KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …tittle]-1322018/... · Keuangan, yaitu modul Layanan...
Transcript of KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …tittle]-1322018/... · Keuangan, yaitu modul Layanan...
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL
DAFTAR ISI
Pengantar i Ikhtisar Eksekutif iii
A. IKU Dalam Perspektif Stakeholder
B. IKU Dalam Perspektif Customer
C. IKU Dalam Perspektif Internal Process
D. IKU Dalam Perspektif Learning and Growth
Pendahuluan
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Biro Organta
B. Peran Strategis Biro Organta
C. Sistematika Laporan
Perencanaan Kinerja
A. Rencana Strategis
B. Perjanjian Kinerja
Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan
A. Capaian Indikator Kinerja Umum (IKU)
B. Kinerja Lainnya
C. Akuntabilitas Keuangan
Penutup
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
i
PENGANTAR Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan, paling lambat dua bulan setelah tahun
anggaran berakhir, setiap Pimpinan Kementerian/LPNK sampai satuan kerja atau unit
kerja didalamnya wajib membuat Laporan Kinerja secara berjenjang serta berkala dan
disampaikan kepada Pimpinan masing-masing.
Sehubungan dengan itu, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan menyampaikan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah tahun 206 yang merupakan tahun kedua
pelaksanaan RPJM Nasional tahun 2015-2019. Laporan Kinerja ini disusun guna
memberikan gambaran yang jelas dan transparan mengenai pelaksanaan tugas dan
fungsi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, serta sekaligus sebagai
pertanggungjawaban atas kinerja dalam pencapaian visi dan misi Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan, yang disusun atas dasar tugas dan fungsi Biro sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014 tanggal 17
Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. Laporan
Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2016 juga memuat capaian-
capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak kinerja yang dapat
diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
tahun 2016. Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja tahun 2016, Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan berpedoman kepada Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian
Keuangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 467/KMK.01/2014.
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Agar kebijakan, program, dan seluruh kegiatan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
(selanjutnya disingkat Biro Organta) dapat tercapai sesuai dengan sasaran dan tujuan
organisasi, diperlukan arah sebaimana tergambar dalam visi dan misi. Adapun visi
Biro Organta adalah:
Untuk mewujudkan visi tersebut, Biro Organta menetapkan misi sebagai berikut.
1. Membangun kelembagaan yang efisien, efektif, dan akuntabel.
2. Mengembangkan jabatan fungsional yang tepat.
3. Mewujudkan tata kelola dan tata laksana yang baik.
Sejalan dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi kementerian Keuangan, Biro
Organta telah menggunakan Balanced Scorecard (BSC) sebagai instrumen
pengelolaan kinerja. Biro Organta lebih lanjut menetapkan sasaran-sasaran strategis
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
iv
yang dikembangkan menjadi ukuran-ukuran strategis (Indikator Kinerja Utama/IKU) dan
targetnya, seta dipetakan di dalam peta strategi.
Dalam peta strategis Biro Organta ditetapkan 4 (empat) perspektif, yaitu: stakeholders
perspective, customer perspective, internal process, learning and growth perspective
yang kemudian diuraikan ke dalam 9 (sembilan) Sasaran Strategis (SS) Biro Organta
dengan 16 (enam belas) IKU. Capaian masing-masing IKU adalah sebagai berikut.
A. IKU DALAM PERSPEKTIF STAKEHOLDER
Jumlah Unit yang Memenuhi Kriteria Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM)
Target : 3 Unit
Terealisasi : 7 Unit
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai Internal (TPI)
Kemenenterian Keuangan, yang dalam hal ini beranggotakan Inspektorat
Jenderal, dan dengan memperhatikan rekomendasi Tim Penilai Nasional (TPN),
Menteri Keuangan telah menetapkan 7 (tujuh) unit kerja berpredikat WBK-
WBBM. Ke-7 (tujuh) unit tersebut adalah 1) KPP Pratama Makassar Barat, 2)
KPPBC TMP A Pasuruan, 3) KPPN Amlapura, 4) KPPN Kuningan, 5) KPKNL
Surabaya, 6) KPKNL Sorong, dan 7) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
(LPDP).
Nilai Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN)
Target : 82
Terealisasi : 83,78
Evaluasi akuntabilitas kinerja pada Kementerian Keuangan dilaksanakan oleh
Kementerian PAN dan RB dengan berpedoman pada Peraturan Menteri PAN
dan RB Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, hasil evaluasi berdasarkan
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
v
Exit Meeting Tim Evaluasi Reformasi Birokrasi pada tanggal 24 November 2016
menunjukkan bahwa kementerian keuangan memperoleh nilai 83,78.
B. IKU DALAM PERSPEKTIF CUSTOMER Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organta
Target : 4,09 (skala 5)
Terealisasi : 4,16
Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organta tahun 2016 ditetapkan
sebesar 4,09. Adapun realisasi yang diperoleh berdasarkan hasil survei yang
dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, untuk tahun 2016
dapat tercapai sebesar 4,16 atau sebesar 101.71% dari target. IKU ini diukur
berdasarkan survei terhadap layanan penyelesaian Standar Operasional
Prosedur yang diusulkan Unit Eselon I maupun Unit Organisasi di Lingkungan
Kementerian Keuangan.
Persentase Penyelesaian Survei Kepuasan Pengguna Layanan
Kemenkeu
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Lingkup survei adalah masyarakat pengguna layanan dan stekeholders atas
seluruh pelayanan Kementerian Keuangan kepada pihak eksternal. IKU ini
diukur terhadap layanan unggulan atau jenis layanan lainnya yang diebrikan oleh
DJA, DJP, DJBC, DJPB, DJKN, DJPK, DJPPR, Setjen, Itjen, dan BPPK.
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
vi
C. IKU DALAM PERSPEKTIF INTERNAL PROCESS Persentase Implementasi Transformasi Kelembagaan Tahun 2016
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Hingga akhir periode tahun 2016, Sekretariat Jenderal telah menyelesaikan
pembangunan 10 (sepuluh) modul awal pada sistem HRIS Kementerian
Keuangan, yaitu modul Layanan Informasi SDM, Modul Cuti Online, Modul
Struktur Organisasi, Modul Cetak Daftar Riwayat Hidup (DRH), Modul Decision
Support System (DSS), Modul Pengaturan User Role, Modul Kenaikan Gaji
Berkala, Modul Pemantauan Status Kenaikan Pangkat, Modul Nominatif
Kenaikan Pangkat, dan Modul Nominatif Pensiun. Selain itu, Sekretariat
Jenderal telah merancang program pengembangan kapabilitas SDM, sebagai
bentuk Change Management.
Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Penataan organisasi yang sudah dilakukan oleh Biro Organta yaitu:
1. Penataan Organisasi Kantor Pusat Kementerian Keuangan
2. Pembentukan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDPKS)
3. Penguatan Kelembagaan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)
4. Pembentukan Pengelola Portal Indonesia Nasional Single Window (PP-
INSW)
5. Pembentukan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN)
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
vii
Persentase Rekomendasi Hasil Survei Kesehatan Organisasi
Kementerian Keuangan yang Ditindaklanjuti
Target : 70%
Terealisasi : 100%
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja antara lain:
1) Penyempurnaan Kuesioner Penilaian Kesehatan Organisasi Kementerian
Keuangan (MOFIN)
2) Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penetapan Jabatan dan Peringkat
Pelaksana di Lingkungan Kementerian Keuangan
Tingkat Penyelesaian E-Corporate Services Setjen Tahap II
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Selama tahun 2016, kegiatan pembangunan aplikasi e-corporate sevices tahap
II meliputi:
1. Penyusuna BPR;
2. Penyusunan user requirement;
3. Pembangunan aplikasi;
Setidaknya terdapat 10 BPR aplikasi prioritas dan 11 BPR aplikasi non-prioritas
yang telah diselesaikan unit pengusul dengan supervisi Biro Organta.
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
viii
Persentase Penyelesaian SOP Unit Eselon I yang Berbasis RASCI
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Periode capaian penyelesaian usulan SOP diberlakukan untuk setiap
pengusulan SOP terbagi kedalam 2 periode, yaitu:
a. periode pengusulan I bulan Mei; dan
b. periode pengusulan II bulan November.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) proses yang dilakukan oleh Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan dalam melaksanakan reviu SOP, antara lain:
1. Reviu/ penelitian awal
2. Pembahasan draft SOP
3. Pemeriksaan ulang dan/ atau perbaikan minor
4. Penerbitan persetujuan/rekomendasi tertulis Sekretaris Jenderal.
Selama tahun 2016, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah mereviu 3.366
SOP dari unit Eselon I yang terbagi dalam II semester dengan rincian sebagai
berikut.
No. Unit Eselon I
Surat Persetujuan Unit Eselon I
1. DJA 1. S-843/SJ/2016 tanggal 29 April 2016 57 SOP
2. DJP 1. S-1194/SJ/2016 tanggal 30 Juni 2016
2. S-1253/SJ/2016 tanggal 29 Juli 2016
228 SOP
2 SOP
3. DJBC 1. S-1007/SJ/2016 tanggal 14 Juni 2016
2. S-1921/SJ/2016 tanggal 1 Desember 2016
151 SOP
211 SOP
4. DJPB 1. S-987/SJ/2014 tanggal 28 Juni 2016
2. S-1957/SJ/2016 21 Desember 2016 dan
S-2074/SJ/2016 tanggal 29 Desember 2016
555 SOP
634 SOP
5. DJKN 1. S-1186/SJ/2016 tanggal 29 Juni 2016
2. S-1958/SJ/2016 tanggal 21 Desember 2016
200 SOP
65 SOP
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
ix
6. DJPK S-1187/SJ/2016 tanggal 29 Juni 2016 18 SOP
7. DJPPR 1. S-165/SJ.2/2016 tanggal 30 Juni 2016
2. S-2070/SJ/2016 tanggal 28 Desember 2016
52 SOP
135 SOP
8. BKF S-1723/SJ/2016 tanggal 4 November 2016 16 SOP
9. BPPK 1. S-1008/SJ/2016 tanggal 14 Juni 2016
2. S-1968/SJ/2016 tanggal 27 Desember 2016
4 SOP
298 SOP
10. Setjen ND-898/SJ.2/2016 tanggal 27 Desember 2016 740 SOP
Persentase Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional
Target : 75%
Terealisasi : 85,8%
Pada Tahun 2016, jabatan fungsional yang telah dibentuk sebanyak satu jabatan
fungsional, yaitu Jabatan Fungsional Penata Laksana Barang yang diusulkan
oleh DJKN dan jabatan fungsional yang telah dilaksanakan peryempurnaan
adalah jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai (adanya penambahan tusi
dan jenjang pemula dan utama) serta Penilai PBB (ada pelimpahan wewenang
Pajak Bumi dan Bangunan kepada Pemda sehingga nomenklaturnya berubah
menjadi Jabatan Fungsional Penilai Pajak).
Jumlah Penyelesaian Penyusunan Ketentuan Pelaksanaan Jabatan
Fungsional
Target : 3
Terealisasi : 3
Penyelesaian Penyusunan Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional antara
lain meliputi :
1. Juknis Pelelang (RKMK dalam proses penetapan oleh Menteri Keuangan)
2. KMK Unit Pembina Internal No. KMK-912/KMK.01/2016
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
x
3. PMK Pedoman Formasi No. PMK-205/PMK.01/2016
Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan
Kementerian Keuangan
Target : 95%
Terealisasi : 95%
Penyusunan kompetensi teknis pada tahun 2016 difokuskan pada 4 (empat) unit
eselon I yang melaksanakan fungsi penganggaran, kebijakan fiskal,
pengawasan internal, dan pendukung internal. Hasil dari penyusunan
kompetensi teknis pada tahun 2016 adalah 129 (seratus dua puluh sembilan)
kompetensi teknis yang meliputi 27 (dua puluh tujuh) kompetensi teknis di
bidang kebijakan fiskal, 35 (tiga puluh lima) kompetensi teknis di bidang
penganggaran, 21 (dua puluh satu) kompetensi teknis di bidang pengawasan
internal, dan 46 (empat puluh enam) kompetensi teknis di bidang pendukung
internal.
D. IKU DALAM PERSPEKTIF LEARNING AND GROWTH Persentase Pegawai yang Memenuhi Jamlat
Target : 100%
Terealisasi : 111,57%
Pegawai yang memenuhi minimal standar Jamlat yang telah ditentukan yaitu
sebesar 16 Jamlat. Pemenuhan Jamlat dapat dilakukan melalui Pelatihan
Klasikal yang diselenggarakan di BPPK maupun di luar BPPK, ataupun pelatihan
non klasikal seperti seminar, sosialisasi, workshop, knowledge sharing/sharing
session, magang/internship/on the job training ataupun capacity building.
Tercapainya IKU ini didukung beberapa faktor, antara lain:
a. Komitmen setiap pegawai untuk mengikuti diklat, baik yang diselnggarakan
oleh BPPK, Biro Organta, ataupun pihak lainnya.
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
xi
b. Biro Organta yang secara rutin menyelenggarakan IHT untuk para pegawai
internal Biro dengan mengundang narasumber dari Unit Eselon I atau
Eselon II atau pegawai/pejabat.
c. Peran para pimpinan yang senantiasa mendorong para pegawai untuk
meningkatkan kompetensi melalui kegiatan diklat.
Persentase Rekomendasi Hasil Survei Kesehatan Organisasi yang
Ditindaklanjuti
Target : 70%
Terealisasi : 100%
Terdapat tiga kegiatan utama antara lain meliputi:
1. Penyusunan Pedoman Pola Rotasi pegawai di lingkungan Biro Organisasi
dan Ketatalaksanaan.
