Post on 30-Dec-2015
MAKALAH PERSALINAN
( Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah reproduksi system II )
Disusun oleh :
SIFA FAUZIAH 220110100012
INDAH WULANDARI 220110100024
NURUL LATIFAH SIDIK 220110100036
ERMAWATI 220110100048
LILIS RAHMA YANTHI 220110100060
RISQY ITA RAMDHANI 220110100084
DJOKO PERMADI 220110100096
SRIKANDI PUSPA A 220110100108
AISAH JAMIL 220110100120
AFRIYANI ELIZABETH S 220110100132
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2013
Chair : Sifa Fauziah
Scriber 1 : Nurul Latifah S
Scriber 2 : Ermawati
Kasus Pemicu
Seorang ibu 37 tahun hamil G1P0A0 merasa hamil 9 bulan datang ke UGD rumah sakit X
pada pukul 24.00 dengan mengeluhkan sakit pinggang bagian belakang yang menjalar ke
bagian depan perut serta keluar lendir dari jalan lahirnya . Ketika dilakukan pemeriksaan di
UGD pada pukul 00.30 , didapatkan hasil ɸ : 2 cm , ketuban intak , presentasi kepala , DJJ
135 x/menit , kontraksi 1 x 10”x 1’ . Kemudian dilakukan USG abdomen serta CTG pada
perut ibu . Pukul 03.00 ibu mengeluhkan keluar cairan tiba-tiba yang banyak dari jalan lahir
yang tidak tertahankan , berwarna jernih disertai sedikit lendir dan darah . Pada pukul 07.00
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil ɸ : 2 cm , ketuban ( - ) , presentasi kepala , DJJ 145
x/menit , kontraksi 1 x 15” x 10’ .Terapi yang diberikan adalah IUFD pitocin drip 2iu dalam
500 ml D5 sebanyak 20 gtt/10 menit mulai 07.00 , tetapi ditambahkan 5 gtt/10 menit .
Dilakukan pemeriksaan kembali pukul 10.00 didapatkan hasil ɸ : 2 cm , DJJ 150 x/ menit ,
kontraksi 3 x 30” x 10’ , CTG : akselerasi lambat , dan ibu mengeluh sangat mules . Terapi
dilanjutkan dan selesai pada 13.00 dilakukan pemeriksaan didapatkan masih hasil yang sama
dengan sebelumnya . Ibu istirahat dulu dari terapi pitocin I , dianjurkan makan untuk energi
yang diperlukan selama menjelang persalinan . Selama periode istirahat dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil ɸ : 2 cm, DJJ 150 x/menit , kontraksi 1 x 20” x 10’ , CTG :
deselerasi , dan ibu mengeluh mules berkurang . Terapi pitocin II dilakukan pada 14.00
dengan aturan yang sama , diharapkan ada pembukaan lagi dan kontraksi yang kuat. Pukul
18.00 selesai terapi ke-2 , dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil ɸ : 2 cm , DJJ 165
x/menit , kontraksi 3 x 35” x 10’ , CTG : akselerasi , dan ibu mengeluh mules yang sangat .
Pada pukul 19.00 dilakukan operasi SCTP cito pada ibu . Pukul 20.05 lahir bayi perempuan
3850 gram , PB 52 cm.
STEP 1
1. Ketuban intak (puspa) : ketuban pecah (ais) , intak = utuh (lilis)
2. CTG (afri) : Cardiotopografi untuk melihat DJJ (lilis)
3. SCTP : Sectio Caesarea transperitonealis (lilis)
4. IUFD (lilis) : LO
5. Deselerasi (erma) : LO
6. Akselerasi (indah) : LO
7. Pitocin I & II (Djoko) : Untuk menginduksi , merangsang konstraksi (nurul)
STEP 2
1. Cairan apa yang ibu keluhkan dan keluar tiba-tiba dari jalan lahir ? (indah)
2. Prosedur dan kontraindikasi dari sectio caesarea ? (aisah )
3. Indikasi dan efek samping dari pemberian terapi pitocin ? (erma)
4. Penyebab dari pembukaan klien lambat ? (Afri)
5. Adanya darah yang keluar , apakah ada perdarahan didalam ? akibat apa ? (ita)
6. Terapi selain pitocin ? (indah)
7. Apa penyebab sakit pinggang pada klien yang menjalar ke depan perut ? (sifa)
8. Apakah BB bayi normal atau tidak ? (djoko)
9. Komplikasi dari SCTP? (erma)
10. Berapa lama pemulihan dari tindakan SCTP ? (puspa)
11. Apa penyebab kontraksi dan normalnya seperti apa ? (ita)
12. Peran perawat ? (liis)
13. Apa penyebab dari meningkatnya DJJ ? (indah)
14. Apa yang menyebabkan perubahan dosis pitocin ? (Afri)
15. Diagnosa keperawatan (pre dan post ) ? (ita)
16. Persiapan sebelum operasi ? (afri)
17. Bagaimana mengetahui presentasi kepala bayi ? (indah)
18. Berapa lama waktu normal persalinan ? (djoko)
STEP 3 dan 4
1. Cairan ketuban pecah (berwarna bening dan berlendir dan darah ) ( Afri)
2. Indikasi : Primigravidanya terlalu tua atau terlalu muda , pembukaan tidak
bertambah (nurul)
Indikasi : panggul kecil , ibu mempunyai penyakit ( kanker , tumor , dll )
Prosedur : meminta izin keluarga dan persetujuannya , pembersihan rambut-rambut
halus diarea tempat pembedahan akan dilakukan , klien dibius dan tindakan operasi
dilakukan . (lilis)
3. Indikasinya merangsang kontraksi rahim (ita)
4. PB besar , panggul sempit atau kecil (Djoko)
Kontraksi lemah ( ita)
5. Cairan ketuban pecah (berwarna bening dan berlendir dan darah ) ( Afri)
6. LO
7. Karena sudah bulannya yaitu 9 bulan yang artinya sudah siap lahir sehingga menekan
ke punggung. (ita)
8. Normalnya 2,5kg > PB < 4kg (lilis)
9. Terjadi perdarahan dan infeksi (puspa)
10. Beberapa bulan kering , luka luar ± 1 tahun akan hilang , tapi bagian dalam sangat
lama dalam pemulihannya (ita)
Tergantung dari nutrisi dan aktivitas ibu (lilis)
11. LO
12. Peran perawat sebagai konselor dan educator yaitu dengan mejelakan cara-cara dan
persiapan persalinan ibu (djoko)
Pemberitahuan tentang SC dan perawatan post partum / setelah selesai operasi (sifa)
13. Janin dalam rahim kekurangan oksigen (hipoksia) sehingga denyut jatung janin
meningkat (afri)
14. Merangsang kontraksi ibu , karena kontraksi ibu lemah sehingga dosis ditambah
(indah)
15. Pre : defisit volume cairan , resti infeksi
Post : Nyeri b.d tindakan operasi , Resti infeksi , Resti perdarahan (ais)
16. Persiapan mental dan biaya (puspa)
Penjelasan , persetujuan , pasang kateter , puasa , kontrol TD (ita & lilis)
17. Dengan masukan jari perawat jika didapatkan hasilnya keras berarti kepala , jika
lembek berarti bokong janin
Pemeriksaan Leopold (djoko)
18. Waktu normal persalinan : jarak antar pembukaan 2 jam (ita)
Pengeluaran bayi tidak boleh > 20 menit
Sedangkan SC ,pengeluaran bayi tidak boleh > 15 menit (sifa)
19. 3x 35”x10’ = Dalam waktu 10 menit 3x kontraksi selama 35 detik , dalam waktu 35
menit kontraksi 3x panjangnya 10 menit (lilis & djoko)
STEP 5 MIND MAP
Konsep dasar persalinan normal Persalinan Patograf , pengkajian , penkes
Penyebab kontraksi Kontraksi lambat pembukaan
Terapi Pitocin Terapi lain
Masih lambat
DJJ
Pembedahan SCTP (konsep dasar) Penkes
Diagnosa & Askep
LO
1. IUFD
2. Deselerasi
3. Akselerasi
4. Terapi selain Pitocin
5. Penyebab kontraksi dan normalnya kontraksi
6. Konsep persalinan sectio caesarea
7. Penkes pada keluarga dan klien saat intranatal
8. Askep (pre dan post)
STEP 7
Konsep persalinan
Persalinan : dimana janin ,plasenta , ketuban keluar dari uterus ibu tanpa penyulit.
