untuk menunjang peningkatan
kualitas dari pelayanan Puskesmas.
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan
pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan
1
untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan
lainnya.
Di Puskesmas Betungan sendiri pengelolaan rekam medis sudah berjalan sejak
awal puskesmas berdiri. Rekam medis pada dasarnya berperan penting dalam
menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanang kesehatan. Tanpa dukungan suatu sistem pengelolaan berkas rekam medis
yang baik dan benar, administrasi puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya
tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan, sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan penjaminan mutu dalam upaya
pelayanan kesehatan. Mengingat pentingnya pengelolaan rekam medik guna
menunjang penjaminan mutu pelayanan kesehatan, maka kami tertarik untuk
mengangkat masalah mengenai kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek
alur dan prosedur penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan Kota
Bengkulu.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam evaluasi ini adalah bagaimana penjaminan mutu pelayanan kesehatan
yang dinilai dari kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur
penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan Kota Bengkulu.
1.3. Tujuan Evaluasi Penjaminan Mutu
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur
penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan Kota Bengkulu.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui permasalahan dan prioritas masalah terkait kinerja pengelolaan rekam
medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur penyimpanan rekam medis di
Puskesmas Perawatan Betungan
b) Mengetahui alternatif penyelesaian masalah dan prioritas alternatif penyelesaian
masalah kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur
penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan
2
c) Mengetahui hasil dari penerapan alternatif penyelesaian masalah yang pilih terkait
mengenai kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur
penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
a. Mengetahui pengelolaan rekam medis serta alur dan prosedur penyimpanan di
Puskesmas yang sesuai dengan standar yang ada.
b. Dapat menerapkan dan membandingkan ilmu teori dan ilmu yang diperoleh dari
praktik lapangan mengenai pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan
prosedur penyimpanan rekam medis di Puskesmas
c. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam melaksanakan fungsi
penyelengaraan alur dan prosedur rekam medis di Puskesmas dalam upaya
penjaminan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
1.4.2 Bagi Puskesmas Perawatan Betungan
Sebagai masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan mutu serta pengembangan
sistem pengelolaan, alur dan prosedur penyimpanan rekam medis di Puskesmas
Perawatan Betungan.
1.4.3 Bagi Institusi Akademik
Menambah referensi di bagian perpustakaan dan sebagai acuan untuk meningkatkan
dalam memberikan materi agar dapat memberikan wawasan yang lebih baik untuk
menghasilkan lulusan yang profesional, bermutu, handal dan disiplin dalam bidangnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka Rekam Medis
2.1.1 Sejarah Rekam Medis
Rekam medis sudah dikenal sejak zaman paleolithicum yaitu pada tahun ±
25.000 sebelum masehi (SM) yang berupa pahatan di dinding gua batu di spayol
kemudian pada zaman mesir kuno (egyptian period) seorang ahli pengobatan yang
bernama dewa Thoth kira-kira pada tahun ± 3.000 sebelum masehi (SM) mengarang
36-42 buku, 6 buku diantaranya masalah kedokteran (tubuh manusia, penyakit, alat-
alat pengobatan dan kebidanan). Imhotep adalah dokter yang pertama yang
menjalankan rekam medis dan mendapat kehormatan sebagi medical demiggod hidup
dizaman piramid antara 3000-2500 SM dan membuat papyrus yaitu dokumen ilmu
kedokteran kuno yang berisi 43 kasus pembedahan.1,2
Hippocrates yang lahir pada tahun 450 SM dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran “memerintahkan kepada murid-muridnya Thesalu, Dracon dan Dexippus
untuk mencatat dan memelihara semua penemuannya tentang penyakit pasien-
pasiennya secara rinci. Francis adams pada tahun 1849 menerjemahkan catatan yang
ditulis oleh Hippocrates, salah satunya adalah riwayat dan perjalanan penyakit istri
Philinus setelah melahirkan sampai meninggal. Di Roma, 600 tahun sesudah
Hippocrates, seorang dokter bernama Galen mencatat riwayat dan perjalanan penyakit
pasien yang ditulis dalam bahasa latin. Selanjutnya oleh Ibnu Sina (980-1037),
mengembangkan ilmu kedokteran tersebut berdasarkan catatan- catatan jaman
Hippocrates.2
Rumah sakit St Bartholomew London, Inggris, merupakan rumah sakit
pertama yang menyimpan rekam medis sejak dibuka pada tahun 1137. pada saat Raja
Henry ke 8 (1509-1547) berkuasa, rumah sakit tersebut membuat peraturan tentang
menjaga kerahasiaan dan kelengkapan isi rekam medis. Pada jaman ini
perkembangaan ilmu kedokteran semakin pesat seiring dengan itu diikuti pula
pencatatan kedalam rekam medis yang digunakan untuk pengelolaan pasien dan
perkembangan ilmu. Inilah rumah sakit pertama yang mempunyai perpustakaan
kedokteran yang kini catatan medis tersebut dapat disamakan dengan rekam medis.
Selanjutnya dengan mulai dikenalnya ilmu statistic pada abad 17-18 peranan data
rekam medis menjadi sangat penting untuk meghitung angka kesakitan dan kematian
4
di rumah sakit tertentu atau pada wilayah tertentu. Di Amerika, Rumah Sakit
Penzylvania yang didirikan pada tahun 1752 menyimpan indeks pasien yang disimpan
sampai sekarang. Sedangkan Rumah Sakit Massachusete, Boston, oleh pustakawan
Grace Whiiting Meyers (1859-1957) mulai membuat catalog catatan-catatan rekam
medis pasien dan menggunakan Terminology Medis (istilah-istilah kedokteran).2
Di Indonesia penerapan Komputerisasi rekam medis sebenarnya bukan sesuatu
yang baru. Pada tahun 1994, MMR UGM pernah mengadakan seminar bertajuk
“Menuju komputerisasi rekam medis”. Saat ini, di klinik yang khusus melayani para
pegawai dan mahasiswa di UGM (GMC= Gadjah Mada Medical Centre) dokternya
tidak lagi menggunakan status rekam medis kertas. Mouse dan keyboard sudah
menggantikan pena untuk mencatat gejala, hasil observasi, diagnosis sampai dengan
pengobatan. Namun, hingga kini hanya klinik tersebut satu-satunya fasilitas kesehatan
yang menggunakan rekam medis elektronik (RME) di Jogja. Meski hanya untuk
melayani pasien rawat jalan, itu sudah lumayan.1
Sejarah awal istilah yang digunakan untuk menyebut catatan data–data pasien
yang berkaitan dengan perawatan kesehatan adalah istilah patient record, kemudian
lebih umum digunakan istilah medical record. Di Indonesia sebelum Permenkes No.