2. Pemberian Penghargaan bagi pegawai (Best Employee dan Employee Of
the Month).
3. Pengembangan Kompetensi bagi Pegawai yang memenuhi kriteria akan
mengikuti beasiswa.
IKU ini merupakan IKU mandatory pada tahun 2016 dan belum pernah ada di
tahun-tahun sebelumnya.
Persentase Penyusunan SOP Berbasis RASCI
Target : 50%
Terealisasi : 62,82%
Pada tahun 2016, SOP Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yang harus
disesuaikan dengan PMK no. 131/2015 sejumlah 78 SOP. Adapun pada tahun
2016, target penyesuaian/penyempurnaan SOP telah ditetapkan sebanyak 50%
atau 39 SOP. Berdasarkan upaya yang telah dilakukan, pada tahun 2016 total
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
xii
SOP yang berhasil disusun dan disempurnakan sesuai dengan PMK no.
131/2015 sebanyak 49 SOP.
Selanjutnya, dalam rangka penyesuaian dan penyempurnaan telah dilakukan
beberapa langkah-langkah upaya sebagai berikut:
1. Identifikasi ulang SOP yang telah ditetapkan;
2. Penyempurnaan format SOP yang dinyatakan masih berlaku;
3. Menghapus SOP yang sudah tidak berlaku
4. Pelaksanaan In House Training (IHT) penyusunan SOP sesuai dengan PMK
no. 131/2015.
Tingkat Penyelesaian e-Corporate Services Tahap II
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Pada tahun 2016 difokuskan pada 2 kegiatan utama yaitu penyelesaian
penyusunan dokumen Business Process Reengineering (BPR) dan User
Requirement (UR) untuk proses bisnis yang akan di-IT-kan dalam satu platform
aplikasi e-Corporate Services.
Pengelolaan Anggaran yang Optimal
Target : 95%
Terealisasi : 97,98%
Pada tahun 2016, keseluruhan total pagu anggaran awal yang dikelola sebesar
Rp8.283.995.000. Adapun pagu anggaran tersebut merupakan pagu anggaran
setelah mengalami beberapa kali revisi anggaran dan self blocking. Sehingga
sampai dengan akhir tahun anggaran 2016, total pagu anggaran yang dikelola
sebesar Rp7.100.483.000,00.
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
xiii
REALISASI ANGGARAN PER TRIWULAN TAHUN 2016
1,153.50
3,012.15
3,582.81
6,965.09
-
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
1
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
PENDAHULUAN
Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
Peran Strategis Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
Sistematika Laporan
2
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
A. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tanggal 21 Desember
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Biro Organta mempunyai
tugas mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan dan penataan organisasi, tata
laksana, dan jabatan fungsional pada semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Biro Organta menyelenggarakan fungsi
antara lain:
a. pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring organisasi, kesehatan organisasi,
analisis jabatan, peningkatan kinerja organisasi;
b. pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem
administrasi umum, dan tata laksana pelayanan publik;
c. pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring jabatan fungsional;
d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
Adapun struktur organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan tersebut terdiri atas lima bagian sebagai berikut.
a. Bagian Organisasi I.
b. Bagian Organisasi II.
c. Bagian Ketatalaksanaan I.
d. Bagian Ketatalaksanaan II.
e. Bagian Jabatan Fungsional.
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, pelaksanaan kegiatan
Biro Organta didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 88 (delapan puluh depalan)
orang (per 31 Desember 2016), yang dapat dirinci sebagaimana tampak pada Tabel 1.1 s.d.
1.3 sebagai berikut.
3
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
TABEL 1.1 JUMLAH SDM BERDASARKAN JABATAN
1. Kepala Biro 1 1,14
2. Kepala Bagian 5 5,68
3. Kepala Subbagian 16 18,18
4. Pelaksana 66 75,00
JUMLAH 88
TABEL 1.2 JUMLAH SDM BERDASARKAN GOLONGAN
1. IV/e 0 0,00
2. IV/d 0 0,00
3. IV/c 0 0,00
4. IV/b 4 4,55
5. IV/a 6 6,82
6. III/d 7 7,95
7. III/c 6 6,82
8. III/b 18 20,45
9. III/a 17 19,32
10. II/d 9 10,23
11. II/c 19 21,59
12. II/b 0 0,00
13. II/a 1 1,14
JUMLAH 88
NO JABATAN TAHUN 2016
JUMLAH %
NO PANGKAT/GOLONGAN TAHUN 2016
JUMLAH %
4
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
TABEL 1.3 JUMLAH SDM BERDASARKAN PENDIDIKAN
1. S3 2 2,27
2. S2 12 13,64
3. S1 44 50,00
4. D3 20 22,73
5. D2 0 0,00
6. D1 1 1,14
7. SMA 8 9,09
8. SMP 0 0,00
9. SD 1 1,14
JUMLAH 88
B. PERAN STRATEGIS BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN
Peran Strategis Biro Organta dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat
Jenderal, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi,
monitoring organisasi, kesehatan organisasi, analisis dan evaluasi jabatan, dan
peningkatan kinerja organisasi di semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan;
2. Melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan
monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem administrasi umum, tata laksana pelayanan
publik, dan pembangunan zona integritas di semua satuan organisasi di lingkungan
Kementerian Keuangan;
3. Melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi dan
monitoring jabatan fungsional di seluruh satuan organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan.
NO PENDIDIKAN TAHUN 2016
JUMLAH %
5
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
C. SISTEMATIKA LAPORAN
Untuk memudahkan dalam memahami isi laporan maka digunakan sistematika pelaporan
sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan
BAB II Perencanaan Kinerja
BAB III Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan
BAB IV Perjanjian Kinerja Tahun 2017
BAB V Penutup
Lampiran
6
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan Strategis
Perjanjian Kinerja (PK)
7
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
A. PERENCANAAN STRATEGIS Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi
pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis. Untuk itu, perlu ditentukan
terlebih dahulu visi yang ingin dicapai oleh instansi tersebut. Adapun visi Biro Organta untuk
tahun 2016 yang telah ditetapkan dalam Peta Strategis Kemenkeu-Two tahun 2015 adalah
Untuk merealisasikan visi tersebut, Biro Organta mempunyai misi sebagai berikut.
1. Membangun kelembagaan yang efisien, efektif, dan akuntabel.
2. Mengembangkan jabatan fungsional yang tepat.
3. Mewujudkan tata kelola dan tata laksana yang baik.
Untuk itu, Biro Organta melaksanakan program sebagaimana yang telah ditetapkan pada
tahun 2015, yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Keuangan. Program ini merupakan salah satu Program Sekretariat Jenderal
yang tercantum dalam Renstra Sekretariat Jenderal Tahun 2015 s.d. 2019.
Atas dasar Renstra tersebut disusun peta strategis Biro Organta yang didalamnya
mengandung 4 (empat) perspektif, yaitu: stakeholders perspective, customer perspective,
internal process, learning and growth perspective yang kemudian diuraikan ke dalam
9 (sembilan) Sasaran Strategis (SS) dengan 16 (enam belas) IKU sebagaimana tampak pada
Gambar 2.1
8
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
GAMBAR 2.1 PETA STRATEGIS BIRO ORGANTA TAHUN 2016
B. PERJANJIAN KINERJA (PK) Kewajiban penyusunan Perjanjian Kinerja tertuang dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah. Perjanjian kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal telah dilakukan dengan
menggunakan metode Balanced Scorecard (BSC). Metode BSC digunakan sebagai
instrumen perencanaan kinerja di lingkungan Sekretariat jenderal yang dituangkan menjadi
Sasaran Strategis. Sasaran Strategis (SS) adalah pernyataan mengenai apa yang harus
dimiliki, dijalankan, dihasilkan atau dicapai organisasi. Untuk menjamin tercapainya sasaran
dan target dimaksud secara optimal dan tepat waktu, visi dan misi Sekretariat Jenderal harus
menjadi acuan sekaligus landasan penyusunan strategis.
9
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Penerapan BSC dalam rangka menunjang Sasaran Strategis utama berdasarkan
stakeholder perspective pada tahun 2015, Biro Organta menetapkan 16 Indikator Kinerja
Utama (IKU). Rincian selengkapnya tentang IKU tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai
berikut.
TABEL 2.1
IKU BIRO ORGANTA TAHUN 2016
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
1a-CP Rata-rata Indeks Tata Kelola Kementerian
Keuangan
Unit 100%
SASARAN STRATEGIS 2
KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
2a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro
Organta
2b-N Persentase Penyelesaian Survei
Kepuasan Pengguna Layanan Kemenkeu
Indeks 4,09
Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 3
PENGELOLAAN ORGANISASI YANG BERKUALITAS
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
3a-CP Persentase Implementasi Inisiatif Transformasi kelembagaan Tahun 2016
3b-N Persentase Penyelesaian Penataan
Organisasi Kementerian Keuangan
3c-N Persentase Rekomendasi Hasil Survei
Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan yang Ditindaklanjuti
Persentase 100%
Persentase 100%
Persentase 70%
SASARAN STRATEGIS 4
PENGELOLAAN PROSES BISNIS YANG BERKUALITAS
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
4a-CP Tingkat Penyelesaian E-Corporate
Services Setjen Tahap II
4b-N Persentase Penyelesaian SOP Unit
Eselon I yang Berbasis RASCI
Persentase 100%
Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 1
ORGANISASI SEHAT YANG BERKINERJA TINGGI
10
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SASARAN STRATEGIS 5
PENGELOLAAN SDM BERBASIS MERIT
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
5a-CP Persentase Penyelesaian Pengembangan Jabatan Fungsional
Persentase 75%
5b-N Jumlah Penyelesaian Penyusunan Jumlah 3 Ketentuan Pelaksanaan Jabatan
Fungsional
5c-N Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian
Persentase
95%
Keuangan
SASARAN STRATEGIS 6
SDM YANG KOMPETITIF
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
6b-N Persentase Pegawai yang Memenuhi
Jamlat
Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 7
ORGANISASI YANG FIT FOR PURPOSE
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
7a-N Persentase Rekomendasi Hasil Survei
Kesehatan Organisasi yang Ditindaklanjuti
7b-N Persentase Penyusunan SOP Berbasis
RASCI
Persentase 70%
Persentase 50%
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
8a-N Tingkat Penyelesaian e-Corporate
Services Tahap II Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 9
PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
9a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan
Anggaran
Persentase 95%
SASARAN STRATEGIS 8
E-CORPORATE SERVICES
11
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS
KEUANGAN
Capaian Indikator Kinerja Umum (IKU)
Capaian Kinerja Lainnya
Realisasi Anggaran
12
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Perjanjian Kinerja Biro Organta sebagaimana diuraikan dalam BAB II, direalisasikan dalam bentuk
capaian indikator kinerja umum, capaian kinerja lainnya, dan realisasi anggaran.
A. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UMUM (IKU)
Pada tahun 2016, Biro Organta telah menetapkan sembilan Sasaran Strategis (SS) Biro
Organta dengan 16 (enam belas) IKU dan dua sub IKU dimana tiga IKU merupakan
cascading dari IKU Kemenkeu-One tahun 2016. Pencapaian dari tiga IKU tersebut disajikan
pada tabel 3.1 berikut.
TABEL 3.1
CAPAIAN IKU KEMENKEU-TWO CASCADING DARI KEMENKEU-ONE
No. Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja Target Realisasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Tata Kelola
yang Baik
Rata-rata
Indeks Tata
Kelola
Kementerian
Keuangan
Jumlah Unit yang
Memenuhi Kriteria
Wilayah Bebas
Korupsi/ Wilayah
Birokrasi Bersih dan
Melayani
(WBK/WBBM)
3 Unit 7 Unit 120
Nilai Laporan Kinerja 82 83,78 102,17
(LAKIN) Kementerian
Keuangan Tahun 2015
(100)
2. Kepuasan
Pengguna
Layanan
yang Tinggi
Indeks Kepuasan Pengguna Layanan
Sekretariat jenderal
4,08
(Skala 5)
4,22 103,43
5. Pengelolaan
SDM
Berbasis
Merit
Tingkat Penyelesaian Pengembangan
Jabatan Fungsional
75% 85.8% 114,4
Selain tiga IKU merupakan cascading dari Kemenkeu-One Sekretariat Jenderal sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.1 di atas, terdapat 13 (tiga belas) IKU lain yang diperjanjikan dalam
Peta Strategi Biro Organta tahun 2016 sebagaimana tampak pada Tabel 3.2 sebagai berikut.