Depkes RI : peralinan merupakan proses yang alamiah yang ditandai dengan dilatasi serviks.
Biasanya persalinan normal tidak terjadi komplikasi.Jika ada sangat jarang.
( Ita , Indah , Aisah)
Etiologi
Hormon dan Mekanik → ↓ progesteron → keregangan otot ↑ pada uterus → kontraksi
dan his
Oksitosin ↑
Pengaruh janin ( ganglion servikal → uterus )
( Afri )
Klasifikasi
Persalinan dibagi jadi 2 :
Normal : secara spontan
Abnormal : menggunakan alat-aat bantuan seperti
a. Vakum
b. Forceps
c. Melahirkan dalam air
(Djoko & Ita )
Tanda dan Gejala
Tanda permulaan persalinan : Lightening , perasaan sering BAK , perasaan sakit diperut &
pinggang. Sekresi lendir bertambah
Inpartu : His yang kuat , ketuban pecah dini , serviks mendatar , pengeluaran lendir dan
darah.
(puspa)
Proses persalinan
Kala I : Persalinan – pembukaan . terbagi jadi 2 yaitu :
Laten : 7 – 8 jam ( lambat )
Aktif : dibagi menjadi 3 yaitu , Akselerasi , Dilatasi , Deselerasi
Kala II : Sampai bayi lahir . Diawali dengan dilatasi sempurna serviks . Pada
primipara terjadi dalam waktu 50 menit . Sedangkan pada multipara terjadi dalam waktu
20 menit.
Kala III : Pengeluaran Plasenta
Kala IV : 2 jam setelah persalinan
(Lilis , Afri , Erma)
Komplikasi
Partus tidak maju yang disebabkan karena pelvis sempit , janin besar , abnormalitas janin dn
sistem reproduksi.
(Ita)
Faktor yang mempengaruhi persalinan
Panggul sempit
Bentuk dari janin
Kekuatan si Ibu ; kekuatan di bagi menjadi 2 yaitu :
Primer → kontraksi uterus involunter → His ( his pengeluaran , his
pelepasan , his pembukaan , his persalinan , his pendahuluan )
Sekunder → Dari serviks yang berdilatasi
( Aisah & Afri )
Adaptasi fisiologi dan Psikologi persalinan
Tekanan Darah (TD) : Sistolik ↑ , Diastol ↑
Metabolisme : Suhu ↑ , Nadi ↑ , Kardiak Output ↑
Perubahan pada ginjal : Poliuria
Perubahan Hematologi : Hematologi ↑ , akan kembali normal setelah persalinan
(nurul)
Psikologisnya
Perasaan tidak enak , ragu-ragu , takut terhadap persalinan , menganggap persalinan
sebagai cobaan , cemas .
Perubahan peran , mengkaji penerimaan anak , stress sehingga perlu dukungan suami &
keluarga.
Dependent : 1 – 2 hari setelah melahirkan masih belum bisa beradaptasi sebagai
ibu
Independent : si Ibu sudah mulai malu sehingga fokus pada anak
Interdependent : Sudah mulai kemajuan menjalani peran sebagai ibu
( Puspa , Afri , sifa )
Partograf
Gambaran persalinan yang meliputi semua catatan persalinan , penatalaksanaan , gambaran
pitogram dan tindakan yang akan dilakukan.
Informasi yang bisa didapat dari partograf : Biodata , keadaan GPA , tafsiran partus .
Obat-obatan dan cairan intravena : urin , kala 3 , oksitosin , ketuban , his , kontraksi per 10
menit.
( Aisah , Indah , Sifa )
Pendidikan Kesehatan
IMD
Tekhnik Meneran :
Terlentang
Setengah jongkok
Jongkok
Posisi merangkak
( lilis )
Nyeri Kala I
Pendampingan persalinan
Persalinan dalam air
Lamaze
Dick – Read
Bradley
Musik Therapy
Perubahan posisi
Aromatherapy
Efleuragde
Gesekan punggung
Monitoring TTV
( Djoko )
Konsep Sectio Caesarea
Definisi : Sectio caesarea adalah pembedahan untuk mengeluarkan janin dengan membuka
dinding perut atau uterus .
( Djoko )
Indikasi
Kelainan bayi , hidrsefalus
Ukuran BB bayi
Panggul ibu sempit
Ada ancaman gawat janin
Power
Messager
Panggul besar
Kondisi Ibu
Usia > 35 tahun
Persalinan pernah SC
Kelainan kontraksi lahir
Ketuban pecah dini
Dstress pada bayi
Sungsang yang rumit
Faktor plasenta
Plasenta akreta
Kelainan tali pusat
Terlilit taali pusat
( Indah , lilis , Afri )
Klasifikasi
Abdomen ( SCTP ) sayatan memanjang ± 10 cm , kekurangannya infeksi mudah tersebar
Sectio Profunda : sayatan melintang
Menurut Arah sayatan
Memanjang
Melintang
Huruf T
( ita & erma )
Komplikasi Sectio caesarea
Infeksi
Perdarahan
Ruptur uteri
Luka kandung kemih , emboli paru- paru
Kematian perinatal ( 5 – 7 % )
( Aisah , Erma , Djoko )
KONSEP PERSALINAN
1.1 Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Merupakan proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
1.2 Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas.
