Post on 02-Jan-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI
Eksklusif bagi bayi yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang
akan lebih baik dan berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Salah satunya
untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini.
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain,
dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai umur 6
bulan (Depkes, 2008).
Penelitian membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan
makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi
yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya.
menyatakan bahwa ASI Eksklusif merupakan makanan bayi yang paling
sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. (Dyah Umiyarni, 2006)
Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang,
risiko kematian bayi antara 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut
tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan angka kematian ini
meningkat menjadi 48% (Angrita, 2009).
Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa persentase bayi
yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3%. Pemberian Asi
kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,3 persen, tertinggi di Nusa
Tenggara Timur 56,2 persen dan terendah di Maluku 13,0 persen. Sebagian
1
besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah
bayi lahir, tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48
jam. Data dari profil kesehatan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah
menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 32.93% dan
pada tahun 2010 mencapai 48.7%.
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menyatakan bahwa
persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif mulai dari tahun 2009-2012
berturut –turut adalah 27.21%, 37.43%, 49.63%, dan 49.57%. Target nasional
adalah 80 % . Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, jumlah
bayi pada tahun 2008 yaitu persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif di
Kota Gorontalo tahun 2008-2012 berturut-turut adalah 25.4%, 35.8%, 48.9%,
63.9% dan 49,0%.
Berdasarkan hasil survei awal di Puskesmas buladu didapatkan
data Pada tahun 2008 terdapat 121 bayi, jumlah bayi yang mendapatkan ASI
Eksklusif 79 (65 %). Pada tahun 2009 terdapat 158 bayi, jumlah bayi yang
mendapatkan ASI Ekslusif 82 (52, 25 %). Pada tahun 2010 terdapat 128 bayi,
jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif 55 (49, 5 %). Pada tahun 2011
terdapat 247 bayi, dan jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif 49 (40,8
%) dan pada tahun 2012 terdapat 147 bayi, yang mendapatkan ASI Eksklusif
52 bayi (35,4%). Berdasarkan data tersebut maka terlihat jelas angka
penurunan persentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif.
Untuk mengatasi masalah tersebut, puskesmas membuat promosi
kesehatan (promkes) dan upaya penyimpanan ASI, selain itu pemerintah
2
membuat program-program yang dapat mendukung penggunaan ASI eksklusif
antara lain melalui pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif pada masyarakat. Penelitian-penelitian yang dapat
menunjang program pemberian ASI eksklusif seperti tentang komposisi ASI
juga terus dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Rahayuningsih (2005)
dengan judul ”hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Asi dengan
pemberian kolostrum dan Asi eksklusif ” di kelurahan Purwoyoso kecamatan
Ngaliyan. menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang
Asi dengan pemberian asi eksklusif pada bayi.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
”Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Asi dengan Pemberian ASI Eksklusif
pada bayi di Puskesmas Buladu Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo”.
1.2. Rumusan Masalah
“Adakah hubungan antara pengetahuan Ibu tentang ASI dengan
pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang Asi dengan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.
1.3.2. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif.
3
3. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang ASI
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu
Kota Gorontalo.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik
mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Secara Praktis
a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan tambahan memberikan informasi tentang ASI dan
pemberian ASI yang benar pada ibu yang menyusui bayi baru lahir
sampai usia 6 bulan.
b. Bagi ibu yang mempunyai bayi
Menambah pengetahuan tentang ASI dan pemberian ASI sehingga ibu
termotivasi dalam pemberian ASI.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah
diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam
menganalisa suatu masalah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1 Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1.1 Arti Pengetahuan
1) Pengetahuan adalah hasil atau dan dini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Jadi pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita.
(Notoatmodjo, 2003).
2) Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan “what” misalnya : apa air, apa manusia, apa alam, dan
sebagainya. (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut:
a) Awareness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek).
b) Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini
sikap obyek mulai timbul.
c) Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
5
d) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang di kehendaki.
e) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.Namun demikian
dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap di atas. (Notoatmodjo, 2003).
