Post on 01-Nov-2020
BAB I
GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
A. LATAR BELAKANG
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari
agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia
Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu
Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program
Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi
program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJMN) 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi
ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya
akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas
pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan, (5)
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
1
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6)
meningkatnya responsivitas sistem kesehatan
Dalam mendukung keberhasilan pencapaian sasaran
pembangunan kesehatan sesuai Renstra Tahun 2015-2019, Kementerian
Kesehatan telah menetapkan kebijakan operasional, antara lain sebagai
berikut: (1) Pembangunan kesehatan dalam periode 2015-2019 akan
difokuskan pada empat area prioritas, yakni: Penurunan Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi, Perbaikan Gizi Masyarakat, khususnya
untuk Pengendalian Prevalensi Balita Pendek (Stunting), Pengendalian
Penyakit Menular, khususnya Human Immunodeficiency Virus-Acquired
Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), Tuberkulosis (TB), dan Malaria,
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, khususnya Hipertensi, Diabetes
Mellitus, Obesitas, dan Kanker (khususnya Leher Rahim dan Payudara)
dan Gangguan jiwa.
Kebijakan operasional yang ke-2 adalah Peningkatan jangkauan
sasaran terutama pada keluarga, tanpa mengabaikan pendekatan-
pendekatan lain yang selama ini sudah berhasil dilaksanakan yaitu
menjangkau sasaran berbasis Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM), menjangkau sasaran berbasis UKS (Usaha Kesehatan Sekolah),
menjangkau sasaran berbasis Upaya Kesehatan Usia Kerja(UKUK), dan
untuk sasaran kelompok usia lanjut dengan pendekatan Posbindu Usila.
(3) Prioritas perencanaan dan penganggaran diarahkan pada pemenuhan
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
2
kebutuhan kegiatan-kegiatan promotif dan preventif. Pemenuhan
kebutuhan kegiatan-kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan setelah
kebutuhan kegiatan-kegiatan promotif dan preventif dipenuhi. (4) Sumber
daya manusia (SDM) adalah modal utama dalam pembangunan nasional.
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian
secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang
terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga
membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara
dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian
yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29%
disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan
13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang
berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan
penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit
pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-
sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian
disebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit
Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia,
peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan
miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
3
akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan
diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta
jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa
dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit
menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun,
dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.
Di Indonesia, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban
ganda penyakit, yaitu disatu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang
harus ditangani, dilain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak
menular. Proporsi angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari
41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007 (Riskesdas
2007).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti hipertensi
(31,7 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (8,3‰), diabetes melitus (1,1%)
dan diabetes melitus di perkotaan (5,7%), asma (3,5%), penyakit sendi
(30,3%), kanker/tumor (4,3‰), dan cedera lalu lintas darat (25,9%). Stroke
merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya
mencapai 15,4%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, diabetes melitus 5,7%,
kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik (5,1%), penyakit
jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%.
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
4
Angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan akibat stroke 15,9% yang merupakan penyebab utama
kematian, diabetes melitus 14,7%, penyakit jantung iskemik 8,7%,
hipertensi dan penyakit jantung lain masing-masing 7,1%, kecelakaan lalu
lintas 5,2%, kanker (payudara, leher rahim, dan rahim) 4,8%, penyakit
saluran nafas bawah kronik (3,2%), sedangkan di pedesaan akibat stroke
11,5% yang menempati peringkat kedua setelah TB, hipertensi 9,2%,
penyakit jantung iskemik 8,8%, diabetes melitus 5,8%, kanker 4,4%, dan
penyakit saluran pernafasan bawah kronik 4,2%.
Sementara itu angka kematian pada kelompok usia 55-64 tahun di
daerah perkotaan akibat stroke 26,8% sebagai penyebab utama kematian,
hipertensi 8,1, penyakit jantung iskemik 5,8%, penyakit saluran
pernafasan bawah kronik 5,1%, penyakit jantung lain 4,7%, dan kanker
3,2%. Sedangkan di pedesaan akibat stroke 17,4% juga sebagai
penyebab utama kematian, hipertensi 11,4%, penyakit jantung iskemik
5,7%, penyakit jantung lain 5,1%, penyakit saluran pernafasan bawah
kronik 4,8%, dan kanker 3,9%.
Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan
beban kesehatan yang signifikan. Data Riskesdas tahun 2013
menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala
depresi dan ansietas) sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini
berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
5
Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan
psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih
dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Angka
pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3%
atau sekitar 57.000 kasus.
Gangguan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA juga berkaitan
dengan masalah perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri.
Berdasarkan laporan dari Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa
angka bunuh diri sekitar 0.5 % dari 100.000 populasi, yang berarti ada
sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang dilaporkan dalam satu tahun. Prioritas
untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa
Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah Puskesmas
dan bekerja bersama masyarakat dalam mencegah meningkatnya
gangguan jiwa masyarakat.
