Presentasi Kasus Total Intravena Anestesi

Post on 05-Feb-2016

51 views 2 download

description

Total Intravena Anestesi

Transcript of Presentasi Kasus Total Intravena Anestesi

PRESENTASI KASUS “ANESTESI UMUM DENGAN

TIVA”Pembimbing :

Dr.Joko Waluyo Sp.An

Di susun oleh :Samuel G H Simbolon

1210221006

PENDAHULUAN•Dalam melakukan suatu tindakan Anestesi terhadap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi, kita dapat memilih berbagai macam cara anestesi. Dari berbagai macam pilihan tersebut, sebagian besar operasi (70 % - 75%) dilakukan dengan cara anestesi umum.

•Faktor – faktor yang memengaruhi pemilihan cara anestesi antara lain adalah umur, status fisik pasien, posisi pembedahan, keterampilan dan pengalaman dokter anestesi

•Salah satu pilihan cara anestesi umum yang cukup sering digunakan adalah teknik total intravenous anesthesia (TIVA). TIVA merupakan salah satu tehnik anestesi dimana obat – obat anestesinya diberikan melalui jalur intravena tanpa menggunakan zat volatile.

IDENTITAS PASIEN & PELAKSANAAN

Tanggal Masuk : 26 Februari 2015 Tanggal Operasi : 27 Februari 2015 No Rekam Medis : 35 06 32 Nama Pasien :Ny. S W Umur :70 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Warga Negara

Indonesia Agama :Islam Alamat :Jl.Bambu duri XII Jaktim

ANAMNESA

Keluhan Utama Batuk-batuk sejak 4 tahun SMRS Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poliklinik paru pada tanggal

2 Februari 2015 dengan keluhan batuk menahun sejak 4 tahun SMRS. Keluhan disertai dengan sulit untuk mengeluarkan dahak dan mudah lelah. Sejak tahun 2012 pasien sering bolak-balik control ke poliklinik paru dengan keluhan yang sama dan hingga sekarang keluhan juga tidak membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu

Alergi obat : disangkal Alergi makanan : disangkal Hipertensi :Riwayat Hipertensi, terkontrol, rutin

meminum obat captopril dan amlodipin Diabetes Melitus : disangkal Asma : disangkal Penyakit Paru : disangkal Penyakit Jantung : disangkal Penyakit Ginjal :disangkal Penyakit Hati : disangkal Pemakaianobat-obatan: captopril dan amlodipin

Riwayat Penyakit Keluarga Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit keluarga

hipertensi, kencing manis, tumor, dan kanker.

Riwayat Kebiasaan Merokok :disangkal Alkohol : disangkal Narkoba : disangkal

Riwayat Anestesi dan Operasi Pasien menyatakan pernah menjalani operasi tiroid 20

tahun yang lalu, dengan bius total, dan tidak ada masalah selama dan setelah operasi.

Pemeriksaan Fisik

26 Februari 2015Status Generalis Keadaan umum : Tampak tenang dan baik Kesadaran : Compos Mentis Berat badan : 44 kg Tinggi badan : 160 cm BMI : 15.625 UnderweightTanda – tanda vital Tekanan darah : 140/80 mmHg Nadi : 80 x/ menit, irama teratur, isi cukup Pernapasan : 18 x/ menit, reguler, torakoabdominal Suhu : 36,50C

Kepala :Normocephal, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut.

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Bentuk dan daun telinga normal, liang telinga lapang.

Hidung : Bentuk normal, deformitas (-), napas cuping hidung (-)

Mulut : Mukosa lembab, sianosis (-), mallampati 2

Gigi geligi : Gigi palsu (-), gigi goyang (-)

Leher : Tampak simetris, deviasi trakea (-), limfonodi tidak teraba,

thyromental>3cm, pergerakan ekstensi dan fleksi leher

sempurna Thoraks : Deformitas (-), retraksi (-). Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba pada ICS V

midclavicula sinistra. Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal. Auskultasi: BJ I-II normal, murmur tidak ada, gallop

tidak ada.