749a Tahun 1989 digunakan istilah catatan medis .setelah adanya Permenkes tersebut
maka istilah atau sebutan secara seragam menggunakan istilah Rekam Medis,
sedangkan di negara Eropa Istilah yang banyak digunakan adalah Medical record.1
2.1.2 Pengertian, Bentuk, dan Isi Rekaman Medik
2.1.2.1 Pengertian Rekaman Medik
Rekam medis adalah sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran
aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik atau kesehatan
kepada seorang pasien.2 Sedangkan menurut Huffman EK, 1994 rekam medis adalah
rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana pelayanan yang
diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai
pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk
menemukenali (mengidentifikasi) pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan
serta merekam hasilnya.6
Dalam Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam
medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien,
5
hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.5
Kegiatan Rekam Medis Berdasarkan Departement Kesehatan RI , yaitu1 :
a) Penerimaan pasien
b) Pencatatan
c) Pengelolaan data medis
d) Penyimpanan rekam medis
e) Pengambilan kembali (retrival)
Gambar 1. Alur Rekam Medik
Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting dalam pelayanan bagi pasien
karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam menentukan
keputusan, baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau
perawat diwajibkan membuat rekam medis sesuai peraturan yang berlaku.4
2.1.2.2 Bentuk Rekam Medis
Pelayanan rekam medis memiliki berbagai bentuk. Bentuk pelayanan rekam
medis ini dapat dilihat dari level terendah sampai pada level yang lebih tinggi dan
canggih. Menurut DEPKES RI (2009), bentuk pelayanan rekam medis meliputi 1:
6
a. Pelayanan rekam medis berbasis kertas
Rekam medis manual (paper based documents) adalah rekam medis yang berisi
lembar administrasi dan medis yang diolah ditata/ assembling dan disimpan secara
manual.
b. Pelayanan rekam medis manual dan registrasi kompterisasi
Rekam medis berbasis komputerisasi, namun masih terbatas hanya pada
pendaftaran (admission), data pasien masuk (transfer), dan pasien keluar termasuk
meninggal (discharge). Pengolahan masih terbatas pada system registrasi secara
komputerisasi. Sedangkan lembar administrasi dan medis masih diolah secara
manual.
c. Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan terbatas
Pelayanan rekam medis yang diolah menjadi informasi dan pengelolaannya secara
komputerisasi yang berjalan pada satu sistem secara otomatis di unit kerja
manajemen informasi kesehatan.
d. Pelayanan Sistem Informasi Terpadu
Computerized Patient Record (CPR), yang disusun dengan mengambil dokumen
langsung dari sistem image dan struktur system dokumen yang telah berubah.
e. Pelayanan MIK dengan Rekam Kesehatan Elektronik (WAN)
System pendokumentasian telah berubah dari Electronic Medical Record (EMR)
menjadi Electronic Patient Record sampai dengan tingkat yang paling akhir dari
pengembangan Health Information System, yakni Electronic Health Record (EHR)
– Rekam Kesehatan Elektronik.
2.1.2.3 Isi dari rekaman medik
Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan di atas dapat dikatakan
rekam medis bila3,5 ;
a) Berisi keterangan dan catatan serta rekaman tentang pasien secara lengkap
meliputi identitas pribadi, sosial dan semua keterangan lainnya yang menjelaskan
tentang pasien tersebut.
b) Isi keterangan dan catatan tersebut meliputi :
Identitas siapa yang melayani dan siapa yang dilayani
Pelayanan apa saja yang dilakukan atau diberikan kepada pasien
Alasan mengapa pelayanan tersebut diberikan atau serng disebut dengan
indikasi medis
7
Bilamana pelayanan tersebut diberikan yang menunjukan waktu (tanggal, jam
dan menit)
Bagaimana proses pelayanan tersebut diberikan kepada pasien
c) Memuat informasi yang cukup untuk menemukan kembali (mengidentifikasi)
pasien, berarti informasi yang terkandung dalam rekam medis harus dapat
ditemukan kembali ketika pasien tersebut datang untuk berobat pada kunjungan-
kunjungan berikutnya.
d) Membenarkan diagnosa dan pengobatan, berarti data dan informasi dalm rekam
medis dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil pelayanan klinis guna
memperoleh kebenaran ilmiah dan hukum
e) Merekam hasilnya, berarti rekam medis harus dapat didokumentasikan sedemikian
rupa sehingga hasil rekamannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan
pelayanan dan pengelolaan pasien.
Data-data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk
pasien yang diperiksa di unit rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Setiap
pelayanan apakah itu di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat membuat
rekam medis dengan data-data sebagai berikut 5:
1. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:
Identitas Pasien
Tanggal dan waktu.
Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan
Persetujuan tindakan bila perlu.
8
2. Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:
Identitas Pasien
Tanggal dan waktu.
Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan / TP (treatment planning)
Pengobatan dan atau tindakan
Persetujuan tindakan bila perlu
Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
Ringkasan pulang (discharge summary)
Nama dan tanda tangan dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan.
Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu dan
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
3. Rekam Medis Pasien Gawat Darurat
Data untuk pasien gawat darurat yang harus dimasukkan dalam medical record
sekurang-kurangnya antara lain:
Identitas Pasien
Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
Identitas pengantar pasien
Tanggal dan waktu.
Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
Diagnosis
Pengobatan dan/atau tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat
dan rencana tindak lanjut.
Nama dan tanda tangan dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan.
9
Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain dan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Khusus isi rekam medis pasien akibat bencana maka ditambahkan
o Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan;
o Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan
o Identitas orang yang menemukan pasien;
Ringkasan Pulang (discharge summary) atau resume medis. Harus dibuat oleh
dokter atau perawat yang melakukan perawatan pasien. Isi ringkasan pulang
sekurang-kurangnya memuat 3,5 :
1. Identitas pasien;
2. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
3. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan
dan tindak lanjut; dan
4. Nama dan tanda tangan dokter atau perawat yang memberikan pelayanan
kesehatan.
Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian
hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama,
waktu dan tanda tangan dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.Bila terjadi kesalahan dalam
melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan dengan
cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf
dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan. Dokter,
perawat atau tenaga kesehatan bertanggungjawab atas pencatatan atau
pendokumentasian pada rekam medis.3,5
2.1.3 Fungsi dan Peran Rekam Medik di Sarana Pelayanan Kesehatan
2.1.3.1 Fungsi rekam medik
10
Rekam medis berisi rekaman riwayat penyakit pasien beserta tindakan apa
yang telah dilakukan. Salah satu fungsinya adalah dokter bisa tahu perkembangan
penyakit pasien lewat rekaman medis tersebut. "Jadi kalau si pasien datang lagi,
dokter tinggal membaca catatan itu tanpa banyak bertanya lagi."
Selain itu ada beberapa fungsi yang lebih penting dari rekaman medik, yaitu :
1. Dokumentasi
Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang
berkaitan dengan kesehatan pasien.
2. Alat bukti
Untuk kasus malapraktik, rekam medis bisa menjadi alat bukti di pengadilan. Dari
rekaman medis itu akan terbuka, tindakan salah apa yang telah dilakukan dokter
atau perawat bersangkutan. Dokter tidak boleh menghapus tulisan apapun pada
rekaman medis. "Kalau ada kesalahan tulisan, dokter tidak boleh menghapus, tapi
hanya boleh mencoret sekali sehingga tulisan semula masih bisa dibaca, serta
diparaf," jelas dokter yang hobi memasak ini.
3. Identifikasi Jenazah
Fungsi yang tidak kalah penting dari rekam medis adalah untuk identifikasi jenazah
yang sulit dikenali. Dalam suatu kecelakaan hebat misalnya, rekam medis sangat
membantu dalam mengenali jenazah.
4. Acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan
Dapat digunakan sebagai acuan dokter dan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan baik dalam menentukan diagnosis, memberikan pengobatan,
tindakan medis dan pelayanan selanjutnya bagi pasien. Rekam medis yang baik,
benar, lengkap dan jelas dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien.
5. Bahan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan
Rekam medis dapat menjadi informasi tentang perkembangan penyakit,
pengobatan, tindakan medis terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dalam pengajaran dan penelitian. Dengan rekam medis juga dapat ditentukan angka
statistik kasus penyakit, angka kematian, angka kelahiran dan hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan.
6. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan
Rekam medis juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah biaya yang harus
dibayar oleh pasien dalam pelayanan kesehatan.1,4,5
11
2.1.3.2 Peran rekam medik
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke
berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis)
merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi
informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara
elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan,
sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang
padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan
bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan
maupun teknologi informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2%
untuk teknologi informasi.4,5
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi
merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi
(sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi)
saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Selain memiliki potensi
dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu menyimpannya
dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual. Konvergensi
dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan di-share secara
mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan
yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan
pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar
serta berbagai aplikasi inovatif terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif
apabila manajemen informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian
istimewa.4,5
2.2 Profil Puskesmas
2.2.1 Keadaan Umum
Puskesmas perawatan Betungan beada di wilayah kecamatan Selebar Kota
Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sukarami
- Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Babatan kabupaten Bengkulu Selatan
- Sebelah timur dengan Desa Air Sebakul
12
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kandang
- Luas wilayah kerja Puskesmas perawatana Betungan 19,21 km2 yang meliputi dua
kelurahan yaitu kelurahan Betungan dan kelurahan Pekan Sabtu. Sebagian besar
wilayah kerja Puskesmas perawatan Betungan adalah dataran tinggi.
2.2.2 Kependudukan
Penduduk dalam wilayah Puskesmas Perawatan Betungan pada tahun 2014
berjumlah 4666 jiwa terdiri dari kelurahan Betungan berjumlah 3128 jiwa dan
kelurahan Pekan Sabtu berjumlah 1538 jiwa.
2.2.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi Dan Budaya
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Betungan sebagian besar adalah
suku Lembak dan suku Serawai ditambah pendatang Jawa, Batak, dan Padang. Mata
pencarian sebagian besar penduduk adalah petani dan usaha batu bata, dengan tingkat
pendidikan dari buta huruf hingga ke perguruan tinggi.
2.2.4 Lingkungan Fisik
Jumlah rumah tinggal penduduk 2977 rumah yang terdiri dari rumah permanen
dan semi permanen.
2.2.5 Sumber Daya Manusia Dan Struktur Organisasi
Puskesmas perawatan betungan memiliki jumlah pegawai empat puluh delapan
orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan terdiri dari empat puluh
orang PNS dan delapan orang honorer. Puskesmas betungan terdiri dari tiga purkesmas
pembantu yaitu puskesmas pembantu Pekan Sabtu, Betungan dan Betungan asri untuk
struktur organisasi puskesmas adalah sebagai berikut:
Kepala puskesmas : dr Fitri Desimilani
Kasubag Tata Usaha : Syuhadatul Islamy
Bagian Umum : Yuni Hartati Skm
Yeyen Fitri Nengsi S.Kep
Reviyani Sulastri S.kep
Bagian Kepegawaian : Fera Kristiani S.kep
13
Bagian Keuangan : Fera Kristiani S.kep
Yeyen Fitri Nengsi S.Kep
Bendahara Barang : Purnama Br.P Amd.kep
2.2.6 Denah Ruangan Puskesmas Perawatan Betungan
14
GUDANG
WC
RUANG IMS & VCT
PANTRY
GIZI & KESLING
RUANG PENDAFTARA
POLI UMUMPOLI ANAK
RUANG TATA USAHA
LABORATORIUM
RUANG RAWAT INAP
R.PERTEMUAN
PERTEMUA
VK POLI IBU RUANG KA.PKM
IGD
APOTEK
POLI GIGI
2.2.7 Alur Pelayanan Pkm Perawatan Betungan
2.3 Rekam Medis Puskesmas Perawatan Betungan
2.3.1 Sistem Penamaan
Sistem penamaan yang digunakan di UPT Puskesmas Betungan menggunakan
sistem penamaan majemuk yaitu menggunakan nama Kepala Keluarga (KK) untuk
mewakili seluruh anggota keluarga sehingga dapat memudahkan pada bagian
pendaftaran untuk memberikan pelayanan pada pasien. Dalam penulisan nama ditulis
secara langsung apa adanya, sesuai dengan nama ditulis bersama dengan gelar keluarga,
dalam gelar tersebut dituliskan di depan nama pasien.
Contoh : Bapak Mardianto ditulis Bp. Mardianto
Nyonya Mujiyem ditulis Ny. Mujiyem
15
Nona Ardila Maharani ditulis Nn. Ardila Maharani
Anak Rivaldi ditulis An. Rivaldi
2.3.2 Sistem Penomoran
Sistem penomoran yang digunakan di UPT Puskesmas Betungan adalah sistem
penomoran dengan cara unit (unit numbering system) tapi lebih mengacu pada Family
House Numbering (FHN) dimana pasien atau masyarakat yang tinggal dalam satu
keluarga atau satu rumah diberi satu nomor rekam medis yang dapat digunakan untuk
mereka yang tinggal di dalamnya dan nomor tersebut dapat digunakan selamanya untuk
kunjungan berikutnya. Pada sistem penomoran ini menggunakan angka ada yang satu
angka, ada yang dua angka, ada yang tiga dan empat angka. Karena jumlah pasien
pada Puskesmas Betungan empat ribu pasien.
2.3.3 Sistem Penjajaran
Sistem penjajaran di UPT Puskesmas Betungan menggunakan sistem nomor
langsung (straight numerical filling system) dimana cara ini merupakan cara penjajaran
secara berturut-turut sesuai urutan nomornya, sehingga pada saat ditempatkan ke dalam
rak sering teracak dan sulit dicari nomor pada rekam medik.
2.3.4 Sistem Penyimpanan
Di UPT Puskesmas Betungan menggunakan sistem penyimpanan
“Disentralisasi” karena merupakan Puskesmas rawat inap, sehingga DRM rawat inap
dan rawat jalan dipisah tidak dijadikan satu folder, tetapi lokasi penyimpananya masih
dalam satu tempat yaitu di ruangan pendaftaran. RM rawat inap yang tidak terdapat
nomor MR dan tidak dibedakan berdasarkan warna map, apakah RM rawat inap apakah
rawat jalan.
16
2.3.5 Pencatatan dan Pelaporan
Semua kegiatan yang dilakukan di UPT Puskesmas Betungan dicatat dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota (DKK). Laporan kegiatan yang dilakukan
merupakan gambaran dari hasil kegiatan yang dilakukan oleh UPT Puskesmas
Betungan digunakan sebagai sarana untuk menilai potensi dari keberhasilan kegiatan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal. Alur pelaporan UPT
Puskesmas Betungan adalah sebagai berikut :
a. Laporan dari puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan posyandu disampaikan
ke puskesmas induk untuk dikelola pencatatan dan pelaporanya.
b. Koordinator pengeola pencatatan dan pelaporan menyusun sekaligus melengkapi
data dari register kemudian diberikan ke SIK untuk di input datanya. Setelah itu
laporan di print out kemudian di cross cek / validasi data pengguna koordinasi lalu
di ACC pengelola program dan dikembalikan ke SIK atau SIMKESDA.
c. Dari SIK diberikan ke Kepala Puskesmas untuk di ACC setelah di ACC laporan di
kirim ke DKK melalui jaringan online. Karena UPT Puskesmas Gajahan jaringan
onlinenya masih dalam perbaikan maka laporanya disimpan dan di copy ke flash
disk untuk kemudian diantar ke DKK.
Jenis pelaporan diantaranya :
a. Laporan Bulanan
Data Kesakitan
Laporan KIA, Imunisasi dan KB
Laporan Gizi
Laporan Kegiatan Puskesmas
Data Kematian
Penyakit Menular
17
Penyakit Tidak Menular
Kesehatan Lingkungan
b. Laporan Tri bulan
Laporan PKM dan PSM
c. Laporan Tahunan
Data Dasar Puskesmas
Data Kepegawaian
Data Inventaris Puskesmas
2.3.6 Sistem Retensi dan Pemusnahan Dokumen Rekam Medis
UPT Puskesmas Betungan sudah pernah melakukan pemusnahan dokumen rekam
medis. Sebelum dimusnahkan terlebih dahulu dokumen rekam medis di pisahkan antara
dokumen aktif dan in aktif. Setelah selesai di pisahkan dokumen yang in aktif
kemudian di musnahkan dengan cara dibakar.