Penyakit tidak menular tertentu dapat digolongkan menjadi satu
kelompok utama dengan faktor resiko yang sama seperti kardiovaskuler,
diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronik, asma, kanker tertentu
dan penyakit sendi dan tulang. Faktor resiko tersebut antara lain
mengkonsumsi tembakau, pola makan yang tidak seimbang misalnya
tinggi lemak dan rendah serat, pola makan yang salah seperti
mengandung zat pengawet, zat pewarna dan lain-lain, stres, kurang olah
raga/aktifitas fisik dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
6
kesehatan. PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah apabila faktor
resikonya dikendalikan. Penanggulangan PTM merupakan kombinasi
upaya inisiatif pemeliharaan mandiri oleh petugas, masyarakat dan
individu yang bersangkutan. Tantangan yang kita hadapi adalah
bagaimana mengembangkan sistem pelayanan yang dapat mendukung
upaya pemeliharaan kesehatan mandiri pada masyarakat, dengan lebih
mengedepankan pendekatan promotif dan preventif.
Untuk menjamin tercapainya sasaran dan prioritas pembangunan
nasional bidang kesehatan, diperlukan pedoman Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat SPM
Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Sebagaimana yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomer 43 Tahun 2016
tentang SPM Bidang Kesehatan, diantaranya meliputi Setiap warga
negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar; Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar; Setiap penderita
hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; Setiap
penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
7
standar; Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar.
Upaya kesehatan paripurna yang terintegrasi dan komprehensif
sesungguhnya sudah dicanangkan oleh pemerintah yaitu berupa upaya
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif. Dinas Kesehatan sebagai
penggerak upaya promotif dan preventif harus semakin giat
mengkumandangkan pencegahan dan pengendalian faktor resiko
penyakit yang harus terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang
bertindak selaku lokomotif penggerak upaya kuratif dan rehabilitatif. Kalau
ini dapat terwujud, merupakan suatu keniscayaan visi kesehatan yang
ingin membuat rakyat sehat akan dapat tercapai.
Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM)
adalah suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat
(kelompok masyarakat, organisasi, industri, keagamaan, dll) melalui
upaya promotif/promosi kesehatan dan preventif/pencegahan untuk
mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor resiko PTM
secara terpadu. Penyelenggaraan deteksi dini faktor resiko PTM terpadu
dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Sistem manajemen dan
pembiayaannya berdasarkan kesepakatan warga melalui rembug warga,
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat serta jadwal dan jenis
kegiatannya juga ditetapkan oleh masyarakat. Kegiatan ini hendaknya
diintegrasikan dengan Desa Siaga, bermitra dengan
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
8
stakeholder/pengambil keputusan Desa Siaga seperti Forum Kesehatan
Desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, PKK, dan lain-lain. Selain itu
juga dilegitimasi dan difasilitasi oleh desa/kelurahan setempat dan di
dukung penuh oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan dan sektor terkait.
Forum Kesehatan Desa (FKD) adalah Forum kesehatan di Desa
yang merupakan wadah partisipasi bagi masyarakat dalam
mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa untuk
merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta
monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa. FKD
beranggotakan berbagai unsur di masyarakat meliputi : Kepala Desa dan
perangkatnya (RT,RW), Badan Perwakilan Desa, TP PKK, Lembaga
Sosial/Swadaya Masyarakat, Toma, Toga, Kader. Keberadaan forum ini
dibuktikan dengan adanya surat keputusan (SK) Kepala Desa yang
dilengkapi struktur organisasi dan uraian tugas masing-masing anggota.
Selain itu tugas dari FKD mampu melaksanakan survey mawas diri
dalam rangka identifikasi masalah kesehatan maupun potensi yang ada di
wilayah desa tersebut. Hasil SMD meliputi masalah kesehatan, penyebab
atau faktor resiko baik lingkungan maupun perilaku, serta potensi yang
ada di wilayah tersebut dibawa ke tingkat Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD) sebagai tindak lanjut dari kegiatan SMD dengan tujuan
menentukan prioritas masalah, pemecahan masalah dan kesepakatan
tindak lanjut dengan memanfaatkan potensi yang ada.
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
9
Pengertian Desa Siaga Sehat Jiwa adalah Desa yang
masyarakatnya sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi
ancaman kesehatan jiwa masyarakat. Tersedianya pelayanan kesehatan
dari, oleh dan untuk masyarakat desa dengan menggunakan fasilitas yang
tersedia sehingga menjadi masyarakat sehat jiwa. Tujuan dari Desa Siaga
Sehat Jiwa adalah orang yang sehat jiwa tetap sehat, yang resiko jadi
sehat jiwa dan yang gangguan jiwa jadi mandiri dan produktif.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 71 Tahun
2016, Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular pada
Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
a. Mengolah dan menyiapkan data sebagai bahan penyusunan
rencana kerja;
b. Mengolah dan menyiapkan data sebagai bahan perumusan
kebijakan teknis program pencegahan, pengendalian
penyakit tidak menular, dan kesehatan jiwa;
c. Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan program
pencegahan, pengendalian penyakit tidak menular, dan
kesehatan jiwa.
