QA fix

60
LAPORAN STUDI PENJAMINAN MUTU KINERJA PENGELOLAAN REKAM MEDIS DITINJAU DARI ASPEK ALUR DAN PROSEDUR PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI PUSKESMAS PERAWATAN BETUNGAN KOTA BENGKULU Disusun oleh: Angga Ario Mutari, S.ked Bayu Pratama, S.ked Sigit Nurawalin, S.ked Yessi Apriance, S.Ked Pembimbing dr. Fitri Desimilani dr Eko Rahmi N dr Erlina Panca Putri KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU

description

lklklklklk

Transcript of QA fix

Page 1: QA fix

LAPORAN STUDI PENJAMINAN MUTU

KINERJA PENGELOLAAN REKAM MEDIS DITINJAU DARI ASPEK ALUR DAN

PROSEDUR PENYIMPANAN REKAM MEDIS DI PUSKESMAS PERAWATAN

BETUNGAN KOTA BENGKULU

Disusun oleh:

Angga Ario Mutari, S.ked

Bayu Pratama, S.ked

Sigit Nurawalin, S.ked

Yessi Apriance, S.Ked

Pembimbing

dr. Fitri Desimilani

dr Eko Rahmi N

dr Erlina Panca Putri

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

Page 2: QA fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya, sebanyak apapun

harta yang dimiliki oleh seseorang tidak ada artinya apabila orang tersebut tidak

mempunyai tubuh yang sehat, dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, berolah

raga dan istirahat yang teratur dapat meningkatkan sistem imun dan terhindar dari

penyakit, apabila badan terasa sakit kita dapat memeriksakan diri di sarana-sarana

pelayanan kesehatan salah satunya adalah Puskesmas. Puskesmas adalah organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok (Depkes RI 1991). Oleh karena itu puskesmas mempunyai wewenang

dan tanggung jawab terhadap wilayah kerjanya.

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan

infrastruktur serta lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

kerja puskesmas. Dalam wilayah kerjanya tidak hanya berfungsi sebagai pemberi

pelayanan kesehatan namun sebagai penggerak Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

(PKM) guna meningkatkan kemampuan hidup sehat dan memberikan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Untuk meningkatkan

mutu pelayanan di puskesmas salah satunya sangat diperlukan kinerja Rekam Medis

yang baik. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien

pada sarana pelayanan kesehatan (Permenkes 749a tahun 1989) sehingga

menghasilkan informasi yang lengkap dan akurat untuk menunjang peningkatan

kualitas dari pelayanan Puskesmas.

Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar

kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem

penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan

pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi

penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan

1

Page 3: QA fix

untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan

lainnya.

Di Puskesmas Betungan sendiri pengelolaan rekam medis sudah berjalan sejak

awal puskesmas berdiri. Rekam medis pada dasarnya berperan penting dalam

menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan

pelayanang kesehatan. Tanpa dukungan suatu sistem pengelolaan berkas rekam medis

yang baik dan benar, administrasi puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya

tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan, sedangkan tertib administrasi

merupakan salah satu faktor yang menentukan penjaminan mutu dalam upaya

pelayanan kesehatan. Mengingat pentingnya pengelolaan rekam medik guna

menunjang penjaminan mutu pelayanan kesehatan, maka kami tertarik untuk

mengangkat masalah mengenai kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek

alur dan prosedur penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan Kota

Bengkulu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam evaluasi ini adalah bagaimana penjaminan mutu pelayanan kesehatan

yang dinilai dari kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur

penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan Kota Bengkulu.

1.3. Tujuan Evaluasi Penjaminan Mutu

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur

penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan Kota Bengkulu.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui permasalahan dan prioritas masalah terkait kinerja pengelolaan rekam

medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur penyimpanan rekam medis di

Puskesmas Perawatan Betungan

b) Mengetahui alternatif penyelesaian masalah dan prioritas alternatif penyelesaian

masalah kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur

penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan

2

Page 4: QA fix

c) Mengetahui hasil dari penerapan alternatif penyelesaian masalah yang pilih terkait

mengenai kinerja pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan prosedur

penyimpanan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Penulis

a. Mengetahui pengelolaan rekam medis serta alur dan prosedur penyimpanan di

Puskesmas yang sesuai dengan standar yang ada.

b. Dapat menerapkan dan membandingkan ilmu teori dan ilmu yang diperoleh dari

praktik lapangan mengenai pengelolaan rekam medis ditinjau dari aspek alur dan

prosedur penyimpanan rekam medis di Puskesmas

c. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam melaksanakan fungsi

penyelengaraan alur dan prosedur rekam medis di Puskesmas dalam upaya

penjaminan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat

1.4.2 Bagi Puskesmas Perawatan Betungan

Sebagai masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan mutu serta pengembangan

sistem pengelolaan, alur dan prosedur penyimpanan rekam medis di Puskesmas

Perawatan Betungan.

1.4.3 Bagi Institusi Akademik

Menambah referensi di bagian perpustakaan dan sebagai acuan untuk meningkatkan

dalam memberikan materi agar dapat memberikan wawasan yang lebih baik untuk

menghasilkan lulusan yang profesional, bermutu, handal dan disiplin dalam bidangnya.

3

Page 5: QA fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Rekam Medis

2.1.1 Sejarah Rekam Medis

Rekam medis sudah dikenal sejak zaman paleolithicum yaitu pada tahun ±

25.000 sebelum masehi (SM) yang berupa pahatan di dinding gua batu di spayol

kemudian pada zaman mesir kuno (egyptian period) seorang ahli pengobatan yang

bernama dewa Thoth kira-kira pada tahun ± 3.000 sebelum masehi (SM) mengarang

36-42 buku, 6 buku diantaranya masalah kedokteran (tubuh manusia, penyakit, alat-

alat pengobatan dan kebidanan). Imhotep adalah dokter yang pertama yang

menjalankan rekam medis dan mendapat kehormatan sebagi medical demiggod hidup

dizaman piramid antara 3000-2500 SM dan membuat papyrus yaitu dokumen ilmu

kedokteran kuno yang berisi 43 kasus pembedahan.1,2

Hippocrates yang lahir pada tahun 450 SM dikenal sebagai “Bapak Ilmu

Kedokteran “memerintahkan kepada murid-muridnya Thesalu, Dracon dan Dexippus

untuk mencatat dan memelihara semua penemuannya tentang penyakit pasien-

pasiennya secara rinci. Francis adams pada tahun 1849 menerjemahkan catatan yang

ditulis oleh Hippocrates, salah satunya adalah riwayat dan perjalanan penyakit istri

Philinus setelah melahirkan sampai meninggal. Di Roma, 600 tahun sesudah

Hippocrates, seorang dokter bernama Galen mencatat riwayat dan perjalanan penyakit

pasien yang ditulis dalam bahasa latin. Selanjutnya oleh Ibnu Sina (980-1037),

mengembangkan ilmu kedokteran tersebut berdasarkan catatan- catatan jaman

Hippocrates.2

Rumah sakit St Bartholomew London, Inggris, merupakan rumah sakit

pertama yang menyimpan rekam medis sejak dibuka pada tahun 1137. pada saat Raja

Henry ke 8 (1509-1547) berkuasa, rumah sakit tersebut membuat peraturan tentang

menjaga kerahasiaan dan kelengkapan isi rekam medis. Pada jaman ini

perkembangaan ilmu kedokteran semakin pesat seiring dengan itu diikuti pula

pencatatan kedalam rekam medis yang digunakan untuk pengelolaan pasien dan

perkembangan ilmu. Inilah rumah sakit pertama yang mempunyai perpustakaan

kedokteran yang kini catatan medis tersebut dapat disamakan dengan rekam medis.

