ppt difteri

Post on 11-Dec-2015

128 views 7 download

description

ppt difteri

Transcript of ppt difteri

Difteri pada Anak

Melisa Citra Ika Mulya

102013443

F5

Kasus• Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ibunya ke

IGD RS karena sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan didahuluibatuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Dua hari yang lalu anak mengalami demam disertai nyeri menelan. Pasien juga tidak mau makan. Riwayat imunisasi pasien ternyata tidak lengkap

Rumusan Masalah• Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun mengeluh sesak

nafas sejak 1 hari yang lalu Hipotesis• Anak ini diduga menderita difteri karena adanya infeksi

dari corynebacterium diphtheria

Anamnesis

• Identitas pribadi• Keluhan utama• RPS• RPD• Riwayat penyakit keluarga• Riwayat sosial• Riwayat pribadi

Pemeriksaan Fisik

• Sakit berat, compos mentis, sesak napas, frekuensi nafas 50x/menit, denyut nadi 130x/menit, suhu 40 derajat C

• Auskultasi: stridor• Inspeksi: leher membesar dan teraba

keras serta kedua tonsil membesar dengan ditutupi selaput putih keabu-abuan yang menyebar sampai ke dinding faring.

• Perkusi• Palpasi

Pemeriksaan Penunjang

• Pewarnaan neisser : batang gram (+)

• Kultur– Selektif

• medium agar tinsdale: koloni hitam / coklat

• medium agar tellurite: warna hitam dan hambat flora normal traktus respiratorius

– Non selektif• medium agar serum

loeffler

• Deteksi toksin• elec-ouchterloby test

– teknik imunodifusi ==> terbentuk reaksi toksin dengan anti toksin kemudian terjadi ikatan

Working Diagnosis

Difteri• Penyakit infeksi akut yang terjadi secara

lokal yang disebabkan oleh basil gram (+), ditandai dengan terbentuknya eksudat pada tempat infeksi dan diikuti gejala umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi

Differential Diagnosis

• Abses retrofaring• Akibat dari faringitis bakteri, adanya penyebaran

dari suatu infeksi luka setelah luka tembus pada faring bagian belakang.

• Demam tinggi, kesulitan menelan, tidak mau makan, nyeri tenggorokkan, terlihat penonjolan pada dinding belakang faring

• Abses peritonsiler• jarang ditemukan pada anak-anak. • didahului oleh serangan faringotonsilitis akut• nyeri tenggorokkan hebat, sulit membuka mulut,

penderita menolak untuk berbicara dan menelan. kadang terdapat kejang pada otot leher

Epidemiologi

• Sebagian besar terjadi pada tunawisma, kelompok sosioekonomi rendah, pecandu alkohol, dan orang-orang yang blm diimunisasi / tidak lengkap

• Angka kematian antara 5-10%

• 20% pada anak-anak < 5 tahun dan dewasa > 40 tahun

Etiologi

• Disebabkan oleh corynebacterium diphtheria

• Batang gram (+) tidak berspora• Tidak bergerak• Aerobik dan dapat bentuk eksotoksin• 3 jenis yang memproduksi eksotoksin

• gravis: koloni besar, kasar, ireguler, abu-abu, tidak hemolisis eritrosit

• mitis: koloni kecil, halus, hitam, hemolisis eritrosit• intermediate: kecil, halus, bintik hitam ditengah,

hemolisis eritrosit

• gravis dan intermediate > virulen

• gravis ==> fermentasi tepung kanji

Patogenesis

• Kepadatan penduduk, sanitasi, mobilisasi, imunisasi tidak lengkap, kurang fasilitas kesehatan, pasien immunocompromised ==> faktor penularan

• Penularan melalui droplet, sekret nasofaring, debu, baju, dan benda terkontaminasi

• masuk melalui sal pernapasan atas ==> berkembang pada sel epitel ==> menghasilkan eksotoksin ==> Rx inflamasi lokal ==> kerusakan jaringan & nekrosis

Gejala Klinis

• Inkubasi 2-5 hari• sakit tenggorokkan dan

radang faring ringan• terdapat pseudomembran• pembengkakan limfe ==>

bullneck• demam, menggigil,

malaise, sakit tenggorokkan, sakit kepala, limfadenopati, pseudomembran, suara serak, disfagia, dispnea, stridor, mengi, batuk

• gagal pernapasan karena obstruksi saluran napas

• miokarditis, disfungsi miokard (takikardi, suara jantung melemah, aritmia)

• kelainan sistem saraf (paralisis bilateral, motorik dominan dari sensorik)

Tatalaksana

• Istirahat di tempat tidur 2-3 minggu• Makan makanan cair / lunak• Periksa EKG 2-3 kali seminggu• Miokarditis ==> istirahat 1 minggu• Paralisis ==> fisioterapi pasif kmd aktif• Obstruksi laring ==> tracheostomi• Antitoksin

• difteri fausial ringan 20.000 - 40.000 U IV• difteri fausial sedang 40.000 - 60.000 U IV• difteri berat 80.000 - 120.000 U IV

• Antibiotik• penisilin IM 2x sehari selama 14 hari• eritromisin 2 gram/hari oral 4x sehari• amoksisilin, rifampisin, dan klindamisin

Komplikasi

• Kegagalan pernapasan• Edema jaringan dan nekrosis• Miokarditis• Dilatasi jantung• Endokarditis• Gangguan irama• Blok jantung• Disritmia• Pneumonia bakterial sekunder• Disfungsi saraf kranial• Neuropati perifer• Kelumpuhan total• Neuritis optik• Syok• Artritis septik• Osteomielitis• Kematian

Pencegahan

• Dengan vaksinasi• Bentuk toksoid difteri ada 4 macam• DTaP, Tdap, DT dan Td• Pada anak DTaP

• diberi pada umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15-18 bulan, dan 4-6 tahun

• Pada dewasa Tdap• DT diberi pada anak, remaja, dewasa sebagai

booster setiap 10 tahun / bila terkena paparan

Kesimpulan

• Hipotesis diterima, anak ini menderita diferi karena adanya pseudomembran yang mudah berdarah dan karena adanya riwayat imunisasi yang tidak lengkap.

Terima Kasih