Post on 30-Mar-2019
PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA REALIA TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SDN 8 METRO UTARA
2015/2016
(Skripsi)
Oleh
ANDREAS TRI WIBOWO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA REALIA TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SDN 8 METRO UTARA
2015/2016
Oleh
ANDREAS TRI WIBOWO
Masalah penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV
SDN 8 Metro Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendekatan kontekstual dengan menggunakan media realia terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas IV SDN 8 Metro Utara pada ranah kognitif. Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan teknik tes. Alat pengumpul data berupa soal pilihan jamak yang
sebelumnya telah diujikan dan dianalisis dengan validitas dan reliabilitas. Teknik
analisis data berupa kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-
rata posttest kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel membuktikan bahwa tingkat
kebermaknaannya signifikan sehingga Ha diterima, maka terdapat pengaruh
positif dan signifikan penggunaan pendekatan kontekstual dengan menggunakan
media realia terhadap hasil belajar matematika siswa.
Kata kunci: kontekstual, media realia, hasil belajar.
PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA REALIA TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SDN 8 METRO UTARA
2015/2016
Oleh
ANDREAS TRI WIBOWO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Peneliti adalah anak ketiga dari pasangan Bapak Wasimin
dan Ibu Sulyati. Peneliti dilahirkan di Punggur, 17 Januari
1995.
Peneliti memulai pendidikan di Sekolah Dasar di SD
Negeri 3 Sidomulyo dan lulus pada tahun 2006. Peneliti
menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Punggur
diselesaikan tahun 2009 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA
Yos Sudarso Metro diselesaikan tahun 2012. Juli 2012, peneliti terdaftar sebagai
mahasiswa FKIP Program Studi PGSD Universitas Lampung
kemauan dan keyakinan adalah kekuatan.
Mundur tegaknya suatu keyakinan bukan
sebuah keniscayaan dari orang lain,
tetapi seberapa teguh kita
memegang prinsip bisa.
(Kasmadi)
MOTO
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karya ini kepada:
Bapakku wasimin dan mamakku Sulyati tercinta, yang telah
ikhlas memberikan segala pengorbanan bagi kesuksesanku. Terimakasih telah memberikan cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian doa yang senantiasa dimohonkan
pada Tuhan untuk kebaikanku.
mamasku Agustinus Adi Prasetyo dan Yohanes Kuswandani, mbakku herlina dan ester, terimakasih atas doa, dukungan,
dan motivasi untuk keberhasilanku.
Kedua keponakanku Samuel dan Cleorita, yang telah menghadirkan keceriaan dan semangat di sela-sela kepenatan. Semoga kelak menjadi anak-anak yang pintar dan bermanfaat
bagi bangsa dan negara .
Almamater tercinta “Universitas Lampung”.
i
SANWACANA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Pendekatan Kontekstual dengan Menggnakan Media Realia Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 8 Metro Utara 2015/2016”,
sebagai syarat meraih gelar sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, dan petunjuk dari berbagi
pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Rektor Universitas Lampung
yang telah memfasilitasi dan mendukung peneliti menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan FKIP Universitas Lampung
yang telah memfasilitasi dan mendukung peneliti menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan
program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna
syarat skripsi.
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan
program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna
syarat skripsi.
ii
5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti dan ide-ide
kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD, serta membantu peneliti
dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.
6. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik
yang senantiasa meluangkan waktunya memberi bimbingan dan motivasi
maupun saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
7. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
8. Ibu Dra. Nelly Astuti, M.Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan
sumbang saran yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.
9. Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah
membantu mengarahkan sampai skripsi ini selesai.
10. Ibu R.A. Srinurlela, S.Pd., Kepala SD Negeri 8 Metro Utara, serta Dewan
Guru dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam
penyusunan skripsi ini.
11. Ibu Fitrotus Sangadah, A.M, Guru kelas IVB yang banyak membantu peneliti
dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
12. Bapak Kodar Aminudin, S.Pd, Guru kelas IVA yang banyak membantu
peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
13. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 8 Metro Utara yang telah berpartisipasi aktif
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
iii
14. Teman-teman yang memotivasi dan menemani perjuangan untuk
menyelesaikan skripsi ini, terimakasih Angga, Beny, Ade Ayu, Nurhayat,
Reta, Faqih.
15. Teman-teman tim futsal PGSD yang selalu mendukung dan memotivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini, terimakasih Dodo, Bayu, Simanung, Deni,
vardy, Cengis, Bima, Prasetyo, Wawan, Somat, Surif, Sukiat, Cecep, Yogi.
16. Rekan-rekan mahasiwa S1-PGSD FKIP Universitas Lampung angkatan 2012
yang telah membantu dan menyemangati peneliti.
17. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan
skripsi ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna,
akan tetapi peneliti berharap skripsi yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Metro, April 2016
Peneliti
Andreas Tri Wibowo
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5
C. Batasan Masalah ...................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
G. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................................. 8
1. Pendekatan Pembelajaran ................................................................... 8
2. Pembelajaran Kontekstual ................................................................... 9
1) Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual ........................ 10
2) Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual ................................ 13
3) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual .................. 14
3. Pembelajaran Konvensional ................................................................ 15
1) Metode Ceramah ............................................................................ 16
2) Metode Tanya Jawab ..................................................................... 17
3) Metode Penugasan ......................................................................... 19
4. Media Pembelajaran ........................................................................... 21
4) Pengertian Media Pembelajaran .................................................... 21
5) Manfaat Media Pembelajaran ........................................................ 22
6) Jenis-jenis Media Pembelajaran ..................................................... 22
5. Media Realia ....................................................................................... 24
1) Pengertian Media Realia ................................................................ 24
2) Bentuk Media Realia ..................................................................... 25
3) Kelebihan dan Kelemahan Media Realia ....................................... 25
6. Hasil Belajar ....................................................................................... 26
1) Pengertian Belajar .......................................................................... 26
2) Hasil Belajar .................................................................................. 27
v
Halaman
7. Matematika ......................................................................................... 28
1) Pengertian Matematika .................................................................. 28
2) Pembelajaran Matematika .............................................................. 29
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 31
C. Kerangka Pikir ......................................................................................... 32
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian .................................................................................... 34
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 35
1. Variabel Penelitian ............................................................................ 35
2. Definisi Operasional ........................................................................... 36
C. Setting Penelitian ..................................................................................... 37
1. Tempat Penelitian ............................................................................... 37
2. Waktu Penelitian ................................................................................ 37
D. Populasi dan Sampel ............................................................................... 37
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 38
1. Kisi-kisi Soal ...................................................................................... 39
2. Uji Coba Instrumen ............................................................................ 39
3. Uji Validitas ........................................................................................ 40
4. Uji Reliabilitas .................................................................................... 41
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 42
1. Uji Prasyarat ....................................................................................... 42
2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah .......................................................................................... 45
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 46
1. Persiapan Penelitian ............................................................................ 46
2. Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................................ 46
1) Validitas ......................................................................................... 46
2) Reliabilitas ...................................................................................... 47
3. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 48
4. Pengambilan Data Penelitian .............................................................. 48
C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 48
D. Analisis Data Penelitian .......................................................................... 49
E. Uji Persyaratan Analisis Data ................................................................. 54
1. Uji Normalitas .................................................................................... 54
2. Uji Homogenitas ................................................................................. 55
3. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 56
F. Pembahasan ............................................................................................. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kriteria Tingkat Reliabilitas ............................................................................ 41
4.1 Analisis Tes Uji Instrumen .............................................................................. 47
4.2 Ketuntasan Nilai Pretest Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ................ 49
4.3 Ketuntasan Nilai Posttest Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ............... 51
4.4 Penggolongan Nilai N-Gain siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ........... 52
4.5 Uji Normalitas Menggunakan SPSS 20.0 ...................................................... 54
4.6 Uji Homogenitas Kelas Kontrol dan Eksperimen......................................... 56
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konsep Variabel .......................................................................... 32
3.1 Desain Eksperimen ...................................................................................... 35
4.1 Diagram Perbandingan Ketuntasasn Pretest Berdasarkan KKM .................. 50
4.2 Diagram Nilai Rata-rata Pretest ................................................................... 50
4.3 Diagram Perbandingan Ketuntasan Posttest Berdasarkan KKM .................. 51
4.4 Diagram Nilai Rata-rata Posttest ................................................................. 52
4.5 Perbandingan N-Gain Siswa Kelas Kontrol dengan Eksperimen ................ 53
4.6 Perbandingan Nilai Rata-rata N-Gain ............................................................... 53
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat-surat Penelitian .................................................................................. 65
2. Pemetaan SK dan KD.................................................................................. 72
3. Silabus ......................................................................................................... 74
4. RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 77
5. RPP Kelas Kontrol ...................................................................................... 81
6. Lembar Kerja Siswa .................................................................................... 84
7. Kisi-kisi Soal Sebelum Uji Instrumen ........................................................ 86
8. Soal Uji Coba Instrumen ............................................................................. 87
9. Hasil Uji Validitas ....................................................................................... 93
10. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................... 96
11. Kisi-kisi Soal Setelah Uji Instrumen ........................................................... 98
12. Soal Pretest ................................................................................................. 99
13. Soal Posttest ................................................................................................ 103
14. Kunci Jawaban ............................................................................................ 107
15. Analisis Data Hasil Belajar Siswa .............................................................. 108
16. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa .................................................. 110
17. Hasil Uji Normalitas ................................................................................... 112
18. Hasil Uji Homogenitas ................................................................................ 119
ix
Lampiran Halaman
19. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................... 121
20. Tabel-tabel................................................................................................... 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan
dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana
untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Masalah pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Masalah pendidikan seringkali menjadi topik
perbincangan yang menarik dan hangat, di kalangan masyarakat luas, dan
lebih-lebih lagi pakar pendidikan. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan diharapkan dapat merubah pola
pikir dalam menghadapi segala tantangan dimasa yang akan datang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah
melalui berbagai sumber dan tempat di dunia ini. Siswa perlu memiliki
kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi untuk bertahan
2
pada keadaan yang selalu berubah dan penuh dengan persaingan.
Kemampuan untuk memperoleh, memilih dan mengolah informasi
membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja
sama yang efektif. Indonesia sebagai negara berkembang sangat
membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberi sumbangan
bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan termasuk
kesenian.
Banyak mata pelajaran yang mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi
salah satunya adalah matematika. Matematika berfungsi mengembangkan
kemampuan menghitung, mengukur dan menggunakan rumus matematika
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan
geometri, serta aljabar dan trigonometri. Sundayana (2014: 2) matematika
merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika sebagai salah
satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat baik materi dan kegunaannya
dalam kehidupan. Upaya dalam peningkatan hasil belajar mata pelajaran
matematika diharapkan mencapai hasil maksimal atau setidaknya mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Upaya meningkatkan hasil belajar matematika dilakukan dengan kerja
keras serta menghadapi berbagai hambatan, antara lain: (1) pelajaran
matematika masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi siswa,
sehingga siswa atau masyarakat umum beranggapan bahwa mata pelajaran
matematika itu adalah mata pelajaran yang hanya berkutat pada angka-angka
saja, dan (2) masyarakat beranggapan bahwa mata pelajaran matematika tidak
3
ada manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari (Sundayana, 2014: 2). Dominasi
metode ceramah dalam pembelajaran matematika cenderung berorientasi
pada materi yang tercantum dalam kurikulum dan buku teks, serta jarang
mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap guru menjelaskan materi, siswa
cenderung diam serta mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru, siswa
tidak bisa berargumentasi jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait
dengan materi yang ada di buku.
Pelajaran akan bermakna bila dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dapat mengaitkan
konten kurikulum yang dipelajari siswa dengan konteks kehidupan nyata,
dengan demikian pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kontekstual.
Hamdayana (2014: 50) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran kontekstual akan lebih maksimal, jika dibantu dengan
menggunakan media realia. Penggunaan media realia berfungsi menarik
perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Pentingnya penggunaan media
realia, karena anak pada usia SD berada pada fase operasional konkret
(Sundayana, 2014: 4)
4
Berdasarkan hasil observasi bulan Desember 2015 di kelas IV B SDN 8
Metro Utara, diketahui bahwa hasil belajar pengetahuan khususnya
Matematika pada ujian tengah semeter ganjil masih rendah, yaitu rata-rata
nilai yang diperoleh siswa 50,6. Siswa yang ada di kelas IV B 20 orang,
hanya ada 4 orang siswa atau 20% yang mencapai KKM yaitu 70, sedangkan
yang belum mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau sekitar 80%, dan untuk
siswa yang belum tuntas diperlukan remedial, pemahaman siswa terhadap
matematika kurang optimal.
Hasil observasi di SDN 8 Metro Utara menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran matematika di kelas proses belajar-mengajar masih didominasi
oleh guru, dimana guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan guru jarang
menggunakan bantuan media dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Guru juga lebih menekankan pada siswa untuk menghapal konsep-konsep,
terutama rumus-rumus praktis, yang nantinya bisa digunakan oleh siswa
dalam menjawab soal ulangan harian, ulangan tengah semester atau pun
ulangan semester tanpa melihat secara nyata manfaat materi yang diajarkan
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan semakin beranggapan belajar
matematika itu tidak ada artinya bagi kehidupan mereka, abstrak dan sulit
dipahami.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menerapkan pembelajaran
kontekstual dalam pembelajaran matematika dengan melaksanakan penelitian
berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual dengan Menggunakan Media
Realia Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 8 Metro
Utara”.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, sehubungan dengan
hasil belajar matematika siswa yang rendah dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut.
