BAB IV STAD

38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Penelitian Pada kegiatan awal atau prapenelitan, pertama-tama peneliti mengadakan kunjungan pada sekolah yang menjadi tempat penelitian, yakni SMP Negeri 3 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Tujuan kunjungan ini bermaksud untuk melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan jajaran terkait di sekolah, agar diberi kesempatan melaksanakan prapenelitian, penelitian dan selanjutnya dapat mengkoordinasikan langkah atau proses yang mendukung pelaksanaan penelitian pada sekolah tersebut. Kegiatan awal penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data awal yang mendasari alasan penelitian. Pada kegiatan tersebut, peneliti melakukan pengamatan/observasi terhadap proses pembelajaran 30

description

contoh

Transcript of BAB IV STAD

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Penelitian

Pada kegiatan awal atau prapenelitan, pertama-tama peneliti mengadakan

kunjungan pada sekolah yang menjadi tempat penelitian, yakni SMP Negeri 3

Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Tujuan kunjungan ini bermaksud untuk

melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan jajaran terkait di sekolah, agar

diberi kesempatan melaksanakan prapenelitian, penelitian dan selanjutnya dapat

mengkoordinasikan langkah atau proses yang mendukung pelaksanaan penelitian

pada sekolah tersebut. Kegiatan awal penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan

data-data awal yang mendasari alasan penelitian.

Pada kegiatan tersebut, peneliti melakukan pengamatan/observasi terhadap

proses pembelajaran matematika siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada

pembelajaran matematika tentang penjumlahan pecahan di kelas VII di SMP Negeri 3

Tinambung Kabupaten Polewali Mandar, guru masih menganut paradigma lama

dalam mengajar, yakni lebih banyak melakukan ceramah monoton dan mendominasi

pembelajaran, sehingga siswa pada saat mengikuti pembelajaran matematika,

cenderung bosan dan pasif. Sehingga dapat diduga dampaknya yakni hasil belajar

siswa relatif kurang optimal. Untuk mengetahui dampak dari proses pembelajaran

30

tersebut terhadap hasil belajar siswa secara faktual, peneliti melakukan tes awal di

akhir pembelajaran matematika. Hasil tes setelah diperiksa dan diberi nilai, diperoleh

data yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes siswa kelas IV hanya mencapai 55.

Nilai rata-rata tersebut relatif masih kurang karena belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yakni nilai rata-rata minimal 70.

Dari pengamatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa di atas, dapat

ditentukan kadaan awal siswa yang akan ditindaki melalui kegiatan penelitian, yakni:

a. Pendekatan pembelajaran yang membuat siswa jenuh dan bosan, segera

ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa seperti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan matematika realistik dengan pendekatan matematika realistik.

b. Hasil belajar siswa, dimana siswa masih kesulitan dalam menjawab tes tentang

penjumlahan pecahan, dan skor/nilai yang dicapai masih dikategorikan kurang

karena berada di bawah standar KKM.

2. Paparan Setiap Siklus

a. Siklus I

Penelitian dilaksanakan mengikuti prosedur pelaksanaan penelitian, meliputi:

rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

1) Rencana tindakan

Sebelum pelaksanaan tindakan di kelas dilakukan, dibutuhkan kegiatan

perencanaan sebagai berikut:

a) Menelaah kurikulum dan membuat RPP siklus I (lampiran1), yang memuat materi

menyelesaikan persamaan linier satu variabel, serta langkah pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan

matematika realsitk pada kegiatan inti.

b) Mempersiapkan LKS (lampiran 2).

c) Mempersiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa.

d) Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada kelompok dengan

skor tertinggi.

e) Mempersiapkan soal tes hasil belajar siklus I (lampiran 1).

1) 2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai RPP

siklus I yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan tahapan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan matematika

realistik, dengan uraian kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan pembelajaran diawali dengan langkah pertama model kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan matematika realistic yakni tahap persiapan pembelajaran.