13
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
TABEL 3.2
CAPAIAN IKU KEMENKEU-TWO
No. Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja Target Realisasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1a-CP 100 112,27 112,27 1. Organisasi
Sehat yang
Berkinerja
Tinggi
Rata-rata Indeks Tata
Kelola Kementerian
Keuangan
2. Kepuasan 2a-CP Indeks Kepuasan 4,09 4,16 101,71
Pengguna Pengguna Layanan Biro (skala 5)
Layanan yang Organta
Tinggi 2b-N Persentase Penyelesaian 100% 100% 100
Survei Kepuasan
Pengguna Layanan
Kemenkeu
3. Pengelolaan 3a-CP Persentase Implementasi 100% 100% 100
Organisasi Inisiatif Transformasi
yang Kelembagaan Tahun 2016
Berkualitas 3b-N Persentase Penyelesaian 100% 100% 100
Penataan Organisasi
Kementerian Keuangan
3c-N Persentase Rekomendasi 70% 100% 120
Hasil Survei Kesehatan
Organisasi Kementerian
Keuangan yang
Ditindaklanjuti
4. Pengelolaan 4a-CP Tingkat Penyelesaian 100% 100% 100
Proses Bisnis E-Corporate Services
yang Setjen Tahap II
Berkualitas 4b-N Persentase Penyelesaian 100% 100% 100
SOP Unit Eselon I yang
Berbasis RASCI
14
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
5. Pengelolaan
SDM Berbasis
Merit
5a-CP Persentase Penyelesaian
Pengembangan Jabatan
Fungsional
75% 85,8% 114,4
5b-N Jumlah Penyelesaian 3 3 100
Penyusunan Ketentuan
Pelaksanaan Jabatan
Fungsional
5c-N Persentase Penyusunan 95% 95% 100
Kamus Kompetensi Teknis
Jabatan Kementerian
Keuangan
6. SDM yang 6a-N Persentase Pegawai yang 100% 111,57% 112
Kompetitif Memenuhi Jamlat
7. Organisasi 7a-N Persentase Rekomendasi 70% 100% 120
yang Fit for Hasil Survei Kesehatan
Purpose Organisasi yang
Ditindaklanjuti
7b-N Persentase Penyusunan 50% 62,82% 120
SOP Berbasis RASCI
8. E-Corporate 8a-N Tingkat Penyelesaian 100% 100% 100
Services E-Corporate Services
Tahap II
9. Pengelolaan 9a-CP Persentase Kualitas 95% 97,98% 112,03
Anggaran yang Pelaksanaan Anggaran
Optimal
Berdasarkan Peta Strategis sebagaimana tampak pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 di atas dapat
dijelaskan dan dianalisis sebagai berikut.
15
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS 1- ORGANISASI SEHAT YANG BERKINERJA TINGGI
1a-CP Rata-rata Indeks Tata Kelola Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 112,27%
Indikator Kinerja Utama (IKU) ini terbagi dalam 2 sub IKU, yaitu:
a. Jumlah Unit yang Memenuhi Kriteria Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani (WBK/WBBM)
Sejalan dengan semangat dan visi Kabinet Kerja 2015-2019 serta program revolusi mental
dalam pemberantasan korupsi, berbagai program terkait dengan peningkatan kualitas aparatur
sipil negara yang digariskan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB) dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik, transparan, dan akuntabel, dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dengan
mendukung dan berusaha proaktif. Pelaksanaan program-program tersebut antara lain
ditujukan agar keuangan dan kekayaan negara dapat didayagunakan secara optimal untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia.
Salah satu program penting Kementerian Keuangan dalam melakukan usaha-usaha
pencegahan dan pemberantasan korupsi, dan komitmen Kementerian Keuangan dalam
membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBK/WBBM) telah dicanangkan sejak tahun 2012 yang pelaksanaannya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2014. Program
pembangunan unit kerja berpredikat WBK/WBBM di lingkungan Kementerian Keuangan
merupakan upaya untuk mewujudkan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang
bersih dari praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Jumlah unit kerja berpredikat WBK/WBBM ditentukan berdasarkan hasil penilaian Tim Penilai
Internal (TPI) dan Tim Penilai Nasional (TPN). Penetapan unit kerja berpredikat WBK/WBBM
dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan memperhatikan rekomendasi dari TPN.
Syarat untuk ditetapkan menjadi berpredikat WBK, unit kerja harus memperoleh nilai total
(pengungkit dan hasil) minimal 75 (tujuh puluh lima) dan memiliki nilai komponen hasil
“terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN” minimal 18, dengan nilai sub
16
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
komponen Survei Persepsi Korupsi minimal 13,5 dan sub komponen persentasi TLHP minimal
3,5.
Sedangkan untuk dapat diusulkan menjadi berpredikat WBBM, unit kerja harus memperoleh
nilai total (pengungkit dan hasil) minimal 85 (delapan puluh lima) dan memiliki nilai komponen
hasil “terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN” minimal 18, dengan nilai sub
komponen Survei Persepsi Korupsi minimal 13,5 dan sub komponen persentasi TLHP minimal
3,5, serta memiliki nilai komponen hasil “Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
kepada Masyarakat” minimal 16.
Pada tahun 2016 diusulkan 7 (tujuh) unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan untuk
mendapatkan predikat WBK/WBBM. Ketujuh unit kerja yang diusulkan yaitu KPP Pratama
Makassar Barat, KPPBC TMP A Pasuruan, KPPN Amlapura, KPPN Kuningan, KPKNL
Surabaya, KPKNL Sorong, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Biro Organta
selaku Tim Pembangun Integritas melakukan pembinaan terhadap unit-unit kerja tersebut yang
berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal selaku TPI.
Setelah melalui proses penilaian oleh TPI, ketujuh unit tersebut berhasil memenuhi syarat
untuk mendapatkan predikat WBK sesuai dengan PermenPAN dan RB Nomor 52 Tahun 2014
sehingga target unit kerja berpredikat WBK/WBBM pada tahun 2016 dapat terealisasi 7 unit
kerja dengan presentase nilai capaian 120%. Keberhasilan pencapaian prediakat WBK/WBBM
oleh keempat unit kerja tersebut tidak lepas karena tingginya komitmen yang ditunjukkan oleh
para pimpinan dan staf yang terdapat pada unit kerja tersebut.
Tabel 2.2
Perbandingan Target dan Realisasi WBK/WBBM
Tahun 2013 2014 2015 2016
Target 2 unit 12 unit 2 unit 3 unit
Realisasi 5 unit 12 unit 4 unit 7 unit
% 120 100 120 120
Berdasarkan tabel 2.2 di atas terlihat bahwa realisasi selama 4 (empat) tahun berturut-turut
selalu mencapai target. Pada tahun 2013 dapat terealisasi 5 unit kerja dari 2 unit kerja atau
tercapai 120%, pada tahun 2014 terealisasi 12 unit kerja dari 12 unit kerja atau tercapai 100%,
dan pada tahun 2015 tercapai 4 unit kerja dari 2 unit kerja atau tercapai 120% dari target, serta
pada tahun 2016 diperoleh capaian 120% dari target 3 dan diperoleh realisasi 7 unit kerja.
17
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
b. Nilai Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN)
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tingkat Kementerian Keuangan merupakaan perwujudan
pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Kementerian Keuangan pada Tahun
Anggaran 2015. Penyusunan Laporan Kinerja mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2016 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Peraturan Menteri PAN dan RB) Nomor 53 Tahun 2014 Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta
Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019 sebagaimana telah ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2015.
Evaluasi akuntabilitas kinerja pada Kementerian Keuangan dilaksanakan oleh Kementerian PAN
dan RB dengan berpedoman pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2015
tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
hasil evaluasi berdasarkan Exit Meeting Tim Evaluasi Reformasi Birokrasi pada tanggal 24
November 2016 menunjukkan bahwa Kementerian Keuangan memperoleh nilai 83,78.
Tabel 2.3 Rincian penilaian
Komponen yang Dinilai Bobot Nilai
a. Perencanaan Kinerja 30 25,34
b. Pengukuran Kinerja 25 20,94
c. Pelaporan Kinerja 15 13,45
d. Evaluasi Internal 10 8,14
e. Capaian Kinerja 20 15,92
Nilai Hasil Evaluasi 100 83,78
Pada tahun 2016, penyusunan Laporan Kinerja menjadi sharing IKU beberapa Unit Eselon II
di lingkungan Sekretariat Jenderal, dari 5 (lima) komponen tersebut, Biro Organta bertanggung
jawab/menjadi Unit In Charge (UIC) untuk komponen Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Internal.
Formulasi capaian LAKIN pada Biro Organta:
13,45 8,14 ( s 100)+( s 100) 15 10 = 104,53
86,71+76,94
18
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Tabel 2.4
Target dan Realisasi Nilai Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN)
2014 2015 2016
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
- 80,69 81 82,93 82 83,78
Selanjutnya dari dua sub IKU tersebut dapat dihitung capaian IKU 1a-CP sebagai berikut:
(a+b)/2 = (120+104,53)/2 = 112,27
19
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS - 2 KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI
2a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organta
Target : 4,09 (skala 5)
Terealisasi : 4,16
IKU ini diukur berdasarkan survei terhadap layanan penyelesaian Standar Operasional Prosedur
yang diusulkan Unit Organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Survei Kepuasan
Pengguna Layanan Kementerian Keuangan (SKPL Kemenkeu) merupakan bagian dari agenda
program Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan senantiasa dituntut
untuk selalu memperbaiki kualitas pelayanan secara terus menerus (continuous improvement)
kepada pengguna layanan maupun pihak-pihak terkait lainnya (stakeholders). Sehingga, guna
mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang telah diberikan Kemenkeu kepada masyarakat
dan untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan komprehensif terhadap kinerja layanan, perlu
dilakukan pengukuran tingkat kepuasan pengguna layanan berdasarkan indikator-indikator spesifik
yang ditetapkan melalui Survei Kepuasan Pengguna Layanan. Tingkat kepuasan pengguna
layanan merupakan sebuah ukuran atas seberapa berkualitas layanan publik yang diberikan
Kemenkeu dalam memenuhi harapan para pengguna layanan.
Ruang lingkup SKPL dari 2 (dua) variabel pengukuran yaitu kepentingan dan kepuasan, kemudian
diterjemahkan dalam 11 (sebelas) aspek layanan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik meliputi: (a) keterbukaan/kemudahan akses informasi, (b) informasi
layanan, (c) kesesuaian prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan, (d) sikap pegawai, (e)
kemampuan dan keterampilan pegawai, (f) lingkungan pendukung, (g) akses terhadap kantor
layanan, (h) waktu penyelesaian layanan, (i) pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang
ditetapkan, (j) pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan layanan, dan
(k) keamanan lingkungan dan layanan.
Berdasarkan target IKU yang ditetapkan oleh Kepala Biro Organta, Indeks Kepuasan Pengguna
Layanan Biro Organta tahun 2016 ditetapkan sejumlah 4,09. Adapun realisasi yang diperoleh
berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, untuk
tahun 2016 dapat tercapai sebesar 4,16 atau sebesar 101.71% dari target.
20
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
5
4,5
4
3,5
Realisasi
3
Tabel 2.4 Rincian Indeks Kepuasan per aspek layanan
Aspek Layanan Indeks
Keterbukaan/Kemudahan Akses Informasi 4,06
Informasi Layanan (Persyaratan, Prosedur, dll.) 4,12
Kesesuaian Prosedur dengan Ketentuan 4,18
Sikap Pegawai 4,46
Kemampuan dan Keterampilan Pegawai 4,19
Lingkungan Pendukung 4,13
Akses terhadap Layanan 4,21
Waktu Penyelesaian Layanan 3,92
Pembayaran Biaya Sesuai Ketentuan NA**
Pengenaan Sanksi/Denda Atas Pelanggaran NA**
Keamanan Lingkungan dan Layanan 4,23
INDEKS 4,16
**NA=not available atau tidak ada
Warna Merah mengindikasikan nilai Kurang Memuaskan (<4,00), Biru mengindikasikan Memuaskan namun di bawah indeks KEMENKEU (4,19), Hijau mengindikasikan Memuaskan namun di bawah indeks SETJEN (4,22), dan
Hitam mengindikasikan nilai di atas indeks SETJEN (>4,22).
Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, capaian IKU Kepuasan Pengguna Layanan Biro
Organta mengalami peningkatan 0.06 poin. Tren capaian indeks kepuasan pengguna layanan Biro
Organta sejak tahun 2013 dapat dilihat dalam grafik berikut.
GRAFIK 2.1
TREN CAPAIAN INDEKS KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN BIRO ORGANTA
2013 2014 2015 2016
Target 4,00 4,10 4,09
Realisasi 3,85 4,17 4,10 4,16
21
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Sampai dengan tahun 2019, telah disusun rencana target indeks yang ditargetkan untuk dicapai
oleh Biro Organta yaitu sebagai berikut.
TABEL 2.5 RENCANA CAPAIAN INDEKS KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN BIRO ORGANTA
Tahun Anggaran Target Capaian Indeks
2017 4.14
2018 4.17
2019 4.22
Peningkatan target kepuasan pelanggan secara tidak langsung juga dalam rangka memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang masih ada di dalam pelayanan yang dikelola oleh Biro Organta.
Sehingga layanan yang dikelola oleh Biro Organta kedepan akan lebih memuaskan masyarakat
dan para stakeholder.
Dalam pelaksanaannya, Unit-Unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang memiliki
karakteristik perkembangan organisasi dan layanan yang cukup dinamis, menginginkan percepatan
waktu layanan. Hal ini berimplikasi pada target indeks kepuasan layanan SOP berpotensi tidak
tercapai. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Standar waktu layanan SOP adalah 40 hari.
2. Belum ada dukungan dari segi aplikasi.
3. Proses editing/perbaikan di unit pengusul belum ada standar waktu.
Sehubungan dengan hal tersebut, Biro Organta telah melakukan evaluasi SOP Layanan
Penyelesaian SOP. Selain itu, telah disusun pula beberapa rencana aksi untuk kedepannya yaitu
perbaikan SOP dan layanan permohonan persetujuan SOP dari unit-unit organisasi di lingkungan
Kemenkeu.