1. Guru dalam proses pembelajaran cenderung mendominasi dengan metode
ceramah atau konvensional.
2. Guru jarang menggunakan bantuan media dalam menyampaikan materi
pembelajaran.
3. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.
4. Guru lebih menekankan siswa untuk menghapal konsep-konsep, dan
jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan seperti yang telah diungkapkan pada
identifikasi masalah di atas serta terbatasnya dana, waktu, alat, dan
kemampuan maka pengkajian pada penelitian ini hanya terbatas pada hasil
belajar matematika ranah kognitif, sebagai akibat dari pendekatan
pembelajaran dan bantuan media yang digunakan dalam pembelajaran
matematika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah,
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Apakah terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual
6
dengan menggunakan media realia terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas IV SDN 8 Metro Utara?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual dengan
menggunakan media realia terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV
SDN 8 Metro Utara.”
F. Manfaat Penelitian
Sedangkan kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk dapat memahami
pelajaran matematika menjadi lebih baik dan lebih termotivasi lagi untuk
menyukai matematika.
2. Bagi guru, dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat
dijadikan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh siswa dan sebagai salah satu alternatif dalam proses
pembelajaran.
3. Bagi institusi pendidikan (sekolah), dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
4. Bagi peneliti, dapat mengetahui hasil belajar matematika siswa yang
pembelajarannya dilakukan dengan pendekatan kontekstual berbantuan
media realia.
7
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
2. Objek penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran kontekstual dengan
menggunakan media realia dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 8 Metro
Utara.
3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 8 Metro Utara.
4. Penelitian ini dilakukan di SDN 8 Metro Utara semester genap tahun
pelajaran 2015/2016.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan dan siswa
dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan instruksional
(Sagala, 2013: 68). Sedangkan menurut Garnida (2008: 14) Pendekatan
pembelajaran adalah suatu strategi (siasat) dalam mengajar yang
digunakan untuk memaksimalkan hasil pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran merupakan strategi yang digunakan dalam upaya
menciptakan berlangsungnya proses pembelajaran dalam situasi, kondisi
dan lingkungan belajar yang kondusif dengan menitikberatkan pada salah
satu sasaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah suatu strategi (siasat) dalam mengajar yang ditempuh
guru untuk memaksimalkan hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran akan
maksimal jika dalam proses pembelajaran berlangsung dalam situasi,
kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif dengan menitikberatkan
pada salah satu sasaran yang ingin dicapai.
9
2. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran di sekolah akan lebih mudah diterima siswa bila
dikaitkan dengan situasi dunia nyatanya, pembelajaran yang sesuai dengan
hal tersebut adalah pembelajaran kontekstual. Menurut Hamdayana (2014:
56) pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran di mana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam pembelajarannya dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, serta lebih
menekankan pada belajar bermakna. Pernyataan selaras juga diungkapkan
oleh Rusman (2014: 190) pembelajaran kontekstual adalah proses
pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu konteks
kehidupan pribadi, sosial dan budaya.
Komalasari (2010: 7) pendekatan pembelajaran kontekstual adalah
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Sanjaya (2007:
253) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada prospek keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
10
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, yang dimaksud dengan
pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan kehidupan sehari-hari
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Konsep seperti itu, akan membuat
proses pembelajaran berlangsung secara bermakna. Proses pembelajaran
akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan
mengalami, bukan pengetahuan dari guru ke siswa.
1) Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual tetap memperhatikan tujuh komponen
pokok pembelajaran yang efektif, yaitu konstruktivisme
(constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
penilaian autentik (authentic assessment) dan refleksi (reflection)
Depdiknas (dalam Trianto 2009: 111) Berikut ini dijelaskan masing-
masing komponen pokok pembelajaran kontekstual, seperti
diungkapkan di atas.
a. Kontruktivisme (Constructivism)
Adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikontruksi oleh
dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh
dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan
dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.
Pembelajaran kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa
bisa mengkontruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan
11
dan pengalaman nyata yang di bangun oleh individu si
pembelajar
b. Menemukan (Inquiri)
Artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Secara
umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah
yaitu, (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesa, (3)
mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis, dan (5) membuat
kesimpulan. Penerapan asas inkuiri pada pembelajaran
kontekstual dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang
ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk
menemukan masalah sampai merumuskan kesimpulan. Asas
menemukan dan berfikir sistematis akan dapat menumbuhkan
sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar pembentukan kreativitas.
c. Bertanya (Questioning)
Adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.
Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat
berkembang. Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa
dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya
sendiri. Dengan demikian pengembangan keterampilan guru
dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting karena
pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif yaitu
berguna untuk: (a) menggali informasi tentang kemampuan
siswa dalam penguasaan pembelajaran, (b) membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar, (c) merangsang keingintahuan
siswa terhadap sesuatu, (d) memfokuskan siswa pada sesuatu
yang diinginkan, dan (e) membimbing siswa untuk menemukan
atau menyimpulkan sesuatu.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Didasarkan pada pendapat Vy Gotsky (dalam Sugiyanto,2007:
4), bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk
oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak
mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan
orang lain. Dalam pembelajaran kontekstual hasil belajar dapat
diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar
kelompok dan bukan hanya guru. Dengan demikian asa
masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok
dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang
sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.
e. Pemodelan (Modeling)
Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu
contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Dengan demikian modeling
merupakan asas penting dalam pembelajaran kontekstual karena
melalui pembelajaran kontekstual siswa dapat terhindar dari
verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoretis- abstrak.
12
f. Refleksi (Reflection)
Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian
atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya untuk
mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bernilai
positif atau negatif. Melalui refleksi siswa akan dapat
memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya serta
menambah khasanah pengetahuannya.
g. Penilaian nyata (Authentic Assessment)
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-
benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui
apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif
terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental, maupun
psikomotorik.
Menurut Johnson (dalam Rusman 2014: 192) komponen
pembelajaran kontekstual meliputi: (1) menjalin hubungan-hubungan
yang bermakna (making meaningful connection), (2) mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work), (3)
melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self regulated learning),
(4) mengadakan kolaborasi (collaborating), (5) berpikir kritis dan
kreatif (critical and creative thingking), (6) memberikan layanan
secara individual (nurturing the individual), (7) mengupayakan
pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards), dan (8)
menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment).
