Post on 10-Jan-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakangsecara sepintas setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak
orang lain dapat di sebut sebagai perilaku agresif . perilaku suami yang tega membunuh
istri dan anak-anaknya atau perilaku massa yang merusak rumah warga sipil jelas
tergolong perilaku agresif . akan tetapi , jika ada polisi yang membuang tembakan ke atas
untuk mencegah amukan massa , apakah perbuatan itu masih tergolong agresif ?
bagaimana jika peluru polisi meminta korban jiwa ? bagaimana kalow polisi itu
menembak mati teroris yang sedang menyandra penumpang kapal terbang ?
Contoh lain , apakah dokter gigi yang mengebor gigi anda sehingga anda kesakitan
juga agresif ? bagaimana dengan ibu yang memukuli anaknya yg bandel ? apakah kaki
anda jika terinjak di bus kota yang penuh sesak , anda marah karena menganggap yang
meng-injak kaki anda itu agresif ?apalagi kalaw anda laki-laki , sedang yang menginjak
kaki anda gadis yang cantik . apakah dia agresif ? sebaliknya , jika di bus kosong, tiba-
tiba anda didekati oleh gadis cantik yang melotot kepada anda dan tiba-tiba pula
menginjak kaki anda sambil tetap melotot kepada anda , apakah ini yang disebut agresif?
Ternyata , perilaku agresif itu banyak ragamnya . yang lebih membuat rumit
adalah bahwa satu perilaku yang sama ( misalnya , menginjak kaki ) dapat dianggap tidak
agresif ( jika terjadi dibus yang penuh sesak )tetapi dapat juga dianggap agresif ( jika
terjadi dibus yang lengang ) dengan demikian peran kognisi sangat besar dalam
menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif ( jika diberi atribusi internal ) atau
tidak agresif ( dalam hal atribusi ekternal ) dengan atribusi internal yang dimaksud adlah
niat , intense , motif , atau kesegajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain . dalam
atribusi ekternal , perbuatan dilakukan karena desakan situasi , tidak ada pilihan lain atau
tidak sengaja ( dokter gigi misalnya , tidak mempunyai pilihan lain dari mengebor gigi
anda untuk mengobati gigi anda ).
Dengan demikian , Apa yang dimaksud dengan agresi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AGRESI
Istilah agresi seringkali di sama artikan dengan agresif. Agresif adalah merupakan
kata sifat dari agresi. Istilah agresif seringkali digunakan secara luas untuk menerangkan
sejumlah besar tingkah laku yang memiliki dasar motivasional yang berbeda-beda dan
sama sekali tidak mempresentasikan agresif atau tidak dapat disebut agresif dalam
pengertian yang sesungguhnya. Dengan penggunaan istilah agresif yang simpang siur
atau tidak konsisten, penguraian tingkah laku khususnya tingkah laku yang termasuk ke
dalam kategori agresif menjadi kabur, dan karenanya menjadi sulit untuk memahami apa
dan bagaimana sesungguhnya yang disebut tingkah laku agresif atau agresi itu
(Koeswara,1988).
Agresif menurut Baron (dalam Koeswara,1998) adalah tingkah laku yang dijalankan
oleh individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain. Myers (dalam
Adriani,1985) mengatakan tingkah laku agresif adalah tingkah laku fisik atau verbal
untuk melukai orang lain. Menurut Dollar dan Miler (dalam
Sarwono, 1988) Agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi. Menurut
Berkowitz (1987), agresi merupakan suatu bentuk perilaku yang mempunyai niat tertentu
untuk melukai secara fisik atau psikologis pada diri orang lain. Murray (dalam Hall dan
Lindzey,1981) mengatakan bahwa agresi adalah suatu cara untuk mengatasi perlawanan
dengan kuat atau menghukum orang lain.
Menurut Aronson (dalam Koeswara,1988) agresi adalah tingkah laku yang dijalankan
oleh individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan atau tanpa
tujuan tertentu.
Murray dan Fine (dalam Sarwono, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku
kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap induvidu lain atau terhadap objek-
objek.
Menurut Atkinson dkk (1981) agresi adalah tingkah laku yang diharapkan untuk
merugikan orang lain, perilaku yang dimaksud untuk melukai orang lain (baik secara
fisik atau verbal) atau merusak harta benda.
Berbagai perumusan agresi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tingkah laku agresi merupakan tingkah laku pelampiasan dari perasaan
frustasi untuk mengatasi perlawanan dengan kuat atau menghukum orang lain,
yang ditujukan untuk melukai pihak lain secara fisik maupun psikologis pada
orang lain yang dapat dilakukan secara fisik maupun verbal.