Selanjutnya dengan mulai dikenalnya ilmu statistic pada abad 17-18 peranan data

rekam medis menjadi sangat penting untuk meghitung angka kesakitan dan kematian

4

Page 6: QA fix

di rumah sakit tertentu atau pada wilayah tertentu. Di Amerika, Rumah Sakit

Penzylvania yang didirikan pada tahun 1752 menyimpan indeks pasien yang disimpan

sampai sekarang. Sedangkan Rumah Sakit Massachusete, Boston, oleh pustakawan

Grace Whiiting Meyers (1859-1957) mulai membuat catalog catatan-catatan rekam

medis pasien dan menggunakan Terminology Medis (istilah-istilah kedokteran).2

Di Indonesia penerapan Komputerisasi rekam medis sebenarnya bukan sesuatu

yang baru. Pada tahun 1994, MMR UGM pernah mengadakan seminar bertajuk

“Menuju komputerisasi rekam medis”. Saat ini, di klinik yang khusus melayani para

pegawai dan mahasiswa di UGM (GMC= Gadjah Mada Medical Centre) dokternya

tidak lagi menggunakan status rekam medis kertas. Mouse dan keyboard sudah

menggantikan pena untuk mencatat gejala, hasil observasi, diagnosis sampai dengan

pengobatan. Namun, hingga kini hanya klinik tersebut satu-satunya fasilitas kesehatan

yang menggunakan rekam medis elektronik (RME) di Jogja. Meski hanya untuk

melayani pasien rawat jalan, itu sudah lumayan.1

Sejarah awal istilah yang digunakan untuk menyebut catatan data–data pasien

yang berkaitan dengan perawatan kesehatan adalah istilah patient record, kemudian

lebih umum digunakan istilah medical record. Di Indonesia sebelum Permenkes No.

749a Tahun 1989 digunakan istilah catatan medis .setelah adanya Permenkes tersebut

maka istilah atau sebutan secara seragam menggunakan istilah Rekam Medis,

sedangkan di negara Eropa Istilah yang banyak digunakan adalah Medical record.1

2.1.2 Pengertian, Bentuk, dan Isi Rekaman Medik

2.1.2.1 Pengertian Rekaman Medik

Rekam medis adalah sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran

aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik atau kesehatan

kepada seorang pasien.2 Sedangkan menurut Huffman EK, 1994 rekam medis adalah

rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana pelayanan yang

diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai

pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk

menemukenali (mengidentifikasi) pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan

serta merekam hasilnya.6

Dalam Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien,

5

Page 7: QA fix

hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien.5

Kegiatan Rekam Medis Berdasarkan Departement Kesehatan RI , yaitu1 :

a) Penerimaan pasien

b) Pencatatan

c) Pengelolaan data medis

d) Penyimpanan rekam medis

e) Pengambilan kembali (retrival)

Gambar 1. Alur Rekam Medik

Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan

kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting dalam pelayanan bagi pasien

karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam menentukan

keputusan, baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau

perawat diwajibkan membuat rekam medis sesuai peraturan yang berlaku.4

2.1.2.2 Bentuk Rekam Medis

Pelayanan rekam medis memiliki berbagai bentuk. Bentuk pelayanan rekam

medis ini dapat dilihat dari level terendah sampai pada level yang lebih tinggi dan

canggih. Menurut DEPKES RI (2009), bentuk pelayanan rekam medis meliputi 1:

6

Page 8: QA fix

a. Pelayanan rekam medis berbasis kertas

Rekam medis manual (paper based documents) adalah rekam medis yang berisi

lembar administrasi dan medis yang diolah ditata/ assembling dan disimpan secara

manual.

b. Pelayanan rekam medis manual dan registrasi kompterisasi

Rekam medis berbasis komputerisasi, namun masih terbatas hanya pada

pendaftaran (admission), data pasien masuk (transfer), dan pasien keluar termasuk

meninggal (discharge). Pengolahan masih terbatas pada system registrasi secara

komputerisasi. Sedangkan lembar administrasi dan medis masih diolah secara

manual.

c. Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan terbatas

Pelayanan rekam medis yang diolah menjadi informasi dan pengelolaannya secara

komputerisasi yang berjalan pada satu sistem secara otomatis di unit kerja

manajemen informasi kesehatan.

d. Pelayanan Sistem Informasi Terpadu

Computerized Patient Record (CPR), yang disusun dengan mengambil dokumen

langsung dari sistem image dan struktur system dokumen yang telah berubah.

e. Pelayanan MIK dengan Rekam Kesehatan Elektronik (WAN)

System pendokumentasian telah berubah dari Electronic Medical Record (EMR)

menjadi Electronic Patient Record sampai dengan tingkat yang paling akhir dari

pengembangan Health Information System, yakni Electronic Health Record (EHR)

– Rekam Kesehatan Elektronik.

2.1.2.3 Isi dari rekaman medik

Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan di atas dapat dikatakan

rekam medis bila3,5 ;

a)  Berisi keterangan dan catatan serta rekaman tentang pasien secara lengkap

meliputi identitas pribadi, sosial dan semua keterangan lainnya yang menjelaskan

tentang pasien tersebut.

b)  Isi keterangan dan catatan tersebut meliputi :

Identitas siapa yang melayani dan siapa yang dilayani

Pelayanan apa saja yang dilakukan atau diberikan kepada pasien

Alasan mengapa pelayanan tersebut diberikan atau serng disebut dengan

indikasi medis

7

Page 9: QA fix

Bilamana pelayanan tersebut diberikan yang menunjukan waktu (tanggal, jam

dan menit)

Bagaimana proses pelayanan tersebut diberikan kepada pasien

c) Memuat informasi yang cukup untuk menemukan kembali (mengidentifikasi)

pasien, berarti informasi yang terkandung dalam rekam medis harus dapat

ditemukan kembali ketika pasien tersebut datang untuk berobat pada kunjungan-

kunjungan berikutnya.

d) Membenarkan diagnosa dan pengobatan, berarti data dan informasi dalm rekam

medis dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil pelayanan klinis guna

memperoleh kebenaran ilmiah dan hukum

e) Merekam hasilnya, berarti rekam medis harus dapat didokumentasikan sedemikian

rupa sehingga hasil rekamannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan

pelayanan dan pengelolaan pasien.

Data-data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk

pasien yang diperiksa di unit rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Setiap

pelayanan apakah itu di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat membuat

rekam medis dengan data-data sebagai berikut 5:

1. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-

kurangnya antara lain:

Identitas Pasien

Tanggal dan waktu.

Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.

Diagnosis

Rencana penatalaksanaan

Pengobatan dan atau tindakan

Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan

Persetujuan tindakan bila perlu.

8

Page 10: QA fix

2. Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record sekurang-

kurangnya antara lain:

Identitas Pasien

Tanggal dan waktu.

Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

Diagnosis

Rencana penatalaksanaan / TP (treatment planning)

Pengobatan dan atau tindakan

Persetujuan tindakan bila perlu

Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan

Ringkasan pulang (discharge summary)

Nama dan tanda tangan dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan.

Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu dan

Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

3. Rekam Medis Pasien Gawat Darurat

Data untuk pasien gawat darurat yang harus dimasukkan dalam medical record

sekurang-kurangnya antara lain:

Identitas Pasien

Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan

Identitas pengantar pasien

Tanggal dan waktu.

Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.

Diagnosis

Pengobatan dan/atau tindakan

Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat

dan rencana tindak lanjut.

Nama dan tanda tangan dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan.

9

Page 11: QA fix

Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke

sarana pelayanan kesehatan lain dan

Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Khusus isi rekam medis pasien akibat bencana maka ditambahkan

o Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan;

o Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan

o Identitas orang yang menemukan pasien;

Ringkasan Pulang (discharge summary) atau resume medis. Harus dibuat oleh

dokter atau perawat yang melakukan perawatan pasien. Isi ringkasan pulang

sekurang-kurangnya memuat 3,5 :

1. Identitas pasien;

2. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;

3. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan

dan tindak lanjut; dan

4. Nama dan tanda tangan dokter atau perawat yang memberikan pelayanan

kesehatan.

Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian

hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien.Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama,

waktu dan tanda tangan dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.Bila terjadi kesalahan dalam

melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan dengan

cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf

dokter, perawat atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan. Dokter,

perawat atau tenaga kesehatan bertanggungjawab atas pencatatan atau

pendokumentasian pada rekam medis.3,5

2.1.3 Fungsi dan Peran Rekam Medik di Sarana Pelayanan Kesehatan

2.1.3.1 Fungsi rekam medik

10

Page 12: QA fix

Rekam medis berisi rekaman riwayat penyakit pasien beserta tindakan apa

yang telah dilakukan. Salah satu fungsinya adalah dokter bisa tahu perkembangan

penyakit pasien lewat rekaman medis tersebut. "Jadi kalau si pasien datang lagi,

dokter tinggal membaca catatan itu tanpa banyak bertanya lagi."

Selain itu ada beberapa fungsi yang lebih penting dari rekaman medik, yaitu :

1. Dokumentasi

Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang

berkaitan dengan kesehatan pasien.

