PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah...

26

Transcript of PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah...

Page 1: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan
Page 2: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

PERANG BADARTatkala yang Lemah

Memenangkan Pertempuran

A. Sadikin

Laporan Edisi 11 / Agustus 2017

ABOUT US

Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,

kirimkan e-mail ke:

[email protected]

Seluruh laporan kami bisa didownload di website:

www.syamina.org

SYAMINA

Page 3: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI — 3

EXECUTIVE SUMMARY — 4

PERANG BADAR: Tatkala yang Lemah Memenangkan Pertempuran — 7Izin Perang Untuk Mempertahankan Diri — 7

Faktor Penyebab Perang Badar — 9

Perselisihan Di Pihak Quraisy — 15

Strategi Pasukan Islam — 16

Saad Bin Muadz Mengusulkan Mendirikan Markas Komando — 18

Berita Kekalahan Musyrik Quraisy Mengguncang Mekah — 21

Madinah Menerima Kabar Kemenangan — 22

Pasukan Islam Pulang Ke Madinah — 22

Masalah Tawanan — 24

Al-Quran Bercerita Tentang Perang Badar — 25

Kesimpulan — 26

Page 4: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

4

Sejarah Islam memiliki cerita pertempuran yang hebat dan kemenangan

perdana yang memesona atas musuh mereka. Sejarah tak terbantahkan yang

paling terkenal dari pertempuran ini adalah Perang Badar, yang berlangsung

di sebuah oasis barat daya Madinah pada tahun 2 H atau 624 M.

Pada tahun 622 M, Nabi Muhammad beserta sekitar seratus orang pengikutnya

pergi meninggalkan Mekah untuk menghindarkan diri dari gangguan dan penyiksaan

Musyrik Quraisy. Mereka menuju Yatsrib yang terletak di utara Mekah. Akan tetapi,

hal itu tidak membuat Musyrik Quraisy berdiam diri. Harta orang-orang Muslim yang

masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

ancaman dan rencana penyerangan. Dalam kondisi seperti inilah, Allah mengizinkan

orang-orang Muslim berperang untuk mempertahankan diri dari musuh-musuh

yang mengancam mereka.

Setelah turunnya izin berperang, tidak serta-merta Nabi Muhammad

mengadakan peperangan terhadap Musyrik Quraisy yang saat itu masih sangat

kuat. Langkah pertama yang Nabi Muhammad lakukan adalah menguasai jalur

perdagangan Musyrik Quraisy antara Mekah dan Syam (mengganggu perekonomian

Quraisy).

Perang Badar terjadi karena Nabi Muhammad mengetahui kabar adanya

kafilah dagang Quraisy yang akan kembali dari Syam. Sebagaimana tradisi Quraisy

sebelumnya pada setiap musim gugur, di tahun 623 M (2 H) kafilah dagang tahunan

Quraisy berangkat dari Mekah menuju Syam. Rute yang biasa ditempuh yaitu

sepanjang pantai Laut Merah melintasi sekitar 80 mil timur Madinah. Kafilah

dagang musim gugur 624 tersebut terdiri dari 1.000 ekor unta yang sarat dengan

barang-barang perdagangan yang mahal. Diperkirakan nilai kafilah dagang tersebut

mencapai 50 ribu dinar (sekitar 105 miliar rupiah). Kafilah tersebut berada di bawah

komando Abu Sufyan bin Harb, seorang pedagang penting yang merupakan salah

satu pemimpin oposisi terhadap Nabi Muhammad dan seorang perwira militer

berpengalaman yang memimpin kavaleri Mekah. Karavan itu diiringi penjaga empat

puluh orang.

Nabi Muhammad pun dengan cermat merencanakan operasi ini agar meraih

keberhasilan. Untuk itu, beliau mengutus tim pengintai dan intelijen guna

EXECUTIVE SUMMARY

Page 5: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

5

mengumpulkan informasi yang diperlukan. Selanjutnya, beliau pun memerintahkan

para sahabat—yang jumlahnya sekitar sekitar tiga ratusan personil—untuk berangkat.

Abu Sufyan sebagai seorang yang berpengalaman mengambil sikap waspada.

Saat mendekati daerah Hijaz, Abu Sufyan mengirim seorang pengintai ke depan

untuk mengintip rute di depan dan untuk mengetahui aktivitas pasukan Islam.

Tatkala mengetahui adanya gerakan pasukan Islam, ia pun memutuskan berbelok

melewati rute tepi pantai, selain juga ia memutuskan untuk mengirim seorang

pengendara unta untuk memberikan peringatan dan meminta agar orang-orang

Mekah memobilisasi pasukan besar untuk mencegah serangan Nabi Muhammad.

Berita yang diterima oleh Musyrik Quraisy ibarat petir yang menyambar mereka.

Oleh sebab itu, pasukan Quraisy segera bergerak dan berusaha mengerahkan segala

kemampuan mereka. Dari sana, terhimpunlah sekitar seribu personil. Hampir semua

pemuka terlibat dalam pasukan tersebut.

Saat tiba di lembah Zufran, pasukan Islam mendengar bahwa kafilah Abu Sufyan

berhasil lolos dari kejaran, sementara pasukan Quraisy telah bersiap berperang. Di

sinilah keimanan pasukan Islam diuji dan ketaatan mereka kepada Nabi Muhammad

dinilai. Menghadapi hal itu, beliau pun melakukan musyawarah dengan para

sahabatnya dari golongan Muhajirin dan terkhusus dari kalangan Anshar. Keputusan

bulat mereka yakni menghadapi pasukan Musyrik Quraisy.

Tempat pertempuran tersebut yaitu Badar. Pada pagi 17 Ramadhan, Nabi

Muhammad mengatur pasukannya sebagaimana barisan perang. Ini merupakan

siasat baru dalam peperangan yang bertentangan dengan kebiasaan orang-orang

Arab. Sementara pasukan Musyrik Quraisy masih menerapkan formasi konvensional.

Peperangan diawali dengan dual satu lawan satu. Di pihak Musyrik Quraisy,

majulah Utbah bin Rabiah, Walid, dan Syaibah. Sementara dari pasukan Islam

tampillah Hamzah, Ali, dan Ubaidah bin Harits. Hasilnya, pihak Islam berhasil

mengalahkan musuh mereka. Setelah itu, terjadilah pertempuran jarak dekat antara

kedua pasukan.

Dengan izin dan pertolongan Allah, perang pada akhirnya dimenangkan oleh

pasukan Islam. Pasukan Musyrik Quraisy banyak menderita kerugian. Tujuh puluh

orang di antara mereka terbunuh dan tujuh puluhan lagi tertawan, yang kebanyakan

mereka justru terdiri dari para pemuka dan pemimpin mereka. Sementara korban

dari pihak Islam berjumlah empat belas orang, yang terdiiri dari enam orang kaum

Muhajirin dan delapan orang dari kaum Anshar.

Penduduk Mekah sangat shock mendengar berita kekalahan tersebut. Hal itu

menimbulkan efek buruk terhadap kondisi mereka. Bahkan mereka melarang orang-

orang yang keluarganya terbunuh di Badar untuk meratapi mereka. Sementara

penduduk Madinah langsung mengekspresikan kemenangan pasukan Islam dengan

melantunkan takbir dan tahlil di mana-mana, sehingga bergemalah di Madinah suara

takbir dan tahlil. Kemenangan pasukan Islam di Badar merupakan kemenangan

politik strategis yang pertama dan terutama bagi umat Islam. Apalagi tidak lama

berselang dari kemenangan tersebut, hadirlah momen paling mengesankan yaitu

Page 6: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

6

Idul Fitri pertama yang dijalani umat Islam pada tahun 624 M, yang bertepatan

setelah mereka memperoleh kemenangan yang gemilang dalam perang Badar.

Spirit utama Perang Badar adalah keberhasilan kelompok yang lemah

mengalahkan kelompok yang kuat dan perkasa melalui nikmat atau keputusan

ilahi. Sejarah tentang Perang Badar sangat mirip dengan kisah salah seorang nabi

Bani Israil, Daud, yang berhasil mengalahkan Jalut. Perang Badar menegaskan

bahwa kekuatan keilahian lebih besar daripada kekuatan duniawi manapun, yang

disampaikan melalui kisah kemenangan yang menakjubkan. Orang-orang beriman

yang berperang demi Tuhan, terlepas dari siapa pun musuh yang melawan mereka,

dapat mengalahkan orang-orang yang berperang untuk tujuan lain, baik itu demi

tujuan: bangsa, ras, kepercayaan yang keliru, harta rampasan, atau penaklukan yang

brutal. Perang Badar juga secara fundamental mengubah sifat identitas komunal di

kalangan umat Islam

Page 7: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

7

“Ya Allah! Penuhilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah!

Datangkanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah! Jika binasa

pasukan umat Islam ini, niscaya Engkau tidak akan disembah di muka bumi”1

Doa Nabi Muhammad n saat perang Badar berkecamuk

Sejarah Islam memiliki cerita pertempuran yang hebat dan kemenangan perdana

yang memesona atas musuh mereka. Sejarah tak terbantahkan yang paling terkenal

dari pertempuran ini adalah Perang Badar, yang berlangsung di sebuah oasis barat

daya Madinah pada tahun 2 H atau 624 M. Pada kesempatan ini, Nabi Muhammad

memimpin sebuah pasukan kecil dan kurang lengkap yang terdiri dari sekitar tiga

ratus orang Muslim melawan tentara yang lebih unggul; baik dari jumlah—sekitar

seribu personil—maupun persiapan, yaitu pasukan Musyrik Quraisy. Dalam perang

tersebut, tentara kecil Nabi Muhammad yang beriman berhasil mengalahkan orang-

orang kafir dengan bantuan Allah kemudian malaikat-malaikat-Nya.