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran
memiliki komponen yang komprehensif. Komponen-komponen
tersebut mencakup proses konstruktivis, melakukan proses berpikir
secara sistematis melalui inkuiri, kegiatan bertanya antara siswa
dengan guru maupun sesama siswa, membentuk kerjasama antarsiswa
13
melalui diskusi, adanya peran model untuk membantu proses
pembelajaran, melibatkan siswa dalam melakukan refleksi
pembelajaran, serta melakukan penilaian sebenarnya.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran
kontekstual. Menurut Sugiyanto (2007: 7) langkah–langkah
pembelajaran kontekstual yaitu:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua
topik.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi di akhir penemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pendapat selaras dikemukakan oleh Mulyasa (2013: 111), bahwa
terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pendekatan kontekstual, yakni:
a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh peserta didik.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-
bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara
1) Menyusun konsep sementara
2) Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan
tanggapan dari orang lain
3) Merevisi dan mengembangkan konsep.
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara
langsung apa-apa yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan
pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
14
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menggunakan langkah-
langkah yang ditulis oleh Sugiyanto. Langkah-langkah tersebut diawali
dengan (1) pengonstruksian pengetahuan yang dimiliki siswa dengan
materi yang akan dipelajari, dan dikaitkan dengan konteks dunia nyata,
(2) melakukan proses inkuiri, (3) mengembangkan pengetahuan awal
siswa dengan bertanya, (4) menciptakan masyarakat belajar, (5) adanya
model sebagai alat bantu penyampaian materi, (6) hasil dari proses ini
dipresentasikan melalui diskusi kelas kemudian diakhiri dengan
refleksi, dan (7) melakukan penilaian yang sebenarnya.
3) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
Suatu pendekatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan untuk
pembelajaran kontekstual sendiri juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Menurut Sumantri (2015: 106) kelebihan pendekatan
kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus
sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga siswa terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar. Berkaitan secara riil dengan
dunia nyata.
b. Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan
data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru
dapat lebih kreatif.
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak
ditentukan oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.
15
Selanjutnya, kelemahan pendekatan kontekstual menurut
Komalasari (2010: 15), yaitu (a) jika guru tidak pandai mengaitkan
materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, maka pembelajaran
akan menjadi monoton, dan (b) jika guru tidak membimbing dan
memberikan perhatian yang ekstra, siswa sulit untuk melakukan
kegiatan inkuiri, dan membangun pengetahuannya sendiri.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional biasa dilakukan guru dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Menurut Yamin (2013: 59) pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang mengutamakan hasil yang
terukur dan guru berperan aktif dalam pembelajaran, siswa didorong untuk
menghafal materi yang disampaikan oleh guru dan materi pelajaran lebih
didominasi tentang konsep, fakta dan prinsip. Konsep yang diterima siswa
hampir semuanya berasal dari apa kata guru.
Komalasari (2010: 242) pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran yang didominasi pandangan bahwa pengetahuan adalah
perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan (teacher centered), dan ceramah
menjadi pilihan utama strategi pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan
pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah suatu konsep
belajar yang digunakan guru dalam membahas suatu pokok bahasan yang
telah biasa digunakan dalam pembelajaran, serta lebih diarahkan pada
16
aliran informasi atau transfer pengetahuan dari guru ke siswa berupa
konsep, fakta yang harus dihafal. Adapun metode yang digunakan saat
pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan
penugasan.
1) Metode Ceramah
Metode ceramah sepertinya sudah tidak asing digunakan dalam
pembelajaran. Setiap kali melaksanakan proses pembelajaran, tentunya
metode ini menjadi andalan utama bagi guru dalam menyampaikan
materi kepada siswa. Sanjaya (2013: 147) metode ceramah dapat
diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Masitoh
(2009: 157) metode ceramah adalah penyajian materi oleh guru dengan
cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa.
Pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran memiliki
kelebihan dan kelemahan. Sanjaya (2013: 148) kelebihan metode
ceramah diantaranya:
a. Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk
dilakukan.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan.
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol kelas.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat menjadi
lebih sederhana
Selanjutnya, Masitoh (2009: 159) kelemahan yang dimiliki dari
metode ceramah diantaranya adalah:
17
a. Siswa dapat menjadi jenuh terutama kalau guru tidak pandai
menjelaskan.
b. Dapat menimbulkan verbalisme pada siswa.
c. Materi ceramah terbatas pada yang diingat guru.
d. Bagi siswa yang keterampilan mendengarnya kurang akan
dirugikan
e. Siswa dijejali dengan konsep yang belum tentu dapat diingat
terus.
f. Informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan
zaman.
g. Tidak merangsang berkembangnya kreatifitas siswa.
h. Terjadi interaksi satu arah yaitu dari guru kepada siswa.
Berdasarkan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa metode
ceramah ialah metode yang sering digunakan oleh setiap guru dalam
menjelaskan materi kepada siswa secara lisan. Banyak kelemahan
daripada kelebihan metode ceramah, namun demikian tidak lantas kita
tidak mau menggunakan metode ini dalam pembelajaran. Perlu mencari
cara bagaimana mengatasi kelemahan yang terdapat dalam metode
ceramah.
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab sering digunakan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, seperti halnya metode ceramah.
Umumnya pada tiap kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya jawab.
Namun, tidak pada setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut
menggunakan metode tanya jawab.
Yamin (2013: 154) metode tanya jawab dapat dinilai sebagai
metode yang tepat apabila pelaksanaannya ditujukan untuk hal-hal
berikut: (a) meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar
siswa memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan, yang
18
telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajarannya, (b)
menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau
dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan mereka, dan (c)
mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.
Masitoh (2009: 161) metode tanya jawab adalah cara penyampaian
suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau
dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui
jawaban lisan guru atau siswa. Pertanyaan dalam metode tanya jawab
dapat digunakan untuk merangsang keaktifan dan kreativitas berpikir
siswa.
Metode tanya jawab memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut
Masitoh (2009: 160) metode tanya jawab memiliki kelebihan sebagai
berikut:
a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap permasalahan yang
sedang dibicarakan sehingga timbul partisipasi aktif dan aktifitas
mental yang tinggi pada siswa.
b. Menimbulkan pola fikir reflektif, sistematis, kreatif dan kritis.
c. Mewujudkan cara belajar siswa aktif
d. Melatih dan memberanikan siswa untuk belajar
mengekspresikan kemampuan lisan.
e. Memberi kesempatan siswa menggunakan pengetahuan yang
telah dimilikinya.
