SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org -...

22
SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA

Transcript of SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org -...

Page 1: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

SAAT NEGARA MEMBUNUH

DAN MENYIKSA

Page 2: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

2

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA

K. Mustarom

Laporan KhususEdisi 11 / Agustus 2016

ABOUT US

Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakansebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untukmencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakandan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 inimerupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untukbekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukankepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akankeadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis denganuraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakanpendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke:[email protected].

Seluruh laporan kami bisa didownload di website:

www.syamina.org

Page 3: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

3

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................................................................................................... 3Executive Summary ..................................................................................................................................................... 4A. Di Balik Topeng Kontraterorisme ................................................................................................................... 6B. Pendekatan Hibrida Perang-Hukum dalam Perang Melawan Teror ................................................ 9C. Genosida dalam Perang Melawan Teror ...................................................................................................... 11D. Normalisasi Penyiksaan ..................................................................................................................................... 15E. Teror Drone ............................................................................................................................................................. 18

Page 4: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

4

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

EXECUTIVE SUMMARY

Terorisme sering identik dengan kejahatannegara, yang hampir selalu jauh lebih merusakdaripada kekerasan yang ingin mereka lawan.Kontraterorisme juga seringkali kontraproduktifdengan tujuan yang dinyatakannya, karena iajustru mendorong kekerasan oleh aktor-aktornon-negara yang mereka labeli dengan terorisme.Negara, melalui militer, polisi, intelijen danaparat keamanannya memiliki kapasitas yangsangat besar untuk memaksa dan menimbulkankekerasan. Tidak mengherankan jika kemudiankejahatan negara yang menyamar dalam topengkontraterorisme bertanggung jawab ataspenderitaan manusia pada skala yang lebih besardari kekerasan oleh aktor-aktor non-negara yangberlabel terorisme.Salah satu fitur utama dalam PerangMelawan Teror adalah menolak nilai-nilai dansistem hukum yang berlaku. Untuk itu, merekamengklaim bahwa hal tersebut diperlukan untukmelawan ancaman terorisme. Mentalitas ini tidakhanya berhenti di pemerintah AS dalam perangmereka melawan Al-Qaidah, tapi juga diperluassampai hampir seluruh negara di dunia ini yangmengadopsi kebijakan-kebijakan yangmenggerus sebagian besar hak-hak dasarmanusia atas nama Perang Melawan Teror.Skenario andalan yang sering dipakai dalamperang ini adalah “thicking time bom scenario”.Masyarakat ditakut-takuti akan adanya potensiancaman yang membahayakan mereka, dan padaakhirnya “dipaksa” untuk menoleransi beberapa

pelanggaran negara demi mengatasi ancamantersebut. Serangkaian kebijakan tersebut secaraperlahan melegitimasi perang, penahanan,pengawasan, pembunuhan di luar pengadilan,profiling, pengadilan rahasia, dan penahanantanpa pengadilan. Negara berargumen bahwadalam menghadapi ancaman luar biasa dariterorisme, perlu untuk melanggar hak asasimanusia, dan terkadang, perlu juga untukmelakukan aksi militer preemptive.Namun, sejarah menunjukkan bahwakontraterorisme seringkali melakukan kekerasanyang jauh lebih berbahaya daripada kekerasanyang ingin mereka atasi. Negara memilikikekuatan yang sangat besar untuk menjelekkanmusuh mereka sebagai teroris, terlepas darifakta-fakta yang ada. Kemampuan negara untukmelabeli musuh mereka sebagai teroris membuatkontraterorisme sebagai cara yang dianggaptepat guna untuk menargetkan lawan dankelompok politik yang dianggap sebagaiancaman. Melabeli negara lain sebagai teroris,atau sebagai pendukung teroris, dapatmemberikan dasar yang kredibel untukmelakukan invasi militer dan pendudukan.Amerika juga selalu menegaskan bahwakontraterorisme merupakan pertahanan yangdiperlukan untuk melawan kekerasan dari pihaklain. Dalam Perang Melawan Teror, AS telahmelakukan pembunuhan terhadap 4 juta jiwa,ternasuk 2 juta warga Irak yang meninggal

Page 5: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

5

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

karena sanksi ekonomi yang diberikan oleh AS kenegara tersebut. Sebagian besar korban dariperang tersebut, secara statistik, adalah umatIslam—jauh bertolakbelakang denganpandangan umum bahwa kelompok radikal Islamadalah kelompok paling mematikan di TimurTengah. Sebaliknya, fakta tersebut justrumenunjukkan bahwa AS adalah pembunuh palingburuk, dan korban tewas yang dihasilkannyamenyerupai dengan genosida agama.Pada tahun 2009, Stephen M. Walt, seorangprofesor hubungan internasional di HarvardUniversity, menulis:“Berapa banyak orang Islam yang dibunuholeh AS dalam tiga puluh terakhir, dan berapabanyak warga AS yang dibunuh oleh orang Islam?Mendapatkan jumlah yang tepat atas pertanyaanini mungkin bisa dikatakan tidak mungkin, tapijuga tidak perlu, karena dalam hitungan kasarpun, jumlahnya jelas-jelas sangat timpang.”Atau sebagaimana yang diungkapkan olehBen Affleck, “Kita jauh lebih banyak membunuhorang Islam dibanding mereka membunuh kita.”Menurut media mainstream, duniaberkabung atas kematian 3.000 orang dalamserangan WTC. Namun, hanya sedikit yang ingatatas 4 juta warga sipil tak berdosa yang dibunuholeh AS dan sekutunya dalam kampanye PerangGlobal Melawan Teror.Dari segala bentuk pembunuhan, tidak adayang lebih mengerikan dibanding apa yangdilakukan oleh sebuah negara terhadaprakyatnya sendiri. Dan dari semua korbanpembunuhan, mereka yang dibunuh oleh negaraadalah yang paling rapuh dan tak berdaya,

karena entitas yang mereka percayakankehidupan dan keamanan mereka atasnya, justrumenjadi pembunuh mereka. Saat negaramembunuh, kejahatan mereka direncanakan olehorang-orang kuat. Mereka menggunakanrasionalitas yang dingin dan efisiensiadministratif yang sama dengan saat merekamengambil keputusan untuk melakukankampanye pemberangusan hama pertanian yangmenjengkelkan.Pembunuhan kini menjadi cara perangAmerika sehari-hari, dan penyiksaan menjadi alatnegara. Beberapa skandal penyiksaan di masadepan bisa jadi akan kembali muncul daripenjara suram AS, menambah daftar panjangkekejaman, dari "Tiger Cages" Vietnam Selatanhingga "Salt Pit" di Afghanistan dan "The Hole" diSomalia. Saat itu, dunia mungkin tidak lagimenjadi pemaaf. Dengan gambar-gambar daripenjara Abu Ghraib masih terukir dalam memorimanusia, kerusakan otoritas moral Amerikasebagai pemimpin dunia akan semakin dalamdan abadi.