d. Melakukan kegiatan program pengamatan penyakit,
meliputi : pengumpulan, pengolahan dan analisa data
kegiatan pencegahan, pengendalian penyakit tidak menular,
dan kesehatan jiwa;
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
10
e. Melakukan bimbingan dan pembinaan teknis kegiatan
program pencegahan, pengendalian penyakit tidak menular,
dan kesehatan jiwa;
f. Melakukan pembinaan klinik berhenti merokok;
g. Melakukan pengamatan penyakit tidak menular;
h. Melakukan pembinaan pos pembinaan terpadu yang ada di
masyarakat;
i. Melakukan peningkatan mutu pelayanan pos pembinaan
terpadu;
j. Menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan
program pencegahan, pengendalian penyakit tidak menular,
dan kesehatan jiwa, serta menyajikan alternatif
pemecahannya;
k. Mendistribusikan tugas kepada bawahan agar pelaksanakan
tugas berjalan sesuai dengan proporsi masing-masing;
Sesuai dengan fungsi di atas, salah satu tugas pokok seksi pencegahan
penanggulangan penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa adalah
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
antara lain ; melakukan bimbingan dan pembinaan teknis kegiatan
program pencegahan, pengendalian penyakit tidak menular, dan
kesehatan jiwa, melakukan pembinaan pos pembinaan terpadu yang ada
di masyarakat, melakukan peningkatan mutu pelayanan pos pembinaan
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
11
terpadu dan menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan
program pencegahan, pengendalian penyakit tidak menular, dan
kesehatan jiwa, serta menyajikan alternatif pemecahannya. Dengan
kondisi tersebut dan disesuaikan dengan tupoksi maka, penulis
mengambil judul Optimalisasi pelaksanaan Posbindu Penyakit Tidak
Menular (PTM) dan Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa melalui Peran
serta Forum Kesehatan Desa (FKD) dalam di Kabupaten Tegal.
B. GAGASAN PERUBAHAN
Berdasarkan masalah tersebut di atas, berupa belum optimalnya
posbindu PTM dan menuju desa siaga sehat jiwa terdapat faktor-faktor
penyebab antara lain :
1. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang posbindu
PTM dan kesehatan jiwa
2. Belum optimalnya kegiatan posbindu PTM, khususnya capaian
kunjungan sasaran sesuai dengan target SPM deteksi dini
faktor resiko PTM usia 15 th ketas
3. Belum dimasukannya kegiatan Posbindu PTM dan Kesehatan
Jiwa sebagai prioritas atau bagian dari kegiatan Forum
Kesehatan Desa (FKD) dalam Pengembangan Desa Siaga
Aktif
4. Belum adanya sosialisasi dan wacana pembentukan desa
siaga sehat jiwa di Kabupaten Tegal.
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
12
Mendalami faktor-faktor tersebut di atas yang menjadi masalah
pokok/utama adalah belum optimalnya kegiatan posbindu PTM dan belum
adanya sosialisasi dan wacana pembentukan desa siaga sehat jiwa di
Kabupaten Tegal.
C. TUJUAN PERUBAHAN DAN KRETERIA KEBERHASILAN
Tujuan jangka pendek (2 bulan)
1. Terlaksananya sosialisasi optimalisasi Posbindu PTM
dan menuju Desa Siaga Sehat Jiwa di Desa
2. Terlaksananya pendampingan FKD dalam percepatan
peran serta
Tujuan jangka menengah ( 1 tahun)
1. Adanya komitmen bersama FKD untuk
mengoptimalkan posbindu PTM dan menuju desa
siaga sehat jiwa
2. Sebagai bahan usulan masuk kegiatan Rencana
Kegiatan Anggaran (RKA) tahun 2018, baik di Dinas
Kesehatan, Puskesmas dan Desa
Tujuan jangka panjang ( > 1 tahun)
1. Tercapainya peningkatan cakupan kunjungan
posbindu PTM dan terwujudnya salah satu/beberapa
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
13
desa di Kabupaten Tegal menjadi desa siaga sehat
jiwa
Kreteria Keberhasialan adalah tercapainya 100% sasaran usia
produktif dan usia lansia mendapat pelayanan skrining kesehatan di
Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) dan Orang dengan Gangguan
Jiwa mendapatkan pelayanan kesehatan dan tidak diterlantarkan.