2.3.7 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
SIMPUS adalah Sistem Informasi Manajemen Puskesmas yang ada di Puskesmas
atau sistem pengolahan data dan pelaporan yang menghasilkan informasi yang akurat,
tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan untuk menilai potensi dari keberhasilan
kegiatan pelayanan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2.3.8 Alur dan Prosedur Rekam Medis UPT Puskesmas Betungan
Pencatatan data pasien dimulai dari loket pendaftaran melakukan pencatatan
secara manual. Kemudian petugas menanyakan siapa yang berobat, menanyakan nama
mencatat keluhan utama, kemudian petugas mencari rekam medic dan mencatat
18
tanggal, keluhan, utama, dan mencatat tanggal, nama, umur diresep kemudian baru
diberikan kepadaa pasien.
a. Prosedur Pasien Rawat Inap
Pasien datang dan di daftar di loket pendaftaran, kemudian di buatkan dokumen
rekam medis rawat inap setelah itu pasien masuk ruang IGD untuk diperiksa atau
sebaliknya pasien dating ke IGD dan dilakukan pencatatan data RM. Setelah di
periksa pasien langsung di bawa ke bangsal rawat inap jika keadaan pasien
memungkinkan untuk dirawat di Puskesmas, jika keadaan pasien terlalu parah dan
tidak memungkinkan untuk dirawat di Puskesmas maka pasien akan langsung di
rujuk ke rumah sakit.
b. Prosedur di tempat pendaftaran
Prosedur di tempat pendaftaran, formulir-formulir yang diperlukan untuk
pelayanan kesehatan seperti kartu BPJS, dan terkadang pasien mengingat nomor
urutan rekam medik.
Untuk pasien baru, dokumen rekam medis baru dan menanyakan identitas pasien
serta poliklinik mana yang akan dituju dan mencatat resep sesuai dengan jenis
kartu jaminan kesehatan, petugas mengarahkan kepada pasien poliklinik yang
dituju untuk menunggu panggilan dokter atau perawat.
Untuk pasien lama, petugas meminta nama kepala keluarga dan nomor rekam
medik serta RT atau RW. Dan kemudian petugas mencarinya di rak data RM.
Jika tidak ditemukan juga setlah dilakukan pencarian maka petugas akan
memberikan buku poli sementara kepada pasien. Dan pasien kemudian mengantar
ke poli mana tempat pasien ingin berobat.
Dalam pengembalian dokumen rekam medis petugas menyimpan kembali
dokumen ke dalam rak penyimpanan sesuai dengan nomor rekam medis pasien.
19
c. Alur dan Prosedur di IGD
Pasien datang langsung dicatat dibuku IGD tanpa ada buku rekam medic, pasien
dilakukan tindakan setelah dilakukan tindakan dan obat-obatan diresepkan, dan
perawat mengambil obat yang telah diresepkan tadi kemudian obat diberikan
dengan pasien dan pasien kemudian pulang.
d. Alur dan Prosedur di poliklinik
Petugas memanggil pasien dan mengecek nama dan alamatnya serta
menanyakan keluhannya.
Petugas melakukan pemeriksaan dan pengobatan serta memberikan rujukan
jika diperlukan.
Petugas mencatat keluhan , menensi tekanan darah jika di poli umum, dan
melakukan penimbangan berat badan pada poli anak. Dan melakukan
diagnosis di formulir dokumen rekam medis dan obat yang diberikan kepada
pasien di resep. Setelah itu petugas melakukan pencatatan di buku register.
Dokumen rekam medis dikembalikan ke loket untuk disimpan kembali.
5. Alur dan Prosedur di Apotek
a. Pasien menyerahkan resep melalui loket apotek untuk mendapatkan obat
b. Petugas mencatat obat di buku catatan harian obat dan pengeluaran obat dicatat
di buku register obat.
c. Petugas menyiapkan obat sesuai resep untuk kemudian diberikan kepada pasien
disertai penjelasan aturan minumnya.
d. Petugas menyusun resep yang di berikan kepada apotik.
20
BAB III
PROBLEM SOLVING CYCLE
3.1. Menentukan Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai selisih antara ekspektasi dengan kenyataan.
Dilihat dari sudut pandang sistem, masalah berarti kesenjangan antara tolok ukur dengan
hasil pencapaian. Untuk mengetahui masalah yang ada di Puskesmas Perawatan
Betungan, pelaksana kegiatan di sana ditanyakan mengenai apakah ada kesenjangan
antara standar baku operasional dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Namun,
pelaksana kegiatan tidak merasakan adanya masalah, sehingga dilakukan observasi
terhadap keseluruhan proses kegiatan yang ada di layanan kesehatan.
Berdasarkan observasi seluruh proses kegiatan di Puskesmas Perawatan Betungan,
ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut.
Tabel 3.1. Penetapan masalah
No Divisi Kegiatan Masalah Keterangan
1 Administrasi dan Rekam medis
Menyediakan formulir pendaftaran
(–)
Rekam medis (+) Rekam medis terlalu sulit untuk dicari
Surat Rujukan dan Surat Keterangan sakit
(–)
Pembayaran (–)
SDM (+) tidak ada petugas khusus yang mengurus rekam medis
2 Poli umum, Poli Anak dan poli KIA Ibu
Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (+) Tidak lengkap
Input data (–) -
Pembuangan limbah (+) - Kotak sampah belum dilabel
21
SDM (–) -
3 Ruang tindakan
Dan IGD
Informed consent (–)
Sterilisasi alat (+) Alat steril tidak sesuai standar
Tindakan (–)
Pembuangan limbah (+) - Kotak sampah belum dilabel
SDM (–) -
4 Laboratorium Informed consent (–)
Mengambil sampel darah (+) Tidak menggunakan sarung tangan
Pemeriksaan laboratorium (+) Tidak ada pemeriksaan Hb sederhana, pemeriksaan apus darah malaria, pemeriksaan laboratorium IMS
Pembuangan limbah (+) Kotak sampah belum dilabel
Pelaporan hasil (–)
Input data (–)
SDM (–)
6 Farmasi Mencari obat di lemari (–)
Menyerahkan obat ke pasien (–)
Input data (–)
SDM (–)
7 Poli IMS Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah (–)
SDM (+) Kurangnya tenaga untuk turun ke
22
lapangan
8 Gizi dan Imunisasi
Anamnesis (–)
Penyimpanan Vaksin (–)
Edukasi (–)
Penulisan Buku Imunisasi (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah (–)
SDM (–)
9 Poli Gigi Anamnesis (–)
Pemeriksaan fisik (–)
Resep (–)
Edukasi (–)
Penulisan rekam medis (–)
Input data (–)
Pembuangan limbah (–)
SDM (–)
10 IRNA Inform Consent (–)
Perawatan (–)
Rekam Medis (+) Penyimpanan Rekam medis tidak teratur
SDM (–)
Ditemukan adanya 5 masalah di Puskesmas Perawatan Betungan, yang akan
digeneralisasi menjadi lingkup masalah yang lebih umum. Masalah pertama datang dari
ruang rekam medis dan instalasi rawat inap, di mana pengelolaan rekam medis tidak
adekuat. Dari awal dalam pencarian rekam medis, sulit untuk di cari sehingga sering
digunakan poli sementara. Tetapi setelah dari buku poli sementara data pasien tidak di
pindahkan ke buku rekam medis pasien. Selain itu isi dari rekam medis, data awal pasien
mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, dan tata
laksana tidak ditulis secara tersendiri. Data subjektif dan objektif (poin S dan O pada
sistematika SOAP) untuk kunjungan-kunjungan berikutnya juga ditulis dengan sangat
singkat. Data subjektif diisi dengan anamnesis singkat. Data objektif hanya diisi dengan
tekanan darah. Selain itu, pada rekam medis tidak terdapat berkas keluarga seperti
genogram, dinamika keluarga, dan fungsi-fungsi dalam keluarga, untuk mendukung
23
pendekatan pasien yang sesuai dengan kedokteran keluarga. Oleh karena itu,
permasalahan mengenai hal ini disatukan dalam lingkup rekam medis.