2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang di cakup dalam demain kognitif menurut Soekijo
Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya, pada tingkatan ini recall (mengingat kembali)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling
rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginter
prestasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan
dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
6
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi
yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan
analisis ini dapa dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk
menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
7
2.1.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat
dan sebagainya
Dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni : cara tradisional atau non ilmiah dan
cara modern atau yang disebut dengan cara ilmiah. (Notoatmodjo, 2002)
1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
a) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya
dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang
lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode
Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau metode coba salah
adalah coba-coba).
8
b) Kekuasaaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang
dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada
masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyakat
modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya
berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat
berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik“.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
d) Jalan Pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat
manusia cara berpikir umat manuasiapun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik
melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
9
2) Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode
berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamati. (Notoatmodjo, 2002).
2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan sehingga seorang
berperilaku tertentu sesuai keyakinan tersebut.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1) Faktor predisposisi
a) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saaat dilahirkan
sampai berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
b) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima
informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
diperkenalkan.
10
c) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
d) Pekerjaan
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu,
bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga.
2) Faktor Pendukung
a) Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita
tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi
memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut
mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan
Informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini dapat
meningkatkan pengetahuan orang tersebut.
b) Lingkungan
Lingkungan adalah Seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia
dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok. lingkungan memberikan pengaruh sosial
pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal
11
yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompok
dalam lingkungan alam. (Nursalam, 2001)
3) Faktor Pendorong
a) Sikap Petugas
Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus
dilaksanakan seperti :
Bayi baru lahir segera di berikan pada ibu untuk segera disusui
Merawat bayi bersama ibunya
Mengajarkan teknik menyusui yang benar
Mengajarkan cara pengeluaran ASI secara manual
Jangan menjadualkan pemberian ASI
Jangan memberikan compeng atau dot pada bayi
b) Dari Keluarga
Keluarga (suami, nenek, bibik dan sebagainya) perlu diinformasika
n bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu
berhasil menyusui misalnya dengan menggantikan sementara tugas
rumah tangga ibu (seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah)
ibu dan bayi membutuhkan waktu berkenalan.
2.1.2 Konsep Dasar ASI Eksklusif
2.1.2.1 ASI
ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan
bayi hingga enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi
tinggi, yang mudah untuk di cerna. (Bunda, 2008)
12
2.1.2.2 ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif
adalah Bayi hanya diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain
dianjurkan sampai enam bulan dan di susui sedini mungkin. (Siswono,
2005)
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi
sejak lahir sampai berumur 6 bulan (Dinkes, 2008)
Riset media mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi
berkembang dengan baik pada enam bulan pertama bahkan pada usia lebih
dari enam bulan.
2.1.2.3 Manfaat Pemberian ASI
1) Bagi Bayi
a) ASI sebagai nutrisi
Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk
bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi
prematur komposisinya akan berbeda dengan ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
pertumbuhan kebutuhan bayi yang paling sempurna baik kualitas
maupun kuantitasnya.
13
b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini
akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi
sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai
kadar propektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan.
c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia
enam bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi
kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutren
yang lokal dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang
diperlukan otak agar tumbuh optimal.
d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman
tentram terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya
yang sudah ia kenal sejak dalam kandungan.
2) Bagi Ibu
a) Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman murah dan
cukup berhasil.