Selain memiliki kelebihan metode tanya jawab memiliki
kelemahan. Menurut Yamin (2013: 155) kelemahan metode tanya
jawab adalah bahwa metode ini bisa menimbulkan penyimpangan dari
pokok persoalan. Lebih-lebih jika kelompok siswa memenuhi jawaban
atau mengajukan pertanyaan yang dapat menimbulkan masalah baru
dan menyimpang dari pokok persoalan.
19
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metode
tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai
tujuan. Umumnya pada tiap kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya
jawab. Pertanyaan-pertanyaan dalam metode tanya jawab bisa muncul
dari guru, bisa juga dari siswa, demikian pula halnya jawaban yang
dapat muncul dari guru maupun siswa.
3) Metode penugasan
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format
interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu tugas atau
lebih tugas yang diberikan oleh guru. Penyelesaian tugas-tugas tersebut
dapat dilakukan secara perseorangan atau secara kelompok sesuai
dengan perintahnya (Dimyati 2006: 106).
Sedangkan Supriatna (2007: 200) mengemukakan bahwa metode
penugasan (pemberian tugas) adalah suatu penyajian bahan
pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil dari
tugas yang dikerjakannya. Tujuan dari penggunaan metode penugasan
adalah untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara
individual maupun kelompok.
Metode penugasan memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut
Dimyati (2006: 107) metode penugasan memiliki kelebihan sebagai
berikut:
20
a. Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)
b. Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru
maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di
luar sekolah
c. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa.
d. Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan
tentang apa yang dipelajarai.
e. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri
informasi dan komunikasi.
f. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan
dapat diingat lebih lama.
g. Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan
dengan bervarias.
h. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa
i. Mengembangkan kreativitas siswa.
Selanjutnya, Supriatna (2007: 201) kelemahan yang dimiliki dari
metode penugasan diantaranya adalah:
a. Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan
orang lain.
b. Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
siswa.
c. Tugas yang monoton dapat membosankan siswa.
d. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beba dan keluhan
siswa.
e. Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang
rajin dan pintar.
f. Kurang adanya balikan bagi guru.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dengan
cara guru memberikan tugas tertentu agar diselesaikan siswa sebagai
salah satu bentuk kegiatan belajarnya, baik secara individu atau
kelompok. Tujuan dari penggunaan metode penugasan adalah untuk
merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun
kelompok.
21
4. Media Pembelajaran
1) Pengertian Media Pembelajaran
Umumnya dalam proses belajar mengajar guru sering
menggunakan media pembelajaan dengan tujuan supaya informasi atau
materi yang disampaikan akan lebih mudah diterima atau dipahami oleh
siswa. Heinich (dalam Hermawan 2007: 3) media merupakan alat
saluran komunikasi. Sedangkan menurut Asyhar (2012: 3) media
pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat
menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara
terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar mengajar secara efisien
dan efektif. Sejalan dengan Sundayana (2014: 6) media pembelajaran
adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk pesan
pembelajaran.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka peneliti menyimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah suatu media perantara dalam
menyampaikan/menyalurkan pesan atau informasi dari sumber yang
terencana. Proses belajar mengajar di kelas dapat terbantu bila
menggunakan media pembelajaran dalam memahami materi yang
disampaikan sehingga terjadi lingkungan belajar mengajar secara
efisien dan efektif yang dapat menciptakan kondisi kelas yang lebih
baik dan kondusif.
22
2) Manfaat Media Pembelajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membuat para
siswa lebih tertarik, merasa senang, dan termotivasi untuk belajar, serta
menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang akan dipelajari.
Media pembelajaran sangat bermanfaat dan diperlukan saat digunakan
dalam proses pembelajaran.
Hermawan (2007: 12) menyebutkan manfaat dari media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan
lingkungannya.
b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi
belajar pada masing-masing siswa.
c. Membangkitkan motivasi siswa.
d. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan menurut kebutuhan.
e. Menyajikan pesan atau informsi belajar secara serempak bagi
seluruh siswa.
f. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
g. Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.
3) Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam penggunaanya dibagi menjadi beberapa
jenis. Asyhar (2012: 44) membagi media pembelajaran menjadi 4 jenis,
yaitu:
a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya
mengandalkan indera penglihatan semata mata dari siswa.
Misalnya: media visual non proyeksi (benda realita, model,
protetif dan grafis) dan media proyeksi (power point dan auto
card).
b. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan hanya melibatkanindera penglihatan
siswa. Misalnya: radio, pita, kaset, suara, dan piringan hitam.
c. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan
23
pengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.
Misalnya: video kaset dan film bingkai.
d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media
dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau
kegiatan pembelajaran. Misalnya: tv dan power point.
Sedangkan menurut Sanaky (2011: 50) beberapa jenis media yang
sering digunakan yaitu:
a. Media Cetak
Media cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakan
dalam proses belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang
sangat bervariasi, mulai dari buku, brosur, leafet, studi guide,
jurnal dan majalah ilmiah.
b. Media Pameran
Jenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi
Informasi yang dapat dipamerkan dalam media ini, berupa
benda-benda sesungguhnya (realia) atau benda reproduksi atau
tiruan dari benda-benda asli. Media yang dapat diklasifikasikan
kedalam jenis media pameran yaitu poster, grafis, realia dan
model.
1) Realia yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang
kuliah untuk keperluan proses pembelajaran. Pengajar dapat
menggunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk dan
mekanisme kerja suatu system misalnya peralatan
laboratorium.
2) Model yaitu benda tiruan yang digunakan untuk
mempersentasikan realitas. model mesin atau benda tertentu
dapat digunakan untuk menggantikan mesin riil.
c. Media Diproyeksikan
Media yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yang
bervariasi, yaitu overbead transparasi, slide suara dan film strip.
d. Rekam Audio
Rekaman Audio adalah jenis medium yang sangat tepat untuk
digunakan dalam pembelajaran bahasa asing, Al-qur’an, dan
latihan-latihan yang bersifat verbal.
e. Video dan VCD
Video dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk
mempelajari obyek dan mekanisme kerja dalam mata kuliah
tertentu. Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara
dapat ditayangkan melalui media verbal atau VCD.
f. Komputer
Sebagai media pembelajaran, kompurter memiliki kemampuan
yang sangat luar biasa dan komputer mampu membuat proses
belajar mengajar menjadi interaktif.
24
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menggunakan jenis media
menurut Sanaky, dan mengacu pada media pameran jenis realia. Realia
yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang kuliah untuk
keperluan proses pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan realia
untuk menjelaskan konsep bentuk dan mekanisme kerja suatu system
misalnya peralatan laboratorium.