Tahapan ini dilaksanakan di kegiatan awal pembelajaran. Dengan sampel kegiatan

antara lain: Peneliti dengan menyampaikan salam, apersepsi tentang bentuk bunga

yang dijumpai siswa dalam lingkungannya untuk membantu siswa memfokuskan

konsentrasinya belajarnya, serta menyampaikan tujuan dari materi persamaan linier

satu variabel.

Selanjutnya tahap penyajian materi, peneliti memulai dengan memberikan

penjelasan singkat materi persamaan linier satu variabel, dengan deskripsi materi

persamaan linier satu variabel yang dibahas adalah: rina membeli 3 buah pena dengan

harga lima ribu rupiah. Ditanya berapa harga satu buah pena. Cara penyelesaiannya misalkan

harga dengan x, cari berapa x yang tepat agar 3 buah pena tersebut harganya lima ribu

rupiah?. Persamaan dengan satu variabel berpangkat satu atau berderajat satu disebut

persamaan linear satu variabel. Jika x pada persamaan x + 1 = 5 diganti dengan x = 4

maka persamaan tersebut bernilai benar. Adapun jika x diganti bilangan selain 4 maka

persamaan x + 1 = 5 bernilai salah. Dalam hal ini, nilai x = 4 disebut penyelesaian

dari persamaan linear x + 1 = 5. Selanjutnya, himpunan penyelesaian dari persamaan

x + 1 = 5 adalah {4}. Pengganti variabel x yang mengakibatkan persamaan bernilai

benar disebut penyelesaian persamaan linear. Himpunan semua penyelesaian

persamaan linear disebut himpunan penyelesaian persamaan linear.

Dilanjutkan dengan tahap kegiatan belajar kelompok, dimana peneliti membagi

siswa ke dalam 4 kelompok yang beranggotakan masing-masing 5 - 6 orang.

Kemudian membagikan LKS (lampiran 2, halaman 60) kepada setiap kelompok.

Peneliti mengarahkan siswa melakukan diskusi internal kelompok untuk membahas

LKS dan soal dalam LKS.

Tahap berikutnya adalah pemeriksaan hasil kegiatan kelompok. Presentase

kelompok dalam bentuk diskusi kelas, merupakan kegiatan untuk memeriksa hasil

kerja kelompok siswa. Dimana dalam presentase tersebut, setiap pertanyaan dalam

LKS dijawab oleh satu kelompok yang ditunjuk peneliti, sedangkan tiga kelompok

yang lain memberikan tanggapan terhadap jawaban temannya. Tanggapan tersebut

dapat berupa sanggahan, tambahan, ataupun penguatan jawaban. Demikian

seterusnya sampai semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Setiap jawaban kelompok yang benar diberi skor sesuai bobot soal LKS yakni skor

20. Setiap skor yang diperoleh siswa dicatat oleh peneliti pada papan skor sesuai

dengan kolom kelompok.

Tahap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual. Peneliti menuliskan

beberapa soal di papan tulis, untuk dijawab siswa secara individu. Soal tes yang

diberikan peneliti, merupakan soal tes yang telah disesuaikan dengan indikator RPP

materi persamaan linier satu variabel bukan perkelompok. Selama pelaksanaan tes

individu, peneliti dibantu oleh pengamat mengawasi siswa dalam mengerjakan tes

secara individu.

Dilanjutkan dengan tahap pemeriksaan hasil tes. Pada tahapan ini, jawaban

siswa dari tes individu kemudian dikumpulkan, diperiksa, dan diberi skor oleh

peneliti. Skor tersebut selain dapat menjadi bukti otentik atas hasil belajar siswa, juga

diisikan ke lembar skor kelompok. Jadi setiap siswa menyumbang skor bagi

kelompoknya.

Dari lembar jawaban siswa, setelah diperiksa dan diberi nilai, diperoleh hasil di

antara 13 siswa kelas VIIa terdapat 11 orang atau 52% yang tuntas memperoleh nilai

70 ke atas. Taraf keberhasilan 52% berada pada rentang 45-54% tabel keberhasilan

dengan kualifikasi kurang.

Tahap terakhir dari langkah model kooperatif STAD dengan pendekatan

matematika realistic adalah penghargaan kelompok. Skor perolehan siswa dalam

lembar pengskoran kelompok, diakumulasi, sehingga setiap kelompok memperoleh

total skor. Kelompok tersebut kemudian diurutkan sesuai dengan perolehan skornya.

