Post on 12-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, disebabkan bakteri dan juga
dapat disebabkan oleh jamur. Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko
terjadi trauma pada kulit dan hygine buruk. Insidensi folikulitis pada
masyarakat luas sulit ditentukan karena banyak individu yang terkena
infeksi ini tidak pernah berobat ke dokter. Dengan penanganan yang tepat,
pasien folikulitis memiliki prognosis yang baik. Gangguan ini biasanya
menghilang dalam dua hingga tiga minggu. Prognosis pasien folikulitis
tergantung pada intensitas infeksi dan kondisi fisik pasien serta kemampuan
tubuhnya untuk menahan infeksi. Folikulitis dapat menyebabkan beberapa
komplikasi antara lain : selulitis, furunkulosis, skar, kerusakan folikel
rambut, dan kebotakan permanen. Folikulitis dapat sembuh sendiri setelah
dua atau tiga hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten dan rekurens
perlu penanganan lebih lanjut.1
Pitirosporum folikulitis ( malassezia folikulitis) merupakan penyakit
yang sudah cukup lama dikenal di dunia kedokteran, khususnya di kalangan
para ahli kulit, oleh karena klinis mirip akne vulgaris. Di daerah tropis
penyakit ini menarik perhatian para dokter kulit setelah dipublikasikan di
Korea, Filipina, dan Indonesia.1
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pitirosporum folikulitis adalah penyakit kronis pada folikel
polisebasea yang disebabkan oleh spesies pitirosporum, berupa papul
(Penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 0,5 cm) dan pustul
folikular, yang biasanya gatal dan terutama berlokasi dibatang tubuh, leher
dan lengan bagian atas.1
Pitirosporum follikulitis adalah suatu kondisi kulit yang berkembang
karena jamur dalam folikel rambut dan menyebabkan pruritus (gatal) yang
papulopustulosa, dengan bentuk menyerupai jerawat hanya saja pada
pityrosporum folliculitis papulnya berwarna lebih merah terang. Pustula ini
terbentuk dari pertumbuhan berlebih dari jamur penyebabnya.1,2
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, organisme Malassezia dapat ditemukan pada
kulit dalam 75-98% dari orang sehat. Organisme ini merupakan bagian dari
flora kulit normal dari banyak individu yang tidak memiliki tanda-tanda
atau gejala dari folikulitis atau penyakit lainnya. Kolonisasi oleh M furfur
dimulai segera setelah lahir, dan kehadiran puncak ragi terjadi pada akhir
masa remaja dan kehidupan dewasa muda, bertepatan dengan meningkatnya
aktivitas kelenjar sebasea dan konsentrasi lipid di kulit.2
Pitirosporum ovale hadir pada 90-100% dari permukaan kulit yang
sehat; jumlah terbanyak terdapat pada dada dan punggung. Iklim tertentu
mempengaruhi persentase orang dengan Pitiriasis ovale dan jumlah orang
dengan Pitirosporum follikulitis.2
Masyarakat yang tinggal di iklim hangat dan lembab memiliki
insiden yang lebih tinggi dari Pitirosporum folikulitis. Salah satu klinik di
4
Filipina mencatat bahwa 16% dari semua kunjungan pasien adalah kasus
Pitirosporum folikulitis.2
Sebuah laporan 2008 dari China menyebutkan bahwa 1,5% dari
semua pasien dermatologi didiagnosis dengan Pitirosporum follikulitis,
sebagian besar dari mereka laki-laki usia tua.2
Laporan Pitirosporum follikulitis bervariasi rasio laki-perempuan
1:1. Pitirosporum follikulitis sering terjadi pada anak muda dan orang
dewasa muda dan usia tua Pitirosporum follikulitis paling sering terjadi
pada mereka yang berusia 13-45 tahun.2
Kondisi ini biasanya terbentuk pada bagian atas dada dan punggung,
kadang-kadang dapat mempengaruhi daerah lain termasuk wajah, leher,
lengan atas dan wajah. Jamur ini biasanya ditemukan pada kulit dan tidak
menimbulkan masalah. Namun, bila dibiarkan jamur ini tumbuh tidak
terkendali, kondisi seperti Pityrosporum folliculitis dapat berkembang.