D. MANFAAT PERUBAHAN
Dengan adanya optimalisasi posbindu PTM dan menuju desa siaga
sehat melalui peran serta FKD diharapkan akan mempercepat
terwujudnya masyarakat desa yang Peduli, Tanggap dan Mampu
mengenali serta mengatasi permasalahan kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan yang dihadapi secara Mandiri, sehingga
derajat kesehatan masyarakat meningkat, khususnya di bidang penyakit
tidak menular dan kesehatan jiwa
E. RUANG LINGKUP PERUBAHAN
Adapun yang dilakukan dalam proyek perubahan ini adalah :
1. Membentuk Tim Efektif
2. Pertemuan Lintas Program & Lintas Sektor
3. Sosialisasi Optimalisasi Posbindu PTM dan Menuju
Desa Siaga Sehat Jiwa di Desa
4. Rekrutmen dan Pembentukan Struktur Organisasi
5. Pelatihan Kader Desa
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
14
6. Evaluasi Peran serta FKD
F. PERSETUJUAN MENTOR
Nama Mentor : dr. Meliansyori
Jabatan : Kepala Bidang P2P
Instansi : Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
Dengan ini menyetujui gagasan proyek perubahan atas nama :
Slamet Sukamto,S.Gz
Mentor
dr. Meliansyori
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
15
BAB II
RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
A. JUDUL
OPTIMALISASI PELAKSANAAN POSBINDU PENYAKIT TIDAK
MENULAR (PTM) DAN MENUJU DESA SIAGA SEHAT JIWA
MELALUI PERAN SERTA FORUM KESEHATAN DESA (FKD) DI
KABUPATEN TEGAL
B. DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penulis sebagai Kepala
Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
Kesehatan Jiwa (Keswa) di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal yang
diantaranya adalah melakukan bimbingan dan pembinaan teknis
kegiatan program pencegahan, pengendalian penyakit tidak menular,
dan kesehatan jiwa, melakukan pembinaan pos pembinaan terpadu
yang ada di masyarakat, melakukan peningkatan mutu pelayanan pos
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
16
pembinaan terpadu dan menginventarisasi permasalahan yang
berhubungan dengan program pencegahan, pengendalian penyakit
tidak menular, dan kesehatan jiwa, serta menyajikan alternatif
pemecahannya. Untuk itu perlu dilakukan beberapa perubahan
terhadap kondisi yang ada saat ini.
Area organisasi yang bermasalah adalah belum optimalnya
kegiatan posbindu PTM dan belum adanya sosialisasi dan wacana
pembentukan desa siaga sehat jiwa di Kabupaten Tegal. Hal ini terlihat
pada masih ada desa yang belum mempunyai Posbindu PTM, capaian
kunjungan skrining pelayanan kesehatan yang masih rendah, jumlah
FKD yang aktif, jumlah kasus gangguan jiwa masih banyak dan
cenderung meningkat.
Melihat kondisi yang saat ini sedang berlangsung maka adapun
kondisi yang diinginkan adalah terwujudnya masyarakat desa yang
Peduli, Tanggap dan Mampu mengenali serta mengatasi permasalahan
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan yang dihadapi
secara Mandiri, melalui peran serta Forum Kesehatan Desa (FKD,
sehingga derajat kesehatan masyarakat meningkat khususnya di
bidang penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa
Peran serta FKD yang dimaksud dalam hal ini adalah Semua
komponen masyarakat yang masuk dalam organisasi FKD mampu
menggerakan anggota masyarakat lainnya untuk selalu datang ke
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
17
Posbindu PTM dalam kegiatan skrining / deteksi dini faktor-faktor
penyakit tidak menular (PTM) sebagai bagian dari perilaku hidup sehat,
yaitu cek kesehatan berkala dan bersama menuju Desa yang
masyarakatnya sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi
ancaman kesehatan jiwa masyarakat.
C. MENTOR
Nama Mentor : dr.Meliansyori
Jabatan : Kepala Bidang P2P
Instansi : Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
Alamat Instansi : Jl. Dr. Soetomo 1b Slawi
Nomer Telepon : (0283) 49164
Alamat Email : melian.syori@gmail.com
D. PROJECT LEADER
Nama Project Leader : Slamet Sukamto,S.Gz
Jabatan : Kepala Seksi P2 PTM & Keswa
Instansi : Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
Alamat Instansi : Jl. Dr. Soetomo 1b Slawi
Nomer Telepon : (0283) 49164
Alamat Email : slametsukamto50@yahoo.co.id
E. MILESTONES
Tabel 2.1
Milestones Proyek Perubahan
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
18
No TAHAP UTAMA Waktu
A
B
C
Jangka Pendek Terbentuknya Tim pelaksana kegiatan
proper tingkat kabupaten, dengan
diterbitkan nya SK Tim Pelaksana
Kegiatan Peran serta FKD.
Tersedianya pendukung sarana
sosialisasi, seperti penentuan sampel
desa yang dipilih, dana untuk
operasional kegiatan sosialisasi.
Terlaksananya sosialisasi bagi 3 (tiga)
desa dengan kreteria mempunyai FKD
aktif, adanya posbindu ptm dan adanya
kasus gangguan jiwa
Terlaksananya pendampingan FKD,
dengan kegiatan rekrutmen dan
pelatihan kader
Terlaksananya tindak lanjut
pendampingan FKD berupa monitoring
dan evaluasi di tingkat desa
Jangka Menengah Terlaksananya koordinasi lanjutan dan
evaluasi tingkat Kabupaten berupa
komitmen bersama
Tersusunnya usulan Rencana Kegiatan
dan Anggaran (RKA) tahun 2018 ,
dengan masuknya rencana kegiatan
Peran serta FKD pada tahun 2018.
Mg I Juni s.d
Mg IV Juni
2017
Mg I Juli s/d
Mg IV Juli
2017
Mg II Agust
2017 s.d Mar
2017
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
19
Jangka Panjang Terlaksananya Peran serta FKD dalam
optimalisasi pelaksanaan Posbindu
PTM dan didapatkan capaian 100%
kunjungan.
