Stad n Kontekstual

31
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA LKS UNTUK PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Matematika Dosen Pengampu : Drs. Nizaruddin, M.Si Anita Wartanti NPM : 08310388 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

description

stad

Transcript of Stad n Kontekstual

APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA LKS UNTUK PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKADisusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Matematika

Dosen Pengampu : Drs. Nizaruddin, M.Si

Anita Wartanti

NPM : 08310388

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DANILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI SEMARANG

2011

HALAMAN PENGESAHANMakalah seminar matematika dengan judul : Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Dengan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media LKS Untuk Pemahaman Konsep Pada Mata Pelajaran Matematika disusun oleh :

Nama: Anita Wartanti

NPM: 08310388

Mengetahui,Dosen Pengampu

Penulis

Drs. Nizaruddin, M. Si

Anita Wartanti

NIP. 19680325 199403 1 004

NPM 08310388

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan berkat rahmat dan hidayah-Nya dan semata-mata atas kehendak-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Hal ini merupakan karunia dan kenikmatan yang tiada ternilai, karena atas kuasa-Nya penulis dapat memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Banyak tantangan, hambatan dan kesulitan yang setiap saat dihadapi penulis baik dalam persiapan, pelaksanaan, penyusunan maupun penulisan skripsi ini. Berkat bantuan dan bimbingan serta motivasi yang tulus dan berbagai pihak, baik yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung akhirnya penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas luangan waktu dalam memberikan saran, masukan dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Muhdi, S.H., M.Hum. selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.

2. Drs. Nizarrudin, M.Si selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang dan dosen pengampu mata kuliah Seminar Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang dengan peran dan cara masing-masing telah turut berjasa dalam penyelesaian makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga hasil dari penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Semarang,

2011

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Penegasan Istilah

C. Permasalahan

D. Tujuan

E. Manfaat Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Belajar

B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Belajar

C. Pembelajaran KooperatifD. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

E. Pendekatan KontekstualF. Analisis Teoritis

BAB II PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia tumbuh melalui belajar. Menurut Lee J. Croubach, belajar itu tampak oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman ( Dalyono, 2007 : 212). Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. Belajar yang tampak pada perubahan tingkah laku disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, di mana perubahan tingkah laku ini tidak dapat dijelaskan atau respon dari pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.Mata pelajaran matematika di SMP/MTs merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus dikuasai siswa. Hal ini terbukti bahwa mata pelajaran matematika termasuk mata pelajaran dalam Ujian Nasional (UN). Di dalam proses pembelajaran matematika itu sendiri terjadi proses berfikir ( Herman Hudoyo, 1990 : 5 ). Dari kutipan tersebut, mengandung arti bahwa : seseorang itu akan dikatakan berfikir bila orang itu melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika pasti melakukan kegiatan mental. Dalam berfikir orang tersebut menyusun hubungan bagian-bagian materi yang tersimpan dalam fikiran sebagai pengertian-pengertian. Dari pengertian tersebut terbentuk pendapat yang akhirnya ditarik kesimpulan. Kemampuan berfikir seseorang ini pasti juga dipengaruhi oleh kecerdasannya. Dengan demikian terlihat adanya kaitan antara intelegensi dengan proses belajar matematika.Tujuan diberikannya mata pelajaran matematika di SMP/MTs salah satunya agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasionalis, kritis, dan efektif. Hal ini jelas merupakan tuntutan yang tidak ringan dan tidak mungkin dapat dicapai melalui hafalan, latihan soal, dan pembelajaran biasa. Untuk memenuhi tuntutan tersebut mak perlu dikembangkan suatu proses pembelajaran yang relevan.Untuk lebih memahami suatu konsep, sebaiknya guru memilih model dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan konsep dari suatu materi yang akan dicapai. Model dan pendekatan pembelajaran yang dipilih haruslah dapat meningkatkan peran siswa dalam proses pembelajaran dan tidak hanya menampilkan guru sebagai tokoh utama dalam pembelajaran. Selain itu, pembelajaran tidak harus berasal dari guru ke siswa, tetapi siswa juga dapat berperan sebagai guru dari teman-temannya, dengan kata lain siswa saling mengajar dengan siswa yang lain.

