pembenihan Ikan Nila

28
Laporan praktikum Hari/tanggal : Senin/14 Desember 2009 M.K. Dasar-dasar akuakultur Asisten : Agung Lutfhi Asep Santosa Karno Nurfadhilah Widi Widiarti PEMBENIHAN IKAN NILA Oreochromis niloticus Disusun oleh : CICI ANGGARA C44080030

description

Perikanan

Transcript of pembenihan Ikan Nila

Laporan praktikum

Laporan praktikumHari/tanggal: Senin/14 Desember 2009M.K. Dasar-dasar akuakulturAsisten: Agung Lutfhi

Asep Santosa

Karno

Nurfadhilah

Widi WidiartiPEMBENIHAN IKAN NILA

Oreochromis niloticus

Disusun oleh :CICI ANGGARA

C44080030

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangBudidaya ikan nila saat ini telah banyak dikembangkan berbagai teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk ikan nila. Hal ini disebabkan telah banyak terjadi penurunan kualitas induk ikan nila. Oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat diharapkan dalam rangka memperoleh benih yang berkualitas. Peran akuakultur dewasa ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat perairan dalam mengembangkan perikanan baik ikan konsumsi maupun ikan yang siap di distribusikan ke masyarakat untuk budidaya. Dimana akuakultur berperan dalam memproduksi biota (organisme) akuatik lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit) yang melibatkan campur tangan manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya sehingga diharapkan dapat menghasilkan benih-benih ikan nila yang produktif dan dapat menghasilkan keuntungan.Peningkatan industri budidaya ikan nila sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar lokal dan dunia menuntut ketersediaan jumlah benih yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pembenihan ikan nila memberikan peluang usaha yang sangat potensial dikarenakan permintaan pasar yang meningkat baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor, sehingga pembenihan menjadi langkah awal dalam mengembangkan usaha-usaha dalam budidaya ikan nila. Pembenihan merupakan salah satu tahapan dalam kegiatan on farm yang sangat menentukan tahap kegiatan berikutnya. Bukan hanya dalam hal pembesaran tetapi sangat mempengeruhi budidaya yang dikembangkan.Pembesaran dalam akuakultur adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan ikan yang siap untuk dikonsumsi sehingga mencapai ukuran panen melalui penyedian lingkungan hidup ikan yang optimal, dan pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, cara, dan waktu serta pengendalian hama dan penyakit.Untuk menghasilkan benih ikan nila maka sangat dibutuhkan kegiatan pembenihan sehingga dapat dihasilkan benih-ikan nila yang berkualitas dan dalam jumlah yang banyak, akibatnya kegiatan budidaya dapat terus beralngsung.

1.2. TujuanDalam praktikum ini tujuannya adalah mahasiswa mampu memproduksi ikan nila, mampu menerapkan prinsip-prinsip akuakultur di lapangan, mampu menguasai pengetahuan budidaya ikan nila sehingga menjadi tenaga-tenaga terampil yang mandiri, produktif dan profesional dalam budidaya ikan nila yang akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja baru, serta dapat meyelesaikan mata kuliah Dasar-Dasar Akukultur.

II. TINJAUAN PUSTAKA21. Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Ikan nila merupakan hewan air bertulang belakang (termasuk vertebrata) habitatnya perairan, bernapas dengan insang (terutama), bergerak dan menjaga keseimbangan tubunya menggunakan sirip-sirip, bersifat poikilotermal. Jenis ikan ini juga merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.

Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal (kompress) dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembulkan. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong letaknya. Ciri khas nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk membulat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah type ctenoid. Ikan nila (Oreochromis niloticus) juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, beitu pula pada bagian analnya. Dengan posisi sirip anal dibelakang sirip dada (abdominal). (Suyanto, 1994).

Menurut Sucipto dan Prihartono (2005), klasifikasi dari ikan nila adalah sebagai berikut:

Filum

: Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas

: Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo

: Perchomorphi

Sub ordo : Perchoidae

Famili

: Chiclidae

Genus

: OreochromisSpesies : Oreochromis sp.

Sistem pencernaan ikan nila berlangsung secara mekanik dan fisik di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati, pankreas, dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.

2.2. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Aspek-aspek dalam pembenihan ikan nila adalah sebagai berilut :

Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong

Plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan

Air sumur yang telah diaerasi semalam.

Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 50006000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya (Rijal, 2008)

Dalam pemilihan induk jantan dan betina ikan nila yang harus diperhatikan adalah jenis kelamin suatu individu ikan nila dimana dapat ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Silverin et al., 2000). Kedua faktor tersebut akan bekerja secara sinergis untuk menentukan ekspresi fenotipe suatu karakter. Faktor genetik yang memegang peranan utama dalam menentukan jenis kelamin disebut kromosom kelamin (gonosom), sedangkan kromosom yang tidak menentukan jenis kelamin autosom (yatim, 1986).

Menurut Hepher dan Pruginin (1981) ikan nila dapat dibedakan jantan dan betinanya pada saat berumur 3-6 bulan, karena pada umur tersebut ikan nila telah mampu untuk berkembang biak.