Terlaksananya Peran serta FKD
menuju desa siaga sehat jiwa
Bln April 2018
PUSDIKLAT Kemendagri Regional Yogyakarta, Diklat PIM IV Angkatan 19, 2017
20
20
Terlaksananya nya sosialisasi & pendampingan optimalisasi posbindu PTM & menuju desa siaga sehat jiwa
Tahap IPersiapan
Tahap IIPengorganisas
ian
Tahap IIIPelaksanaan
Tahap VI Monev
Rapat dan Konsultasi dengan mentor
Mencari dan membentuk Tim Kerja
Melakukan koordinasi dengan
Pembuatan SK Tim Kerja
Inventarisasi Kebutuhan Proyek Perubahan
Jadwal dan Rencana Kegiatan
• Sosialisasi Peran serta FKD• Pelatihan Kader
Kesehatan Desa
Gambar 2.1MILESTONE JANGKA PENDEK ( 2 BULAN)
Pendampingan FKD & Kader Kesehatan
Tabel 2.2
Roadmap Proyek Perubahan Jangka Pendek
No Tahapan Kegiatan Indikator Target/Capaian Bukti Fisik
1 Persiapan
1. Rapat dan Konsultasi
dengan mentor
2. Mencari dan
membentuk Tim Kerja
3. Melakukan koordinasi
dengan stakeholder
1. Adanya kesepakatan
dan persetujuan
2. Adanya dukungan
dari Tim Kerja
3. Adanya dukungan
dari para stakeholder
100%
100%
1 kali
100%
7 kali
1. Adanya dokumen dan
photo
2. Undangan,Daftar
hadir dan photo
3. SPT,Surat Dukungan
dan photo
20
No Tahapan Kegiatan Indikator Target/Capaian Bukti Fisik
2 Pengorganisasian
1. Pembuatan SK Tim
Kerja
2. Inventarisasi
Kebutuhan Proyek
Perubahan
3. Menyusun Jadwal dan
Rencana Kegiatan
1. Terbitnya SK Tim
Kerja dan Surat Tugas
2. Ketersedianya daftar
inventaris kebutuhan
3. Adanya kejelasan
dalam pelaksanaan
kegiatan
1. 1 buah dokumen SK
2. 1 buah dokumen
daftar inventaris
3. 1 buah dokumen
penyusunan jadwal
dan rencana
kegiatan
1. SK Kepala Dinas
2. Dokumen Daftar
Kebutuhan
3. Dokumen jadwal
dan rencana
kegiatan
21
No Tahapan Kegiatan Indikator Target/Capaian Bukti Fisik
3 Pelaksanaan
1. Sosialisasi Peran
serta FKD
2. Pelatihan Kader
Kesehatan Desa
1. Terlaksananya sosialisasi
peran serta FKD
2. Terlaksananya pelatihan
kader kesehatan desa
1. 1 kali
kegiatan
2. 1 kali
kegiatan
1. Undangan,Daftar
Hadir, Photo
2. Undangan,Daftar
Hadir, Photo
22
No Tahapan Kegiatan Indikator Target/Capaian Bukti Fisik
4 Evaluasi 1. Pendampingan
FKD & Kader
Kesehatan
1. Terlaksananya
pendampingan FKD
& Kader Kesehatan
1. 1 kali
kegiatan di
masing2 lokus
1. Undangan,
Daftar
Hadir ,Photo
23
24
Terlaksananya koordinasi
lanjutan dan evaluasi tingkat
Kabupaten berupa
KOMITMEN BERSAMAEvaluasi
Koordinasi
Advokasi & Pendampingan Penyusunan Rencana
Kegiatan
Rapat Tim Kerja Pertemuan
Evaluasi Lintas Sektor dengan FKD
• Pendampingan Desa & Puskesmas
Gambar 2.2MILESTONE JANGKA MENENGAH ( 1
TAHUN)
Tabel 2.3
Roadmap Proyek Perubahan Jangka Menengah
No Kegiatan Indikator Target/Capaian Bukti Fisik
1 Rapat Tim Kerja
Terlaksananya persiapan
pertemuan evaluasi tk Kab1 bahan persentasi
Adanya dokumen dan
photo
2
Pertemuan
Evaluasi Lintas
Sektor dengan
FKD
Terlaksananya pertemuan
evaluasi linsek dengan FKD
100%
1 kali
1 dokumen
komitemen bersama
Undangan,Daftar hadir,
photo dan dokumen
3
Pendampingan
Desa &
Puskesmas
Terlaksananya pendampingan
desa dan puskesmas
100 %
1 kali
SPT, Laporan Hasil
Pendampingan, Photo
25
26
Terlaksananya PERAN SERTA
FORUM KESEHATAN DESA
(FKD) dalam optimalisasi
posbindu PTM & menuju desa
siaga sehat jiwa
Gambar 2.3MILESTONE JANGKA PANJANG ( > 1
TAHUN)
Monitoring & Evaluasi
• Kegiatan posbindu PTM dan desa siaga sehat jiwa menjadi agenda rutinitas tahun dari FKD dengan pembiayaan dari desa
F. TATA KELOLA PROYEK
Dalam penyelesaian proyek perubahan agar berjalan sesuai
dengan rencana perlu suatu tata kelola proyek perubahan. Berikut
masing-masing peran dalam proyek perubahan antara lain :
a. Pembina, yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
Bertindak sebagai pembina dan memberikan legitimasi dalam
pengerjaan proyek perubahan
b. Penanggungjawab, yaitu Kepala Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Bertindak sebagai pembimbing dan pengawas peserta