22
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
2b-N Persentase Penyelesaian Survei Kepuasan Pengguna
Layanan Kemenkeu
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Survei Kepuasan Pengguna Layanan Kementerian Keuangan (SKPL Kemenkeu)
merupakan bagian dari agenda program Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan
yang senantiasa dituntut untuk selalu memperbaiki kualitas pelayanan secara terus
menerus (continuous improvement) kepada pengguna layanan maupun pihak-pihak
terkait lainnya (stakeholders). Guna mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang
telah diberikan Kemenkeu kepada masyarakat dan untuk mendapatkan informasi
yang obyektif dan komprehensif terhadap kinerja layanan, perlu dilakukan
pengukuran tingkat kepuasan pengguna layanan berdasarkan indikator-indikator
spesifik yang ditetapkan melalui Survei Kepuasan Pengguna Layanan. Tingkat
kepuasan pengguna layanan merupakan sebuah ukuran atas seberapa berkualitas
layanan publik yang diberikan Kemenkeu dalam memenuhi harapan para pengguna
layanan.
Ruang lingkup SKPL dari 2 (dua) variabel pengukuran yaitu kepentingan dan
kepuasan, kemudian diterjemahkan dalam 11 (sebelas) aspek layanan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi:
(a) keterbukaan/kemudahan akses informasi, (b) informasi layanan, (c) kesesuaian
prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan, (d) sikap pegawai, (e) kemampuan dan
keterampilan pegawai, (f) lingkungan pendukung, (g) akses terhadap kantor layanan,
(h) waktu penyelesaian layanan, (i) pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang
ditetapkan, (j) pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan
layanan, dan (k) keamanan lingkungan dan layanan.
Sasaran SKPL tahun 2016, meliputi 10 (sepuluh) unit Eselon I (tidak termasuk BKF)
dan sebanyak 70 (tujuh puluh) layanan. Lokasi SKPL tahun 2016 sama seperti
pelaksanaan periode sebelumnya, yaitu 6 (enam) lokasi: (a) Medan, (b) Batam,
23
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
(c) Jakarta, (d) Surabaya, (e) Balikpapan, dan (f) Makassar. Dalam kondisi tertentu,
pengumpulan data dapat dilakukan terhadap responden yang berada di wilayah
sekitar terdekat dari lokasi utama.
Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Kemenkeu tahun 2016 dalam skala 1
sampai dengan 5 adalah 4,16 (berbasis perhitungan indeks dari 7 unit Eselon I) dan
4,19 (berbasis perhitungan indeks dari 10 unit Eselon I). Terjadi peningkatan indeks
dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu 4,06 (berbasis perhitungan indeks dari 7 unit
Eselon I) dan 4,08 (berbasis perhitungan indeks dari 10 unit Eselon I).
TABEL 2.6 RINCIAN DETIL INDEKS KEPUASAN PENGGUNA
KEMENKEU DJA DJP DJBC DJPb DJKN DJPK DJPPR SETJEN ITJEN BPPK
7 unit
10 unit
2015 4,06 4,08 3,96 3,87 3,89 4,32 4,10 4,23 4,01 4,10 4,32 4,02 2016 4,16 4,19 4,20 4,10 4,04 4,40 4,20 4,23 4,40 4,22 4,33 4,33
Target Kinerja
Target capaian IKU ini pada tahun 2016 adalah sebesar 100%, dengan formulasi
bobot masing-masing tahapan kegiatan sebagai berikut:
No Tahapan Bobot
1. Penyiapan penetapan Tim Peneliti secara Swakelola 10%
2. Pengumpulan dan penyusunan data progres tindak lanjut perbaikan,
serta penyusunan Tim Counterpart
15%
3. Persiapan Kick-off Meeting dan One-on-One meeting mengenai
pengumpulan dan penetapan jenis layanan dan longlist pengguna
layanan
20%
4. Finalisasi dan validasi kuesioner, jenis layanan, dan responden 10%
5. Pendampingan dan monitoring pelaksanaan pengumpulan data
primer dan sekunder di lapangan
35%
6. Penyiapan bahan pelaporan dan presentasi laporan hasil survei 10%
Total 100%
24
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Realisasi Kinerja
Tahapan kegiatan pelaksanaan SKPL Kemenkeu sesuai formula manual IKU adalah
sebagai berikut:
A. Penyiapan Penetapan Tim Peneliti secara Swakelola
Penyelenggaraan SKPL Kemenkeu pada tahun 2016 adalah dengan mekanisme
kerja sama secara swakelola antara Kemenkeu sebagai penanggungjawab
kegiatan dan anggaran, dan Tim Peneliti, Universitas Gadjah Mada (UGM)
sebagai pelaksana swakelola (tahun kedua) sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 41/KMK.01/2016, Surat Kuasa Khusus Menteri Keuangan
nomor SKU-226/MK.01/2016, dan Nota Kesepahaman nomor NK-
01/TRBTKP/2016.
B. Pengumpulan dan penyusunan data progres tindak lanjut perbaikan, serta
penyusunan Tim Counterpart
Simultan dengan pengumpulan data progres tindak lanjut perbaikan dari hasil
SKPL Kemenkeu tahun sebelumnya, Biro Organta melaksanakan penyusunan
Tim Counterpart dengan melibatkan seluruh Unit Eselon I di lingkungan
Kemenkeu maupun Unit Eselon II di lingkungan Setjen yang menjadi obyek
survei, guna meningkatkan efektivitas koordinasi pelaksanaan pengumpulan
data dukung layanan yang akan disurvei. Selanjutnya Tim Counterpart survei
telah ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal nomor KEP-
114/SJ/2016 tentang Pembentukan Tim Pendampingan/Counterpart Survei
Kepuasan Pengguna Layanan Kementerian Keuangan Tahun 2016.
C. Persiapan Kick-off Meeting dan One-on-One meeting
Sebagai titik awal mula pelaksanaan SKPL Kemenkeu, melalui koordinasi Biro
Organta dengan Tim Peneliti UGM telah melaksanakan Kick-off Meeting dan
One-on-One meeting dengan masing-masing Unit Eselon I Kemenkeu mengenai
pengumpulan dan finalisasi jenis layanan, dan penyampaian longlist responden
pada tanggal 12 Oktober 2016 di Ballroom Lotus 1, Aston Hotel Yogyakarta.
25
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
D. Finalisasi dan validasi kuesioner
Sebagai agenda kedua dari rangkaian acara sebelumnya, pada tanggal 13
Oktober 2016 dilaksanakan finalisasi dan validasi kuesioner antara Tim Peneliti
dan masing-masing unit Eselon I di lokasi yang sama, yaitu Aston Hotel
Yogyakarta.
E. Pendampingan dan monitoring pelaksanaan pengumpulan data primer dan
sekunder di lapangan
Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan pendekatan kombinasi
antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode pengumpulan data yang
digunakan meliputi: (a) penyebaran kuesioner kepada seluruh responden
pengguna layanan yang terpilih sebagai sampel di 6 (enam) kota, (b) wawancara
mendalam (indepth interview), dan (c) diskusi kelompok terfokus (focus group
discussion). Pengumpulan data dilaksanakan secara serentak di 6 (enam) kota
pada tanggal 20 Oktober s.d. 12 November 2016.
F. Penyiapan bahan pelaporan dan presentasi laporan hasil survei
Data yang telah terkumpul dari proses pengumpulan data di lapangan,
selanjutnya divalidasi dan diolah dengan menggunakan metode analisis data:
(a) statistik deskriptif, (b) matriks hubungan antara kepentingan dan kepuasan,
dan (c) analisis konten. Selanjutnya, Biro Organta telah menyampaikan Laporan
Hasil Survei Kepuasan Pengguna Layanan Kementerian Keuangan Tahun 2016
kepada Unit Eselon I di lingkungan Kemenkeu melalui surat nomor S-
12/SJ.2/2017 dan Unit Eselon II di lingkungan Setjen melalui nota dinas nomor
ND-17/SJ.2/2017.
26
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS -3 PENGELOLAAN ORGANISASI YANG
BERKUALITAS
3a-CP Persentase Implementasi Transformasi
Kelembagaan Tahun 2016
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Realisasi capaian IKU terkait Persentase Implementasi Transformasi Kelembagaan
Tahun 2016 telah mencapai target 100%. Persentase Implementasi Inisiatif
Transformasi Kelembagaan Tahun 2016 merupakan penyelesaian penataan
organisasi sesuai amanat Blueprint Transformasi Kelembagaan pada fungsi utama:
fungsi-fungsi strategis dan layanan korporat yaitu Inisiatif Strategis 2 (IS 2)
Memfokuskan kembali Organisasi Setjen. Inisiatif ini dilaksanakan untuk
memungkinkan adanya keahlian strategis dan operasional sentral yang efisien
dengan berfokus pada fungsi-fungsi inti korporat, pembagian tugas dan
tanggungjawab yang tepat ke dalam keahlian strategis dan shared-service yang
efisien, dan pelibatan stakeholder internal Kemenkeu sebagai klien utama. Fokus-
fokus dimaksud dalam indikator kinerja tahun 2016 dijabarkan sebagai berikut:
1. Penataan organisasi: Penggabungan Biro Perlengkapan dan Pusat LPSE
Dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pengelolaan BMN (perencanaan,
penggunaan, penilaian, dan penghapusan, pengawasan, dan pengendalian) dan
pengadaan secara end-to-end serta tertib fisik, administrasi, dan hukum sesuai
PP 27/2014, sehingga pengelolaan BMN dapat berjalan secara aktual dan
komprehensif, serta untuk mewujudkan optimalisasi, efektivitas, dan efisiensi
manajemen BMN dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lingkungan
Kemenkeu. Biro Organta beserta Biro Perlengkapan, Pusat LPSE, CTO, dan
unit terkait lain telah melakukan rapat pembahasan untuk merumuskan Naskah
Akademis, RPMK, dan penyiaopan data pendukung lain untuk selanjutnya
27
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
diusulkan kepada KemenPAN-RB, selanjutnya Kepala Biro Organta telah
menyampaikan nota dinas rahasia kepada Sekretaris Jenderal nomor NDR-
45/SJ.2/2016 hal penataan organisasi dan mendapat disposisi “bicarakan
dengan saya”.
Sesuai arahan Menteri Keuangan dalam Steering Committee Meeting Program
TK pada tanggal 19 September 2016 agar arah Transformasi Kelembagaan
untuk fokus pada pencapaian outcome dengan penajaman fungsi organisasi,
sedangkan penataan struktur (penggabungan Unit Eselon I) akan menjadi
prioritas terakhir yang akan disentuh, sehingga penggabungan Biro
Perlengkapan dan Pusat LPSE tidak dilakukan di tahun 2016. Selanjutnya
sesuai hasil LOM 2017, penggabungan Biro Perlengkapan dan Pusat LPSE
dilaksanakan tahun 2017.
2. Penyelesaiaan Laporan ABK Setjen
Laporan ABK Setjen telah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal tanggal 23
Desember 2016. Laporan ABK akan digunakan sebagai bahan
penataan/penyempurnaan struktur organisasi; bahan penyempurnaan sistem
dan prosedur kerja; sarana peningkatan kinerja kelembagaan; bahan
penyusunan standar beban kerja jabatan/unit, penyusunan Daftar Susunan
Pegawai (DSP) atau bahan penetapan eselonisasi jabatan struktural; bahan
pendukung dalam rencana kebutuhan pegawai, program mutasi, dan
penyempurnaan pengembangan diklat; bahan pendukung penilaian kesehatan
organisasi; dan bahan pendukung dalam rangka menjaga keseimbangan antara
Beban Kerja dan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Sesuai PMK Nomor
175/PMK.01/2016, laporan ABK Setjen akan diselesaikan paling lambat pada
akhir bulan April setiap tahunnya.
3. Penyelesaian Urjab Setjen
Uraian Jabatan merupakan proses, metode dan teknik untuk memperoleh data
jabatan yang telah diolah menjadi informasi jabatan dan disajikan untuk
kepentingan program kepegawaian serta memberikan umpan balik bagi
organisasi dan tatalaksana. Uraian Jabatan bertujuan untuk menghindari
28
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
duplikasi dan tumpang tindih pelaksanaan tugas dan menentukan kejelasan
tugas dan fungsi masing-masing jabatan. Uraian jabatan di lingkungan
Sekretariat Jenderal telah ditetapkan melalui KMK Nomor 305/KM.1/2016
tanggal 29 April 2016.
4. Penyelesaian SOP Setjen
Dalam rangka melaksanakan amanat pada ketentuan PMK Nomor
131/KMK.01/2015 mengenai pedoman penyusunan SOP dan PMK No.
234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan tata Kerja Kemenkeu, serta untuk
mengakomodasi perkembangan peraturan teknis mengenai pelaksanaan tugas
dan fungsi unit eselon II di lingkungan Sekretaraiat Jenderal, perlu dilakukan
penyempurnaan/ penyesuaian/ penghapusan SOP. SOP Sekretariat Jenderal
telah ditetapkan melalui KEP-266/SJ/2016 mengenai SOP Setjen 2016 tanggal
30 Desember 2016.
29
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
3b-N Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi
Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Realisasi capaian IKU terkait Penataan Organisasi Kementerian Keuangan tahun
2016 telah mencapai target 100% dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Penataan Organisasi LPDP
Dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan perluasan layanan
pendanaan pendidikan dalam jangka panjang, kebutuhan akan perluasan
pendanaan riset dalam jangka panjang, meningkatnya kerusakan fasilitas
pendidikan di Indonesia, tuntutan pemangku kepentingan dan konsumen akan
pelayanan Prima, serta perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Usulan penataan organisasi LPDP telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB
melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-2496/MK.01/2015 tanggal
21 Desember 2015 dan telah mendapatkan persetujuan melalui Surat Menteri
PAN-RB Nomor B/1687/M.PAN-RB/04/2016 tanggal 10 April 2016. Selanjutnya
telah ditetapkan dalam PMK Nomor 143/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (27/09/2016, BNRI 1448,
27/09/2016). Penataan organisasi meliputi penajaman tugas dan fungsi, serta
penambahan 1 (satu) Direktorat (setingkat Eselon III) dan 5 (lima) Divisi
(setingkat Eselon IV).