Skor dengan perolehan skor terbesar diberikan penghargaan oleh peneliti.

2) Observasi

Observasi merupakan tindakan pengamatan terhadap rencana tindakan dan

pelaksanaan tindakan yang merupakan inti pengamatan, yakni aktivitas pembelajaran

berupa aktivitas siswa dan cara guru menghadirkan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan matematika realistik. Hasil pengamatan dicatat dalam

lembar observasi. Dalam pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang

mengamati dan mengisi lembar pengamatan yang telah disiapkan.

a) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap aktivitas siswa

Pada tahap persiapan pembelajaran dan tahap penyajian kelas, siswa cukup

menyimak penjelasan dari guru tentang tujuan dan konsep persamaan linier satu

variabel. Pada tahap belajar kelompok dan tahap pemeriksaan hasil kerja

kelompok, utamanya dalam diskusi internal kelompok dan diskusi kelas, aktivitas

masih didominasi oleh sebagian siswa, sementara sebagian lagi cenderung pasif

dalam diskusi. Pada tahap tes individu, siswa mengikuti tes dengan baik, yakni

bersikap tertib dan tidak bekerja sama. Pada tahap penghargaan kelompok, terlihat

bahwa siswa yang menerima penghargaan sangat senang dan lebih termotivasi,

sedangkan yang belum menang akan berusaha lebih baik supaya bisa mendapatkan

hadiah (penghargaan).

Dari keseluruhan tahapan observasi terhadap siswa di atas, yang dapat dijadikan

tolok ukur aktivitas siswa adalah pada saat diskusi internal kelompok. Dimana

tercatat bahwa dari tiap-tiap kelompok hanya rata-rata dua orang yang aktif

berdiskusi dan mengisi LKS, sisanya masih terlihat pasif. Jadi dalam satu kelas

dicatat terdapat 10 orang atau 48% siswa kelas VIIa yang aktif, jika diterjemahkan

sesuai tabel tingkat keberhasilan berada pada rentang 46%-54% atau kualifikasi

’kurang’.

b) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap guru

Pada tahap persiapan pembelajaran, peneliti melaksanakan dengan cukup baik

memberikan apersepsi, dan tujuan pembelajaran persamaan linier satu variabel.

Pada tahap memberikan tes individual dan tahap pemeriksaan hasil tes, sudah

dilaksanakan peneliti dengan cukup baik dalam mengawasi perilaku siswa dalam

mengerjakan tes. Pada tahap penghargaan kelompok, peneliti sudah baik dalam

mengakumulasikan skor kelompok dan memberikan penghargaan kelompok. Pada

tahap penyajian materi, peneliti kurang dalam memberikan penjelasan materi, hal

ini dikarenakan peneliti tidak memberikan umpan balik kepada siswa untuk

bertanya tentang hal-hal yang kurang dimengerti. Pada tahap bekerja kelompok

(diskusi internal kelompok), dan tahap pemeriksaan hasil kerja kelompok (diskusi

kelas), peneliti belum membagi kelompok menurut tingkatan kemampuan siswa

dan belum mengunjungi kelompok untuk memberikan arahan dan bimbingan

personal kepada siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada ketiga langkah

tersebut, belum dilaksanakan peneliti dengan baik. Dari 7 langkah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik

dengan pendekatan matematika realistik, peneliti relatif melaksanakan 4 langkah

atau 57% langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

matematika realistik dengan pendekatan matematika realistik, berada pada rentang

55-69% atau dapat dikategorikan ’cukup’.