Masalah kedua adalah mengenai sumber daya manusia pada beberapa bagian di
puskesmas seperti di bagian rekam medis dan poli IMS. Kurangnya sumber daya ini
dapat menghambat dalam meningkatkan mutu puskesmas. Kesatuan masalah demikian
disatukan mennjadi topik Sumber daya manusia.
Masalah ketiga menyangkut pembuangan limbah di poli umum, poli anak, poli
KIA ibu, ruang tindakan dan laboratorium. Kotak sampah di poli umum, poli anak, poli
KIA ibu, ruang tindakan dan laboratorium sudah ada berjumlah dua setiap ruangan, dan
sudah dilapisi plastik. Tetapi untuk pelabelan dari kotak sampah belum ada. Safety box
sudah cukup untuk digunakan pada pembuangan jarum suntik yang telah digunakan.
Keseluruhan masalah demikian disatukan dalam satu lingkup limbah.
Masalah keempat menyangkut pencegahan umum dalam hal penggunaan sarung
tangan dan sterilisasi alat di ruang tindakan di IGD. Alat steril yang digunakan adalah
alat penyeteril botol susu bayi sehingga tidak sesuai dengan standar penyeterilan alat.
Selain itu penggunaan sarung tangan juga penting pada setiap tindakan yang akan
dilakukan. Keseluruhan masalah ini tergabung didalam satu lingkup masalah yaitu
General Precaution (Pencegahan Umum).
Masalah Terakhir adalah kurangnya pemeriksaan yang dapat dilakukan di
laboratorium sehingga banyak pemeriksaan yang seharusnya bisa dilakukan sederhana di
laboratorium puskesmas tidak dapat dilakukan sehingga pasien harus memeriksa ke
laboratorium luar. Pemeriksaan seperti HB sahli, pemeriksaan mikroskopis malaria, atau
pemeriksaan IMS tidak bisa dilakukan. Keseluruhan masalah ini digabung dalam
masalah Laboratorium.
3.2 Menggambarkan masalah
Tidak semua masalah yang teridentifikasi dapat diatasi secara bersamaan. Hal ini
dilatarbelakangi oleh terbatasnya kemampuan fasilitas kesehatan yang ada dan adanya
masalah yang berkaitan dengan masalah yang lainnya, sehingga apabila masalah yang
paling penting diselesaikan maka masalah lainnya dapat terselesaikan juga. Oleh karena
itu, maka perlu ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks
(criteria matrix technique).
24
Tabel 3.2. Prioritas masalah
No Masalah
I
T R ITRP S RI DU
SB PB PC
1 Rekam medis 4 3 2 4 5 1 1 4 3 240
2 Sumber Daya Manusia 4 2 2 3 4 1 2 2 1 36
3 Limbah 2 1 2 1 2 1 1 5 4 200
4 Pencegahan Umum 3 3 1 2 2 1 1 3 3 117
5 Laboratorium 2 1 1 3 5 4 1 1 1 17
Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas masalah meliputi 3 aspek utama
antara lain:
1. I : Importancy, yaitu pentingnya masalah, yang dinilai dari 7 subaspek yaitu
- P : Prevalence, yaitu besarnya masalah
- S : Severity, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh masalah
- RI : Rate of Increase, yaitu kenaikan besarnya masalah jika tidak
diselesaikan
- DU : Degree of Unmet Need, yaitu keinginan masyarakat yang tidak
terpenuhi
- SB : Social Benefit, yaitu keuntungan sosial karena selesainya masalah
- PB : Public Concern, yaitu rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
- PC : Politic Climate, yaitu suasana politik
2. T : Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis
3. R : Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya
Setiap komponen dalam tabel diberi nilai antara 1 hingga 5. Nilai suatu masalah
diukur dengan cara mengalikan I, T, dan R. Sementara itu, nilai I diperoleh dengan
mengalikan keseluruhan aspek di dalamnya mulai dari P hingga PC. Dasar pertimbangan
nilai yang dicantumkan pada tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Prevalence
- Rekam medis (4): Penataan rekam medis dilakukan berdasarkan urutan nomor
rekam medis. Terlihat bahwa penyusunan tidak tertata dengan rapi, sehingga
dalam pencarian rekam medis terlalu lama sehingga jika tidak dapat maka
25
digunakan buku poli sementara tetapi datanya tidak dipindahkan lagi sehingga
ada data pasien yang hilang dari rekam medis.
- Sumber daya manusia (4): sumber daya manusia khususnya di ruang rekam medis
dan poli IMS kurang sehingga dalam penyelenggaraan rekam medis dan untuk
poli IMS yang turun ke lokasi untuk penjaringan kurang bisa terlaksana dengan
baik.
- Limbah (2): Limbah sudah dipisahkan menurut jenis limbahnya tetapi untuk
kotak sampahnya masih belum di label sehingga kadang susah untuk
membedakan mana yang digunakan untuk sampah medis mana yang untuk
sampah biasa.
- Pencegahan umum (3): untuk pencegahan umum penggunaan alat steril yang
tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan kurang
dilakukan di puskesmas.
- Laboratorium (2): Pemeriksaan sederhana beberapa tidak dapat dilakukan di
laboratorium puskesmas, tetapi masalah ini menjadi tidak terlalu besar karena
pemeriksaan ini jarang dilakukan dan bisa dilakukan di laboratorium di luar
puskesmas.
2. Severity
- Rekam medis (3): Rekam medis yang tidak disusun secara rapi dapat membuat
pasien jadi menunggu lebih lama untuk mendapatkan pelayanan. Pengisian rekam
medis yang kurang rapi juga dapat menjadi batu sandungan yang luar biasa
apabila nantinya ada urusan hukum. Selain itu data yang yang tertulis di buku poli
sementara tidak ditulis di rekam medis nya sehingga data tersebut hilang.
- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia khususnya di ruang rekam medis
dan poli IMS kurang, sehingga menyebabkan pasien menunggu lama saat
menunggu rekam medis dan penjaringan IMS ke lapangan kurang efektif.
- Limbah (1): Limbah sudah dipisahkan menurut jenis limbahnya tetapi untuk
kotak sampahnya masih belum di label tetapi tidak menjadi masalah besar hanya
saja saat akan membuang sampah harus melihat dulu kotak sampah mana yang
digunakan.
- Pencegahan umum (3): untuk pencegahan umum penggunaan alat steril yang
tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan kurang
dilakukan di puskesmas. Sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi pada
26
petugas dan pasien yang ditangani sehingga dapat menambah parah sakit yang
diderita pasien.
- Laboratorium (2): Pemeriksaan sederhana beberapa tidak dapat dilakukan di
laboratorium puskesmas sehingga membuat pasien harus bolak balik ke
laboratorium luar dan membuat terhambat dalam pengobatan pasien.
3. Rate of increase
- Rekam medis (2): semakin lama masalah ini tidak diselesaikan maka akan
semakin banyak data pasien yang hilang dan tidak dimasukkan ke rekam
medisnya. Tetapi untuk masalah penataan rekam medis akan tetap seperti itu
karena laju penambahan pasien di puskesmas tidak terlalu besar setiap tahunnya.
- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia ini jika tidak segera ditangani
maka tidak akan bertambah besar masalahnya tetapi jika pasien semakin banyak
maka akan semakin terhambat juga pelayanan yang diberikan.
- Limbah (2): pengelolaan limbah yang sudah cukup baik hanya pelabelan kotak
sampah yang kurang jika dibiarkan akan menyebabkan banyaknya orang yang
salah membuang sampah sehingga akan menyebabkan sampah medis dapat
tercampur dengan sampah biasa dan dapat menyebabkan bahaya dan pencemaran
lingkungan.