2. Penataan Organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJP
Dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan stakeholder tentang perbaikan
organisasi DJP dan mewujudkan Reformasi birokrasi perpajakan yang
memenuhi prinsip clean and good governance, meningkatkan ketersediaan data
sebagai alat bantu pengawasan kepatuhan dalam kegiatan intensifikasi dan
ekstensifikasi perpajakan untuk pemenuhan kewajiban perpajakan, menjaminan
kualitas data perpajakan dalam mendukung fungsi pelayanan, pengawasan, dan
30
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
penegakan hukum, serta menguatkan layanan informasi dan pengaduan
perpajakan sebagai alat bantu memperkuat pelayanan kepada wajib pajak dan
voluntary compliance.
Usulan penataan organisasi UPT DJP telah disampaikan kepada Menteri PAN-
RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan nomor SR-1114/MK.01/2014
tanggal 23 Desember 2014 dan telah mendapatkan persetujuan melalui Surat
Menteri PAN-RB nomor B/2645/M.PAN-RB/07/2016 tanggal 27 Juli 2016.
Selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 165/PMK.01/2016 tentang
Perubahan Atas PMK Nomor 174/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan Direktorat Jenderal Pajak; PMK
Nomor 166/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan
Data dan Dokumen Perpajakan; dan PMK Nomor 167/PMK.01/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.
3. Penataan Organisasi Instansi Vertikal DJBC
Dilaksanakan dalam rangka melaksanakan Amanat Nawacita (1) Menghadirkan
Kembali Negara untuk Melindungi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa
Aman pada Seluruh Warga Negara, Nawacita (3) Membangun Indonesia dari
Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa Dalam Kerangka
Negara Kesatuan, Nawacita (6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya, Nawacita (7) Meningkatkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik,
diharapkan dapat lebih mampu melakukan pengawasan yang lebih efektif dan
menjadi katalis pengembangan perekonomian, meningkatkan peran dan
optimalisasi DJBC sebagai trade facilitator, industrial assistant, community
protector, dan revenue collector, serta merampingkan span of control Kantor
Wilayah DJBC (berdasar hasil evaluasi kinerja), selain itu pembentukan Kanwil
baru untuk meningkatkan peran dan penajaman tugas dan fungsi guna
menjamin kualitas kinerja DJBC secara keseluruhan, dan penataan KPPBC Tipe
Pratama sebagai antisipasi perubahan lingkungan eksternal dengan
diberlakukannya UU ASN.
31
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Usulan penataan organisasi Instansi Vertikal DJBC telah disampaikan kepada
Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan nomor SR-
2277/MK.01/2015 tanggal 27 Oktober 2015 dan telah mendapatkan persetujuan
melalui Surat Menteri PAN-RB nomor B/2829/M.PAN-RB/08/2016 tanggal 18
Agustus 2016.
Selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK Nomor 188/PMK.01/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
tanggal 5 Desember 2016. Penataan Organisasi meliputi penajaman tugas dan
fungsi, Pembentukan 3 Kanwil dan 1 Kanwil Khusus Papua, Peningkatan tipologi
36 KPPBC Tipe Pratama menjadi KPPBC Tipe Madya Pabean (TMP) C,
Penghapusan 14 KPPBC Tipe Pratama, dan Pembentukan KPPBC TMP C
Magelang.
4. Penataan Organisasi Instansi Vertikal DJPB
Dilaksanakan dalam rangka memudahkan koordinasi kebijakan fiskal dan
moneter Prov. Kaltara dengan berbagai pemangku kepentingan utama (Pemda
Provinsi, Perwakilan Bank Indonesia, Perwakilan BPK, BPS, Muspida, dll), serta
intensifikasi peran Kemenkeu di daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
di wilayah perbatasan (sesuai nawacita) dan peningkatan kualitas akuntabilitas
keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Usulan Penataan Organisasi Instansi Vertikal DJPB telah disampaikan kepada
Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan nomor SR-
2277/MK.01/2015 tanggal 27 Oktober 2015 dan telah mendapatkan persetujuan
melalui Surat Menteri PAN-RB nomor B/3613/M.PAN-RB/11/2016 tanggal 3
November 2016.
Selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK nomor 262/PMK.01/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Perbendaharaan.
Penataan organisasi meliputi penajaman tugas dan fungsi, serta pembentukan
Kanwil Kalimantan Utara dan KPPN Tanjung Selor.
32
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
5. Penataan Organisasi Instansi Vertikal DJKN
Dilaksanakan dalam rangka Meningkatkan pelayanan, bimbingan, penilaian, dan
tertib administrasi, baik tertib fisik dan tertib hukum dalam pengelolaan Barang
Milik Negara, serta optimalisasi pengurusan dan pelayanan piutang dan lelang,
serta penataan kembali wilayah kerja khususnya pada KPKNL Tangerang dan
KPKNL Serpong dengan mempertimbangkan beban kerja yang terus meningkat
terkait pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara, dan
pelayanan lelang.
Usulan Penataan Organisasi Instansi Vertikal DJKN telah disampaikan kepada
Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan nomor SR-
2277/MK.01/2015 tanggal 27 Oktober 2015 dan telah mendapatkan persetujuan
melalui Surat Menteri PAN-RB nomor B/3613/M.PAN-RB/11/2016 tanggal 3
November 2016.
Selanjutnya telah ditetapkan dalam PMK 263/PMK.01/2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Kekayaan Negara. Penataan
organisasi meliputi perubahan nomenklatur KPKNL Tangerang dan KPKNL
Serpong menjadi KPKNL Tangerang I dan KPKNL Tangerang II, serta
penyesuaian wilayah kerja.
33
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
3c-N Persentase Rekomendasi Hasil Survei Kesehatan
Organisasi Kementerian Keuangan yang
ditindaklanjuti
Target : 70%
Terealisasi : 100%
Target Rekomendasi Hasil Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan
yang ditindaklanjuti adalah 70%, akan tetapi realisasi kinerja Rekomendasi Hasil
Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan yang ditindaklanjuti tercapai
melebihi yang ditargetkan yaitu 100%, dengan capaian sebesar 120%. Realisasi
kinerja dan capaian kinerja Rekomendasi Hasil Survei Kesehatan Organisasi
Kementerian Keuangan yang ditindaklanjuti tidak dapat diperbandingkan dengan
tahun sebelumnya karena IKU ini baru dilaksanakan pada tahun 2016.
Rekomendasi Hasil Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan yang
ditindaklanjuti dapat tercapai dengan baik karena dukungan sumber daya manusia
yang memadai dan perencanaan yang baik.
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja Rekomendasi
Hasil Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan yang Ditindaklanjuti
meliputi:
1) Penyempurnaan Kuesioner Penilaian Kesehatan Organisasi Kementerian
Keuangan
Berikut ini adalah tahapan-tahapan penyempurnaan kuesioner penilaian
kesehatan organisasi yang dilaksanakan pada tahun 2016:
a. Penyempurnaan butir-butir kuesioner kesehatan organisasi dengan seluruh
unit eselon I;
b. Pembahasan lanjutan penyempurnaan butir-butir kuesioner kesehatan
organisasi dengan seluruh unit eselon I;
34
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
c. Uji coba (piloting) kuesioner dengan seluruh unit eselon I;
d. Content validity analysis dengan 7 (tujuh) akademisi di Universitas Indonesia,
Universitas Padjajaran, dan Universitas Airlangga;
e. Uji coba (piloting) kuesioner pada 3 (tiga) daerah;
f. Finalisasi kuesioner dengan seluruh unit eselon I;
Jumlah butir kuesioner dikurangi dari 71 butir pernyataan pada tahun 2015
menjadi 62 butir pernyataan dengan mempertimbangkan aspek-aspek utama
yang harus diukur pada setiap indikator kesehatan organisasi. Selanjutnya,
untuk memperdalam informasi terhadap aspek-aspek tertentu yang belum
tercakup di dalam kuesioner, akan dilakukan penggalian informasi di dalam
focus group discussion.
Secara statistik, seluruh item kuesioner telah lolos uji validitas dan reliabilitas
sehingga layak digunakan untuk mengukur kesehatan organisasi Kementerian
Keuangan dan telah disampaikan melalui ND-875/SJ.2/2016 kepada Sekretaris
Jenderal tentang Penyempurnaan Kuesioner Penilaian Kesehatan Organisasi
Kementerian Keuangan (MOFIN) pada tanggal 19 Desember 2016 beserta
Laporan Nomor LAP-5/SJ.2/2016 tentang Penyempurnaan Kuesioner Penilaian
Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan.
2) Monitoring dan Evaluasi Penetapan Jabatan dan Peringkat Pelaksana di
Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2016
Dalam rangka memberikan keseragaman dalam melakukan evaluasi, penilaian,
dan penetapan jabatan dan peringkat bagi Pelaksana, PMK 241/PMK.01/2015
tentang Mekanisme Penetapan Jabatan Dan Peringkat Bagi Pelaksana Di
Lingkungan Kementerian Keuangan (PMK 241/2015) dan KMK
1104/KMK.01/2015 tentang Jabatan Dan Peringkat Bagi Pelaksana Di
Lingkungan Kementerian Keuangan (KMK 1104/2015) telah disosialisasikan
kepada seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Berdasarkan
PMK 241/2015, setiap pelaksana (CPNS maupun PNS) harus ditetapkan pada
jabatan dan peringkat yang sesuai. Kesesuaian antara mekanisme di dalam
35
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
PMK 241/2015 dengan implementasinya pada seluruh unit eselon I telah
dievaluasi melalui 2 (dua) kegiatan utama, yaitu:
a. Verifikasi salinan Keputusan Penetapan Jabatan dan Peringkat Pelaksana di
seluruh unit eselon I.
Selama bulan Januari s.d. Desember 2016, Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan telah menerima dan melakukan verifikasi terhadap salinan
SK penetapan jabatan dan peringkat pelaksana dari seluruh unit eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan (termasuk di dalamnya instansi vertikal
dan unit pelaksana teknis) sebanyak 1.658 SK. Berdasarkan hasil verifikasi
yang telah dilakukan, dari 201 (dua ratus satu) unit eselon II di lingkungan
Kementerian Keuangan, terdapat 15 (lima belas) unit eselon II yang belum
menyampaikan salinan SK penetapan jabatan dan peringkat Pelaksana tahun
2016.
b. Monitoring dan evaluasi implementasi PMK 241/2015 dan KMK 1104/2015
pada beberapa instansi vertikal.
Monitoring dan evaluasi dilakukan di beberapa instansi vertikal pada tanggal
27 Juli s.d. 12 Agustus 2016 dan menghasilkan beberapa masukan terkait
implementasi PMK 241/2015 dan KMK 1104/2015. Adapun masukan-
masukan yang diterima selama kegiatan monitoring dan evaluasi pada
instansi vertikal akan menjadi bahan pertimbangan di dalam penyempurnaan
mekanisme penetapan jabatan dan peringkat bagi Pelaksana di lingkungan
Kementerian Keuangan
Laporan Monitoring dan Evaluasi Penetapan Jabatan dan Peringkat Pelaksana
di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2016 telah disampaikan melalui
ND-920.1/SJ.2/2016 tentang Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Penetapan
Jabatan dan Peringkat Pelaksana di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun
2016 pada tanggal 30 Desember 2016 beserta laporan nomor LAP-9/SJ.2/2016
tentang Hasil Monitoring dan Evaluasi Penetapan Jabatan dan Peringkat
Pelaksana di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2016.
36
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS – 4 PENGELOLAAN PROSES BISNIS YANG
BERKUALITAS
4a-CP Tingkat Penyelesaian E-Corporate Services Setjen
Tahap II
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Pencapaian target penyelesaian pembangunan e-corporate services Setjen tahap II
tahun 2016 merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan pada pencapaian
penyelesaian rintisan pembangunan e-corporate services Setjen tahap I yang telah
dimulai pada tahun 2015. Pembangunan e-corporate services pada tahun 2015 telah
merintis beberapa hal yang fundamental antara lain penyusunan arsitektur ecorp,
penyusunan road map aplikasi, rencana kerja e-corporate services, dan penyusunan
template perekayasaan Business Process Reengineering (BPR).
Dengan fundamen yang sudah cukup kuat tersebut, maka pembangunan aplikasi e-
corporate services tahap II tinggal masuk dalam tahapan (i) penyusunan BPR,
(ii) penyusunan user requirement dan (iii) pembangunan aplikasi. Khusus untuk Biro
Organta yang berperan selaku koordinator proses penyusunan BPR masing-masing
aplikasi, terus berkomunikasi secara intensif dengan unit-unit pengusul. Diantaranya
terkait dengan proses penuangan proses bisnis masing-masing unit ke dalam BPR
dan pemenuhan waktu penyelesaian penyusunan BPR agar sesuai timeline.
Setidaknya terdapat 10 (sepuluh) BPR aplikasi prioritas dan 11 (sebelas) BPR
aplikasi non-prioritas yang telah diselesaikan unit pengusul dengan supervisi Biro
Organta. Untuk aplikasi prioritas, penyusunan BPR telah disahkan oleh pimpinan unit
pengusul pada bulan Mei 2016. Adapun untuk aplikasi non prioritas dapat
diselesaikan seluruhnya pada bulan Agustus 2016. Dalam proses reviu, Biro Organta
37
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
juga melibatkan Pusintek selaku unit pengembang aplikasi dan Biro Umum selaku
unit pembina tata laksana di lingkungan Sekretariat Jenderal.