Karena tampaknya mirip dengan jerawat, kadang-kadang tidak dirawat
dengan benar.1,2
2.3 Etiologi
Jamur penyebab adalah spesies pitirosporum yang identik dengan
malassezia furfur, penyebab pitiriasis versikolor atau panu. Malassezia
furfur (yaitu, Pityrosporum ovale dan Pityrosporum orbiculare) adalah
lipofilik, saprofit, tunas, unipolar, dimorfik, gram-positif, berdinding ganda,
berbentuk lonjong-bulat . Malassezia furfur adalah bagian dari flora kulit
normal.2
Spesies ini sekarang disebut sebagai malassezia setelah ditemukan 7
spesies, sehingga penyakit yang disebabkan oleh jamur ini atau
dihubungkannya yang dahulu dinamai pitirosporosis sekarang disebut
malaseziosis.2
5
Jamur penyebab yang sekarang disebut sebagai Malassezia
khususnya Malassezia furfur, adalah agen patogen pada Pityrosporum
folliculitis. Malassezia furfur juga dikaitkan dengan penyakit kulit lainnya,
termasuk dermatitis seboroik, folikulitis, pityriasis versicolor, dan
dermatitis atopik.2
2. 4 Patofisiologi
Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis
dengan sifat dimorfik (berada dalam dua bentuk atau struktur yang
berbeda), lipofilik (membutuhkan asam lemak yang ada dalam kulit
berminyak untuk berkembang biak) dan komensal.1,2
Penyumbatan folikel diikuti oleh pertumbuhan berlebih dari jamur
yang tumbuh subur di kelenjar sebaceous diyakini menjadi etiologi. Jamur
Malassezia yang merupakan penyebab pitirosporum follikulitis ini
membutuhkan asam lemak bebas untuk bertahan hidup. Biasanya, mereka
ditemukan dalam stratum korneum dan folliculi pilar di daerah dengan
peningkatan aktivitas kelenjar sebaceous seperti dada dan punggung.
Menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas dan menciptakan
rantai panjang dan asam lemak rantai sedang dari asam lemak bebas.
Hasilnya adalah sel mediasi yang merespon dan mengaktivasi jalur
komplemen alternatif, yang menyebabkan peradangan.1,2
Perluasan folikel rambut mengarah ke letusan putih pada kulit yang
mengelilingi folikel rambut. Letusan ini juga dapat tampak merah, ini
tergantung pada cuaca. Ketika folikel banyak terinfeksi oleh jamur, maka
kulit akan tampak sebagai ruam putih atau merah.1,2
Pesatnya pertumbuhan dan multiplikasi dari jamur di wilayah folikel
rambut menyebabkan pengembangan ruam pada kulit. Kulit membentuk
patch gatal dan jerawatan.1,2
6
Bila pada hospes terdapat faktor predisposisi spesies Malassezia
yang tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam
hal ini reaksi peradangan terhadap produk, tercampur dengan lemak bebas
yang dihasilkan melalui aktifitas lipase.1
2.4.1 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari pitirosporum follikulitis antara lain dapat
karena faktor eksternal, faktor host atau individu, faktor penyakit sistemik,
faktor Obat-obatan.3
1. Faktor eksternal3
Jamur penyebab pityrosporum folliculitis atau malasezia
folikulitis cenderung tumbuh terlalu cepat di tempat yang panas,
lembab, dan lingkungan yang berkeringat.
Pemakaian pakaian yang ketat sehingga menyebabkan timbul
keringat dan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan
jamur.
Tabir surya dan pelembab berminyak dapat menutup jalan
folikel.
2. Faktor Host atau individu3
Kulit berminyak (diprovokasi oleh pengaruh hormonal)
Kegemukan
Kehamilan
Stres atau kelelahan
3. Faktor Penyakit Sistemik3
Diabetes mellitus
Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan
insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang dihasilkan tidak
7
mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu akan
menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa.
Penderita diabetes mempunyai kerentanan terhadap infeksi baik bakteri,
jamur maupun virus. Infeksi jamur merupakan salah satu komplikasi diabetes
yang sering ditemukan. Kadar gula darah yang tinggi merupakan kondisi
yang menguntungkan bagi jamur untuk berkembang biak dan menimbulkan
infeksi. Selain itu karena kerusakan pada pembuluh darah dan berkurangnya
kemampuan sel darah putih untuk menangani infeksi, menyebabkan infeksi
sulit sembuh dan bertambah parah. Oleh karena itu perlu dilakukan kontrol
tehadap gula darah bersamaan dengan pengobatan terhadap infeksi jamur.
Defisiensi imun dapat terjadi pada penderita AIDS
4. Faktor Obat-obatan3
Antibiotik oral spektrum luas sering diresepkan untuk jerawat,
antibiotik ini akan menekan bakteri kulit, bakteri yang tertekan
ini malahan memungkinkan jamur untuk berkembang biak.
Steroid Oral seperti prednisone, pada penggunaan steroid dalam
waktu yang lama akan menyebabkan imun menurun yang
berakibat mudahnya terinfeksi jamur.