3) Refleksi

Setelah serangkaian kegiatan tindakan yang berlangsung, peneliti mengadakan

kilas balik atau refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk melihat kekurangan-kekurangan

pada siklus I, yakni:

a) Masih kurangnya perhatian guru kepada

siswa yang memperoleh skor di bawah 70. Karena siklus I adalah pelaksanaan

penelitian yang pertama, sehingga data skor perolehan per siswa, baru mulai

diamati dan menjadi bahan untuk siklus II.

b) Kelompok belajar yang terbentuk bersifat

sementara, belum didasarkan kepada memadukan antara siswa yang tuntas dalam

belajar dan tidak tuntas, dalam satu kelompok.

c) Guru belum melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik

dengan sempurna, idealnya 100% harus dilaksanakan oleh guru.

d) Hasil-hasil penelitian pada siklus I, belum

mencapai target yang telah ditentukan dalam indikator keberhasilan penelitian.

Dari kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, kemudian peneliti

mengadakan koreksi terhadap pelaksanaan siklus I dan mempersiapkan

penanggulangannya pada siklus II, sebagai berikut:

a) Memberikan perhatian kepada siswa yang

memperoleh nilai evaluasi hasil belajar di bawah 70, dengan cara mengajukan

pertanyaan kepada siswa, dan menghantar pemikiran siswa untuk menganalisa dan

memahami pelajarannya. Bila diperlukan, di akhir pembelajaran siswa tersebut

diberikan tugas untuk dilatih di rumah.

b) Membentuk kelompok belajar yang beranggotakan

siswa yang memperoleh nilai minimal 70 dan di bawah 70, dengan tujuan agar

siswa dengan nilai minimal 70 mampu menjadi tutor sebaya bagi temannya.

c) Peneliti lebih menghidupkan atau mendinamiskan

suasana pembelajaran dengan mengadakan diskusi interaktif antara siswa dengan

peneliti, dan siswa dengan siswa. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk

didiskusikan, peneliti mengutamakan kepada siswa yang memperoleh nilai

evaluasi hasil belajar di bawah 70.

Karena pada siklus I belum tuntas, maka pembelajaran pada siklus I dilanjutkan

pada siklus II. Dari kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, kemudian

peneliti mengadakan koreksi terhadap pelaksanaan siklus I dan mempersiapkan

penanggulangannya pada siklus II, sebagai berikut:

a) Rencana tindakan: peneliti mempersiapkan nama-nama siswa untuk dibagi dalam

kelompok berdasarkan tingkat kemampuan siswa, dimana dari skor hasil belajar

siklus I diperoleh siswa yang tuntas atau skor di atas 70 di bagi merata dalam

masing-masing kelompok yang dibentuk.

b) Pelaksanaan:

Memberikan perhatian kepada siswa yang memperoleh nilai tes di bawah 70.

Dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan menghantar pemikiran

siswa untuk menganalisa dan memahami pelajarannya. Bila perlu, di akhir

pembelajaran diberikan tugas untuk dilatih di rumah.

Membentuk kelompok belajar yang beranggotakan siswa yang memperoleh nilai

minimal 70 dan di bawah 70 dengan tujuan agar siswa dengan nilai minimal 70

mampu menjadi tutor sebaya bagi temannya.

Peneliti lebih menghidupkan atau mendinamiskan suasana pembelajaran dengan

mengadakan diskusi interaktif antara siswa dengan peneliti, dan siswa dengan

siswa.

b. Siklus II

Pada siklus II, dilaksanakan mengkuti prosedur pelaksanaan penelitian,

meliputi: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

1) Rencana tindakan

Perancanaan yang dilakukan pada siklus II, adalah sebagai berikut:

a) Menelaan silabus dan membuat RPP siklus II (lampiran 5, halaman 75) yang

memuat materi penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama ataupun

penyebut berbeda. dengan langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan matematika realistik pada kegiatan inti.

b) Mempersiapkan nama-nama siswa untuk pembentukan kelompok.

c) Mempersiapkan LKS (lampiran 6, halaman 78).

d) Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada kelompok dengan

skor tertinggi.

e) Mempersiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa.

f) Mempersiapkan soal tes hasil belajar siklus II (lampiran 5, halaman 76).