5. Media Realia
1) Pengertian Media Realia
Benda nyata (real thing) merupakan alat bantu yang paling mudah
penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain
langsung menggunakannya. Menurut Sanaky (2011: 50) media realia
yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang kuliah atau keperluan
proses pembelajaran. Sanjaya (2012: 14) menyatakan bahwa media
realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar atau
biasa disebut benda yang sebenarnya. Benda nyata sebagai media
adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang
sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
Realia merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman
langsung kepada pengguna. Media realia banyak digunakan dalam
proses belajar mengajar sebagai alat bantu memperkenalkan subjek
baru. Realia mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang
sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata-kata
atau hanya visual.
25
2) Bentuk Media Realia
Media yang digunakan dalam pembelajaran memiliki bentuk yang
berbeda-beda termasuk media realia. Menurut Sanaky (2011: 50)
Bentuk realia sama dengan benda sebenarnya yang tidak mengalami
perubahan sama sekali dan dapat digunakan untuk keperluan
pembelajaran. Ibrahim (2003: 118) media realia bersifat langsung dalam
bentuk objek nyata atau sebenarnya. Objek yang sesungguhnya, akan
memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam
mempelajari berbagai hal.
Pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
bentuk media realia itu sama dengan aslinya atau sebenarnya. Kesulitan
kadang timbul dalam menghadirkan realia secara utuh yang disebabkan
oleh ukuran yang terlalu besar atau sulit ditemukan di lingkungan
sekitar sehingga beberapa modifikasi seringkali harus dilakukan
3) Kelebihan dan Kelemahan Media Realia
Penggunaan media realia dalam pembelajaran tentunya memiliki
kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan ketika seorang guru
memutuskan untuk menggunakan media realia dalam proses
pembelajaran. Ibrahim (2003: 119) mengidentifikasi bahwa ada
beberapa kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan obyek nyata
ini:
26
a. Kelebihan
1) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada
siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan
tugas-tugas dalam situasi nyata.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami
sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan
mereka menggunakan sebanyak mungkin alat indera.
b. Kelemahan
1) Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah
kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan
dan sejenisnya.
2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek
nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan
kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya. Tidak
selalu dapat memberikan semua gambaran dari obyek yang
sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar
bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung
pula dengan media lain.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan peneliti
menyimpulkan bahwa media realia dapat membantu siswa untuk lebih
memahami materi dalam suatu pembelajaran. Media realia juga
memiliki keunggulan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya, namun juga
memiliki- memiliki kelemahan tersendiri yaitu dalam segi biaya yang
diperlukan, karena biaya yang diperlukan terkadang tidak sedikit.
6. Hasil Belajar
1) Pengertian belajar
Belajar dianggap sebagai proses perubahan prilaku sebagai akibat
dari pengalaman dan latihan. Sumantri (2015: 2) belajar adalah suatu
perubahan perilaku yang relatif permanen dan dihasilkan dari
pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau
direncanakan. Menurut Rusman (2014: 1) belajar adalah proses
27
interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses
melalui berbagai pengalaman.
Menurut Susanto (2014: 4) mengemukakan bahwa belajar
merupakan suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dalam keadaan
sadar untuk memproleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan
baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku
yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalma bertindak.
Dimyati (2006: 156) Belajar adalah proses melibatkan manusia secara
orang perorang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi
perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Berdasarkan pengertian belajar di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang
terjadi dalam diri seseorang melalui kegiatan yang kompleks. Kegiatan
tersebut melibatkan seseorang secara individu sehingga terjadinya
perubahan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2) Hasil Belajar
Setiap keberhasilan belajar dapat diukur dari seberapa jauh hasil
belajar yang diperoleh siswa. Menurut Susanto (2014: 5) berpendapat
bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Serangkaian
tes yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang ingin
28
diketahui. Hamalik (2012: 27) hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar bukan suatu
tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Menurut Keller (dalam Abdurrahman 2012: 27) hasil belajar adalah
prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah
perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Sudjana
(2012: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, hasil belajar adalah
hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan suatu usaha
untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi kondisi
dan situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang
pendidikan.
7. Matematika
1) Pengertian Matematika
Pendidikan matematika penting diberikan kepada siswa disetiap
jenjang pendidikan. Melalui pembelajaran matematika diharapkan
siswa mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan
masalah sehari-hari. Suwangsih (2006: 3) matematika berasal dari
bahasa Latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani
“Mathematike” yang berarti mempelajari.
Suriasumantri (dalam Adjie 2006: 34) berpendapat bahwa
matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan
29
statistika. Hudoyo (dalam Aisyah 2007: 11) menyatakan bahwa
matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan
yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak. Menurut Paling (dalam Abdurrahman 2012: 203)
matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat hubungan
hubungan.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang matematika yang telah
dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan
penalaran logika yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan
kuantitatif sehingga memudahkan siswa untuk berpikir yang logis.
Matematika digunakan untuk menemukan jawaban terhadap masalah
yang dihadapi manusia.
2) Pembelajaran Matematika
Setiap proses pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik
yang belajar dengan pendidik yang membantu proses belajar tersebut.
Dimyati (2006: 157) Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan
oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar
memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
30
Husamah (2013: 34) mengemukakan bahwa pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran
merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar.
Kondisi pembelajaran yang ditata dengan baik, strategi yang
direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil belajar. Setiap
proses pembelajaran menunjukan apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subyek yang menerima pelajaran.
Susanto (2014: 187) menyatakan bahwa pembelajaran matematika
adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Muhsetyo (2008:
1.26) pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman
belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika
yang dipelajari.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika merupakan proses yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri.
Pembelajaran matematika diperoleh melalui serangkaian kegiatan
proses yang terencana.
31
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan
substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah
ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Theresia Dita (2013) dalam
skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual pada
Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2
Rasau Jaya Pontianak” membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa
yang mengikuti pembelajaran kontekstual lebih baik daripada hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Sedangkan Aris Saputra (2010) dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Pendekatan Kontekstual pada Materi Lingkaran
Terhadap Pemahaman Matematik Peserta Didik Kelas V SDN 2 Sukaratu
Tahun Pelajaran 2010/2011”, membuktikan bahwa bahwa pemahaman
konsep matematika siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual lebih
baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu dalam penelitian menerapkan
pendekatan kontekstual pada siswa sekolah dasar. Namun kedua penelitian
memiliki perbedaan dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitiannya
dilakukan di kelas V sekolah dasar, sedangkan peneliti melakukan di kelas IV
sekolah dasar.
