POF-world2.doc

20
BAB I PENDAHULUAN Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, disebabkan bakteri dan juga dapat disebabkan oleh jamur. Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko terjadi trauma pada kulit dan hygine buruk. Insidensi folikulitis pada masyarakat luas sulit ditentukan karena banyak individu yang terkena infeksi ini tidak pernah berobat ke dokter. Dengan penanganan yang tepat, pasien folikulitis memiliki prognosis yang baik. Gangguan ini biasanya menghilang dalam dua hingga tiga minggu. Prognosis pasien folikulitis tergantung pada intensitas infeksi dan kondisi fisik pasien serta kemampuan tubuhnya untuk menahan infeksi. Folikulitis dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain : selulitis, furunkulosis, skar, kerusakan folikel rambut, dan kebotakan permanen. Folikulitis dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten dan rekurens perlu penanganan lebih lanjut. 1 Pitirosporum folikulitis ( malassezia folikulitis) merupakan penyakit yang sudah cukup 3

description

POF

Transcript of POF-world2.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, disebabkan bakteri dan juga

dapat disebabkan oleh jamur. Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko

terjadi trauma pada kulit dan hygine  buruk. Insidensi folikulitis pada

masyarakat luas sulit ditentukan karena banyak individu yang terkena

infeksi ini tidak pernah berobat ke dokter. Dengan penanganan yang tepat,

pasien folikulitis memiliki prognosis yang baik. Gangguan ini biasanya

menghilang dalam dua hingga tiga minggu. Prognosis pasien folikulitis

tergantung pada intensitas infeksi dan kondisi fisik pasien serta kemampuan

tubuhnya untuk menahan infeksi. Folikulitis dapat menyebabkan beberapa

komplikasi antara lain : selulitis, furunkulosis, skar, kerusakan folikel

rambut, dan kebotakan permanen. Folikulitis dapat sembuh sendiri setelah

dua atau tiga hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten dan rekurens

perlu penanganan lebih lanjut.1

Pitirosporum folikulitis ( malassezia folikulitis) merupakan penyakit

yang sudah cukup lama dikenal di dunia kedokteran, khususnya di kalangan

para ahli kulit, oleh karena klinis mirip akne vulgaris. Di daerah tropis

penyakit ini menarik perhatian para dokter kulit setelah dipublikasikan di

Korea, Filipina, dan Indonesia.1

BAB II

3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pitirosporum folikulitis adalah penyakit kronis pada folikel

polisebasea yang disebabkan oleh spesies pitirosporum, berupa papul

(Penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 0,5 cm) dan pustul

folikular, yang biasanya gatal dan terutama berlokasi dibatang tubuh, leher

dan lengan bagian atas.1

Pitirosporum follikulitis adalah suatu kondisi kulit yang berkembang

karena jamur dalam folikel rambut dan menyebabkan pruritus (gatal) yang

papulopustulosa, dengan bentuk menyerupai jerawat hanya saja pada

pityrosporum folliculitis papulnya berwarna lebih merah terang. Pustula ini

terbentuk dari pertumbuhan berlebih dari jamur penyebabnya.1,2

2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, organisme Malassezia dapat ditemukan pada

