BAB IV STAD
-
Upload
amran-yahya -
Category
Documents
-
view
233 -
download
1
description
Transcript of BAB IV STAD
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Penelitian
Pada kegiatan awal atau prapenelitan, pertama-tama peneliti mengadakan
kunjungan pada sekolah yang menjadi tempat penelitian, yakni SMP Negeri 3
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Tujuan kunjungan ini bermaksud untuk
melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan jajaran terkait di sekolah, agar
diberi kesempatan melaksanakan prapenelitian, penelitian dan selanjutnya dapat
mengkoordinasikan langkah atau proses yang mendukung pelaksanaan penelitian
pada sekolah tersebut. Kegiatan awal penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan
data-data awal yang mendasari alasan penelitian.
Pada kegiatan tersebut, peneliti melakukan pengamatan/observasi terhadap
proses pembelajaran matematika siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada
pembelajaran matematika tentang penjumlahan pecahan di kelas VII di SMP Negeri 3
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar, guru masih menganut paradigma lama
dalam mengajar, yakni lebih banyak melakukan ceramah monoton dan mendominasi
pembelajaran, sehingga siswa pada saat mengikuti pembelajaran matematika,
cenderung bosan dan pasif. Sehingga dapat diduga dampaknya yakni hasil belajar
siswa relatif kurang optimal. Untuk mengetahui dampak dari proses pembelajaran
30
tersebut terhadap hasil belajar siswa secara faktual, peneliti melakukan tes awal di
akhir pembelajaran matematika. Hasil tes setelah diperiksa dan diberi nilai, diperoleh
data yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes siswa kelas IV hanya mencapai 55.
Nilai rata-rata tersebut relatif masih kurang karena belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yakni nilai rata-rata minimal 70.
Dari pengamatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa di atas, dapat
ditentukan kadaan awal siswa yang akan ditindaki melalui kegiatan penelitian, yakni:
a. Pendekatan pembelajaran yang membuat siswa jenuh dan bosan, segera
ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa seperti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan matematika realistik dengan pendekatan matematika realistik.
b. Hasil belajar siswa, dimana siswa masih kesulitan dalam menjawab tes tentang
penjumlahan pecahan, dan skor/nilai yang dicapai masih dikategorikan kurang
karena berada di bawah standar KKM.
2. Paparan Setiap Siklus
a. Siklus I
Penelitian dilaksanakan mengikuti prosedur pelaksanaan penelitian, meliputi:
rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1) Rencana tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan di kelas dilakukan, dibutuhkan kegiatan
perencanaan sebagai berikut:
a) Menelaah kurikulum dan membuat RPP siklus I (lampiran1), yang memuat materi
menyelesaikan persamaan linier satu variabel, serta langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan
matematika realsitk pada kegiatan inti.
b) Mempersiapkan LKS (lampiran 2).
c) Mempersiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa.
d) Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada kelompok dengan
skor tertinggi.
e) Mempersiapkan soal tes hasil belajar siklus I (lampiran 1).
1) 2) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai RPP
siklus I yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan tahapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan matematika
realistik, dengan uraian kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran diawali dengan langkah pertama model kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan matematika realistic yakni tahap persiapan pembelajaran.
Tahapan ini dilaksanakan di kegiatan awal pembelajaran. Dengan sampel kegiatan
antara lain: Peneliti dengan menyampaikan salam, apersepsi tentang bentuk bunga
yang dijumpai siswa dalam lingkungannya untuk membantu siswa memfokuskan
konsentrasinya belajarnya, serta menyampaikan tujuan dari materi persamaan linier
satu variabel.
