Post on 13-Aug-2015
description
Panic Disorder
Serangan panik merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan
meningkat yang berlangsung 15 sampai 30 menit ketika individu mengalami
ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Adapun
serangan panik berulang merupakan epidode intermiten tingkat ansietas atau rasa
takut paling tinggi yang berlangsung 15 sampai 30 menit disertai 4 atau lebih
gejala.
Awitan dan Proses Klinis
• Awitan gangguan panik memuncak pada remaja akhir dan pertengahan usia
30an. (Keltner et al).
• Meskipun panik merupakan sesuatu yang normal pada seseorang yang
mengalami situasi yang mengancam jiwa, individu dengan gangguan panik
mengalami respons emosional dan fisiologis tanpa stimulus ini.
Tanda dan gejala
Selama serangan panik, individu tersebut sangat cemas dan
memperlihatkan 4 atau lebih gejala berikut: palpitasi, berkeringat, tremor, sesak
nafas, rasa asfikasi, nyeri dada, mual, distress abdomen, pusing, parestesia,
menggigil, atau hot flash.
Adapun tanda dan gejala dari serangan panik berulang meliputi: frekuensi
jantung cepat, jantung berdegup keras, atau frekuensi jantung sangat meningkat,
gemetar, menggigil, berkeringat, merasa tidak mampu bernafas, merasa tersedak,
nyeri dada, mual, pening, pusing atau rasa ingin pingsan, merasa segala sesuatu
tidak nyata (derealisasi) atau merasa terpisah dari diri sendiri (depersonalisasi),
khawatir menjadi gila atau kehilangan kendali, takut akan segera meninggal,
kesemutan atau baal pada tubuh, hot flash, kedinginan sampai menggigil,
khawatir akan berulangnya serangan panik dengan menghindari tempat atau orang
yang membuat serangan panik muncul.
Serangan panik yang dialami oleh orang Amerika latin dan orang Eropa
utara sering kali mencakup perasaan tersedak, tercekik, baal, atau kesemutan, dan
rasa takut mati. Teh sperarmint, kamomil, daun jeruk, atau sweet basil digunakan
untuk mengobati berbagai tipe gangguan ansietas pada beberapa kelompok
Hispanik. (Spector, 2000)
Etiologi
Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Pada kembar monozigot,
terdapat 31% kemungkinan bahwa salah satu kembar tersebut akan mengalami
gangguan panik jika kembar yang lain mengalaminya. Ketika diketahuai bahwa
individu yang mengalami gangguan ansietas memiliki insidens manifestasi
gangguan ansietas yang lebih besar setelah melakukan latihan fisik yang keras.
Grinspoon (1996) menjelaskan pengguanaan natrium laktat,
karbondioksida, dan kafein untuk menstimulasi serangan panik dan menemukan
abnormalitas pada parahipokampus (area korteks serebri yang terkait dengan
sistim limbik) menunjukan peningkatan aliran darah ketika individu yang
mengalami gangguan panik diberikan zat tersebut. Tidak ada efek yang terlihat
pada aliran darah serebral individu yang normal atau mereka yang mengalami
gangguan panik dan tidak menunjukkan sensitifitas terhadap laktat. Hal ini
menunjukkan bahwa sensitifitas laktat dapat dikaitkan dengan hanya beberapa tipe
gangguan panik. Serangan panik dapat muncul ketika girus parahipokampus
diaktifkan oleh jalur norepinefrin.
Gejala serangan panik, misalnya penigkatan frekuensi jantung sama
dengan gejala yang terlihat pada peningkatan kadar norepinefrin yang dilepaskan.
Obat-obatan seperti yohimbin menyekat reseptor pengingat norepinefrin sehingga
ansietas meningkat. Klonidin yang membantu pengikatan reseptor terhadap
norepinefrin, mengurangi gejala ansietas. Disfungsi serotonin dievakuasi karena
inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) terbukti bermanfaat dalam terapi
gangguan panik. Adenosin, suatu neurotransmiter purin yang mengurangi
pelepasan sebagian besar neurotransmiter lain, dapat digunakan dalam terapi
gangguan panik. Kafein, yang mempengaruhi reseptor adenosin, menimbulkan
ansietas pada banyak individu, tetapi menyebabkan serangan panik skala penuh
pada beberapa individu yang mengalami gangguan panik. Para peneliti mengkaji
peran agonis reseptor adenosin pada banyak gangguan ansietas (Keltner et al,
1998).