Page 6: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

6

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

“Dari segala bentuk pembunuhan, tidak ada yang lebih mengerikan dibanding apa yang

dilakukan oleh sebuah negara terhadap rakyatnya sendiri. Dan dari semua korban

pembunuhan, mereka yang dibunuh oleh negara adalah yang paling rapuh dan tak

berdaya, karena entitas yang mereka percayakan kehidupan dan keamanan mereka

atasnya, justru menjadi pembunuh mereka. Saat negara membunuh, kejahatan mereka

direncanakan oleh orang-orang kuat. Mereka menggunakan rasionalitas yang dingin dan

efisiensi administratif yang sama dengan saat mereka mengambil keputusan untuk

melakukan kampanye pemberangusan hama pertanian yang menjengkelkan.” Clyde Snow,dikutip dari Witness from the Grave: The Stories Bones Tell, Christopher Joyce dan EricStover“Kita harus berpihak. Netralitas justru membantu para penindas, tidak pernah membantu

para korban. Diam akan menyemangati para penyiksa, bukan orang yang disiksa. Kadang,

kita harus ikut campur. Saat kehidupan manusia terancam, saat harga diri manusia berada

dalam bahaya, batas-batas dan sensitivitas nasional menjadi tidak relevan. Saat laki-laki

dan wanita dibunuh karena ras, agama, atau pandangan politiknya, maka tempat

tersebut—pada waktu itu—harus menjadi pusat alam semesta.”―Elie Wiesel, The Night Trilogy: Night/Dawn/The AccidentA. Di Balik Topeng KontraterorismePasca serangan 11 September, George W.Bush mendeklarasikan apa yang ia istilahkandengan “perang salib”, “perang melawan teror”.Tak lama setelah itu, AS melakukan invasi keAfghanistan. Sejak itulah mereka mulaimelakukan penculikan di seluruh dunia untukkemudian di tangkap, diinterogasi, dan disiksa.AS menjalankan sejumlah program rahasia,termasuk “detention program”, “rendetionprogram”, dan “enhanced interrogationtechniques program”. Pada bulan Februari 2002,tahanan pertama tiba di Guantanamo Bay.

Salah satu fitur utama dalam PerangMelawan Teror adalah menolak nilai-nilai dansistem hukum yang berlaku. Untuk itu, merekamengklaim bahwa hal tersebut diperlukan untukmelawan ancaman terorisme. Mentalitas ini tidakhanya berhenti di pemerintah AS dalam perangmereka melawan Al-Qaidah, tapi juga diperluassampai hampir seluruh negara di dunia ini yangmengadopsi kebijakan-kebijakan yangmenggerus sebagian besar hak-hak dasarmanusia atas nama Perang Melawan Teror.Serangkaian kebijakan tersebut secaraperlahan melegitimasi perang, penahanan,pengawasan, pembunuhan di luar pengadilan,

Page 7: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

7

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

profiling, pengadilan rahasia, dan penahanantanpa pengadilan.Terorisme sering identik dengan kejahatannegara, yang hampir selalu jauh lebih seriusdaripada kekerasan yang diduga mereka lawan.Kontraterorisme juga seringkali kontraproduktifdengan tujuan yang dinyatakannya, karena iajustru mendorong kekerasan oleh aktor-aktornon-negara yang mereka labeli dengan terorisme.Negara, melalui militer, polisi, intelijen danaparat keamanannya memiliki kapasitas yangsangat besar untuk memaksa dan menimbulkankekerasan. Tidak mengherankan jika kemudiankejahatan negara yang menyamar dalam topengkontraterorisme bertanggung jawab ataspenderitaan manusia pada skala yang lebih besardari kekerasan oleh aktor-aktor non-negara yangberlabel terorisme.Kontraterorisme mencakup hukum, polisi,keamanan, dan kekuatan militer serta tindakanlain yang diarahkan pada apa yang oleh negaradianggap sebagai ancaman teroris. Terorismesangat sulit untuk didefinisikan, dan definisinyapun seringkali diterapkan secara selektif.Kesulitan mendefinisikan terorisme,dikombinasikan dengan mudahnya negara untukmemberikan label, berarti bahwa apa yang kitalihat sebagai terorisme sebagian besar justrudibentuk melalui langkah-langkahkontraterorisme. Eksploitasi ketakutanmasyarakat terhadap terorisme memberikanpeluang kepada negara untuk terlibat dalamagresi militer dan menerapkan hukum yangrepresif—sesuatu yang biasanya dianggap tidak

dapat diterima, terutama di negara yangmengaku demokratis.Sejak serangan 11 September 2001,terorisme telah mengambil panggung utamadalam agenda keamanan nasional. Namun selamadekade terakhir, kontraterorisme yang dilakukandalam perang melawan teror justru sangatterkait dengan kejahatan negara termasukkejahatan agresi, penyiksaan, kejahatan polisi,korupsi, dan kejahatan korporasi negara.Negara berargumen bahwa dalammenghadapi ancaman luar biasa dari terorisme,perlu untuk melanggar hak asasi manusia, danterkadang, perlu juga untuk melakukan aksimiliter preemptive. Namun, sejarah menunjukkanbahwa kontraterorisme seringkali melakukankekerasan yang jauh lebih berbahaya daripadakekerasan yang ingin mereka atasi. Negaramemiliki kekuatan yang sangat besar untukmenjelekkan musuh mereka sebagai teroris,terlepas dari fakta-fakta yang ada. Kemampuannegara untuk melabeli musuh mereka sebagaiteroris membuat kontraterorisme sebagai carayang dianggap tepat guna untuk menargetkanlawan dan kelompok politik yang dianggapsebagai ancaman. Melabeli negara lain sebagaiteroris, atau sebagai pendukung teroris, dapatmemberikan dasar yang kredibel untukmelakukan invasi militer dan pendudukan.Amerika juga selalu menegaskan bahwakontraterorisme merupakan pertahanan yangdiperlukan untuk melawan kekerasan dari pihaklain. Namun, negara seringkali terlibat(langsung, atau melalui proxy), merancang, atau

Page 8: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

8

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

memprovokasi terorisme sebagai taktik untukmengejar agenda tersembunyi. Dalam dekadesebelumnya, misalnya, perang global melawanteror telah menjadi sarana utama untukmenggapai apa yang oleh Noam Chomsky disebutsebagai Imperial Grand Strategy. Selain menutupidan memfasilitasi kejahatan negara,kontraterorisme juga dapat memicu perpecahanpolitik dan konflik yang mendukung kekerasanyang justru katanya mereka lawan. Meningkatnyaekspresi kekerasan oleh aktor-aktor non-negaraseringkali digunakan sebagai pembenaran bagitindakan lebih lanjut negara yang justru menjadibagian dari siklus kekerasan yang semakinmeningkat.Tindakan preemptive membentuk dasardari kebijakan kontraterorisme saat ini. Langkah-langkah preemptive meliputi sejumlah praktekkoersif dari negara, mulai dari pengawasan,interogasi koersif, penahanan tanpa tuduhan ataupengadilan, tembakan untuk membunuh, daninvasi militer. Dalam semua kasus di atas, negarabertindak sebelum bukti ancaman konkret.Meskipun koersi negara adalah nyata, danseringkali menghancurkan, dan terkadang fatal,ancaman masa depan yang dicegah justru seringsekali bersifat spekulatif.Intelijen, bukan bukti yang diuji dipengadilan terbuka, adalah dasar bagi negarauntuk mengklaim prediksi ancaman teroris dandasar bagi diambilnya tindakan preemptive.Intelijen adalah aspek yang sangat tidakakuntabel dalam kegiatan negara; seringkalidimanipulasi demi kepentingan negara. Intelijendikumpulkan dan ditafsirkan melalui asumsi

yang dirahasiakan, kecenderungan ideologis,prasangka rasial dan kepentingan politik, dankebijakan luar negeri. Ketua United States SenateSelect Committee on Intelligence, misalnya,menyimpulkan dalam sebuah pernyataan padatahun 2008 tentang invasi ke Irakbahwapemerintah AS berulang kali menyajikandata intelijen sebagai fakta. Padahal kenyatannyadata tersebut tidak berdasar, bertentangan ataubahkan tidak ada.Pengalaman kontraterorisme kontemporermenunjukkan hubungan panjang dan intimantara kontraterorisme dan kejahatan negara.Setelah rezim militer di Argentina digulingkanpada tahun 1983, sebuah komisi penyelidikanmenyimpulkan bahwa terorisme yang dilakukanrezim militer waktu itu jauh lebih burukdibanding teror yang diduga mereka perangi.Israel terus menerus melakukan pelanggaransistematis terhadap hak asasi manusia wargaPalestina, termasuk penyiksaan, penghancuranrumah, pemukulan, serangan kekerasan, danpembunuhan di luar hukum dengan alasankontraterorisme. Contoh lain, kebijakankontraterorisme Inggris di Irlandia selama tahun1970 meliputi kebijakan menembak untukmembunuh, penyiksaan, penahanan tanpatuduhan atau pengadilan, pelarangan kebebasanberekspresi. Belajar dari kontraterorisme Inggrisdi Irlandia selama dekade tersebut, PaddyHillyard sangat menekankan bahwa mereka yangberkuasa seharusnya tidak meninggalkan aturanhukum, dan pencegahan terorisme (preventing of

terrorism) seharusnya juga tidak menjadi terorpencegahan(terror of prevention).