IZIN PERANG UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRIPada tahun 622 M, Nabi Muhammad beserta sekitar seratus orang pengikutnya

pergi meninggalkan Mekah untuk menghindarkan diri dari gangguan dan penyiksaan

Musyrik Quraisy. Mereka menuju Yatsrib yang terletak di utara Mekah2. Peristiwa

ini dikenal dalam sejarah Islam dengan Hijrah, dan ini sekaligus sebagai tanda

dimulainya perhitungan tahun dalam kalender Islam. Tidak lama berselang, Yatsrib

kemudian berganti nama menjadi Madinatun Nabi, ‘Kota Nabi’, yang lebih dikenal

dengan Madinah.

Orang-orang Muslim, kelompok demi kelompok, pergi meninggalkan Mekah

untuk melakukan perjalanan sulit melewati panasnya gurun pasir untuk menuju

Madinah. Umumnya hal itu mereka lakukan dengan sembunyi sembunyi. Hanya

1 HR. Muslim, no hadits. 1763.2 Lihat, Muhammad Suhail Thaqus, At-Tarikh Al-Islami: Al-Wajiz, (Beirut: Darun Nafais, 2011), hlm. 46-47.

PERANG BADARTatkala yang Lemah

Memenangkan Pertempuran

Page 8: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

8

sedikit dari mereka yang melakukannya dengan terang-terangan, seperti Umar bin

Khatab. Mereka hanya membawa barang seperlunya yang mereka masukkan dalam

kain yang difungsikan sebagai tas mereka, beserta unta atau kuda yang menjadi

tunggangan mereka. Sementara rumah dan harta lainnya, mereka tinggalkan begitu

saja. Tidak hanya itu, mereka terkadang harus meninggalkan keluarganya bahkan

anak dan istrinya. Malah ada di antara mereka yang terancam jiwanya3.

Dalam terminologi Islam, mereka yang berhijrah dari Mekah ke Madinah pada

peristiwa itu disebut Muhajirin. Sementara orang-orang Islam yang berasal dari

Madinah dan menyambut saudara-saudara mereka seiman dari Mekah dinamakan

Anshar.

Di Madinah, Nabi Muhammad mempersaudarakan antara orang-orang

Muhajiran—yang ketika itu tidak memiliki apa-apa—dengan Anshar. Selama orang-

orang Muhajirin berusaha mencari mata pencaharian mereka, orang-orang Anshar

dengan suka rela berbagi makanan, harta, dan tempat tinggal dengan orang-orang

Muhajirin.

Meski Nabi Muhammad serta orang-orang Muslim telah berhijrah ke Madinah

dan mulai mapan tinggal di sana, namun hal itu tidak membuat Musyrik Quraisy

berdiam diri. Harta mereka yang masih berada di Mekah dirampas, bahkan Musyrik

Quraisy gencar melakukan ancaman dan rencana penyerangan. Dalam kondisi seperti

inilah, Allah mengizinkan orang-orang Muslim berperang untuk mempertahankan

diri dari musuh-musuh yang mengancam mereka.4

Setelah turunnya izin berperang tersebut, tidak serta merta Nabi Muhammad

mengadakan peperangan terhadap Musyrik Quraisy yang saat itu masih sangat

kuat. Langkah pertama yang Nabi Muhammad lakukan adalah menguasai jalur

perdagangan Musyrik Quraisy antara Mekah dan Syam (mengganggu perekonomian

Quraisy). Untuk itu, Nabi Muhammad melakukan dua tindakan strategis: pertama,

mengadakan perjanjian dengan suku-suku di sekitar jalur perdagangan tersebut dan

tidak mengganggu mereka; kedua, membentuk dan mengirim tim-tim patroli yang

bertugas mengintai dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya serangan musuh,

juga untuk mengetahui seluk beluk jalan keluar kota Madinah atau jalan menuju

Mekah5. Sebelum terjadi Perang Badar, Nabi Muhammad juga telah beberapa kali

mengirim tim ekspedisi baik yang beliau pimpin langsung maupun yang dipimpin

sahabat yang yang ditunjuknya6.

3 Lihat Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, (Mesir: Maktabah Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1955), vol. I, hlm. 468.4 Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang ini tercantum dalam QS. Al-Hajj ayat 39, yang berbunyi, "Telah diizinkan

(berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah, benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu”

5 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri,Ar-Rahiq Al-Makhtum, (Damaskus: Darul ‘Ashma`, 1427 H), hlm. 136-137.6 Ibid, hlm. 137-141.

Page 9: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

9

Waktu MisiKekuatan

MusuhKekuatan

MuslimKomandan Hasil

Juli 622 M HijrahJanuari 623 Sif Al-Bahr:

Quraisy200 30 Hamzah Tanpa

peperanganFebruari 623 Rabigh:

QuraisyTidak

diketahui60-80 Ubaidah Tanpa

peperanganMaret 623 Al-Kharrar:

Quraisy- 8-20 Saad bin Abi

WaqqasTidak terjadi kontak

Juli 623 Buwat:Quraisy

100 200 Nabi Muhammad

Tidak terjadi kontak

Agustus 623 Al-Abwa:Quraisy

- 60 Nabi Muhammad

Tidak terjadi kontak

Agustus 623 Al-Usyairah:Quraisy

- 150-200 Nabi Muhammad

Tidak terjadi kontak

Agustus 623 Safwan:Kurz bin Jabir

Tidak diketahui

150-200 Nabi Muhammad

Gagal

Oktober 623 Nakhlah:Quraisy

4 8-12 Abdullah bin Jahsy

menang

Tabel: Ekspedisi Nabi Muhammad dan sahabatnya sebelum Perang Badar

FAKTOR PENYEBAB PERANG BADAR Saat Nabi Muhammad dan umat Islam melakukan hijrah ke Madinah, mereka

pun segera membentuk negara mereka yang baru di tengah-tengah berbagai macam

bahaya, terkhusus tekanan terus-menerus yang dilancarkan kekuatan Musyrik

Quraisy. Kekuatan inilah yang berusaha menyatukan bangsa Arab seluruhnya

untuk menghancurkan negara Islam yang baru lahir di Madinah. Dalam situasi

dan kondisi seperti itulah Allah memberi izin kepada umat Islam untuk berperang

guna menghancurkan kebatilan dan menegakkan syiar-syiar Islam. Dalam

mengaplikasikannya, Nabi Muhammad menjalankan politik perang yang sangat

bijaksana yang dibangun atas dasar pelemahan kekuatan ekonomi Quraisy dengan

menyerang kafilah dagang mereka yang berangkat menuju dan kembali dari Syam.7

Perang Badar8 terjadi karena Nabi Muhammad mengetahui kabar adanya

kafilah dagang Quraisy yang akan kembali dari Syam. Sebagaimana tradisi Quraisy

sebelumnya pada setiap musim gugur, di tahun 623 M (2 H) kafilah dagang tahunan

Quraish berangkat dari Mekah menuju Syam. Rute yang biasa ditempuh yaitu

sepanjang pantai Laut Merah melintasi sekitar 80 mil timur Madinah. Ada dua

kafilah dagang besar penduduk Mekah dalam setahun; satu di musim gugur ke Syam

7 Baca Ghazwah Badr Al-Kubra – Yaum Al-Furqan di http://islammemo.cc/2003/11/12/1319.html[diaksespada21/07/2017]8 Badar adalah suatu lokasi yang berada di Barat Daya kota Madinah. Jaraknya dengan Madinah berdasarkan rute yang

ditempuhNabiMuhammaddanparasahabatnyasaat ituyaitusekitar257,5km(160mil).AdapunjikadilihatdariarahMekah,BadarberadadisebelahUtara.Jarakkeduanyapadasaatituyaitusekitar402,3km(250mil).Sementarahariinijarak antara Madinah dan Badar sekitar 153 km, sedangkan jaraknya dengan Mekah sekitar 343 km.

Page 10: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

10

dan yang lainnya di musim semi ke Irak. Ini adalah peristiwa komersial utama yang

menghasilkan sebagian besar pendapatan tahunan penduduk Mekah. Hampir semua

orang di Mekah menitipkan modalnya dalam kafilah itu. Kafilah dagang musim

gugur 624 tersebut terdiri dari seribu ekor unta yang sarat dengan barang-barang

perdagangan yang mahal. Diperkirakan nilai kafilah dagang tersebut mencapai 50.000

dinar (sekitar 105 Milyar rupiah). Kafilah tersebut berada di bawah komando Abu

Sufyan bin Harb, seorang pedagang penting yang merupakan salah satu pemimpin

oposisi terhadap Nabi Muhammad dan seorang perwira militer berpengalaman yang

memimpin kavaleri Mekah. Karavan itu diiringi penjaga empat puluh orang. Nabi

Muhammad pun merencanakan untuk merebut barang perniagaan yang dibawa

kafilah tersebut sebagai ganti harta umat Islam yang masih tertinggal di Mekah dan

dirampas paksa oleh kafir Quraisy.