Terdapat beberapa teori antara lain : (Rustam Muchtar, 1998).
Penurunan kadar progesteron :
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar Progesteron dan Estrogen di da;lam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul his.
Teori oxytocin :
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
Keregangan otot-otot :
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
Pengaruh janin :
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
Teori Prostaglandin :
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaab menunjukkan bahwa
Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan extraamnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di
sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamilsebelum melahirkan atau selama
persalinan.
1.3 Tanda awal persalinan
Penyumbatan Mucus atau Perdarahan
Kelahiran akan dimulai dengan pelunakan leher rahim. Ketika hal ini terjadi,
leher rahim mulai membesar, sejumlah mucus (lendir) menyumbat, menutupi leher
rahim dan kehamilan anda akan segera berakhir. Cairan berwarna kemerahan atau
kecoklatan mungkin saja akan muncul, dan hal ini disebut dengan perdarahan. Akan
tetapi perdarahan bisa terjadi pada beberapa minggu sebelum kelahiran yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, tanda-tanda ini tidak dapat dijadikan satu-satunya
tanda dan gejala persalinan.
Pecah Membran
Juga dikenal sebagai “pecah ketuban”, terjadi ketika kantung amniotic pecah.
Ini merupakan tanda awal persalinan yang paling umum terjadi. Ketika ketuban
pecah, biasanya kontraksi akan terjadi lebih intensif, dan bayi anda akan semakin
dekat ke arah pelebaran rahim.
Kontraksi Regular
Leher rahim yang telah melunak akan semakin melebar dan akan terus
berlanjut hingga proses persalinan selesai. Hal ini merupakan sebuah tanda persalinan
yang nyata, dan berarti bayi anda akan segera lahir. Kontraksi akan terjadi lebih
teratur, intensitas dan lamanya kontraksi juga akan berlangsung lebih lama. Kontraksi
mengawali sebuah proses yang mendorong bayi anda keluar secara perlahan-lahan
melalui uterus bawah, sehingga kelahiran menjadi semakin dekat.
Kontraksi Persalinan (His)
His (Kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur, yang secara
bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina
(jalan lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu. Kontraksi menyebabkan serviks
membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir
menyatu dengan rahim. Perubahan ini memungkinkan janin bisa melewati jalan lahir.
His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah)
tanggal perkiraan persalinan. Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak
diketahui. Mungkin karena pengaruh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh
kelenjar hipofisa dan menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan).
Persalinan biasanya berlangsung selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan
pertama) dan pada kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8 jam).
Show (sejumlah kecil darah yang bercampur dengan lendir dari serviks) biasanya
merupakan petunjuk bahwa persalinan segera dimulai; tetapi show bisa keluar 72 jam
sebelum kontraksi dimulai.
Kadang selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban
mengalir melalui serviks dan vagina.
Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa saat persalinan semakin mendekat
Tanda Artinya Kapan terjadi
Perasaan seolah-olah
bayi telah turun ke
bawah
Lightening, yaitu turunnya bayi.
Kepala bayi telah masuk ke dalam
panggul ibu
Mulai dari beberapa minggu
sampai beberapajam sebelum
persalinan dimulai
Keluar cairan dari
vagina (jernih,
berwarna pink atau
sedikit mengandung
darah)
Show, yaitu lendir kental yang
tertimbun di serviks selama
kehamilan. Ketika serviks mulai
berdilatasi, lendir ini terdorong ke
dalam vagina
Beberapahri sebelum
persalinan dimulai atau pada
awal persalinan
Keluar cairan encer
yang memancar atau
mengucur dari vagina
Selaput ketuban pecah, yaitu
pecahnya kantung berisi cairan yg
mengelilingi bayi selama dalam
kandungan
Mulai dari beberapa jam
sebelum persalinan dimulai
sampai setiap saat selama
persalinan
Pola kram yg teratur,
yg mungkin dirasakan
sebagai nyeri
punggung atau kram
menstruasi
Kontraksi, yaitu mengkerut &
mengendurnya rahim. Semakin dekat
saat persalinan, kontraksi ini semakin
kuat & bisa menyebabkan nyeri
karena serviks membuka & bayi
bergerak di sepanjang jalan lahir
Pada awal persalinan
1.4 Klasifikasi
Bentuk persalinan berdasarkan definisi :
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase :
Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm
Masalah yang mungkin terjadi :
Ansietas
Kurang pengetahuan
Kurangnya volume cairan
Koping individu tidak efektif
Infeksi
Cedera (janin)
Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih
kuat dan sering selama Fase aktif.
Nyeri
Perubahan eliminasi urin
Resiko tinggi
Cedera (ibu)
Gangguan pertukaran gas
Kurangnya volume cairan
Kelelahan
Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Masalah yang mungkin terjadi :
Nyeri (Akut)
Resiko tinggi
Gangguan pertukaran gas
Kerusakan integritas kulit/jaringan
Kurangnya volume cairan
Infeksi
Cedera (janin)
Kelelahan
Kala III
Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.
Resiko tinggi
Kurangnya volume cairan
Cedera (ibu)
Kurang pengetahuan
Nyeri
Perubahan proses keluarga
Kala IV
Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Resiko tinggi
Kurangnya volume cairan
Cedera (ibu)
Kurang pengetahuan
Nyeri
Perubahan proses keluarga
1.5 Komplikasi
a. Ketuban pecah sebelum waktunya
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya selaput berisi
cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi.
Jika hasil analisa cairan ketuban menunjukkan bahwa paru-paru bayi sudah cukup
matang, maka dilakukan induksi persalinan (tindakan untuk memulai proses
persalinan) dan bayi dilahirkan. Jika paru-paru bayi belum matang, persalinan ditunda
sampai paru-paru bayi matang.
b. Persalinan prematur
Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada saat usia kehamilan mencapai
37-42 minggu. Persalinan prematur bisa merupakan suatu proses normal yang dimulai
terlalu dini atau dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan
ketuban.
Faktor resiko terjadinya persalinan prematur:
Pernah mengalami persalinan prematur pada kehamilan terdahulu
Kehamilan ganda (kembar 2 atau 3)
Pernah mengalami aborsi
Memiliki serviks yang abnormal
Memiliki him yang abnormal
Menjalani pembedahan perut pada saat hamil
Menderita infeksi berat pada saat hamil
Pernah mengalami perdarahan pada trimester kedua atau ketiga
Berat badan kurang dari 50 kg
Pernah memakai DES (dietilstilbestrol)
Merokok sigaret atau makakai kokain
Tidak memeriksakan kehamilan.
c. Kehamilan Post matur dan post maturitas
Kehamilan Post-matur adalah persalinan yang berlangsung sampai lebih dari
42 minggu. Postmaturitas adalah suatu sindroma dimana plasenta mulai berhenti
berfungsi secara normal pada kehamilan post-matur dan hal ini membahayakan
janin.