Paru-paru Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis. Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri,

pengembangan dada normal. Perkusi : Sonor dikedua lapang paru. Auskultasi: Suara napas vesikuler, tidak ada ronki, tidak ada

wheezing. Abdomen Inspeksi : Datar Auskultasi: Bising usus positif normal. Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), nyeri CVA (+) Palpasi : Supel, nyeri tekan(-), hepar lien tidak teraba. Ektremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, tidak ada

udem.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium

HEMATOLOGI( TANGGAL 3 FEBRUARI 2015)

Hb : 13,5 mg/dl (13-16mg/dl)

Hematokrit :40 % (37-49%) Eritrosit : 4.4 (4.3 – 6

juta/uL) Leukosit : 8820 /uL (4500-

13000/uL) Trombosit :280.000/uL

(150.000-450.000/uL) LED : 71 (<30

mm/jam) Hitung Jenis: Basofil : 0 (0-1%)

Eosinofil : 4 (1-3%) Batang : 2 (2-6%) Segmen :52 (50-70%) Limfosit : 34 (20-40%) Monosit : 8 (2-8%) MCV : 92 fL (78-102 fL) MCH : 31 pg (25,0-35,0

pg) RDW :14 % (11,5-14,5%)

HITUNG JENIS KIMIA DARAH (TANGGAL 26 FEBRUARI 2015)

Eosinofil : 1 (2-4) Basofil : 0 (0-1) Neutrofil batang : 0 (3-

5) Neutrofil segmen : 49

(50-70) Limfosit : 41 (25-40) Monosit : 9 (2-8) Rhesus : +

Ureum :37 mg/dl (20-50mg/dl)

Kreatinin :0.8 mg/dl (0.5-1.5mg/dl)

SGPT :20 mg/dl (<33mg/dl) SGOT :14 mg/dl (<26mg/dl) Bilirubin Total : 0.44

(<1.5mg/dl) Albumin : 4.5 (3.5-5.0 g/dl) Kolesterol total : 215 (<200

mg/dl) Trigliserida : 148 (< 160mg/dl) Kolesterol HDL : 59 (> 35 mg/dl) Kolesterol LDL : 126 (<100

mg/dl) G.Darah Sewaktu :89 mg/dl

KOAGULASI (TANGGAL 3 FEBRUARI 2015)

PEMERIKSAAN TAMBAHANRONTGEN THORAKS (TANGGAL 3 FEBRUARI 2015)

PT Kontrol : 11.1 detik

PT Pasien : 9.4 detik (9.3-11.8 detik)

APTT Kontrol : 33.2 detik

APTT Pasien : 35.6 detik (31- 47 detik)

Kesan : Cor dan Pulmo normal

Diagnosa

Pra bedah : Susp. Jamur Paru Anestesi : ASA II, dengan riwayat

hipertensi terkontrol

Rencana Tindakan

Operasi : Broncoscopy Anestesi : Anestesi umum intravena

Persiapan Pasien

Persiapan pasien pra-

anestesi

Informed consent

Surat Persetujuan

operasi

Pasien Dipuasakan

Pembersihan Pasien

Pendataan kembali pasien

Px. Fisik

Menggunakan Pakaian

Pasien

Posisikan pasien

Persiapan Alat

Persiapan Alat

EKG

Sfigmomanometer digital

Saturasi Oksigen

Infus Set

Abocath Threeway

Spuit 5cc dan 10cc

Plester

PERSIAPAN OBAT ANESTESI

PERSIAPAN OBAT CAIRAN :

Fentanyl (dosis 0.05 mg/cc berisi 2 mL)

Midazolam (dosis 1 mg/cc berisi 5 mL)

Propofol (dosis 10 mg/cc berisi 20 mL)

Asam Traneksamat Ondansetron 4 mg Sulfa-Atropin 0.25

mg

Ringer Laktat

OBAT EMERGENSI Sulfas Atropin

dosis 0.5 mg- 1 mg IV Lidocaine

dosis 4,5 mg/kg/dose, sediaan 20mg/ml total 2 ml

Epinephrinedosis 1 mg atau 0.02 mg/kg larutan 1:10.000

Ephedrine dosis 5-20 mg

Prostigmindosis 0.05 mg/kgBB (maks 5 mg)

Tramadoldosis 50-100mg per 4 jam (maks 400mg/hari)