- Pencegahan umum (3): untuk pencegahan umum penggunaan alat steril yang
tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan jika dibiarkan
maka risiko banyaknya orang yang menderita infeksi akibat tindakan di rumah
sakit akan semakin banyak.
- Laboratorium (3): Pemeriksaan sederhana di laboratorium puskesmas tidak bisa
dilakukan jika dibiarkan maka semakin besar masalah ini karena semakin lama
maka akan semakin banyak pasien yang berobat ke puskesmas dan membutuhkan
pemeriksaan laboratorium jika tidak bisa maka akan menghambat pengobatan
pasien.
4. Degree of unmet need
- Rekam medis (4): Masyarakat umumnya tidak pernah peduli apa yang dicatat di
rekam medis, kecuali apabila nantinya ada urusan hukum. Tetapi karena lamanya
pelayanan di ruang rekam medis sehingga masyarakat akhirnya menunggu lama,
dan juga seringnya ada data yang hilang sehingga membuat dokter kesusahan
untuk melihat riwayat pasien sehingga kadang pasien sering mendapat
pengobatan yang berbeda dari sebelumnya.
27
- Sumber daya manusia (3): sumber daya manusia yang meningkat akan membuat
pasien lebih cepat dalam pelayanan dan untuk pelayanan IMS ke lapangan lebih
efektif dan lebih banyak yang dapat di skrining.
- Limbah (1): pengelolaan limbah yang sudah cukup baik hanya pelabelan kotak
sampah yang kurang. Masyarakat tidak akan peduli masalah pelabelan kotak
sampah tetapi jika ini berlarut dan menyebabkan pencemaran lingkungan baru
masyarakat akan peduli.
- Pencegahan umum (2): untuk pencegahan umum pada penggunaan alat steril
yang tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan masyarakat
biasanya tidak akan peduli yang penting pelayanan cepat dan baik sehingga
mereka bisa cepat sembuh. Tetapi jika ada terjadinya infeksi post tindakan baru
mereka peduli dan ke puskesmas kembali.
- Laboratorium (3): masyarakat sangat menginginkan jika pemeriksaan
laboratorium sederhana bisa dilakukan di puskesmas sehingga mereka tidak susah
lagi harus keluar untuk memeriksa laboratorium dan kembali lagi ke puskesmas
nanti untuk mendapatkan obat.
5. Social benefit
- Rekam medis (5): jika masalah selesai maka pasien tidak akan menunggu lama
lagi dalam menunggu rekam medis, jika ada tuntutan hukum rekam medis bisa
digunakan, selain itu data pasien akan lengkap sehingga kenaikan dosis atau
penyesuaian obat dan dosis bisa diketahui dan pasien dapat berobat dengan baik.
- Sumber daya manusia (4): sumber daya manusia yang meningkat akan membuat
pasien lebih cepat dalam pelayanan dan untuk pelayanan IMS ke lapangan lebih
efektif dan lebih banyak yang dapat di skrining.
- Limbah (2): jika pengelolaan limbah sudah baik maka risiko terjadinya
pencemaran lingkungan menjadi tidak ada.
- Pencegahan umum (2): jika penggunaan alat steril yang sesuai standar dan
penggunaan sarung tangan pada setiap tindakan bisa dilakukan maka risiko
infeksi akan berkurang dan kesembuhan pasien akan meningkat.
- Laboratorium (5): jika laboratorium menyediakan pemeriksaan sederhana di
puskesmas maka masyarakat tidak akan susah lagi untuk keluar dan pengobatan
atas penyakitnya dapat dilakukan dengan cepat dan kesembuhan akan meningkat.
28
6. Public concern
- Rekam medis (1): jika ada masalah hukum, masyarakat baru peduli kondisi dan
isi rekam medis.
- Sumber daya manusia (1): walaupun sumber daya manusia kurang tetapi
masyarakat tidak peduli akan hal itu karena tidak berdampak langsung kepada
mereka.
- Limbah (1): masyarakat tidak peduli dengan jumlah kotak sampah dan
pelabelannya setahu mereka tidak ada pencemaran di daerah mereka dari rumah
sakit.
- Pencegahan umum (1): masyarakat tidak peduli dengan penggunaan alat steril apa
dan penggunaan sarung tangan pada setiap tindakan, masyarakat hanya ingin
mereka dilayani dengan cepat dan cepat sembuh.
- Laboratorium (4): masyarakat selalu mengeluh mengenai beberapa pemeriksaan
laboratorium yang harus diluar sehingga membuat mereka menjadi susah dan
bolak balik ke puskesmas.
7. Politic climate
- Rekam medis (1): Keadaan rekam medis tidak pernah dibahas dalam politik,
kecuali bila ada tuntutan hukum.
- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia menjadi isu politik karena
penambahan SDM harus melalui pemerintah.
- Limbah (1): persoalan kotak sampah tidak akan dibahas pada isu politik
- Pencegahan umum (1): persoalan sarung tangan dan alat steril juga tidak akan
dibahas di politik.
- Laboratorium (1): masalah laboratorium juga tidak akan dibahas di politik..
8. Technical feasibility
- Rekam medis (4): Kurangnya sumber daya manusia menjadi kendala dalam
perbaikan kondisi kerapihan rekam medis. Tetapi rekam medis ini sudah dibuat
dengan baik hanya isinya yang kurang, cara penyusunan yang kurang baik
sehingga dalam pencarian sering mengalami kendala.
- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia yang kurang cukup sulit untuk
menambahnya karena harus menunggu pemerintah mempunyai sumber daya
manusia yang memadai, kemudian harus diajukan permintaan baru bisa
terpenuhi.
29
- Limbah (5): untuk pengelolaan limbah hanya perlu di gunakan pelabelan terhadap
kotak sampah sehingga memudahkan untuk memilih membuang sampah.
- Pencegahan umum (3): alat steril sebenarnya sudah ada tetapi tidak pernah
digunakan dan tidak ada yang bisa menggunakan alat tersebut sehingga
terbengkalai, dan sarung tangan sudah ada hanya saja dibutuhkan sosialisasi
kepada petugas untuk menggunakan sarung tangan.
- Laboratorium (1): untuk menambah sarana laboratorium cukup susah karena
dibutuhkan pengajuan ke pemerintah dan menunggu dari pemerintah.
9. Resources availability
- Rekam medis (3): untuk ruang dan lemari rekam medis sudah ada, tinggal
dibutuhkan sumber daya, cara pengisian yang baik dan penyusunan yang baik
untuk rekam medis ini.
- Sumber daya manusia (1): sumber daya manusia yang kurang tidak ada di
puskesmas jadi hanya bisa mengajukan permintaan dan menunggu dari
pemerintah.
- Limbah (4): untuk pengelolaan limbah hanya perlu di gunakan pelabelan terhadap
kotak sampah sehingga memudahkan untuk memilih membuang sampah.
Masalah label dan kantong plastik di puskesmas ada.
- Pencegahan umum (3): alat steril sebenarnya sudah ada tetapi tidak pernah
digunakan dan sarung tangan sudah ada.
- Laboratorium (1): untuk menambah sarana laboratorium cukup susah karena
dibutuhkan pengajuan ke pemerintah dan menunggu dari pemerintah.
3.3 Menganalisis masalah
Analisis masalah dilakukan untuk menentukan penyebab dari masalah pengelolaan
rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan, sehingga perlu dibuat kerangka konsep
penyebab masalah. Dengan membuat kerangka konsep, diharapkan faktor-faktor
penyebab masalah tersebut dapat diketahui dan diidentifikasi. Kerangka konsep
penyebab masalah disusun ke dalam diagram tulang ikan dengan masalah sebagai
keluaran suatu sistem yang melibatkan komponen masukan, komponen proses,
komponen lingkungan, dan komponen umpan balik.