1. 2) Siklus II

1) Rencana tindakan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a) Menelaah kurikulum dan membuat RPP siklus II (lampiran 9), yang memuat

materi persamaan linier satu variabel, beserta langkah pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan matematika realistik pada kegiatan inti.

b) Mempersiapkan nama-nama siswa yang telah dikelompokkan berdasarkan

ketuntasan atau kemampuan siswa yang dapat dilihat dari skor hasil belajar pada

siklus I.

c) Mempersiapkan LKS (lampiran 10).

d) Mempersiapkan lembar observasi terhadap guru dan siswa.

e) Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada team yang

memenangkan pertandingan.

f) Mempersiapkan soal tes hasil belajar siklus II (lampiran 9).

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai RPP

siklus II yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan tahapan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan matematika realistik, sebagai berikut:

a) Tahap persiapan pembelajaran

Tahapan ini yang dilaksanakan di kegiatan awal pembelajaran. Dengan sampel

kegiatan antara lain: Peneliti dengan menyampaikan salam, apersepsi, dan tujuan

dari materi persamaan linier satu variabel.

b) Tahap penyajian materi

Peneliti memulai dengan memberikan penjelasan singkat materi perambatan

stuktur bunga dan fungsinya, dengan deskripsi materi struktur bunga dan

fungsinya adalah sebagai berikut:

Dua persamaan atau lebih dikatakan ekuivalen jika mempunyai himpunan

penyelesaian yang sama dan dinotasikan dengan tanda “ ”.

Amatilah uraian berikut. Pada persamaan x – 5 = 4, jika x diganti 9 maka akan

bernilai benar, sehingga himpunan penyelesaian dari x – 5 = 4 adalah {9}.

Perhatikan jika kedua ruas masing-masing ditambahkan dengan bilangan 5 maka

x – 5 = 4

x – 5 + 5 = 4 + 5

x = 9

Jadi, himpunan penyelesaian persamaan x – 5 = 4 adalah {9}. Dengan kata lain,

persamaan x – 5 = 4 ekuivalen dengan persamaan x = 9, atau ditulis x – 5 = 4

x = 9.

Suatu persamaan dapat dinyatakan ke dalam persamaan yang ekuivalen dengan

cara

1) menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama;

2) mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama.

c) Tahap kegiatan belajar kelompok

Peneliti membagi siswa ke dalam 4 kelompok yang beranggotakan masing-masing

5-6 orang. Kelompok yang terbentuk berdasarkan ketuntasan belajar siswa,

dimana dari hasil tes siklus I diperoleh 13 orang yang tuntas (mencapai nilai 70 ke

atas). Siswa yang tuntas dibagi merata ke dalam kelompok yang dibentuk,

demikian juga dengan siswa yang belum tuntas. Sehingga dalam satu kelompok

terpadu antara 3 orang yang tuntas dan 2 orang yang belum tuntas. Selanjutnya

peneliti membagikan LKS (kepada setiap kelompok. peneliti mengarahkan siswa

untuk melakukan pengamatan dan berdiskusi internal kelompok untuk membahas

LKS dan soal dalam LKS.

d) Tahap pemeriksaan hasil kegiatan kelompok

Presentase kelompok dalam bentuk diskusi kelas, merupakan kegiatan untuk

memeriksa hasil kerja kelompok siswa. Dimana dalam presentase tersebut, setiap

pertanyaan dalam LKS dijawab oleh satu kelompok yang ditunjuk peneliti,

sedangkan tiga kelompok yang lain menanggapi, menambahkan, ataupun memberi

sanggahan terhadap jawaban kelompok yang menjawab. Diskusi kelas dipimpin

langsung oleh guru, yang dimulai dari kelompok I yang ditunjuk oleh guru untuk

mempresentasekan hasil kerja kelompoknya.

Demikian seterusnya sampai semua kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya. Setiap jawaban kelompok yang benar diberi skor sesuai bobot soal

LKS yakni skor 20. Setiap skor yang diperoleh siswa dicatat oleh peneliti pada

papan skor sesuai dengan kolom kelompok.

e) Tahap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Peneliti menuliskan beberapa soal di papan tulis, untuk dijawab siswa secara

individu.

f) Tahap pemeriksaan hasil tes

Jawaban siswa dari tes individu kemudian dikumpulkan, diperiksa, dan diberi skor

oleh peneliti. Skor tersebut selain dapat menjadi bukti otentik atas hasil belajar

siswa, juga diisikan ke lembar skor kelompok. Jadi setiap siswa menyumbang skor

bagi kelompoknya.