Dexamethasondosis 0.5- 25 mg/hari IV

Aminophyllinedosis 5-6 mg/kg IV

Metocloperamidedosis 10 mg IV

Amiodaronedosis 150 mg IV dalam 10 menit (maks 2.2 gr)

Obat Anestesi Umum untuk maintenance :

Propofol Oksigen

Pelaksanaan Tindakan

PERSIAPAN

Pukul 09.50 WIB Memasang akses

intravena dan memasang infus RL 1

Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse

Mengukur tekanan darah TD 176/90 mmHg, nadi

93x/menit, saturasi O2 100%, pernapasan 18x/menit

Pukul 10.00 WIB Diberikan midazolam 1 mg

melalui intravena Diberikan fentanyl 50 mcg

melalui intravena Diberikan propofol 20 mg

melalui intravena Diberikan O2 melalui

sungkup muka dengan aliran 2L/menit

TD 170/79 mmHg, nadi 90x/menit, saturasi O2 99%

Pukul 10.05 WIB Mulai

pembedahan(Broncoscopy) Mulai TD 160/70 mmHg, nadi

40x/menit, saturasi O2 99% Pukul 10.10 TD 120/70 mmHg, nadi

40x/menit, saturasi O2 70% Diberikan propofol 20 mg

melalui intravena Diberikan Sulfa atropin 0.25

mg Diberikan oksigen face mask

Pukul 10.20 TD 120/60 mmHg, nadi

80x/menit, saturasi O2 99% Diberikan propofol 20 mg

melalui intravena Pukul 10.30 TD 120/60 mmHg, nadi

80x/menit, saturasi O2 99% Diberikan propofol 20 mg

melalui intravena Pembedahan Selesai

Pukul 10.35 TD 120/80 mmHg, nadi

60x/menit, saturasi O2

99% Cairan RL 1 habis,

sebanyak 300ml Anestesi selesai Monitor EKG, tensimeter

digital, pulse oksimetri Pasien dibawa ke ruang

pemulihan

Cairan yang diberikan selama anestesi :

RL 1 :500 ml RL 2 : 500 ml Total : 1000 ml   Cairan yang keluar

selama operasi : Darah :1cc

HASIL PEMERIKSAAN BRONCOSCOPY

Kesimpulan : Seluruh cabang-

cabang bronkus terbuka, mukosa hiperemis dengan slym di beberapa lokasi, sedikit mukosa berdarah di LBKI.

PENGAWASAN ANESTESI POSTOPERATIF

Anestesi dilakukan mulai pukul 10.00 WIB.

Pembedahan dimulai pada pukul 10.05 WIB

Pembedahan selesai pada pukul 10.30 WIB.

EKG ritme jantung dalam batas normal, saturasi oksigen 99%

Masuk ruang pulih :10.45

Tanda Vital : Tekanan Darah :

130/70 mmHg Nadi :70x/min Pernafasan : 15x/min Jalan Nafas : Normal Pernafasan : Spontan,

adekuat bersuara Kesadaran : Sadar betul,

Compos Mentis

ALDRETTE SCORE KELUAR KAMAR PULIH :11.15

Aktivitas : 2 Sirkulasi : 2 Pernafasan : 2 Kesadaran : 2 Warna Kulit : 2

Total : 10

Tanda Vital : Tekanan Darah: 120/85 mmHg

Nadi : 84x/min Pernafasan : 18x/min

Aldrette Score Aktivitas :2 Sirkulasi : 2 Pernafasan : 2 Kesadaran : 2 Warna Kulit : 2 Total :10 Post Operasi : Ke ruang rawat

inap

Instruksi Pasca Bedah

Apabila kesakitan, maka diberikan Fentanyl 50 mcg IV

Apabila mual muntah, diberikan Ondansentron 4 mg IV

Infus Ringer Laktat 30 tetes/menit Pasien diizinkan minum dan makan

setelah sadar betul dan bila tidak ada mual dan muntah.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Anestesi Umum Anestesi berasal dari kata Yunani, an- yang

berarti “tidak” atau “hilang” dan aesthetos yang berarti “persepsi, kemampuan untuk merasa”

secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh

Anestesia umum adalah tindakan meniadakan rasa nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible.

