Post on 23-Oct-2015
description
OTITIS MEDIA AKUTDimas Muhammad Akbar
Dokter Pembimbing: dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL., M. Kes
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung TenggorokanRS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
DEFINISI
• Peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
• Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas:
Otitis media supuratif akut & kronis
Otitis media non supuratif akut & kronis
Otitis media spesifik/lain otitis media tuberkulosa, sifilitika, adhesiva
EPIDEMIOLOGI
• Umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan (kemiskinan, kepadatan penduduk, hygiene, status nutrisi rendah, pelayanan pengobatan terbatas), asupan ASI atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba eustachius, inmatur tuba eustachius dan lain-lain
• Banyak terdapat pada anak-anak: a) sistem kekebalan dalam perkembangan; b) saluran eustachius lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek; c) adenoid pada anak > dewasa; d) Insidens pada anak laki-laki > anak perempuan.
ETIOLOGI: BAKTERI
• 3 jenis bakteri tersering: streptococcus pneumoniae (40%), haemophilus influenzae (25-30%), dan moraxella catarhalis (10-15%).
• 5% kasus pathogen lain: streptococcus pyogenes (group a beta-hemolytic), staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif.
• Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit.
• Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita.
ETIOLOGI: VIRUS
• Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik lain.
• Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.
• Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya
GEJALA KLINIS
• Pada anak yang sudah dapat berbicara: rasa nyeri di dalam telinga, suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
• Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa: nyeri, rasa penuh di telinga, rasa kurang mendengar.
• Pada bayi dan anak kecil: suhu tubuh tinggi mencapai 39,5°C (stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang
SKOR OMA PADA ANAK
Sk
orSuhu Gelisah
Tarik
Telinga
(Tuggin
g)
Hiperemis
Membran
Timpani
Bengkak
Pada
Membran
Timpani
(Bulging)
0 < 38,0Tidak
ada
Tidak
adaTidak ada Tidak ada
138,0 –
38,5Ringan Ringan Ringan Ringan
238,6 –
39,0Sedang Sedang Sedang Sedang
3 > 39,0 Berat Berat Berat Berat, otore
TINGKAT KEPARAHAN OMA PADA DEWASA
• Kriteria diagnosis ringan-sedang: terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran timpani, otore yang purulent, demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran timpani.
• Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0°C, dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat.
TUBA EUSTACHIUS
• Tuba eustachius: saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring
• Tuba eustachius dalam keadaan steril serta tertutup, baru terbuka apabila udara diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.
• Tuba eustachius mempunyai tiga fungsi penting: a) Ventilasi menjaga tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar; b) Proteksi telinga tengah dari tekanan suara, menghalangi masuknya sekret atau cairan dari nasofaring ke telinga tengah; c) Drainase bertujuan untuk mengalirkan hasil sekret cairan telinga tengah ke nasofaring
PATOGENESIS
• Normal telinga tengah memiliki penghalang (keadaan steril) terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring mekanisme pencegahan penjalaran penyakit oleh enzim pelindung & bulu halus tuba bila sistem perlindungan ini tidak berfungsi akibat peradangan/sumbatan tuba OMA.
• Obstruksi tuba eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Intraluminal ISPA, inflamasi terjadi, timbul edema pada mukosa tuba & akumulasi sekret di telinga tengah. Faktor ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid
Etiologi :
Perubahan tekanan udara tiba-tibaAlergi,Infeksi,Sumbatan
Fungsi Tuba tetap terganggu, Ada infeksi
Tekanan Negatif telinga tengah
Efusi
Sembuh/normal
OME
Fungsi Tuba tetap tergangguInfeksi (-)
OME
Gangguan Tuba
Sembuh
OMA
OMSK
PERJALANAN PENYAKIT1. Stadium
penyumbatan tuba eustachius
terdapat gambaran retraksi membran
timpanimembran timpani berwarna normal atau keruh pucatsukar dibedakan
dengan otitis media serosa virusDemam (-)
2. Stadium Hiperemis/presu
purasipembuluh darah tampak lebar dan
edema pada membran timpaniSekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat
3. Stadium Supurasi
membran timpani menonjol ke arah
luar sel epitel
superfisial hancurterbentuk eksudat purulen di kavum
timpani & sel mastoid
pasien tampak sangat sakit, nadi
dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat.
PERJALANAN PENYAKIT (SAMB...)
4. Stadium PerforasiMembran timpani rupturKeluar nanah dari telinga
tengahPasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat
tidur nyenyak
5. Stadium ResolusiBila membran timpani
tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembaliBila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
mengeringResolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila
virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.
Stadium perforasi dapat menetap dan berubah menjadi Otitis Media
Supuratif Kronik.
DIAGNOSIS
• Muncul secara mendadak dan bersifat akut.