Jika kehamilan berlangsung sampai lebih dari 42 minggu dari hari pertama
menstruasi terakhir, dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui tanda-tanda
postmaturitas pada ibu dan janin, yaitu penciutan rahim dan berkurangnya gerakan
janin.
Pemeriksaan bisa dimulai pada usia kehamilan 41 minggu, untuk menilai
gerakan dan denyut jangung janin serta jumlah cairan ketuban (yang menurun
secara drastis pada kehamilan post-matur).
Untuk memperkuat diagnosis postmaturitas, bisa dilakukan amniosentesis
(pengambilan dan analisa cairan ketuban). Salah satu tanda dari postmaturitas
adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium (tinja
fetus yang pertama); hal ini menunjukkan keadaan gawat janin.
Selama hasil pemeriksaan tidak menunjukkan tanda-tanda postmaturitas, maka
kehamilan post-matur masih mungkin dilanjutkan. Tetapi jika hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya tanda-tanda postmaturitas, maka segera dilakukan induksi
persalinan dan bayi dilahirkan.
d. Tidak adanya kemajuan dalam persalinan
Setiap jam seharusnya serviks membukan minimal selebar 1 cm dan kepala
janin seharusnya turun ke dalam rongga panggul minimal sebanyak 1 cm. Jika hal
tersebut tidak terjadi, mungkin janin terlalu besar untuk melewati jalan lahir dan
perlu dilakukan persalinan dengan bantuan forseps atau operasi sesar.
Jika jalan lahir cukup lebar tetapi persalinan tidak maju, maka diberikan oksitosin
melalui infus untuk merangsang kontraksi rahim yang lebih kuat.
Jika setelah pemberian oksitosin persalinan tidak juga maju, maka dilakukan
operasi sesar.
e. Denyut jantung yang abnormal
Selama persalinan, denyut jantung janin dimonitor setiap 15 menit dengan
stetoskop janin (fetoskop) atau dimonitor terus dengan pemantau denyut jantung
elektronik.
Pemantauan denyut jantung janin merupakan cara yang paling mudah untuk
mengetahui adanya gawat janin.
Jika terdengar denyut jantung yang abnormal, dilakukan tindakan korektif,
seperti memberikan oksigen kepada ibu, menambah jumlah cairan infus dan
meminta ibu untuk berbaring miring ke kiri.
Jika tindakan tersebut tidak berhasil memperbaiki denyut jantung yang
abnormal, maka dilakukan persalinan forseps atau operasi sesar.
f. Kelainan posisi janin
Yang dimaksud dengan posisi janin di dalam rahim adalah arah yang dihadapi
oleh janin, sedangkan letak janin adalah bagian tubuh janin yang terendah.
g. Distosia bahu
Distosia bahu adalah suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana pada letak
kepala, salah satu bahu bayi tersangkut pada tulang kemaluan dan tertahan di
dalam jalan lahir. Segera dilakukan berbagai tindakan untuk membebaskan bahu
sehingga bayi bisa dilahirkan melalui vagina.
Jika tindakan tersebut gagal, kadang bayi dapat didorong kembali ke dalam
vagina dan dilahirkan melalui operasi sesar.
h. Prolapsus korda umbilikalis
Prolapsus Korda Umbilikalis adalah suatu keadaan dimana korda umbilikal
(tali pusar) mendahului bayi, yaitu keluar dari jalan lahir. Pada keadaan ini, jika
bayi mulai memasuki jalan lahir, tali pusar akan tertekan sehingga aliran darah ke
bayi terhenti.
Prolapsus korda umbilikalis bisa terjadi secara nyata atau tersembunyi.
Pada prolapsus yang nyata, selaput ketuban telah pecah dan tali pusar
menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun ke jalan lahir. Untuk mencegah
terjadinya cedera pada janin akibat terhentinya aliran darah ke janin, maka segera
dilakukan persalinan, biasanya melalui operasi sesar.
Pada prolapsus tersembunyi, selaput ketuban tetap ututh dan tali pusar berada
di depan janin atau terperangkap di depan bahu janin. Biasanya keadaan ini
diketahui melalui denyut jantung janin yang abnormal.
Prolapsus tersembunyi bisa diatasi dengan cara merubah posisi ibu atau
mengangkat kepala janin untuk menghilangkan tekanan pada tali pusar. Kadang
perlu dilakukan operasi sesar.
i. Emboli cairan ketuban
Emboli Cairan Ketuban adalah penyumbatan arteri pulmoner (arteri paru-paru)
ibu oleh cairan ketuban. Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang
terdapat di dalam pembuluh darah. Emboli bisa terbentuk dari cairan ketuban.
Emboli ini sampai ke paru-paru ibu dan menyumbat arteri, penyumbatan ini
disebut emboli pulmoner. Emboli pulmoner bisa menyebabkan denyut jantung
yang cepat, irama jantung yang tidak teratur, kolaps, syok atau bahkan henti
jantung dan kematian.
j. Perdarahan rahim
Perdarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang
serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter.
Ketika plasenta lepas dari rahim, pembuluh darah rahim terbuka. Kontraksi rahim
membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai mereka mengalami pemulihan
lengkap.
Jika setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika sejumlah kecil
plasenta tertinggal di dalam rahim sehingg rahim tidak dapat berkontraksi, maka
darah yang hilang akan lebih banyak. Robekan pada vagina atau serviks juga bisa
menyebabkan perdarahan hebat.
Tekhnik persalinan
1. Water Delivery
Dikenal juga dengan istilah waterbirth atau gentle birth dan dilakukan dalam bak berisi
air.
Tujuannya: untuk membuat calon ibu merasa
lebih rileks. Banyak yang meyakini, teknik ini
bisa menghindarkan bayi dari perubahan kondisi
yang dramatis saat memasuki kehidupan
baru.Namun teknik ini tidak direkomendasikan
untuk ibu-ibu dengan kehamilan yang memiliki
risiko tinggi.
2. Lamaze
Dikembangkan oleh Dr Ferdinan Lamaze, teknik ini membantu para calon ibu
mengalihkan persepsi rasa sakitnya. Di kelas Lamaze, para calon ibu diajari cara
mengambil napas dalam-dalam, pijat, konsentrasi dan cara mengontrol rasa sakit selama
bersalin.
3. Hipnosis
Pada tahun 1940-an, Dr Grantly Dick-Read
memperkenalkan pemakaian teknik hipnosis pada
ibu melahirkan. Pikiran akan dibawa pada
relaksasi total, sehingga otot-otot tubuh bisa
berfungsi sebagaimana telah dirancang.