Komponen dalam anesthesia umum adalah : hypnosis (hilangnya kesadaran), analgesia (hilangnya rasa sakit), arefleksia (hilangnya refleks-refleks motorik tubuh, memungkinkan imobilisasi pasien), relaksasi otot, memudahkan prosedur pembedahan

dan memfasilitasi intubasi trakeal, dan amnesia (hilangnya memori pasien selama

menjalani prosedur).

TIVA

Anastesi umum dengan intravena atau total intravenous anesthesia (TIVA) adalah suatu teknik anestesi umum dimana seluruh obat dimasukan melalui jalur intravena, mulai dari premedikasi, induksi serta rumatan anestesi, tanpa menggunakan zat inhalasi.

TIVA adalah teknik anestesi yang membuat pasien tidur dengan nyenyak tanpa disertai rasa sakit dan kecemasan, serta menimbulkan gejala amnesia anterograde yaitu pasien tidak mengingat jalannya operasi.

Kelebihan

Sebagai obat induksi anestesi umum dengan minimal reflek batuk

Untuk obat tuggal untuk anestesi pembedahan singkat

Digunakan untuk tambahan untuk inhalasi yang kurang kuat

Bermanfaat untuk obat tambahan anesthesia regional

Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan sedasi

Kekurangan

Dalam segi harga, TIVA tergolong mahal. Respon klinik lebih luas pada saat tingkat

obat yang sama disbanding dengan gas inhalasi anestesi

Tidak dapat diperkirakan kedalaman anestesi tiap pasien bedah

Obat-obat yang dapat digunakan untuk TIVA dapat diberikan secara tunggal atau dalam kombinasi, tergantung pada pasien dan prosedur operasi.

Untuk tahap sedasi dapat digunakan golongan benzodiazepine (midazolam, diazepam, lorazepam) dan opioid

(fentanyl), tahap hipnotik dapat digunakan propofol, ketamin, golongan benzodiazepine, dan golongan barbiturates (thiopental, thiamylal, methohexital, pentobarbital).

Untuk tahap analgesic golongan opioid khususnya fentanyl, alfentanyl, serta petidin dapat diberikan.

Untuk beberapa indikasi, pelemas otot (muscle relaxant) dapat diberikan atracurium, rocuronium bromide

Indikasi diberlakukannya anestesi intravena adalah :

Sebagai salah satu alternatif lain selain anestesi inhalasi

Digunakan untuk pasien One day surgery yang diperlukan pemulihan yang cepat dan lengkap

Memudahkan dalam pembedahan tracheal, laryngeal, dan endoskopi saluran nafas

Situasi dimana sulit diberikan anestesi inhalan karena ketidak tersediaan

Serta dimana pemberian tidak menguntungkan

Syarat obat yang ideal untuk TIVA adalah :

Mula kerja obat tersebut cepat, namun lama kerjanya pendek

Memiliki efek amnesia dan analgesia Pemulihannya cepat Obat yang dimasukan tidak merusak vena

baik saat disuntikan, phlebitis, dan thrombosis atau munculnya kerusakan jaringan bila ada ekstravasasi atau suntikan intraarteri

Memiliki efek yang minimal terhadap sistem kardiovaskuler dan respirasi

Tidak menyebabkan mual dan muntah

Obat-obatan yang diperlukan untuk TIVA

MIDAZOLAM Waktu paruh distribusinya 7 – 15 menit, dan

waktu paruh eliminasi 2 – 4 jam Midazolam larut dalam air, lebih poten

daripada diazepam dan tidak memiliki metabolit aktif.

Potensi yang tinggi dan waktu aksi yang lebih pendek membuat midazolam menjadi pilihan yang baik untuk digunakan

Dosis penggunaan MIDAZOLAM

Penggunaan Melalui Dosis (mg/kg) Onset

(min)

Durasi (min)

Adult Premedikasi IM 0.05 – 0.1 5-10

IV Titrates 1-2.5 mg 1-2 15-80

Sedasi IV 0.01 – 0.1

Induksi IV 0.1 – 0.4

FENTANYL

adalah salah satu golongan opioid yang sering digunakan dalam TIVA.