Dari lembar jawaban siswa, setelah diperiksa dan diberi nilai, diperoleh hasil di

antara 21 siswa kelas VII terdapat 18 orang atau 86% siswa yang memperoleh

nilai 70 ke atas. Taraf keberhasilan 86% berada pada rentang 85%-100% tabel

keberhasilan, sehingga dikualifikasikan ’sangat baik’. Taraf keberhasilan tersebut

memenuhi indikator keberhasilan penelitian.

g) Tahap penghargaan kelompok

Skor perolehan siswa dalam lembar pengskoran kelompok, diakumulasi, sehingga

setiap kelompok memperoleh total skor. Kelompok tersebut kemudian diurutkan

sesuai dengan perolehan skornya. Skor dengan perolehan skor terbesar keluar

sebagai pemenang dan diberikan penghargaan oleh peneliti.

3) Observasi

Observasi merupakan tindakan pengamatan terhadap rencana tindakan dan

pelaksanaan tindakan yang merupakan inti pengamatan, yakni aktivitas pembelajaran

berupa aktivitas siswa dan cara guru menghadirkan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan pendekatan matematika realistik. Hasil pengamatan dicatat dalam

lembar observasi. Dalam pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang pengamat yang

mengamati dan mengisi lembar pengamatan yang telah disiapkan.

a) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap aktivitas siswa

Pada tahap persiapan pembelajaran dan tahap penyajian kelas, siswa menyimak

dengan baik penjelasan dari guru tentang tujuan dan konsep persamaan linier satu

variabel. Pada tahap belajar kelompok dan tahap pemeriksaan hasil kerja

kelompok, utamanya dalam diskusi internal kelompok dan diskusi kelas, aktivitas

siswa sudah cukup merata, dimana dalam diskusi kelompok siswa yang tuntas

menjadi tutor bagi temannya, dan diskusi kelas, kelompok diwakili oleh siswa

yang belum tuntas, sehingga siswa yang belum tuntas terlibat aktif dalam diskusi.

Pada tahap tes individu, siswa mengikuti tes dengan baik, yakni bersikap tertib dan

tidak bekerja sama. Pada tahap penghargaan kelompok, terlihat bahwa siswa yang

menerima penghargaan sangat senang dan lebih termotivasi, sedangkan yang

belum menang akan berusaha lebih baik supaya bisa mendapatkan hadiah

(penghargaan).

Dari keseluruhan tahapan observasi terhadap siswa di atas, yang dapat dijadikan

tolok ukur aktivitas siswa adalah pada saat diskusi internal kelompok. Dimana

tercatat bahwa dari tiap-tiap kelompok rata-rata 4-5 orang yang aktif berdiskusi

dan menjawab LKS, sisanya masih terlihat pasif. Jadi dalam satu kelas dicatat

terdapat 17 orang atau 81% siswa kelas IV yang aktif. Taraf keberhasilan 81%

berada pada rentang 70%-84% tabel keberhasilan dengan kualifikasi ’baik’.

b) Observasi dan pengolahan data lembar observasi terhadap guru

Pada tahap persiapan pembelajaran, peneliti melaksanakan dengan baik

memberikan apersepsi, dan tujuan pembelajaran. Pada tahap penyajian materi,

peneliti baik dalam memberikan penjelasan persamaan linier satu variabel, peneliti

sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang

kurang dimengerti. Pada tahap memberikan tes individual dan tahap pemeriksaan

hasil tes, sudah dilaksanakan peneliti dengan baik dalam mengawasi perilaku

siswa dalam mengerjakan tes. Pada tahap penghargaan kelompok, peneliti sudah

baik dalam mengakumulasikan skor kelompok dan memberikan penghargaan

kelompok. Pada tahap bekerja kelompok (diskusi internal kelompok), dan tahap

pemeriksaan hasil kerja kelompok (diskusi kelas), peneliti sudah cukup baik,

dengan mengunjungi kelompok untuk memberikan arahan dan bimbingan personal

kepada siswa, serta memberikan arahan kepada siswa yang tuntas menjadi tutor

bagi temannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada kedua langkah tersebut,