Perempuan yang menjalani metode ini akan
merasa seperti melamun, rileks, kalem tetapi tetap
sadar dan terkendali.
4. Metode Bradley
Dikembangkan oleh Dr Robert
Bradley pada tahun 1940-an, metode ini
membantu calon ibu melahirkan dengan
sesedikit mungkin dibantu obat.Kelas yang
diajarkan mencakup asupan gizi yang baik,
teknik-teknik relaksasi dan mengendalikan
rasa sakit.
5. Metode Alexander
Di awal abad ke-20, FM Alexander memperkenalkan teknik relaksasi yang diberi nama
sesuai namanya yakni Teknik Alexander. Di dalamnya tercakup teknik duduk, berdiri dan
bergerak secara efisien, aman dan melegakan.Siapapun termasuk ibu hamil yang hendak
melahirkan bisa belajar meredakan ketegangan dan meningkatkan kapasitas sistem
pernapasan. Saat nyeri punggung bawah berkurang dan sesak napas berkurang, berbagai
keluhan selama proses persalinan juga akan berkurang.
1. Perubahan Fisiologis
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa persalinan, yaitu:
Tekanan Darah
Tekanan Darah akan meningkat, sistolik rata-rata naik 10-20mmHg, diastolik 5-10mmHg,
antara kontraksi tekanan darah normal. rasa sakit, cemas, dapat meningkatkan tekanan
darah.
Metabolisme \
karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan oleh
kecemasan dan aktivitas otot skeletal. peningkatan ini ditandai adanya peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yanghilang.
Suhu tubuh
Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5-1C) karena peningkatan metabolisme
terutama selama dan segera setelah persalinan.
Detak Jantung
Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan
metabolisme. sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit
dibanding sebelum persalinan.
Pernafasan
Terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme.hipeventilasi yang lama dapat menyebabkan alkalosis.
Perubahan pada ginjal
Poliuri(jumlah urin lebih dari normal) sering terjadi selama persalinan, disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran
plasma ginjal.proteinuria dianggap gejala normal selama persalinan.
Perubahan Gastro Intestinal (GI)
Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang banyak
selama persalian.pengeluaramn getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas
pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi lambat. cairan tidak
berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. mual dan muntah sering
terjadi sampai akhir kala I.
Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100ml selama persalianan dan akan kembali
pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali pada
perdarahanpostpartum.
2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:
·Pengalaman sebelumnya
Kesiapan emosi
Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
Support system
Lingkungan
Mekanisme koping
Kultur
Sikap terhadap kehamilan
3. Masalah psikologis yang mungkin terjadi:
Kecemasan menghadapi persalinan
Intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan ,
pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik relaksasi, pengaturan nafas
untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan
Intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan
pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
Intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk
selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung
Melakukan pendekatan treapeutik pada ibu hamil yang akan melahirkan pada kala I
pada ibu yang mengalami gangguan psikis.
KONSEP SECTIO CAESAREA
DEFINISI
Kelahiran sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila keamanan ibu atau janin
terganggu.(Doengoes, 2001)
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.(Mochtar, 1998)
JENIS – JENIS
Sectio caesarea dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan tehniknya, yaitu;
1. Sectio caesarea segmen bawah (SCSB) atau sectio caesarea transperitonealis profunda
Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus.Segmen bawah uterus tidak
begitu banyak mengandung pembuluh darah dibandingkan segmen atas sehingga
risiko perdarahan lebih kecil.Karena segmen bawah terletak di bawah kavum
peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak begitu besar. Di samping itu,
risiko ruptura uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih kecil
bilamana jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka
bisaanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif.
2. Sectio caesarea klasik atau korporal
Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Hal ini dilakukan kalau segmen
bawah tidak terjangkau karena ada perlekatan atau rintangan plasenta, kalau terdapat
vena verikosa pada segmen bawah, dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin
yang letaknya melintang serta untuk histerektomi caesarea.
3. Sectio caesarea ekstraperitoneal
Sectio caesarea ekstraperitoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
infeksi puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi,
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Pembedahan tersebut sulit
dalam tehniknya dan sering kali terjadinya sobekan peritoneum tidak dapat
dihindarkan.Mengingat bahwa tindakan ini kini dalam praktek jarang sekali
dilakukan, maka tehniknya sudah tidak dibicarakan lagi.
INDIKASI
Pada umumnya sectio caesarea digunakan bilamana diyakini bahwa penundaan
persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau
keduanya. Padahal persalinan per vagina tidak mungkin diselesaikan dengan aman.
Sectio caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan bahwa
persalinan per vagina yang normal tidak cocok atau tidak aman. Persalinan dengan sectio
caesarea dilakukan untuk;
1. Plasenta previa
2. Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi
3. Riwayat obstetric yang jeleK
4. Disproporsi sefalopelvik
5. Infeksi herpes virus tipe II (genital)
6. Riwayat sectio caesarea klasik
7. Diabetes (kadang-kadang)
8. Presentasi bokong (kadang-kadang)
9. Sectio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan berharga
10. Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritoblastosis atau retardasi
pertumbuhan yang nyatA Sectio caesarea emergensi dilakukan untuk;
a) Induksi persalinan yang gagal
b) Kegagalan dalam kemajuan persalinan
c) Penyakit fetal atau maternal
d) Diabetes atau pre-eklamsi berat
e) Persalinan macet
f) Prolapsus funikuli
g) Perdarahan hebat dalam persalinan
h) Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan
a. Letak lintang
Bila ada kesempitan panggul maka sectio sesarea adalah cara yang terbaik dalam
segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio sesarea walau
tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
b. Letak bokong
Sectio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan berharga
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
e. Gemelli, dianjurkan sectio sesarea bila
Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
Bila terjadi interlock
Distosia oleh karena tumor
Gawat janin
KONTRAINDIKASI
Perlu diingat bahwa sectio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun untuk
kepentingan anak, oleh sebab itu sectio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan
terpaksa, apabila misalnya janin sudah meninggal dalam uterus atau apabila terlalu kecil
untuk hidup di luar kandungan.Apabila janin terbukti menderita cacat seperti hidrosepalus,
anensepalus dan lain-lain.
PROGNOSIS
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi.Pada masa sekarang,
oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan
darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.Angka kematian ibu pada rumah-
rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah
kurang dari 2 per 1000.Nasib janin yang ditolong secara sectio sesarea sangat tergantung dari
keadaan janin sebelum operasi.Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan
antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna angka kematian 4-7%.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari tindakan sectio caesarea bisa terjadi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat
terjadi infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru,
ruptura uteri.Sedangkan pada bayi dapat terjadi kematian perinatal.