2. Alat bukti

Untuk kasus malapraktik, rekam medis bisa menjadi alat bukti di pengadilan. Dari

rekaman medis itu akan terbuka, tindakan salah apa yang telah dilakukan dokter

atau perawat bersangkutan. Dokter tidak boleh menghapus tulisan apapun pada

rekaman medis. "Kalau ada kesalahan tulisan, dokter tidak boleh menghapus, tapi

hanya boleh mencoret sekali sehingga tulisan semula masih bisa dibaca, serta

diparaf," jelas dokter yang hobi memasak ini.

3. Identifikasi Jenazah

Fungsi yang tidak kalah penting dari rekam medis adalah untuk identifikasi jenazah

yang sulit dikenali. Dalam suatu kecelakaan hebat misalnya, rekam medis sangat

membantu dalam mengenali jenazah.

4. Acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan

Dapat digunakan sebagai acuan dokter dan tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan baik dalam menentukan diagnosis, memberikan pengobatan,

tindakan medis dan pelayanan selanjutnya bagi pasien. Rekam medis yang baik,

benar, lengkap dan jelas dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien.

5. Bahan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan

Rekam medis dapat menjadi informasi tentang perkembangan penyakit,

pengobatan, tindakan medis terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan

dalam pengajaran dan penelitian. Dengan rekam medis juga dapat ditentukan angka

statistik kasus penyakit, angka kematian, angka kelahiran dan hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan.

6. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan

Rekam medis juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah biaya yang harus

dibayar oleh pasien dalam pelayanan kesehatan.1,4,5

11

Page 13: QA fix

2.1.3.2 Peran rekam medik

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke

berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis)

merupakan bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi

informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara

elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan,

sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan

pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang

padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan

bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan

maupun teknologi informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2%

untuk teknologi informasi.4,5

Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi

merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi

(sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi)

saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Selain memiliki potensi

dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu menyimpannya

dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual. Konvergensi

dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan di-share secara

mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan

yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan

pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar

serta berbagai aplikasi inovatif terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif

apabila manajemen informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian

istimewa.4,5

2.2 Profil Puskesmas

2.2.1 Keadaan Umum

Puskesmas perawatan Betungan beada di wilayah kecamatan Selebar Kota

Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sukarami

- Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Babatan kabupaten Bengkulu Selatan

- Sebelah timur dengan Desa Air Sebakul

12

Page 14: QA fix

- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kandang

- Luas wilayah kerja Puskesmas perawatana Betungan 19,21 km2 yang meliputi dua

kelurahan yaitu kelurahan Betungan dan kelurahan Pekan Sabtu. Sebagian besar

wilayah kerja Puskesmas perawatan Betungan adalah dataran tinggi.

2.2.2 Kependudukan

Penduduk dalam wilayah Puskesmas Perawatan Betungan pada tahun 2014

berjumlah 4666 jiwa terdiri dari kelurahan Betungan berjumlah 3128 jiwa dan

kelurahan Pekan Sabtu berjumlah 1538 jiwa.

2.2.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi Dan Budaya

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Betungan sebagian besar adalah

suku Lembak dan suku Serawai ditambah pendatang Jawa, Batak, dan Padang. Mata

pencarian sebagian besar penduduk adalah petani dan usaha batu bata, dengan tingkat

pendidikan dari buta huruf hingga ke perguruan tinggi.

2.2.4 Lingkungan Fisik

Jumlah rumah tinggal penduduk 2977 rumah yang terdiri dari rumah permanen

dan semi permanen.

2.2.5 Sumber Daya Manusia Dan Struktur Organisasi

Puskesmas perawatan betungan memiliki jumlah pegawai empat puluh delapan

orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan terdiri dari empat puluh

orang PNS dan delapan orang honorer. Puskesmas betungan terdiri dari tiga purkesmas

pembantu yaitu puskesmas pembantu Pekan Sabtu, Betungan dan Betungan asri untuk

struktur organisasi puskesmas adalah sebagai berikut:

Kepala puskesmas : dr Fitri Desimilani

Kasubag Tata Usaha : Syuhadatul Islamy

Bagian Umum : Yuni Hartati Skm

Yeyen Fitri Nengsi S.Kep

Reviyani Sulastri S.kep

Bagian Kepegawaian : Fera Kristiani S.kep

13

Page 15: QA fix

Bagian Keuangan : Fera Kristiani S.kep

Yeyen Fitri Nengsi S.Kep

Bendahara Barang : Purnama Br.P Amd.kep

2.2.6 Denah Ruangan Puskesmas Perawatan Betungan

14

GUDANG

WC

RUANG IMS & VCT

PANTRY

GIZI & KESLING

RUANG PENDAFTARA

POLI UMUMPOLI ANAK

RUANG TATA USAHA

LABORATORIUM

RUANG RAWAT INAP

R.PERTEMUAN

PERTEMUA

VK POLI IBU RUANG KA.PKM

IGD

APOTEK

POLI GIGI

Page 16: QA fix

2.2.7 Alur Pelayanan Pkm Perawatan Betungan

2.3 Rekam Medis Puskesmas Perawatan Betungan

2.3.1 Sistem Penamaan

Sistem penamaan yang digunakan di UPT Puskesmas Betungan menggunakan

sistem penamaan majemuk yaitu menggunakan nama Kepala Keluarga (KK) untuk

mewakili seluruh anggota keluarga sehingga dapat memudahkan pada bagian

pendaftaran untuk memberikan pelayanan pada pasien. Dalam penulisan nama ditulis

secara langsung apa adanya, sesuai dengan nama ditulis bersama dengan gelar keluarga,

dalam gelar tersebut dituliskan di depan nama pasien.

Contoh : Bapak Mardianto ditulis Bp. Mardianto

                        Nyonya Mujiyem ditulis Ny. Mujiyem

15

Page 17: QA fix

                        Nona Ardila Maharani ditulis Nn. Ardila Maharani

                        Anak Rivaldi ditulis An. Rivaldi

2.3.2 Sistem Penomoran

Sistem penomoran yang digunakan di UPT Puskesmas Betungan adalah sistem

penomoran dengan cara unit (unit numbering system) tapi lebih mengacu pada Family

House Numbering (FHN) dimana pasien atau masyarakat yang tinggal dalam satu

keluarga atau satu rumah diberi satu nomor rekam medis yang dapat digunakan untuk

mereka yang tinggal di dalamnya dan nomor tersebut dapat digunakan selamanya untuk

kunjungan berikutnya. Pada sistem penomoran ini menggunakan angka ada yang satu

angka, ada yang dua angka, ada yang tiga dan empat angka. Karena jumlah pasien

pada Puskesmas Betungan empat ribu pasien.

2.3.3 Sistem Penjajaran

Sistem penjajaran di UPT Puskesmas Betungan menggunakan sistem nomor

langsung (straight numerical filling system) dimana cara ini merupakan cara penjajaran

secara berturut-turut sesuai urutan nomornya, sehingga pada saat ditempatkan ke dalam

rak sering teracak dan sulit dicari nomor pada rekam medik.

2.3.4 Sistem Penyimpanan

Di UPT Puskesmas Betungan menggunakan sistem penyimpanan

“Disentralisasi” karena merupakan Puskesmas rawat inap, sehingga DRM rawat inap

dan rawat jalan dipisah tidak dijadikan satu folder, tetapi lokasi penyimpananya masih

dalam satu tempat yaitu di ruangan pendaftaran. RM rawat inap yang tidak terdapat

nomor MR dan tidak dibedakan berdasarkan warna map, apakah RM rawat inap apakah

rawat jalan.

16

Page 18: QA fix

2.3.5 Pencatatan dan Pelaporan

Semua kegiatan yang dilakukan di UPT Puskesmas Betungan dicatat dan

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota (DKK). Laporan kegiatan yang dilakukan

merupakan gambaran dari hasil kegiatan yang dilakukan oleh UPT Puskesmas

Betungan digunakan sebagai sarana untuk menilai potensi dari keberhasilan kegiatan

dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal. Alur pelaporan UPT

Puskesmas Betungan adalah sebagai berikut :

a. Laporan dari puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan posyandu disampaikan

ke puskesmas induk untuk dikelola pencatatan dan pelaporanya.

b. Koordinator pengeola pencatatan dan pelaporan menyusun sekaligus melengkapi

data dari register kemudian diberikan ke SIK untuk di input datanya. Setelah itu

laporan di print out  kemudian di cross cek / validasi data pengguna koordinasi lalu

di ACC pengelola program dan dikembalikan ke SIK atau SIMKESDA.

c. Dari SIK diberikan ke Kepala Puskesmas untuk di ACC setelah di ACC laporan di

kirim ke DKK melalui jaringan online. Karena UPT Puskesmas Gajahan jaringan

onlinenya masih dalam perbaikan maka laporanya disimpan dan di copy ke flash

disk untuk kemudian diantar ke DKK.