14
b) Lebih ekonomis / murah
Dengan memberikan ASI berarti menghemat untuk pengeluaran
susu formula perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan
minum susu formula.
c) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau
memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu
d) Halal
e) Mencegah Perdarahan Post Partum
Hisapan bayi menghasilkan hormon progesteron yang merangsang
kontraksi rahim untuk mencegah perdarahan.
f) Mengecilkan rahim
Dengan meningkatnya hormon oksitosin, membantu rahim kembali
ke ukuran semula.
g) Mengurangi terjadinya anemia
Resiko anemia karena kekurangan zat besi dapat dihindari dengan
penssundaan kembalinya masa haid dan pengurangan perdarahan.
h) Lebih cepat langsing kembali
Diperlukan energi untuk menyusui dan pembentukan ASI diambil
dari cadangan lemak yang tertimbun.
i) Menimbulkan ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak
j) Mengurangi kemungkinan kanker payudara, rahim dan ovarium
15
k) Mengurangi kemungkinan oesteoporosis dan rematik Resiko terkena
oesteoporosis 4 kali lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang
tidak menyusui.
l) Portabel dan praktis
Mudah dibawa, kapan dan dimana saja, siap minum dengan suhu
yang selalu tepat.
2.1.2.4 Tanda ASI cukup pada bayi
1) Bayi buang air kecil 5-6 x sehari
2) Bayi buang air besar 2x atau lebh sehari
3) Mengakhiri menyusu sendiri
4) Bayi rileks dan puas setelah minum
5) Bayi bertambah berat badan sekitra 750 gram – 1 kilogram setiap
bulannya. (March, 2007)
2.1.2.5 Komposisi yang terkandung dalam ASI
1) Protein
Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk
pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang
mudah larut yang sesuai untuk ginjal bayi yang belum matang.
2) Lemak
Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu
absorsi lemak. Fungsi kolesterol dengan kadar tinggi dalam ASI tidak
sepenuhnya dipahami tetapi diperkirakan bahwa kadar awal ini dapat
mempengaruhi tubuh dalam menangani suatu substansi di kemudian hari.
16
3) Karbohidrat – Laktosa
Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi
laktosa dalam ASI; laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi
bayi. Asupan laktosa yang berlebihan kadang-kadang dicurigai terjadi
pada bayi yang mendapat ASI, yang bersifat mudah marah, gelisah dan
konsistensi feces encer.
4) Vitamin
ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi, walaupun kadarnya
bervariasi sesuai dengan alat maternal. Penting bagi bayi untuk
mendapatkan kolustrum dan kemudian susu awal untuk memastikan
bahwa vitamin yang larut diperoleh bayi pemancaran sinar matahari
selama 30 menit setiap minggu ke kepala dan tangan menghasilkan
vitamin D yang cukup.
5) Mineral
Zat besi di dalam ASI berikatan dengan protein yang tidak terkait
jika terdapat kadar seng dan tembaga. Penting bagi bidan untuk
memperhatikan manfaat ASI dalam diet dan istilah anti infeksi.
(Henderson, 2002).
17
2.1.2.6 Tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan Komposisi berbeda
diantaranya :
1) Kolostrum
a) Pengertian
Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 mL/hari.
Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi
Mengandung : imunoglobin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn,
Fe), vitamin (A,D,E,K) lemak dan rendah laktosa.
Pengeluaran kolostrum berlansung sekitar dua tiga hari dan
diikuti ASI yang mulai berwarna putih.
b) Manfaat
Kolostrum mengadung zat kekebalan terutama IGA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit
namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena
itu kolostrum diberikan pada bayi.
Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengadung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
18
Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
2) ASI Transisi (peralihan/antara)
a) Pengertian
ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20
hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein,
mineral lebih rendah. ASI antara, mulai berwarna bening dengan
susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemampuan mencerna
usus bayi.
b) Komposisi
Kadar protein rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat tinggi
Volume juga meningkat.
3) ASI sempurna (ASI matang)
ASI sempurna adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan
dengan volume bervariasi yaitu 300-850 mL/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat laktasi.
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,
sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna.
2.1.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI :
1) Frekuensi penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bawa
produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per
19
hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan
karena bayi prematur belum dapat menyusu.
Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan beruhubungan dengan produksi ASI
yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling
sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam
kelenjar payudara.