32
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya
hubungan antar variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Uma Sekaran
(dalam Sugiyono 2014: 60) mengemukakan bahwa kerangka pikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Seperti yang telah diungkapkan dalam kajian pustaka, peneliti
mempunyai keyakinan bahwa variabel bebas berkaitan dengan variabel
terikat. Sebab Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dapat
mengaitkan konten kurikulum yang dipelajari siswa dengan konteks
kehidupan sehari-hari siswa dan dibantu dengan menggunakan media realia
maka pembelajaran matematika yang dipelajari akan menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas, memungkinkan bahwa pendekatan
kontekstual dengan menggunakan media realia berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa. Hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian
ini dapat dilihat pada diagram kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar. 2.1 Kerangka Konsep Variabel
Keterangan:
X = Pendekatan Kontekstual dengan Menggunakan Media Realia
Y = Hasil Belajar Matematika Siswa
= Pengaruh
X Y
33
Berdasarkan gambar 2.1 alur kerangka pikir dapat dideskripsikan bahwa
pendekatan kontekstual dengan menggunakan media realia yang dilakukan
saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah
menguasai dan menghayati materi pelajaran dan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian eksperimen ini
adalah
Ha : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan pembelajaran
kontekstual dengan media realia terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas IV SDN 8 Metro Utara.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, dengan
data kuantitatif. Penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang
paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat
menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan sebab akibat. Menurut
Arikunto (2008: 96) metode eksperimen merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu yang
dikenakan pada subjek yang diselidiki, dengan kata lain penelitian
eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab-akibat. Caranya
adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak
menerima perlakuan.
Sugiyono (2013: 116) penelitian ini menggunakan desain non-equivalent
control group design. Desain ini dibedakan dengan adanya pretest sebelum
perlakuan diberikan. Karena adanya pretest, maka pada desain penelitian
tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan. Pretest dalam desain
penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan secara statistik
(statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan
35
terhadap capaian skor (gain score). Menurut Sugiyono (2013: 116) bahwa
non-equivalent control group design digambarkan sebagai berikut:
E O1 X O2
K O3 O4
Gambar 3.1 Desain Eksperimen
Keterangan:
E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)
O2 = nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)
O3 = nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
X = perlakuan pendekatan kontekstual dengan menggunakan media realia
Desain ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapat perlakuan berupa
penerapan pembelajaran kontekstual dengan media realia sedangkan
kelompok kontrol adalah kelompok pengendali yaitu kelas yang tidak
mendapat perlakuan. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Sugiyono (2014: 38) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Penelitian ini ada dua macam variabel penelitian
yaitu variabel independen dan variabel dependen.
36
Variabel independen disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan
antecedent. Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut
juga sebagai variabel bebas. Sugiyono (2014: 39) menyatakan bahwa
variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan timbulnya variabel terikat, yang menjadi variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran kontekstual dengan
media realia.
Variabel dependen disebut juga sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut juga
sebagai variabel terikat. Sugiyono (2014: 39) menyatakan bahwa variabel
terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
yaitu hasil belajar matematika siswa.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk menggambarkan secara
operasional variabel penelitian, dibawah ini diberikan definisi operasional
masing-masing variabel. Variabel dalam penelitan ini yaitu pembelajaran
kontekstual dengan menggunakan media realia dan hasil belajar.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
37
anggota keluarga dan masyarakat. Konsep seperti itu, akan membuat
proses pembelajaran berlangsung secara bermakna. Media realia yaitu
benda nyata yang dapat dihadirkan dalam kelas untuk keperluan proses
pembelajaran.
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta
didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya.
C. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SDN 8 Metro Utara, Jl WR
Supratman, Karangrejo, Metro Utara, Kota Metro. Sekolah tersebut telah
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah diawali dengan observasi pada bulan November
2015. Pembuatan instrumen dilaksanakan pada bulan Desember 2015 dan
uji instrumen dilaksanakan tanggal 3 Februari 2016 di SD Negeri 7 Metro
Utara. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari
2016 semester genap.
38
D. Populasi dan Sampel
Sugiyono (2014 :80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN 8 Metro Utara yang terdiri dari kelas IVA dengan
jumlah 20 siswa dan kelas IVB berjumlah 20 siswa.
Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2014: 81) memberikan pengertian
bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Jadi, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2013: 122). Jenis sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2013: 124)
sampel jenuh teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai hasil.
Pelaksanaan penelitian ini, kelas IVB dijadikan sebagai kelompok
eksperimen dengan menerapkan pendekatan kontekstual dengan
menggunakan media realia. Sedangkan kelas IVA dijadikan kelas kontrol
dengan pendekatan konvensional pada pelajaran Matematika.
39
E. Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2008: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya. Instrumen penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang
lengkap, valid, dan reliabel.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melaui tes. Tes yang digunakan yaitu untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran. Untuk menjamin bahwa instrumen tes yang
akan digunakan baik. Maka, tes yang akan digunakan mengikuti langkah-
langkah penyusunan soal, yaitu: penyusunan kisi-kisi, uji coba instrumen , uji
validitas dan uji realibilitas.
1. Kisi-kisi Soal
Kisi-kisi soal tes yang akan digunakan disusun berdasarkan
pembelajaran yang telah ditentukan. Kisi-kisi instrumen tes ini digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum perlakuan diberikan untuk
mengetahui keadaan awal siswa dan kisi-kisi instrumen tes untuk
mengukur hasil belajar siswa setelah perlakuan diberikan. Bentuk soal
yang diberikan yaitu soal pilihan jamak dengan jumlah soal 25 butir.
2. Uji Coba Instrumen
Instrumen tes ini sebelum diberikan kepada subjek penelitian terlebih
dahulu diuji cobakan pada subjek diluar subjek penelitian untuk
40
memperoleh instrumen yang valid. Untuk menjamin bahwa instrumen
yang digunakan baik, maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Tes
uji ini dilakukan pada kelas IV SDN 7 Metro Utara. Tes ini dilakukan di
sekolah tersebut karena masih dalam cakupan satu wilayah kecamatan
Metro Utara yang memiliki kualitas yang hampir sama.
3. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Menurut Sudjana, (2012: 12) validitas berkenaan dengan ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa
yang seharusnya dinilai.
Tingkat validitas soal diukur dengan menggunakan rumus korelasi
point biserial sebagai berikut (Kasmadi, 2014: 157).
rpbi =
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi point biserial
Mp = mean skor dari subjek-subjek yang menjawab benar item yang dicari
korelasi
Mt = mean skor total
St = simpangan baku
p = proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut
q = 1-P
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen tes ini, peneliti
menggunakan pengolahan data MS Excel 2010. Kriteria pengujian apabila
rhitung > rtabel dengan α= 0,05, maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan
sebaliknya apabila rhitung < rtabel, maka alat ukur tersebut tidak valid.