Selanjutnya tahap penyajian materi, peneliti memulai dengan memberikan
penjelasan singkat materi persamaan linier satu variabel, dengan deskripsi materi
persamaan linier satu variabel yang dibahas adalah: rina membeli 3 buah pena dengan
harga lima ribu rupiah. Ditanya berapa harga satu buah pena. Cara penyelesaiannya misalkan
harga dengan x, cari berapa x yang tepat agar 3 buah pena tersebut harganya lima ribu
rupiah?. Persamaan dengan satu variabel berpangkat satu atau berderajat satu disebut
persamaan linear satu variabel. Jika x pada persamaan x + 1 = 5 diganti dengan x = 4
maka persamaan tersebut bernilai benar. Adapun jika x diganti bilangan selain 4 maka
persamaan x + 1 = 5 bernilai salah. Dalam hal ini, nilai x = 4 disebut penyelesaian
dari persamaan linear x + 1 = 5. Selanjutnya, himpunan penyelesaian dari persamaan
x + 1 = 5 adalah {4}. Pengganti variabel x yang mengakibatkan persamaan bernilai
benar disebut penyelesaian persamaan linear. Himpunan semua penyelesaian
persamaan linear disebut himpunan penyelesaian persamaan linear.
Dilanjutkan dengan tahap kegiatan belajar kelompok, dimana peneliti membagi
siswa ke dalam 4 kelompok yang beranggotakan masing-masing 5 - 6 orang.
Kemudian membagikan LKS (lampiran 2, halaman 60) kepada setiap kelompok.
Peneliti mengarahkan siswa melakukan diskusi internal kelompok untuk membahas
LKS dan soal dalam LKS.
Tahap berikutnya adalah pemeriksaan hasil kegiatan kelompok. Presentase
kelompok dalam bentuk diskusi kelas, merupakan kegiatan untuk memeriksa hasil
kerja kelompok siswa. Dimana dalam presentase tersebut, setiap pertanyaan dalam
LKS dijawab oleh satu kelompok yang ditunjuk peneliti, sedangkan tiga kelompok
yang lain memberikan tanggapan terhadap jawaban temannya. Tanggapan tersebut
dapat berupa sanggahan, tambahan, ataupun penguatan jawaban. Demikian
seterusnya sampai semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Setiap jawaban kelompok yang benar diberi skor sesuai bobot soal LKS yakni skor
20. Setiap skor yang diperoleh siswa dicatat oleh peneliti pada papan skor sesuai
dengan kolom kelompok.
Tahap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual. Peneliti menuliskan
beberapa soal di papan tulis, untuk dijawab siswa secara individu. Soal tes yang
diberikan peneliti, merupakan soal tes yang telah disesuaikan dengan indikator RPP
materi persamaan linier satu variabel bukan perkelompok. Selama pelaksanaan tes
individu, peneliti dibantu oleh pengamat mengawasi siswa dalam mengerjakan tes
secara individu.
Dilanjutkan dengan tahap pemeriksaan hasil tes. Pada tahapan ini, jawaban
siswa dari tes individu kemudian dikumpulkan, diperiksa, dan diberi skor oleh
peneliti. Skor tersebut selain dapat menjadi bukti otentik atas hasil belajar siswa, juga
diisikan ke lembar skor kelompok. Jadi setiap siswa menyumbang skor bagi
kelompoknya.
Dari lembar jawaban siswa, setelah diperiksa dan diberi nilai, diperoleh hasil di
antara 13 siswa kelas VIIa terdapat 11 orang atau 52% yang tuntas memperoleh nilai
70 ke atas. Taraf keberhasilan 52% berada pada rentang 45-54% tabel keberhasilan
dengan kualifikasi kurang.
Tahap terakhir dari langkah model kooperatif STAD dengan pendekatan
matematika realistic adalah penghargaan kelompok. Skor perolehan siswa dalam
lembar pengskoran kelompok, diakumulasi, sehingga setiap kelompok memperoleh
total skor. Kelompok tersebut kemudian diurutkan sesuai dengan perolehan skornya.
Skor dengan perolehan skor terbesar diberikan penghargaan oleh peneliti.