berdasarkan sikap profesionalisme
Memberikan dukungan penuh kepada project leader dalam
pelaksanaan proyek perubahan
Memberikan bimbingan dan masukan kepada project leader
dalam mengatasi kendala yang muncul selama proses
implementasi proyek perubahan berlangsung
c. Coach, yaitu sebagai pemberi arahan dan masukan sehingga proyek
ini dapat dilaksanakan
Melakukan monitoring secara regular tehadap kegiatan
Melakukan masukan dan arahan dalam pembuatan proyek
perubahan mulai dari penyusunan proposal sampai
implementasi
27
d. Project Leader, yaitu Kasi Pencegahan, Pengendalian Penyakit Tidak
Menular dan Kesehatan Jiwa
e. Tim Teknis, yaitu beberapa stakeholder antara lain :
1. Kasi Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan Dinas
Kesehatan
2. Dinas Pemberdayaan Masyarakat & Desa
3. Dinas Sosial
4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bamada Slawi
5. Dinas Satpol PP
6. Puskesmas
yang memberikan dukungan,masukan, membantu dan bekerjasama
dengan project leader kegiatan proyek perubahan ini.
Bersama-sama melaksanakan kegiatan Sosialisasi, Pelatihan
Kader dan Pendampingan FKD
f. Tim Administrasi, yaitu staf yang membantu project leader dalam
melaksanakan proyek perubahan.
Memberikan masukan dan membantu dalam pelaksanaan
proyek perubahan dalam tehnis pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan
28
Gambar 2.4
Peranan Tata Kelola Proyek Perubahan
G. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
Daftar Stakeholder yang terlibat
Internal :1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
2. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
3. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
29
PEMBINA
PROJECT LEADER
PENANGGUNGJAWAB
COACH
TIM TEKNIS TIM ADMINISTRASI
4. Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular dan Kesehatan Jiwa
5. Kepala Seksi Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan
6. Semua Staf Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
Eksternal :1. Dinas Sosial Kabupaten Tegal
2. Kepala Seksi Pemberdayaan pada Dipermasdes Kab. Tegal
3. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bamada Slawi
4. Dinas Satpol PP
5. Camat
6. Tim Penggerak PKK Kecamatan
7. Kepala Puskesmas beserta jajarannya
8. Kepala Desa
9. Tim Penggerak PKK Desa
10. Forum Kesehatan Desa (FKD)
11. Kader Kesehatan Desa
12. Tokoh Masyarakat
13. Tokoh Agama
14. Organisasi Masyarakat (Ormas)
30
Gambar 2.5Netmap Hubungan Kerja Stakeholder
Keterangan :
: Jalur advokasi ++ : Sangat mendukung: Jalur koordinasi + : mendukung: Jalur komando: Jalur informasi formal
31
ORMASKADINKES KABID
P2P KABID KESMAS
TP PKK KEC
KECAMATAN
DINSOS
PUSKESMAS
DESA
KADER
TOGA/TOMA
SATPOL PP
KASI PEMBERDAYAAN & PROMKES
STIKES BAMADA
DINPERMASDES
TP PKK DESA
++
++
+
++
+
+ ++
++
++
++
++
+
+
++
+
KASI P2 PTM & KESWA
FKD
Gambar 2.6
Pengelompokan Stakeholder
32
Latens Promoters
Apathetik Defenders
1. Ormas
2. Toma
3. Toga
1. Kadinkes
2. Kabid P2P
3. Kabid Kesmas
4. Kasi P2 PTM & Keswa
5.Kasi Promkes
6.Staf P2 PTM & Keswa
7.Puskesmas
1. Camat
2. Kepala Desa 3. FKD4. Kader Kesehatan Desa5. TP PKK Kec & Desa6. Dinas Sosial7. Dinpermasdes8. Stikes Bamada9. Satpol PP
Mengelola stakeholder berdasarkan kelompok
1. Promoters (High Influence/High Interst)
Mereka benar-benar bisa membuat upaya berjalan
Jika positif, mereka perlu diperkuat dan dilibatkan dalam
pekerjaan yang akan dinikmatinya
Jika gagasanya tidak jalan, yakinkan bahwa mereka tahu
mengapa, dan mengapa alternatifnya lebih baik
2. Latens (High Influence/Low Interest)
Mereka bisa sangat membantu jika dapat diyakinkan
akan pentingnya upaya bagi kepentingan merekja sendiri
atau untuk kebaikan yang lebih besar
Perlu didekati dan diberi informasi, setiap kali perlu
dilakukan kontak dengan mereka
Tunjukkan bagaimana upaya memiliki efek positif
terhadap isu maupun populasi yang menjadi
perhatiannya.