Jenis pelaporan diantaranya :

a. Laporan Bulanan

Data Kesakitan

Laporan KIA, Imunisasi dan KB

Laporan Gizi

Laporan Kegiatan Puskesmas

Data Kematian

Penyakit Menular

17

Page 19: QA fix

Penyakit Tidak Menular

Kesehatan Lingkungan

b. Laporan Tri bulan

Laporan PKM dan PSM

c.      Laporan Tahunan

Data Dasar Puskesmas

Data Kepegawaian

Data Inventaris Puskesmas

2.3.6 Sistem Retensi dan Pemusnahan Dokumen Rekam Medis

UPT Puskesmas Betungan sudah pernah melakukan pemusnahan dokumen rekam

medis. Sebelum dimusnahkan terlebih dahulu dokumen rekam medis di pisahkan antara

dokumen aktif dan in aktif. Setelah selesai di pisahkan dokumen yang in aktif

kemudian di musnahkan dengan cara dibakar.

2.3.7 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

SIMPUS adalah Sistem Informasi Manajemen Puskesmas yang ada di Puskesmas

atau sistem pengolahan data dan pelaporan yang menghasilkan informasi yang akurat,

tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan untuk menilai potensi dari keberhasilan

kegiatan pelayanan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal.

2.3.8 Alur dan Prosedur Rekam Medis UPT Puskesmas Betungan

Pencatatan data pasien dimulai dari loket pendaftaran melakukan pencatatan

secara manual. Kemudian petugas menanyakan siapa yang berobat, menanyakan nama

mencatat keluhan utama, kemudian petugas mencari rekam medic dan mencatat

18

Page 20: QA fix

tanggal, keluhan, utama, dan mencatat tanggal, nama, umur diresep kemudian baru

diberikan kepadaa pasien.

a. Prosedur Pasien Rawat Inap

Pasien datang dan di daftar di loket pendaftaran, kemudian di buatkan dokumen

rekam medis rawat inap setelah itu pasien masuk ruang IGD untuk diperiksa atau

sebaliknya pasien dating ke IGD dan dilakukan pencatatan data RM. Setelah di

periksa pasien  langsung di bawa ke bangsal rawat inap jika keadaan pasien

memungkinkan untuk dirawat di Puskesmas, jika keadaan pasien terlalu parah dan

tidak memungkinkan untuk dirawat di Puskesmas maka pasien akan langsung di

rujuk ke rumah sakit.

b. Prosedur di tempat pendaftaran

Prosedur di tempat pendaftaran, formulir-formulir yang diperlukan untuk

pelayanan kesehatan seperti kartu BPJS, dan terkadang pasien mengingat nomor

urutan rekam medik.

Untuk pasien baru, dokumen rekam medis baru dan menanyakan identitas pasien

serta poliklinik mana yang akan dituju dan mencatat resep sesuai dengan jenis

kartu jaminan kesehatan, petugas mengarahkan kepada pasien poliklinik yang

dituju untuk menunggu panggilan dokter atau perawat.

Untuk pasien lama, petugas meminta nama kepala keluarga dan nomor rekam

medik serta RT atau RW. Dan kemudian petugas mencarinya di rak data RM.

Jika tidak ditemukan juga setlah dilakukan pencarian maka petugas akan

memberikan buku poli sementara kepada pasien. Dan pasien kemudian mengantar

ke poli mana tempat pasien ingin berobat.

Dalam pengembalian dokumen rekam medis petugas menyimpan kembali

dokumen ke dalam rak penyimpanan sesuai dengan nomor rekam medis pasien.

19

Page 21: QA fix

c.     Alur dan Prosedur di IGD

Pasien datang langsung dicatat dibuku IGD tanpa ada buku rekam medic, pasien

dilakukan tindakan setelah dilakukan tindakan dan obat-obatan diresepkan, dan

perawat mengambil obat yang telah diresepkan tadi kemudian obat diberikan

dengan pasien dan pasien kemudian pulang.

d.    Alur dan Prosedur di poliklinik

Petugas memanggil pasien dan mengecek nama dan alamatnya serta

menanyakan keluhannya.

Petugas melakukan pemeriksaan dan pengobatan serta memberikan rujukan

jika diperlukan.

Petugas mencatat keluhan , menensi tekanan darah jika di poli umum, dan

melakukan penimbangan berat badan pada poli anak. Dan melakukan

diagnosis di formulir dokumen rekam medis dan obat yang diberikan kepada

pasien di resep. Setelah itu petugas melakukan pencatatan di buku register.

Dokumen rekam medis dikembalikan ke loket untuk disimpan kembali.

5.     Alur dan Prosedur di Apotek

a. Pasien menyerahkan resep melalui loket apotek untuk mendapatkan obat

b. Petugas mencatat obat di buku catatan harian obat dan pengeluaran obat dicatat

di buku register obat.

c. Petugas menyiapkan obat sesuai resep untuk kemudian diberikan kepada pasien

disertai penjelasan aturan minumnya.

d. Petugas menyusun resep yang di berikan kepada apotik.

20

Page 22: QA fix

BAB III

PROBLEM SOLVING CYCLE

3.1. Menentukan Masalah

Masalah dapat diartikan sebagai selisih antara ekspektasi dengan kenyataan.

Dilihat dari sudut pandang sistem, masalah berarti kesenjangan antara tolok ukur dengan

hasil pencapaian. Untuk mengetahui masalah yang ada di Puskesmas Perawatan

Betungan, pelaksana kegiatan di sana ditanyakan mengenai apakah ada kesenjangan

antara standar baku operasional dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Namun,

pelaksana kegiatan tidak merasakan adanya masalah, sehingga dilakukan observasi

terhadap keseluruhan proses kegiatan yang ada di layanan kesehatan.

Berdasarkan observasi seluruh proses kegiatan di Puskesmas Perawatan Betungan,

ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut.

Tabel 3.1. Penetapan masalah

No Divisi Kegiatan Masalah Keterangan

1 Administrasi dan Rekam medis

Menyediakan formulir pendaftaran

(–)

Rekam medis (+) Rekam medis terlalu sulit untuk dicari

Surat Rujukan dan Surat Keterangan sakit

(–)

Pembayaran (–)

SDM (+) tidak ada petugas khusus yang mengurus rekam medis

2 Poli umum, Poli Anak dan poli KIA Ibu

Anamnesis (–)

Pemeriksaan fisik (–)

Resep (–)

Edukasi (–)

Penulisan rekam medis (+) Tidak lengkap

Input data (–) -

Pembuangan limbah (+) - Kotak sampah belum dilabel

21

Page 23: QA fix

SDM (–) -

3 Ruang tindakan

Dan IGD

Informed consent (–)

Sterilisasi alat (+) Alat steril tidak sesuai standar

Tindakan (–)

Pembuangan limbah (+) - Kotak sampah belum dilabel

SDM (–) -

4 Laboratorium Informed consent (–)

Mengambil sampel darah (+) Tidak menggunakan sarung tangan

Pemeriksaan laboratorium (+) Tidak ada pemeriksaan Hb sederhana, pemeriksaan apus darah malaria, pemeriksaan laboratorium IMS

Pembuangan limbah (+) Kotak sampah belum dilabel

Pelaporan hasil (–)

Input data (–)

SDM (–)

6 Farmasi Mencari obat di lemari (–)

Menyerahkan obat ke pasien (–)

Input data (–)

SDM (–)

7 Poli IMS Anamnesis (–)

Pemeriksaan fisik (–)

Resep (–)

Edukasi (–)

Penulisan rekam medis (–)

Input data (–)

Pembuangan limbah (–)

SDM (+) Kurangnya tenaga untuk turun ke

22

Page 24: QA fix

lapangan

8 Gizi dan Imunisasi

Anamnesis (–)

Penyimpanan Vaksin (–)

Edukasi (–)

Penulisan Buku Imunisasi (–)

Input data (–)