2) Observasi
Observasi merupakan tindakan pengamatan terhadap rencana tindakan dan
pelaksanaan tindakan yang merupakan inti pengamatan, yakni aktivitas pembelajaran
berupa aktivitas siswa dan cara guru menghadirkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan matematika realistik. Hasil pengamatan dicatat dalam
lembar observasi. Dalam pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang
mengamati dan mengisi lembar pengamatan yang telah disiapkan.
a) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap aktivitas siswa
Pada tahap persiapan pembelajaran dan tahap penyajian kelas, siswa cukup
menyimak penjelasan dari guru tentang tujuan dan konsep persamaan linier satu
variabel. Pada tahap belajar kelompok dan tahap pemeriksaan hasil kerja
kelompok, utamanya dalam diskusi internal kelompok dan diskusi kelas, aktivitas
masih didominasi oleh sebagian siswa, sementara sebagian lagi cenderung pasif
dalam diskusi. Pada tahap tes individu, siswa mengikuti tes dengan baik, yakni
bersikap tertib dan tidak bekerja sama. Pada tahap penghargaan kelompok, terlihat
bahwa siswa yang menerima penghargaan sangat senang dan lebih termotivasi,
sedangkan yang belum menang akan berusaha lebih baik supaya bisa mendapatkan
hadiah (penghargaan).
Dari keseluruhan tahapan observasi terhadap siswa di atas, yang dapat dijadikan
tolok ukur aktivitas siswa adalah pada saat diskusi internal kelompok. Dimana
tercatat bahwa dari tiap-tiap kelompok hanya rata-rata dua orang yang aktif
berdiskusi dan mengisi LKS, sisanya masih terlihat pasif. Jadi dalam satu kelas
dicatat terdapat 10 orang atau 48% siswa kelas VIIa yang aktif, jika diterjemahkan
sesuai tabel tingkat keberhasilan berada pada rentang 46%-54% atau kualifikasi
’kurang’.
b) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap guru
Pada tahap persiapan pembelajaran, peneliti melaksanakan dengan cukup baik
memberikan apersepsi, dan tujuan pembelajaran persamaan linier satu variabel.
Pada tahap memberikan tes individual dan tahap pemeriksaan hasil tes, sudah
dilaksanakan peneliti dengan cukup baik dalam mengawasi perilaku siswa dalam
mengerjakan tes. Pada tahap penghargaan kelompok, peneliti sudah baik dalam
mengakumulasikan skor kelompok dan memberikan penghargaan kelompok. Pada
tahap penyajian materi, peneliti kurang dalam memberikan penjelasan materi, hal
ini dikarenakan peneliti tidak memberikan umpan balik kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang kurang dimengerti. Pada tahap bekerja kelompok
(diskusi internal kelompok), dan tahap pemeriksaan hasil kerja kelompok (diskusi
kelas), peneliti belum membagi kelompok menurut tingkatan kemampuan siswa
dan belum mengunjungi kelompok untuk memberikan arahan dan bimbingan
personal kepada siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada ketiga langkah
tersebut, belum dilaksanakan peneliti dengan baik. Dari 7 langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik
dengan pendekatan matematika realistik, peneliti relatif melaksanakan 4 langkah
atau 57% langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
matematika realistik dengan pendekatan matematika realistik, berada pada rentang
55-69% atau dapat dikategorikan ’cukup’.
3) Refleksi
Setelah serangkaian kegiatan tindakan yang berlangsung, peneliti mengadakan
kilas balik atau refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk melihat kekurangan-kekurangan
pada siklus I, yakni:
a) Masih kurangnya perhatian guru kepada
siswa yang memperoleh skor di bawah 70. Karena siklus I adalah pelaksanaan
penelitian yang pertama, sehingga data skor perolehan per siswa, baru mulai
diamati dan menjadi bahan untuk siklus II.
b) Kelompok belajar yang terbentuk bersifat
sementara, belum didasarkan kepada memadukan antara siswa yang tuntas dalam
belajar dan tidak tuntas, dalam satu kelompok.
c) Guru belum melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik
dengan sempurna, idealnya 100% harus dilaksanakan oleh guru.
d) Hasil-hasil penelitian pada siklus I, belum
mencapai target yang telah ditentukan dalam indikator keberhasilan penelitian.