41
4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan terjemahan dari reliability yang berasal dari
kata rely dan ability. Reliabilitas diartikan sebagai keterpercayaan,
keterandalan atau konsistensi. Menurut Sudjana, (2012: 16) Reliabilitas
alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai
apa yang dinilainya, artinya, kapan pun penilaian tersebut digunakan
akan memberikan hasil yang relatif sama. Rumus digunakan untuk
mengitung reliabilitas adalah sebagai berikut
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya/jumlah item
S = standar deviasi dari tes
(Adopsi dari Kasmadi 2014: 166)
Perhitungan reliabilitas tes pada penelitian ini dibantu dengan
program microsoft office excel 2010. Kemudian dari hasil perhitungan
tersebut akan diperolah kriteria penafsiran untuk indeks reliabilitasnya.
Indeks reliabilitas dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Reliabilitas
No Koefisien Reliabilitas Tingka Reliabilitas
1 0,80-1,000 Sangat Kuat
2 0,60-0,799 Kuat
3 0,40-0,599 Sedang
4 0,20-0,399 Rendah
5 0,00-0,199 Sangat Rendah
Adopsi Arikunto (2006: 276)
42
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
pengolahan data statistika SPSS dan manual. Sebelum melakukan uji
hipotesis maka terlebih dahulu melakukan uji prasyarat.
1. Uji Prasyarat
1) Uji normalitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak, data dinyatakan normal jika nilai
signifikansi lebih dari 0,05. Adapun rumusan hipotesis yang akan
diuji normalitasnya adalah sebagai berikut
Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Chi
Kuadrat sebagai berikut (Sugiyono, 2014: 107):
x2hit =
Keterangan :
x2hit = Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas interval
2) Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa
varian populasi data adalah sama atau tidak, jika nilai signifikasi
lebih dari 0,05 maka varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
sama. Oleh karena itu sebelum analisis varian digunakan untuk
pengujian hipotesis, maka dilakukan pengujian homogenitas varian
terlebih dahulu dengan uji F dengan rumus sebagai berikut :
43
Adopsi dari Sugiyono (2014: 197)
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan rumus uji t (t-test).
Adapun rumus uji t (t-test) sebagai berikut.
( )
Keterangan :
X1 = rata-rata data pada sampel 1
X2 = rata-rata data pada sampel 2
n1 = jumlah anggota sampel 1
n2 = jumlah anggota sampel 2
S1 = simpangan baku sampel 1
S2 = simpangan baku sampel 2
= varians sampel 1
= varians sampel 2
(Adopsi dari Sugiyono, 2014: 197)
Adapun menggunakan analisis SPSS dengan menggunakan langkah
sebagai berikut:
1) Buka program SPSS yang sudah terpasang di komputer, lalu
masukan A dan B pada variabel view
2) Masukan data hasil penelitian pada kolom yang sesuai pada data
view
3) Pilih menu Analyze →Compare Mean →independent sampel t-
test
4) Pindahkan variabel eksperimen dan kontrol ke kolom yang
sesuai pada kotak dialog independent Sampel t-test lalu pilih Ok
44
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan Independent
Sampel t-test dalam Program Statistik SPSS 20.0. Independent Sampel
t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok
data atau sampel yang independen.
Aturan keputusan:
Analisis data dengan SPSS agak sedikit berbeda dengan perhitungan
manual, pada perhitungan dengan SPSS yang dilihat adalah nilai p
(probabilitas) yang ditunjukan oleh nilai sig.= (2-tailed). Dengan aturan
keputusan, jika nilai sig. < 0,05 maka Ha diterima.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian eksperimen yang dilakukan di kelas IV SDN 8 Metro Utara tahun
pelajaran 2015/2016, dengan menerapkan pendekatan kontekstual dengan
menggunakan media realia berpengaruh terhadap hasil belajar matematika
siswa. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Nilai rata-rata posttest kelas kontrol adalah
60,35 sedangkan kelas eksperimen adalah 73,25. Berdasarkan hasil
perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 2,53 > ttabel = 2,02 yang
membuktikan bahwa tingkat kebermaknaannya signifikan dan Ha dinyatakan
diterima.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penggunaan
pendekatan kontekstual dengan menggunakan media realia, maka ada
beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti, antara lain:
60
1. Bagi siswa, siswa harus berani berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari dan
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2. Bagi guru, pendekatan kontekstual dengan menggunakan media realia
dapat digunakan sebagai alternatif dalam memberikan variasi dalam proses
pembelajaran.
3. Bagi sekolah, diharapkan untuk terus mengembangkan pendekatan
kontekstual dengan menggunakan media realia dan untuk diterapkan oleh
guru-guru pada semua mata pelajaran sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
4. Bagi pihak lain atau peneliti lanjutan, peneliti merekomendasikan untuk
dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika dengan materi yang berbeda. Selain itu, pendekatan
kontekstual dapat diterapkan melalui perpaduan dengan pendekatan,
strategi, dan model pembelajaran yang lain, sesuai dengan kebutuhan
siswa.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Adjie, Nahrowi, dan Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI
Press. Bandung.
Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Depdiknas. Jakarta.
Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk SD, SLB, TK. Yrama
Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Jakarta.
. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi (Revisi VD).
Rineka Cipta. Jakarta.
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Referensi Jakarta. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Garnida, Dadang. 2008. Pendekatan Matematika di Sekolah Dasar. Dirjen
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan P4TK TK
bekerjasama dengan Depdikbud dan PLB. Bandung.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamdayana, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Ghalia Indonesia. Bogor.
Hermawan, Asep Herry,dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar.
Depdiknas. Jakarta.
Husamah, dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis
Pencpaian Kompetensi (Panduan Merancang Pembelajaran untuk
Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka Raya. Jakarta.
62
Ibrahim R, dan Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Kasmadi. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Alfabeta. Bandung.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.
Masitoh. 2009. Strategi Pembelajaran. Departemen Agama Republik Indonesia.
Jakarta.
Muhsetyo, Gatot, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS. Gava Media. Yogyakarta.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran. Kaukaba Benteng Aksara Galang
wacana. Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana. Jakarta.
. 2012. Perencanaan Desain dan Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Panitia. Surakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
. 2014. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik Di
Tingkat Pendidikan Dasar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
63
Sundayana, Rostiana. 2014. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika. Alfabeta. Bandung.
Supriatna, Nana. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI Press. Bandung.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Prenadamedia Group. Jakarta.
Suwangsih, Erna, dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI. Bandung.
Tim Penyusun. 2009. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana.
Jakarta.
Yamin, Marthinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Press
Grup. Jakarta.