3. Defenders(Low Influence/High Interst)
Mereka bisa sangat membantu jika mereka tetap
mendapat informasi dan kita perlu khawatir tentang
keterlibatannya di masa datang
33
Mereka sering memberikan waktu dan ketrampilannya
saat upaya perlu bertahan hidup
4. Apathetics (Low Influence/Low Interest)
Strategi :
Menarik orang/organisasi kedalam proses dan menggerakkan ke arah
Promoters
Memperlakukan mereka dengan respek
Memberi informasi apapun, training, mentoring, dan/atau dukungan
yang diperlukan agar mereka tetap terlibat
Menemukan tugas atau pekerjaan yang perlu dilakukan yang
menarik minat dan menggunakan bakat mereka
Menjaga semangat mereka dengan memuji, merayakan, apresiasi
kecil, dan secara terus menerus mengingatkan pencapaian upaya
Melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan
Mengaja mereka mengerjakan pembuatan konsep, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi upaya dari sejak awal
Apabila mengawali hanya dengan sedikit kekuasaan/pengaruh,
mereka perlu dibantu belajar bagaimana :
o Memperoleh dan melatih pengaruhnya dengan bekerja
bersama orang/lain, dan
o Mengembangkan ketrampilan pribadi, berikir kritis, dan politis
34
Strategi Komunikasi
Dalam pelaksanaan proyek perubahan diperlukan stategi
komunikasi yang dikembangkan terhadap stakeholder untuk mendukung
kelancaran kegiatan dengan menggunakan metode komunikasi timbal
balik dengan para pemangku kepentingan. Memberikan informasi kepada
stakeholder mengenai rencana proyek perubahan dan manfaat serta
berharap peran aktif stakeholder terhadap proyek perubahan, dengan
membuat masing-masing stakeholder berperan penting dalam proyek
perubahan, sehingga satu sama lain saling mendukung untuk
mensukseskan proyek perubahan ini.
H. PENGANGGARAN
Proyek perubahan yang akan dilaksanakan ini tidak lepas dari
anggaran yang dibutuhkan. Kegiatan proyek perubahan diusahakan
kolaborasi dengan kegiatan-kegiatan program P2 PTM & Keswa yang
belum dilaksanakan dan telah direncanakan menggunakan anggaran
APBD II seperti kegiatan sosialisasi, sehingga anggaran proyek
perubahan menjadi minim. Selain itu dapat kolaborasi dengan kegiatan-
kegiatan Puskesmas yang pelaksanaannya mengikutsertakan
masyarakat, terutama FKD. Namun bila kegiatan proyek perubahan tidak
bisa diikutsertakan dengan kegiatan program atau kegiatan puskesmas,
anggaran menggunakan swadaya.
35
BAB III
ACUAN PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
A. PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF
Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini dapat berjalan sesuai
yang direncanakan, maka perlu dibentuk Tim Efektif yang setiap
anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab. Pembentukan tim
efektif tersebut berkaitan dengan proyek perubahan yang akan
penulis lakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, antara lain
sebagai berikut :
36
Gambar 7
Tim Efektif Proyek Perubahan
37
PEMBINA
Kadinkes Kab.Tegal
Dr. Hendadi Setiaji,M.Kes
PROJECT LEADER
Kasi P2 PTM
Slamet Sukamto,S.Gz
PENANGGUNGJAWAB
Kabid P2P
Dr. Meliansyori
COACH
Drs. H.Mirza Erapuragi
TIM TEKNIS
Dosen Stikes Bamada (Firman Hidayat,M.Kep,Ns,Sp.Kep.J)
Kasi Pelayanan Dasar Dinpermades
Kasi Rehabsos Disabilitas Dinas Sosial (Sri Widowati,SIP)
Satpol PP (Suyoto)
Puskesmas
TIM ADMINISTRASI
Staf Sie P2 PTM & Keswa
Safrudin
Mahmudah khurotul Aini,SKM
Kasi Pemberdayaan & Promkes
Slamet SKM
Tabel 3.1
Nama dan Jabatan Tim Efektif
N
O
NAMA JABATAN DALAM TIM
1 dr. Meliansyori Mentor
2 Drs. H.Mirza Erapunagi Coach
3 Slamet Sukamto,S.Gz Project Leader
4 Firman Hidayat,M.Kep,Sp.Kep.J Ketua Tim Teknis
5 Safrudin Ketua Tim Administrasi
Tabel 3.2
Peran masing-masing anggota Tim
NO TIM EFEKTIF PERAN
1 Mentor a. Sebagai pembina dan pengawas
b. Memberikan dukungan penuh kepada
project leader dalam implementasi
proyek perubahan
c. Memberikan bimbingan kepada project
38
leader dalam mengatasi kendala yang
muncul selama proses implementasi
berlangsung
2 Coach a. Melakukan monitoring secara regular
tehadap kegiatan