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang
TEHNIK-TEHNIK SECTIO CAESAREA
1. Tehnik sectio caesarea transperitoneal profunda
Diadakan insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai beberapa
sentimeter di bawah pusat.. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang
dengan pinset, plika vesiko-uterina dibuka dan insisi ini diteruskan melintang jauh ke
lateral.
Sungsang atau letak lintang kaki janin dicari dan janin dilahirkan dengan tarikan
pada kaki.
Sekarang diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus atau
intravena untuk mengusahakan kontraksi yang baik.Pinggir luka insisi dipegang dengan
beberapa cunam ovum, dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara manual.
Kelebihan dan kekurangan dari section caesarea transperitoneal profunda;
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan repetonialisasi yang baik
c. Tumbang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum
d. Perdarahan kurang atau tidak seberapa banyak
e. Dibandingkan dengan cara korporal, kemungkinan rupture uteri spontan kurang
atau lebih kecil
f. Bahaya peritonitis tidak besar
g. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri dikemudian hari
tidak besar, karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami konraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
Kekurangan
a. Luka dapat melebar ke kirim, kanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan a.
uterine putus, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak.
b. Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.
PARTOGRAF
Alat Bantu yang digunakan untuk observasi dan menilai kemajuan persalian dengan menilai
pembukaan melalui pemeriksaan dalam, serta mendeteksi apakah proses persalianan berjalan
secara normal.
Pencatatan dalam partograf yaitu :
1. Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 - 10 cm
2. Kontraksi uterus dan Denyut jantung janin setiap 30 menit
3. Pembukaan serviks setiep 4 jam
4. Nadi setiap 30 menit
5. Tekanan darah dan temperatur setiap 4 jam
6. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 - 4 jam
Informasi yang didapat melalui partograf yaitu :
1. Informasi kondisi tentang ibu; Nama, umur, gravida, para, abortus tanggal mulai
persalinan, waktu ketuban pecah
2. Kondisi janin : DJJ,warna dan adanya air ketuban, molase
3. Kemajuan persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin atau
presentasi, garis waspada dan garis bertindak.
4. Jam dan waktu : mulainya fase aktif dan waktu actual saat pemeriksaan
5. Kondisi ibu : Nadi, tekanan darah, temperatur, dan urin obat – obatan dan cairan yang
diberikan
6. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan :
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu
tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis
waspada.
Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan
6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan
angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada
kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
7. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi
per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
1) Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
kurang dari 20 detik.
2) Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40 detik.
3) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih
dari 40 detik.
8. Obat-obatan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
1) Oksitosin.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan
tetesan per menit.
2) Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak
yang sesuai dengan kolom waktunya.
9. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan
kenyamanan ibu.
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan
darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih
sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu
yang ).˜sesuai (
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau
dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak
yang sesuai.
b. Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
adanya ase¬ton atau protein dalam urin.
10. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom
parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
1) Jumlah cairan per oral yang diberikan.
2) Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
4) Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5) Upaya Rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan
sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.
nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama
selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada
pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain
itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula
digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan
asuhan persalinan yang dan bersih aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
Data dasar :
a) Kala I
b) Kala II
c) Kala III
Bayi baru lahir
d) Kala IV
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Jangan membawa beban berat. Kondisi ibu masih lemah, belum begitu pulih, dan rasa
nyeri pasca operasi masi terasa. Setelah 1 bulan, kondisi ibu akan membaik jika
dibarengi dengan istirahat dan makan yang baik.
2. Hadapi masa nifas dengan tenang dan nyaman. Masa nifas adalah masa setelah
melahirkan hingga 6 minggu.Tetapi ibu baru akan pulih sempurna seperti sebelum
hamil setelah 3 bulan. Untuk memulihkan keadaan fisik dan psikis hingga keadaan
normal, harus diimbangi dengan makan bergizi, olah raga, dan istirahat yang cukup.
3. Jangan berhubungan seks terlebih dulu. Tubuh kita butuh waktu untuk pulih, begitu
pula organ seksual. Tunggulah dulu 4-6 minggu pasca melahirkan.
4. Banyak bergerak setelah memungkinkan. Lakukan secara bertahap dan ini akan
membantu mempercepat proses pemulihan.
5. Minta bantuan untuk bergantian menjaga si kecil.
6. Minum teh peppermint hangat untuk mengatasi perut kembung.
7. Istirahat cukup, minimal harus tidur 8 jam sehari untuk memulihkan kondisi.
8. Minumlah yang cukup, supaya tidak sembelit pasca melahirkan.
9. Minta saran dari bidan atau perawat untuk posisi menyusui yang nyaman.
10. Jangan panik jika keringat berlebih. Menyusui akan merangsang pengeluaran hormon
oksitosin untuk konstraksi otot rahim agar mengecil. Sehinggal ini membuat otot
jantung memompa lebih kuat seperti olah raga hingga berkeringat.
11. Mulai berlatih otot panggul bawah segera setelah memungkinkan (jangan lupa untuk
minta ijin dari dokter).
12. Mungkin saja kita akan moody. Kehamilan dan persalinan menyebabkan perubahan
fisik dan psikologis ibu. Bagi beberapa wanita, bahkan bisa menimbulkan trauma
psikologis hebat hingga rnenimbulkan masalah kejiwaan. Sehingga dibutuhkan obat-
obatan dan terapi psikologis untuk menyembuhkannya. Jadi, jika kita mulai menangis,
sangat lelah, atau perasaan lain yang mengganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi
dengan dokter ataupun psikolog.
13. Rawat bekas luka jahitannya dengan selalu menjaga kebersihan luka dengan
memberinya cairan antiseptic, mandi teratur dan membersihkan daerah kemaluan
setelah BAB atau BAK dengan baik. Jika tidak dibersihkan bisa menimbulkan infeksi
pada bekas luka.
14. Jangan risau jika bekas luka terasa kencang dan gatal. Proses penyembuhan luka
mengakibatkan luka terasa kencang dan gatal. Lebih baik luka cukup dibersihkan saja
Mengejan yang benar saat persalinan
Taukah Ibu, disaat pembukaan telah lengkap yaitu pembukaan 10, mengejan
untuk mendorong bayi keluar dari jalan lahir bila dilakukan dengan tepat maka
proses persalinan akan berjalan dengan baik dan lancar. Berikut adalah cara
mengejan yang tepat:
o Posisi : Secara umum adalah berbaring, tekuk lutut, buka kaki, peluk paha
dengan kedua tangan dengan cara melingkarkan tangan kebawah paha sampai
siku, kemudian tarik paha kearah dada.
o Dengarkan komando dokter, dokter akan meminta anda menarik nafas dalam,
menahannya dengan mulut tertutup, lalu mengejan kearah bawah dengan
panggul tetap menempel di atas tempat tidur. Saat mengejan,dagu diletakkan
di dada, sehingga anda bisa melihat perut.
o Ikuti irama perut saat mengejan, jangan menahan sesuatu seperti nafas, tubuh
(dengan mengangkat bokong) atau menahan dorongan mengejan itu sendiri
(misalnya karena takut fases keluar dari anus), karena membuat proses
mengejan tidak maksimal.
o Bila perut sudah dalam keadaan rileks anda diminta berhenti mengejan dan
beristirahat sambil menunggu kontraksi berikutnya.
o sambil istirahat, lakukan napas panting, yaitu bernapas pendek-pendek lewat
mulut.