Dalam penbelajaran terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat diaplikasikan agar pembelajaran yang hendak dicapai sesuai harapan. Salah satu model pembelajaran ini yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi ( Isjoni, 2010 : 71). Hal ini diharapkan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat bekerja sama dalam tugas-tugas yang diberikan guru, dan maksud kolaborasi yaitu pemilihan anggota kelompok heterogen sehingga adanya saling ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif akan terjadi suatu diskusi baik dalam kelompok besar ataupun dalam kelompok kecil, di mana dalam kelompok ini akan terjadi komunikasi antaranggota kelompok sehingga akan ada interaksi satu sama lain, saling bertukar fikiran, saling membantu satu sama lain dan bekerja secara bersama-sama dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan akan tercapai pula hasil yang optimal dalam belajar.Model pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan alternatif agar pembelajaran tidak monoton adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam model ini, ditekankan adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi. Didukung dengan adanya alat peraga dan LKS, siswa diharapkan dapat mengerti konsep suatu materi yang kan dicapai. Dan dengan menggunakan pendekatan kontekstual, siswa diharapkan lebih menguasai dan memahami konsep materi tersebut.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul : Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Dengan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media LKS Untuk Pemahaman Konsep Pada Mata Pelajaran Matematika.B. PENEGASAN ISTILAH

Penegasan istilah dalam makalah ini bertujuan agar tidak terjadi penafsiran yang salah pada judul dan memberi gambaran yang jelas tentang makna pada judul makalah ini kepada pembaca.

Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan antara lain :

1. Aplikasi

Aplikasi adalah berkenaan dengan penerapan. (KBBI, 1997 :39)

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Dalam pembelajaran ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 siswa, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. (Etin Solihatin, 2007 :4)

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan (tinggi, sedang, rendah), di mana setiap kelompok diberi tugas terstruktur yang dikerjakan oleh setiap siswa dalam kelompok masing-masing dengan cara pembagian tugas. Setelah itu setiap kelompok bergantian, begitu seterusnnya. Setelah selesai, guru memberi kunci jawaban untuk dicocokkan hasilnya, kemudian siswa diberi tugas individual dan dikoreksi oleh teman lain.

3. Pendekatan KontekstualPendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari ( Departemen Pendidikan Nasional, 2002 :1 ).

4. LKSLembar artinya lembaran jawaban yang digunakan para siswa (KBBI, 2000 : 656).

Kerja artinya kegiatan melakukan sesuatu (KBBI, 2000 : 656).

LKS (Lembar Kerja Siswa) adalah alat atau lembaran yang digunakan siswa untuk mengerjakan soal.5. Pemahaman KonsepPemahaman Konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep, khususnya matematika.6. Mata Pelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang merupakan ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional dengan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.C. PERMASALAHAN

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :Apakah pengaplikasian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media LKS dapat lebih Memahami Konsep pada Mata Pelajaran Matematika?D. TUJUANPenelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pengaplikasian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual berbantuan LKS dapat lebih memahami konsep pada mata pelajaran matematika.E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Guru

1) Dapat menambah alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok materi bangun datar segi empat.

2) Mendapat pengalaman langsung dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesi guru.b. Siswa

1) Menumbuhkan kebiasaan bekerja sama dan berkomunikasi dengan teman dalam kelompoknya.

2) Meningkatkan Kreatifan siswa dalam proses pembelajaran.c. Sekolah

Sebagai sumber informasi dalam mengajarkan matematika sehingga berguna dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika.

d. Peneliti

1) Mengembangkan sikap kreatif dan inovatif bagi peningkatan kualitas pembelajaran matematika.

2) Sebagai pengetahuan dan referensi dalam bidang pendidikan yang dapat digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN BELAJAR1. Pengertian Belajar

Menurut Witherington, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian (Dalyono, 2007 : 211). Dari pengertian ini, perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku karena belajar dan menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap dan perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, ada kemungkinan juga mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Akan tetapi perubahan tingkah laku ini yang diharapkan adalah perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan, bukan ke arah yang lebih buruk.Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 9). Perilaku yang dimaksud yakni belajar. Apabila orang itu belajar, maka responnya lebih baik, dan sebaliknya bila orang itu tidak belajar maka responnya menurun. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku itu harus didasari dengan niat bila ingin mendapatkan hasil yang memuaskan. Dengan adanya niat sebelum belajar maka kita sudah tersugesti untuk tekun belajar sehingga pemahaman kita peroleh saat belajar dan hasil belajar juga lebih memuaskan. Selain itu kita juga dapat merasakan bahwa belajar yang kita lakukan bukanlah paksaan.Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu tersebut (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004 : 128). Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. Usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku ini disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, di mana perubahan tingkah laku ini tidak dapat dijelaskan atau respon dari pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.Dari rumusan tentang belajar di atas, belajar adalah perubahan tingkah laku baik itu menyangkut berbagai aspek kepribadian ataupun melalui pengalaman di mana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik dan dapat pula mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan tingkah laku ini yang diharapkan adalah perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.2. Belajar Matematika