B. JENIS-JENIS AGRESI
Karena agresi banyak macamnya , sementara dampaknya dapat sangat serius pda
korban , kita perlu membedakan berbagai jenis agresi sehingga kita dapat membedakan
perilaku agresif mana yang merugikan , mana yang kurang merugikan dan bahkan yang
justru diperlupakan dalam masyarakat , jadi agresi tidak selalu berdampak negatif .
Secara umum Myers (1996) membagi agresi dalam dua jenis yaitu :
1. Agresi rasa benci atau agresi emosi ( hostile aggression )
Ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi . perilaku dalam
jenis agresi ini adlah tujuan dr agresi itu sendiri , jadi , agresi jenis ini disebut juga
dengan agresi panas . akibat dr agresi jenis ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan
pelaku memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih bnyak menimbulkan
kerugian dari pada manfaatnya.
2. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain ( instrumental aggression )
Pada umumnya tidak disertai dengan emosi . bahkan , antara pelaku dan
korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi . agresi disini adlah merupakan
sarana untuk mencapai tujuan lain . serdadu membunuh untuk merebut wilayah
musuh sesuai perintah komandan . teroris menyandra penumpang kapal terbang untuk
menuntut uang paksa bagi organisasinya . polisi menembak kaki tahanan yang
mencoba untuk kabur dan sebagainya .
Dengan demikian kedua jenis agresi itu bereda karena tujuan yang mendasarinya . jenis
pertama semata –mata untuk meluapkan emosi sedangkan jenis yang kedua adalah
dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang lain . Walaupun demikian ,
memang kedua jenis agresi tidak selalu dapat dibedakan dengan tegas .
C. TEORI-TEORI AGRESI
Banyak ahli yang mengemukakan teori tentang agresi. Teori agresi, menurut para
ahli ada yang berpendapat bahwa agresi adalah sebuah perilaku yang diturunkan
(biologis), agresi adalah sebuah perilaku yang di pelajari (lingkungan) ataupun perilaku
agresi karena hasil dari sebuah keputusan (kognitif). Teori agresi terbagi dalam beberapa
kelompok, yaitu:
Teori Bawaan
Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa dan teori Biologi.
1. Teori Naluri, Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi
adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan
pasangan dari naluri seksual atau eros. Naluri seks berfungsi untuk melanjutkan
keturunan sedangkan naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri
tersebut berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari kepribadian yang
disebut Id yang pada prinsipnya selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip
kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada bagian lain dari kepribadian yang
dinamakan Super Ego yang mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat dan Ego
yang berhadapan dengan kenyataan.
2. Teori Biologi, teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik dari proses faal maupun
teori genetika (illmu keturunan). Proses faal adalah proses tertentu yang terjadi otak dan
susunan saraf pusat. Menurut tim American Psychological Association (1993), kenakalan
remaja lebih banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah testosteron meningkat
sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang lebih besar ditemukan pada remaja dan
dewasa yang nakal, terlibat kejahatan, peminum, dan penyalah guna obat dibanding pada
remaja dan dewasa biasa.
Teori Lingkungan
Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau
stimulus yang terjadi di lingkungan.
1. Teori Frustrasi-Agresi Klasik, yaitu agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi artinya adalah
hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut, agresi
merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi.
2. Teori Frustrasi-Agresi Baru, yaitu frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi, kondisi
marah tersebut memicu agresi. Marah timbul jika sumber frustrasi dinilai mempunyai
alternatif perilaku lain daripada yang menimbulkan frustrasi itu.
3. Teori Belajar Sosial, yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura
menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan
yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial.
Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu- individu
hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model
yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.
Teori Kognitif
Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran dalam membuat
penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan pembuatan
keputusan.
D. KONSEP AGRESI
Agresi mempunyai 3 perbedaan definisi, diantaranya:
1. Pendekatan behavioristik
Agresi merupakan perilaku yang melukai orang lain. Suatu tindakan jika
didasari atau bertujuan untuk melukai orang lain, maka bukan dikatakan sebagai
agresi. Sebab, agresi adalah suatu bentuk tindakan yang dimaksudkan untuk
melukai orang lain.
2. Agresi prososial dan antisosial
Artinya bahwa tidak semua agresi berupa suatu tindakan yang akan
berakibat buruk, akan tetapi agresi juga merupakan suatu bentuk tindakan yang
baik dan disetujui oleh norma sosial.
3. Perilaku agresif dan perasaan agresif
Artinya bahwa tidak semua perilaku yang nampak pada diri seseorang
merupakan cerminan dari isi hati. Perasaan marah dalam diri seseorang sekalipun
tidak terlampiaskan dalam bentuk tindakan termasuk dalam perasaan agresi.