2) Berat lahir
Prentice (2002) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan
volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap,
frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi
pada hari ke dua dan usia satu bulan sangat erat berhubungan dengan
kekuatan menghisap yang mengakibatkan perbedaan yang besar dibanding
bayi yang mendapat formula. De Carvalho (2000) menemukan hubungan
positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari
pertama setelah melahirkan. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai
kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding dengan bayi
yang berat lahir normal ( > 2500 gr). Kemampuan menghisap bayi lebih
rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah
dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi
20
hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.( Helse Nopiana,
2011).
3) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan
berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4) Umur dan parintas
Umur parintas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan
produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al
(2000) dalam ACC/SCN (2001) menemukan bahwa pada ibu menyusui
usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan
pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 15 bayi. Pada ibu yang melahirkan
lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan
lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali. ( Helse Nopiana,
2011).
5) Stres dan penyakit akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
mengganggu produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI akan
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih
21
lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu
khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI.
6) Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
horman prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
mentsimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Studi Lyon (2001); Matheson, (2000)
menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini
meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun
demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang
masih menyusui 0-6 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada
ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi
dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi.
Anderson et at (2000) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih
dari 15 batang rokok per hari mempunyai prolaktin 30 – 50% lebih
rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding
dengan yang tidak merokok.
7) Konsumsi alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah di satu sisi dapat
membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses
pengeluaran ASI namun di sisi lain etanol dapat menghambat produksi
oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator
produksi oksitosin.
22
8) Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI. Sebaiknya bila pil
hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume
ASI (WHO : 2000). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil
progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
(Suhariyono, 2008)
2.1.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
1) Perubahan sosial budaya
a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan
susu botol.
c) Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya
2) Faktor psikologis
a) Takut kehilangan daya tarik sebagi seorang wanita
b) Tekanan batin
3) Faktor Fisik Ibu
4) Faktor kurangnya informasi dari petugas kesehatan di masyarakat kurang
mendapat penerangan tentang manfaat pemberian ASI sehingga
mempengaruhi tingkat pengetahuan.
2.1.2.9 Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif
1) Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan
2) Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui
23
3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya
4) Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “Rumah sakit
sayang bayi “ atau “ Rumah bersalin yang sayang bayi”.
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara
eksklusif.
6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi atau konsultasi
untuk persiapan apabila kita menemui kesukaran.
7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.
2.1.2.10 Faktor-faktor pendukukung keberhasilan pemberian ASI
1) Ibu harus yakin bahwa mampu menyusui bayinya.
2) Ibu cukup minum (8-12 gelas/hari).
3) Ibu dalam keadaan pikiran tenang dan damai.
4) Perhatian cara meletakkan bayi dan cara meletakkan puting pada mulut bayi
dan benar.
5) Makin sering payudara dihisap bayi, makin banyak produksi susu untuk
bayi.
6) Pengertian dan dukungan keluarga, terutama dari suami sangat penting.
(Siregar, 2004).
2.1.3 Konsep Dasar Bayi
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna karena di
dalamnya mengandung semua nutrien yang di perlukan bayi serta dalam
komposisi (Perbandingan) yang ideal. Bayi adalah seorang anak yang belum
dapat berjalan sehingga sangat perlu diberikan ASI eksklusif. Diharapkan
24
bahwa pertumbuhan maupun perkembangan bayi akan berlangsung lebih baik.
Hal itu meliputi pertumbuhan jasmani, perkembangan kecerdasan serta
perkembangan psikologis yakni kasih sayang timbal balik antara bayi dan ibu
yang mencerminkan akhlak yang luhur.
Manfaat Gizi bagi bayi
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung selama kurang
lebih 40 minggu, dengan berat badan sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm.