Belajar adalah perubahan pada perbuatan sebagai akibat dari latihan (Mc. Gooch). Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam suatu situasi, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang, misalnya: kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya (Dalyono, 2007 : 212).Berdasarkan kutipan belajar di atas, belajar merupakan perubahan tingkah laku seseoarang akibat dari latihan atau perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Seperti halnya belajar matematika, dalam belajar matematika seseorang dikatakan dapat/gemar belajar mata pelajaran meatematika karena seseorang itu mengalami perubahan tingkah lakunya ke arah yang lebih baik dengan cara latihan-latihan soal secara berulang-ulang, dan mencoba-coba pada soal lain secar berulang pula serta berani mencoba-coba menyelesaikan soal lain yang belum pernah di cobanya.Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu (Herman Hodoyo, 1990 : 4). Dari pendapat ini, seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu apabila belajarnya didasari apa yang telah diketahui. Karena untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar sebelumnya akan mempengaruhi proses belajar materi matematika yang akan dipelajari. Dalam belajar matematika perlu mengetahui dan memahami konsep dari suatu materi sehingga dalam penerapannya akan lebih mudah dilakukan dan simbol-simbol dalam matematika juga dapat digunakan bila sudah memahami konsep materi tersebut.Matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan (Erman Suherman : 29. Kutipan ini dapat diartikan bahwa matematika itu sebagai sumber dari ilmu lain. Matematika sebagai suatu ilmu berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, matematika berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Sebagai contoh dari ilmu yang ditemukan dan dikembangkan dari matematika antara lain : dalam ilmu fisika, kimia, biologi, dan ekonomi.Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan terhadap perbuatan sebagai akibat dari latihan. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Jadi belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam mata pelajaran matematika.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Menurut Noehi Nasution dan kawan-kawan (Syaiful Bahri Djamarah, 2008 :176) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan atas 2 kategori, sebagai berikut :

1. Faktor Dalam (Internal)

Faktor dalam yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor dalam ini meliputi hal-hal berikut :a. Faktor Fisiologi

Kondisi fisiologi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Pada umumnya sangat berpengaruh terhadap belajarnya seseorang. Orang yang segar jasmaninya akan berbeda belajar dari orang-orang yang dalam keadaan lelah. Hal ini terlihat pada orang yang sehat jasmaninya pasti semangat dalam belajar dan berfikir juga lancar dibanding dengan orang yang dalam keadaan sakit/lelah pasti kurang semangat dalam belajar dan berfikir juga tidak lancar karena keadaan fisiknya yang kurang sehat/lelah.b. Faktor Psikologi

Faktor psikologis seseorang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologi utama yang tepat mempengaruhi belajar antara lain sebagai berikut :

1) Kecerdasan

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psikofisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan kecerdasan yang ada pada diri seseorang maka dalam mengikuti proses pembelajaran akan lancar dan hasilnya juga memuaskan. Orang yang cerdas memiliki berbagai cara untuk memecahkan permasalahan.2) Bakat

Disamping kecerdasan, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Orang dikatakan mempunyai bakat pada suatu bidang maka dalam proses belajar ia akan mengalami kelancaran dalam belajar dan mudah dalam menyelesaikan permasalahan di bidang tersebut sehingga hasil belajar juga memuaskan.3) Minat

Kalau siswa mempelajari sesuatu dengan penuh minat maka diharapkan hasilnya akan lebih baik. Dengan adanya minat maka dalam belajar akan lebih bersemangat dan ingin selalu terlibat dalam pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh memuaskan.4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Dengan adanya motivasi maka dalam mengikuti proses pembelajaran akan lebih bersemangat dan berusaha aktif dalam pembelajaran itu. Motivasi ini dapat diperoleh dari dalam diri sendiri ataupun dari luar diri sendiri.5) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya. Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga dapat membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang bersifat unik.2. Faktor Luar (eksternal)

Faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi prose belajar. Faktor luar meliputi hal-hal berikut :

a. Lingkungan Sosial1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas.