E. MACAM-MACAM AGRESI
Berikut ini adalah beberapa macam-macam agresi, antara lain:
1. Agresi emosi, merupakan ungkapan kemarahan dan ditandai oleh emosi yang tinggi.
Agresi emosi ini bisa mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Tujuan dari agresi ini
adalah untuk melampiaskan emosi yang bergejolak dalam diri seseorang dan dapat
berakibat sangat fatal, apabila emosinya tidak terkendali.
2. Agresi instrumental, agresi instrumental adalah suatu tindakan agresi yang tidak
disertai emosi.
3. Perilaku melukai dan maksud melukai, hal ini dapat dikatakan jenis agresi karena
agresi merupakan suatu tindakan yang melukai dan memang bermaksud untuk
melukai.
4. Perilaku agresif antisosial dan prososial, suatu perilaku agresif yang sesuai dengan
norma sosial dan suatu perilaku yang tidak semudah dengan membalikkan telapak
tangan.
5. Perilaku dan perasaan agresif, suatu perilaku agresif dapat dilihat dari perilaku yang
nampak dan juga pada perilaku yang tersembunyi.
F. Bentuk Agresi
Bentuk Agresi Contoh
Fisik, aktif, langsung Menikam, memukul, atau menembak orang lain
Fisik, aktif, tak langsung Membuat perangkap untuk orang lain, menyewa
seorang pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsung Secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan
atau tindakan yang diinginkan (seperti aksi duduk
dalam demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya
Verbal, aktif, langsung Menghina orang lain
Verbal, aktif, tak langsung Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang orang
lain
Verbal, pasif, langsung Menolak berbicara kepada orang lain, menolak
menjawab pertanyaan, dll
Verbal, pasif, tak langsung Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak
berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia
dikritik secara tidak fair)
G. PENYEBAB PERILAKU AGRESI
1. Frustrasi
Frustrasi adalah terhalangnya seseorang oleh sesuatu hal dalam mencapai
suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Teori
hipotesis frustrasi-agresi dipelopori oleh lima orang ahli yaitu Dollard, Doob,
Miller, Mowrer, dan Sears pada tahun 1939. Pada mulanya mereka menyatakan
bahwa dalam setiap frustrasi selalu menimbulkan perilaku agresi.Pada tahun
1941, Miller menyatakan bahwa frustrasi menimbulkan sejumlah respon yang
berbeda dan tidak selalu menimbulkan perilaku agresi, perilaku agresi hanya salah
satu bentuk respon yang muncul.Watson, Kulik dan Brown (dalam Soedardjo dan
Helmi) menyatakan bahwa frustrasi yang muncul akibat faktor luar menimbulkan
perilaku agresi yang lebih besar dibandingkan dengan halangan yang disebabkan
diri sendiri. Hasil penelitian Burnstein dan Worchel menyatakan bahwa frustasi
yang menetap akan mendorong perilaku agresi. Dalam hal ini, orang siap
melakukan perilaku agresi karena orang menahan ekspresi agresi. Frustasi yang
disebabkan situasi yang tidak menentu (uncertaint) akan memicu perilaku agresi
lebih besar dibandingkan dengan frustasi karena situasi yang menentu.
2. Faktor Biologis
Beberapa faktor biologis yang bisa mempengaruhi perilaku agresi adalah
gen, aktivitas otak, hormon, dan abnormalitas. Penelitian menunjukkan bahwa
gen berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku
agresi. Menurut perspektif biologis, perilaku agresi disebabkan oleh
meningkatnya hormon testosteron, 17-estradiol dan estrone. Peningkatan hormon
testosteron saja ternyata tidak mampu memunculkan perilaku agresi secara
langsung. Hormon testosteron dalam hal ini bertindak sebagai anteseden,
sehingga perlu ada pemicu dari luar. Hasil penelitian mengenai peningkatan
hormon testosteron terhadap meningkatnya perilaku agresi ini tidak konsisten.
Pada anak laki-laki memang meningkat perilaku agresinya, hal ini tidak
ditemukan pada anak perempuan.
3. Kesenjangan Generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan
orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk kegagalan hubungan komunikasi. Hal
ini diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
4. Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan seperti kemiskinan, anonimitas dan suhu
udara yang terlalu panas juga berperan dalam pembentukan perilaku agresi. Bila
seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi
mereka secara alami mengalami penguatan.
5. Proses Pendisiplinan yang Keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama
yang dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai
pengaruh buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja
menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang
yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif dan pada akhirnya
melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
6. Insting
Menurut Sigmund Freud, setiap orang mempunyai insting bawaan untuk
berperilaku agresi. Agresi merupakan derivasi insting mati (thanatos) yang harus
disalurkan untuk menyeimbangkannya dengan insting hidup (eros). Eros dan
thanatos ini harus diseimbangkan untuk menstabilkan mental.