Pembuangan limbah (–)

SDM (–)

9 Poli Gigi Anamnesis (–)

Pemeriksaan fisik (–)

Resep (–)

Edukasi (–)

Penulisan rekam medis (–)

Input data (–)

Pembuangan limbah (–)

SDM (–)

10 IRNA Inform Consent (–)

Perawatan (–)

Rekam Medis (+) Penyimpanan Rekam medis tidak teratur

SDM (–)

Ditemukan adanya 5 masalah di Puskesmas Perawatan Betungan, yang akan

digeneralisasi menjadi lingkup masalah yang lebih umum. Masalah pertama datang dari

ruang rekam medis dan instalasi rawat inap, di mana pengelolaan rekam medis tidak

adekuat. Dari awal dalam pencarian rekam medis, sulit untuk di cari sehingga sering

digunakan poli sementara. Tetapi setelah dari buku poli sementara data pasien tidak di

pindahkan ke buku rekam medis pasien. Selain itu isi dari rekam medis, data awal pasien

mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, dan tata

laksana tidak ditulis secara tersendiri. Data subjektif dan objektif (poin S dan O pada

sistematika SOAP) untuk kunjungan-kunjungan berikutnya juga ditulis dengan sangat

singkat. Data subjektif diisi dengan anamnesis singkat. Data objektif hanya diisi dengan

tekanan darah. Selain itu, pada rekam medis tidak terdapat berkas keluarga seperti

genogram, dinamika keluarga, dan fungsi-fungsi dalam keluarga, untuk mendukung

23

Page 25: QA fix

pendekatan pasien yang sesuai dengan kedokteran keluarga. Oleh karena itu,

permasalahan mengenai hal ini disatukan dalam lingkup rekam medis.

Masalah kedua adalah mengenai sumber daya manusia pada beberapa bagian di

puskesmas seperti di bagian rekam medis dan poli IMS. Kurangnya sumber daya ini

dapat menghambat dalam meningkatkan mutu puskesmas. Kesatuan masalah demikian

disatukan mennjadi topik Sumber daya manusia.

Masalah ketiga menyangkut pembuangan limbah di poli umum, poli anak, poli

KIA ibu, ruang tindakan dan laboratorium. Kotak sampah di poli umum, poli anak, poli

KIA ibu, ruang tindakan dan laboratorium sudah ada berjumlah dua setiap ruangan, dan

sudah dilapisi plastik. Tetapi untuk pelabelan dari kotak sampah belum ada. Safety box

sudah cukup untuk digunakan pada pembuangan jarum suntik yang telah digunakan.

Keseluruhan masalah demikian disatukan dalam satu lingkup limbah.

Masalah keempat menyangkut pencegahan umum dalam hal penggunaan sarung

tangan dan sterilisasi alat di ruang tindakan di IGD. Alat steril yang digunakan adalah

alat penyeteril botol susu bayi sehingga tidak sesuai dengan standar penyeterilan alat.

Selain itu penggunaan sarung tangan juga penting pada setiap tindakan yang akan

dilakukan. Keseluruhan masalah ini tergabung didalam satu lingkup masalah yaitu

General Precaution (Pencegahan Umum).

Masalah Terakhir adalah kurangnya pemeriksaan yang dapat dilakukan di

laboratorium sehingga banyak pemeriksaan yang seharusnya bisa dilakukan sederhana di

laboratorium puskesmas tidak dapat dilakukan sehingga pasien harus memeriksa ke

laboratorium luar. Pemeriksaan seperti HB sahli, pemeriksaan mikroskopis malaria, atau

pemeriksaan IMS tidak bisa dilakukan. Keseluruhan masalah ini digabung dalam

masalah Laboratorium.

3.2 Menggambarkan masalah

Tidak semua masalah yang teridentifikasi dapat diatasi secara bersamaan. Hal ini

dilatarbelakangi oleh terbatasnya kemampuan fasilitas kesehatan yang ada dan adanya

masalah yang berkaitan dengan masalah yang lainnya, sehingga apabila masalah yang

paling penting diselesaikan maka masalah lainnya dapat terselesaikan juga. Oleh karena

itu, maka perlu ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks

(criteria matrix technique).

24

Page 26: QA fix

Tabel 3.2. Prioritas masalah

No Masalah

I

T R ITRP S RI DU

SB PB PC

1 Rekam medis 4 3 2 4 5 1 1 4 3 240

2 Sumber Daya Manusia 4 2 2 3 4 1 2 2 1 36

3 Limbah 2 1 2 1 2 1 1 5 4 200

4 Pencegahan Umum 3 3 1 2 2 1 1 3 3 117

5 Laboratorium 2 1 1 3 5 4 1 1 1 17

Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas masalah meliputi 3 aspek utama

antara lain:

1. I : Importancy, yaitu pentingnya masalah, yang dinilai dari 7 subaspek yaitu

- P : Prevalence, yaitu besarnya masalah

- S : Severity, yaitu akibat yang ditimbulkan oleh masalah

- RI : Rate of Increase, yaitu kenaikan besarnya masalah jika tidak

diselesaikan

- DU : Degree of Unmet Need, yaitu keinginan masyarakat yang tidak

terpenuhi

- SB : Social Benefit, yaitu keuntungan sosial karena selesainya masalah

- PB : Public Concern, yaitu rasa prihatin masyarakat terhadap masalah

- PC : Politic Climate, yaitu suasana politik

2. T : Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis

3. R : Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya

Setiap komponen dalam tabel diberi nilai antara 1 hingga 5. Nilai suatu masalah

diukur dengan cara mengalikan I, T, dan R. Sementara itu, nilai I diperoleh dengan

mengalikan keseluruhan aspek di dalamnya mulai dari P hingga PC. Dasar pertimbangan

nilai yang dicantumkan pada tabel tersebut ialah sebagai berikut:

1. Prevalence

- Rekam medis (4): Penataan rekam medis dilakukan berdasarkan urutan nomor

rekam medis. Terlihat bahwa penyusunan tidak tertata dengan rapi, sehingga

dalam pencarian rekam medis terlalu lama sehingga jika tidak dapat maka

25

Page 27: QA fix

digunakan buku poli sementara tetapi datanya tidak dipindahkan lagi sehingga

ada data pasien yang hilang dari rekam medis.

- Sumber daya manusia (4): sumber daya manusia khususnya di ruang rekam medis

dan poli IMS kurang sehingga dalam penyelenggaraan rekam medis dan untuk

poli IMS yang turun ke lokasi untuk penjaringan kurang bisa terlaksana dengan

baik.

- Limbah (2): Limbah sudah dipisahkan menurut jenis limbahnya tetapi untuk

kotak sampahnya masih belum di label sehingga kadang susah untuk

membedakan mana yang digunakan untuk sampah medis mana yang untuk

sampah biasa.

- Pencegahan umum (3): untuk pencegahan umum penggunaan alat steril yang

tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan kurang

dilakukan di puskesmas.

- Laboratorium (2): Pemeriksaan sederhana beberapa tidak dapat dilakukan di

laboratorium puskesmas, tetapi masalah ini menjadi tidak terlalu besar karena

pemeriksaan ini jarang dilakukan dan bisa dilakukan di laboratorium di luar

puskesmas.

2. Severity

- Rekam medis (3): Rekam medis yang tidak disusun secara rapi dapat membuat

pasien jadi menunggu lebih lama untuk mendapatkan pelayanan. Pengisian rekam

medis yang kurang rapi juga dapat menjadi batu sandungan yang luar biasa

apabila nantinya ada urusan hukum. Selain itu data yang yang tertulis di buku poli

sementara tidak ditulis di rekam medis nya sehingga data tersebut hilang.

- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia khususnya di ruang rekam medis

dan poli IMS kurang, sehingga menyebabkan pasien menunggu lama saat

menunggu rekam medis dan penjaringan IMS ke lapangan kurang efektif.

- Limbah (1): Limbah sudah dipisahkan menurut jenis limbahnya tetapi untuk

kotak sampahnya masih belum di label tetapi tidak menjadi masalah besar hanya

saja saat akan membuang sampah harus melihat dulu kotak sampah mana yang

digunakan.

- Pencegahan umum (3): untuk pencegahan umum penggunaan alat steril yang

tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan kurang

dilakukan di puskesmas. Sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi pada

26

Page 28: QA fix

petugas dan pasien yang ditangani sehingga dapat menambah parah sakit yang

diderita pasien.