Sebenarnya, Nabi Muhammad telah menargetkan kafilah yang diketuai Abu

Sufyan tersebut tatkala beliau mendengar berita keberangkatannya dari Mekah

menuju Syam9. Sekitar Jumadil Awal dan Jumadil Akhir tahun 2 Hijriah10, Nabi

Muhammad berangkat dengan kekuatan 150 sahabat beliau yang terdiri dari

golongan Muhajirin untuk tujuan tersebut. Jumlah kendaraan yang digunakan Nabi

Muhammad tatkala itu yaitu 30 unta. Tetapi manakala beliau bersama sahabatnya

tiba di Dzul ‘Asyirah, mereka mendapati bahwa kafilah dagang Quraisy tersebut telah

berhasil meloloskan diri dari jangkaun mereka11. Lantaran kegagalan inilah yang

mendorong Nabi Muhammad untuk kembali menargetkannya kembali saat pulang

dari Syam kelak.

Mengambil pelajaran dari kegagalan pertama, Nabi Muhammad pun dengan

cermat merencanakan operasi ini agar meraih keberhasilan. Untuk itu, beliau

mengutus Thalhah bin Ubaidillah dan Said bin Zaid guna memastikan kabar tersebut.

Sementara untuk mengumpulkan informasi detail tentang kafilah tersebut, terkhusus

terkait informasi jumlah kekuatan dan rute yang akan mereka tempuh, beliau

mengutus Basbas bin ‘Amr. Dari informasi yang diperoleh, kekuatan yang mengawal

kafilah tersebut hanya 40 orang, dan rute yang akan ditempuh sebagaimana rute

yang biasa dilalui kafilah dagang Quraisy saat kembali dari Syam.

Setelah mengetahui informasi tersebut, Nabi Muhammad memerintahkan para

sahabat untuk berangkat. Untuk tujuan tersebut, Nabi Muhammad memotivasi para

sahabatnya dengan berkata, “Sesungguhnya rombongan ini adalah kafilah dagang

Quraisy yang membawa harta mereka. Hadanglah mereka, mudah-mudahan Allah

memberikannya kepada kalian.” Mereka berangkat tergesa-gesa tanpa menunggu

penduduk Awali yang sudah siap-siap ikut berangkat, supaya tidak terluput dari

mereka kafilah dagang Quraisy tersebut. Pasukan Islam berangkat ke Badar dengan

kekuatan 313 orang; terdiri dari 82 orang Muhajirin dan selebihnya kaum Anshar (61

9 DalampandanganpenulisBarat,NabiMuhammadmemiliki intelijenyangsangatbaikdiMekah,yaituAbbasbinAbdulMuthalib, salah satu paman beliau. Ia adalah seorang bankir penting diMekah. Dia selalu berhubungan dengan NabiMuhammad dengan suratnya. Keterlibatan Abbas dalam urusan komersial kota Mekah membuatnya menjadi agen yangsangatbaikdalamhalmelaporkaninformasipolitikdankomersialpentingkepadaNabiMuhammad.Abbasberadadalamposisiuntukmenyediakanrute,tanggaldanwaktukeberangkatanyangtepat,informasiyangmemungkinkanNabiMuhammadmemindahkanpasukannyaketempatyangcukupbanyakuntukmenyergapkafilahtersebut.LihatRichardA.Gabriel, Muhammad: Islam`s First Great General, (Norman: University of Oklahama, 2007), hal. 87.

10 Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, vol. I, hlm. 598.11 Al-Waqidi, Al-Maghazi, (Beirut: Dar Al-A’lami, 1989), vol. I, hlm. 13.

Page 11: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

11

dari suku Aus dan 170 dari suku Khazraj). Sedangkan jumlah unta yang dibawa adalah

sebanyak 70 ekor yang ditunggangi secara bergantian. Ketika itu, Nabi Muhammad

bergiliran dalam satu unta dengan Abu Lubabah dan Ali bin Abi Thalib. Namun

keduanya ingin mengutamakan Nabi Muhammad untuk menungganginya, maka

Rasulullah berkata kepada keduanya, “Kalian berdua tidak lebih kuat dariku dan aku

lebih mengharapkan pahala daripada kalian berdua.12”

Tindakan Nabi Muhammad tersebut begitu mengagumkan. Seorang panglima

perang tertinggi dan prajuritnya sama-sama menanggung penderitaan. Mereka

sama-sama memiliki perasaan jujur dan ikhlas dalam mencari keridhaan Allah dan

pahala-Nya. Wajar saja jika dalam peperangan ini para prajurit rela menanggung

penderitaan sebab panglima tertinggi mereka juga menanggung penderitaan lebih

berat dari mereka serta tidak mau diringankan dalam menanggung penderitaan

tersebut oleh para prajuritnya. Padahal saat itu Nabi Muhammad sudah berusia

sekitar 55 tahun.13

Oleh karena itu, pasukan Islam di Badar tidaklah mewakili kekuatan militer

mereka yang sebenarnya. Karena mereka keluar untuk menghadang kafilah dagang,

dan mereka tidak tahu kalau bakal berhadapan dan berperang dengan pasukan

Quraisy.

Nabi Muhammad mengizinkan Hudzaifah bin Al-Yaman dan ayahnya untuk

tidak ikut serta dalam peperangan ini, karena keduanya terikat perjanjian dengan

kaum Musyrik Quraisy untuk tidak berperang melawan mereka. Maka beliau

meminta keduanya supaya memenuhi perjanjian tersebut.

Di tengah perjalanan, salah seorang Musyrik Madinah ingin ikut bergabung

dengan pasukan Islam bersama kaumnya. Tetapi Nabi Muhammad menolaknya

dengan mengatakan kepadanya, “Kembalilah! Kami tidak meminta bantuan kepada

orang musyrik.” Orang tersebut terus meminta supaya dibolehkan bergabung,

namun Nabi Muhammad tetap menolaknya. Hingga akhirnya ia masuk Islam dan

bergabung dengan pasukan Islam.14 Tampaknya, dalam peperangan yang terpenting

dalam sejarah Islam, warna akidah harus jelas terlihat, sehingga tujuan orang-orang

yang terlibat di dalamnya juga harus satu tujuan15.

Rute yang ditempuh Nabi Muhammad ke Badr seperti yang dijelaskan oleh Ibnu

Ishaq bersifat memutar dan tidak langsung menuju sana. Badr adalah sebuah desa

yang tergolong baik dengan sumur-sumur besar yang mengitari rute utama kafilah.

Tempat itu menjadi tempat perhentian reguler bagi kafilah, jadi Nabi Muhammad

memiliki semua harapan bahwa kafilah Abu Sufyan akan berhenti di situ. Jalan menuju

Badar dari Syam memasuki deretan gunung yang mengelilingi dataran di mana kota

itu berada dari barat laut. Nabi Muhammad tidak mengetahui lokasi orang-orang

Mekah, dan saat mendekati kota dari timur beliau mengirim dua orang sahabatnya

ke Badar untuk mengintai desa tersebut dan melapor kembali kepadanya. Pengintai

Muslim memasuki desa dan berhenti untuk memberi minum unta mereka di salah

12 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri,Ar-Rahiq Al-Makhtum, hlm. 144-145.13 Akram Dhiya` Al-Umuri, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, (Madinah:MaktabahAl-UlumwalHikam,1994),vol. II,

hlm. 355.14 HR. Muslim, no hadits. 1817.15 Akram Dhiya` Al-Umuri, loc. cit.

Page 12: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

12

satu sumur. Di sini mereka mendengar kabar bahwa kafilah Mekah dari Damaskus

diperkirakan akan tiba keesokan harinya. Pengintai tersebut pun melaporkan kabar

tersebut kepada Muhammad.

Abu Sufyan sebagai seorang yang berpengalaman mengambil sikap waspada. Saat

mendekati daerah Hijaz, Abu Sufyan mengirim seorang pengintai ke depan untuk

mengintip rute di depan dan untuk mengetahui aktivitas pasukan Islam. Pengintai

bertanya kepada setiap orang dan pengendara yang mereka temui tentang berita

Nabi Muhammad dan pasukannya. Pada suatu saat mereka menemui beberapa

pengendara badui yang mengatakan bahwa pasukan Islam telah meninggalkan

Madinah dan berada di suatu tempat di daerah tertentu. Mereka mengaku tidak

mengetahui lokasinya secara persis. Meskipun informasi penting lainnya tidak

tercatat, namun besar kemungkinan laporan gerakan pasukan Nabi Muhammad

juga disertai perkiraan mengenai jumlah kekuatan pasukan Islam, yang oleh Abu

Sufyan, seorang komandan berpengalaman, akan segera mepahami bahwa jumlah

tersebut jauh lebih besar daripada jumlah pengawal kafilah yang hanya terdiri dari

empat puluh orang.16

Lalu ia pun berbelok melewati rute tepi pantai, selain juga ia memutuskan

untuk mengirim seorang pengendara unta, yaitu Dhamdham ibn Amr Al-Ghiffari,

ke Mekah yang berjarak hampir tiga ratus mil ke selatan untuk memberikan

peringatan dan meminta agar orang-orang Mekah memobilisasi pasukan besar dan

segera melanjutkan perjalanan ke arah Madinah untuk mencegah serangan Nabi

Muhammad. Unta yang sehat dan pengendara berpengalaman bisa menempuh

jarak ke Mekah hanya dalam waktu kurang dari empat hari. Ini akan memakan waktu

setidaknya beberapa hari lagi, mungkin selama seminggu, bagi orang-orang Mekah

untuk memobilisasi kekuatan sembilan ratus sampai seribu orang. Memindahkan

kekuatan seukuran ini ke arah Madinah yang jaraknya lebih dari dua ratus mil jauhnya

akan memakan waktu sepuluh sampai dua belas hari lagi. Secara praktis Abu Sufyan

sendirian dan tidak bisa mengharapkan bantuan dari Mekah untuk membantunya

tepat pada waktunya.