b. Melakukan masukan dan arahan dalam
pembuatan proyek perubahan mulai dari
penyusunan proposal sampai
implementasi
3 Project Leader a. Melakukan eksekusi keseluruhan
tahapan yang telah dirancang dengan
mempergunakan seluruh sumber daya
yang di miliki
b. Mengambil inisiatif dalam dialog dengan
mentor dan coach
c. Secara aktif melaporkan progres
implementasi proyek perubahan kepada
coach
d. Mengacu pada milestones sebagai dasar
pencapaian target perubahan
e. Menggerakan seluruh stakeholder terkait
dalam mendukung keseluruhan tahapan
implementasi perubahan
39
4 Tim Teknis a. Memberikan dukungan dan masukan ke
project leader tentang proyek perubahan
b. Bekerja sama dengan project leader
melakukan kegiatan sosialisasi dan
pelatihan kader sesuai dengan tugas
pokok masing-masing stakeholder
5. Tim Administrasi a. Memberikan masukan dan membantu
dalam pelaksanaan proyek perubahan
dalam tehnis pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan
B. IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH / KENDALA
Potensi masalah / kendala yang dihadapi oleh Kepala Seksi
Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
Kesehatan Jiwa dalam menganalisa optimalisasi pelaksanaan
posbindu PTM dan menuju desa siaga sehat jiwa melalui peran
serta Forum Kesehatan Desa (FKD) antara lain :
40
Tabel 3.3
Potensi Kendala / Masalah
NO Kendala Strategi Mengatasi Masalah
1 Awal implementasi proyek
perubahan bertepatan dengan
bulan puasa Ramadhan
Kegiatan pertemuan/sosialisasi/
pelatihan yang melibatkan orang
banyak/masyarakat dilaksanakan
setelah bulan Ramadhan
2 Proyek perubahan menuju desa
siaga sehat jiwa merupakan hal
baru
Meningkatkan frekuensi
komunikasi dan koordinasi dengan
stakeholder terkait
3 Terbatasnya sarana dan
prasarana penunjang
Mempergunakan segala sarana
dan prasarana yang tersedia
dengan maksimal
4 Jadwal kegiatan banyak
berbenturan dengan kegiatan
rutinitas
Penyesuaian dan koordinasi
tentang pelaksanaan penting
5 SDM FKD dan Kader Kesehatan
yang terbatas
Maksimalkan SDM yang ada
41
42
C. RENCANA KEGIATAN DAN PENJADWALAN
Tabel 3.4
Rencana Kegiatan
No Tahapan Kegiatan Waktu Indikator Target Keterangan
1 Persiapan 1. Rapat dan Konsultasi
dengan mentor
2. Mencari dan
membentuk Tim Kerja
Mg I Juni s.d
Mg II Juni
2017
1. Adanya
kesepakatan dan
persetujuan
2. Adanya dukungan
dari Tim Kerja
100%
100%
1 kali
1. Adanya dokumen
dan photo
2. Undangan,Daftar
hadir dan photo
43
3. Melakukan koordinasi
dengan stakeholder
3. Adanya dukungan
dari para
stakeholder
100%
7 kali
3. SPT,Surat
Dukungan dan
photo
Pengorganisasian
1. Pembuatan SK Tim
Kerja
2. Inventarisasi
Kebutuhan Proyek
Perubahan
3. Menyusun Jadwal dan
Rencana Kegiatan
Mg III Juni
s.d Mg IV
Juni 2017
1. Terbitnya SK Tim
Kerja dan Surat
Tugas
2. Ketersedianya
daftar inventaris
kebutuhan
3. Adanya kejelasan
dalam pelaksanaan
kegiatan
1. 1 buah dokumen
SK
2. 1 buah dokumen
daftar inventaris
3. 1 buah dokumen
penyusunan
jadwal dan
rencana kegiatan
1. SK Kepala Dinas
2. Dokumen Daftar
Kebutuhan
3. Dokumen jadwal
dan rencana
kegiatan
44
3 Pelaksanaan
1. Sosialisasi Peran serta
FKD
2. Pelatihan Kader
Kesehatan Desa
Minggu I
Juli s.d
Minggu II
Juli 2017
1. Terlaksananya
sosialisasi peran
serta FKD
2. Terlaksananya
pelatihan kader
kesehatan desa
1. 1 kali kegiatan
2. 1 kali kegiatan
1. Undangan,Daftar
Hadir, Photo
2. Undangan,Daftar
Hadir, Photo
4 Evaluasi 1.Pendampingan FKD &
Kader Kesehatan
Minggu III
Juli 2017
1. Terlaksananya
pendampingan FKD
& Kader Kesehatan
1. 1 kali kegiatan
di masing2 lokus
1. Undangan, Daftar
Hadir ,Photo
45
Tabel 3.5
Jadwal Kegiatan
NO KEGIATAN
JANGKA PENDEK
JUNI JULI
I II III IV I II III IV
I PERSIAPAN
Rapat dan Konsultasi dengan mentor
Mencari dan membentuk Tim Kerja
Melakukan koordinasi dengan
stakeholder
II PENGORGANISASIAN
Pembuatan SK Tim Kerja
Inventarisasi Kebutuhan Proyek
Perubahan
Menyusun Jadwal dan Rencana
Kegiatan
III PELAKSANAAN
Sosialisasi Peran serta FKD
Pelatihan Kader Kesehatan Desa
IV EVALUASI
Pendampingan FKD & Kader
Kesehatan
46
47