Dari kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, kemudian peneliti
mengadakan koreksi terhadap pelaksanaan siklus I dan mempersiapkan
penanggulangannya pada siklus II, sebagai berikut:
a) Memberikan perhatian kepada siswa yang
memperoleh nilai evaluasi hasil belajar di bawah 70, dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada siswa, dan menghantar pemikiran siswa untuk menganalisa dan
memahami pelajarannya. Bila diperlukan, di akhir pembelajaran siswa tersebut
diberikan tugas untuk dilatih di rumah.
b) Membentuk kelompok belajar yang beranggotakan
siswa yang memperoleh nilai minimal 70 dan di bawah 70, dengan tujuan agar
siswa dengan nilai minimal 70 mampu menjadi tutor sebaya bagi temannya.
c) Peneliti lebih menghidupkan atau mendinamiskan
suasana pembelajaran dengan mengadakan diskusi interaktif antara siswa dengan
peneliti, dan siswa dengan siswa. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
didiskusikan, peneliti mengutamakan kepada siswa yang memperoleh nilai
evaluasi hasil belajar di bawah 70.
Karena pada siklus I belum tuntas, maka pembelajaran pada siklus I dilanjutkan
pada siklus II. Dari kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, kemudian
peneliti mengadakan koreksi terhadap pelaksanaan siklus I dan mempersiapkan
penanggulangannya pada siklus II, sebagai berikut:
a) Rencana tindakan: peneliti mempersiapkan nama-nama siswa untuk dibagi dalam
kelompok berdasarkan tingkat kemampuan siswa, dimana dari skor hasil belajar
siklus I diperoleh siswa yang tuntas atau skor di atas 70 di bagi merata dalam
masing-masing kelompok yang dibentuk.
b) Pelaksanaan:
Memberikan perhatian kepada siswa yang memperoleh nilai tes di bawah 70.
Dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan menghantar pemikiran
siswa untuk menganalisa dan memahami pelajarannya. Bila perlu, di akhir
pembelajaran diberikan tugas untuk dilatih di rumah.
Membentuk kelompok belajar yang beranggotakan siswa yang memperoleh nilai
minimal 70 dan di bawah 70 dengan tujuan agar siswa dengan nilai minimal 70
mampu menjadi tutor sebaya bagi temannya.
Peneliti lebih menghidupkan atau mendinamiskan suasana pembelajaran dengan
mengadakan diskusi interaktif antara siswa dengan peneliti, dan siswa dengan
siswa.
b. Siklus II
Pada siklus II, dilaksanakan mengkuti prosedur pelaksanaan penelitian,
meliputi: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1) Rencana tindakan
Perancanaan yang dilakukan pada siklus II, adalah sebagai berikut:
a) Menelaan silabus dan membuat RPP siklus II (lampiran 5, halaman 75) yang
memuat materi penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama ataupun
penyebut berbeda. dengan langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan matematika realistik pada kegiatan inti.
b) Mempersiapkan nama-nama siswa untuk pembentukan kelompok.
c) Mempersiapkan LKS (lampiran 6, halaman 78).
d) Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada kelompok dengan
skor tertinggi.
e) Mempersiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa.
f) Mempersiapkan soal tes hasil belajar siklus II (lampiran 5, halaman 76).
1. 2) Siklus II
1) Rencana tindakan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Menelaah kurikulum dan membuat RPP siklus II (lampiran 9), yang memuat
materi persamaan linier satu variabel, beserta langkah pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan matematika realistik pada kegiatan inti.
b) Mempersiapkan nama-nama siswa yang telah dikelompokkan berdasarkan
ketuntasan atau kemampuan siswa yang dapat dilihat dari skor hasil belajar pada
siklus I.
c) Mempersiapkan LKS (lampiran 10).
d) Mempersiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa.
e) Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada team yang
memenangkan pertandingan.
f) Mempersiapkan soal tes hasil belajar siklus II (lampiran 9).
2) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai RPP
siklus II yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan tahapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan matematika realistik, sebagai berikut:
a) Tahap persiapan pembelajaran
Tahapan ini yang dilaksanakan di kegiatan awal pembelajaran. Dengan sampel
kegiatan antara lain: Peneliti dengan menyampaikan salam, apersepsi, dan tujuan
dari materi persamaan linier satu variabel.
b) Tahap penyajian materi
Peneliti memulai dengan memberikan penjelasan singkat materi perambatan
stuktur bunga dan fungsinya, dengan deskripsi materi struktur bunga dan
fungsinya adalah sebagai berikut:
Dua persamaan atau lebih dikatakan ekuivalen jika mempunyai himpunan
penyelesaian yang sama dan dinotasikan dengan tanda “ ”.
Amatilah uraian berikut. Pada persamaan x – 5 = 4, jika x diganti 9 maka akan
bernilai benar, sehingga himpunan penyelesaian dari x – 5 = 4 adalah {9}.
Perhatikan jika kedua ruas masing-masing ditambahkan dengan bilangan 5 maka
x – 5 = 4
x – 5 + 5 = 4 + 5
x = 9
Jadi, himpunan penyelesaian persamaan x – 5 = 4 adalah {9}. Dengan kata lain,
persamaan x – 5 = 4 ekuivalen dengan persamaan x = 9, atau ditulis x – 5 = 4
x = 9.
Suatu persamaan dapat dinyatakan ke dalam persamaan yang ekuivalen dengan
cara
1) menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama;
2) mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama.
c) Tahap kegiatan belajar kelompok
Peneliti membagi siswa ke dalam 4 kelompok yang beranggotakan masing-masing
5-6 orang. Kelompok yang terbentuk berdasarkan ketuntasan belajar siswa,
dimana dari hasil tes siklus I diperoleh 13 orang yang tuntas (mencapai nilai 70 ke
atas). Siswa yang tuntas dibagi merata ke dalam kelompok yang dibentuk,
demikian juga dengan siswa yang belum tuntas. Sehingga dalam satu kelompok
terpadu antara 3 orang yang tuntas dan 2 orang yang belum tuntas. Selanjutnya
peneliti membagikan LKS (kepada setiap kelompok. peneliti mengarahkan siswa
untuk melakukan pengamatan dan berdiskusi internal kelompok untuk membahas
LKS dan soal dalam LKS.
d) Tahap pemeriksaan hasil kegiatan kelompok
Presentase kelompok dalam bentuk diskusi kelas, merupakan kegiatan untuk
memeriksa hasil kerja kelompok siswa. Dimana dalam presentase tersebut, setiap
pertanyaan dalam LKS dijawab oleh satu kelompok yang ditunjuk peneliti,
sedangkan tiga kelompok yang lain menanggapi, menambahkan, ataupun memberi
sanggahan terhadap jawaban kelompok yang menjawab. Diskusi kelas dipimpin
langsung oleh guru, yang dimulai dari kelompok I yang ditunjuk oleh guru untuk
mempresentasekan hasil kerja kelompoknya.
Demikian seterusnya sampai semua kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. Setiap jawaban kelompok yang benar diberi skor sesuai bobot soal
LKS yakni skor 20. Setiap skor yang diperoleh siswa dicatat oleh peneliti pada
papan skor sesuai dengan kolom kelompok.
e) Tahap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
Peneliti menuliskan beberapa soal di papan tulis, untuk dijawab siswa secara
individu.
f) Tahap pemeriksaan hasil tes
Jawaban siswa dari tes individu kemudian dikumpulkan, diperiksa, dan diberi skor
oleh peneliti. Skor tersebut selain dapat menjadi bukti otentik atas hasil belajar
siswa, juga diisikan ke lembar skor kelompok. Jadi setiap siswa menyumbang skor
bagi kelompoknya.