30
Diagram 3.3. Kerangka konsep penyebab masalah
31
Penataan tidak baik
Pencatatan tidak lengkapData pada poli sementara tidak di tulis ulang
- Lamanya pelayanan- Data tidak lengkap
Komputer
Map lemari
Kertas RM
Tidak ada petugas
Berdasarkan kerangka konsep dari masalah di atas, ditemukan penyebab masalah
dari tiap komponen. Identifikasi dari tiap-tiap penyebab masalah tersebut dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Tidak ada prosedur operasional standar (SOP)
2. Anggaran minim
3. Tidak ada sumber daya manusia
4. Pencatatan rekam medis yang kurang baik
5. Penataan rekam medis di lemari yang kurang baik
Setelah mendapatkan susunan daftar penyebab masalah, berikutnya adalah memilih
prioritas penyebab masalah. Hal ini berkaitan dengan penetapan alternatif rencana
penyelesaian masalah.
Tabel 3.3. Prioritas penyebab masalah
No Masalah C T R CTR
1 Tidak ada SOP 4 3 3 36
2 Anggaran minim 1 3 1 3
3 Tidak ada sumber daya manusia 3 2 1 6
4 Pencatatan yang kurang baik 1 3 3 9
5 Penataan rekam medis yang kurang baik 2 3 3 18
Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas penyebab masalah meliputi 3
aspek yakni:
1. C : Contribution, yaitu kontribusi dalam terjadinya masalah
2. T : Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis
3. R : Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya
Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5 (paling
berperan). Nilai suatu penyebab masalah diukur dengan cara mengalikan C, T, dan R.
Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada tabel tersebut ialah sebagai berikut:
1. Contribution
- Tidak ada SOP (4): Tidak adanya standar operasional merupakan salah satu
penyebab utama kurang baiknya pengelolaan rekam medis di puskesmas
32
perawatan betungan. Dengan demikian, tidak ada peraturan yang mengelola
mengenai penulisan, penataan, penyimapanan dan penggunaan rekam medis
Tanpa adanya SOP, tidak ada proses di lapangan yang dapat dievaluasi, sekaligus
tidak ada umpan balik secara berkala yang dapat dilakukan.
- Anggaran minim (1): Dana yang tidak dianggarkan secara serius untuk
pengelolaan rekam medis merupakan salah satu penyebab masalah yang perlu
diperhitungkan. Akan tetapi, kontribusinya dapat dikatakan minimal. Peralatan di
ruang rekam medis seperti map, kertas rekam medis, dan tidak memerlukan
anggaran yang besar.
- Tidak ada sumber daya manusia (3): tidak adanya sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor kurangnya pengelolaan rekam medis. Sumber daya
yang kompeten yang sesuai dengan rekam medis diperlukan agar pengelolaan
rekam medis jadi lebih baik. Dan hal ini merupakan salah satu penyebab penting
dari masalah pengelolaan rekam medis.
- Pencatatan rekam medis yang kurang baik (1): kurangnya pencatatan rekam
medis yang baik serta tidak disalin ulangnya data pasien dari buku poli sementara
menyebabkan hilangnya sebagian data pasien sehingga menyebabkan
pengelolaan rekam medis menjadi kurang baik. Tetapi pengaruhnya bisa
disebutkan sangat minimal.
- Penataan rekam medis yang kurang baik (2): Penataan rekam medis di lemari
yang kurang baik menyebabkan pelayanan menjadi terhambat sehingga sering
digunakannya buku poli sementara sehingga data pasien banyak yang hilang dan
pelayanan menjadi terhambat.
2. Technical feasibility
- Tidak ada SOP (3): Teks SOP dapat disusun dengan relatif mudah, hanya
membutuhkan adaptasi dari standar yang telah ada pada atau layanan kesehatan
primer lain. Tetapi untuk penerapannya pada puskesmas perawatan Betungan
harus butuh waktu lebih dan lebih banyak penyuluhan agar mudah dimengerti
oleh petugas rekam medis yang ada sekarang.
- Anggaran minim (3): Minimnya anggaran dana sebenarnya tidak terlalu susah
untuk direalisasikan tetapi tidak adanya anggaran yang mengarah ke rekam medis
dari dana puskesmas. Dan banyak hal yang lebih mendesak dibandingkan dengan
33
dana untuk rekam medis maka membuat pengalokasian dana untuk rekam medis
tidak ada.
- Tidak ada sumber daya manusia (2): tidak adanya sumber daya manusia
puskesmas hanya bisa mengajukan permohonan sumber daya manusia ke
pemerintah.
- Pencatatan rekam medis yang kurang baik (3): kurang baiknya pencatatan rekam
medis dan tidak disalinnya rekam medis poli sementara ke rekam medis
sebenarnya mudah untuk di rubah tetapi karena waktu poli yang terbatas dan
tidak adanya sumber daya khusus untuk rekam medis sehingga sulit untuk
dilakukan.
- Penataan rekam medis yang kurang baik (3): Penataan rekam medis di lemari
yang kurang baik dapat dirubah dengan menambahkan sumber daya manusia
yang khusus dalam rekam medis dan juga dengan menambah pengetahuan
petugas lain dalam penyimpanan rekam medis.
3. Resources availability
- Tidak ada SOP (3): Puskesmas Perawatan Betungan telah mempunyai segala
sumber daya yang diperlukan untuk membuat suatu SOP, hanya memerlukan
contoh dan motivasi untuk membuatnya. Tetapi sumber daya manusia khusus
untuk melakukan pembuatan suatu SOP dan pelaksanaanya belum ada.
- Anggaran minim (1): Minimnya anggaran dana untuk rekam medis sebenarnya
tidak terlalu susah untuk direalisasikan tetapi tidak adanya anggaran yang
mengarah ke rekam medis dari dana puskesmas. Dana puskesmas yang minim
dan banyaknya program puskesmas yang harus dijalankan menyebabkan dana
rekam medis susah untuk direalisasikan.
- Tidak ada sumber daya manusia (1): tidak adanya sumber daya manusia
puskesmas hanya bisa mengajukan permohonan sumber daya manusia ke
pemerintah.
- Pencatatan rekam medis yang kurang baik (3): kurang baiknya pencatatan rekam
medis dan tidak disalinnya rekam medis poli sementara dapat dirubah tetapi
dibutuhkan petugas khusus untuk melaksanakan hal tersebut.
- Penataan rekam medis yang kurang baik (3): Penataan rekam medis di lemari
yang kurang baik dapat dirubah tetapi kurangnya sumber daya manusia menjadi
penghambat dilakukan hal tersebut.
34
Berdasarkan perhitungan di tabel sebelumnya, ditemukan bahwa penyebab masalah
yang harus diprioritaskan terlebih dahulu ialah tiadanya SOP.
3.4. Merencanakan Pemecahan Masalah
Setelah menentukan prioritas penyebab masalah, maka dipikirkan beberapa
alternatif untuk dapat menyelesaikan penyebab masalah tersebut. Beberapa alternatif
penyelesaian masalah yang terpikirkan antara lain mengadaptasi SOP dari Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 269/MENKES/PER/III/2008, memasang poster
pedoman, dan mengadakan penyuluhan.
3.4.1.Mengadaptasi SOP dari Kementerian Kesehatan
Tujuan
Untuk membuat referensi pengelolaan rekam medis yang berlaku dan dapat diterapkan
di Puskesmas Perawatan Betungan.
Manfaat
1.Bagi Puskesmas Perawatan Betungan:
- Menjadi manual/panduan tertulis dalam hal pengelolaan rekam medis.
2.Bagi sumber daya manusia :
- Mendapatkan wawasan mengenai pedoman yang sistematis dan berlaku secara
nasional dalam hal pengelolaan rekam medis dan bisa diterapkan oleh seluruh
sumber daya manusia.