Psikoanalisis
Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam sadar.
Informasi ini dapat menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu dari 4
sumber : ansietas superego, rasa bersalah yang dirasakan oleh individu yang
secara sosial dan personal memiliki impuls yang tidak tepat dan tipe hukuman
terhadap konflik jika informasi ini diketahui; ansietas kastrasi, terkait dengan
fantasi tentang mutilasi genital atau tubuh; ansietas separasi, tentang potensi
kehilangan orang terdekat; ansietas id, atau destruksi individu. Tujuan
psikoanalisis adalah menghadapi konflik untuk mengkaji sumber ansietas yang
sebenarnya kemudian melakukan intervensi. (Freud,1936)
Terapi dan prognosis
a. Psikoterapi
Beberapa teknik yang digunakan oleh ahli psikoterapi perilaku:
• Positive reframing merupakan mengubah pesan negatif menjadi pesan
positif. Ahli terapi mengajarkan individu menciptakan pesan positif
yang digunakan selama periode panik.
• Latihan asertif, dapat membantu individu lebih mengendalikan situasi
hidup. Tehnik ini membantu individu menegosiasikan situasi
interpersonal dan membangun keyakinan diri.
b. Psikofarmakologi
Empat kategori obat yang digunakan untuk mengobati gangguan
panik: SSRI, anti depresan trisiklik (ATS) atau anti depresan heterosiklik,
ansiolitik benzodiazepin, dan anti depresan inhibitor monoamin oksidase
(MAOI).
1) SSRI
Secara umum, anti depresan SSRI adalah obat-obatan yang
paling efektif yang digunakan untuk mengobati gangguan panik dengan
atau tanpa agorafobia. Obat-obatan ini tidak adiktif. Apabila diberikan
selama sekurang-kurangnya 6 sampai 18 bulan dan dosisnya dikurangi
secara bertahap dan lambat, angka relapsnya ialah 23%.
SSRI tidak boleh diberikan bersama dengan MAOI karena hal
ini dapat menyebabkan krisis hipertensi. Pemberian MAOI harus
dihentikan 3 sampai 5 minggu sebelum pemberian SSRI dimulai untuk
mencegah krisis hipertensi.
Fluoksetin (Prozac), dengan waktu paruh 4 sampai 16 hari,
terbukti efektif dalam mengobati gangguan panik dengan dosis 1 kali
setiap minggu (Emmanuel et al., in press). SSRI yang lain meliputi
paroksetin (Paxil), sertralin (Zoloft), dan sitalopram (Celexa).
2) Anti Depresan
ATS suatu kelas antidepresan awal, efektif dalam mengobati ganguan
panik. Obat-obatan ini tidak adiktif dan terapi jangka panjang
direkomendasikan. ATS diduga bekerja dengan menyekat reuptake
norepinefrin dan serotonin. ATS tidak boleh diberikan bersama dengan
MAOI karena dapat menyebabkan krisis hipertensi. Pemberian MAOI
harus dihentikan 3 sampai 5 minggu sebelum pemberian ATS dimulai.
Ada suatu periode penundaan 1 sampai 3 minggu sebelum ATS
mencapai kadar serum yang sangat tinggi untuk mengurangi serangan
panik.
3) Ansiolitik
Ansiolitik benzodiazepin digunakan selama periode singkat (4 minggu
atau kurang) dan dikurangi bertahap karena munculnya habituasi.
Ansiolitik seperti alprazolan (Xanax, kerja singkat) dan klonazepan
(Klonopin, kerja lama, memiliki efek anti kejang), dapat digunakan
untuk terapi jangka pendek, tapi harus dikurangi bertahap setelah
beberapa minggu sampai beberapa bulan karena obat-obatan ini dapat
menyebabkan ketergantungan.
4) MAOI
Fenezelin MAOI (Nardil) menghambat timbulnya gejala gangguan
panik (Keltner et al & Folks., 1997)
Videbeck, Sheila L.. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Doengoes, E.M., Townsend M. C., Moorhouse M. F.. 2007. Rencana
Asuhan Keperawatan Psikiatri Ed. 3. Jakarta: EGC.