Dari lembar jawaban siswa, setelah diperiksa dan diberi nilai, diperoleh hasil di
antara 21 siswa kelas VII terdapat 18 orang atau 86% siswa yang memperoleh
nilai 70 ke atas. Taraf keberhasilan 86% berada pada rentang 85%-100% tabel
keberhasilan, sehingga dikualifikasikan ’sangat baik’. Taraf keberhasilan tersebut
memenuhi indikator keberhasilan penelitian.
g) Tahap penghargaan kelompok
Skor perolehan siswa dalam lembar pengskoran kelompok, diakumulasi, sehingga
setiap kelompok memperoleh total skor. Kelompok tersebut kemudian diurutkan
sesuai dengan perolehan skornya. Skor dengan perolehan skor terbesar keluar
sebagai pemenang dan diberikan penghargaan oleh peneliti.
3) Observasi
Observasi merupakan tindakan pengamatan terhadap rencana tindakan dan
pelaksanaan tindakan yang merupakan inti pengamatan, yakni aktivitas pembelajaran
berupa aktivitas siswa dan cara guru menghadirkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan matematika realistik. Hasil pengamatan dicatat dalam
lembar observasi. Dalam pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang
mengamati dan mengisi lembar pengamatan yang telah disiapkan.
a) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap aktivitas siswa
Pada tahap persiapan pembelajaran dan tahap penyajian kelas, siswa menyimak
dengan baik penjelasan dari guru tentang tujuan dan konsep persamaan linier satu
variabel. Pada tahap belajar kelompok dan tahap pemeriksaan hasil kerja
kelompok, utamanya dalam diskusi internal kelompok dan diskusi kelas, aktivitas
siswa sudah cukup merata, dimana dalam diskusi kelompok siswa yang tuntas
menjadi tutor bagi temannya, dan diskusi kelas, kelompok diwakili oleh siswa
yang belum tuntas, sehingga siswa yang belum tuntas terlibat aktif dalam diskusi.
Pada tahap tes individu, siswa mengikuti tes dengan baik, yakni bersikap tertib dan
tidak bekerja sama. Pada tahap penghargaan kelompok, terlihat bahwa siswa yang
menerima penghargaan sangat senang dan lebih termotivasi, sedangkan yang
belum menang akan berusaha lebih baik supaya bisa mendapatkan hadiah
(penghargaan).
Dari keseluruhan tahapan observasi terhadap siswa di atas, yang dapat dijadikan
tolok ukur aktivitas siswa adalah pada saat diskusi internal kelompok. Dimana
tercatat bahwa dari tiap-tiap kelompok rata-rata 4-5 orang yang aktif berdiskusi
dan menjawab LKS, sisanya masih terlihat pasif. Jadi dalam satu kelas dicatat
terdapat 17 orang atau 81% siswa kelas IV yang aktif. Taraf keberhasilan 81%
berada pada rentang 70%-84% tabel keberhasilan dengan kualifikasi ’baik’.
b) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap guru
Pada tahap persiapan pembelajaran, peneliti melaksanakan dengan baik
memberikan apersepsi, dan tujuan pembelajaran. Pada tahap penyajian materi,
peneliti baik dalam memberikan penjelasan persamaan linier satu variabel, peneliti
sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
kurang dimengerti. Pada tahap memberikan tes individual dan tahap pemeriksaan
hasil tes, sudah dilaksanakan peneliti dengan baik dalam mengawasi perilaku
siswa dalam mengerjakan tes. Pada tahap penghargaan kelompok, peneliti sudah
baik dalam mengakumulasikan skor kelompok dan memberikan penghargaan
kelompok. Pada tahap bekerja kelompok (diskusi internal kelompok), dan tahap
pemeriksaan hasil kerja kelompok (diskusi kelas), peneliti sudah cukup baik,
dengan mengunjungi kelompok untuk memberikan arahan dan bimbingan personal
kepada siswa, serta memberikan arahan kepada siswa yang tuntas menjadi tutor
bagi temannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada kedua langkah tersebut,
sudah dilaksanakan peneliti dengan baik. Dari 7 langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan
matematika realistik, peneliti relatif melaksanakan seluruh langkah, tetapi tidak
dapat dikatakan sempurna (100%) dikarenakan pada tes hasil belajar siklus II,
masih ada siswa yang belum tuntas (nilai di bawah 70). Sehingga dapat
diperkirakan peneliti melaksanakan 90% langkah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan
matematika realistik, berada pada rentang 85-100% atau dapat dikategorikan
’sangat baik’, serta sudah memehuhi target proses dalam indikator keberhasilan
(80%).