Dilihat dari ciri kelamin primer, ikan nila jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan jumlah lubang disekitar anus, pada ikan nila jantan terdapat dua lubang yaitu lubang anus dan lubang urogenital. (tempat keluarnya urine dan sperma) sedangkan pada betina terdapat 3 lubang yaitu anus, ureter (tempat kelauarnya urine) dan genital (tempat keluarnya telur). Sedangkan ciri sekunder pada ikan nila biasanya nila jantan memiliki tubuh yang lebih besar pada ukuran yang sama dan juga warnanya lebih gelap dibandingkan warna betinanya (Trewavas, 1982).

Secara umum perbedaan ikan nila jantan dan betina sebagai berikut

Betina

Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.

Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.

Warna perut lebih putih.

Warna dagu putih.

Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan (Trewavas, 1982)

Jantan

Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.

Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.

Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.

Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.

Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar (Trewavas, 1982)Pemeliharaan induk Pada usaha pembenihan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan). Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar. Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.

Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah desa miskin. Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.). Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali (Djarija, 1995)Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur. Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar. Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina. Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam. Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran. Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan didekat penggilingan tersebut. Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun (Djarija, 1995)Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengankebutuhan pasar. Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih. Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu. Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan (Djarija, 1995)Pemijahan ikan nila dilakukan secara alami dengan mencampurkan induk jantan dan betina hasil seleksi ke dalam bak semen (ukuran 10 x 5 x 1 m3), bak yang digunakan adalah bak yang tidak diberi atap dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan plankton sebagai sumber pakan alami bagi larva setelah menetas. Perbandingan induk jantan dan betina dalam pemijahan adalah 1 : 3. Bak pemijahan juga dilengkapi dengan aerasi sebanyak 10 titik. Lama pemijahan 15 hari dan panen larva dilakukan setelah hari ke 15. Selama pemijahan induk diberi pakan pellet induk sebanyak 1% dari biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. (Suryanto, 1994)Pemijahan ikan nila dapat terjadi sepanjang tahun. Pemijahan ikan nila terjadi biasanya setelah berumur 3-6 bulan, ciri-ciri jantan yang telah matang gonad ditandai dengan perubahan warana sisik, perubahan warna sisik ini sangat mencolok dengan tepian sirip warna merah. Pada ikan betina perubahan dapat dilihat pada perutnya yang membesar, genitalnya berwarna merah dan adanya tubercle. Pada habitat alaminya ikan nila memijah di tempat yang berlumpur karena ikan nila membuat sarang berupa cekungan di dasar kolam sebelum memijah. Selain itu ikan nila ini termasuk ikan yang sering memijah dan induknya terkenal agresif. Dalam wadah budidaya dilakukan beberapa persiapan tempat pemijahan sebelum memijahkan ikan nila. Ketika induk telah mendapatkan pasangan, ikan jantan mulai membuat sarang berupa cekungan di dasar kolam sebagai tempat memijah. Cekungan tersebut berbentuk bulat dengan diameter 30-50 cm atau tergantung dengan ukuran induk setelah cekungan selesai dibuat, pasangan ikan nila melakukan pemijahan. Selama proses pemijahan induk betina berada di tengah cekungan, kemudian induk betina mengeluarkan telur yang berwarna kekuningan dengan diameter 2,8 mm dan secara bersamaan induk jantan mengeluarkan spermanya di tempat tersebut dan terjadilah pembuahan. Telur yang dibuahi akan dipungut oleh induk betina dan di kulum didalam rongga mulut untuk dierami (Hepher dan Pruginin, 1981).

Telur yang di keluarkan oleh induk betina akan menetas 3-5 hari. Setelah 10-24 hari sejak pemijahan, anak-anaknya dilepas dari mulut induk, dan setelah 13-21 hari anak-anaknya akan dilepas dari mulut induk untuk selamanaya. Selama pengeraman, telur diaerasi dengan menggerakkan kedua rahang secara terus menerus, ikan nila dapat memijah lagi setelah 1,5 bulan (Hepher dan Pruginin, 1981).Ikan nila cepat sekali berkembang biak, dalam umur 5-6 bulan ikan nila betina(Sarotherodon niloticus) telah dapat berproduksi dan menghasilkan telur sebanyak 300-3500 butir. Oleh karena itu sering sekali dijumpai kelimpahan populasi ikan nila tersebut di kolam (Balarin dan Haltyer, 1982).

Menurut Puslitbang Perikanan (1991) bahwa ikan dapat berkemabng biak sepanjang tahun secara alamiah di daerah tropis. Ikan ini dapat memijah 6-7 kali dalam setahun, frekuensi pemijahan terbanyak terjadi pada musim hujan. Seeekor ikan nila betina denga berat 600 gram menghasilkan 1200-1500 ekor setiap pemijahan.

Pemanenan larva dilakukan dengan cara mengurangi air bak hingga ketinggian 20 cm. Induk ditangkap terlebih dahulu dengan jaring induk (mesh size >0,5 inchi) dan dipisahkan antara jantan dan betina untuk dimatangkan gonadnya kembali. Larva nila merah yang baru menetas mempunyai panjang 2 mm dengan berat rata-rata 0,02 mg/ekor. Penangkapan larva dilakukan dengan jaring larva (mesh size