4b-N Persentase Penyelesaian SOP Unit Eselon I yang
Berbasis RASCI
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Seluruh pekerjaan adalah bagian dari proses dan merupakan sekelompok aktivitas
dan tugas yang berkaitan secara logis (tata laksana), melibatkan semua unsur
sumber daya organisasi menjadi output/hasil. Proses, agar dapat berjalan dengan
baik perlu mekanisme feedback kinerja proses tersebut melalui pemetaan, dan
proses yang dipetakan dalam organisasi. Proses Bisnis merupakan perangkat
mendasar yang harus disusun dengan memperhatikan kepentingan pengguna.
Penyempurnaan proses bisnis dilakukan melalui serangkaian proses analisis dan
perbaikan tata laksana yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efisien, efektif, dan terukur pada
organisasi pemerintah. Selain itu, agar proses bisnis yang telah dibuat selalu
dijadikan acuan dalam bekerja, maka proses bisnis tersebut distandarisasikan ke
dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP).
Dalam hal pelaksanaan tugas umum pemerintahan di bidang pengelolaan keuangan
dan kekayaan negara diperlukan adanya SOP sebagai pedoman/petunjuk bagi para
aparatur (pejabat/pegawai) dalam melaksanakan tugas dan fungsi guna dapat
mengetahui/memahami akan suatu prosedur dan mekanisme pelayanan. Dengan
demikian, dapat dihindarkan adanya tumpang tindih, kesalahan prosedur
melaksanakan tugas, dan kejelasan tanggung jawab, serta memberikan informasi
yang diperlukan dalam menyusun standar pelayanan sehingga dapat
menciptakan/menghasilkan efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi dalam
mencapai tujuannya.
38
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2015
tentang Pedoman Penyusunan Proses Bisnis, Kerangka Pengambilan Keputusan,
Dan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Kementerian Keuangan, seluruh
unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan menyusun dan
menyesuaikan naskah SOP dengan berpedoman pada ketentuan PMK tersebut,
yakni dengan mencantumkan matriks RASCI. Matriks RASCI merupakan tabel berisi
representasi visual dari peran masing-masing individu atau para pemangku kegiatan
di dalam proses kegiatan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang memegang peran
Responsible, Approval, Support, Consult, dan Informed.
Periode capaian penyelesaian usulan SOP diberlakukan untuk setiap pengusulan
SOP terbagi menjadi 2 periode, yaitu:
a. periode pengusulan I bulan Mei; dan
b. periode pengusulan II bulan November.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) proses yang dilakukan oleh Biro Organisasi
dan Ketatalaksanaan dalam melaksanakan reviu SOP, antara lain:
1. Reviu/ penelitian awal;
2. Pembahasan draft SOP;
3. Pemeriksaan ulang dan/atau perbaikan minor;
4. Penerbitan persetujuan/rekomendasi tertulis Sekretaris Jenderal.
Selama tahun 2016, Biro Organta telah mereviu 3.366 SOP dari unit Eselon I yang
terbagi dalam II semester, yaitu sebanyak 1.265 SOP yang berasal dari 8 unit Eselon
I pada semester I dan sebanyak 2.101 SOP yang berasal dari 8 unit Eselon I.
Terhadap SOP usulan unit Eselon I tersebut, sebanyak 17 usulan telah diperoleh
persetujuan/penetapan Sekretaris Jenderal. Rincian dari ke-17 usulan SOP yang
sudah memperoleh persetujuan Sekretaris Jenderal yaitu sebagai berikut.
39
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
TABEL 2.7 17 USULAN SOP YANG SUDAH MEMPEROLEH PERSETUJUAN SEKRETARIS JENDERAL
No. Unit Eselon I Surat Persetujuan Unit Eselon I
1. Setjen ND-898/SJ.2/2016 tanggal 27 Desember 2016 740 SOP
2. DJA S-843/SJ/2016 tanggal 29 April 2016 57 SOP
3. DJP 1. S-1194/SJ/2016 tanggal 30 Juni 2016
2. S-1253/SJ/2016 tanggal 29 Juli 2016
228 SOP
2 SOP
4. DJBC 1. S-1007/SJ/2016 tanggal 14 Juni 2016
2. S-1921/SJ/2016 tanggal 1 Desember 2016
151 SOP
211 SOP
5. DJPB 1. S-987/SJ/2014 tanggal 28 Juni 2016
2. S-1957/SJ/2016 tanggal 21 Desember 2016
555 SOP
634 SOP
3. S-2074/SJ/2016 tanggal 29 Desember 2016
6. DJKN 1. S-1186/SJ/2016 tanggal 29 Juni 2016
2. S-1958/SJ/2016 tanggal 21 Desember 2016
200 SOP
65 SOP
7. DJPK S-1187/SJ/2016 tanggal 29 Juni 2016 18 SOP
8. DJPPR 1. S-165/SJ.2/2016 tanggal 30 Juni 2016
2. S-2070/SJ/2016 tanggal 28 Desember 2016
52 SOP
135 SOP
9. BKF S-1723/SJ/2016 tanggal 4 November 2016 16 SOP
10. BPPK 1. S-1008/SJ/2016 tanggal 14 Juni 2016
2. S-1968/SJ/2016 tanggal 27 Desember 2016
4 SOP
298 SOP
40
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS – 5 PENGELOLAAN SDM BERBASIS MERIT
5a-CP Persentase Penyelesaian Pengembangan Jabatan
Fungsional
Target : 75%
Terealisasi : 85,8%
Kegiatan pengembangan jabatan fungsional adalah kegiatan menciptakan/
membentuk dan/atau menyempurnakan serta mengimplementasikan jabatan-jabatan
fungsional yang menjadi core business Kementerian Keuangan, dan
mengimplementasikan jabatan-jabatan fungsional yang sudah dikembangkan oleh
Kementerian/Lembaga lain di lingkungan Kementerian Keuangan. Pengembangan
jabatan fungsional di lingkungan Kementerian Keuangan merupakan transformasi
pelaksanaan tugas Sumber Daya Manusia melalui peningkatan profesionalisme,
pembinaan karir pegawai serta mutu pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi di
bidang pengelolaan keuangan dan kekayaan negara sekaligus menyukseskan
program reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan di lingkungan
Kementerian Keuangan.
Pada Tahun 2016, telah dilaksanakan pembentukan satu jabatan fungsional yaitu
Jabatan Fungsional Penata Laksana Barang yang diusulkan oleh DJKN, dan
penyempurnaan dua jabatan fungsional. Adapun jabatan fungsional yang telah
dilaksanakan penyempurnaan adalah Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai
(terdapat penambahan tusi dan jenjang, yaitu jenjang pemula dan utama) dan Penilai
PBB (terdapat pelimpahan wewenang Pajak Bumi dan Bangunan kepada Pemda
sehingga nomenklaturnya berubah menjadi Jabatan Fungsional Penilai Pajak).
Proses pembentukan jabatan fungsional serta penyempurnaan jabatan fungsional di
atas membutuhkan proses yang cukup panjang dimulai dari penyusunan Naskah
Akademis, ekspose Naskah Akademis, penyusunan matriks butir-butir kegiatan, uji
petik beban kerja dan norma waktu, pengolahan data uji petik dan validasi, yang
41
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan Rancangan Peraturan Menteri PANRB
(RPerMen PANRB) terkait jabatan fungsional dimaksud.
Adapun dalam pencapaian target tersebut terdapat beberapa kendala yang harus
dihadapi diantaranya:
1. Belum adanya peraturan yang komprehensif dan terstruktur terkait dengan
pengembangan jabatan fungsional yang dikeluarkan oleh Kementerian PANRB
dan BKN;
2. KemenPANRB sedang melakukan penyusunan RPP Manajemen PNS dan RPP
lainnya sebagai turunan dari UU ASN, sehingga pengembangan jabatan
fungsional tidak menjadi skala prioritas utama KemenPANRB;
3. Belum meratanya pemahaman pentingnya pengembangan jabatan fungsional di
Kementerian Keuangan;
4. Pengembangan jabatan fungsional pada unit-unit belum dijadikan concern
dalam mendukung kegiatan penataan organisasi.
Pada Tahun 2016 capaian IKU Persentase Penyelesaian Pengembangan Jabatan
Fungsional mencapai 85,8% atau sebesar 114,4 % dari target. Hal ini terkait dengan
telah disampaikannya RPerMen PANRB tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea
dan Cukai melalui Surat Nomor S-1719/SJ/2016 tgl 3 November 2016, yang telah
ditandatangani oleh Menteri PANRB, dan saat ini masih dalam proses
pengundangan di Kementerian Hukum dan HAM. Adapun untuk Jabatan Fungsional
Penilai Pajak saat ini dalam proses pembahasan final RPerMen PANRB, dan
Jabatan Fungsional Penata Laksana Barang masih akan dilaksanakan uji petik
pengukuran beban kerja pada beberapa lokasi dengan responden dari K/L lainnya
dan Pemerintah Daerah.
42
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
5b-N Jumlah Penyelesaian Penyusunan Ketentuan Pelaksanaan
Jabatan Fungsional
Target : 3
Terealisasi : 3
Dengan ditetapkannya peraturan Menteri PANRB mengenai jabatan fungsional dan
Angka Kreditnya, maka jabatan fungsional Kementerian Keuangan dinyatakan telah
terbentuk. Agar jabatan fungsional tersebut dapat diimplementasikan, maka
dibutuhkan peraturan-peratuan untuk mendukung pelaksanaan jabatan fungsional.
Peraturan-peraturan tersebut, antara lain Peraturan Kepala BKN mengenai petunjuk
pelaksanaan (Juklak) jabatan fungsional yang mengatur dari sisi kepegawaiannya,
Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk teknis (Juknis) jabatan fungsional,
Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar dan uji kompetensi jabatan
fungsional, KMK mengenai uraian jabatan fungsional dan peringkat jabatan
fungsional, serta Peraturan Presiden mengenai tunjangan jabatan fungsional.
Pada akhir tahun 2016 telah selesai dilaksanakan pembahasan Rancangan PMK
mengenai Juknis Jabatan Fungsional Pelelang dan disampaikan kembali oleh
Direktur Jenderal Kekayaan Negara melalui Nota Dinas nomor ND-425/KN/2016
tanggal 21 Desember 2016 untuk dilaksanakan proses penetapannya.
Selain itu, guna mewadahi unit dalam melaksanakan koordinasi pembinaan
di lingkungan Kementerian Keuangan atas jabatan fungsional yang pembinanya
Kementerian/Lembaga lainnya telah ditetapkan pula Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 912/KMK.01/2016 tanggal 20 Desember 2016 tentang Penetapan Unit
Pembina Internal Jabatan Fungsional di lingkungan Kementerian Keuangan dan
untuk memberikan pedoman dalam penghitungan kebutuhan jabatan fungsional
(formasi) telah ditetapkan pula Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.01/
2016 tanggal 27 Desember 2016 tentang Pedoman Penghitungan Kebutuhan
Jumlah Pegawai Dalam Jabatan Fungsional di lingkungan Kementerian Keuangan.
43
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
5c-N Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan
Kementerian Keuangan
Target : 95%
Terealisasi : 95%
Target Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
adalah 95%, begitu juga dengan realisasi kinerja Penyusunan Kamus Kompetensi
Teknis Jabatan Kementerian Keuangan tercapai 95%. Realisasi kinerja dan capaian
kinerja Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
tidak dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya karena IKU ini baru
dilaksanakan pada tahun 2016.
Penyusunan kompetensi teknis pada tahun 2016 difokuskan pada 4 (empat) unit
eselon I yang melaksanakan fungsi penganggaran, kebijakan fiskal, pengawasan
internal, dan pendukung internal. Hasil dari penyusunan kompetensi teknis pada
tahun 2016 adalah 129 (seratus dua puluh sembilan) kompetensi teknis yang
meliputi 27 (dua puluh tujuh) kompetensi teknis di bidang kebijakan fiskal, 35 (tiga
puluh lima) kompetensi teknis di bidang penganggaran, 21 (dua puluh satu)
kompetensi teknis di bidang pengawasan internal, dan 46 (empat puluh enam)
kompetensi teknis di bidang pendukung internal.
Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan dapat
tercapai dengan baik karena:
1) koordinasi yang baik dengan pihak ketiga dan unit Eselon I;
2) komitmen Subject Matter Expert (SME) yang tinggi dalam memberikan informasi
mengenai proses bisnis dan hal-hal yang terkait dengan fungsi yang dijalankan;
3) secara simultan Kementerian Keuangan sedang menyusun peta proses bisnis
sampai dengan level terendah, hal ini sangat mendukung penyusunan
kompetensi teknis mengingat peta proses bisnis merupakan input penting dalam
penyusunan kompetensi teknis;
44
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
4) telah disusunnya kompetensi teknis dengan metodologi yang sama oleh
beberapa unit Eselon I (DJP, DJBC, dan DJPB) yang dapat dijadikan sebagai
benchmark bagi penyusunan kompetensi teknis pada fungsi-fungsi lain
di Kementerian Keuangan, sehingga proses penyusunan kompetensi teknis
pada fungsi di lingkungan Setjen, DJA, Itjen, dan BKF dapat dilakukan dengan
lebih mudah.
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja Penyusunan
Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan adalah:
1) Pengumpulan data kompetensi teknis
Data dan dokumen yang dipergunakan dalam proses penyusunan kompetensi
teknis adalah PMK mengenai organisasi dan tata kerja, uraian jabatan, SOP,
peta proses bisnis, dan peraturan-peraturan terkait.