Efek pada fentanyl pada organ tubuh : Kardiovaskuler

Dosis tinggi fentanyl dapat berakibat bradikardi, venodilatasi, dan penurunan reflek simpatetik oleh mediasi saraf vagus, sehingga membutuhkan vasopressor seperti ephedrine untuk mengatasinya.

Efek pada fentanyl pada organ tubuh ...

RespiratoriGolongan opioid dapat membuat depresi nafas oleh efek penurunan laju nafas.

SerebralPada golongan opioid secara keseluruhan menimbulkan penurunan konsumsi oksigen di otak, penurunan aliran darah otak, dan tekanan intracranial, walaupun efeknya lebih minimal dibandingkan golongan barbiturates ataupun benzodiazepine.

GastointestinalOpioid menurunkan kecepatan pengosongan lambung oleh karena penurunan peristaltic.

Kegunaan Melalui Dosis µg/kg onset Durasi

adult Sedasi/analgesia IV 0.5-1 , maint 0.01-0.04/min

3-7 min 30-60 min

oral 200-800 10 min

induksi IV 1-3, maint 0.1-5/hour

Post operasi IV 0.5 – 1.5 µg

PROPOFOL

Propofol memiliki waktu paruh distribusi sekitar 2-8 menit dan terdistribusikan kembali 30-60 menit.

Popofol dengan cepat dimetabolis di hati sepuluh kali lebih cepat daripada thiopental.

Propofol dieksresi di urin sebagai glucoronide dan sulfate conjugates.

Efek propofol pada organ :

Respiratori Pada dosis biasa propofol menyebabkan depresi dari central

ventilatory drive dan apnea transien. Walaupun demikian, propofol tidak menyebabkan perubahan

pada bronkus. Kardiovaskuler

Propofol dapat membuat penurunan tekanan darah selama induksi berlangsung yang diakibatkan oleh penurunan tahanan pembuluh darah tepi dan venodilatasi oleh karena pengabatan dari aktivitas simpatetik vaskonstrikisi.

Propofol juga memiliki efek inotropik yang cepat dari pada obat anestesi yang lain, namun tidak berpengaruh pada nadi.

Serebral Propofol menurunkan aliran darah otak dan tekanan

intracranial.

Dosis propofol yang diberikan :

Kegunaan Melalui Dosis Onset (min) Durasi (min)

adult induksi IV 2-2.5 mg/kg 3-8 30-75

Infus rumatan IV 50-200 µg/kg/min 3-8

Infus sedasi IV 25-100 µg/kg/min 3-8

Persiapan

Kunjungan Preoperasi Sebelum dilakukannya operasi, pasien harus kita

informasikan mengenai persiapan operasi khususnya untuk menghindari adanya kontraindikasi sekaligus komplikasi pada anatesi melalui kunjungan preoperasi.

Anamnesa Pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (nadi,

tekanan darah, tinggi badan, berat badan, BMI, laju pernafasan); pemeriksaan pada kardivaskuler dan respiratori dilakukan dengan inspeksi adanya carotid bruits, pernafasan dengan bantuan otot luar, auskultasi suara jantung dan paru.

Pada sistem pernafasan perlu dilakukan pemeriksaan khusus :

Skor malampati

Kelas 1: visibilitas Penuh tonsil, uvula dan langit-langit lunak Kelas 2: Visibilitas dari palatum keras dan lunak, atas bagian dari amandel dan uvulaKelas 3: palatum lunak dan keras dan dasar uvula yang terlihatKelas 4: Langit-langit mulut hanya terlihat bagian yang keras

Jarak Thyromental (jarak mental dan kartilago thyroid), bila <6 cm mengindikasikan adanya kesulitan intubasi

Pergerakan tulang cervical (flexi dan extensi) Pemeriksaan dengan mulut terbuka untuk mengukur besar mandible

dan lidah, serta kondisi gigi (goyang ataupun adanya gigi palsu)

Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi harus diinformasikan untuk menjalani puasa kurang lebih 8 jam sebelum operasi. Minum air putih perlu dipuasakan kurang lebih 2 jam sebelum operasi.