Bila salah bisa berdampak seperti berikut :
o Mengejan sebelum pembukaan lengkap dapat memicu pembengkakan atau
edema pada mulut rahim. kondisi itu akan mempersulit proses persalinan
selanjutnya.
o Bila mengejan di leher bukan diperut, maka pembuluh darah kecil di
mata dapat pecah. Mata anda akan tampak merah setelah bersalin, bahkan
terkadang disertai kebutaan sementara.
o Bila mengejan sambil mengangkat bokong, selain membuat proses mengejan
tidak maksimal juga bisa memperparah robekan perineum (daerah antara
vagina dengan anus)
Inisiasi menyesui dini
Inisiasi menyusui dini adalah proses bayi menyusui segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu
dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama
menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2
tahun, dan mencegah anak kurang gizi.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan ‘penyelamatan
kehidupan’, karena inisiasi menyusui dini dapat menyelamatkan 22 persen dari
bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. “Menyusui satu jam pertama
kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan
sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan
merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan
di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat
dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program
tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang
berkualitas,“ ujar Ibu Negara pada suatu kesempatan.
Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini
a. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu
banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan
menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
b. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan,
akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu
pula jika ibu harus menjalani operasi caesar.
c. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa
menghilangkan vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan
kulit bayi.
d. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi
dapat dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
e. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu
ibunya.
f. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung
dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu
yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang
dilakukan oleh bayi.
g. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu
sampai proses menyusu pertama selesai.
h. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang,
diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
i. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi
menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-
gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya,
bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan
selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan
risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan
detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang
rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
c. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di
ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
d. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya
akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting
untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda,
tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
e. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga
menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
f. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu
pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI
mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan),
yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
g. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
h. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan
merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
o Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan
plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
o Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks,
dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon
meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
o Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang
(yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
OXITOCIN
Pemberian Oksitosin
Oksitosin adalah hormon protein yang di bentuk di nukleus paraventrikel hipotalamus
dan di simpan di dalam dan di lepaskan dari hipopisis posterior ( Elizabeth J. Corwin, 2009:
292). Oksitosin adalah sebuah oktapeptida dengan waktuparuh 3-4 menit dan durasi kerja
kurang lebih 20 menit.
Efek Oksitosin
Oksitosin menstimulasi kontraksi otot polos uterus.Peran tepatnya dalam
mencetuskan persalinan pada ibu hamil tidak jelas.Akan tetapi, oksitosin menyebabkan
peningkatan intensitas kontraksi uterus saat terjadi kemajuan persalinan dan mendekati
pelahiran.Obat pitocin adalah derivatif oksitosin dan di gunakan secara klinis untuk
mencetuskan dan mempercepat persalinan.
Pengaruh Oksitosin pada Uterus
Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipopisis yang secara
khusus menyebabkan kontraksi uterus,ada empat alasan untuk mempercayai bahwa mungkin
oksitosin diperlikan dalam meningkatkan kontraktilitas uterus dakam menjelang persalinan :
1) Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor dan oleh karena itu meningkatkan
responny aterhadap dosis oksitosin yang diberikan selama beberapa bulan terakhir
kehamilan,
2) Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohpopisis sangat meningkat pada saat persalinan.
3) Walaupun pada hewan yang telah menjalani hipofisektomi masih dapat melahirkan
bayinya pada kehamilan aterm , persalinannya akan berlangsung lama.
4) Penelitian pada hewan menunjukan bahwa iritasi atau regangan pada serviks uteri ,seperti
yang terjadi selama persalinan,dapat menyebabkan sebuah repleks neurogenik melalui
nukleus paraventrikular dan supraoptik hipotalamus yang dapat menyebabkan kelenjar
hipopisis posterior (neurohipopisis ) meningkatkan sekresi oksitosinnya.(Guyton dan
Hall, 2007 : 1089).
Cara Pemberian Oksitosin
5 unit oksitosin dalan 500 cc dextrose 5%, diberikan dengan kecepatan awal 20 tetes
permenit, di naikan 5 tetes per menit setiap 30 menit, sampai di dapatkan hasil yang
memadai. Maksimal 60 tetes per menit. Tetesan oksitosin di berikan maksimal 2 labu atau
1000 cc kecuali untuk letak sungsang hanya satu labu atau 500 cc. Pada kasus tertentu seperti
eklamsi, pendarahan antepartum, infeksi intra uteri dan kemajuan persalinan yang nyata
setelah pemberian tetes oksitosin labu pertama habis, tetes oksitosin labu ke dua langsung di
berikan. (Hidayah Wijayanegara, 1998: 25).
Tujuan Pemberian Oksitosin
Tujuan pemberian oksitosin adalah untuk terjadinya kontraksi rahim setiap 2-3 menit
yang berlangsung kurang lebih selama 45-60 detik.
Efek Samping
Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akanmeningkat sehingga dapat
timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat
c.Kerja anti diuretika
d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )
e. Mual
f. Reaksi hipersensitif
PATOFISIOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajan
a. Biodata klien
Nama : Ny.
Umur : 37 Tahun
Alamat : -
Pekerjaan : -
Suku : -
Agama : -
b. Biodata Penanggung jawab (Suami)
Nama : -
Umur : -
Alamat : -
Pekerjaan : -
Suku : -
Agama : -
c. Keluhan Utama
Pukul 24.00 klien mengeluhkan sakit di pinggang bagian belakang yang menjalar ke
bagian perut serta keluar lendir dari jalan lahirnya.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : Nyeri menjelang persalinan
Q : -
R : nyeri di pinggang bagian belakang yang menjalar ke perut
S : -
T : sejak jam 24.00
d. Riwayat kelahiran,Persalinan, dan Nifas yang Lalu.
Status Paritas : G1P0A0
UK : aterm 40 minggu
e. Riwayat Kebidanan
HPHT : -
TP : -
f. Riwayat Obat-obatan: Klien diberikan terapi pytocin
g. Riwayat Kehamilan sekarang:
Tanyakan:
- Pernah mendapat masalah selama kehamilannya?
- Kapan mulai kontraksi
- Apakah kontraski teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?
- Apakah ibu kesulitan untuk berkemih?
h. Riwayat kehamilan sebelumnya:
Tanyakan:
- Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya?