2) Identifikasi kompetensi teknis
Proses identifikasi dimulai dengan pemaparan proses bisnis oleh setiap Subject
Matter Expert sesuai dengan fungsi yang dilaksanakan. Selanjutnya dari proses
bisnis dimaksud akan diperoleh peta fungsi yang terbagi menjadi fungsi utama,
fungsi kunci, dan fungsi dasar.
3) Analisis dan kajian kompetensi teknis pada bulan Juli-September 2016
Dari hasil pemetaan fungsi utama, fungsi kunci, dan fungsi dasar kemudian
dirumuskan unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja.
4) Penyusunan konsep kamus kompetensi teknis jabatan pada bulan Oktober-
November 2016
Konsep kamus kompetensi merupakan dokumen yang memuat mengenai unit
kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja pada setiap fungsi inti
Kementerian Keuangan. Dalam proses penyusunan konsep kamus kompetensi,
hasil pemetaan unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja
disampaikan kepada unit Eselon I dan dibahas bersama dalam forum Focus
Group Discussion.
45
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
5) Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Kementerian Keuangan telah
disampaikan kepada Bapak Sekretaris Jenderal melalui nota dinas Kepala Biro
Organta nomor ND-913/SJ.2/2016 pada tanggal 29 Desember 2016 beserta
laporan nomor LAP-8/SJ.2/2016 tentang Penyusunan Kamus Kompetensi
Teknis Kementerian Keuangan.
46
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS – 6 SDM YANG KOMPETITIF
6a-N Persentase Pegawai yang Memenuhi Jamlat
Target : 100%
Terealisasi : 111,57%
IKU Persentase Pegawai yang Memenuhi Jamlat adalah jumlah minimal jam
pelatihan yang harus dipenuhi oleh setiap Pegawai dalam waktu satu tahun. Untuk
tahun 2016 standar Jamlat yang disyaratkan adalah sebesar 16 Jamlat.
Target Persentase Pegawai yang Memenuhi Jamlat di tahun 2016 adalah sebesar
100% dan capaian tahun 2016 adalah sebesar 111.57%. Periode pelaporan IKU ini
adalah tiap triwulan. Secara berurutan dari triwulan I s.d. IV targetnya adalah 30%,
50%, 80%, dan 100%. Untuk realisasi dari triwulan I s.d. IV adalah 45.40%, 97.04%,
106.48%, dan 111.57%. IKU Persentase Pegawai yang Memenuhi Jamlat baru
muncul di tahun 2016 sehingga untuk capaian untuk tahun 2015 dan tahun-tahun
sebelumnya tidak ada.
IKU ini dapat tercapai jika setiap pegawai dapat memenuhi minimal standar Jamlat
yang telah ditentukan yaitu sebesar 16 Jamlat. Pemenuhan Jamlat dapat dilakukan
melalui Pelatihan Klasikal yang diselenggarakan di BPPK maupun di luar BPPK,
ataupun pelatihan non klasikal seperti seminar, sosialisasi, workshop, knowledge
sharing/sharing session, magang/internship/on the job training ataupun capacity
building. Kendala utama yang menghambat pencapaian IKU ini adalah kondisi
masing-masing pegawai yang berbeda, yaitu mendapatkan penugasan yang
mendadak dari pimpinan. Hambatan lainnya yaitu pemotongan kuota peserta diklat
dari BPPK, dan kurang tersedianya anggaran untuk mengikuti diklat di luar BPPK.
Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak kegiatan IHT untuk
internal Biro dengan mengundang narasumber dari internal Kementerian Keuangan
dan memasukkan rencana diklat non-BPPK pada saat penyusunan anggaran.
47
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Dari sisi anggaran, penyelenggaraan diklat bersumber dari anggaran BPPK untuk
diklat yang diselenggarakan di BPPK, anggaran Biro Umum untuk diklat non-BPPK,
dan anggaran Biro Organta untuk pelaksanaan IHT dan narasumber IHT.
Tercapainya IKU ini didukung beberapa faktor, antara lain:
a. Komitmen setiap pegawai untuk mengikuti diklat, baik yang diselenggarakan
oleh BPPK, Biro Organta, ataupun pihak lainnya.
b. Biro Organta yang secara rutin menyelenggarakan IHT untuk para pegawai
internal Biro dengan mengundang narasumber dari Unit Eselon I atau Eselon II
atau pegawai/pejabat.
c. Peran para pimpinan yang senantiasa mendorong para pegawai untuk
meningkatkan kompetensi melalui kegiatan diklat.
48
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS – 7 ORGANISASI YANG FIT FOR PURPOSE
7a-N Persentase Rekomendasi Hasil Survei Kesehatan
Organisasi yang Ditindaklanjuti
Target : 70%
Terealisasi : 100%
IKU pada Sasaran Strategis ini adalah Persentase Rekomendasi Hasil Survei
Kesehatan Organisasi yang Ditindaklanjuti. Pada IKU tersebut terdapat 3 (tiga)
kegiatan utama yaitu (1) Penyusunan Pedoman Pola Rotasi pegawai di lingkungan
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, (2) Pemberian Penghargaan bagi pegawai
(Best Employee dan Employee Of the Month), dan (3) Pengembangan Kompetensi
bagi Pegawai yang memenuhi kriteria akan mengikuti beasiswa. IKU ini merupakan
IKU mandatory pada tahun 2016 dan belum pernah ada di tahun-tahun sebelumnya.
Penjelasan dari masing-masing capaian kegiatan yaitu sebagai berikut.
1. Penyusunan Pedoman Pola Rotasi pegawai di lingkungan Biro Organisasi
dan Ketatalaksanaan
Dalam Rangka Penyusunan Pedoman Pola Rotasi pelaksana di lingkungan Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan, Biro Organta melibatkan seluruh pejabat
Eselon III dengan meminta masukan/tanggapan atas konsep pedoman pola
rotasi pelaksana melalui ND-363/SJ.23/2016 tanggal 14 Juni 2016.
Selanjutnya, atas dasar masukan/tanggapan dari seluruh Bagian di lingkungan
Biro Organta, disusun pedoman pola rotasi pegawai di Biro Organta. Pedoman
tersebut selanjutnya dikirim ke Biro Umum sebagai bahan masukan pedoman
pola rotasi pelaksana di lingkungan Sekretariat Jenderal. Usulan pedoman pola
rotasi dimaksud telah dikirimkan melalui ND-485/SJ.2/2016 tanggal 29 Juni
2016.
49
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Atas pelaksanaan penyusunan pedoman pola rotasi pelaksana tersebut, Biro
Organta menyusun laporan pelaksanaan rekomendasi MOFIN yang
disampaikan ke Bagian Organisasi II sebagai bahan assessment atas
pelaksanaan rekomendasi Survei MOFIN tahun 2016 dan diperoleh nilai hasil
assessment yaitu 100 dengan target yang ditetapkan sebesar 70% (tercapai
120%)
Kendala
Belum adanya peraturan mengenai pedoman pola rotasi pelaksana di
lingkungan Sekretariat Jenderal menjadikan pola rotasi di masing-masing Eselon
II tidak seragam, dan masing-masing Eselon II harus merumuskan sendiri sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
Solusi
Sebaiknya penyusunan pedoman pola rotasi diinisiasi oleh Biro Umum sebagai
Pejabat Pengelola Kepegawaian Tingkat Sekretariat Jenderal agar pola rotasi
pelaksana di lingkungan Sekretariat Jenderal menjadi seragam dan dapat
disesuaikan/sejalan dengan visi misi Sekretariat Jenderal.
2. Pemberian Penghargaan bagi pegawai (Best Employee dan Employee Of
the Month)
Sebagai tahap persiapan, kami telah membentuk Tim Seleksi melalui KEP-
3/SJ.2/2016 tanggal 29 Februari 2016 tentang Pembentukan Tim Seleksi
Employee Of The Month dan The Best Employee di lingkungan Biro Organisasi
dan Ketatalaksanaan.
Pada tahun 2016, Tim Seleksi EOM dan BE Biro Organta telah melakukan
seleksi EOM sebanyak 10 kali dimulai Bulan Februari 2016 sampai dengan
Bulan November 2016 dan seleksi BE satu kali pada Bulan Desember 2016.
Untuk menjadi EOM, pegawai/pelaksana/pejabat fungsional harus mengikuti
beberapa tahapan seleksi pada setiap bulannya sebagaimana diatur dalam
50
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SE-11/SJ/2016 tentang Employee of The Month dan The Best Employee di
lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Tahapan seleksi
dilaksanakan secara berurutan dan menggunakan sistem gugur, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Tahap I : Seleksi Administrasi;
2) Tahap II : Usulan Pejabat Eselon III;
3) Tahap III : Penilaian NKP dan Kehadiran;
4) Tahap IV : Polling terhadap seluruh pegawai Biro Organta.
DAFTAR EOM DAN BE BIRO ORGANTA
No. Predikat Nama/NIP Unit Eselon III
1 EOM Bulan Februari Etty Nur Baeti Bagian Organisasi II
2 EOM Bulan Maret Kurniawan J. Malik Bagian Ketatalaksanaan I
3 EOM Bulan April Septiani Bagian Organisasi II
4 EOM Bulan Mei Filan Yurid Eden Bagian Organisasi I
5 EOM Bulan Juni Najib Husein Bagian Organisasi II
6 EOM Bulan Juli Luh Putu Rina M. Bagian Jabatan Fungsional
7 EOM Bulan Agustus Shindy Aldila Rosalina Bagian Ketatalaksanaan II
8 EOM Bulan September Ayu Miranti Widya P. Bagian Ketatalaksanaan I
9 EOM Bulan Oktober Wisnandari Dwijowati Bagian Ketatalaksanaan I
10 EOM Bulan November Duta Wiratama W. Bagian Jabatan Fungsional
11 BE Tahun 2016 Kurniawan J. Malik Bagian Ketatalaksanaan I
Kendala
a. Daftar kehadiran yang dipakai untuk menentukan EOM bulan X adalah daftar
presensi bulanan dengan cut off tanggal 16 bulan X-1 s.d. tanggal 15 bulan X
sehingga tidak benar-benar mencerminkan kehadiran pegawai pada bulan yang
bersangkutan.
b. Salah satu indikator pengukuran yang digunakan adalah Nilai Kinerja Pegawai
(NKP) sehingga kandidat EOM yang terpilih tiap bulannya seringkali hanya pada
orang-orang tertentu.
51
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
c. Kriteria tugas tambahan yang tidak terdefinisi dengan jelas pada Surat Edaran
Sekretariat Jenderal nomor SE-37/SJ/2016 tentang Employee of the Month dan
The Best Employee di lingkungan Sekretariat Jenderal, Kementerian Keuangan
sehingga perlu adanya penyempurnaan SE dimaksud.
3. Pengembangan Kompetensi bagi Pegawai yang Akan mengikuti Beasiswa
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap para
pegawai yang memenuhi persyaratan mengikuti beasiswa. Dalam proses
identifikasi, Bagian Ketatalaksanaan I sudah meminta usulan dari Bagian-Bagian
perihal pegawai yang akan diikutsertakan dalam kegiatan pengembangan
dimaksud melalui Nota Dinas nomor ND-132/SJ.23/2016 hal Persiapan
Pelaksanaan Pengembangan Pegawai.
Selanjutnya terhadap para pegawai dimaksud, dilakukan pengembangan melalui
in house training (IHT) dengan mengundang ahli/narasumber dari Prime English
Course. IHT dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam waktu yang berbeda-beda
yaitu pada tanggal 24 Agustus 2016, 31 Agustus 2016, dan 1 September 2016.
IHT yang dilaksanakan mengambil materi TOEFL (Test of English as a Foreign
Language). Skor TOEFL/IELTS paling sering digunakan untuk mengetahui
tingkat kemahiran berbahasa Inggris seseorang. Dengan adanya IHT ini
diharapkan dapat membantu pegawai Biro Organta yang berminat untuk
melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu, terdapat beberapa pegawai yang mengikuti diklat/pelatihan bahasa
Inggris melalui program yang diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan dan lembaga English Course lainnya.
52
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
7b-N Persentase Penyusunan SOP Berbasis RASCI
Target : 50%
Terealisasi : 62,82%
Penyusunan Standar Operasional Prosedur berbasis RASCI merupakan tindak lanjut
atas penetapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/KMK.01/2015 mengenai
pedoman penyusunan Proses Bisnis, Kerangka Pengambilan Keputusan, dan SOP
di lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam Pasal 34 ayat (2) PMK Nomor
131/2015, disebutkan bahwa masing-masing Unit Eselon I secara bertahap harus
menyesuaikan SOP yang telah ditetapkan dengan berpedoman pada ketentuan yang
berlaku.
Pada tahun 2016, SOP Biro Organta yang harus disesuaikan dengan PMK Nomor
131/2015 sejumlah 78 SOP. Adapun pada tahun 2016, target
penyesuaian/penyempurnaan SOP telah ditetapkan sebanyak 50% atau 39 SOP.
Selanjutnya, dalam rangka penyesuaian dan penyempurnaan telah dilakukan
beberapa langkah-langkah upaya sebagai berikut:
1. Identifikasi ulang SOP yang telah ditetapkan;
2. Penyempurnaan format SOP yang dinyatakan masih berlaku;
3. Menghapus SOP yang sudah tidak berlaku;
4. Pelaksanaan In House Training (IHT) penyusunan SOP sesuai dengan PMK
Nomor 131/2015.
Berdasarkan upaya yang telah dilakukan, pada tahun 2016 total SOP yang berhasil
disusun dan disempurnakan sesuai dengan PMK Nomor 131/2015 sebanyak 49
SOP.