Kemudian, pasien harus dipastikan telah menjalani pemeriksaan sebelumnya, beberapa pemeriksaan itu adalah : EKG untuk melihat riwayat fungsi jantung, foto x-ray dada, tes fungsi paru, tes urin, tes kehamilan, Hemoglobin, tes fungsi hati (SGOT/SGPT/albumin/bilirubin), tes koagulasi darah, tes gula darah, ekokardiogram.

Semua hasil anamesa dan pemeriksaan beserta hasil tes pasien, dirangkum untuk menentukan ASA (American Society of Anesthesiologists) pasien.

ASA 1 Normal healthy patient No organic, physiologic, or psychiatric disturbance; excludes the very young and very old; healthy with good exercise tolerance

ASA 2 Patients with mild systemic disease No functional limitations; has a well-controlled disease of one body system; controlled hypertension or diabetes without systemic effects, cigarette smoking without chronic obstructive pulmonary disease (COPD); mild obesity, pregnancy

ASA 3 Patients with severe systemic disease Some functional limitation; has a controlled disease of more than one body system or one major system; no immediate danger of death; controlled congestive heart failure (CHF), stable angina, old heart attack, poorly controlled hypertension, morbid obesity, chronic renal failure; bronchospastic disease with intermittent symptoms

ASA 4 Patients with severe systemic disease that is a constant threat to life

Has at least one severe disease that is poorly controlled or at end stage; possible risk of death; unstable angina, symptomatic COPD, symptomatic CHF, hepatorenal failure

ASA 5 Moribund patients who are not expected to survive without the operation

Not expected to survive > 24 hours without surgery; imminent risk of death; multiorgan failure, sepsis syndrome with hemodynamic instability, hypothermia, poorly controlled coagulopathy

ASA 6 A declared brain-dead patient who organs are being removed for donor purposes

Peralatan yang diperlukan TIVA :

Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.

Peralatan resusitasi atau pemasangan infuse cairan (ukuran 18 G, 20 G yang sering dipakai untuk dewasa)

Syringe (suntikan) 5 mL untuk larutan fentanyl Sryringe (suntikan) 5 mL untuk larutan

midazolam Syringe (suntikan) 10 mL untuk larutan propofol Antiseptik yang cocok untuk membersihkan

kulit contohnya chlorhexidine, iodine, atau methyl alcohol.

Selain peralatan TIVA, beberapa alat yang harus dipersiapkan

: STATICS (scope, tubes, airway, tapes,introducer, connector, suction); menyiapkan peralatan elektronik seperti monitor; memeriksa sumber gas dan flowmeter.

Perawatan post-operative

Pasien harus diijinkan untuk berada di ruang pemulihan bersama dengan pasien anestesi lainnya setelah operasi berakhir.

Pasien tetap harus dipantau kondisnya baik dari tekanan darah, saturasi oksigen, cairan, dan kebutuhan oksigen, selain itu untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya, pasien perlu diobservasi menggunakan Aldrette score :

Aldrette score no Kriteria Skor Kondisi

1 Aktivitas 2 Mampu menggerakan 4 ekstremitas, dengan/tanpa perintah

1 Mampu menggerakan 2 ekstremitas, dengan/tanpa perintah

0 Tidak mampu menggerakan ekstremitas

2 Respirasi 2 Mampu bernafas dalam dan batuk dengan bebas

1 Dispnea, nafas dangkal atau terbatas

0 Apnea

3 Sirkulasi 2 TD 20 mm dari nilai pra-anestesia

1 TD 20-50 mm dari nilai pra-anestesia

0 TD 50 mm dari nilai pra-anestesia

4 Kesadaran 2 Sadar penuh

1 Bangun jika dipanggil

0 Tidak berespon

5 Saturasi oksigen 2 Mampu mempertahankan saturasi >92%dengan udara kamar

1 Memerlukan inhalasi oksigen untuk mempertahankan saturasi >90%

0 Saturasi oksigen <90% meski dengan suplemen O2

Pembahasan

Pada kasus ini, Pasien perempuan berusia 70 tahun dengan diagnosis Suspect. Jamur Paru Pro Broncoscopy.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ditemukan dalam keadaan baik, tidak tampak cemas akan operasi yang akan dijalankan, dan memiliki harapan tinggi akan kesembuhan setelah operasi tersebut. Pada pemeriksaan lab ditemukan peningkatan LED, eosinofil, kolesterol LDL, kolesterol total.