Page 9: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

9

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

B. Pendekatan Hibrida Perang-Hukum

dalam Perang Melawan TerorSetelah serangan 11 September, PresidenAS waktu itu, George W. Bush, menyatakanbahwa pelakunya akan dibawa ke pengadilan.Selanjutnya, Bush mengumumkan bahwa AS akanmelakukan Perang Melawan Terorisme. Darikedua pernyataan di atas, pernyataan pertamamenggunakan bahasa hukum kriminal danpengadilan kriminal. Ia memperlakukanserangan 11 September sebagai kejahatan yangmengerikan, dan pemerintah AS inginmenghukum pelaku dan perencana yang terlibatdalam aksi tersebut. Sedangkan pernyataankedua, Perang Melawan Terorisme, menekankanpada sikap dan tindakan pemerintah yangberbeda, bukan pendekatan hukum lagi, tapipendekatan perang. Dampaknya, statementtersebut berujung pada meluasnya ruang lingkuptindakan pemerintah AS, karena mereka yangdituduh teroris, yang tidak tahu sama sekalimengenai serangan 11 September, bisa diberilabel sebagai musuh. Tapi, itu semua hanyapermulaan.Model perang memberikan tali kekang yanglebih longgar dibanding pendekatan hukum,untuk itulah ia dipakai pasca 9/11. Pertama,dalam perang, bukan dalam hukum,diperbolehkan menggunakan senjata mematikanyang diarahkan kepada pasukan musuh, apapuntingkat keterlibatannya. Tukang masakmerupakan target yang sama sahnya denganjenderal musuh.Kedua, dalam perang, bukandalam hukum, collateral damage, yaitu

pembunuhan non-kombatan yang tidakdisengaja, diperbolehkan. Polisi tidakdiperbolehkan mengebom bangunan apartemenyang penuh dengan penghuni hanya karena sipembunuh ada di tempat tersebut. Tapi, pasukanudara bisa mengebom satu bangunan jika didalamnya ada target militer. Ketiga, bukti secaradrastis lebih lemah dalam perang dibandingdalam pengadilan kriminal. Satu pasukan tidakperlu bukti yang sangat valid untuk menyatakanbahwa seseorang adalah pasukan musuhsebelum melakukan tembakan atau menangkapdan memenjarakanya. Mereka tidak butuh buktisama sekali, hanya sekadar data intelijen yangmasuk akal. Karenanya, tidak heran jika saatwarga sipil jadi korban serangan AS, yangterucap seringkali hanya penyesalan, bukanpermintaan maaf. Keempat, dalam perangseseorang bisa menyerang musuh tanpamemerhatikan apa yang telah mereka lakukan.Dalam perang, target yang sah adalah merekayang karena perang mungkin akanmembahayakan kita, bukan mereka yang telahmembahayakan kita. Mungkin ada perbedaansignifikan lainnya, namun poin dasarnya cukupjelas: karena mandat dari Washington untukmencegah terjadinya serangan ala 9/11 di masadepan, model perang memberikan keuntunganlebih banyak dibanding model hukum.Namun, pilihan tersebut juga adakonsekuensi atau kerugian yang harus diterima.Dalam perang, bukan dalam model hukum,melawan balik adalah respon yang legitimate.Kedua, saat satu negara melakukan perang,negara lain mungkin boleh memilih untuk netral.

Page 10: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

10

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

Ketiga, karena melawan balik adalah legitimate,dalam perang, pasukan musuh berhakmendapatkan perlakukan khusus saat ia cederaatau menyerahkan diri. Tidak diperbolehkanuntuk menghukum mereka karena peran merekadalam peperangan. Mereka juga tidak bolehdiinterogasi secara keras saat ditangkap.Konvensi Jenewa ketiga menyatakan bahwa:“Tahanan perang yang menolak untuk menjawab[pertanyaan] tidak boleh diancam, dihina, ataudiperlakukan secara tidak menyenangkan atautidak menguntungkan.” Dan ketika perangberakhir, pasukan musuh harus dikembalikan.Nah, di sini, Washington mempunyai idelain, untuk mengeliminir kerugian yang adadalam model perang tradisional. Washingtonmemandang mereka yang diduga teroris tidakhanya sebagai musuh militer, tapi juga sebagaipelaku kriminal. Dalam model hukum, kriminaltidak diperkenankan untuk menembak balik, danaksi kekerasan yang mereka lakukan membuatmereka bisa dibawa ke dalam hukuman yanglegitimate. Inilah yang kita lihat dalam perilakuWashington dan sekutunya dalam PerangMelawan Terorisme. Dengan secara selektifmengombinasikan elemen yang ada dalam modelperang dan elemen yang ada dalam modelhukum, Washington mampu memaksimalkankemampuannya untuk memobilisasi pasukanyang mematikan melawan entitas yang merekaanggap teroris sembari menghapuskan hak yangdimiliki oleh pasukan militer musuh, juga hakorang-orang yang tak bersalah yangterperangkap di tengah baku tembak.

Perang Melawan Terorisme menjadiancaman tersendiri bagi hak asasi manusia,karena dalam perang menghargai hak asasimanusia secara praktek tidak mungkin atausecara teori tidak diperlukan. Kombatan menjaditarget yang legitimate, non kombatan yangterluka secara tidak sengaja dianggap sebagaicollateral damage, bukan sebagai korbankekejaman. Dalam model hibrida perang-hukumsemakin mengurangi hak asasi mereka denganmengklasifikasikan musuh sebagai unlawful

combatan.Salah satu contoh dari pengurangan hakasasi manusia adalah toleransi terhadappenyiksaan. Sejak 11 September, AS telah banyakmentransfer puluhan tersangka terorisme kenegara yang nantinya akan menyiksa mereka.Penyiksaan pun menjadi praktik yang lazim olehnegara terhadap tahanan kasus terorisme.Seringkali hal tersebut dilakukan dengan alasanbahwa penangguhan hak asasi manusia adalahtindakan darurat untuk mengatasi ancamanterorisme. Namun pertanyaannya, sampai kapanhak asasi manusia akan terus ditangguhkan?Kapan perang akan berakhir?