Dhamdham segera bergerak menjalankan misi tersebut. Ia datang dengan

mengendarai untanya. Sebelumnya ia memotong hidung untanya dan merobek-

robek baju yang dikenakannya untuk dikibar-kibarkan kepada kafir Quraisy. Suatu

cara yang sangat efisien untuk menarik perhatian massa, sekaligus mendorong

mereka merespon dengan cepat. Dengan mengambil posisi di dalam lembah dan

berada di atas untanya ia berteriak, “Wahai Quraisy! Gawat! Gawat! Harta kalian yang

bersama Abu Sufyan sedang ditargetkan oleh Muhammad dan para sahabatnya.

Menurutku, kalian hampir saja tidak bisa berbuat apa-apa pun untuknya. Tolong!

Tolong!”17

Beberapa hari sebelum Dhamdham tiba mengabarkan berita tersebut, Atikah

binti Abdul Muthalib sempat bermimpi yang menimbulkan kontroversi di kalangan

Quraisy. Dalam mimpinya, ia melihat seorang laki-laki memobilisasi kaum Quraisy

lalu lelaki itu melempar batu besar dari atas bukit Abu Qubeis di Mekah, lalu batu

16 Richard A. Gabriel, Muhammad: Islam`s First Great General, hal. 88.17 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, h. 145-146.

Page 13: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

13

besar itu hancur berkeping-keping dan pecahannya memasuki seluruh rumah-

rumah kaum Quraisy18.

Berita yang diterima oleh kafir Quraisy ibarat petir yang menyambar mereka.

Oleh sebab itu, pasukan Quraisy segera bergerak dan berusaha mengerahkan segala

kemampuan mereka. Tidak seorang pun dari pemuka dan lelaki mereka yang

tertinggal kecuali sebagian kecil saja, seperti Abu Lahab yang mengirim seorang

lelaki sebagai penggantinya.19 Pada saat itu, pasukan Quraisy berada dalam puncak

kemarahan mereka. Mereka menganggap penghadangan itu sebagai pelecehan

terhadap kehormatan mereka, dan merendahkan martabat mereka di mata bangsa

Arab. Apalagi hal itu mengancam kepentingan ekonomi mereka yang sangat vital.

Sebab itu, siapa saja di antara mereka yang menampakkan keraguan untuk berangkat

bersama pasukan Quraisy, maka pembesar-pembesar Quraisy akan mendatanginya

untuk melontarkan seribu satu macam cercaan dan cacian terhadapnya, hingga

akhirnya ia bersedia berangkat. Dari mobilisasi yang dilakukan Quraisy, mereka

berhasil mengumpulkan sekitar 1.300 personil, 100 ekor kuda, 600 perisai, dan unta

yang banyak. Pimpinan umumnya dipegang oleh Abu Jahal. Adapun terkait dengan

pembiayaan pasukan, Al-Umawi menyebutkan bahwa orang-orang kaya Quraisy

menyembelih kadang-kadang sembilan hingga sepuluh unta untuk logistik pasukan.

Bani Zuhrah kemudian memisahkan diri dan kembali ke Mekah setelah

mengetahui bahwa kafilah dagang mereka telah selamat saat mereka tiba di Juhfah;

sebelah timur Rabigh. Akan tetapi sebagian besar pasukan sudah maju ke depan

hingga tiba di wilayah Badar.

Keselamatan kafilah dagang kini bukan lagi tujuan utama mereka, namun untuk:

memberi pelajaran kepada umat Islam; mengamankan rute perniagaan mereka dari

cegatan pasukan Islam, dan menunjukkan kekuatan serta kekuasaan mereka kepada

bangsa Arab.

Nabi Muhammad bersama sebuah kelompok kecil pun mulai mengintai wilayah

tersebut. Mereka menemui seorang Badui yang mengetahui bahwa orang-orang

Mekah telah memobilisasi dan telah meninggalkan Mekkah dan sedang bergerak

ke utara menuju Madinah. Nabi Muhammad masih belum menemukan kafilah

dagang Quraisy dan sekarang harus berhadapan dengan pasukan Quraisy yang

juga mendekat. Pengetahuan beliau tentang rute kafilah dan jarak yang ditempuh

akan memungkinkannya untuk menghitung kira-kira posisi dan waktu kedatangan

pasukan bantuan Mekah. Beliau tampaknya telah menyimpulkan bahwa beliau

memiliki cukup waktu untuk melakukan serangan pada kafilah sebelum harus

berurusan dengan pasukan Quraisy. Masalah utama tetap ada, bagaimanapun, 231

kalangan Anshar telah menyatakan kesediaan mereka untuk berperang20.

Saat tiba di lembah Zufran, pasukan Islam mendengar bahwa kafilah Abu Sufyan

berhasil lolos dari kejaran, sementara pasukan Quraisy telah bersiap berperang.

Sebagian pasukan Islam tidak senang dengan kabar selamatnya kafilah dagang

tersebut, terlebih jika harus berhadapan dengan pasukan Quraisy yang tiga kali lebih

18 Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, (Beirut: Darul Fikr, 1986), vol. III, hal. 257.19 Ibid, vol. III, hlm. 258.20 Richard A. Gabriel, Muhammad: Islam`s First Great General, hal. 89.

Page 14: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

14

besar. Selain juga karena mereka memang tidak mempersiapkan diri keluar untuk

berperang.21

Meski pasukan Islam awalnya hanya menginginkan sebuah ‘ganti rugi’, tetapi

Allah menginginkan hamba-Nya yang beriman mencapai sesuatu yang lebih luhur,

berkenaan dengan tanggung jawab mereka sebagai makhluk-Nya. Tanggung jawab

itu adalah tugas dakwah untuk menyeru manusia ke jalan Allah, sekaligus berjihad

di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan raga demi meninggikan kalimat-Nya.22

Menghadapi perkembangan situasi dan kondisi terbaru pasukan Quraisy, Nabi

Muhammad pun melakukan musyawarah dengan para sahabatnya yang terdiri dari

golongan Muhajirin dan khususnya Anshar. Menanggapi hal itu Abu Bakar Ash-

Shiddiq lalu bangkit dan menyatakan dukungannya. Kemudian bangkit juga Al-

Miqdad bin Amr seraya berkata, “Wahai Rasulullah! Teruskanlah perjalanan menurut

yang telah Allah perintahkan kepadamu! Kami selalu menyertaimu. Demi Allah! Kami

tidak akan mengatakan seperti yang diucapkan Bani Israil kepada Musa, ‘Pergilah

kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya

duduk menanti di sini saja’ [QS. Al-Maidah: 24]. Akan tetapi kami katakan, ‘Pergilah

berperang! Kami akan menyertaimu berperang. Demi Allah yang telah mengutusmu

dengan membawa kebenaran! Sekiranya engkau membawa kami ke Barkil Ghimad,

niscaya kami akan mengikutimu hingga engkau sampai ke tujuan.” Mendengar itu,

Nabi Muhammad pun meresponnya dengan positif lalu mendoakannya.

Kemudian Nabi Muhammad kembali berkata, “Kemukankanlah pendapat

kalian wahai sahabat-sahabatku!”. Perkataan tersebut tampaknya beliau tujukan

kepada kaum Anshar karena mereka adalah meyoritas dari pasukan yang ikut.

Sebelumnya, kaum Anshar telah membaiat Nabi Muhammad di Aqabah. Baiat

tersebut di antaranya berisi bahwa mereka bertanggungjawab atas keselamatan Nabi

Muhammad tatkala beliau sudah tiba di Madinah, dan berjanji akan melindungi

beliau sebagaimana mereka melindungi anak dan istri mereka. Nabi Muhammad

khawatir kaum Anshar beranggapan bahwa mereka tidak wajib melindungi beliau

kecuali bila musuh menyerbu beliau di Madinah dan beranggapan bahwa mereka

tidak harus berperang melawan musuh beliau ke luar daerah.

Setelah Nabi Muhammad mengucapkan hal itu, Saad bin Muadz—salah seorang

pemuka Anshar—pun angkat bicara, “Demi Allah! Sepertinya yang engkau maksud

adalah kami, kaum Anshar, wahai Rasulullah!” Nabi Muhammad pun menjawab,

“Benar.” Saad lalu melanjutkan, “Kami telah beriman kepadamu dan telah

membenarkanmu. Kami telah bersaksi bahwa agama yang engkau bawa adalah haq

dan kami telah memberi sumpah setia untuk selalu patuh dan taat. Teruskankanlah

perjalanan ini wahai Rasulullah! Kami akan selalu menyertaimu. Demi Allah yang

telah mengutusmu dengan membawa kebenaran! Seandainya engkau menawarkan

21 SikapsebagiankaumMuslimintersebutdisinggungolehAllahswtdalamfirman-Nya,“Sebagaimana Rabbmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu dengan kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedangkan kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang menjadi bagianmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.”[QS.Al-Anfal:5-7]

22 Said Ramadhan Al-Buthi, Fiqh as-Sirah an-Nabawiyyah, (Damaskus: Darul Fikr, 1426 H), hlm. 159.

Page 15: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

15

kepada kami untuk mengarungi samudera luas, niscaya kami akan mengarunginya

bersamamu; tidak ada seorang pun dari kami yang tertinggal. Kami tidak merasa

keberatan berperang melawan musuh kita besok hari. Kami adalah kaum yang

paling teguh dalam berperang dan paling setia saat berhadapan dengan lawan.