kulit dalam 75-98% dari orang sehat. Organisme ini merupakan bagian dari

flora kulit normal dari banyak individu yang tidak memiliki tanda-tanda

atau gejala dari folikulitis atau penyakit lainnya. Kolonisasi oleh M furfur

dimulai segera setelah lahir, dan kehadiran puncak ragi terjadi pada akhir

masa remaja dan kehidupan dewasa muda, bertepatan dengan meningkatnya

aktivitas kelenjar sebasea dan konsentrasi lipid di kulit.2

Pitirosporum ovale hadir pada 90-100% dari permukaan kulit yang

sehat; jumlah terbanyak terdapat pada dada dan punggung. Iklim tertentu

mempengaruhi persentase orang dengan Pitiriasis ovale dan jumlah orang

dengan Pitirosporum follikulitis.2

Masyarakat yang tinggal di iklim hangat dan lembab memiliki

insiden yang lebih tinggi dari Pitirosporum folikulitis. Salah satu klinik di

4

Filipina mencatat bahwa 16% dari semua kunjungan pasien adalah kasus

Pitirosporum folikulitis.2

Sebuah laporan 2008 dari China menyebutkan bahwa 1,5% dari

semua pasien dermatologi didiagnosis dengan Pitirosporum follikulitis,

sebagian besar dari mereka laki-laki usia tua.2

Laporan Pitirosporum follikulitis bervariasi rasio laki-perempuan

1:1. Pitirosporum follikulitis sering terjadi pada anak muda dan orang

dewasa muda dan usia tua Pitirosporum follikulitis paling sering terjadi

pada mereka yang berusia 13-45 tahun.2

Kondisi ini biasanya terbentuk pada bagian atas dada dan punggung,

kadang-kadang dapat mempengaruhi daerah lain termasuk wajah, leher,

lengan atas dan wajah. Jamur ini biasanya ditemukan pada kulit dan tidak

menimbulkan masalah. Namun, bila dibiarkan jamur ini tumbuh tidak

terkendali, kondisi seperti Pityrosporum folliculitis dapat berkembang.

Karena tampaknya mirip dengan jerawat, kadang-kadang tidak dirawat

dengan benar.1,2

2.3 Etiologi

Jamur penyebab adalah spesies pitirosporum yang identik dengan

malassezia furfur, penyebab pitiriasis versikolor atau panu. Malassezia

furfur (yaitu, Pityrosporum ovale dan Pityrosporum orbiculare) adalah

lipofilik, saprofit, tunas, unipolar, dimorfik, gram-positif, berdinding ganda,

berbentuk lonjong-bulat . Malassezia furfur adalah bagian dari flora kulit

normal.2

Spesies ini sekarang disebut sebagai malassezia setelah ditemukan 7

spesies, sehingga penyakit yang disebabkan oleh jamur ini atau

dihubungkannya yang dahulu dinamai pitirosporosis sekarang disebut

malaseziosis.2

5

Jamur penyebab yang sekarang disebut sebagai Malassezia

khususnya Malassezia furfur, adalah agen patogen pada Pityrosporum

folliculitis. Malassezia furfur juga dikaitkan dengan penyakit kulit lainnya,

termasuk dermatitis seboroik, folikulitis, pityriasis versicolor, dan

dermatitis atopik.2

2. 4 Patofisiologi

Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis

dengan sifat dimorfik (berada dalam dua bentuk atau struktur yang

berbeda), lipofilik (membutuhkan asam lemak yang ada dalam kulit

berminyak untuk berkembang biak) dan komensal.1,2

Penyumbatan folikel diikuti oleh pertumbuhan berlebih dari jamur

yang tumbuh subur di kelenjar sebaceous diyakini menjadi etiologi. Jamur

Malassezia yang merupakan penyebab pitirosporum follikulitis ini

membutuhkan asam lemak bebas untuk bertahan hidup. Biasanya, mereka

ditemukan dalam stratum korneum dan folliculi pilar di daerah dengan

peningkatan aktivitas kelenjar sebaceous seperti dada dan punggung.

Menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas dan menciptakan

rantai panjang dan asam lemak rantai sedang dari asam lemak bebas.