Pada minggu pertama berat badan akan menurun, kemudian naik terus-menerus
sesuai bertambahnya umur, kecepatan kenaikan berat badan pada setiap
triwulan tidak sama, demikian juga pertambahan panjang badan. Faktor utama
yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi normal adalah masukan makanan
yang kualitas maupun kuantitasnya baik, manfaat masukan makanan atau gizi
yang berkualitas maupun kuantitasnya baik selain untuk tumbuh kembang bayi
adalah untuk menjaga kesehatan bayi atau mencegah timbulnya berbagai
penyakit. (Paath, 2005)
Apa yang dimakan bayi sejak usia dini merupakan pondasi penting
bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Keadaan gizi ibu pada
kehamilan merupakan penentu utama bagi kelangsungan hidup anaknya
menurunnya pertumbuhan pada bayi usia 4 bulan merupakan tanda terjadinya
keadaan gizi yang tidak baik. Kejadian ini bisa disebabkan oleh dua hal yaitu
karena asupan makanan yang salah atau tidak memenuhi gizi seimbang karena
penyakit infeksi dan yang kedua penyebab langsung kurang gizi. (Soekirman,
2006).
25
2.2. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber :modivikasi Raden Mas Bagus
26
Asi Eksklusif
Wajib di berikan
bayi 0-6 bulan
Bernutrisi dan
berenergi tinggi
Faktor Predisposisi: umur,pendidikan,pengalaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:
Faktor Pendukung: informasi,lingkungan
Faktor Pendorong:sikap petugas ke
sehatan, dukungan keluarga
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif:
Perubahan sosial budaya
Faktor Psikologis
Faktor fisik Ibu
Kurangnya informasi
(pengetahuan)
2.3. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.4. Hipotesis
Hipotesis : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang Asi dengan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.
27
Pengetahuan Ibu Pemberian Asi Eksklusif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di Puskesmas Buladu Kecamatan
Kota Barat Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo dan waktu penelitian
akan dilakukan lebih kurang dua bulan yaitu selama bulan Mei-juni 2013.
3.2 Desain Penelitian
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian Cross sectional di mana penelitian yang menekankan/observasi
data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.
Yakni untuk mencari hubungan pengetahuan ibu tentang Asi dengan ASI
eksklusif di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni variabel bebas
adalah Pengetahuan Ibu dan variabel terikat adalah Pemberian ASI eksklusif.
3.4 Populasi dan Subjek Penelitian
1. Populasi
Adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2003). Populasi
penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan yang
berkunjung di Puskesmas Buladu berjumlah 86 bayi.
28
2. Sampel Penelitian.
Adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki bayi usia 6-12 bulan yang sering kontrol ke Puskesmas Buladu
Kecamatan Kota Barat Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 86 bayi.
Adapun teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling, yaitu
pengambilan sampel secara keseluruhan dari jumlah yang ada.
3.5 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Ukur
Skor
Bebas:
Pengetahuan
Ibu
Pengetahuan
ibu tentang
Asi eksklusif
1).Pengertian
ASI eksklusif
2).Manfaat ASI
eksklusif
3).Kandungan
ASI Eksklusif
4).Keunggulan
ASI Eksklusif
5).Faktor-
faktor yang
mempengaru
hi pemberian
ASI
Kuesioner Ordinal Baik (jika
jawaban
benar
>50%)
Kurang ( jika
jawaban
benar
< 50%)
29
Terikat:
Pemberian
ASI
Eksklusif
Suatu pemberian
ASI oleh ibu
tanpa adanya
makanan dan
minuman
tambahan lain
pada bayi untuk
jangka waktu
tertentu yaitu
sampai bayi
berusia 6 bulan.
Eksklusif.
1).Cara
pemberian Asi
2). waktu
pemberian Asi
3).Hambatan
yang di hadapi
ibu yang
menyusui
Angket Nominal
Jika
jawaban
“ya”
mendapa
t skor 1
Jika
jawaban
“tidak”
mendapa
t skor 0
Eksklusif:
Ibu
memberikan
ASI
Eksklusif
selama 6
bulan.