Mudah-mudahan Allah memperlihatkan kepadamu persembahan terbaik dari kami

yang membuat engkau gembira. Berjalanlah bersama kami dengan keberkahan

dari Allah!”23 Kesediaan Nabi Muhammad berembuk dengan para sahabat tersebut

menunjukkan komitmen beliau untuk selalu berpegang pada prinsip musyawarah

dengan para sahabat, terutama berkenaan dengan masalah-masalah politik dan

strategi.24

Nabi Muhammad sangat gembira mendengar penuturan Saad tadi dan memompa

semangat pasukan. Untuk itu beliau bersabda, “Berjalanlah dan sambutlah kabar

gembira! Sesungguhnya Allah telah menjanjikanku dua kelompok. Dan demi Allah!

Seolah-olah saat itu aku sedang melihat kehancuran mereka.”

Setelah melihat ketaatan para sahabat, keberanian, kesepakatan mereka untuk

berperang dan kecintaan mereka berkorban demi membela Islam, maka Nabi

Muhammad pun mulai mengatur pasukan. Beliau menyerahkan bendera putih—

bendera komando umum—kepada Mushab bin Umair, dan dua bendera hitam

kepada masing-masing Ali bin Abi Thalib dan Saad bin Muadz. Beliau menunjuk

Qais bin Abi Sha`shaah sebagai pemimpin pasukan.

PERSELISIHAN DI PIHAK QURAISYSetelah merasa berhasil menghindar dari sergapan tentara Islam, Abu Sufyan

pun mengutus utusannya kepada pasukan Quraisy. Saat itu, pasukan Quraisy sedang

berada di Juhfah.25 Mendengar kabar tersebut, mereka pun mulai berselisih. Utbah

bin Rabiah mengusulkan agar kembali saja; tanpa harus berperang, agar tidak banyak

menimbulkan kerugian pada kedua belah pihak, sementara masing-masing pihak

masih memiliki hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Namun, ide itu tidak

disetujui oleh Abu Jahal. Ia tetap bersikeras untuk berperang.26 Dengan tegas, Abu

Jahal berkata, “Demi Allah! Kita tidak akan pulang kecuali setelah tiba di Badar. Di

sana kita akan berkemah selama tiga malam. Kita akan menyembelih hewan, makan

sepuasnya, dan minum khamar, serta akan dihibur oleh para biduanita. Dengan

itu, orang-orang Arab akan mendengar pergerakan dan kekuatan kita. Selanjutnya

mereka akan menyegani kita untuk selama-lamanya.27” Akhirnya, pendapatnya lah

yang lebih mendominasi.

Tokoh lain yang mengusulkan untuk kembali adalah Akhnas bin Syuraiq, seorang

sekutu Quraisy dan pemimpin kabilah Bani Zuhrah. Lantaran tidak setuju dengan

Abu Jahal, ia pun memisahkan diri dari pasukan Quraisy bersama semua kabilahnya

yang berjumlah sekitar 300 personil. Bani Hasyim sebenarnya ingin mengikuti sikap

Bani Zuhrah, akan tetapi Abu Jahal melarang mereka dengan keras. Ia berkata,

23 Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyyah, vol. I, hlm. 615.24 Said Ramadhan Al-Buthi, Fiqh as-Sirah an-Nabawiyyah, hlm. 159.25 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, hlm. 147.26 Akram Dhiya` Al-Umuri, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, vol. II, hlm. 359.27 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri, loc.cit.

Page 16: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

16

“Kalian tidak boleh memisahkan diri dari kami; harus ikut serta dengan kami hingga

kami pulang.”

Abu Jahal ketika itu juga berdoa yang berisi kutukan kepada Nabi Muhammad.

Ia berkata, “Ya Allah! Siapakah yang lebih memutuskan tali silaturahim? Ia datang

dengan membawa perkara yang tidak kami kenal, maka hinakanlah ia besok!”

Pasukan Quraisy kemudian berjalan ke utara. Mereka memprediksikan bahwa

pasukan Islam berada di dekat Badar. Mereka begitu yakin akan kemenangan sehingga

mereka bahkan menolak bala bantuan dari suku terdekat. Setelah mengirim beberapa

orang untuk mengumpulkan air di Badar, dan mereka yang tidak kembali, Abu Jahal

menyadari di mana pasukan Islam sedang berada, meskipun dia tidak dapat dengan

mudah mendengar gerakan mereka karena Nabi Muhammad memerintahkan

untuk memotong lonceng-lonceng yang ada pada leher unta-untanya. Setelah itu,

diutuslah beberapa orang dari pasukan Quraisy guna memata-matai pasukan Islam

untuk mengetahui kekuatan mereka. Tidak lama berselang, mereka pun kembali

dengan membawa informasi yang diinginkan.28

Setelah menarik dirinya Bani Zuhrah, pasukan Quraisy pun menjadi tinggal

sekitar 1000 personil. Jumlah pasukan tersebut bisa diketahui dari jumlah unta

yang setiap hari disembelih. Karena yang disembelih rata-rata sepuluh ekor, maka

jumlah mereka diperkirakan mencapai 1000 orang, sebab seekor unta umumnya

cukup untuk 100 orang. Mereka lalu bergerak menuju Badar dan berhenti di lembah

Udwatul Quswa yang berbatasan dengan lembah Badar.

STRATEGI PASUKAN ISLAMPasukan Islam tiba di Badar sebelum pasukan Quraisy. Daerah sekitar Badr

pada dasarnya berbentuk seperti mangkuk dengan pegunungan atau bukit-bukit

yang mengelilinginya di hampir setiap sisi. Namun, ke arah barat laut dan timur

laut ada lintasan, dan ke selatan juga terdapat lintasan yang memungkinkan kafilah

melewatinya. Jaraknya sekitar 2,5 mil dari timur ke barat dan panjangnya 2,5 mil ke

utara ke selatan. Pasukan yang berada di dataran tidak akan terlihat oleh pandangan

kecuali dari atas pegunungan atau menyusuri jalan kafilah. Karena terdapat

sumurnya, terdapat rumpun pohon di sisi selatan dataran yang bisa membuat

pasukan musuh menjadi lebih sulit untuk mendekat dari sana.

28 Russ Rodgers, The Generalship of Muhammad, (Florida: University Press of Florida, 2012), hlm. 91-92.

Page 17: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

17

Gambar. 1. Ilustrasi lokasi Badar

Untuk itu, mereka pun segera mencari tempat yang paling strategis. Awalnya

Nabi Muhammad berinisiatif mengambil posisi di daerah yang dekat dengan

sumur Badar. Merasa posisi yang dipilih Nabi Muhammad kurang strategis,

Hubab bin Mundzir, seorang ahli strategi militer, lantas mengajukan pertanyaan

kepada Rasulullah, “Apakah posisi kita sekarang ini merupakan wahyu dari Allah

sehingga kita tidak boleh mengganggu-gugatnya? Atau hanya sekedar taktik dan

strategi?”. Nabi Muhammad pun menjawab, “Ini hanya sekedar pendapat (pribadi)

terkait taktik dan strategi semata.” Hubab lalu melanjutkan, “Jika demikian wahai

Rasulullah! Ini bukanlah lokasi yang stategis. Bergeraklah Anda beserta pasukan ke

lokasi dekat sumur orang-orang Musyrik, lalu kita timbun dan hancurkan sumur

tersebut. Kemudian kita buat sumur penampungan yang kita penuhi dengan air.

Saat berperang kelak, kita mempunyai persediaan minuman sementara mereka

tidak memilikinya.” Menanggapi usulan brilian tersebut, Nabi Muhammad pun

memujinya secara bersabda, “Strategi Anda sungguh cerdik.”29

Nabi Muhammad lalu segera bergerak untuk menjalankan strategi tersebut. Di

tengah kegelapan malam, pasukan Islam sibuk menimbun dan menghancurkan

setiap sumur yang berada di dekat pasukan Quraisy, selain juga membuat kolam

penampungan dan mengisinya hingga penuh.

29 Riwayat tentang usulanHubabbinMundzir ini lemah karenamasuk dalam kategorimursal. Tetapi asalmuasal usulantersebut memang benar ada berdasarkan teks al-Quran dan hadits shahih. Nabi Muhammad sering bermusyawarahdenganparasahabatdalamperkara-perkarayangwahyutidakturuntentangnya.Haliniuntukmembiasakanparasahabatmemikirkanmasalah-masalahumumdanmendidikmerekasupayamerasakantanggungjawabsertamendorongmerekauntukmelaksanakanperintahilahi,yaituperintahbermusyawarahdanmembiasakanmerekamelakukannya.LihatAkramDhiya` Al-Umuri, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, vol. II, hlm. 360.

Page 18: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

18

SAAD BIN MUADZ MENGUSULKAN MENDIRIKAN MARKAS KOMANDOSetelah menempati posisi strategis sebagaimana yang diusulkan Hubab bin

Mundzir, Saad bin Muadz juga mengusulkan kepada Nabi Muhammad untuk

mendirikan markas komando di suatu tempat khusus bagi Rasulullah. Markas

komando tersebut sebagai langkah antisipasi manakala terjadi perkara buruk atas

pasukan Islam. Ia berujar, “Wahai Nabiyullah! Bagaimana kalau kami mendirikan

suatu tenda buat Anda, yang di sana kami siap-siagakan kendaraan Anda. (Anda

tetap berada di sana) sementara kami berperang melawan musuh. Jika Allah

memuliakan dan memenangkan kita atas musuh, maka itu merupakan suatu yang

kita dambakan. Tetapi jika yang terjadi justru sebaliknya, Anda dapat mengendarai

tunggangan Anda dan bisa menyusul pasukan kita yang berada di belakang kami.