• Adanya tanda efusi (pengumpulan cairan di telinga tengah) menggembungnya membran timpani (bulging), terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
• Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
PERBEDAAN OMA DAN OTITIS MEDIA EFUSI/SEROSA
Gejala dan Tanda OMA
OM
E
Nyeri telinga (otalgia), menarik telinga (tugging) + -
Inflamasi akut, demam + -
Efusi/cairan di telinga tengah + +
Membran timpani membengkak (bulging), rasa penuh
di telinga
+/- +
Gerakan membran timpani berkurang atau tidak ada + +
Warna membran timpani abnormal seperti menjadi
putih, kuning, dan biru
+ +
Gangguan pendengaran + +
Otore + +
Otore purulen akut + -
Kemerahan membrane timpani, erythema + -
PENATALAKSANAANPada stadium
oklusiuntuk melebarkan kembali saluran
eustachius, dengan pemberian obat
tetes hidung berupa dekongestan HCl
efedrin 0,5% untuk <12 tahun, 1%
untuk >12 tahun. selain itu sumber
infeksi harus segera diobati.
Pada stadium hiperemis
diberikan antibiotik, anti peradangan, dan anti nyeri. Pada anak,
ampisilin diberikan dengan dosis 50-100
mg/kg BB perhari dibagi dalam 4 dosis,
atau amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi
3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/ hari ,minimal 7
hari.
Pada stadium SUPURASI
pemberian antibiotik
dan dilakukan
miringotomi
Pada stadium PERFORASI
obat cuci telinga H2O2 3% selama
3-5 hari, dan antibiotik
yang adekuat (3 minggu)
• Bila tidak terjadi resolusi tampak sekret mengalir melalui perforasi membran Timpani karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah antibiotik lanjut hingga 3 minggu
• Jika sekret keluar berlanjut > 3 minggu otitis media supuratif subakut
• Jika perforasi menetap dan sekret tetap keluar >1 ½ - 2 bulan OMSK
• Observasi 48 – 72 jam (analgesik: asetaminofen, ibuprofen)
KRITERIA TERAPI ANTIBIOTIK DAN OBSERVASI PADA ANAK DENGAN OMA
Usia Dx Pasti (certain) Dx meragukan
(uncertain)
< 6 bl Antibiotik Antibiotik
6 bl - 2
th
Antibiotik Antibiotik (berat), observasi
(ringan)
> 2 th Antibiotik (berat), observasi
(ringan)
Observasi
MEDIKAMENTOSA
• Amoksisilin (first-line terapi) dengan pemberian 80mg/kgbb/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap streptococcus penumoniae. Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir.
• Second-line terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap haemophilus influenzae dan moraxella catarrhalis, termasuk streptococcus penumoniae. Pneumococcal 7-valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk menurunkan prevalensi otitis media
MIRINGOTOMI (3RD LINE)
• Tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar
• Syarat tindakan : dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak tenang.
• Lokasi : posterior-inferior
• Indikasi: nyeri berat, demam, komplikasi OMA (paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat), terapi obat gagal (2x antibiotic pada 1 episode OMA)
• Pakai lampu kepala dengan sinar cukup terang, corong telinga yang sesuai dan pisau khusus (miringotom) yang kecil dan steril
TIMPANOSINTESIS
• Pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan.
• Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah.
• Pipa timpanostomi dapat menurunkan morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.
ADENOIDEKTOMI
• Menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan.
• Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren
KOMPLIKASI OMA
• Abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis.
• Komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis, petrositis),
• Ekstratemporal (abses subperiosteal),
• Intracranial (abses otak, tromboflebitis).
PENCEGAHAN
• Mencegah ISPA pada bayi dan anak-anak
• Menangani ISPA dengan pengobatan adekuat
• Menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan
• Menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain
REFERENSI
• American Academy Of Pediatrics And America Academy Of Family Physicians, 2004. Diagnosis And Management Of Acute Otitis Media. Pediatrics 113(5):1451-1465.
• Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi, E.A., Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi Ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 64-86.
• Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., Ed. Nelson Textbook Of Pediatrics. 18th Ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646.
• Titisari, H., 2005. Prevalensi Dan Sensitivitas Haemophilus Influenzae Pada Otitis Media Akut Di PSCM Dan RSAB Harapan Kita. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
IDENTITAS
• Nama : Sdr. N
• Jenis kelamin : laki-laki
• Umur : 19 tahun
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Siswa
• Pendidikan : SMA
• Status perkawinan : belum menikah
ANAMNESIS
• KU: nyeri pada telinga kiri; keluhan tambahan: rasa penuh di telinga
• RPS: OS datang dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 4 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus. OS juga mengatakan telinga terasa penuh dan berdenging. Tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Tidak ada nyeri kepala atau nyeri belakang telinga. Riwayat trauma pada kepala dan telinga kiri disangkal. Tidak ada riwayat kemasukan benda asing ke dalam telinga kiri. 1 minggu yang lalu, mengalami batuk pilek dan sering bersin-bersin dengan keluar ingus yang encer
• RPD: belum pernah mengalami hal seperti ini. Pasien tidak menderita darah tinggi, penyakit jantung, asma, alergi makanan/obat-obatan
• RPK: tidak ada yang mengalami keluhan yang sama., Penyakit jantung (-), asma (-), keganasan (-), DM (-), alergi (-)
• Riwayat pengobatan: tidak ada riwayat pemakaian obat-obatan ototoksik.
• Riwayat kebiasaan: merokok (+), minum alkohol (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Tanda vital
• KU : tampak sakit ringan
• Kesadaran : compos mentis
• TD : 120/80 mmghg
• Nadi : 88x/menit
• Respirasi : 20x/menit
• Suhu : afebris
• Status generalis : dbn
STATUS THT: TELINGA
Aurikular/Preaurikular
Dekstra Sinistra
Inspeksi
Bentuk Normotia Normotia
BesarSimetris, normal
Simetris, normal
Fistel (-) (-)
Sikatriks (-) (-)
PalpasiNyeri Tekan
(-) (-)
Benjolan (-) (-)
Retroaurikular Dekstra Sinistra
Inspeksi
KulitNormal, tidak
hiperemisNormal, tidak
hiperemis
Fistel (-) (-)
Sikatriks (-) (-)
Abses (-) (-)
Massa (-) (-)
Palpasi Nyeri Tekan (-) (-)
PerkusiNyeri ketok
mastoid(-) (-)
CANALIS AKUSTIKUS EXTERNA
Dekstra Sinistra
Inspeksi
KulitNormal, tidak
hiperemisNormal, tidak
hiperemis
Serumen (-) (-)
Sekret (-) (-)
Granulasi (-) (-)
Corpus alienum (-) (-)
Palpasi Nyeri Tekan (-) (-)
MEMBRAN TIMPANI
Dekstra
Sinistra
Refleks Cahaya(+) jam
7(+)
berkurang
Perforasi
Kolesteatoma
(-) (-)
Granulasi (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Edema (-) (+)
HIDUNG LUAR
Dekstra Sinistra
Inspeksi
Bentuk Simetris Simetris
Deformitas (-) (-)
Massa (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
Udem (-) (-)
PalpasiNyeri Tekan (-) (-)
Krepitasi (-) (-)
RHINOSKOPI ANTERIOR
Rhinoskopi posterior: tidak dilakukan
Dekstra Sinistra
MukosaHiperemis
(-)Hiperemis
(-)
Septum Nasi
Deviasi (-) Deviasi (-)
Konka Inferior
Eutrofi Eutrofi
Sekret (-) (-)
Pasase Udara
(+) (+)
Massa (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
RONGGA MULUT
• Oral hygiene: baik, halitosis (-)
• Mukosa bucogingiva: tidak hiperemis, ulkus (-)
• Karies gigi: (-)
• Uvula: tidak hiperemis, berada di garis median
• Arcus faring: tidak hiperemis, edema (-)
• Lidah: normoglotis, tidak hiperemis, gerakan normal, parase (-), massa (-)
• Orofaring: granula (-), hiperemis (-), post nasal drip (-), refleks muntah (-)
TONSIL
Laringoskopi indirek: tidak dilakukan
Dekstra
Sinistra
UkuranSimetr
isSimetr
is
Hiperemis
(-) (-)
Kripta (-) (-)
Detritus (-) (-)
Perlekatan
(-) (-)
MAKSILO FASIAL
Dekstra Sinistra
Inspeksi
Bentuk Normal Normal
Parase (-) (-)
Racoon Eye (-) (-)
Palpasi
Krepitasi (-) (-)
Nyeri Tekan (-) (-)
Parestesi (-) (-)
Benjolan (-) (-)
LEHER & TES PENDENGARAN
• Inspeksi: kelenjar getah bening (-), udem (-), hematom (-), luka (-)
• Palpasi: massa (-), kelenjar getah bening (-)
• Tes pendengaran: tidak dilakukan
• Pemeriksaan transluminasi: tidak dilakukan
DIAGNOSIS & TATALAKSANA
• Diagnosis banding: otitis media akut stadium hiperemis auris sinistra, otitis media serosa
• Diagnosis klinis: OMA stadium hiperemis auris sinistra
• Tatalaksana: antibiotik: golongan penisilin amoxicillin 500 mg 3x/hari selama 5 hari; dekongestan: pseudoefedrin topical; analgesia: lidoakain 2% 3 tetes 3x/hari
• Saran & usulan: kontrol ke poliklinik tht setelah 7 hari jika tidak ada pembaikan, menghindari minum es