Hasilnya adalah sel mediasi yang merespon dan mengaktivasi jalur

komplemen alternatif, yang menyebabkan peradangan.1,2

Perluasan folikel rambut mengarah ke letusan putih pada kulit yang

mengelilingi folikel rambut. Letusan ini juga dapat tampak merah, ini

tergantung pada cuaca. Ketika folikel banyak terinfeksi oleh jamur, maka

kulit akan tampak sebagai ruam putih atau merah.1,2

Pesatnya pertumbuhan dan multiplikasi dari jamur di wilayah folikel

rambut menyebabkan pengembangan ruam pada kulit. Kulit membentuk

patch gatal dan jerawatan.1,2

6

Bila pada hospes terdapat faktor predisposisi spesies Malassezia

yang tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam

hal ini reaksi peradangan terhadap produk, tercampur dengan lemak bebas

yang dihasilkan melalui aktifitas lipase.1

2.4.1 Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi dari pitirosporum follikulitis antara lain dapat

karena faktor eksternal, faktor host atau individu, faktor penyakit sistemik,

faktor Obat-obatan.3

1. Faktor eksternal3

Jamur penyebab pityrosporum folliculitis atau malasezia

folikulitis cenderung tumbuh terlalu cepat di tempat yang panas,

lembab, dan lingkungan yang berkeringat.

Pemakaian pakaian yang ketat sehingga menyebabkan timbul

keringat dan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan

jamur.

Tabir surya dan pelembab berminyak dapat menutup jalan

folikel.

2. Faktor Host atau individu3

Kulit berminyak (diprovokasi oleh pengaruh hormonal)

Kegemukan

Kehamilan

Stres atau kelelahan

3. Faktor Penyakit Sistemik3

Diabetes mellitus

Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan

insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang dihasilkan tidak

7

mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu akan

menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa.

  Penderita diabetes mempunyai kerentanan terhadap infeksi baik bakteri,

jamur maupun virus. Infeksi jamur merupakan salah satu komplikasi diabetes

yang sering ditemukan.  Kadar gula darah yang tinggi merupakan kondisi

yang menguntungkan bagi jamur untuk berkembang biak dan menimbulkan

infeksi. Selain itu karena kerusakan pada pembuluh darah dan berkurangnya

kemampuan sel darah putih untuk menangani infeksi, menyebabkan infeksi

sulit sembuh dan bertambah parah. Oleh karena itu perlu dilakukan kontrol

tehadap gula darah bersamaan dengan pengobatan terhadap infeksi jamur.

Defisiensi imun dapat terjadi pada penderita AIDS

4. Faktor Obat-obatan3

Antibiotik oral spektrum luas sering diresepkan untuk jerawat,

antibiotik ini akan menekan bakteri kulit, bakteri yang tertekan

ini malahan memungkinkan jamur untuk berkembang biak.

Steroid Oral seperti prednisone, pada penggunaan steroid dalam

waktu yang lama akan menyebabkan imun menurun yang

berakibat mudahnya terinfeksi jamur.

2.5 Gambaran Klinis

Mallassezia folikulitis atau pitirosporum folliculitis memberikan

keluhan gatal pada tempat predeleksi, klinis morfologi terlihat papul dan

pustul perifolikuler, berukuran diameter 2-3mm, dengan peradangan

minimal. Bentuknya menyerupai jerawat, karena gatal maka akan timbul

juga erupsi papular. Tempat predeleksinya yaitu dada, punggung dan lengan

atas,. Kadang-kadang terdapat di leher dan jarang dimuka. Karena

gambaran klinisnya sama dengan akne vulgaris maka pada kasus

pitirosporum folikulitis sering salah diagnose sebagai akne vulgaris.2,3

8

Gambar 2.1 Pitirosporum Follikulitis pada regio thorax anterior2

2.6 Diagnosa

Diagnosis Pitirosporum folikulitis didasarkan pada kecurigaan

klinis dari presentasi klasik papulopustules pruritus dalam pola folikuler

ditemukan di punggung, dada, lengan atas, dan, terkadang leher. serta

jarang hadir pada wajah. Perbaikan atau pengobatan lesi dengan terapi

empirik antimycotic mendukung diagnosis klinis Pityrosporum

folliculitis. Di bawah lampu Wood, fluoresensi biru terang atau putih

yang diamati pada folikel di lokasi lesi. Diagnosa dengan biopsi juga

dapat dilakukan, yang kemudian seperti penyakit jamur umumnya di

gunakan KOH 10%.2,3

Diagnosis Pitirosporum folikulitis didasarkan pada:2,3

Lesi kronis, eritematosa, papula dan pustula, yang terjadi dalam

pola folikel, dan dirasakan gatal.