Tidak
Eksklusif:
Ibu tidak
memberikan
ASI
Eksklusif
selama 6
bulan atau
memberikan
makanan
tambahan
lain.
Tabel .3.1 Definisi Operasional
30
3.6 Tehnik Pengumpulan Data
1. Data Primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
penjelasan dari ibu yang mempunyai bayi dan hasil pengisian kuesioner
oleh ibu yang mempunyai bayi mengenai pengetahuan tentang Asi
Eksklusif dan pemberiannya.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh buku-buku dan
catatan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti,
diantaranya dari buku KMS, Asi Eksklusif dan pengukuran Pemberian
Asi Eksklusif.
3.7 Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk variabel independen
yang terdiri dari 5 item pernyataan positif (1, 3, 5, 7, 9), 5 item pernyataan
negative (2, 4, 6, 8, 10) dan angket untuk variabel dependen yang terdiri dari 5
item pernyataan positif (1, 3, 5, 7, 9), 5 item pernyataan negative (2, 4, 6, 8,
10), dan dibuat oleh peneliti yang mengacu pada teori.
3.8 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah:
31
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data
yang terkumpul tidak logis dan meragukan.
2. Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama.
3. Entry adalah memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.
4. Tabulating adalah mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data
3.9 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu
dengan melihat distribusi frekuensinya.
Setelah data terkumpul peneliti akan mengolah data dengan
memberi skor untuk kuesioner pengetahuan 1 jika jawaban baik, skor 0
jika jawaban kurang, dan untuk angket pemberian Asi Eksklusif diberi
skor 1 jika jawaban benar, dan skor 0 jika jawaban salah.
Hasil yang didapatkan dimasukkan dalam kriteria penilaian, yaitu:
1. Pengetahuan responden terhadap ASI eksklusif dikatakan baik
apabila reponden dapat menjawab pertanyaan tentang
pengetahuan dengan benar sebanyak > 50 %
32
2. Pengetahuan responden terhadap ASI Eksklusif dikatakan
kurang apabila responden dapat menjawab pertanyaan tentang
pengetahuan dengan benar sebanyak < 50 %
b. Analisis Bivariat
Analisis data untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas dan variabel
terikat dan penelitian mempunyai tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara pengetahuan ibu tentang Asi dengan Pemberian Asi
Eksklusif. Analisis yang digunakan adalah analisis Bivariat uji Chi
square (Dengan α = 0,05 ) dengan perangkat SPSS. Dikatakan ada
hubungan jika nilai P < 0,05 (H0 ditolak) dan di katakan tidak ada
hubungan jika nilai P > 0,05 (H0 diterima).
3.10 Etika Penelitian
Etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, sehingga perlu diperhatikan. Masalah etika yang harus karena
manusia mempunyai hak asasi. Etika penelitian keperawatan meliputi:
1. Persetujuan
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti wajib memberikan
informasi yang cukup untuk orang/obyek (yang berhak mewakili) yang
diteliti dan juga wajib mendapatkan izin obyek yang diteliti. Informed
33
Consent artinya ada persetujuan (consent) setelah mendapat penjelasan
(informed) tentang maksud, cara pelaksanaan dan efek dari penelitian itu
dan izin tertulis.
2. Tanpa Nama
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberiakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan diaporkan pada
hasil riset.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Suryaningtyas. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian ASI di Puskesmas
Nguter. Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses pada 5
Oktober 2012.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan, R.I.
Jakarta, 2010. Diakses pada 7 Mei 2013 pukul 14.40.
Bunda. (2008). ”Pentingnya ASI Eksklsif”. (http://www.kelymom.com/new
man/risk of formula), di akses 25 Maret 2013
Danang. 2009. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013
pukul 14.00 WITA.
Depkes. (2008). ”ASI Eksklsif Modal Pembangunan”.
(http://www.kelyman.com), diakses 3 April 2013 pukul 15.00.