sudah dilaksanakan peneliti dengan baik. Dari 7 langkah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan

matematika realistik, peneliti relatif melaksanakan seluruh langkah, tetapi tidak

dapat dikatakan sempurna (100%) dikarenakan pada tes hasil belajar siklus II,

masih ada siswa yang belum tuntas (nilai di bawah 70). Sehingga dapat

diperkirakan peneliti melaksanakan 90% langkah model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik dengan pendekatan

matematika realistik, berada pada rentang 85-100% atau dapat dikategorikan

’sangat baik’, serta sudah memehuhi target proses dalam indikator keberhasilan

(80%).

4) Refleksi

Setelah serangkaian kegiatan tindakan yang berlangsung, peneliti mengadakan

kilas balik atau refleksi. Refleksi pada siklus II berupa kesimpulan hasil penelitian

mulai dari siklus I sampai siklus II. Refleksi ini bertujuan mengadakan koreksi

terhadap pelaksanaan siklus penelitian untuk melihat dan menilai tingkat keberhasilan

penelitian. Refleksi pada siklus II ini mengacu kepada indikator penelitian, yang

memberikan target yang harus dicapai dalam penelitian.

Dari refleksi terhadap ketiga siklus di atas (siklus I, dan II), memberikan data

bahwa hasil pembelajaran tentang persamaan linier satu variabel, pada siswa kelas

VIIa SMP Negeri 3 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar cenderung mengalami

peningkatan dari siklus ke siklus, akan tetapi pada siklus I hasil penelitian belum

mencapai target indikator keberhasilan penelitian. Pada siklus II, hasil penelitian telah

berhasil mencapai target indikator keberhasilan penelitian, baik target proses

(aktivitas siswa dan aktivitas guru) maupun target hasil (hasil belajar siswa).

B. Pembahasan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang telah dikemukan di atas, maka

pembahasan hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:

2. Siklus I

Rangkaian kegiatan siklus I mengikuti prosedur pelaksanaan penelitian, yakni:

perencanaan/persiapan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada pelaksanaan

tindakan di kelas, diterapkan langkah model kooperatif tipe STAD, yakni:

1) persiapan pembelajaran; 2) penyajian materi; 3) bekerja kelompok;

4) pemeriksaan hasil kerja kelompok; 5) tes individu; 6) penilaian tes individu; dan

7) penghargaan kelompok.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I, mendapat kendala pada pembentukan

kelompok, karena belum adanya dasar skor hasil belajar siswa yang dapat menjadi

acuan dalam pengaturan komposisi kelompok. Sehingga kelompok yang terbentuk

tidak terkomposisi dengan baik. Kelompok ini tentunya berpengaruh terhadap diskusi

kelompok yang relatif kurang baik aktivitasnya. Di mana siswa dengan tingkat

kemampuan yang baik berkumpul dalam satu kelompok, sementara siswa dengan

tingkat kemampuan yang lebih rendah kurang terbantu karena tidak adanya bantuan

dari temannya sebagai tutor.

Fakta hasil-hasil penelitian siklus I, yakni aktivitas guru 57%, aktivitas siswa

46,15%, dan hasi belajar siswa (siswa yang tuntas) 53,85%. Taraf keberhasilan (%)

menurut tabel keberhasilan Arikunto (2002), aktivitas guru dikualifikasikan cukup,

aktivitas siswa dikualifikasikan kurang, dan hasil belajar siswa dikualifikasikan

kurang.