Page 11: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

11

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

C. Genosida dalam Perang Melawan TerorHingga sekarang, AS dan sekutunya masihmerahasiakan jumlah korban yang diakibatkanoleh aksi mereka. Mereka hanya tertarikmenghitung korban dari pihak mereka: 4.804pasukan multinasional telah terbunuh di Irakdari Maret 2003 hingga Februari 2012, waktu dimana AS berhenti menghitung jumlah korban.Hingga akhir 2014, mereka juga mencatat bahwa3.485 pasukan keamanan internasional dariNATO telah kehilangan nyawa di Afghanistan. DiPakistan, karena AS dan pasukan internasionalmerahasiakan penerjunan pasukannya di sana,terutama di wilayah tribal, tidak ada datastatistik jumlah korban dari pasukan merekatersebut.Gambaran tentang personel militer yangterluka dalam kancah perang tersebut juga tidaklengkap. Hanya pasukan militer AS yangdiidentifikasi, yaitu 32.223 pasukan yang terlukasepanjang invasi ke Irak sejak tahun 2003, danhingga November 2014 sejumlah 20.040 pasukanterluka di Afghanistan.Tidak ada data yang disajikan mengenaigangguan mental yang menghinggapi personelmiliter yang diterjunkan di Irak, Afghanistan, danPakistan.Dari sejumlah data di atas, mereka secararesmi mengabaikan korban dari pihak sipilmaupun dari kombatan lawan, baik yangterbunuh maupun yang terluka. Fakta tersebuttentu saja tidak mengejutkan. Langkah tersebutbukanlah karena kelalaian, namun memangdisengaja. Pemerintah AS masih terus

merahasiakan jumlah korban serangan mereka.Dan hal itu bukan tanpa alasan, terbukanyadampak mengerikan dari kebijakan mereka keruang publik, akan meruntuhkan argumenmereka bahwa mereka melakukan invasi ke Irakdalam rangka membebaskan rakyat negaratersebut dari kediktatoran, menghapuskan AlQaidah dari Afghanistan dan mengeliminasitempat perlindungan teroris di Pakistan agarmereka tidak melancarkan serangan ke wilayahAS, meningkatkan keamanan global, serta dalamrangka menguatkan hak asasi manusia. Semua itudilakukan dengan biaya yang bisadipertanggungjawabkan.Namun, kenyataan berkata lain. Masyarakatdunia tahu bahwa seluruh perhitungan tersebutkeliru. Abad ke 21 menjadi saksi hilangnyanyawa jutaan masyarakat sipil dalam skala yangbelum pernah terjadi sebelumnya terutama diIrak, Afghanistan, dan Pakistan. Dan tak seorangpun berani bertanya apakah langkah tersebutlayak diambil.Media Barat seringkali menggunakan katagenosida saat pemerintah mereka tidak terlibatdalam sebuah konflik. Di Rwanda dan Sudan, katagenosida seringkali kita dengar dari mereka.Tapi, saat Barat terlibat atau ambil bagian dalamsebuah konflik bersenjata, kita jarang mendengarkata genosida digunakan, bahkan dalam sebuahpembunuhan tanpa keadilan terhadap wargasipil tak berdosa sekalipun. Sebagian besarmasyarakat yang tinggal di Timur Tengah adalahumat Islam, dan mereka sangat terpengaruh olehperang imperalis Barat di wilayah tersebut.

Page 12: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

12

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

Mungkin, hampir tidak mungkin untuk bisamendapatkan data jumlah korban yang pasti dariperang yang dilancarkan oleh Barat di TimurTengah tersebut, namun sebuah investigasiterbaru mengungkapkan sebuah fakta yangmencengangkan: jumlah umat Islam yangdibunuh oleh Barat telah mencapai angka 4 juta,bahkan mungkin bisa lebih. Dalam bahasasingkatnya, AS dan sekutunya telah melakukan,dan masih terus melakukan, kejahatan melawankemanusiaan.Pada bulan Maret 2015, Physicians forSocial Responsibility, salah satu peraih nobelperdamaian, mengungkapkan bahwa korbanperang Irak sejak invasi AS dan sekutunya tahun2003 sekitar 1,3 juta. Bahkan mereka jugamenduga mungkin jumlahnya bisa meningkarmenjadi sekitar 2 juta orang yang telah tewas.1“Investigasi ini menyimpulkan bahwaperang [melawan teror], secara langsung atautidak langsung, telah membunuh sekitar 1 jutaorang di Irak, 220.000 di Afghanistan, dan 80.000di Pakistan, dengan total sekitar 1,3 juta.Hitungan ini belum termasuk zona perang lainseperti Yaman. Jumlahnya kira-kira 10 kali lipatlebih besar dari yang selama ini disadari olehpublik, para ahli, dan para pembuat keputusan,dan dipropagandakan oleh media dan NGO-NGObesar. Dan ini hanya hitungan kasar. Jumlah totalkorban tewas di tiga negara yang disebut di atasbisa jadi mencapai 2 juta.”21 http://www.psr.org/assets/pdfs/body-count.pdf2

http://www.ippnw.de/commonFiles/pdfs/Frieden/Body_Count_first_international_edition_2015_final.pdf

Sebulan kemudian, pada bulan April 2015,jurnalis investigasi, Nafeez Ahmed,mengungkapkan bahwa korban tewas yangsesungguhnya bisa mencapai 4 juta orang jikakorban yang tewas akibat dari sanksi AS di Irakjuga dimasukkan. 3 Menurut Ahmed, studitersebut hanya menghitung korban dari konflikkekerasan. Sedangkan banyak korban lain yangtewas sebagai dampak atas kerusakan yangdisebabkan oleh perang melawan terorismeterhadap infrastruktur-infrastruktur penting,dari jalan, lahan pertanian, hingga rumah sakit,yang belum dihitung.Menurut PBB, sekitar 1,7 juta orang tewas,separuhnya anak-anak, sebagai akibat dari sanksiekonomi yang diberikan kepada Irak dandikuatkan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB661, yang kemudian ditindaklanjuti olehpemerintah AS pada tahun 1990-an.4Istilah “genosida” mulai muncul pada tahun1943, melalui pengacara Yahudi Polandiabernama Raphael Lemkin. Lemkin menciptakankata tersebut dengan mengombinasikan kataYunana, “geno”, yang berarti rakyat atau suku,dengan istilah latin “cide”, yang berartimembunuh.Pengadilan Nurnberg, yang mengadilibeberapa petinggi Nazi atas kejahatankemanusiaan, mulai digelar pada tahun 1945dengan dasar dari ide genosida Lemkin. Tahunberikutnya, genosida menjadi hukuminternasional. Menurut United to End Genocide:3 http://www.middleeasteye.net/columns/unworthy-victims-western-wars-have-killed-four-million-muslims-1990-391493944 https://en.wikipedia.org/wiki/Sanctions_against_Iraq

Page 13: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

13

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

“Pada tahun 1946, Majelis Umum PBB

mengadopsi sebuah resolusi yang

menekankan bahwa genosida adalah

kejahatan dalam hukum internasional,

tapi tidak memberikan definisi hukum

mengenai kejahatan yang dimaksud.”

Dengan dukungan dari perwakilan AS,Lemkin mempresentasikan draft pertamaKonvensi tentang Pencegahan dan Hukuman atasGenosida di depan PBB. Majelis Umum PBBmengadopsi konvensi tersebut pada tahun 1948,meski perlu waktu tiga tahun sejak saat itu untukmembuat negara anggota menandatanganinya.Menurut konvensi tersebut, genosidadidefinisikan sebagai:“…tindakan-tindakan berikut yang

dilakukan dengan tujuan untuk

menghancurkan, secara menyeluruh

atau sebagian, suatu kelompok bangsa,

etnis, ras atau agama seperti dengan

melakukan:

a. Membunuh anggota kelompok

b. Menyebabkan luka parah baik

mental maupun fisik kepada

anggota kelompok

c. Secara sengaja menciptakan kondisi

hidup kelompok yang diperhitung-

kan akan mengakibatkan kehancur-

an fisik baik secara menyeluruh

maupun sebagian

d. Memaksakan tindakan yang meng-

hambat kelahiran dalam kelompok

e. Secara paksa memindah anak-anak

satu kelompok ke kelompok lain.”Menurut konvensi tersebut, genosida tidaksekadar didefinisikan sebagai tindakanpembunuhan yang disengaja, tapi juga meliputikegiatan membahayakan lain yang lebih luas:“secara sengaja sengaja menciptakan

keadaan kehidupan yang bertujuan

mengakibatkan kelompok tersebut

musnah secara fisik baik seluruh atau

sebagiannya”, termasuk dengan

sengaja menghilangkan sumber-

sumber yang digunakan untuk

kelangsungan hidup seperti air bersih,

makanan, pakaian, tempat

perlindungan atau perawatan medis.