Melihat kondisi ini, maka menurut ASA (American Association of Anesthesiologist ), pasien termasuk dalam status ASA II dengan riwayat hipertensi yang terkontrol.

Dengan permasalahan tersebut, ditetapkan untuk digunakan anestesi umum dengan TIVA, dengan alasan : Permintaan dari DPJP yang terkait Waktu yang diperlukan untuk melakukan pembedahan

relatif singkat (kurang lebih 2 jam) Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pada pasien

untuk dilakukan anestesi umum dengan sungkup muka.

Obat yang dipilih pada anestesi umum ini adalah

Midazolam : Dosis yang digunakan untuk sedasi ini adalah

0,01 – 0,1 mg/kgBB, dan dosis yang digunakan pada pasien adalah 0,03 – 0,04 mg/kgBB sehingga 0,03 x 44 = 1, 32 dibulatkan menjadi 1 mg. Onset dari midazolam sangat cepat yaitu 2-3 menit. Durasinya adalah 20 – 40 menit.

...

Fentanyl Dosis yang diberikan untuk analgesia adalah

1-2 mcg/kgBB, dan dosis yang diberikan pada pasien ini adalah 1 mcg/kgBB sehingga diberikan fentanyl sebanyak 1 x 44 =44 mcg dengan pembulatan menjadi 50 mcg.

Fentanyl juga dapat membuat pasien beresiko rendah terkena thrombosis dari vena. Onset dari fentanyl adalah 30 detik sampai 1 menit. Durasinya adalah 30 - 60 menit.

...

Propofol Dosis yang digunakan untuk propofol ini

adalah 2-2,5 mg/kgBB. Pada pasien ini propofol digunakan dengan dosis 80 mg. Onset dari propofol sangat cepat yaitu 30 – 45 detik dengan durasi 20 – 75 menit.

Obat Tambahan

Sulfa Atropin 0.25 mg Diberikan atas indikasi bradikardi pada

intraoperative sehingga diharapkan mengembalikan bradikardi yang berlebihan. Dosis yang diberikan sebanyak 0.25 mg

Pada pasien ini tidak didapatkan komplikasi atau efek samping dari anestesi umum.Untuk mencegah terjadinya efek samping seperti mual dan muntah pada post operatif diberikan ondansteron sebanyak 4 mg melalui IV.

Terapi cairan

Berat badan 44 kg, puasa 8 Jam. Cairan Maintenance :

4 x 10= 40

2 x 4= 81 x 0=

+48 cc/jam

Kebutuhan Cairan Intraoperatif :6cc x 53 = 254 cc

Penggantian Cairan Puasa :8 x 44 = 352 cc

Kebutuhan Cairan 1 jam pertama :48 + 254 + ½ x 352 = 478cc

Kebutuhan cairan 1 jam kedua :48 + 254 + ¼ x 352= 390cc

Kebutuhan cairan 1 jam ketiga :48 + 254 + ¼ x 352 = 390cc

Kebutuhan cairan jam keempat dan seterusnya :48 + 254 = 258cc

Melihat kebutuhan cairan yang didapat dari demografik pasien, pemberian cairan yang diberikan dapat dibilang cukup karena dalam kurun 30menit intraoperative, pasien dapat diberikan 2 colf Ringer laktat 500 ml, yang kemudian dilanjutkan pemberian post operatif sebanyak 30 tetes/menitnya.

Pada monitoring post operatif pukul 10.45 pasien keluar dengan keadaan stabil tekanan darah : 120/85 mmhg, denyut nadi : 84 x/min, dengan laju respirasi 18x/min. Pasien

dipersilahkan meninggalkan ruang recovery pada pukul 11.15 dengan ALDRETTE score 10, yang dinilai dari aktivitas pasien 2, sirkulasi 2, pernafasan 2, kesadaran 2, warna kulit 2.

Untuk penanganan ruangan, diperlukan pemberian analgetik Fentanyl 50 mcg IV. Apabila pasien mual-muntah diberikan ondansentron 4 mg iv. Pasien diperbolehkan minum secara bertahan setelah mual dan muntah hilang.

Terimakasih...