Wahai Nabiyullah! Di belakang Anda masih ada kaum yang kecintaan mereka kepada

Anda tidak kalah dengan kecintaan kami kepada Anda. Sekiranya mereka tahu bahwa

Anda akan berperang, niscaya mereka akan ikut serta beserta Anda. Semoga Allah

akan menguatkan Anda dengan mereka; mereka bisa menolong Anda; dan berjihad

bersama Anda.”

Nabi Muhammad pun menyetujui usulan Saad bin Muadz serta mendoakannya

kebaikan. Kemah tersebut dibuat di suatu dataran tinggi yang terletak di sebelah

Timur Laut medan pertempuran. Kemah tersebut dijaga oleh beberapa pemuda

Anshar yang diketuai oleh Saad bin Muadz sendiri.

Pada malam hari menjelang hari pertempuran, semua pasukan Islam tertidur

kecuali Nabi Muhammad. Beliau mengerjakan shalat di bawah sebuah pohon,

dan berdoa hingga pagi. Pada malam tersebut hujan gerimis mengguyur pasukan

Islam sehingga mereka pun sibuk mencari tempat berlindung di bawah pohon.

Mereka yang tidak mendapatkan tempat berlindung menjadikan perisai-perisai

mereka sebagai payung.30 Pada malam itulah Nabi Muhammad terus berdoa yang di

antaranya berisi, “Ya Allah! Jika Engkau binasakan pasukan ini niscaya Engkau tidak

akan disembah di muka bumi.”

Begitu fajar menyingsing beliau berseru, “Shalat! Shalat! Wahai hamba Allah!”

Para sahabat pun berdatangan dari bawah pohon-pohon dan dengan perisai-

perisai mereka menghampiri beliau. Nabi Muhammad mengimami mereka shalat,

kemudian memotivasi mereka untuk berperang. Tampaknya Nabi Muhammad ingin

memberikan kelegaan bagi pasukannya, sehingga beliau sendirilah yang berjaga-

jaga pada malam itu.

Pada pagi 17 Ramadhan, Nabi Muhammad mengatur pasukannya sebagaimana

barisan perang. Ini merupakan strategi baru dalam peperangan yang bertentangan

dengan kebiasaan orang-orang Arab, yaitu siasat ‘pukul kemudian lari’. Itulah siasat

perang yang dipakai dan diketahui oleh orang-orang Quraisy di Badar. Strategi yang

dilakukan Nabi Muhammad terbukti mampu menekan kerugian pasukan Islam dan

menutupi kekurangan mereka dari sisi jumlah. Strategi tersebut memiliki beberapa

30 Al-Quran telahmenyebutkan tentang rasa kantuk yang dialami pasukan Islam dan turunnya hujan atasmereka. Allahberfirman, “(Ingatlah) ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaku (mu).” [QS. Al-Anfal:11]

Page 19: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

19

keistimewaan: kontrol kekuatan pasukan secara utuh dan keamanan pasukan

senantiasa berada di tangan panglima perang yang mengatur dari belakang; dan

memperbaiki posisi yang kurang menguntungkan bagi pasukan31.

Peperangan diawali dengan dual satu lawan satu. Di pihak Musyrik Quraisy,

Utbah bin Rabiah maju diikuti putranya Walid dan saudaranya Syaibah. Lalu majulah

beberapa pemuda Anshar, namun mereka menolak meladeninya. Nabi Muhammad

kemudian menyuruh Hamzah, Ali dan Ubaidah bin Harits untuk menyambut

tantangan mereka. Hamzah berhasil menewaskan Utbah yang disusul keberhasilan

Ali melumpuhkan Syaibah. Ubaidah bertarung sengit dengan Walid dan mengalami

luka-luka, sehingga pada akhirnya Walid berhasil ditewaskan.

Duel tersebut memberi pengaruh besar terhadap pasukan Musyrik Quraisy.

Akhirnya, mereka pun mulai menyerang. Nabi Muhammad memerintahkan

pasukannya untuk menghujani musuh mereka dengan anak panah apabila mereka

telah mendekat. Nabi Muhammad memberi instruksi kepada mereka, “Apabila

mereka telah mendekat, panahilah mereka dan dahului mereka dengan anak panah

kalian.”

Ketika pasukan Musyrik Quraisy mendekati pasukan Islam, Nabi Muhammad

berkata kepada mereka, “Jangan ada seorang pun yang maju hingga mendapat

komando dariku.” Tatkala pasukan Musyrik Quraisy benar-benar sudah dekat,

barulah Nabi Muhammad mengomando, “Majulah menuju surga yang luasnya

seluas langit dan bumi.”

Gambar. 2. Posisi pasukan Islam dan Quraisy saat Perang Badar

31 Mahmud Syit Khathab, Ar-Rasul Al-Qa'id, hlm. 78-79.

Page 20: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

20

Saat itu, seruan beliau terdengar di telinga Umair bin Hammad Al-Anshari.

Kemudian dengan setengah tidak percaya ia berusaha meyakinkan dengan bertanya,

“Wahai Rasulullah! Surga luasnya seluas langit dan bumi?” Rasulullah menjawab,

“Benar.” Maka ia pun berkata, “Bakh. Bakh.” Mendengar itu, Nabi Muhammad lalu

bertanya, “Apa yang membuatmu mengatakan bakh bakh?” Ia pun menjawab, “Demi

Allah wahai Rasulullah! Aku hanya berharap menjadi salah seorang penghuninya.”

Rasulullah pun menanggapinya, “Engkau termasuk penghuninya.” Umair pun

mengeluarkan beberapa butir kurma dari sarung anak panahnya kemudian

memakannya. Ia lalu bergumam, “Terlalu lama rasanya aku hidup bila harus

menghabiskan kurma-kurmaku ini.” Ia lantas membuang kurma yang masih tersisa,

selanjutnya maju ke medan perang hingga akhirnya ia terbunuh.

Saat tengah berkecamuknya perang, Nabi Muhammad menghadap kiblat

kemudian mengangkat kedua tangannya seraya kembali berdoa, “Ya Allah! Penuhilah

apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah! Jika pasukan umat Islam ini

binasa, maka Engkau tidak akan disembah di muka bumi.” Beliau terus memanjatkan

doa dengan mengangkat kedua tangannya hingga selendang yang beliau kenakan

jatuh dari bahu beliau. Abu Bakar kemudian datang dan mengambil selendang itu

lalu menempatkannya kembali pada bahu beliau. Ia lalu berdiri di belakang Nabi

Muhammad seraya berkata, “Wahai Nabi Allah! Cukuplah Engkau berdoa kepada

Allah. Sungguh Allah akan menepati apa yang Dia janjikan kepadamu.” Lalu turunlah

ayat al-Quran, “(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu

diperkenankan-Nya bagimu; ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan

kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [QS. Al-Anfal: 9].

Setelah itu, Nabi Muhammad keluar dari tendanya dan berkata, “Pasukan

musuh akan kalah dan lari kocar-kacir.” Nabi Muhammad terlibat langsung dalam

perang Badar. Ali bin Abi Thalib bercerita, “Aku saksikan pada perang Badar bahwa

kami berlindung di belakang Nabi Muhammad, sedang beliaulah yang paling dekat

dengan musuh. Beliau adalah orang paling gigih perlawanannya pada hari itu.”

Perang pada akhirnya dimenangkan oleh pasukan Islam. Pasukan Musyrik

Quraisy banyak menderita kerugian. Tujuh puluh orang di antara mereka terbunuh

dan tujuh puluhan orang lagi tertawan, yang kebanyakan mereka justru terdiri dari

para pemuka dan pemimpin mereka . Di antara pemuka mereka yang terbunuh

yaitu: Abu Jahal Amr bin Hisyam dan Umayyah bin Khalaf. Abu Jahal dibunuh oleh

Muadz bin Amr bin Jumuh dan Muadz bin Afra. Sementara Umayyah bin Khalaf

sempat tertawan oleh Abdurrahman bin Auf, kemudian diputuskan untuk mendapat

hukuman bunuh32. Sementara korban dari pihak Islam berjumlah empat belas orang,

yang terdiiri dari enam dari kaum Muhajirin dan delapan dari dari kaum Anshar33.

Setelah peperangan usai, Nabi Muhammad berkeliling memeriksa para korban.

Saat beliau tiba di dekat korban dari Musyrik Quraisy, beliau pun berkata, “Kerabat

yang paling buruk terhadap nabi adalah kalian. Kalian mendustakanku sementara

orang-orang membenarkanku. Kalian menelantarkanku sementara orang-orang

32 Lihat Akram Dhiya` Al-Umuri, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, vol. II, hlm. 363-364.33 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri,Ar-Rahiq Al-Makhtum, (Damaskus: Darul ‘Ashma`, 1427 H), hlm. 162.

Page 21: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

21

lain menolongku. Kalian mengusirku sementara orang lain melindungiku.” Beliau

lalu memerintahkan agar jasad-jasad mereka dimasukkan ke dalam sumur.

Paska hari pertempuran, Nabi Muhammad masih bermalam di Badar selama

beberapa hari. Pada hari ketiga, beliau kembali berkeliling bersama para sahabat.