Penghilangan sumber-sumber

kelangsungan hidup dapat dilakukan

melalui pengambilan hasil panen,

pemblokiran bahan makanan,

penahanan didalam kamp-kamp, atau

pemindahan atau pengusiran secara

paksa.”

Kata kunci dalam konvensi tentanggenosida adalah “aksi yang dilakukan dengan niatuntuk menghacurkan.” Meski fakta menunjukkanbanyaknya korban tewas di dunia Islam akibatperang yang dilancarkan Barat, mungkin sulitbagi kita untuk berargumen bahwa aksi yangdilakukan oleh Barat sengaja diniatkan untukmenghancurkan “kelompok nasional, etnis, ras,atau agama tertentu.” Para pembuat konvensitersebut pun sadar akan hal itu, hanya sedikit

Page 14: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

14

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

dari yang melakukan genosida yang beranimenorehkan kebijakan mereka tersebut dalamsebuah tulisan, sebagaimana yang dilakukan olehNazi. Meski demikian, sebagaimana yang ditulisoleh Genocide Watch pada tahun 2002: “Niat bisadibuktikan secara langsung dari pernyataan atauperintah. Tapi lebih daripada itu, ia bisa didugadari sebuah pola sistematis aksi yangterkoordinasi.”5Pasca serangan 11 September, presidenGeorge W. Bush menggunakan pilihan kata yangcukup aneh dan kontroversial dalam satu satupidatonya. Penulis dari Wall Street Journal, PeterWaldman dan Hugh Pope, mencatat:“Presiden Bush bersumpah… untuk

membersihkan dunia para penjahat,

kemudian memperingatkan: perang salib

ini, perang melawan terorisme ini, akan

berjalan dalam beberapa waktu.

Perang Salib? Dalam penggunaan yang

cukup tepat, kata tersebut menjelaskan

tentang ekspedisi militer Kristen satu

milenium yang lalu untuk merebut Tanah

Suci dari umat Islam. Tapi bagi dunia

Islam, di mana sejarah dan agama

melingkupi kehidupan sehari-hari dalam

sebuah cara yang tidak dapat diduga oleh

sebagian besar warga AS, [kata tersebut]

bermakna lain: invasi kultural dan

ekonomi Barat yang, dikhawatirkan oleh

umat Islam, akan berusaha menaklukkan

mereka dan menodai agama Islam.”6

5 http://www.genocidewatch.org/genocide/whatisit.html6 http://www.wsj.com/articles/SB1001020294332922160

Setelah itu, dalam perang yang dilakukan diIrak dan Afghanistan, AS tidak hanya membunuhjutaan orang, tapi mereka juga secara sistematismenghancurkan infrastruktur kesehatan, dankehidupan di negara tersebut. Dalam konteks ini,banyak warga AS yang menjalankan bahasakontroversial Bush, yaitu perang Salib, denganmenyerukan agar umat Islam dimasukkan kedalam camp 7 atau bahkan secara terbukamenyerukan dilakukannya genosida.8Sebagian besar korban dari perangtersebut, secara statistik, adalah umat Islam—jauh bertolakbelakang dengan pandangan umumbahwa kelompok radikal Islam adalah kelompokpaling mematikan di Timur Tengah. Sebaliknya,fakta tersebut justru menunjukkan bahwa ASadalah pembunuh paling buruk, dan korbantewas yang dihasilkannya menyerupai dengangenosida agama.Pada tahun 2009, Stephen M. Walt, seorangprofesor hubungan internasional di HarvardUniversity, menulis:“Berapa banyak orang Islam yang

dibunuh oleh AS dalam tiga puluh

terakhir, dan berapa banyak warga AS

yang dibunuh oleh orang Islam?

Mendapatkan jumlah yang tepat atas

pertanyaan ini mungkin bisa dikatakan

tidak mungkin, tapi juga tidak perlu,

7 https://firstlook.org/theintercept/2015/07/20/chattanooga-wesley-clark-calls-internment-camps-disloyal-americans/8

http://www.salon.com/2014/10/07/why_right_wing_christians_are_actively_promoting_genocide_partner/

Page 15: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

15

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

karena dalam hitungan kasar pun,

jumlahnya jelas-jelas sangat timpang.”9

Atau sebagaimana yang diungkapkan olehBen Affleck, “Kita jauh lebih banyak membunuhorang Islam dibanding mereka membunuhkita.”10Menurut media mainstream, duniaberkabung atas kematian 3.000 orang dalamserangan WTC. Namun, hanya sedikit yang ingatatas 1,3 juta warga sipil tak berdosa yangdibunuh oleh AS dan sekutunya dalam kampanyePerang Global Melawan Teror.D. Normalisasi PenyiksaanPada bulan September 2002, Maher Arar,insinyur Kanada kelahiran Suriah, ditangkapkarena didapati minum kopi bersama salahseorang terduga teroris. Ia ditahan di Amerikaselama 13 hari tanpa tuduhan. Arar menyangkalbahwa ia memiliki hubungan dengan terorisme.Dalam keadaan kaki diborgol, ia dibawa dalamsebuah pesawat jet ke Suriah melalui Italia danYordania. Selama dua belas bulan, Arar disiksa. Iadipukul secara reguler dan dimasukkan dalamsebuah sel yang sangat gelap. Pada bulanOktober 2003, atas intervensi diplomatikKanada, ia dilepaskan. Duta Besar Suriah untukAS mengumumkan bahwa mereka tidak mampu9 http://foreignpolicy.com/2009/11/30/why-they-hate-us-ii-how-many-muslims-has-the-u-s-killed-in-the-past-30-years/10http://www.realclearpolitics.com/video/2014/10/03/bill_maher_vs_ben_affleck_on_islam_mafia_that_will_fucking_kill_you_if_you_say_the_wrong_thing.html

menemukan satu pun bukti keterlibatan Arardengan terorisme.11Pada bulan Oktober 2003, pasukan koalisidi Irak menangkap kepala Angkatan Udara Irak,Jenderal Abed Hamed Mowhoush. Ia meninggalpada bulan 26 November 2003 di penjara yangtidak diketahui. Pentagon merilis sertifikatkematian dan mendeklarasikan bahwaMowhoush meninggal karena ‘penyebab alami’.Koran The Denver Post mencoba melakukaninvestigasi atas kematian tersebut, yang akhirnyamemaksa Pentagon untuk mengakui bahwalaporan otopsi menunjukkan bahwa ‘Mowhoushmeninggal karena cekikan dan tekanan didada’.12Di Guantanamo, Martin Mubanga dipaksauntuk duduk dalam ‘posisi yang tertekan’. Ia jugadilecehkan secara rasial dan seksual. Ironisnya,Mubanga mengalami penyiksaan yang palingkejam justru saat pejabat Inggris dan AS secararesmi mengumumkan bahwa ia tidak memilikiketerkaitan dengan terorisme.13Pada bulan Januari 2005, Presiden AS saatitu, George W. Bush, memberikan jaminankepada dunia bahwa “penyiksaan tidak pernahbisa diterima, dan kami tidak akan menyerahkanseseorang ke suatu negara yang melakukanpenyiksaan.” 14 Demikian juga Obama, yangmengatakan pada masa kampanye pemilihan11

http://www.newyorker.com/magazine/2005/02/14/outsourcing-torture12 http://www.nybooks.com/articles/2004/07/15/making-torture-legal/13

https://www.theguardian.com/uk/2005/feb/06/world.guantanamo14 http://revcom.us/a/1271/bush-torture-directive.htm