53
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS – 8 E-CORPORATE SERVICES
8a-N Tingkat Penyelesaian e-Corporate Services Tahap II
Target : 100%
Terealisasi : 100%
IKU pada sasaran strategis ini adalah Tingkat Penyelesaian e-Corporate Services
Tahap II. Penyelesaian IKU ini pada tahun 2016 difokuskan pada 2 kegiatan utama
yaitu penyelesaian penyusunan dokumen Business Process Reengineering (BPR)
dan User Requirement (UR) untuk proses bisnis yang akan di-IT-kan dalam satu
platform aplikasi e-Corporate Services. Untuk Subbagian Ketatalaksanaan IC
kegiatan berupa Proses penyelesaian BPR Nadine dan UR Pengembangan Aplikasi
Nadine. Dalam penyusunan dokumen Bussiness Process Reenginering serta user
requirement pengembangan Aplikasi Nadine, Biro Organta berkoordinasi secara
intensif dengan Pusintek selaku unit pengelola IT yang telah membangun dan
mengembangkan Aplikasi Nadine. Hal ini merupakan tindak lanjut dari penetapan
KMK 128 tahun 2015 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Elektronik Kementerian
Keuangan serta KMK 1254 tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Aplikasi Tata
Naskah Dinas Elektronik Kementerian Keuangan.
Penyusunan BPR Aplikasi Nadine dapat dilakukan dengan baik dan telah
disampaikan kepada kepala Biro melalui Nota Dinas Kepala Bagian Ketatalaksanaan
I nomor ND-323/SJ.23/2016 tanggal 23 Mei 2016 hal Permintaan
Pengesahan Business Process Re-engineering Aplikasi Nadine. Sedangkan untuk
penyusunan UR Pengembangan Aplikasi Nadine telah dapat diselesaikan pada
semester pertama, namun atas saran dari Pusintek bahwa sampai dengan Bulan
Agustus 2016, tim Pengembangan Aplikasi Nadine dari Pusintek akan
berkonsentrasi pada perbaikan fitur-fitur yang telah ada dan implementasi Aplikasi
Nadine di Kantor Pusat Unit Eselon I. Dengan pertimbangan hal tersebut, UR
54
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Pengembangan Nadine disampaikan kepada Pusintek pada Semester II melalui
surat nomor S-310/SJ.2/2016 Tanggal 22 Desember 2016.
Kendala
Belum terintegrasinya rencana pengembangan Aplikasi Nadine dengan proses
pembangunan semua aplikasi yang tergabung dalam e-corporate services. Sehingga
proses perencanaan dimungkinkan tidak dapat diimplementasikan pada platform e-
corporate services.
Solusi
Penyusunan UR pengembangan sebisa mungkin harus dapat meng-capture
kebutuhan unit dan perkembangan organisasi. Sehingga diharapkan aplikasi Nadine
dapat menunjang penyelenggaraan proses administrasi persuratan Kementerian
Keuangan.
55
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
SS – 9 PENGELOLAAN ANGGARAN YANG
OPTIMAL
9a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran
Target : 95%
Terealisasi : 97,98%
Pada tahun 2016, keseluruhan total pagu anggaran awal yang dikelola sebesar
Rp8.283.995.000,00. Pagu anggaran tersebut mengalami beberapa kali revisi
anggaran dan self blocking. Sehingga sampai dengan akhir tahun anggaran 2016,
total pagu anggaran yang dikelola sebesar Rp7.100.483.000,00.
GRAFIK 2.1
REALISASI ANGGARAN PER TRIWULAN TAHUN 2016
Langkah-langkah yang telah dilakukan selama tahun 2016 guna memenuhi target
realisasi anggaran meliputi:
1. Penyusunan disbursement plan sesuai dengan rencana kerja dan time schedule
pelaksanaan kegiatan.
2. Monitoring data capaian anggaran setiap mid triwulan.
56
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
3. Percepatan proses revisi anggaran guna memenuhi kebutuhan penganggaran
pada masing-masing output.
B. CAPAIAN KINERJA LAINNYA
Kegiatan yang telah dilaksanakan dan menunjang pencapaian kinerja Biro Organta
Tahun 2016 tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. EXPO FESTIVAL ANTIKORUPSI TAHUN 2016
GAMBAR 2.1 KEMENKEU MERAIH STAND TERBAIK
Hari antikorupsi internasional merupakan momentum strategis untuk menggalang
kesadaran masyarakat untuk bersama-sama terlibat aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi. Kegiatan Expo Festival Antikorupsi 2016 oleh KPK
dilaksanakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik terkait langkah
yang diambil selama ini di dalam mendorong gerakan anti korupsi yang telah
direspons dengan baik oleh berbagai pihak. Peserta yang diharapkan
berpartisipasi aktif adalah instansi pemerintah antara lain kementerian, lembaga
dan pemerintah, BUMN/D, sektor swasta, organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, media massa, kelompok dan
57
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
perorangan yang telah membuat program/kegiatan dan karya nyata terkait upaya-
upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Kementerian Keuangan merupakan salah satu Kementerian/Lembaga yang
memiliki peran yang sangat strategis dan sangat fokus dengan upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan ikut berpartisipasi dalam Expo festival Antikorupsi Tahun 2016
yang digagas KPK. Keikutsertaan Kemenkeu kali ini merupakan partisipasi yang
keempat kalinya sejak diadakan untuk pertama kali di tahun 2013. Kali ini Festival
diadakan di Kompleks Kediaman Gubernur Riau/Gedung Daerah dan Kantor
Gubernur Riau, Pekanbaru dengan tema “Bersih Hati, Tegak Integritas, Kerja
Profesional untuk Indonesia Tangguh”.
Guna menyukseskan partisipasi kemekeu dalam event tersebut, Biro Organta
Sekretariat Jenderal bersama dengan Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
(Biro KLI) Sekretariat Jenderal melakukan koordinasi dan komunikasi intensif
dengan seluruh unit Eselon I di lingkungan Kemenkeu dan beberapa unit Eselon II
di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.
Dalam Expo Festival Antikorupsi Tahun 2016, terdapat 2 hal yang diraih
Kemenkeu yaitu sebagai berikut:
a. Kemenkeu menerima 3 (tiga) penghargaan unit kerja berpredikat Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK) yaitu KPPN Kuningan, KPPBC Pasuruan, dan
LPDP dan 1 (satu) unit kerja berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM) yaitu KKPN Amlapura. Penghargaan diserahkan langsung
oleh Menteri PAN dan RB.
58
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
GAMBAR 2.2 EMPAT UNIT KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN MEMPEROLEH PREDIKAT WBK/WBBM
b. Kemenkeu dalam kegiatan Expo Festival Antikorupsi Tahun 2016 kali ini
berhasil meraih penghargaan sebagai Stand Terbaik I (Booth Terbaik I).
Pernghargaan diberikan langsung oleh Pimpinan KPK dan diterima oleh
Kepala Kantor Wilayah DJPB Provinsi Riau. Ini merupakan prestasi keempat
kali berturut-turut yang diraih Kemenkeu setelah mendapatkan penghargaan
yang sama pada tahun 2013, 2014, dan tahun 2015. Pada tahun ini, stand
Kemenkeu bersaing dengan 80 peserta dari berbagai kementerian/lembaga,
BUMN/BUMD, pemerintah provinsi dan kabupaten, lembaga pendidikan,
lembaga swadaya masyarakat, komunitas, media massa, dan usaha kecil
dan menengah (UKM). Stand Kemenkeu dikunjungi 2.930 pengunjung
selama pemeran berlangsung.
59
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
2. KANTOR PELAYANAN PERCONTOHAN KEMENTERIAN KEUANGAN (KPPC)
GAMBAR 2.3 TIM PENILAI KPPC DI KPPBC TIPE PRATAMA BANYUWANGI
Salah satu upaya untuk menumbuhkan etos kerja pelayanan bagi kantor-kantor
pelayanan di lingkungan Kementerian Keuangan, secara periodik dilakukan
penilaian kinerja pelayanan terhadap kantor-kantor pelayanan di lingkungan
Kementerian Keuangan dalam wujud berupa seleksi Kantor Pelayanan
Percontohan (KPPc) di lingkungan Kementerian Keuangan yang diselenggarakan
setiap tahun. Kegiatan penilaian KPPc ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui gambaran kinerja serta inovasi-inovasi yang dikembangkan oleh
kantor-kantor pelayanan sebagai upaya melakukan perbaikan dan peningkatan
kualitas pelayanan publik.
Kegiatan penilaian KPPc dilakukan oleh Tim Penilai dengan cara:
a. Melakukan observasi secara langsung dengan mengidentifikasi semua
komponen pelayanan yang dinilai sekaligus melakukan assesment terhadap
kinerja pelayanan dengan menggunakan instrumen formulir kinerja kantor
pelayanan percontohan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
65/KMK.01/2014;
60
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
b. Melakukan wawancara mendalam dengan pimpinan dan staf pada kantor
pelayanan/pengawasan bersangkutan dan pihak lain yang memiliki
keterkaitan;
c. Mencari data/informasi sekunder baik berupa pendapat, laporan, pengaduan,
dan temuan lainnya;
d. Selain itu Tim Penilai dengan dibantu oleh Tim Pelaksana melakukan survei
kepuasan pelayanan yang diisi dengan menyebarkan kuesioner kepada
masyarakat/pihak pengguna layanan yang diisi secara langsung oleh
responden (pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat/IKM).
Adapun Instrumen penilaian yang digunakan dalam penilaian KPPc Tahun 2016
berupa Formulir A (Penilaian Kinerja Kantor Pelayanan Percontohan) dan
Formulir B (Penilaian Inovasi dan Prestasi Kantor Pelayanan).
Berdasarkan hasil penilaian, penghitungan, dan kesepakatan bersama Tim
Penilai, maka telah ditetapkan:
- KPP Pratama Sumbawa Besar
- KPPBC Tipe Pratama Banyuwangi
- KPPN Kotamobagu
- KPKNL Bukittinggi
sebagai Kantor Pelayanan Percontohan Terbaik di Lingkungan Kementerian
Keuangan Tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam KMK Nomor KMK-
783/KMK.01/2016 tentang penetapan Kantor Pelayanan Percontohan di
Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2016.
61
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
3. KANTOR WILAYAH TERBAIK TAHUN 2016
GAMBAR 2.4
TIM PENILAIAN DAN PESERTA PENILAIAN KANTOR WILAYAH TERBAIK
Kementerian Keuangan melakukan penilaian Kantor Wilayah Terbaik di lingkungan
Kementerian Keuangan tahun 2016. Tahap akhir penilaian dilakukan pada Kamis, 6
Oktober 2016 di Ruang Rapat Sekretaris Jenderal, Gedung Djuanda I Kementerian
Keuangan, Jakarta.
Peserta Penilaian Kantor Wilayah Terbaik Tahun 2016 adalah Kanwil Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah II mewakili DJP, Kanwil Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC) Khusus Kepulauan Riau sebagai perwakilan dari DJBC, Kanwil
Direktorat Jenderal (Ditjen) Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat yang mewakili
Ditjen Perbendaharaan; dan Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta yang mewakili DJKN.
Sebagai informasi, penilaian Kanwil Terbaik di Lingkungan Kementerian Keuangan
berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 288/KMK.01/2016
62
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
tentang Pedoman Penilaian Kantor Wilayah Terbaik di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada sembilan komponen dan 31
indikator, inovasi yang diciptakan dan diterapkan Kantor Wilayah, serta prestasi yang
dicapai.
Melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 782/KMK.01/2016 tentang
Kantor Wilayah Terbaik di lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2016, Kanwil
DJPB Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebagai Kantor Wilayah Terbaik Pertama,
Kanwil DJP Jawa Tengah II sebagai Kantor Wilayah Terbaik Kedua, Kanwil DJBC
Khusus Kepulauan Riau sebagai Kantor Wilayah Terbaik Ketiga, dan Kanwil DJKN
Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta sebagai Kantor Wilayah Terbaik Keempat.
C. REALISASI ANGGARAN
Pengukuran penyerapan anggaran dan pencapaian output kiranya dilaporkan pada
rencana kegiatan (activity) yang dilaksanakan dengan biaya/anggaran yang
digunakan dalam melaksanakan aktivitas tersebut secara memperhatikan tingkat
efisiensi atas penggunaan anggaran untuk belanja nonkontraktual. Secara
keseluruhan capaian kegiatan/output adalah sebagai berikut:
No. Kegiatan Rutin Capaian Output
1 Dokumen Organisasi 120%
2 Dokumen Urjab dan ABK 120%
3 Dokumen Ketatalaksanaan 120%
4 Dokumen Jabatan Fungsional 100%
5 Dok. Percepatan Pemberantasan Korupsi 100%
6 Layanan Keorganisasian 99,31%
Sementara itu, untuk realisasi anggaran dapat direalisasikan sebesar
Rp 6.965.090.658,00 dari pagu Rp 7.100.483.000,00. Selanjutnya untuk metode
perhitungan atas realisasi anggaran dan pencapaian output belanja yang dilaporkan
pada SE-32/MK.1/2005 dan diperoleh realisasi sebesar 97,98% dari target 95%
sehingga capaian IKU nya adalah sebesar 103,14%.
63
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
64
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
65
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
66
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
67
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
68
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
69
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
70
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
71
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
72
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
PENUTUP
73
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2016
Gedung Djuanda I Lantai 16-17 Jalan Dr. Wahidin Raya No. 1 DKI Jakarta 10710 Telp. +6221 384 6995 Fax +6221 351 2251
BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN