Post on 06-Jan-2017
BAB XIV : MODEL PREDIKSI KEUANGAN 1. Model Prediksi Keuanagan
a. Linear Programming untuk merencanakan prediksi kombinasi input biaya paling
optimal untuk menghasilkan suatu atau beberapa produk atau output. Dapat
merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi.
b. Delphi Forecasting hampir sama dengan metode expert system, disempurnakan
dengan menggunakan diskusi metode para ahli, didepat sampai pada kesimpulan
terbaik yang merupakan konsensus para ahli.
c. Time Series Forecasting (tren)prestasi lalu digambarkan secara berseri kemudian
dari gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian dari kecenderungan garis
tersebut dilihat angka masa depan seagai angka ramalan.
d. Break Even Analysis disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Mencoba mencari
dan menganalisisi hubungan antara besarnya biaya, besar volume dalam unit dan
rupiah, dan laba. Dari hasil analisis ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk
mencapai ingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok,
dan informasi lainnya yang dibutuhkan.
e. Just In Time (JIT) merupakan model yang memiliki sifat-sifat:
i. Penekanan pada prinsip Visibility. Setiap masalah yang memerlukan
perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai peluang.
ii. Output disesuaikan dengan permintaan, kegiatan produksi disesuaikan
dengan upaya menyeimbangkan keduanya.
iii. JIT menghendaki kesederhanaan/kemudahan bukan kerumitan.
iv. Pendekatan bersifat holistik atau global. Konsep harus diterima umum dan
melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki.
v. JIT menganut konsep perbaikan terus menerus. Hakikatnya berupaya
menghilagkan pemborosan. Setiap sumberdaya digunakan secara minimal
dan hanya benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk. JIT bukan
merupakan:
1. Program/kebijaksanaan persediaan
2. Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan
3. Fenomena kebudayaan
4. Proyeksi penggunaan bahan
5. Proyeksi kebutuhan bahan
6. Obat mujarab bagi manajer yang lemah
Konsep JIT (Johanson:1990)
i. Sikap Awareness/Education sikap terus mencoba walau mulanya salah
sebagai bentuk pembelajaran bagi personel.
ii. House-KeepingSetiap orang bertanggung jawab pada setiap peralatan dan
harta perusahaan.
iii. Quality Improvement Kualitas harus terus ditingkatkan menuju “zero
defects”. Ada kesalahan, operasi dihentikan, koreksi dilakukan.
iv. Uniform Plant Load (UPL) jika menjual harian, produksi harian pula, tidak
perlu ada persediaan.
v. Redesign Process Flow kegiata harus didesain sedemikian rupa sehingga
seluruh peralatan digunakan untuk memproduksi barang secara grup bukan
per departemen.
vi. Set up Reduction melakukan redesain sehingga produk benar-benar sesuai
kebutuhan.
vii. Supplier Network jaringan permasalahan diatur agar barang yang
dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang diterima saat diperlukan.
f. Economic Order Quantity (EOQ)memberikan angka berapa order pembelian
sehingga mendapatkan biaya yang optimal.
Untuk mengetahui pembelian atau pesanan bahan:
𝐸𝑂𝑄 = √2 𝑂𝐴
𝐶
A = Jumlah Bahan yang digunakan per tahun
O = Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk mendapat dan melakukan order
C = Carrying Cost. Biaya yang diperlukan perusahaan dalam 1 tahun untuk per unit.
Biaya asuransi dan biaya penyimpanan.
Contoh:
PT Citra Harmoni menggunakan bahan setahun 5400 unit. Biaya dikeluarkan untuk
melakukan pesanan Rp10.000,00. Carrying Cost sebesar Rp1.200,00. Berapa jumlah
optimum sekali pesan?
Jawab:
𝐸𝑂𝑄 = √2 𝑂𝐴
𝐶 = √
2 𝑥 5.400 𝑥 10.000
1.200= 300 Unit
2. Metode Lain Analisis Laporan Keuangan
a. Bond Rating (Ahmed Belkaoui)
Model/Fungsi Diskriminan didasarkan pada taksiran sample yields tahun 1981 yang
merupakan fungsi diskriminan untuk tiap 5 kelompok rating. Dapat digunakan untuk
menjelaskan atau meramalkan peringkat obligasi di pasar modal.
b. Bankruptcy Model (Altman)
Z = 1,2X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,999 X5
X1 = Modal Kerja/Total Aktiva
X2 = Laba Ditahan/Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva
X4 = Harga Pasar dari equity pemilik/Nilai Buku Total Hutanga.b
X5 = Penjualan/Total Aktiva
a = Jumlah saham biasa yang beredar pada tahun x rata rata harga pasar per saham
untuk semester akhir + Nilai buku saham prioritas b = Jumlah hutang Lancar + Utang Jangka Panjang
Jika Z > 2,675 Perusahaan tidak ada tendensi untuk bangkrut
Jika Z < 2,675 Perusahaan diperkirakan bangkrut dalam jangka waktu tiga tahun
c. Net Cash Flow Prediction Model (Bernstein dan Maksy)
NCFOt+1 = NSt (1+G) (PTR) (1-CTR) + (NSt+1) (DER) – (NSt+1 – NSt) (WCR)
NCFOt+1 = Net Cash Flow dari Operasi tahun yang akan datang
NSt = Penjualan Bersih Tahun Berjalan
G = Tingkat Pertumbuhan Penjualan
PTR = Rasio Laba sebelum Pajak terhadap Penjualan
CTR = Cash Tax Rate (Pajak dibayar sebenarnya terhadap laba sebelum pajak
NSt+1 = Penjualan tahun Depan = NSt(1+G)
DER = Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan
WCR = Rasio odal Kerja (Perubahan dalam Modal Kerja Operasi terhadap
perubahan dalam penjualan)
d. Take Over Prediction Model (Ahmed Belkaoui)
Menggunakan Koeisien diskriminan dan tes signifikansi. Perusahaan dengan skor Z >
daripada Z* bukanlah merupakan kandidat perusahaan yang akan di take over.
Catatan:
i. Cash Flow = Laba Bersih + Penyusutan + Laba dari discontinued operation
dan Pos Luar Biasa
ii. Net Worth = Stockholder’s Equity
iii. Quick Access = Kas + Surat Berharga + Wesel Tagih dan Piutan Dagang
iv. Dapat menerapkan model tersebut untuk dua tahun terakhir saja.
BAB XV : ANAL ISIS BREAK EVEN 1. Break Even Point Suatu Keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba maupun rugi.
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi dapat ditutupi oleh penghasilan
penjualan.
2. Biaya Tetap biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan.
3. Biaya variabel biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh banyaknya volume kegiatan.
4. Break Even Analysis digunakan untuk menganalisis aspek hubungan antara besarnya
investasi dan besarnya volume rupiah yang diperlukan untuk mencapao laba tertentu.
5. Manfaat BEA, untuk mengetahui:
a. Hubungan antara Penjualan, Biaya dan Laba
b. Struktur FC dan VC
c. Kemampuan perusahaan memberikan margin untuk menutupi biaya tetap
d. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan rugi
6. Kelemahan BEA
a. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal harga nyatanya berubah sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Untuk menutupi kelemahan
tersebut, harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.
b. Asusmsi terhadap Cost. Penggolongan FC dan VC. Dalam keadaan tertentu untuk
memenuhi volume penjualan, FC harus berubah karena pembelian mesin dsb.
Demikian jg VC akan dipengaruhi perubahan ini.
c. Jenis Barang dijual tidak selalu satu jenis.
d. FC tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
e. VC tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
7. Rumus BEP
Total Revenue = Total Cost
P x Q = FC + VC
P x Q = FC + (V x Q)
(P xQ) – (V x Q) = FC
Q (P - V) = FC
V= harga variabel cost per unit
Jadi : 𝑄 =𝐹𝐶
𝑃−𝑉
BONUS STAGE : SOAL DAN JAWABAN YANG DI SHARE BANG DIKA 1. Efisiensi Pasar Modal kondisi dimana semua harga sekuritas yang diperjualbelikan sudah
mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada
harga sekuritas maka semakin efisien pasar modal tersebut.
2. Definisi Efisiensi Pasar Menurut William (1989)hubungan antara harga-harga sekuritas
dengan informasi. Secara lebih detail efisiensi pasar modal dapat didefinisikan dalam
beberapa macam definisi, yaitu:
a. Efisiensi pasar berdasarkan nilai intrinsik sekuritas, pada konsep ini pasar yang efisien
didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-
nilai intrinsiknya.
b. Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dan ekspektasi harga, menurut Eugene, suatu
pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh
informasi yang tersedia. Definisi ini menekankan pada 2 aspek:
i. Fully Reflect menunjukan harga sekuritas mencerminkan informasi yang
ada secara akurat.
ii. Information Available diartikan dengan menggunakan informasi yang
tersedia, investor dapat secara akurat mengekpresikan harga dari sekuritas
yang bersangkutan.
c. Efisiensi berdasarkan distribusi informasi, efsien jika dan hanya jika harga-harga
sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengambil informasi yang ada
d. Efisiensi pasar berdasar proses dinamik, efisien jika penyebaran informasi dilakukan
secara cepat sehinga informasi menjadi simetris, yaitu setiap informasi yang sama.
3. Bentuk efisiensi pasar modal berdasarkan kecepatan respon informasi
a. Efisiensi pasar bentuk lemah jika harga dari sekuritas tercermin secara penuh
informasi masa lalu (yang sudah terjadi)
b. Efisiensi bentuk setengah kuat jika hatga sekuritas secara penuh menerminkan
semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-
laporan keuangan perusahaan emiten
c. Efiseinsi pasar bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua
informasi yang terseia termasuk informasi privat.
4. Fundamental Analysis metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu
perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio finansial dan kejadian kejadian yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Analisis ini
menggunakan data sekarang dan data historis.
5. Tujuan yang mungkin dicapai dengan Analisis Fundamental
a. Untuk melaksanakan stock valuation dan memperkirakan kemungkinan perubahan
harganya,
b. Untuk membuat gambaran performa bisnis yang dijalankan
c. Untuk mengevaluasi manajemen dan membuat keputusan bisnis internal
d. Untuk menghitung risiko kredit perusahaan
6. Information Conten Analysis Analisis yang bersifat pembahasan mendaam terhadap isi
suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media masa. Pelopor analisis ini adalah Harold D
Lasswell, yang mempelopori teknik simbol, yaitu mencatat lambang atau pesan secara
sistematis kemudaian diberi interpretasi. Metode ICA memungkinkan analis untuk
mengikutsertakan informasi tekstual dalam jumlah besar dan secara sistematis
mengidentifikasi unsur-unsurnya
7. Contoh Soal Latihan
PT. Andika menghasilkan produk x dengan harga jual Rp1.000,00 per unit. FC =
Rp2.000.000,00. VC per unit = Rp4.000,00. Hitunglah
a. BEP
b. Jika penjualan 1.000 unit, berapa laba?
c. Jika laba diharapkan Rp50.000.000,00, berapa harus dijual?
d. Berapa BEP jika VC naik 10%?
e. Berapa BEP jika harga jual diturunkan 5%?
Jawaban:
a. BEP pada 𝑄 =𝐹𝐶
𝑃−𝑉𝐶=
2.000.000
10.000−4.000=
2.000.000
6.000= 333,33 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 333 𝑢𝑛𝑖𝑡
b. Jika Q = 1.000, maka:
Profit = (P x Q) – (FC + (VC x Q)
= (10.000 x 1.000) – (2.000.000 + (4.000 x 1.000)
= 10.000.000 – 6.000.000
= Rp4.000.000,00 , atau laba/unit = 4.000.000/1.000 = Rp4.000,00
c. Jika Profit = Rp50.000.000,00 , maka:
Profit = (P x Q) – (FC + (VC x Q)
50.000.000 = (10.000 x Q) – (2.000.000 + (4.000 x Q)
52.000.000 = 10.000Q – 4.000Q
Q = 52.000.000/6.000
Q = 8.666,67 dibulatkan 8.667 unit
Jadi jika ingin margin profit sebesar Rp50.000.000,00 produk dijual harus sebanyak
8.667 unit.
d. Jika VC naik 10% maka VC’ = 4.000 + (10% x 4.000)
VC’ = 4.000 + 400 = Rp.4.400/unit
BEP baru terjadi pada 𝑄′ =𝐹𝐶
𝑃−𝑉𝐶′=
2.000.000
10.000−4.400= 357,14 𝑎𝑡𝑎𝑢 357 𝑢𝑛𝑖𝑡
Jika VC dinaikan 10%% maka BEP baru terjadi pada Q=357 unit.
e. Jika P diturunkan 5% maka P’=10.000 – (5% x 10.000)
P’=10.000 – 500 = Rp9.500,00/unit
BEP baru terjadi pada 𝑄′ =𝐹𝐶
𝑃′−𝑉𝐶=
2.000.000
9.500−4.000= 363,63 𝑎𝑡𝑎𝑢 364 𝑢𝑛𝑖𝑡
Jika P diturunkan 5% maka BEP baru terjadi pada Q=364 unit.