Page 16: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

16

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

presiden, “Kita harus jelas dan tegas. Kita tidakmenyiksa, titik. Itu akan menjadi posisi sayasebagai presiden.”15Maher Arar, Mowhoush, dan Mubangamungkin akan terkejut mendengar statementtersebut. Atau mereka akan tersenyum sinis,menyaksikan sandiwara penuh kepalsuan yangterus diulang. Di dunia ini masih banyak Arar,Mowhoush, dan Mubanga lain yang menjadikorban kebrutalan negara. Tidak hanya oleh AS,namun juga negara lain yang bergabung dalamkampanye tersebut. Semua dilakukan atas namaPerang Melawan Teror.Dorongan Amerika Serikat untukmenggunakan penyiksaan, tentu saja, tidakdimulai pada 12 September 2001. Praktiktersebut memiliki akar dari awal Perang Dingin.Secara publik, Washington menentangpenyiksaan dan memimpin dunia dalammenyusun Deklarasi Universal Hak AsasiManusia pada tahun 1948 dan Konvensi Jenewapada tahun 1949. Namun, secara bersamaan dansecara diam-diam, Central Intelligence Agency(CIA) mulai mengembangkan teknik penyiksaanbaru yang bertentangan dengan konvensiinternasional.Dari tahun 1950 sampai tahun 1962, CIAmemimpin upaya penelitian rahasia untukmemecahkan kode kesadaran manusia, yangmenghasilkan dua temuan yang menjadi dasarbagi bentuk baru penyiksaan psikologis. Padaawal 1950-an, berkolaborasi dengan CIA,psikolog Kanada, Dr Donald Hebb, menemukan15 http://edition.cnn.com/TRANSCRIPTS/0804/13/se.01.html

bahwa dengan menggunakan kacamata, sarungtangan, dan penutup telinga, ia bisa menginduksikeadaan yang mirip dengan psikosis (sejenispenyakit jiwa).16 Secara bersamaan, dua dokterterkemuka di Cornell University Medical Center,juga bekerja sama dengan CIA, menemukanbahwa teknik penyiksaan paling dahsyat yangdigunakan oleh KGB, Uni Soviet, hanyalah denganmemaksa korban untuk berdiri selama berhari-hari, hingga kaki mereka membengkak secarasangat menyakitkan dan mereka pun mulaiberhalusinasi.17Pada tahun 1963, setelah satu dekademelakukan penelitian kontrol pikiran, CIAmengkodifikasikan temuan ini dalam sebuahbuku pegangan rahasia, manual KUBARKCounterintellegence. 18 Buku tersebut menjadidasar bagi metode baru penyiksaan psikologisyang disebarluaskan ke seluruh dunia dan dalamkomunitas intelijen AS. Untuk menghindariketerlibatan langsung dalam penyiksaan, CIAmelatih negara sekutu untuk melakukanpekerjaan kotor di penjara di negara DuniaKetiga, seperti yang terkenal Vietnam Selatan,Tiger Cages.19Ketika pemerintahan Clinton meluncurkankampanye terselubung melawan Al-Qaidah, CIAmenghindari keterlibatan langsung dalam16

http://www.tomdispatch.com/post/175080/alfred_mccoy_back_to_the_future_in_torture_policy17 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1806200/18

http://en.wikisource.org/wiki/KUBARK_Counterintelligence_Interrogation19

http://www.historiansagainstwar.org/resources/torture/luce.html

Page 17: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

17

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

pelanggaran hak asasi manusia denganmengirimkan 70 tersangka teroris ke negara-negara sekutu yang terkenal dengan praktikpenyiksaannya. 20 Praktek ini, yang disebut"rendisi luar biasa," sebenarnya dilarang olehkonvensi PBB. Sehingga, lagi-lagi, ASmempertontonkan kontradiksi antara prinsip-prinsip yang mereka gelorakan dengan praktiknyata yang mereka lakukan. Namun, praktiktersebut dijalankan dengan sangat rahasia. Tidakbanyak publik yang tahu, hingga akhirnyaskandal Abu Ghraib menyibak sebuah gunung espraktik penyiksaan AS.Tepat setelah pidato pertamanya pascaserangan 11 September 2001, Presiden GeorgeW. Bush memberi perintah rahasia kepadastafnya untuk menggunakan interogasi yangkeras. "Saya tidak peduli dengan apa yangdikatakan oleh para pengacara internasional, kitaakan menendang orang-orang bodoh."21Segera setelah itu, CIA mulai membuka"black sites" yang membentang dari Thailandhingga Polandia. Mereka juga menyewa jeteksekutif untuk menyerahkan tersangka terorisyang ditahan ke negara-negara sekutu.22 Praktikpenyiksaan psikologis yang ditinggalkan sejakakhir Perang Dingin pun dibuka kembali.Pada akhir tahun 2002, Menteri PertahananDonald Rumsfeld menunjuk Jenderal GeoffreyMiller untuk menjadi kepala penjara diGuantanamo, Kuba, dan memberinya20 http://www.fas.org/irp/offdocs/pdd39.htm21 http://www.alternet.org/story/27771/the_torture_test22

http://www.nytimes.com/2005/05/31/national/31planes.html

kewenangan yang sangat luas untukmengembangkan serangan total tiga fase padareseptor sensorik, identitas budaya, dan psikistahanan. Setelah Miller mengunjungi penjara AbuGhraib pada September 2003, komandan AS diIrak memerintahkan penggunaan metodepenyiksaan psikologis di penjara AS di negaratersebut, termasuk disorientasi sensorik, nyeriyang ditimbulkan sendiri (self-inflicted pain), daninovasi terbaru, penghinaan kultural melaluipaparan anjing—yang diyakini oleh AS akansangat merusak secara psikologis bagi orangArab.23Hanya dua bulan setelah CBS Newsmenyiarkan foto-foto penyiksaan Abu Ghraibpada bulan April 2004, 35% orang Amerika yangdisurvei masih merasa bahwa penyiksaan masihbisa diterima.24 Mengapa begitu banyak orangyang toleran dengan penyiksaan?Salah satu penjelasannya adalah, padatahun-tahun setelah 9/11, media massa ASsering menampilkan gambar penyiksaan. Merekajuga berusaha melakukan normalisasipenyiksaan. Fantasi mengenai “ticking timebomb scenario” sering digembar-gemborkan:teroris akan menyerang negara, karenanya kitaboleh melakukan penyiksaan untuk mengorekinformasi.Beberapa bulan setelah 9/11, profesorHarvard, Alan Dershowitz, meluncurkankampanye multimedia dengan pesan bahwa23 http://archive.truthout.org/article/gen-ricardo-sanchez-orders-torture-iraq-his-memo24