4) Refleksi
Setelah serangkaian kegiatan tindakan yang berlangsung, peneliti mengadakan
kilas balik atau refleksi. Refleksi pada siklus II berupa kesimpulan hasil penelitian
mulai dari siklus I sampai siklus II. Refleksi ini bertujuan mengadakan koreksi
terhadap pelaksanaan siklus penelitian untuk melihat dan menilai tingkat keberhasilan
penelitian. Refleksi pada siklus II ini mengacu kepada indikator penelitian, yang
memberikan target yang harus dicapai dalam penelitian.
Dari refleksi terhadap ketiga siklus di atas (siklus I, dan II), memberikan data
bahwa hasil pembelajaran tentang persamaan linier satu variabel, pada siswa kelas
VIIa SMP Negeri 3 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar cenderung mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus, akan tetapi pada siklus I hasil penelitian belum
mencapai target indikator keberhasilan penelitian. Pada siklus II, hasil penelitian telah
berhasil mencapai target indikator keberhasilan penelitian, baik target proses
(aktivitas siswa dan aktivitas guru) maupun target hasil (hasil belajar siswa).
B. Pembahasan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang telah dikemukan di atas, maka
pembahasan hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:
2. Siklus I
Rangkaian kegiatan siklus I mengikuti prosedur pelaksanaan penelitian, yakni:
perencanaan/persiapan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada pelaksanaan
tindakan di kelas, diterapkan langkah model kooperatif tipe STAD, yakni:
1) persiapan pembelajaran; 2) penyajian materi; 3) bekerja kelompok;
4) pemeriksaan hasil kerja kelompok; 5) tes individu; 6) penilaian tes individu; dan
7) penghargaan kelompok.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I, mendapat kendala pada pembentukan
kelompok, karena belum adanya dasar skor hasil belajar siswa yang dapat menjadi
acuan dalam pengaturan komposisi kelompok. Sehingga kelompok yang terbentuk
tidak terkomposisi dengan baik. Kelompok ini tentunya berpengaruh terhadap diskusi
kelompok yang relatif kurang baik aktivitasnya. Di mana siswa dengan tingkat
kemampuan yang baik berkumpul dalam satu kelompok, sementara siswa dengan
tingkat kemampuan yang lebih rendah kurang terbantu karena tidak adanya bantuan
dari temannya sebagai tutor.
Fakta hasil-hasil penelitian siklus I, yakni aktivitas guru 57%, aktivitas siswa
46,15%, dan hasi belajar siswa (siswa yang tuntas) 53,85%. Taraf keberhasilan (%)
menurut tabel keberhasilan Arikunto (2002), aktivitas guru dikualifikasikan cukup,
aktivitas siswa dikualifikasikan kurang, dan hasil belajar siswa dikualifikasikan
kurang.