2) Lingkungan sosial masyarakat, seperti kondisi lingkungan masyarakat, tempat tinggal siswa.

3) Lingkungan sosial keluarga, seperti hubungan antara anggota keluarga.b. Lingkungan Nonsosial1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, dan kondisi alam lainnya.

2) Faktor Instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat pembelajaran, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.

Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke peserta didik). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan perkembangan peserta didik. C. PEMBELAJARAN KOOPERATIFPembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. (Etin Solihatin, 2007 : 4). Dari kutipan di atas, dalam pembelajaran kooperatif dibentuk kelompok-kelompok kecil di mana dalam proses pembelajaran saling bekerja sama dan ketergantungan satu sama lain dengan harapan pencapaian belajar maksimal. Dalam pembelajaran ini akan terjadi suatu komunikasi antaranggota, interaksi satu sama lain dalam kelompok, dan saling ketergantungan di antara anggota kelompok sehingga terjadi proses tukar fikiran dan satu sama lain saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan untuk dikerjakan secara bersama-sama. Dengan ini maka belajar yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu (Made Wena, 2009 :189). Dari pengertian ini berarti dalam model pembelajaran kooperatif siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa. Dalam pembelajaran ini siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan karena untuk mencapai tujuan bersama. Siswa yang kurang pandai ini dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan sebab banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Selain itu, siswa yang cenderung pasif saat pembelajaran akan berpartisipasi aktif agar dapat diterima oleh anggota kelompoknya.Pembelajaran koperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2009 : 14). Pengertian ini mengandung arti bahwa dalam pembelajaran kooperatif mempunyai kelompok kecil yang terdiri dari beberapa jumlah siswa sekitar 4-5 siswa yang memiliki kemampuan berbeda/kemampuan yang heterogen (pandai, kurang pandai, dan sedang). Hal ini diharapkan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai sebab sumber belajar tidak semua dari guru dan ditujukanpula untuk mencapai tujuan yang sama. Siswa yang kurang mampu juga akan merasa senang dalam belajarnya karena banyak teman yang mengajarinya dan memotivasinya untuk semangat belajar dan cenderung aktif dalam pembelajaran.Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (heterogen) yang memungkinkan siswa dapat saling bekerja sama dan saling ketergantungan satu sama lain. Hal ini dikarenakan, dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut lebih aktif sehingga siswa yang kurang pandai dapat belajar kepada siswa yang lebih pandai.

D. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STADPembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal(Isjoni, 2009 : 74).Dari pengertian ini, model tipe ini memungkinkan siswa saling bekerja sama, memotivasi, atau berinteraksi satu sama lain untuk menyelesaiakan tugas yang diberikan oleh guru untuk meningkatkan prestasi yang maksimal. Dalam pembelajaran ini, siswa saling ketergantungan satu sama lain dalam menyelesaikan tugas yang diberikan untuk dikerjakan secara bersama-sama. Siswa yang pandai secara tidak langsung akan mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa yang kurang pandai akan merasa senang dalam belajar karena banyak teman yang membantu/mengajari dan memotivasinya untuk belajar lebih baik. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya (Robert E. Slavin, 2010 : 11). Hal ini berarti dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD anggotanya sekitar 4 siswa dengan siswa yang heterogen (berbeda kemampuan, jenis kelamin, latar belakang etnik) dimungkinkan kelompok-kelompok itu agar sama tingkat kemampuan kelompoknya dan anggotanya saling bekerja sama dalam kelompok, sehingga tidak hanya monoton dengan kelompok yang selalu sama. Dengan hal ini diharapkan setiap kelompok memiliki pemahaman yang sama terhadap materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah kerjasama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok. Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta mengajar temannya (Al Krismanto, 2003 : 16). Dalam pembelajaran ini, setiap anggota kelompok saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dari gurunya. Siswa yang pandai akan mengajari siswa yang kurang pandai sehingga siswa yang kurang pandai tersebut akan termotivasi dan merasa senang dalam belajar. Dalam hal ini, di antara anggota kelompok terjadi interaksi dan saling ketergantungan positif. Adanya kompetisi antar kelompok dengan pengertian setiap kelompok berlomba-lomba untuk menyelesaiakan tugas dari gurunya dengan cepat dan tepat sehingga kelompok yang menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu akan mendapatkan point atau nilai tambahan. Di samping itu, siswa saling membantu untuk menyelesaiakan tugasnya sehingga setiap anggota sama-sama belajar dan mengajari.Berdasarkan kutipan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 4-5 siswa yang dipilih secara heterogen sehingga berbeda-beda kemampuan, jenis kelamin, atau latar belakang etnik. Dalam pembelajaran ini menekankan pada interaksi setiap anggota sehingga satu sama lain dapat bekerja sama dan aktif dalam menyelesaikan tugas, siswa saling membantu dan saling mengajari satu sama lain serta adanya kompetisi antar kelompok.E. PEMBELAJARAN KONTEKSTUALPendekatan kontekstual ( Contextual Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Departemen Pendidikan Nasional, 2002 : 1).Kutipan ini dimaksudkan bahwa dalam pemahaman konsep suatu materi yang akan diajarkan, guru dalam menyampaiakan konsep disertai dengan pengaitan materi yang diajarkan dengan dunia nyata sehingga konsep yang dipelajari tadi dapat dipahami lebih mendalam dan teringat terus bagi siswanya karena dikaitkan dengan dunia nyata yang dapat mereka jumpai di kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini dapat juga mendorong/memotivasi siswa untuk menghubung-hubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ini diharapkan pemahaman mengenai konsep/materi lebih dalam sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat ke dalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas (Al Krismanto, 2003 : 19). Berdasarkan kutipan di atas, melalui pendekatan kontekstual dimungkinkan terjadi proses belajar di mana siswa mampu mengeksplorasikan pemahaman dan kemampuan berfikir dalam berbagai keadaan, baik di dalam ataupun di luar kelas, untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara individu maupun berkelompok. Di dalam pendekatan kontekstual juga dapat menciptakan kebermaknaan pengalaman belajar siswa, hal ini dikarenakan dalam konsep/materi yang akan dipelajari dan dibahas dikaitkan dengan dunia nyata dalam kehidupan yang dialami siswa kemudian diterapkan/diangkat ke dalam konsep/materi yang akan dipelajari sehingga siswa akan lebih memahami konsep/materi tersebut dan selalu teringat akan apa yang telah mereka pelajari.

Pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan (Ety Syarifah, 2009 : 74). Berdasarkan kutipan tersebut, adanya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat membuat siswa menguatkan, memperluas dan menerapakan pengetahuannya serta keterampilannya dalam berbagai kondisi baik dalam lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan dalam dunia nyata atau permasalahan yang disimulasikan pada pembelajaran. Di sini siswa tidak hanya cakap dan terampil dalam memcahkan permasalahan pada pembelajaran di sekolah tetapi siswa juga terampil dalam memecahkan permasalahan di luar sekolah. Sehingga dengan adanya pembelajaran melalui pendekatan kontekstual siswa dapat lebih memahami akan suatu konsep/materi yang dipelajari dan siswa akan selalu teringat maka dalam belajar terjadi kebermaknaan.Berdasarkan kutipan di atas, pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara konsep/materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata yang dialami siswa sehingga dapat memotivasi/mendorong siswa untuk menghubungkan antara konsep/materi dengan kehidupan nyata yang dialami. Dengan pendekatan kontekstual dapat membuat siswa menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan/pemahaman dalam memecahkan permasalahan baik dalam permasalahan dunia nyata atau permasalahan yang disimulasikan ke dalam pembelajaran di sekolah.F. ANALISIS TEORITISBAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan pendekatan kontekstual berbantuan media LKS dapat membantu untuk pemahaman konsep pada mata pelajaran matematika.B. SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disarankan sebagai berikut :

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual berbantuan media LKS dapat digunakan sebagai strategi dalam pembelajaran untuk pemahaman konsep pada mata pelajaran matematika.2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kerjasama dan keaktifan siswa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual dapat digunakan sebagai cara belajar untuk memahami suatu konsep pada mata pelajaran matematika sehingga belajar menjadi bermakna dan selalu di ingat siswa.DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka CiptaDalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008.

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

KBBI. 1997.KBBI. 2000.Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Widyaiswara PPPG Matematika

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media

Solihatin, Etin. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara

Suherman, Erman.

Syarifah, Ety. 2009. Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia. Semarang : Bandungan Institute

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara