Post on 02-Aug-2015
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
1
J ob S he et : 0 1
PEMERIKSAAN FISIK
PENGANTAR
nda masih ingat tentang konsep anatomi dan fisiolologi dari sistem
tubuh manusia?
Job sheet yang Anda pegang sekarang ini merupakan kelanjutan dari
konsep anatomi tubuh manusia yang telah dipelajari sebelumnya, karena
disini saudara akan diajarkan bagaimana cara memeriksa fisik dari ujung
rambut hingga ujung kaki yang tentunya saudara harus tahu terlebih dahulu
anatomi fisiologi tubuh manusia yang sehat dan tidak bermasalah.
TUJUAN
Setelah mengerjakan job sheet ini Anda diharapkan :
1. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran umum tentang status
kesehatan klien secara umum
2. Melengkapi riwayat keperawatan jika ditemukan hasil yang abnormal
atau tanda-tanda yang menunjukan adanya masalah kesehatan, maka
perawat akan memeriksa secara lebih spesifik sistem tubuh yang
mengalami masalah.
A
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2
BAHAN BACAAN
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.
Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya,
tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu
dilakukan pertama kali.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
3
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat
dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.
Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu :
1. Ketiak
2. Mulut
3. Anus
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi
menjadi empat yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat di uraikan
sebagai berikut :
1. Kecepatan Metabolisme Basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini
memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda
pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait
dengan laju metabolisme.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
4
2. Rangsangan Saraf Simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan
saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam
jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.
Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu
yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin
yang meningkatkan metabolisme.
3. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormon Tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi
kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat
memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormon Kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme
basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan
produksi panas.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
5
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam (Peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status Gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme
20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan
yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme.
Dengan demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan
lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak
menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan
yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan
suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
6
9. Gangguan Organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus,
dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami
gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi
infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit
berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan
mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya
panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih
dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu
tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan
terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas
diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke
fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot.
Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan
konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
7
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik
yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah
diastolik atau tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan,
kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia,
tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung
berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah
amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang
baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun
ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan
darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau
hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah
rendah disebut hipotensi.
Tekanan darah
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
8
Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri.
Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada
lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang
lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki.
Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan,
dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur
13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80
per menit.
Pemeriksaan fisik adalah salah satu tehnik pengumpul data untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Beraneka ragam
tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas
per menit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik :
1. Selalu meminta kesediaan/izin pada pasien untuk setiap
pemeriksaan
2. Jagalah privasi pasien
3. Pemeriksaan harus seksama dan sistematis
Denyut
Kecepatan pernapasan
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
9
4. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan,
kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)
5. Beri instruksi spesifik yang jelas
6. Berbicaralah yang komunikatif
7. Ajaklah pasien untuk bekerjasama dalam pemeriksaan
8. Perhatikan ekspresi/ bahasa non verbal dari pasien
a. Definisi
Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan
indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau
tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi
digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan
lainnya dari tubuh pasien. Hasilnya seperti : Mata kuning (ikterik),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis).
b. Cara Pemeriksaan
1). Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
2). Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien
membuka sendiri pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Inspeksi
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
10
sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan
sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
3). Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan
abnormalitas.
4). Catat hasilnya
a. Definisi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari
atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu
tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran.
Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan
kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil
inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. Misalnya
adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang).
b. Cara Pemeriksaan
1). Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian
mana yang diperiksa dan Bagian tubuh yang diperiksa harus
terbuka.
2). Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang
nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat
mengganggu hasil pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Palpasi
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
11
3). Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan
kering
4). Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan
relaksasi otot.
5). Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan
tekanan ringan dan perlahan-lahan.
6). Palpasil daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan
kelainan.
7). Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur
tulang.
8). Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
9). Lakukan palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang
dalamnya kurang dari 1 cm.
10). Lakukan palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan
dengan kedalaman 1-2,5 cm.
11). Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan
dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan
mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan
direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ/jaringan
tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan
yang dibawah untuk mendeteksi karakteristik organ/ jaringan.
12). Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya
nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal,
bersifat kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/
trill, serta rasa nyeri raba/tekan.
13). Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
12
a. Definisi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan
tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan
dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan
getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang
dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang
dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan
struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak
jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan.
Pemeriksaan fisik secara perkusi yang dilakukan dengan mengetuk
bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek
hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus).
Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan
fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru
(mengetahui pengembangan paru).
b. Cara Pemeriksaan
1) Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengetokkan jari
tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
3. Pemeriksaan Perkusi
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
13
2) Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter
diletakan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan
telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan
tubuh.
Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor,
untuk memukul/mengetuk persendian distal dari jari tengah
tangan kiri.
Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/tidak bergerak
dan pergelangan tangan rileks.
Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh
Bandingkan bunyi frekwensi dengan akurat :
* Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu
agak lama dan kualitas seperti drum (lambung).
* Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah,
waktu lama, kualitas bergema (paru normal).
* Bunyi hipersonor mempuyai intensitas amat keras, waktu lebih
lama, kualitas ledakan (empisema paru).
* Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menegah,
nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).
* Bunyi kemps mempuyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu
pendek, kualitas datar (otot).
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
14
a. Definisi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan
bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk
mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan
bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar
suara napas, bunyi jantung dan bila dilakukan di abdomen
mendengarkan suara bising usus, biasanya menggunakan alat yang
disebut dengan stetoskop.
b. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1). Frekwensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit
2). Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar
3). Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/lemahnya suara
4). Kualitas yaitu warna nada/variasi suara
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang
terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal
dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi suara
diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi
menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara.
4. Pemeriksaan Auskultasi
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
15
Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang
karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik stetoskop harus
lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop
yang mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya
mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu
digunakan menempel pada kulit pasien ada 2 jenis kepala
stetoskop yaitu :
1). Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada
tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila
ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar
lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara
kerjanya seperti diafragma.
2). Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi
usus dan paru.
c. Cara Pemeriksaan
1). Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian
mana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus
terbuka.
2). Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman.
3). Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara
bagian kepala selang dan telinga.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
16
4). Pasanglah ujung stetoskop bagian telinga ke lubang telinga
pemeriksa sesuai arah, ukuran dan lengkungannya stetoskop
telinga.
5). Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada
telapak tangan pemeriksa atau menggosokan pada pakaian
pemeriksa.
6). Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan
diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan
sistimatis.
7). Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada
rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler
dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi
usus dan paru.
8). Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.
d. Posisi Pemeriksa
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, maka posisi
pemeriksaan sangat menentukan. Beberapa posisi yang umum
dilakukan yaitu :
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
17
1. Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan
untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada, jantung, paru,
mamae, ektremitas atas.
2. Posisi supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan
kepala disangga bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala,
leher, dada depan, paru, mamae, jantung, abdomen, ektremitas
dan nadi perifer.
3. Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk
dan kaki menyentuh tempat tidur.
4. Posisi sims (tidur miring) , untuk pemeriksaan rectal dan vagina.
5. Posisi Prone (telungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan
punggung.
6. Posisi lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam
keadaan fleksi, untuk pemeriksaan rectal dan vagina.
7. Posisi knee chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal.
8. Posisi berdiri yaitu untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah
dan keseimbangan.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
18
1. Pengertian
Memberikan penilaian terhadap tanda-tanda vital, tinggi badan dan
berat badan, kebiasaan serta penampilan klien secara umum
2. Langkah-langkah
1). Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2). Jaga privacy pasien
3). Cuci tangan
4). Pakai sarung tangan bersih
5). Kaji tingkat kesadaran subyektif
6). Kaji tingkat kesadaran berdasarkan GCS
7). Identifikasi status penampilan kesehatan : sakit ringan, sedang atau
berat
8). Identifikasi warna kulit
9). Ukur tinggi badan (dalam cm) dan bentuk tubuh (tinggi atau pendek)
10). Ukur berat badan (dalam kg) dan bentuk badan (kurus, gemuk atau
sedang)
11). Identifikasi ekspresi wajah : adakah tanda-tanda stress, senang dll
12). Identifikasi gaya berjalan dan keseimbangan
13). Identifikasi cara bicara
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
19
14). Identifikasi cara berpakaian dan berhias
15). Identifikasi kebersihan secara umum
16). Identifikasi adanya bau badan dan mulut
17). Mengukur tanda-tanda vital :
Ukur suhu badan
Hitung pernafasan dalam 1 menit
Hitung nadi dalam 1 menit
Ukur tekanan darah
18). Pemeriksaan kulit :
Inspeksi : warna, lokasi lesi (jika ada), bentuk (linear, berkumpul
atau dermatomal), tipe (makula, papula, pustula, bula atau tumor),
warna.
Palpasi : kelembaban, suhu, tekstur, turgor kulit (kecepatan kulit
untuk kembali ke keadaan semula), mobilitas (kemudahan lipatan
kulit untuk dapat digerakan, biasanya menurun pada klien dengan
edema)
19). Pemeriksaan kuku
Inspeksi : warna, bentuk, adanya lesi
Palpasi : bentuk
20). Pemeriksaan kepala dan rambut
Inspeksi : bentuk, simetris, adanya benjolan, lesi, rambut (warna,
distribusi, tekstur, adanya ketombe dan kutu, kuantitas)
Palpasi : benjolan nodul, deformitas (fraktur), rambut (tekstur)
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
20
21). Pemeriksaan mata
Inspeksi : simetris, alis mata, kelopak mata (lingkaran hitam
dimata, odema), warna konjungtiva dan sklera
Pupil (ukuran, bentuk, simetrisitas, reflek pupil, adanya reaksi
dekat)
Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Minta klien untuk membaca
koran atau majalah, jika klien biasa memakai alat bantu seperti
kacamata atau lensa, maka biarkan klien memakai alat bantu
tersebut.
Pemeriksaan lapang pandang. Minta klien berdiri atau duduk 60
cm berhadapan dengan perawat dengan mata perawat sejajar
dengan mata klien. Minta klien menutup salah satu mata, sejajar
dengan salah satu mata perawat yang juga ditutup. Perawat
menggerakan tangan kearah superior, inferior, temporal dan
nasal. Klien mengikuti arah gerakan.
22). Pemeriksaan mulut
Inspeksi : warna mukosa, warna bibir, karang gigi (kelengkapan,
karies, karang gigi, infeksi), gusi (warna, lesi, perdarahan, tonus),
tonsil (warna, pembengkakan)
Palpasi : bibir dan lidah (nodul dan massal)
23). Pemeriksaan hidung dan sinus
Inspeksi : bentuk, mukosa, sekret, defikasi tulang, polip,
pembengkakan
Palpasi : sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, spenoid)
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
21
24). Pemeriksaan telinga
Inspeksi daun telinga (simetris, warna, ukuran, adanya inflamasi,
lesi, bengkak)
Inspeksi liang telinga (serumen, sekret)
Palpasi daun telinga (tekstur adanya lesi)
Pemeriksaan kekuatan pendengaran. Minta klien untuk menutup
mata, jarak antara klien dan perawat 15-60 cm. Perawat
melafalkan 2 suku kata dengan suara keras, lembut dan berbisik.
Minta klien untuk mengulangi ucapan perawat.
Jika diduga terdapat penurunan kekuatan pendengaran, lakukan
tes weber dan rinne.
Tes weber : pegang garpu penala dan hentakan ditulang telapak
tangan lalu letakan garpu penala ditengah atas kepala klien atau
didahi. Minta klien mendengarkan dan merasakan getaran suara
dan catar diarea telinga mana terdengar (bisa satu sisi atau dua
sisi telinga).
Tes rinne : pegang garpu penala dan hentakan ditulang telapak
tangan. Letakan garpu tala di prosesus mastoideus sampai klien
tidak lagi mendengar suaranya. Lalu pindahkan dengan cepat
garpu penala tersebut dekat dengan liang telinga. Pastikan
apakah klien dapat mendengarnya.
25). Pemeriksaan leher
Inspeksi : pembengkakan, pembesaran vena, lesi
Palpasi : posisi trakea, pembesaran kelenjar getah bening
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
22
26). Pemeriksaan payudara
Inspeksi : simetris, lesi, puting, areola, sekret
Palpasi : massa, pembesaran kelenjar getah bening
27). Pemeriksaan thorax
Inspeksi : warna kulit dada (apakah sama dengan warna kulit
lainya), bentuk dada, pernafasan (jenis, irama, kedalaman),
kesimetrisan dada saat istirahat dan saat menarik nafas,
ekspansi dada, ada tidaknya pernafasan cuping hidung),
konfigurasi dinding dada, ada tidaknya masa/benjolan, adanya
hematom dan luka.
Palpasi : tempertur, pengembangan paru, vokal fremitus,
adanya nyeri tekan, adanya massa
Perkusi : seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas normal dan abnormal
28). Pemeriksaan jantung
Palpasi : nadi
Auskultasi : irama jantung, suara jantung
29). Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : simetris, bentuk/kontur, adanya pelebaran pembuluh
darah, bentuk umbilikus
Auskultasi : bising usus selama 1 menit (menggunakan
stetoskop diafragma, mulai dari kuadran kanan bawah) dan
bunyi pembuluh darah aorta, arteri renalis kanan kiri, arteri
iliaka kanan kiri (menggunakan stetoskop bell, amati adanya
bunyi friction rub)
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
23
Palpasi : semua kuadran (kaji adanya hepatomegali dan
splenomegali, nyeri tekan)
Palpasi : letakan tangan kiri dibawah thorax posterior kanan
pada ICS 11-12 (area pinggang). Letakan tangan kanan pada
abdomen kuadran kanan atas atau dibawah batas bawah
hepar kemudian tekan kedalam dan keatas sepanjang batas
lengkung tulang rusuk. Normalnya hepar tidak teraba.
Bila pada palpasi kita dapat meraba pembesaran hati, maka
deskriptif berapa besar jari tangan dibawah lengkung iga
kanan, bagaimana keadaan tepi hati, bagaimana
konsistensinya, adanya nyeri tekan.
Palpasi limfa : pembesaran limfa diukur dengan menggunakan
garis schuffner. Dimulai dari regio iliaka kanan (titik schufner 8),
melewati umbilikus, menuju lengkukg iga kiri (titik schufner 1).
Instruksikan klien untuk inspirasi dalam melalui mulut (agar
diafragma akan turun dan limpa bergerak kearah ujung-ujung
jari tangan pemeriksa.
Setelah tepi bawah limfa teraba, maka dilakukan deskripsi :
berapa jauh dari lengkung iga kiri pada garis schuffner (S1 dan
S8), bagaimana konsistensinya.
Perkusi : seluruh kuadran (adanya nyeri ketok).
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
24
Perkusi hepar (untuk mengukur batas bawah dan atas hati).
Dari arah iliaka sejajar midklavikula (suara yang pertama kali
didengar adalah timpani) dan dari arah dada ICS 4-5 sejajar
midklavikula (suara yang pertama kali terdengar adalah
resonan karena terdapat paru). Beri tanda titik ketika didengar
dulness (suara hepar normal adalah dullness ukuran normal 6-
12 cm).
Dari arah atas umbilikus sejajar sternum dan dari arah dada
dibawah sternum. Beri tanda titik ketika didengar dullness.
Ukuran normal 4-9 cm.
Perkusi limpa : (sepanjang bagian bawah kiri dada anterior)
sampai ditemui suara dullness. Normal akan didengar suara
dullness antara ICS 6-10.
30). Pemeriksaan genetalia
Inspeksi : pria (kebersihan, testis, nodul, lesi, cairan yang
keluar, peradangan. Wanita (kebersihan klitoris, labia minor
dan mayor, nodul, lesi, cairan yang keluar
Palpasi : massa
31). Pemeriksaan anus
Inspeksi : kulit, pembesaran pembuluh darah, polip, sekret
Palpasi : massa, spingter ani
32). Pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi : pergerakan sendi, lesi, massa, tonus otot, warna kulit
Palpasi : temperatur, odema
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
25
33). Merapihkan alat
34). Cuci tangan
35). Dokumentasi
Pengertian : Mengukur tekanan darah melalui permukaan dinding arteri
Tujuan :
1. Mengetahui nilai tekanan darah
2. Membantu menegakan diagnosa
Alat dan bahan :
1. Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri atas:
Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
Manset udara
Slang karet
Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital
4. Pena
Pemeriksaan Tekanan Darah
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
26
Prosedur kerja :
Cara Auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Jaga privacy klien
3. Cuci tangan
4. Atur posisi klien
5. Letakan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
6. Lengan baju dibuka
7. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3cm diatas fossa
cubiti
8. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
9. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak
teraba
10. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg dari titik radialis
tidak teraba
Cara Palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Jaga privacy pasien
3. Cuci tangan
4. Atur posisi pasien
5. Letakan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
6. Lengan baju dibuka
7. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3cm diatas fossa
cubiti
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
27
8. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
9. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak
teraba
10. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg dari titik radialis
tidak teraba
11. Letakan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan kempeskan
balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam
12. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali.
Nilai ini menunjukan tekanan sistolik secara palpasi
13. Catat hasil
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Untuk menambahkan wawasan pengetahuan saudara tentang bagaimana
cara pemeriksaan fisik dapat dibaca referensi yang lain yang dapat
menunjang pengetahuan.
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
28
TUGAS
1. Tempat-tempat yang dugunakan untuk pemeriksaan suhu tubuh antara
lain.........
1) Ketiak
2) Mulut
3) Anus
4) Telinga
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia antara
lain......................
1. Kecepatan metabolisme
2. Minuman
3. Rangsangan saraf simpatis
4. Tekanan darah
3. Dapat dikatakan hipertemi jika suhu tubuh berkisar antara......................
a. Kurang dari 36 °C
b. Antara 36-37,5 °C
c. Antara 37,5-40° C
d. Lebih dari 40°C
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
29
4. Dibawah ini yang termasuk dalam hormon yang dapat mempengaruhi
suhu tubuh antara lain............................
1. Hormon Pertumbuhan
2. Hormon Tiroid
3. Hormon Kelamin
4. Hormon Endokrin
5. Tempat-tempat pemerukisaan denyut nadi antara lain.........................
1. Arteri radialis
2. Arteri brachialis
3. Arteri karotis
4. Arteri poplitea
6. Arteri poplitea terdapat di organ tubuh bagian..........................
a. Pergelangan tangan
b. Lengan atas
c. Leher
d. Belakang lutut
7. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara...............
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Auskultasi
4. Perkusi
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
30
8. Hasil pemeriksaan secara perkusi menghasilan suara, antara lain adalah
bunyi pekak.Apa yang dimaksud dengan bunyi pekak.......................
a. Mempuyai intensitas yang keras dan kualitas seperti drum
b. Mempuyai intensitas menengah dan kualitas bergema
c. Menpunyai intensitas amat keras dan kualitas ledakan
d. mempunyai intesitas lembut dan kualitas seperti petir
9. Hasil pemeriksaan secara perkusi menghasilan suara, antara lain adalah
bunyi resonan.Apa yang dimaksud dengan bunyi resonan..................
a. Mempuyai intensitas yang keras dan kualitas seperti drum
b. Mempuyai intensitas menengah dan kualitas bergema
c. Mempunyai intensitas amat keras dan kualitas ledakan
d. mempunyai intesitas lembut dan kualitas seperti petir
10. Untuk melakukan pemeriksaan pada kepala dan leher posisi yang di
gunakan adalah......................
a. Posisi duduk
b. Posisi supine
c. Posisi dorsal
d. Posisi sims
e. Posisi dorsal recumbent
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
31
TOPIK DISKUSI
KRITERIA KEBERHASILAN
Kunci Jawaban : 1. A 2. B 3. D 4. A 5. E 6. D 7. E 8. D 9.D 10. B
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
NILAI
Diskusikan dengan kelompok Anda hal-hal berikut:
1. Coba lakukan pemeriksaan fisik pada teman disebelah saudara sesuai
dengan yang telah didemonstrasikan oleh pembimbing di ruang
laboratorium
2. Tn.A usia 40 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak nafsu
makan dan berat badanya turun, lakukan pemeriksaan fisik head to too
pada Tn.A
”Selamat Berdiskusi”
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
32
laporan hasil
1. Tuliskan hasil pemeriksaan fisik dari ujung rambut hingga ujung kaki
sesuai dengan yang saudara lakukan
2. Lakukan kembali pemeriksaan fisik pada teman yang lain kemudian
bandingkan apakah hasilnya sama dengan pemeriksaan yang
dilakukan pada teman sebelumnya
3. Tuliskan hasil pengkajian fisik berdasarkan kasus fiktif diatas
REFLEKSI DIRI
1. Kendala apa saja yang ditemukan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................
2. Bagian yang paling berkesan selama melakukan kegiatan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
33
3. Apa yang dapat Anda kembangkan setelah menyelesaiakan job sheet ini. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................
J o b S h e e t
MODUL PRAKTIKUM
A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
34
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz.2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. ECG:Jakarta
Iqbal Mubarak, Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC
Kusyati,eni.2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC
Perry,potter.2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Perry,Peterson,Potter. 2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar. Eds 5 jakarta : EGC
Tarwoto.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.