2.5 Gambaran Klinis
Mallassezia folikulitis atau pitirosporum folliculitis memberikan
keluhan gatal pada tempat predeleksi, klinis morfologi terlihat papul dan
pustul perifolikuler, berukuran diameter 2-3mm, dengan peradangan
minimal. Bentuknya menyerupai jerawat, karena gatal maka akan timbul
juga erupsi papular. Tempat predeleksinya yaitu dada, punggung dan lengan
atas,. Kadang-kadang terdapat di leher dan jarang dimuka. Karena
gambaran klinisnya sama dengan akne vulgaris maka pada kasus
pitirosporum folikulitis sering salah diagnose sebagai akne vulgaris.2,3
8
Gambar 2.1 Pitirosporum Follikulitis pada regio thorax anterior2
2.6 Diagnosa
Diagnosis Pitirosporum folikulitis didasarkan pada kecurigaan
klinis dari presentasi klasik papulopustules pruritus dalam pola folikuler
ditemukan di punggung, dada, lengan atas, dan, terkadang leher. serta
jarang hadir pada wajah. Perbaikan atau pengobatan lesi dengan terapi
empirik antimycotic mendukung diagnosis klinis Pityrosporum
folliculitis. Di bawah lampu Wood, fluoresensi biru terang atau putih
yang diamati pada folikel di lokasi lesi. Diagnosa dengan biopsi juga
dapat dilakukan, yang kemudian seperti penyakit jamur umumnya di
gunakan KOH 10%.2,3
Diagnosis Pitirosporum folikulitis didasarkan pada:2,3
Lesi kronis, eritematosa, papula dan pustula, yang terjadi dalam
pola folikel, dan dirasakan gatal.
Ditemukan di punggung, dada, lengan atas, dan, terkadang leher,
serta jarang hadir pada wajah.
Untuk menentukan diagnosa dari pityrosporum folikulitis
dapat melalui anamnesa, pemerikasaan fisik dan penunjang.3
9
2.6.1 Anamnesa
Pasien biasanya datang dengan keluhan bila didapatkan timbulnya
bintil-bintil yang dirasakan gatal. Gatal dirasakan lebih pada saat
berkeringat.3
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan papul yang eritematous,
biasaya ditemukan ditemukan di punggung, dada, lengan atas, dan
terkadang leher.3
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
a) Lampu Wood
Di bawah lampu Wood, fluoresensi biru terang atau putih yang
diamati pada folikel di lokasi lesi.3
b) Diagnosa dengan biopsi juga dapat dilakukan, yang kemudian
seperti penyakit jamur umumnya di gunakan KOH 10% .3
2.6.4 Gambaran Histopatologis
Dilatasi folikel rambut dengan sumbatan keratin mengandung spora
jamur Intra-dan perifollicular inflamasi infiltrat terdiri dari neutrofil,
limfosit dan histiosit Intra-dan perifollicular musin kolam folikel rambut
bisa pecah menghasut reaksi tubuh granulomatosa asing.2,3
10
Gambar 2.2 histopatologi perhatikan organisme di ostia folikular
pada pewarnaan dengan hematoxylin dan eosin2
2.7 Diagnosa Banding1,2,3
Diagnosa banding atau penyakit yang mirip, meliputi:
Akne Vulgaris
Folikulitis Bakterial
Erupsi Akneformis
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan mengunakan obat antijamur atau anti
mikotik oral, misalnya:1,4,5
Ketokonazol 200 mg selama 2-4 minggu, Dosis anak 3,3-6,6
mg/kgBB/hari.
Itrakonazol 200 mg sehari selama 2 minggu
Flukonazole 150 mg seminggu selama 2-4 minggu
Pengobatan dengan anti jamur topikal biasanya kurang efektif,
walaupun dapat menolong:4,5
Miconazole 2%
11
Ketokonazole 2%
2.9 Komplikasi
Pada beberapa kasus folikulitis ringan, tidak menimbulkan
komplikasi meskipun infeksi dapat rekurens atau menyebar serta
menimbulkan plak. Komplikasi pada folikulitis yang berat, yaitu:2,3
1. Selulitis Sering terjadi pada kaki, lengan atau wajah. Meskipun
infeksi awal hanya superfisial, akhirnya akan mengenai jaringan
dibawah kulit atau menyebar ke nodus limfatikus dan aliran darah.
2. Furunkulosis Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke
jaringan dibawah kulit ( subkutan ). Furunkel biasanya berawal
sebagai papul berwarna kemerahan. Tetapi beberapa hari kemudian
dapat berisi pus, sehingga akan membesar dan lebih sakit.
3. Skar Folikulitis yang berat akan meninggalkan skar atau jaringan
ikat ( hipertropik / skar keloid ) atau hipopigmentasi.