Saat tiba di sumur tempat para pemuka Musyrik Quraisy dikuburkan, beliau pun

menyebutkan nama-nama mereka, “Wahai Fulan bin Fulan! Wahai Fulan bin

Fulan! Apakah kalian merasa gembira karena kalian menaati Allah dan Rasul-

Nya? Sesungguhnya kami telah mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb kalian

adalah haq. Apakah apa yang dijanjikan Rabb kalian kepada kalian juga benar?”

Mendengar hal itu, Umar bin Khathab lantas bertanya, “Wahai Rasulullah! Mengapa

Engkau berbicara dengan jasad-jasad yang tidak lagi mempunyai roh?” Beliau lantas

menjawab, “Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak lebih

bisa mendengar dari mereka tentang apa yang aku katakan.” Dalam riwayat lain

disebutkan, “Tetapi mereka tidak bisa menjawab.”

BERITA KEKALAHAN MUSYRIK QURAISY MENGGUNCANG MEKAHOrang-orang Musyrik Quraisy yang melarikan diri dengan berpencar-pencar

dan tak beraturan dari perang Badar. Mereka berlari terbirit-birit menuju berbagai

arah yang mereka anggap aman, kemudian berjalan menuju Mekah dengan wajah

tertunduk lesu. Karena rasa malu yang menggelayuti hati, mereka tidak tahu

bagaimana cara untuk masuk ke Mekah.

Disebutkan bahwa orang pertama yang menyampaikan berita kekalahan pasukan

Musyrik Quraisy adalah Haisuman bin Abdullah Al-Khuza’i. Saat ia tiba di Mekah,

penduduk di sana segera melontarkan pertanyaan kepadanya, “Apa yang terjadi

di sana?”. Ia menjawab, “Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Abul Hakam bin

Hisyam (Abu Jahal), dan Umayyah bin Khalaf mati terbunuh.” Ia juga menyebutkan

nama-nama pemuka Quraisy lainnya.

Abu Lahab sangat terpukul mendengar berita memilukan dan tidak diinginkannya

tersebut. Ia tampak murung. Berjalan dengan menyeret kakinya seraya tertunduk

lesu. Ketika Abu Lahab sedang duduk bersama Abu Sufyan bin Harits bin Abdul

Muthallib, ia pun bertanya kepadanya, “Wahai keponakannya! Ceritakanlah kepadaku

apa yang terjadi pada orang-orang (para pemuka dan pemimpin Quraisy) tersebut?”.

Abu Sufyan lantas menjawab, “Selagi kami berhadapan dengan segolongan orang,

justru kami menyerahkan pundak-pundak kami kepada mereka. Mereka menyerang

kami sekehendak mereka dan menawan kami juga sekehendak mereka. Demi Allah!

Meski begitu, aku tidak mencela siapa pun. Kami harus berhadapan dengan orang-

orang berpakaian putih sambil menunggang kuda yang perkasa, yang berlalu-lalang

di antara langit dan bumi. Demi Allah! Kuda-kuda mereka tidak meninggalkan jejak

sedikit pun dan tidak menginjak apa pun.” Mendengar kisah itu, raut wajah Abu

Lahab bertambah murung. Ia lalu beranjak pergi sambil menundukkan muka34.

Ringkasnya, penduduk Mekah sangat shock mendengar berita kekelahan

tersebut. Hal itu menimbulkan efek buruk terhadap kondisi mereka. Bahkan mereka

34 Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, vol. III, hlm .308-309.

Page 22: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

22

melarang orang-orang yang keluarganya terbunuh di Badar untuk meratapi mereka.

Hal ini supaya mereka tidak semakin terpuruk karena disindir oleh umat Islam.

Sementara umat Islam yang belum hijrah ke Madinah dan masih berada di Mekah,

merasa gembira, bertambah kuat dan perkasa.

MADINAH MENERIMA KABAR KEMENANGANNabi Muhammad mengirim dua orang utusan ke Madinah untuk menyampaikan

berita gembira tersebut kepada mereka. Dua utusan tersebut yaitu, Abdullah bin

Rawahah dan Zaid bin Haritsah. Setelah keduanya tiba, orang-orang Muslim pun

menyemut mengelilingi mereka untuk mengetahui dan mendengar apa yang terjadi.

Mereka mendengar dengan penuh seksama kabar mengembirakan tersebut.

Sementara itu, orang-orang Yahudi dan Munafik telah menyebarkan isu negatif

begitu mereka mengetahui kedatangan Abdullah bin Rawahah dan Zaid bin Haritsah.

Mereka menyebarkan berita bohong tentang terbunuhnya Nabi Muhammad. Mereka

berteriak-teriak ketika melihat Zaid bin Haritsah yang datang dengan mengendarai

unta Nabi Muhammad, “Muhammad telah terbunuh. Itu adalah untanya yang sudah

kita kenal. Dan itu Zaid bin Haritsah yang gagap tidak bisa berkata apa pun karena

kalah.”

Berbeda dengan penduduk Mekah, saat mengatahui berita kemenangan pasukan

Islam, penduduk Madinah langsung mengekspresikannya dengan melantunkan

takbir dan tahlil di mana-mana, sehingga bergemalah di Madinah suara takbir dan

tahlil. Para pemuka dan tokoh umat Islam yang tidak ikut bersama Nabi Muhammad

segera menuju jalan rute ke arah Badar. Mereka bersiap-siap menyambut kedatangan

Nabi Muhammad atas kemenangan ini35.

Apapun nilai militer dari kemenangan pasukan Islam di Badar, menurut

pandangan Nabi Muhammad, ini adalah kemenangan politik strategis yang pertama

dan terutama. Nabi Muhammad membunuh para pemimpin Quraisy yang telah

jatuh ke tangannya.

PASUKAN ISLAM PULANG KE MADINAHSeusai perang, Nabi Muhammad masih berada di Badar selama tiga hari. Sebelum

meninggalkan medan pertempuran, terjadi perbedaan pendapat di kalangan para

sahabat tentang pembagian ghanimah36. Pasukan Islam yang mengumpulkan

ghanimah berkata, “Kamilah yang telah mengumpulkannya dan siapa pun tidak

boleh mengusiknya.” Sementara pasukan Islam yang membunuh, mengalahkan,

dan mengejar Musyrik Quraisy berkata, “Kalian tidak berhak daripada kami. Kamilah

yang seharusnya mengumpulkan ghanimah tersebut karena berhasil mengalahkan

musuh.” Sedangkan pasukan Islam yang bertugas menjaga Nabi Muhammad pun

angkat bicara, “Kami khawatir musuh akan menyerang beliau, sehingga sejak awal

kami pun melindungi beliau”

35 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum,(Beirut:DarulHilal,tt),hlm.205-206.36 Ghanimahadalahhartayangdiperolehdaripihakmusuhyangkafirmelaluipeperangan.

Page 23: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

23

Manakala perselisihan tersebut semakin tajam, maka Nabi Muhammad pun

meminta mereka untuk menyerahkan semua yang ada di tangan mereka untuk

dikumpulkan. Mereka pun menurutinya, lalu turunlah wahyu yang menjelaskan

tentang persoalan ini.37

Setelah itu, Nabi Muhammad pun berangkat menuju Madinah dengan membawa

para tawanan dan ghanimah yang diperoleh dari Musyrik Quraisy. Urusan tawanan

dan ghanimah tersebut beliau serahkan kepada Abdullah bin Kaab. Di suatu tempat

bernama Shafra`, beliau menghentikan pasukannya dan membagi ghanimah

tersebut—setelah mengambil seperlimanya—secara merata kepada pasukan Islam.

Di tempat itu juga, beliau memerintahkan untuk membunuh Nadhar bin Harits

yang sebelumnya menjadi tawanan. Ia merupakan salah seorang pemuka Quraisy.

Ia termasuk pemuka Quraisy yang amat jahat terhadap umat Islam di Mekah dan

paling banyak menyiksa mereka, bahkan menyakiti Nabi Muhammad. Dalam perang

Badar, ia bertugas sebagai pembawa bendera. Eksekutor yang membunuh Nadhr

adalah Ali bin Abu Thalib.

Sementara ketika sampai di Irquzh Zhabiyah, Nabi Muhammad juga

menginstruksikan untuk membunuh Uqbah bin Abi Muith. Ia juga termasuk di antara

Musyrik Quraisy yang sering mengganggu Rasulullah. Ia lah yang melemparkan

kotoran hewan kepada beliau saat sedang shalat. Ia juga yang menyekik leher beliau

dengan mantelnya. Tatkala itulah, Abu Bakar datang untuk menyelamatkan beliau.

Ia lalu dibunuh oleh Ashim bin Tsabit Al-Anshari. Pendapat lain menyebutkan bahwa

yang mengeksekusinya juga Ali bin Abi Thalib.

Saat tiba di Rauha, pasukan Islam disambut dengan meriah oleh umat Islam

yang memang sengaja keluar Madinah untuk menyambut kedatangan mereka.

Ucapan selamat atas kemenangan yang diraih terus terucap dari bibir mereka.

Usaid bin Khudair salah seorang pemuka Anshar yang berada dalam rombongan

para penyambut berkata, “Wahai Rasulullah! Segala puji bagi Allah yang telah

memenangkan engkau dan membuat engkau gembira. Demi Allah wahai Rasulullah!

Saya tidak menyangka bahwa engkau akan berhadapan dengan musuh. Saya kira

mereka hanyalah kafilah dagang. Inilah yang membuatku tidak ikut serta ke Badar.

Sekiranya aku tahu mereka adalah pasukan musuh tentu saya tidak mau ketinggalan

untuk ikut bergabung.”