7. Penilaian Kognitif
Teori ini menjelaskan bahwa reaksi individu terhadap stimulus agresi
sangat bergantung pada cara stimulus itu diinterpretasi oleh individu. Sebagai
contoh, frustrasi dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresi jika frustrasi itu
diinterpretasi oleh individu sebagai gangguan terhadap aktivitas yang ingin
dicapainya.
8. Kompetisi Sosial
Menurut perspektif sosiobiologi, perilaku agresi berkembang karena
adanya kompetisi sosial yaitu kompetisi terhadap sumber daya. Dalam hal ini satu
macam sumber daya yang dipandang terbatas, diperebutkan oleh dua belah pihak.
Perilaku agresi menurut perspektif ini merupakan sesuatu yang fundamental
karena merupakan strategi adaptasi dalam kehidupannya. Dalam pandangan ini
manusia diharapkan bertindak agresif ketika sumber daya yang penting itu
terbatas, ketika mengalami ketidaknyamanan, ketika sistem sosial tidak berjalan
dengan baik, dan ketika ada ancaman dari pihak luar. Hal ini dilakukan dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
H. Mengurangi Perilaku Agresif
Sears menyatakan bahwa perilaku agresif dapat dikurangi melalui beberapa hal
sebagai berikut:
1. Hukuman dan pembalasan, suatu hukuman atau pembalasan atas perbuatan
agresif yang telah dilakukan orang lain itu dapat mengurangi perilaku agresif pada
seseorang. Dengan adanya hukuman dan pembalasan, maka secara tidak langsung orang
akan merasa takut untuk melakukan perilaku agresif.
2. Mengurangi frustasi, frustasi merupakan suatu perilaku dimana seseorang sudah
merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan kemampuan
mereka. Frustasi yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan perilaku agresi. Orang
yang frustasi maka akan mudah sekali marah, sehingga ia akan mudah sekali melakukan
agresi terhadap orang lain di sekitar mereka dan bisa melukai orang lain di sekitarnya.
Maka, kejadian frustasi yang dialami oleh seseorang perlu dikurangi agar perilaku agresi
juga dapat berkurang intensitasnya.
3. Hambatan yang dipelajari, belajar mengendalikan perilaku agresif pada diri
endiri, bukan karena takut untuk dihukum atau karena ancaman. Seseorang harus mampu
memilah perilaku agresi yang akan dikeluarkan atau yang akan ditekan kemunculannya,
sesuai dengan situasi dan kondisinya.
4. Pengalihan, pemindahan agresi pada sasaran pengganti. Maksudnya, perilkau
agresi perlu dialihkan kepada suatu hal, misalnya benda mati, agar nantinya perilaku
agresi tidak akan melukai fisik orang lain.
5. Katarsis, jika seseorang merasa marah dan ingin melampiaskannya maka
tindakan yang dilakukan selanjutnya akan mengurangi intensitas perasaannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tingkah laku agresi merupakan tingkah laku pelampiasan dari perasaan frustasi
untuk mengatasi perlawanan dengan kuat atau menghukum orang lain, yang ditujukan
untuk melukai pihak lain secara fisik maupun psikologis pada orang lain yang dapat
dilakukan secara fisik maupun verbal.
Menurut Myers (1996) jenis agresi ada 2 macam yaitu :
1. agresi rasa benci atau emosi ( hostile aggression )
2. agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lain ( instrumentaL
aggression )
Teori-teori agresi :
1. Teori bawaan :- teori naluri
- teori biologi
2. Teori Lingkungan : - teori frustasi agresi klasik
- teori frustasi agresi baru
- teori belajar sosial
3. Teori kognisi
Pengaruh terhadap agresi antara lain :
1. Frustrasi
2. Faktor Biologis
3. Kesenjangan Generasi
4. Lingkungan
5. Proses Pendisiplinan yang Keliru
6. Insting
7. Penilaian Kognitif
8. Kompetisi Sosial
Cara mengurangi agresi antara lain :
1. Hukuman dan pembalasan,
2. Mengurangi frustasi,
3. Hambatan yang dipelajari,
4. Pengalihan,
5. Katarsis.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
http://zakirputrasadani.wordpress.com/2012/01/17/psikologi-sosial-terhadap-perilaku-agresi/n
(diunduh pada tanggal 19 November 2012 pukul 09.30 WIB)
http://www.psychologymania.com/2012/06/teori-teori-agresi.html (diunduh pada tanggal 24
November 2012 pukul 14.30 WIB)
Sarwono, sarlito wirawan. Psikologi social individu dan teori-teori psikologi social . Jakarta : Balai pustaka, 2002 .
Feist Jess & J Gregory .Teori kepribadian. Jakarta:Salemba humanika.2009.