Ditemukan di punggung, dada, lengan atas, dan, terkadang leher,

serta jarang hadir pada wajah.

Untuk menentukan diagnosa dari pityrosporum folikulitis

dapat melalui anamnesa, pemerikasaan fisik dan penunjang.3

9

2.6.1 Anamnesa

Pasien biasanya datang dengan keluhan bila didapatkan timbulnya

bintil-bintil yang dirasakan gatal. Gatal dirasakan lebih pada saat

berkeringat.3

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan papul yang eritematous,

biasaya ditemukan ditemukan di punggung, dada, lengan atas, dan

terkadang leher.3

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

a) Lampu Wood

Di bawah lampu Wood, fluoresensi biru terang atau putih yang

diamati pada folikel di lokasi lesi.3

b) Diagnosa dengan biopsi juga dapat dilakukan, yang kemudian

seperti penyakit jamur umumnya di gunakan KOH 10% .3

2.6.4 Gambaran Histopatologis

Dilatasi folikel rambut dengan sumbatan keratin mengandung spora

jamur Intra-dan perifollicular inflamasi infiltrat terdiri dari neutrofil,

limfosit dan histiosit  Intra-dan perifollicular musin kolam folikel rambut

bisa pecah menghasut reaksi tubuh granulomatosa asing.2,3

10

Gambar 2.2 histopatologi perhatikan organisme di ostia folikular

pada pewarnaan dengan hematoxylin dan eosin2

2.7 Diagnosa Banding1,2,3

Diagnosa banding atau penyakit yang mirip, meliputi:

Akne Vulgaris

Folikulitis Bakterial

Erupsi Akneformis

2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan mengunakan obat antijamur atau anti

mikotik oral, misalnya:1,4,5

Ketokonazol 200 mg selama 2-4 minggu, Dosis anak 3,3-6,6

mg/kgBB/hari.

Itrakonazol 200 mg sehari selama 2 minggu

Flukonazole 150 mg seminggu selama 2-4 minggu

Pengobatan dengan anti jamur topikal biasanya kurang efektif,

walaupun dapat menolong:4,5

Miconazole 2%

11

Ketokonazole 2%

2.9 Komplikasi

Pada beberapa kasus folikulitis ringan, tidak menimbulkan

komplikasi meskipun infeksi dapat rekurens atau menyebar serta

menimbulkan plak. Komplikasi pada folikulitis yang berat, yaitu:2,3

1. Selulitis Sering terjadi pada kaki, lengan atau wajah. Meskipun

infeksi awal hanya superfisial, akhirnya akan mengenai jaringan

dibawah kulit atau menyebar ke nodus limfatikus dan aliran darah.

2. Furunkulosis Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke

jaringan dibawah kulit ( subkutan ). Furunkel biasanya berawal

sebagai papul berwarna kemerahan. Tetapi  beberapa hari kemudian

dapat berisi pus, sehingga akan membesar dan lebih sakit.

3. Skar Folikulitis yang berat akan meninggalkan skar atau jaringan

ikat ( hipertropik / skar keloid ) atau hipopigmentasi.