- Laboratorium (2): Pemeriksaan sederhana beberapa tidak dapat dilakukan di

laboratorium puskesmas sehingga membuat pasien harus bolak balik ke

laboratorium luar dan membuat terhambat dalam pengobatan pasien.

3. Rate of increase

- Rekam medis (2): semakin lama masalah ini tidak diselesaikan maka akan

semakin banyak data pasien yang hilang dan tidak dimasukkan ke rekam

medisnya. Tetapi untuk masalah penataan rekam medis akan tetap seperti itu

karena laju penambahan pasien di puskesmas tidak terlalu besar setiap tahunnya.

- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia ini jika tidak segera ditangani

maka tidak akan bertambah besar masalahnya tetapi jika pasien semakin banyak

maka akan semakin terhambat juga pelayanan yang diberikan.

- Limbah (2): pengelolaan limbah yang sudah cukup baik hanya pelabelan kotak

sampah yang kurang jika dibiarkan akan menyebabkan banyaknya orang yang

salah membuang sampah sehingga akan menyebabkan sampah medis dapat

tercampur dengan sampah biasa dan dapat menyebabkan bahaya dan pencemaran

lingkungan.

- Pencegahan umum (3): untuk pencegahan umum penggunaan alat steril yang

tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan jika dibiarkan

maka risiko banyaknya orang yang menderita infeksi akibat tindakan di rumah

sakit akan semakin banyak.

- Laboratorium (3): Pemeriksaan sederhana di laboratorium puskesmas tidak bisa

dilakukan jika dibiarkan maka semakin besar masalah ini karena semakin lama

maka akan semakin banyak pasien yang berobat ke puskesmas dan membutuhkan

pemeriksaan laboratorium jika tidak bisa maka akan menghambat pengobatan

pasien.

4. Degree of unmet need

- Rekam medis (4): Masyarakat umumnya tidak pernah peduli apa yang dicatat di

rekam medis, kecuali apabila nantinya ada urusan hukum. Tetapi karena lamanya

pelayanan di ruang rekam medis sehingga masyarakat akhirnya menunggu lama,

dan juga seringnya ada data yang hilang sehingga membuat dokter kesusahan

untuk melihat riwayat pasien sehingga kadang pasien sering mendapat

pengobatan yang berbeda dari sebelumnya.

27

Page 29: QA fix

- Sumber daya manusia (3): sumber daya manusia yang meningkat akan membuat

pasien lebih cepat dalam pelayanan dan untuk pelayanan IMS ke lapangan lebih

efektif dan lebih banyak yang dapat di skrining.

- Limbah (1): pengelolaan limbah yang sudah cukup baik hanya pelabelan kotak

sampah yang kurang. Masyarakat tidak akan peduli masalah pelabelan kotak

sampah tetapi jika ini berlarut dan menyebabkan pencemaran lingkungan baru

masyarakat akan peduli.

- Pencegahan umum (2): untuk pencegahan umum pada penggunaan alat steril

yang tidak standar dan penggunaan sarung tangan saat setiap tindakan masyarakat

biasanya tidak akan peduli yang penting pelayanan cepat dan baik sehingga

mereka bisa cepat sembuh. Tetapi jika ada terjadinya infeksi post tindakan baru

mereka peduli dan ke puskesmas kembali.

- Laboratorium (3): masyarakat sangat menginginkan jika pemeriksaan

laboratorium sederhana bisa dilakukan di puskesmas sehingga mereka tidak susah

lagi harus keluar untuk memeriksa laboratorium dan kembali lagi ke puskesmas

nanti untuk mendapatkan obat.

5. Social benefit

- Rekam medis (5): jika masalah selesai maka pasien tidak akan menunggu lama

lagi dalam menunggu rekam medis, jika ada tuntutan hukum rekam medis bisa

digunakan, selain itu data pasien akan lengkap sehingga kenaikan dosis atau

penyesuaian obat dan dosis bisa diketahui dan pasien dapat berobat dengan baik.

- Sumber daya manusia (4): sumber daya manusia yang meningkat akan membuat

pasien lebih cepat dalam pelayanan dan untuk pelayanan IMS ke lapangan lebih

efektif dan lebih banyak yang dapat di skrining.

- Limbah (2): jika pengelolaan limbah sudah baik maka risiko terjadinya

pencemaran lingkungan menjadi tidak ada.

- Pencegahan umum (2): jika penggunaan alat steril yang sesuai standar dan

penggunaan sarung tangan pada setiap tindakan bisa dilakukan maka risiko

infeksi akan berkurang dan kesembuhan pasien akan meningkat.

- Laboratorium (5): jika laboratorium menyediakan pemeriksaan sederhana di

puskesmas maka masyarakat tidak akan susah lagi untuk keluar dan pengobatan

atas penyakitnya dapat dilakukan dengan cepat dan kesembuhan akan meningkat.

28

Page 30: QA fix

6. Public concern

- Rekam medis (1): jika ada masalah hukum, masyarakat baru peduli kondisi dan

isi rekam medis.

- Sumber daya manusia (1): walaupun sumber daya manusia kurang tetapi

masyarakat tidak peduli akan hal itu karena tidak berdampak langsung kepada

mereka.

- Limbah (1): masyarakat tidak peduli dengan jumlah kotak sampah dan

pelabelannya setahu mereka tidak ada pencemaran di daerah mereka dari rumah

sakit.

- Pencegahan umum (1): masyarakat tidak peduli dengan penggunaan alat steril apa

dan penggunaan sarung tangan pada setiap tindakan, masyarakat hanya ingin

mereka dilayani dengan cepat dan cepat sembuh.

- Laboratorium (4): masyarakat selalu mengeluh mengenai beberapa pemeriksaan

laboratorium yang harus diluar sehingga membuat mereka menjadi susah dan

bolak balik ke puskesmas.

7. Politic climate

- Rekam medis (1): Keadaan rekam medis tidak pernah dibahas dalam politik,

kecuali bila ada tuntutan hukum.

- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia menjadi isu politik karena

penambahan SDM harus melalui pemerintah.

- Limbah (1): persoalan kotak sampah tidak akan dibahas pada isu politik

- Pencegahan umum (1): persoalan sarung tangan dan alat steril juga tidak akan

dibahas di politik.

- Laboratorium (1): masalah laboratorium juga tidak akan dibahas di politik..

8. Technical feasibility

- Rekam medis (4): Kurangnya sumber daya manusia menjadi kendala dalam

perbaikan kondisi kerapihan rekam medis. Tetapi rekam medis ini sudah dibuat

dengan baik hanya isinya yang kurang, cara penyusunan yang kurang baik

sehingga dalam pencarian sering mengalami kendala.

- Sumber daya manusia (2): sumber daya manusia yang kurang cukup sulit untuk

menambahnya karena harus menunggu pemerintah mempunyai sumber daya

manusia yang memadai, kemudian harus diajukan permintaan baru bisa

terpenuhi.

29

Page 31: QA fix

- Limbah (5): untuk pengelolaan limbah hanya perlu di gunakan pelabelan terhadap

kotak sampah sehingga memudahkan untuk memilih membuang sampah.

- Pencegahan umum (3): alat steril sebenarnya sudah ada tetapi tidak pernah

digunakan dan tidak ada yang bisa menggunakan alat tersebut sehingga

terbengkalai, dan sarung tangan sudah ada hanya saja dibutuhkan sosialisasi

kepada petugas untuk menggunakan sarung tangan.

- Laboratorium (1): untuk menambah sarana laboratorium cukup susah karena

dibutuhkan pengajuan ke pemerintah dan menunggu dari pemerintah.

9. Resources availability

- Rekam medis (3): untuk ruang dan lemari rekam medis sudah ada, tinggal

dibutuhkan sumber daya, cara pengisian yang baik dan penyusunan yang baik

untuk rekam medis ini.

- Sumber daya manusia (1): sumber daya manusia yang kurang tidak ada di

puskesmas jadi hanya bisa mengajukan permintaan dan menunggu dari

pemerintah.

- Limbah (4): untuk pengelolaan limbah hanya perlu di gunakan pelabelan terhadap

kotak sampah sehingga memudahkan untuk memilih membuang sampah.

Masalah label dan kantong plastik di puskesmas ada.

- Pencegahan umum (3): alat steril sebenarnya sudah ada tetapi tidak pernah

digunakan dan sarung tangan sudah ada.

- Laboratorium (1): untuk menambah sarana laboratorium cukup susah karena

dibutuhkan pengajuan ke pemerintah dan menunggu dari pemerintah.

3.3 Menganalisis masalah

Analisis masalah dilakukan untuk menentukan penyebab dari masalah pengelolaan

rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan, sehingga perlu dibuat kerangka konsep

penyebab masalah. Dengan membuat kerangka konsep, diharapkan faktor-faktor

penyebab masalah tersebut dapat diketahui dan diidentifikasi. Kerangka konsep

penyebab masalah disusun ke dalam diagram tulang ikan dengan masalah sebagai

keluaran suatu sistem yang melibatkan komponen masukan, komponen proses,

komponen lingkungan, dan komponen umpan balik.

30

Page 32: QA fix

Diagram 3.3. Kerangka konsep penyebab masalah

31

Penataan tidak baik

Pencatatan tidak lengkapData pada poli sementara tidak di tulis ulang

- Lamanya pelayanan- Data tidak lengkap

Komputer

Map lemari

Kertas RM

Tidak ada petugas

Page 33: QA fix

Berdasarkan kerangka konsep dari masalah di atas, ditemukan penyebab masalah

dari tiap komponen. Identifikasi dari tiap-tiap penyebab masalah tersebut dapat dirinci

sebagai berikut:

1. Tidak ada prosedur operasional standar (SOP)

2. Anggaran minim

3. Tidak ada sumber daya manusia

4. Pencatatan rekam medis yang kurang baik

5. Penataan rekam medis di lemari yang kurang baik

Setelah mendapatkan susunan daftar penyebab masalah, berikutnya adalah memilih

prioritas penyebab masalah. Hal ini berkaitan dengan penetapan alternatif rencana

penyelesaian masalah.

Tabel 3.3. Prioritas penyebab masalah

No Masalah C T R CTR

1 Tidak ada SOP 4 3 3 36

2 Anggaran minim 1 3 1 3

3 Tidak ada sumber daya manusia 3 2 1 6

4 Pencatatan yang kurang baik 1 3 3 9

5 Penataan rekam medis yang kurang baik 2 3 3 18

Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas penyebab masalah meliputi 3

aspek yakni:

1. C : Contribution, yaitu kontribusi dalam terjadinya masalah

2. T : Technical feasibility, yaitu kemudahan secara teknis

3. R : Resources availability, yaitu ketersediaan sumber daya

Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5 (paling

berperan). Nilai suatu penyebab masalah diukur dengan cara mengalikan C, T, dan R.

Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada tabel tersebut ialah sebagai berikut:

1. Contribution

- Tidak ada SOP (4): Tidak adanya standar operasional merupakan salah satu

penyebab utama kurang baiknya pengelolaan rekam medis di puskesmas

32

Page 34: QA fix

perawatan betungan. Dengan demikian, tidak ada peraturan yang mengelola

mengenai penulisan, penataan, penyimapanan dan penggunaan rekam medis

Tanpa adanya SOP, tidak ada proses di lapangan yang dapat dievaluasi, sekaligus

tidak ada umpan balik secara berkala yang dapat dilakukan.

- Anggaran minim (1): Dana yang tidak dianggarkan secara serius untuk

pengelolaan rekam medis merupakan salah satu penyebab masalah yang perlu

diperhitungkan. Akan tetapi, kontribusinya dapat dikatakan minimal. Peralatan di

ruang rekam medis seperti map, kertas rekam medis, dan tidak memerlukan

anggaran yang besar.

- Tidak ada sumber daya manusia (3): tidak adanya sumber daya manusia

merupakan salah satu faktor kurangnya pengelolaan rekam medis. Sumber daya

yang kompeten yang sesuai dengan rekam medis diperlukan agar pengelolaan

rekam medis jadi lebih baik. Dan hal ini merupakan salah satu penyebab penting

dari masalah pengelolaan rekam medis.

- Pencatatan rekam medis yang kurang baik (1): kurangnya pencatatan rekam

medis yang baik serta tidak disalin ulangnya data pasien dari buku poli sementara

menyebabkan hilangnya sebagian data pasien sehingga menyebabkan

pengelolaan rekam medis menjadi kurang baik. Tetapi pengaruhnya bisa

disebutkan sangat minimal.

- Penataan rekam medis yang kurang baik (2): Penataan rekam medis di lemari

yang kurang baik menyebabkan pelayanan menjadi terhambat sehingga sering

digunakannya buku poli sementara sehingga data pasien banyak yang hilang dan

pelayanan menjadi terhambat.

2. Technical feasibility

- Tidak ada SOP (3): Teks SOP dapat disusun dengan relatif mudah, hanya

membutuhkan adaptasi dari standar yang telah ada pada atau layanan kesehatan

primer lain. Tetapi untuk penerapannya pada puskesmas perawatan Betungan

harus butuh waktu lebih dan lebih banyak penyuluhan agar mudah dimengerti

oleh petugas rekam medis yang ada sekarang.

- Anggaran minim (3): Minimnya anggaran dana sebenarnya tidak terlalu susah

untuk direalisasikan tetapi tidak adanya anggaran yang mengarah ke rekam medis

dari dana puskesmas. Dan banyak hal yang lebih mendesak dibandingkan dengan

33

Page 35: QA fix

dana untuk rekam medis maka membuat pengalokasian dana untuk rekam medis

tidak ada.

- Tidak ada sumber daya manusia (2): tidak adanya sumber daya manusia

puskesmas hanya bisa mengajukan permohonan sumber daya manusia ke

pemerintah.

- Pencatatan rekam medis yang kurang baik (3): kurang baiknya pencatatan rekam

medis dan tidak disalinnya rekam medis poli sementara ke rekam medis

sebenarnya mudah untuk di rubah tetapi karena waktu poli yang terbatas dan

tidak adanya sumber daya khusus untuk rekam medis sehingga sulit untuk

dilakukan.

- Penataan rekam medis yang kurang baik (3): Penataan rekam medis di lemari

yang kurang baik dapat dirubah dengan menambahkan sumber daya manusia

yang khusus dalam rekam medis dan juga dengan menambah pengetahuan

petugas lain dalam penyimpanan rekam medis.

3. Resources availability

- Tidak ada SOP (3): Puskesmas Perawatan Betungan telah mempunyai segala

sumber daya yang diperlukan untuk membuat suatu SOP, hanya memerlukan

contoh dan motivasi untuk membuatnya. Tetapi sumber daya manusia khusus

untuk melakukan pembuatan suatu SOP dan pelaksanaanya belum ada.

- Anggaran minim (1): Minimnya anggaran dana untuk rekam medis sebenarnya

tidak terlalu susah untuk direalisasikan tetapi tidak adanya anggaran yang

mengarah ke rekam medis dari dana puskesmas. Dana puskesmas yang minim

dan banyaknya program puskesmas yang harus dijalankan menyebabkan dana

rekam medis susah untuk direalisasikan.

- Tidak ada sumber daya manusia (1): tidak adanya sumber daya manusia

puskesmas hanya bisa mengajukan permohonan sumber daya manusia ke

pemerintah.

- Pencatatan rekam medis yang kurang baik (3): kurang baiknya pencatatan rekam

medis dan tidak disalinnya rekam medis poli sementara dapat dirubah tetapi

dibutuhkan petugas khusus untuk melaksanakan hal tersebut.

- Penataan rekam medis yang kurang baik (3): Penataan rekam medis di lemari

yang kurang baik dapat dirubah tetapi kurangnya sumber daya manusia menjadi

penghambat dilakukan hal tersebut.

34

Page 36: QA fix

Berdasarkan perhitungan di tabel sebelumnya, ditemukan bahwa penyebab masalah

yang harus diprioritaskan terlebih dahulu ialah tiadanya SOP.

3.4. Merencanakan Pemecahan Masalah

Setelah menentukan prioritas penyebab masalah, maka dipikirkan beberapa

alternatif untuk dapat menyelesaikan penyebab masalah tersebut. Beberapa alternatif

penyelesaian masalah yang terpikirkan antara lain mengadaptasi SOP dari Peraturan

Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 269/MENKES/PER/III/2008, memasang poster

pedoman, dan mengadakan penyuluhan.

3.4.1.Mengadaptasi SOP dari Kementerian Kesehatan

Tujuan

Untuk membuat referensi pengelolaan rekam medis yang berlaku dan dapat diterapkan

di Puskesmas Perawatan Betungan.