3. Siklus II
Kegiatan penelitian siklus II, mengikuti prosedur pelaksanaan seperti pada
siklus I. Pada kegiatan pelaksanaan tindakan di kelas juga diterapkan langkah model
kooperatif tipe STAD sesuai pendapat Asma (2005). Pelaksanaan tindakan pada
siklus II, masih mendapat kendala pada pembentukan kelompok, meskipun sudah
didasarkan kepada pencapaian hasil belajar siswa pada siklus I, akan tetapi jumlah
siswa yang mencapai nilai/skor minimal 70 relatif masih kurang, sehingga dalam satu
kelompok siswa yang tuntas (skor minimal 70) kesulitan menjadi tutor bagi temannya
yang belum tuntas. Kondisi tersebut mengakibatkan aktivitas siswa belum merata
dengan baik. Selain itu, intensitas guru dalam mengunjungi siswa secara
berkelompok, relatif masih kurang, sehingga kurang dapat membimbing siswa secara
personal dalam diskusi kelompok, terutama kepada siswa yang belum tuntas relatif
belum terbimbing dengan optimal, sehingga hasil belajar siswa yang bersangkutan
juga kurang maksimal.
Fakta hasil-hasil penelitian siklus II, yakni aktivitas guru 71%, aktivitas siswa
61,54%, dan hasi belajar siswa (siswa yang tuntas) 61,54%. Taraf keberhasilan (%)
menurut tabel keberhasilan Arikunto (2002), aktivitas guru dikualifikasikan baik,
aktivitas siswa dikualifikasikan cukup, dan hasil belajar siswa dikualifikasikan cukup.
4. Siklus III
Kegiatan penelitian siklus III, mengikuti prosedur pelaksanaan seperti pada
siklus II. Pada kegiatan pelaksanaan tindakan di kelas juga diterapkan langkah model
kooperatif tipe STAD sesuai pendapat Asma (2005). Pada siklus III pelaksanaan
tidakan di kelas telah mengalami perbaikan dan pembenahan, antara lain:
1. Aktivitas siswa: diperbaiki dengan cara
memaksimalkan pembentukan kelompok belajar yang diatur sedemikian rupa
sehingga siswa yang tuntas lebih banyak dari siswa yang belum tuntas, dengan
demikian diharapkan siswa yang tuntas dapat menjadi tutor secara optimal bagi
temannya.
2. Aktivitas guru: dibenahi dengan cara memaksimalkan
pelaksanaan langkah model kooperatif tipe STAD. Selain arahan di depan kelas,
guru juga mengunjungi tiap kelompok untuk membimbing siswa secara personal,
terutama kepada siswa yang belum tuntas. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami.
Siswa sebagai salah satu komponen belajar dapat terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, sehingga belajar merupakan pengalaman bermakna baik bagi siswa
maupun guru. Fakta hasil-hasil penelitian siklus III, yakni aktivitas guru 80%,
aktivitas siswa 76,92%, dan hasi belajar siswa (siswa yang tuntas) 76,92%. Taraf
keberhasilan siklus III, menurut tabel keberhasilan Arikunto (2002), aktivitas guru
dikualifikasikan sangat baik, aktivitas siswa dikualifikasikan baik, dan hasil belajar
siswa dikualifikasikan baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah pelaksanaan penelitian, maka dapat
disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik
dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang penjumlahan pecahan. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik, menjadikan siswa
aktif dalam belajar, menumbuhkan semangat bekerja sama (kooperatif), dan
membangkitkan semangat kompetisi yang edukatif dalam diri siswa. Hasil penelitian,
memperlihatkan bahwa: aktivitas guru, aktivitas siswa mengikuti proses
pembelajaran, dan hasil belajar siswa tentang penjumlahan pecahan meningkat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa tentang penjumlahan pecahan,
dapat meningkat, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan matematika realistik di kelas IV SDN 233 Lanrisang Kabupaten Pirang,
dibuktikan dengan hasil belajar pada siklus I dan siklus II dikualifikasikan cukup,
serta siklus III dikualifikasikan baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran,
antara lain:
1. Bagi guru, agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan matematika realistik pembelajaran kepada siswa, dengan menerapkan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
matematika realistik, guru memiliki bekal dan persiapan yang matang dalam
merancang skenario pembelajaran yang hendak di terapkan.
2. Bagi sekolah dan pihak terkait, hendaknya mengadakan penelitian yang serupa
pada materi pelajaran yang berbeda, demi peningkatan mutu pendidikan.
63