4. Kerusakan folikel rambut

5. Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen

2.10 Prognosis

Penyembuhan baik apabila di tangani dengan tepat.1,2,3,4

BAB III

KESIMPULAN

12

3.1. Kesimpulan

Pityrosporum folliculitis (PF) adalah gangguan inflamasi kulit

yang biasanya bermanifestasi sebagai pruritus, folikel erupsi

papulopustular terdistribusi pada batang atas muda untuk orang dewasa

setengah baya. Et al Weary pertama kali menggambarkan Pityrosporum

folikulitis pada tahun 1969, dan, kemudian pada tahun 1973, Potter et al

mengidentifikasi Pityrosporum folliculitis sebagai klinis dan histologis

diagnosis yang terpisah.3,4

Jamur, khususnya Malassezia furfur, adalah agen patogen di

Pityrosporum folliculitis. M furfur telah terkait dengan beberapa bagian

penyakit kulit, termasuk dermatitis seboroik, folikulitis, pityriasis

versicolor, dan atopik dermatitis.Pada tahun 1874, pertama kali

menggambarkan Malassez bulat dan ragi budding oval dari sisik pasien

dengan dermatitis seboroik. Dia menciptakan ungkapan "botol basil dari

Unna" untuk menggambarkan sel oval kecil dalam skala dan "spora

Malassez" untuk nama tunas yang diamati dalam hubungan dengan ragi.

Saborouraud mengusulkan. Genus Pityrosporum pada tahun 1904 untuk

menggambarkan sel ragi tunas tanpa unsur hifa dari kulit normal.

Kemudian, di tahun 1900-an, Pityrosporum ovale Pityrosporum dan

orbiculare diisolasi oleh Castellani dan Chalmers dan Gordon, masing-

masing.3,4

Ini 2 spesies jamur, secara kolektif dengan bentuk jamur,

diklasifikasikan sebagai M furfur karena kontroversi dan kebingungan

pengelompokan berbagai ragi lipofilik dan jamur kulit. Pengelompokan

ini telah disederhanakan klasifikasi satu nama, yang berlaku terlepas dari

morfologi organisme. Dengan kemajuan teknologi, 7 spesies Malassezia

diakui: M furfur, Malassezia pachydermatous, Malassezia sympodialis,

13

Malassezia globosa, Malassezia obtusa, Malassezia restricta, dan

Malassezia slooffiae.2,3

Pitirosporum folliculitis disebabkan oleh spesies Malassezia yang

merupakan bagian dari mikroflora kulit dan bukan oleh spesies eksogen.

Namun, fokus dari artikel ini adalah M furfur, yang dianggap agen

patologis Pityrosporum folliculitis. Lesi kronis, eritematosa, papula

pruritus dan pustula, yang terjadi dalam Pola folikel. Lesi ini biasanya

muncul di bagian belakang dan dada dan, kadang-kadang, pada leher,

bahu, lengan atas, dan wajah. Diagnosis Pityrosporum folliculitis

didasarkan pada kecurigaan klinis presentasi klasik pruritus

papulopustules ditemukan dalam pola folikular pada punggung, dada,

lengan atas, dan, kadang-kadang leher. mereka jarang hadir pada

wajah.1,2,3

Perbaikan dalam lesi dengan terapi antimikotik empirik

mendukung klinis diagnosis Pitirosporum follikulitis.4,5

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada pasien, adalah menjaga kebersihan

badan, tidak menggunakan pakaian dan handuk bergantian dengan orang

lain, karena dapat menyebabkan penyakit ini menyebar kepada orang lain.

Gantilah pakaian apabila berkeringat. Dan jangan menggaruk karena

dapat menyebabkan infeksi sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

14

1. Djuanda,Adhi.Pitirosporum Folikulitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Ed.5,cetakan kelima. Jakarta: Balai penerbit FKUI

2010.P.101

2. Wolff,Klaus et al. Pityrosporum Folliculitis. In: Fitzpatrick’s,

Dermatology in General Medicine 8thed. New York: Mc Graw Hill

Medical 2012.P.2310-2311.

3. Akaza N, Akamatsu H, Sasaki Y, et al. Malassezia folliculitis is

caused by cutaneous resident Malassezia species. Med Mycol.

2009.P.618-624.

4. Jacinto-Jamora S, Tamesis J, Katigbak ML. Pityrosporum folliculitis

in the Philippines: diagnosis, prevalence, and management. J Am

Acad Dermatol. May 1991.P.693-696.

5. Bulmer GS, Pu XM, Yi LX. Malassezia folliculitis in China.

Mycopathologia. Jun 2008.P.411-412.

15