4. Kerusakan folikel rambut
5. Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen
2.10 Prognosis
Penyembuhan baik apabila di tangani dengan tepat.1,2,3,4
BAB III
KESIMPULAN
12
3.1. Kesimpulan
Pityrosporum folliculitis (PF) adalah gangguan inflamasi kulit
yang biasanya bermanifestasi sebagai pruritus, folikel erupsi
papulopustular terdistribusi pada batang atas muda untuk orang dewasa
setengah baya. Et al Weary pertama kali menggambarkan Pityrosporum
folikulitis pada tahun 1969, dan, kemudian pada tahun 1973, Potter et al
mengidentifikasi Pityrosporum folliculitis sebagai klinis dan histologis
diagnosis yang terpisah.3,4
Jamur, khususnya Malassezia furfur, adalah agen patogen di
Pityrosporum folliculitis. M furfur telah terkait dengan beberapa bagian
penyakit kulit, termasuk dermatitis seboroik, folikulitis, pityriasis
versicolor, dan atopik dermatitis.Pada tahun 1874, pertama kali
menggambarkan Malassez bulat dan ragi budding oval dari sisik pasien
dengan dermatitis seboroik. Dia menciptakan ungkapan "botol basil dari
Unna" untuk menggambarkan sel oval kecil dalam skala dan "spora
Malassez" untuk nama tunas yang diamati dalam hubungan dengan ragi.
Saborouraud mengusulkan. Genus Pityrosporum pada tahun 1904 untuk
menggambarkan sel ragi tunas tanpa unsur hifa dari kulit normal.
Kemudian, di tahun 1900-an, Pityrosporum ovale Pityrosporum dan
orbiculare diisolasi oleh Castellani dan Chalmers dan Gordon, masing-
masing.3,4
Ini 2 spesies jamur, secara kolektif dengan bentuk jamur,
diklasifikasikan sebagai M furfur karena kontroversi dan kebingungan
pengelompokan berbagai ragi lipofilik dan jamur kulit. Pengelompokan
ini telah disederhanakan klasifikasi satu nama, yang berlaku terlepas dari
morfologi organisme. Dengan kemajuan teknologi, 7 spesies Malassezia
diakui: M furfur, Malassezia pachydermatous, Malassezia sympodialis,
13
Malassezia globosa, Malassezia obtusa, Malassezia restricta, dan
Malassezia slooffiae.2,3
Pitirosporum folliculitis disebabkan oleh spesies Malassezia yang
merupakan bagian dari mikroflora kulit dan bukan oleh spesies eksogen.
Namun, fokus dari artikel ini adalah M furfur, yang dianggap agen
patologis Pityrosporum folliculitis. Lesi kronis, eritematosa, papula
pruritus dan pustula, yang terjadi dalam Pola folikel. Lesi ini biasanya
muncul di bagian belakang dan dada dan, kadang-kadang, pada leher,
bahu, lengan atas, dan wajah. Diagnosis Pityrosporum folliculitis
didasarkan pada kecurigaan klinis presentasi klasik pruritus
papulopustules ditemukan dalam pola folikular pada punggung, dada,
lengan atas, dan, kadang-kadang leher. mereka jarang hadir pada
wajah.1,2,3
Perbaikan dalam lesi dengan terapi antimikotik empirik
mendukung klinis diagnosis Pitirosporum follikulitis.4,5
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada pasien, adalah menjaga kebersihan
badan, tidak menggunakan pakaian dan handuk bergantian dengan orang
lain, karena dapat menyebabkan penyakit ini menyebar kepada orang lain.
Gantilah pakaian apabila berkeringat. Dan jangan menggaruk karena
dapat menyebabkan infeksi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Djuanda,Adhi.Pitirosporum Folikulitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Ed.5,cetakan kelima. Jakarta: Balai penerbit FKUI
2010.P.101
2. Wolff,Klaus et al. Pityrosporum Folliculitis. In: Fitzpatrick’s,
Dermatology in General Medicine 8thed. New York: Mc Graw Hill
Medical 2012.P.2310-2311.
3. Akaza N, Akamatsu H, Sasaki Y, et al. Malassezia folliculitis is
caused by cutaneous resident Malassezia species. Med Mycol.
2009.P.618-624.
4. Jacinto-Jamora S, Tamesis J, Katigbak ML. Pityrosporum folliculitis
in the Philippines: diagnosis, prevalence, and management. J Am
Acad Dermatol. May 1991.P.693-696.
5. Bulmer GS, Pu XM, Yi LX. Malassezia folliculitis in China.
Mycopathologia. Jun 2008.P.411-412.
15