Manfaat

1.Bagi Puskesmas Perawatan Betungan:

- Menjadi manual/panduan tertulis dalam hal pengelolaan rekam medis.

2.Bagi sumber daya manusia :

- Mendapatkan wawasan mengenai pedoman yang sistematis dan berlaku secara

nasional dalam hal pengelolaan rekam medis dan bisa diterapkan oleh seluruh

sumber daya manusia.

- Meningkatkan pelayanan pasien yang berobat di puskesmas perawatan Betungan

dengan SOP Kemenkes.

Sasaran

Seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan rekam medis

Bentuk kegiatan

Kegiatan adaptasi SOP pengelolaan rekam medis dari Kemenkes diwujudkan dalam

langkah-langkah kerja sebagai berikut

1. Pencarian SOP pengelolaan rekam medis

Pencarian SOP pengelolaan rekam medis dari Kemenkes dilakukan dengan

cari penelusuran literatur baik dari kepustakaan dan internet, kemudian

diunduh dan dipelajari.

2. Adaptasi SOP dari Kemenkes menjadi SOP Puskesmas Perawatan Betungan

35

Page 37: QA fix

Ketiadaan SOP pengelolaan rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan

menjadi dasar dari seluruh rangkaian langkah adaptasi SOP pengelolaan

rekam medis dari Kemenkes. Adaptasi SOP dari Kemenkes diawali dengan

pembelajaran oleh seluruh anggota kelompok dan menjadikannya sebagai

suatu SOP untuk Puskesmas Perawatan Betungan dalam bentuk poin-poin.

SOP akan dicetak sebagai buku yang terdiri dari beberapa halaman dan

diletakkan pada ruang rekam medis, SOP juga akan disimpan di ruang

administrasi.

3. Pembuatan checklist dari SOP Puskesmas Perawatan Betungan

Checklist dibuat berdasarkan SOP Puskesmas Perawatan Betungan yang

telah dibuat bersama-sama, sebagai panduan untuk melakukan penilaian

proses pengelolaan rekam medis yang dilakukan sebelum pembuatan SOP

dan setelah pembuatan SOP.

4. Penilaian pengelolaan rekam medis

Penilaian pengelolaan rekam medis dilakukan sebelum sosialisasi SOP

pengelolaan rekam medis untuk menilaian ketimpangan antara realitas dan

harapan yang dianggap menjadi masalah yang diangkat dalam program ini.

Penilaian dilakukan berdasarkan checklist yang telah dibuat sebelumnya.

5. Sosialisasi SOP

Sosialisasi SOP dilakukan oleh anggota kelompok kepada seluruh sumber

daya yang terkait dengan proses pengelolaan rekam medis.

6. Penilaian pengelolaan rekam medis setelah sosialisasi SOP

Penilaian pengelolaan rekam medis setelah sosialisasi SOP dilakukan 4 hari

setelah sosialisasi. Periode ini dipilih dengan alasan suatu perubahan alur

kerja dalam pengelolaan rekam medis membutuhkan penyesuaian dari

sumber daya yang terkait.

3.4.2. Mengadakan Penyuluhan

Tujuan

Untuk melakukan edukasi dalam bentuk sosialisasi mengenai pengelolaan rekam

medis.

Manfaat

1.Bagi Puskesmas Perawatan Betungan:

36

Page 38: QA fix

- Melakukan edukasi bagi seluruh pekerja mengenai pengelolaan rekam medis

sehingga seluruh sumber daya manusia dapat berperan serta untuk program

pengelolaan rekam medis yang baik.

2.Bagi sumber daya manusia:

- Mendapatkan edukasi mengenai pengelolaan rekam medis sehingga dapat

berpartisipasi dalam pengelolaan rekam medis yang baik.

Sasaran

Seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan rekam medis

Bentuk kegiatan

Penyuluhan ini dilakukan untuk mensosialisasikan mengenai SOP ke seluruh petugas

yang terlibat dalam pengelolaan rekam medis. Penyuluhan dilakukan dalam satu hari

dengan materi penjabaran SOP yang telah di olah dan hendak diterapkan di

puskesmas perawatan Betungan. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil

penyuluhan yang dilakukan selama 2 minggu setelah penyuluhan dilakukan untuk

menilai kemajuan dari pengelolaan rekam medis.

Anggaran dana

Pengeluaran :

Dana pemateri : 1 x 100.000

Konsumsi peserta dan pemateri : 11 x 15.000 = 165.000

Memperbanyak SOP : 10 x 10.000 = 100.000

Dari beberapa alternatif solusi yang telah direncanakan, akan ditetapkan pemecahan

masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Prioritas alternatif

penyelesaian masalah ditentukan dengan memakai teknik kriteria matriks.

Tabel 3.4. Prioritas penyelesaian masalah

No Alternatif penyelesaian masalah M I V CMIVC

1 Mengadaptasi SOP dari Depkes 5 5 5 2 62,5

2 Mengadakan penyuluhan 4 3 4 3 16

Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas penyelesaian masalah meliputi 3

aspek yakni:

1. M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang dapat diselesaikan

2. I : Importancy, yaitu pentingnya solusi terkait

37

Page 39: QA fix

3. V : Vulnerability, yaitu kecepatan solusi terkait dalam mengatasi masalah

4. C : Cost, yaitu besarnya biaya yang harus dikeluarkan

Setiap komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak berperan) hingga 5 (paling

berperan). Nilai suatu penyelesaian masalah diukur dengan cara mengalikan M, I, dan V

kemudian. Dasar pertimbangan nilai yang dicantumkan pada tabel tersebut ialah sebagai

berikut:

1. Magnitude

- Mengadopsi SOP dari Depkes (5): Dengan menyusun SOP, terdapat peraturan

yang mengikat seluruh petugas kesehatan untuk memperbaiki pengelolaan rekam

medis di sana.

- Mengadakan penyuluhan (4): dengan mengadakan penyuluhan dapat

menyelesaikan masalah tetapi jika tidak ada acuan maka masalah bisa kembali

terjadi.

2. Importancy

- Mengadopsi SOP dari Depkes (5): Dari tabel penentuan penyebab masalah,

diketahui bahwa tiadanya SOP merupakan penyebab utama buruknya

pengelolaan rekam medis di Puskesmas Perawatan betungan. Mengadopsi SOP

adalah penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan.

- Mengadakan penyuluhan (3): dengan mengadakan penyuluhan menjadi penting

walaupun acuannya harus sudah ada sehingga menjadi dasar perubahannya.

3. Vulnerability

- Mengadopsi SOP dari Depkes (5): jika dasar dari masalah sudah diselesaikan

maka akan cepat menyelesaikan masalah yang terjadi.

- Mengadakan penyuluhan (4): bisa cepat menyelesaikan tetapi jika acuan tidak ada

maka masalah akan timbul kembali.

4. Cost

- Mengadopsi SOP dari Depkes (2): dana yang dibutuhkan tidak terlalu besar tetapi

perlu dianggarkan untuk pembuatan SOP ini.

- Mengadakan penyuluhan (3): dana cukup besar untuk melakukan penyuluhan.

Dengan menggunakan teknik kriteria matriks, didapatkan bahwa alternatif terbaik

untuk masalah rekam medis di Puskesmas Perawatan Betungan adalah mengadopsi SOP

dari Kemenkes RI.

38

Page 40: QA fix

DAFTAR PUSTAKA

2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit (Rekam Medis/Medical

Record), 2009.

3. Sjamsuhidayat, 2006. Manual Rekam Medis, cetakan I. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta

4. Mufattikhatus S. Kelengkapan Pengisian dan Ketepatan waktu Pengembalian Rekam Medis Ke

Sub Bidang Rekam Medis dan Determinan Dominannya Penelitian RSU Dr.Soetomo, 2007

5. Gafur, Kemala M, A. 2003. Pentingnya Peningkatan Profesionalisme Rekam Medis

dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, Kumpulan Makalah Seminar

Nasional dalam Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI, Jakarta.

6. Kementerian Kesehatan. 2008. Permenkes No. 269/ MenKes/ Per/ XII/ 2008 tentang Rekam

Medis. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

7. Huffman, Edna K. 1994. Health Information Manajemen 10 edition. (USA : Berwyn

Illnois, Physician Record Company)

8. Krummen, M.S. (2010). The Impact of the Electronic Medical Record on Patient Safety

and care. . Kentukcy : College of Health Professions Highland Heights.

39