http://www.nytimes.com/2004/06/27/magazine/27WWLN.html

Page 18: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

18

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

penyiksaan diperlukan jika agen intelijen ASmenemukan bahwa teroris telah menanam bomnuklir yang sedang berdetak di New York TimesSquare. Meskipun skenario tersebut adalahsebuah fantasi yang berbasis pada sebuah artikelfilsafat akademis tahun 1973, fantasi “bomwaktu” tersebut sudah cukup untuk menjadikiasan media dan realitas persuasif bagi wargadunia. Fantasi ancaman tersebut berusahamempengaruhi masyarakat untuk bisamenerima, bahwa penyiksaan adalah normaluntuk menghadapi ancaman teror.E. Teror DroneGlobalisasi kadang-kadang didefinisikansebagai penyempitan ruang dan waktu. Duniamembawa masyarakat yang jauh menjadi lebihdekat melalui pertukaran sosial, teknologi danekonomi. Saat dunia semakin dekat, kita justrukini menyaksikan bahwa cara perang danpenahanan semakin jauh dari moralitas—melaluisebuah proses dehumanisasi.Dalam bukunya, Drone Theory, GregoireChamayou menjelaskan bahwa perubahan sifatperang tidak hanya mengubah lanskap fisik,tetapi juga moral:"... Drone bersenjata sampai ke dalam batas:siapa pun yang menggunakan senjata tersebutmenjadi tidak mungkin untuk mati saat iamembunuh. Perang, dari kemungkinan asimetris,menjadi benar-benar sepihak. Apa yang masihbisa diklaim sebagai pertempuran kini diubahmenjadi sebuah kampanye yang sebenarnyaadalah pembantaian.”

Menurutnya, operasi drone telah munculsebagai lawan dari taktik bom bunuh diri. Jikapelaku bom bunuh diri merupakan perpaduanantara manusia dan senjata (membawa merekake titik terdekat dengan konflik), operatorpesawat tanpa awak adalah sebaliknya:"Jika bom bunuh diri bisa menyebabkankematian pelakunya. Drone benar-benar tidaktermasuk itu. Kamikaze adalah mereka yangkematiannya pasti. Pilot drone adalah merekayang kematiannya mustahil. Dalam hal ini,mereka mewakili dua kutub yang berlawanandari spektrum paparan kematian. Di antarakeduanya adalah para pejuang klasik, merekasama-sama berisiko mati."Chamayou tidak hanya membatasi padapertanyaan moral, tetapi juga mempelajaripengoperasian drone, dan sejauh manakebenaran klaim akurasi mereka. AS, khususnya,mengklaim bahwa ia berhasil menargetkan parapejuang, tetapi mengutip wartawan NYT JoBecker dan Scott Shane, asumsi tersebutdidasarkan pada sistem penghitungan yang salah.Proses dehumanisasi dalam perang drone telahmengakibatkan munculnya paradigma bahwamereka yang terkena serangan adalah bersalahsampai terbukti tidak bersalah, di mana sistempenghitungan mereka menganggap bahwa setiaplaki-laki yang tewas dalam zona serangan adalahkombatan, kecuali jika terbukti sebaliknya.Aspek paling mencolok dari perang droneini adalah deskripsi 100 anggota pembentukankeamanan AS yang berkumpul di "TerrorTuesday" dalam rangka menentukan orang yangakan dibunuh. Keputusan tersebut kemudian

Page 19: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

19

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

dibenarkan oleh nasihat hukum DepartemenLuar Negeri dengan mengklaim bahwa semuaprosedur yang dipakai kuat, dan pada akhirnya,sebagai yang dikatakan Chamayou, "Percayalah,bahkan dengan mata tertutup sekalipun."Dalam Perang Melawan Teror, gagasandalam prinsip-prinsip tradisional tentangkeadilan dan proses hukum tidak lagi berlaku.Dan transparansi yang dibawa oleh prinsip-prinsip tersebut digantikan dengan sistemsekuritisasi yang berbasis pelepasan hak asasi.Chamayou tidak melihat drone sebagaibagian dari konflik bersenjata, melainkan sebagaibagian dari sekuritisasi dunia. Perang drone telahbergerak di luar wilayah konflik menjadipenahanan dan eksekusi massal:"Drone memang mengerikan. Merekamenimbulkan teror massal pada seluruhmasyarakat. Hal inilah—kematian, cedera,kerusakan, kemarahan, dan duka cita—yangmenjadi efek permanen dari surveillance yangmematikan.”Serangan drone kini telah menjadikebijakan perang melawan teror AS. Pesawattanpa awak tersebut memberikan solusi yangunik bagi politik perang yang tidak populer,memberikan AS kemampuan untuk menyerangtarget di tempat terpencil di dunia tanpamembahayakan kehidupan warga AS.Pembunuhan dengan drone adalah medanbaru perang AS. Serangan pertama dronediarahkan ke Afghanistan pada tanggal 7 Oktober

2001,25 dan sejak saat itu penggunaan serangandengan drone semakin membabibuta. Sampaihari ini, serangan drone sudah dilakukan lebihdari 400 kali di Afghanistan, Pakistan, Yaman,dan Somalia, dan hari ini, di Suriah, serangantersebut terjadi dengan frekuensi yang lebihbesar.26 Pada tahun 2019, serangan drone ASdiharapkan meningkat 50 persen dari level saatini.27 Pada bulan Mei 2013, Obama membelakebijakan drone AS dan mengklaim akanbertanggungjawab untuk mengawasi programtersebut.28 Ia juga mengklaim bahwa target yangdiserang terbatas pada teroris yang memberikanancaman yang terus menerus dan bersifat segera(imminent) kepada warga AS, serangan tersebuthanya akan dilakukan jika hampir bisa dipastikanbahwa target tersebut memang ada di tempat,hampir dapat dipastikan bahwa masyarakat sipilnon kombatan tidak akan cedera atau terbunuhkarenanya, dan jika penangkapan tidakmemungkinkan pada saat operasi dilakukan.Benarkah janji Obama tersebut?Dokumen yang dibocorkan oleh TheIntercept menunjukkan bahwa klaim Obamatersebut menyesatkan dan bahkan palsu. 29Faktanya, program drone AS tidak presisi dansemena-mena serta membahayakan warga sipildi semua tempat. Program tersebut juga25http://www.theatlantic.com/international/archive/2015/05/america-first-drone-strike-afghanistan/394463/26https://www.thebureauinvestigates.com/category/projects/drones/drones-graphs/27http://www.wsj.com/articles/pentagon-to-add-drone-flights-143976845128http://www.nytimes.com/2013/05/24/us/politics/transcript-of-obamas-speech-on-drone-policy.html?_r=029https://theintercept.com/drone-papers

Page 20: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

20

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

merupakan program yang kurang bisa dikontrololeh Obama.Obama menyerahkan otoritas eksekusipada militer dan tidak banyak tahu soal jumlahwarga sipil yang terkena dampak dari serangantersebut. Dokumen tersebut menunjukkan bahwameskipun ia berada di puncak tertinggi rantaikomando, ia tidak banyak bertanya tentang sikapyang diambil bawahannya. Pengawasan yang ialakukan hanyalah sekadar memberi stempel.Bocoran dokumen tersebut membalikkanklaim bahwa target AS hanya mereka yang“memberikan ancaman kepada orang AS secaraterus-menerus dan bersifat segera.” Dokumentersebut mencatat bahwa target yang dibidiksekadar “mereka yang mengancam personil ataukepentingan AS,” kontradiktif dengan penjelasanpemerintah AS. Standar “segera” tentunya sangattidak mungkin dipenuhi di negara sepertiSomalia dan Yaman, di mana kehadiran pasukanAS di sana sangat sedikit sekali.Dokumen tersebut juga mengungkapkanbahwa setelah presiden AS menyetujui seorangtarget, militer punya waktu 60 hari untukmelakukan serangan. Padahal, dalam perang,banyak yang bisa berubah dalam waktu 60 hari.Target bisa saja menyerahkan senjatanya, tidaklagi melakukan permusuhan atau membentukaliansi baru, untuk kemudian dibunuh hanyakarena dianggap memberikan ancaman yangbersifat segera beberapa bulan atau minggusebelumnya.Dokumen tersebut juga menunjukkanbahwa standar “hampir pasti” yang ditawarkanoleh Obama tidak lagi dijaga. Program drone,