3. Siklus II

Kegiatan penelitian siklus II, mengikuti prosedur pelaksanaan seperti pada

siklus I. Pada kegiatan pelaksanaan tindakan di kelas juga diterapkan langkah model

kooperatif tipe STAD sesuai pendapat Asma (2005). Pelaksanaan tindakan pada

siklus II, masih mendapat kendala pada pembentukan kelompok, meskipun sudah

didasarkan kepada pencapaian hasil belajar siswa pada siklus I, akan tetapi jumlah

siswa yang mencapai nilai/skor minimal 70 relatif masih kurang, sehingga dalam satu

kelompok siswa yang tuntas (skor minimal 70) kesulitan menjadi tutor bagi temannya

yang belum tuntas. Kondisi tersebut mengakibatkan aktivitas siswa belum merata

dengan baik. Selain itu, intensitas guru dalam mengunjungi siswa secara

berkelompok, relatif masih kurang, sehingga kurang dapat membimbing siswa secara

personal dalam diskusi kelompok, terutama kepada siswa yang belum tuntas relatif

belum terbimbing dengan optimal, sehingga hasil belajar siswa yang bersangkutan

juga kurang maksimal.

Fakta hasil-hasil penelitian siklus II, yakni aktivitas guru 71%, aktivitas siswa

61,54%, dan hasi belajar siswa (siswa yang tuntas) 61,54%. Taraf keberhasilan (%)

menurut tabel keberhasilan Arikunto (2002), aktivitas guru dikualifikasikan baik,

aktivitas siswa dikualifikasikan cukup, dan hasil belajar siswa dikualifikasikan cukup.

4. Siklus III

Kegiatan penelitian siklus III, mengikuti prosedur pelaksanaan seperti pada

siklus II. Pada kegiatan pelaksanaan tindakan di kelas juga diterapkan langkah model

kooperatif tipe STAD sesuai pendapat Asma (2005). Pada siklus III pelaksanaan

tidakan di kelas telah mengalami perbaikan dan pembenahan, antara lain:

1. Aktivitas siswa: diperbaiki dengan cara

memaksimalkan pembentukan kelompok belajar yang diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang tuntas lebih banyak dari siswa yang belum tuntas, dengan

demikian diharapkan siswa yang tuntas dapat menjadi tutor secara optimal bagi

temannya.

2. Aktivitas guru: dibenahi dengan cara memaksimalkan

pelaksanaan langkah model kooperatif tipe STAD. Selain arahan di depan kelas,

guru juga mengunjungi tiap kelompok untuk membimbing siswa secara personal,

terutama kepada siswa yang belum tuntas. Memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami.

Siswa sebagai salah satu komponen belajar dapat terlibat secara aktif dalam

pembelajaran, sehingga belajar merupakan pengalaman bermakna baik bagi siswa

maupun guru. Fakta hasil-hasil penelitian siklus III, yakni aktivitas guru 80%,

aktivitas siswa 76,92%, dan hasi belajar siswa (siswa yang tuntas) 76,92%. Taraf

keberhasilan siklus III, menurut tabel keberhasilan Arikunto (2002), aktivitas guru

dikualifikasikan sangat baik, aktivitas siswa dikualifikasikan baik, dan hasil belajar

siswa dikualifikasikan baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah pelaksanaan penelitian, maka dapat

disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik

dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang penjumlahan pecahan. Pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan matematika realistik, menjadikan siswa

aktif dalam belajar, menumbuhkan semangat bekerja sama (kooperatif), dan

membangkitkan semangat kompetisi yang edukatif dalam diri siswa. Hasil penelitian,

memperlihatkan bahwa: aktivitas guru, aktivitas siswa mengikuti proses

pembelajaran, dan hasil belajar siswa tentang penjumlahan pecahan meningkat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa tentang penjumlahan pecahan,

dapat meningkat, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan matematika realistik di kelas IV SDN 233 Lanrisang Kabupaten Pirang,

dibuktikan dengan hasil belajar pada siklus I dan siklus II dikualifikasikan cukup,

serta siklus III dikualifikasikan baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran,

antara lain:

1. Bagi guru, agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan matematika realistik pembelajaran kepada siswa, dengan menerapkan

langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

matematika realistik, guru memiliki bekal dan persiapan yang matang dalam

merancang skenario pembelajaran yang hendak di terapkan.

2. Bagi sekolah dan pihak terkait, hendaknya mengadakan penelitian yang serupa

pada materi pelajaran yang berbeda, demi peningkatan mutu pendidikan.

63