- Meningkatkan pelayanan pasien yang berobat di puskesmas perawatan Betungan
dengan SOP Kemenkes.
Sasaran
Seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan rekam medis
Bentuk kegiatan
Kegiatan adaptasi SOP pengelolaan rekam medis dari Kemenkes diwujudkan dalam
langkah-langkah kerja sebagai berikut
1. Pencarian SOP pengelolaan rekam medis
Pencarian SOP pengelolaan rekam medis dari Kemenkes dilakukan dengan
cari penelusuran literatur baik dari kepustakaan dan internet, kemudian
diunduh dan dipelajari.
2. Adaptasi SOP dari Kemenkes menjadi SOP Puskesmas Perawatan Betungan
35
Ketiadaan SOP pengelolaan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan
menjadi dasar dari seluruh rangkaian langkah adaptasi SOP pengelolaan
rekam medis dari Kemenkes. Adaptasi SOP dari Kemenkes diawali dengan
pembelajaran oleh seluruh anggota kelompok dan menjadikannya sebagai
suatu SOP untuk Puskesmas Perawatan Betungan dalam bentuk poin-poin.
SOP akan dicetak sebagai buku yang terdiri dari beberapa halaman dan
diletakkan pada ruang rekam medis, SOP juga akan disimpan di ruang
administrasi.
3. Pembuatan checklist dari SOP Puskesmas Perawatan Betungan
Checklist dibuat berdasarkan SOP Puskesmas Perawatan Betungan yang
telah dibuat bersama-sama, sebagai panduan untuk melakukan penilaian
proses pengelolaan rekam medis yang dilakukan sebelum pembuatan SOP
dan setelah pembuatan SOP.
4. Penilaian pengelolaan rekam medis
Penilaian pengelolaan rekam medis dilakukan sebelum sosialisasi SOP
pengelolaan rekam medis untuk menilaian ketimpangan antara realitas dan
harapan yang dianggap menjadi masalah yang diangkat dalam program ini.
Penilaian dilakukan berdasarkan checklist yang telah dibuat sebelumnya.
5. Sosialisasi SOP
Sosialisasi SOP dilakukan oleh anggota kelompok kepada seluruh sumber
daya yang terkait dengan proses pengelolaan rekam medis.
6. Penilaian pengelolaan rekam medis setelah sosialisasi SOP
Penilaian pengelolaan rekam medis setelah sosialisasi SOP dilakukan 4 hari
setelah sosialisasi. Periode ini dipilih dengan alasan suatu perubahan alur
kerja dalam pengelolaan rekam medis membutuhkan penyesuaian dari
sumber daya yang terkait.
3.4.2. Mengadakan Penyuluhan
Tujuan
Untuk melakukan edukasi dalam bentuk sosialisasi mengenai pengelolaan rekam
medis.
Manfaat
1.Bagi Puskesmas Perawatan Betungan:
36
- Melakukan edukasi bagi seluruh pekerja mengenai pengelolaan rekam medis
sehingga seluruh sumber daya manusia dapat berperan serta untuk program
pengelolaan rekam medis yang baik.
2.Bagi sumber daya manusia:
- Mendapatkan edukasi mengenai pengelolaan rekam medis sehingga dapat
berpartisipasi dalam pengelolaan rekam medis yang baik.
Sasaran
Seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan rekam medis
Bentuk kegiatan
Penyuluhan ini dilakukan untuk mensosialisasikan mengenai SOP ke seluruh petugas
yang terlibat dalam pengelolaan rekam medis. Penyuluhan dilakukan dalam satu hari
dengan materi penjabaran SOP yang telah di olah dan hendak diterapkan di
puskesmas perawatan Betungan. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil
penyuluhan yang dilakukan selama 2 minggu setelah penyuluhan dilakukan untuk
menilai kemajuan dari pengelolaan rekam medis.
Anggaran dana
Pengeluaran :
Dana pemateri : 1 x 100.000
Konsumsi peserta dan pemateri : 11 x 15.000 = 165.000
Memperbanyak SOP : 10 x 10.000 = 100.000
Dari beberapa alternatif solusi yang telah direncanakan, akan ditetapkan pemecahan
masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Prioritas alternatif
penyelesaian masalah ditentukan dengan memakai teknik kriteria matriks.
Tabel 3.4. Prioritas penyelesaian masalah
No Alternatif penyelesaian masalah M I V CMIVC
1 Mengadaptasi SOP dari Depkes 5 5 5 2 62,5
2 Mengadakan penyuluhan 4 3 4 3 16
Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas penyelesaian masalah meliputi 3
aspek yakni:
1. M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang dapat diselesaikan
2. I : Importancy, yaitu pentingnya solusi terkait
37
3. V : Vulnerability, yaitu kecepatan solusi terkait dalam mengatasi masalah
4. C : Cost, yaitu besarnya biaya yang harus dikeluarkan
Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5 (paling
berperan). Nilai suatu penyelesaian masalah diukur dengan cara mengalikan M, I, dan V
kemudian. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada tabel tersebut ialah sebagai
berikut:
1. Magnitude
- Mengadopsi SOP dari Depkes (5): Dengan menyusun SOP, terdapat peraturan
yang mengikat seluruh petugas kesehatan untuk memperbaiki pengelolaan rekam
medis di sana.
- Mengadakan penyuluhan (4): dengan mengadakan penyuluhan dapat
menyelesaikan masalah tetapi jika tidak ada acuan maka masalah bisa kembali
terjadi.
2. Importancy
- Mengadopsi SOP dari Depkes (5): Dari tabel penentuan penyebab masalah,
diketahui bahwa tiadanya SOP merupakan penyebab utama buruknya
pengelolaan rekam medis di Puskesmas Perawatan betungan. Mengadopsi SOP
adalah penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan.
- Mengadakan penyuluhan (3): dengan mengadakan penyuluhan menjadi penting
walaupun acuannya harus sudah ada sehingga menjadi dasar perubahannya.
3. Vulnerability
- Mengadopsi SOP dari Depkes (5): jika dasar dari masalah sudah diselesaikan
maka akan cepat menyelesaikan masalah yang terjadi.
- Mengadakan penyuluhan (4): bisa cepat menyelesaikan tetapi jika acuan tidak ada
maka masalah akan timbul kembali.
4. Cost
- Mengadopsi SOP dari Depkes (2): dana yang dibutuhkan tidak terlalu besar tetapi
perlu dianggarkan untuk pembuatan SOP ini.
- Mengadakan penyuluhan (3): dana cukup besar untuk melakukan penyuluhan.
Dengan menggunakan teknik kriteria matriks, didapatkan bahwa alternatif terbaik
untuk masalah rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan adalah mengadopsi SOP
dari Kemenkes RI.
38
DAFTAR PUSTAKA
2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit (Rekam Medis/Medical
Record), 2009.
3. Sjamsuhidayat, 2006. Manual Rekam Medis, cetakan I. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta
4. Mufattikhatus S. Kelengkapan Pengisian dan Ketepatan waktu Pengembalian Rekam Medis Ke
Sub Bidang Rekam Medis dan Determinan Dominannya Penelitian RSU Dr.Soetomo, 2007
5. Gafur, Kemala M, A. 2003. Pentingnya Peningkatan Profesionalisme Rekam Medis
dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, Kumpulan Makalah Seminar
Nasional dalam Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI, Jakarta.
6. Kementerian Kesehatan. 2008. Permenkes No. 269/ MenKes/ Per/ XII/ 2008 tentang Rekam
Medis. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
7. Huffman, Edna K. 1994. Health Information Manajemen 10 edition. (USA : Berwyn
Illnois, Physician Record Company)
8. Krummen, M.S. (2010). The Impact of the Electronic Medical Record on Patient Safety
and care. . Kentukcy : College of Health Professions Highland Heights.
39