Kedatangan Nabi Muhammad beserta pasukan Islam ke Madinah menimbulkan

rasa gentar ke dalam hati orang-orang Yahudi dan Munafik, serta kabilah-kabilah

yang berada di sekitar Madinah. Tidak sedikit dari penduduk Madinah yang justru

menyatakan keislamannya setelah peristiwa itu. Ini jugalah yang mendorong

Abdullah bin Ubay bin Salul dan pengikutnya memeluk Islam, meskipun hanya

secara lahir saja.

37 Ayattersebutberbunyi,“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) anfal (harta rampasan perang). Katakanlah, ‘Anfal itu kepunyaan Allah dan Rasul. Sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian adalah orang-orang yang beriman.”[QS.Al-Anfal:1]

Page 24: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

24

MASALAH TAWANANSehari setelah kedatangannya di Madinah, para tawanan pun diteliti lalu dibagikan

kepada para sahabat untuk diawasi dan dirawat. Nabi Muhammad menasihati

agar umat Islam memperlakukan tawanan itu dengan baik. Mengamalkan petuah

tersebut, ketika para sahabat memakan kurma sebagai makanan mereka, justru para

tawanan tersebut diberi suatu yang lebih baik yaitu roti.

Nabi Muhammad kemudian bermusyawarah dan meminta pendapat para

sahabat tentang persoalan tawanan perang. Abu Bakar mengutarakan pendapatnya

secara berkata, “Wahai Rasulullah! Mereka masih terhitung keluarga dan kerabat

dekat atau teman kita sendiri. Saya berpendapat sebaiknya engkau meminta tebusan

dari mereka. Tebusan yang kita ambil dari mereka tersebut dapat menstabilkan

kondisi kita dalam menghadapi orang-orang kafir. Siapa tahu Allah memberikan

petunjuk kepada mereka, sehingga mereka menjadi pendukung kita.”

Nabi Muhammad lalu mengarahkan pandangannya ke arah Umar bin Khathab

secara bertanya, “Bagaimana dengan pendapatmu wahai Ibnul Khathab?” Umar

menjawab, “Demi Allah! Aku tidak sependapat dengan Abu Bakar. Menurutku,

serahkan Fulan (kerabat Umat) kepadaku, biar kupenggal lehernya. Serahkan Uqail

bin Abu Thalib kepada Ali bin Abi Thalib biar ia penggal lehernya. Serahkan Fulan

(saudara Hamzah) kepada Hamzah, biar ia penggal lehernya. Supaya musuh-musuh

Allah mengetahui bahwa di dalam hati kita tidak ada rasa kasihan terhadap orang-

orang Musyrik, pemuka, pemimpin, dan para dedengkot mereka.”

Nabi Muhammad lebih condong pada pendapat Abu Bakar dan kurang

sependapat dengan Umar. Beliau lebih cenderung meminta tebusan dari mereka.

Nilai tebusan tersebut beragam, dari seribu dirham hingga empat ribu dirham.

Sementara tawanan yang tidak sanggup menebus dirinya diganti dengan mengajari

sepuluh anak-anak Madinah. Jika anak-anak sudah mahir maka tebusannya dianggap

lunas.

Bahkan Nabi Muhammad bermurah hati kepada sebagian tawanan dengan

membebaskan mereka tanpa tebusan sama sekali. Di antara mereka yaitu: Muthallib

bin Hanthab, Shaifi bin Rifaah, dan Abu Azzah Al-Jumahi. Abu Azzah kemudian

dibunuh saat kembali menjadi tawanan dalam perang Uhud.

Nabi Muhammad juga membebaskan dengan syarat menantunya, Abul Ash.

Syaratnya yaitu ia harus melepaskan putri beliau, Zainab, dari istrinya. Sementara

Zainab sendiri sudah mengirim utusan untuk menebus suaminya. Tebusan berupa

sebuah kalung yang dulu pernah dipakai Khadijah. Tatkala melihat kalung tersebut,

hati Rasulullah sangat terenyuh. Beliau lalu meminta kepada para sahabat untuk

membebaskan Abul Ash, dan mereka pun menyetujuinya. Akhirnya Abul Ash pun

menceraikan Zainab, yang kemudian hijrah ke Madinah38.

38 Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, vol. III, hlm. 296-300.

Page 25: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINA Edisi 11 / Agustus 2017

25

AL-QURAN BERCERITA TENTANG PERANG BADARAl-Quran membahas seputar topik perang Badar yang tercantum dalam surat

Al-Anfal. Surat ini merupakan penjelasan dari Allah tentang perang Badar yang

berbeda jauh dengan penjelasan-penjelasan lain yang membicarakan masalah raja

dan pemimpin setelah kemenangan. Pada awal surat tersebut, Allah mengalihkan

pandangan orang-orang Islam pada akhlak mereka yang dirasa kurang atau

berlebih-lebihan pada masa lampau, agar mereka berusaha menyempurnakannya

dan mensucikan diri.

Kemenangan di Badar terealisasi berkat bantuan dan pertolongan Allah dengan

menurunkan para malaikat kepada pasukan Islam. Allah perlu menyebutkan hal ini,

agar mereka tidak terkecoh oleh kehebatan dan keberanian mereka sehingga jiwa

mereka tidak tenggelam dalam kesombongan, tetapi justru mereka diarahkan untuk

bertawakal kepada Allah, taat kepada-Nya dan Rasul-Nya.

Kemudian Allah menjelaskan tujuan yang mulia dari peperangan yang

menegangkan dan banyak memakan korban ini, menunjukkan beberapa sifat dan

akhlak kepada mereka yang harus diperhatikan saat perang dan saat mendapat

kemenangan. Selanjutnya Allah berbicara tentang orang-orang Musyrik, Munafik,

Yahudi, dan para tawanan perang, menyampaikan dengan jelas dan membimbing

mereka menerima kebenaran.

Setelah itu Allah bercerita tentang orang-orang Islam tentang masalah anfal

(rampasan perang) dan meletakkan dasar-dasar persoalan tersebut. Allah kemudian

menjelaskan dan menetapkan aturan-aturan main saat perang dan damai, karena

dakwah Islam saat itu sudah memasuki tahapan ini, agar perang yang dilakukan umat

Islam berbeda dengan perang yang dilakukan orang-orang Jahiliah. Pasukan Islam

unggul kerena akhlak dan nilai-nilai luhur serta menegaskan kepada dunia bahwa

Islam bukan sekedar teori yang mentah, tetapi Islam membekali para pemeluknya

secara praktis, berlandaskan dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang diserunya.

Kemudian Allah menetapkan beberapa butir-butir tentang Daulah Islam, dengan

membuat pembeda antara orang-orang Islam yang menetap di wilayah Islam dan

mereka yang menetap di luar wilayah Islam.

Pada tahun kedua Hijriah, turun kewajiban puasa Ramadhan, membayar zakat

fitri, dan penjelasan tentang batasan-batasan zakat yang lain. Kewajiban membayar

zakat fitri dan zakat-zakat lainnya dimaksudkan untuk memperingan beban hidup

yang dijalani orang-orang Muhajirin dan Anshar yang miskin, yang tidak mempunyai

bakat usaha.

Momen paling mengesankan adalah Idul Fitri pertama yang dijalani umat Islam

pada tahun ke-2 Hijriah, yang terjadi setelah mereka memperoleh kemenangan yang

gemilang di perang Badar. Betapa mengesankan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan

ini, yaitu setelah Allah menyematkan mahkota kemenangan kepada mereka. Betapa

mengagumkan shalat Idul Fitri yang mereka lakukan saat itu, setelah mereka keluar

dari rumah dengan menyerukan suara takbir, tahmid, dan tauhid. Hati mereka

mekar dipenuhi kecintaan kepada Allah sambil tetap mengharapkan rahmat dan

Page 26: PERANG BADAR - Syamina.org - Bekerja Mencegah …syamina.org/uploads/Laporan_Edisi_11_Agustus_2017_Perang...masih berada di Mekah mereka rampas, bahkan Musyrik Quraisy gencar melakukan

SYAMINAEdisi 11 / Agustus 2017

26

keridhaan-Nya, setelah Dia memuliakan mereka dengan nikmat dan menguatkan

mereka dengan pertolongan-Nya39.

KESIMPULANSpirit utama Perang Badar adalah keberhasilan kelompok yang lemah

mengalahkan kelompok yang kuat dan perkasa melalui nikmat atau keputusan

ilahi. Sejarah tentang Perang Badar sangat mirip dengan kisah salah seorang nabi

Bani Israil, Daud, yang berhasil mengalahkan Jalut. Sebuah cerita yang diceritakan

dalam Al Qur’an40. Perang Badar menegaskan bahwa kekuatan keilahian lebih besar

daripada kekuatan duniawi manapun, yang disampaikan melalui kisah kemenangan

yang menakjubkan. Orang-orang beriman yang berperang demi Tuhan, terlepas

dari siapa pun musuh yang melawan mereka, dapat mengalahkan orang-orang

yang berperang untuk tujuan lain, baik itu demi tujuan: bangsa, ras, kepercayaan

yang keliru, harta rampasan, atau penaklukan yang brutal. Perang Badar juga secara

fundamental mengubah sifat identitas komunal di kalangan umat Islam. (A. Sadikin)

39 ShafiyurrahmanAl-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum,(Beirut:DarulHilal,tt),hlm.209-210.40 DalamAl-Qurandisebutkan,“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah

beserta orang-orang yang sabar. Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, ‘Wahai Rabb kami! Limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir’. Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya (Daud) kerajaan, dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki.”[QS.Al-Baqarah:249-251].