terutama di Yaman dan Somalia, dijalankandengan hampir secara eksklusif hanyaberdasarkan intelijen berbasis sinyal untukmengidentifikasi dan membunuh target. Tidakseperti intelijen manusia, yang didapatkan darisumber-sumber lokal, intelijen berbasis sinyalbergantung pada penyadapan komunikasi,telepon, dan metadata komputer yang kurangreliable. Dokumen tersebut juga menjelaskanbahwa teknologi yang digunakan tidak presisi,dan bahkan sebuah studi mengakui kelemahanmendasar dari teknologi tersebut untukmengidentifikasi dan mengeliminasi targetsecara akurat.Kosa kata dari program drone meremehkanserangan drone dan tidak memanusiakankorbannya.Kesalahan intelijen tersebut berdampakpada signifikannya jumlah korban sipil yangtewas. Dalam operasi Haymaker di Afghanistan,misalnya, serangan drone AS membunuh 35target dan 200 warga sipil. Dalam kebijakan AS,warga sipil tersebut dianggap sebagai “musuhyang terbunuh dalam sebuah aksi,” karena usiamereka usia militer dan berhubungan dengantarget. Dan mereka tetap dianggap sebagai“musuh yang terbunuh dalam sebuah aksi”sampai terbukti bahwa mereka bukan terorisatau kombatan musuh, satu hal yang hampirmustahil untuk membuktikan orang yang sudahterbunuh. Kemungkinan terjadinya korban sipilsemakin besar di Somalia dan Yaman, saat ASsangat bergantung, hampir secara eksklusif, padaintelijen sinyal.

Page 21: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

21

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

Dengan sekian fakta tersebut, mungkin adapihak yang ingin dilakukannya pengawasan yanglebih besar dari Kongres. Mungkin ada juga yangmenyesalkan tentang kurangnya pengawasanyudisial. Dan mungkin juga ada yangmenyarankan dibentuknya komisi khusus untukmengkaji penggunaan senjata mematikan olehpemerintah Obama. Semua usaha tersebutmungkin sangat baik sebagai langkah pertama,namun langkah tersebut sangat mungkin akandihindari oleh sebuah pemerintahan yang mabukoleh kerahasiaan dan sangat ketakutan dengantransparansi.Sementara itu, program drone AS akansemakin dalam dan intensif. Militer ASmenganggap serangan drone sebagai cara yangsangat cerdik dan efisien untuk melakukanperang, tanpa harus melakukan kesalahan invasidarat besar-besaran yang pernah terjadi di Irakdan Afghanistan.Institusionalisasi dan birokratisasi dronebukan hanya dilakukan oleh militer AS. CIA jugamemiliki program drone yang kita tidak banyaktahu. Serangkaian pihak di AS, baik pemerintahmaupun warga sipil, juga memfasilitasi danberkontribusi pada pembunuhan ini. Sekutu ASjuga membantu, dengan menyadap dan berbagidata intelijen, memberikan basis dan aksesudara, dan kontraktor militer yang bertugasmeluncurkan dronenya.Bersama-sama, berbagai aktor tersebutmembuat AS mampu menjalankan programpembunuhannya dan hanya bergantung padakoneksi remot untuk sebuah hasil akhir yangmengerikan dari aksi mereka: kematian.

Kosakata dalam program drone jugamemperkeruh panduan moral mereka. Catatantentang target diberi julukan “kartu bisbol”,target dianggap sebagai “objektif”, target yangterbunuh oleh serangan drone disebut “jackpot”,dan serangan drone yang berhasil dilakukandigabungkan dan diperingati dalam sebuah“story board”. Seluruh istilah tersebut membuatserangan drone seolah-olah hal yang sepele dantidak memanusiakan korbannya.Obama pernah mengatakan bahwa “Satu halyang membedakan AS dari negara lain, satu halyang membuat kita eksepsional adalah keinginankita untuk mengakui secara jujurketidaksempurnaan kita dan untuk belajar darikesalahan kita.”Namun, pengakuan jujur Obama tidakpernah meminta maaf atas 1.250 warga sipil yangterbunuh oleh serangan drone yangdilakukannya. Serangan drone sejatinya adalahkampanye teror. Chomsky menyebutnya sebagai“kampanye teror global paling ekstrim yangpernah saya ingat”.Hal inilah salah satu yang membuat salahseorang anggota militer AS, Christopher JohnAntal, mengundurkan diri. Ia mengundurkan dirisetelah selama hampir delapan tahun menjabatsebagai pendeta militer AS. Terinspirasi olehpesan-pesan optimistik Obama waktu itu, iabergabung dengan tentara AS dengan harapanmampu menjadi agen perubahan.Waktu itu, ia tidak begitu menghiraukandrone, namun perhatiannya atasnya semakinbesar setelah ia melihat ketergantunganpemerintah yang sangat besar pada drone dalam

Page 22: SAAT NEGARA MEMBUNUH DAN MENYIKSA - Syamina.org - …syamina.org/uploads/Lapsus_Edisi_11_Agustus_2016.pdf · Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS

22

Laporan Khusus SYAMINA Edisi 11/Agustus 2016

perang melawan terorisme. Berikut adalah suratpengunduran dirinya:Dear Mr. President:

Dengan ini saya mundur dari jabatan

saya sebagai tentara di United State

Army.

Saya mundur karena saya menolak

untuk mendukung kebijakan AS

tentang drone bersenjata. Pemerintah

terus menerus mengklaim hak untuk

membunuh siapapun, di setiap tempat

di muka bumi, kapanpun, untuk alasan

yang dirahasiakan, berdasarkan bukti

yang dirahasiakan, dalam sebuah

proses rahasia, dilakukan oleh petugas

yang tak dikenal. Saya menolak untuk

mendukung kebijakan pembunuhan

tak bertanggungjawab ini.

Saya mengundurkan diri karena saya

menolak mendukung kebijakan

pencegahan perang AS, supremasi

militer permanen, dan proyeksi

kekuatan global. Pemerintah terus

menerus mengklaim otoritas ekstra

konstitusional dan kekebalan dari

hukum internasional. Saya menolak

mendukung kebijakan perluasan

imperium.

Saya mengundurkan diri karena saya

menolak untuk mengabdi sebagai

pendeta sebuah imperium. Saya tidak

bisa mendamaikan kebijakan tersebut

dengan sumpah tugas saya untuk

melindungi dan membela AS dan

demokrasi konstitusional kita, atau

dengan komitmen perjanjian saya

dengan prinsip inti ajaran agama saya.

Prinsip tersebut meliputi: keadilan,

persamaan, kasih sayang dalam

hubungan manusia; sebuah pencarian

kebenaran yang bebas dan

bertanggungjawab; dan martabat dan

harga diri yang melekat pada setiap

manusia.

Dengan hormat,

Christopher John Antal

Pembunuhan kini menjadi cara perangAmerika sehari-hari, dan penyiksaan menjadi alatnegara. Beberapa skandal penyiksaan di masadepan bisa jadi akan kembali muncul daripenjara suram AS, menambah daftar panjangkekejaman, dari "Tiger Cages" Vietnam Selatanhingga "Salt Pit" di Afghanistan dan "The Hole" diSomalia. Saat itu, dunia mungkin tidak lagimenjadi pemaaf. Dengan gambar-gambar daripenjara Abu Ghraib masih terukir dalam memorimanusia, kerusakan otoritas moral Amerikasebagai pemimpin dunia akan semakin dalamdan abadi.