Dewi Putri. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Tehnik
Pemberian Asi (Laktasi) Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Serai Kota Bengkulu. FIKES UMB. Jurnal Ilmu Keperawatan
(Online). diakses pada 5 oktober 2012.
Handy, F. 2010. Panduan Menyusui dan Makanan Sehat Bayi.
Jakarta: Pustaka Bunda.
35
Heriyanto. 2007. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses pada 8 April
2013 pukul 14.40.
Henderson, C. 2002. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:
EGC.
Helse, N. 2011. Fisiologi laktasi. Tangerang (Online). Diakses pada 9
April 2013 pukul 15.00
Irawan. 2009. Jurnal Ilmu Keperawatan (Onlie). Diakses 8 April 2013
pukul 14.40.
Irvanda. 2009. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013
pukul 14.55.
Kiki Anggrita. 2009. Hubungan karakteristik ibu menyusui terhadap
pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Medan Amplas
Tahun 2009-2010. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online).
Lipsman, et al. 2000. Jurnal Keperawatan (Online). Diakses 9 April 2013 pukul 15.20.
Martha. 2007. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013
pukul 14.50.
March. (2007). ”Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia”. (www.aimi-asi.org),
diakses 27 Maret 2013 pukul 15.30.
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Notoadmojo, S. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta:
Jakarta (Online). Diakses 7 Maret 2013 pukul 16.40.
Notoadmojo, S. (2003). Metodologi Penelitan Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta (Online). Diakses 7 maret 2013 pukul 16.50.
Notoadmojo, Soekidjo, (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke
Cipta: Jakarta (Online). Diakses 7 Maret 2013 pukul 17.00.
Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA
Press.
36
Raden Mas Bagus. 2010. Pengetahuan ibu tentang pemberian Asi eksklusif
pada bayi umur 0-6 bulan di puskesmas Grajagan kecamatan
purwoharjo Banyuwangi. Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi.
Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses pada 1 September
2012.
Rahyuningsih. 2005. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang asi
dengan pemberian kolostrum dan asi eksklusif di kelurahan
porwoyoso kecamatan ngaliyan. Semarang : UNNES (Online).
Diakses pada 2 setember 2012.
Rezky. 2008. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013
pukul 14.45.
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Soekirman, (2006). Hidup Sehat. Primamedia Pustaka: Jakarta. Diakses 18
Maret 2013 pukul 14.00.
Sulistinah. 2011. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April
2013 pukul 14.35.
Syafrudin. 2002. Untaian Materi Penyuluhan KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak). Jakarta: Trans Info Media.
Siswono. (2005). ”hidup ASI Eksklusif” (Online). Diakses 7 April 2013
pukul 17.00.
Suhariyono. (2008). ”Manajemen Laktasi”. Majalah Nirmala
(http://www.dinkesjatim.go.id), diakses 8 April 2013 pukul 16.00.
Umayah, D. 2007. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April
2013 pukul 14.15.
Umiyarni, D. 2006. ASI Eksklusif. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online).
Diakses 26Maret 2013 pukul 16.45.
Paath, Erna Francin, (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, EGC:
Jakarta (Online). Diakses 7 April 2013 pukul 17.15.
37
Wayan. 2012. Jurnal Ilmu Keperawatan (Online). Diakses 8 April 2013
pukul 14.30.
Lembar Persetujuan Responden
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
No responden :
Nama :
Umur :
Alamat :
Telah mendapatkan keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Puskesmas Buladu Kota Gorontalo.”
2. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian di antaranya mendapatkan informasi mengenai ASI Eksklusif dan cara pemberiannya.
dan setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini secara sukarela, dengan penuh kesadaran, dan tanpa keterpaksaan menyatakan bersedia / tidak bersedia *) ikut dalam penelitian.
38
Responden,
(……………………..)
*) Coret salah satu
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI PUSKESMAS BULADU KOTA
GORONTALO
Data Responden:
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jumlah anak :
Umur bayi :
Jumlah anak yang tergolong bayi :
39
40