- Berapa BB bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
- Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan
sebelumnya?
i. Riwayat medis: (apakah ada masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung
berkemih)
j. Masalah medis saat ini: mengeluh mulas dan nyeri perut.
1. Pemeriksaan Fisik
Pada Ibu
- KU : Nampak gelisah dan mengerang-ngerang
- TTV
TD : -
HR : -
RR : -
- Kepala : - (lihat keadaan rambut apakah rontok, kotor, dan lengket serta
keadaan kulit kepala).
- Mata : - (lihat apakah ada ikterik pada sclera dan anemis pada konjuctiva)
- Hidung : - ( lihat kebersihan hidung, cuping hidung apakah klien melakukan
pernapasan cuping hidung)
- Telinga : - ( Lihat kesimetrisan letak telinga, struktur telinga dan fungsi
pendengarannya)
- Mulut : - (lihat bibir klien apakah kering, pucat atau kebiruan, gigi klien ada
caries atau tidak)
- Leher : - (periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak dan kelenjar
limfe)
- Muka : - (lihat ada klaosma atau tidak, karakteristik kulit muka, ada akne atau
tudak)
- Dada
1. Periksa bunyi jantng dan nafas klien, ada pembesaran jantung atau paru
tidak.
2. Periksa payudara (kesimetrisan, palpasi payudara adanya massa atau
tidak, keadaaan putting menonjol atau tidak dan keadaan aerola)
- Abdominal
Ada striae atau tidak, ada linea nigra tidak,
Posisi janin : letak anak Puki, presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP 2/5
DJJ : 150 kali/mnt
TFU : 43 cm
HIS : 3 x/10 menit lamanya 30 detik.
- Ektremitas : - (lihat apakah ada edema atau tidak, ada varises atau tidak dan
reffleksnya (+) atau (-)
- Pemeriksaan Dalam + Genitalia
Keadaan vulva, kebersihan vulva
Tidak ada halangan jalan lahir
Pembukaan serviks : 7cm
Portio : tipis
Hodge : kepala Hodge II
Ketuban : masih utuh
Pada Janin
- DJJ : 150 kali/mnt
- Gerakan janin :-
- Kondisi yang beresiko terjadi IUFD : -
- Insufisiensi oteroplasenta : -
- TFU : 43 cm
2. Pemeriksaan Diagnostik
USG : kesan bayi normal
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
Klien mengeluhkan
sakit di pinggang
bagian belakang
yang menjalar ke
bagian perut serta
keluar lendir dari
jalan lahirnya
DO:
ᶲ: 2 cm, ketuban
intak, presentasi
kepala DJJ
135x/menit,
kontraksi
1x10”x10’.
Hamil → perubahan hormon,
penurunan fungsi placenta →
oksitosin aktif → prostaglandin
meningkat → kontraksi otot rahim →
dilatasi 2 cm → nyeri
Nyeri
2. DS :
DO : klien diberikan
tindakan SCTP
Hamil → perubahan hormon,
penurunan fungsi placenta →
oksitosin aktif → prostaglandin
meningkat → kontraksi otot rahim →
dilatasi 2 cm → ketuban pecah dini
→ SCTP → kurangnya informasi →
ansietas
Ansietas
3. DS :
DO : klien diberikan
tindakan SCTP
Hamil → perubahan hormon,
penurunan fungsi placenta →
oksitosin aktif → prostaglandin
meningkat → kontraksi otot rahim →
dilatasi 2 cm → ketuban pecah dini
→ SCTP → respon fisiologis → luka
operasi → inkontinuitas jaringan
Nyeri ( post operasi)
→jaringan terbuka → trauma
jaringan → nyeri
4. DS :
DO : klien diberikan
tindakan SCTP
Hamil → perubahan hormon,
penurunan fungsi placenta →
oksitosin aktif → prostaglandin
meningkat → kontraksi otot rahim →
dilatasi 2 cm → ketuban pecah dini
→ SCTP → respon fisiologis →
sistem reproduksi → uterus →
kontraksi uterus lemah → sirkulasi
uretroplasenta berlanjut →
perdarahan → resti kurang volume
cairan
Rissiko tinggi
kurang volume
cairan
5. DS :
DO : klien diberikan
tindakan SCTP
Hamil → perubahan hormon,
penurunan fungsi placenta →
oksitosin aktif → prostaglandin
meningkat → kontraksi otot rahim →
dilatasi 2 cm → ketuban pecah dini
→ SCTP → respon fisiologis → luka
operasi → inkontinuitas jaringan
→jaringan terbuka → mudah
terpajan patogen → resti infeksi
Resiko tinggi
infeksi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI
No
.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Rasional
1. Nyeri berhubungan
dengan dilatasi
uterus ditandai
Setelah dilakukan
perawatan selama ...
hari klien
Observasi derajat
ketidaknyaman
melalui isyarat
Tindakan dan
reaksi nyeri
adalah
dengan
DO :
Klien tampak
gelisah dan
mengerang-ngerang
HIS 3 x/10 menit
lamanya 30 detik
DS :
menyatakan nyeri
berkurang dengan
kriteria hasil :
Tampak rileks
diantara kontraksi
Melaporkan
ketidaknyamanan
verbal dan
nonverbal
Bantu dalam
teknik pernapasn
dan relaksasi
yang tepat pada
masase abdomen
Bantu tindakan
kenyamanan
(gosokkan
punggung,
istirahat
punggung)
Dukung
keputusan klien
tentang
menggunakan
atau tidak obat-
obatan
individual dan
berdasarkan
pengalaman
masa lalu
Dapat
memblok
impuls nyeri
dalam korteks
serebra melalui
respon kondisi
dan stimulasi
kutan
Meningkatknan
relaksasi dan
higiene
Membantu
menurunkan
perasaan gagal
pada klien
yang telah
mengantisipasi
kelahiran yang
tidak diobati
dan tidak
mengikuti
rencana
tersebut
Memantau
kemajuan
Hitung waktu
dan catat
frekuensi,
intensitas dan
durasi pada
kontraksi uterus
selama 30 menit
Observasi sifat
dan jumlah
tampilan vagina,
dilatasi servikal,
penonjolan,
lokasi janin, dan
penurunan janin
KOLABORASI:
Berikan
analgesik
alfaprodin
hidroklorida,
meperidin
hidroklorida
persalinan dan
memberikan
informasi
untuk klien
Dilatasi
servikal
seharusnya 1,2
cm/jam pada
nulipara dan
1,5 cm/jam
pada multipara,
tampilan
vagina
meningkat
dengan
turunnya janin
Untuk
memblok saraf
nyeri
2. Ansietas
berhubungan dengan
koping tidak efektif
Setelah dilakukan
perawatan selama ...
hari klien cemas
berkurang dengan
Berikan
informasi tentang
perubahan
psikologis dan
Pendidikan
dapat
menurunkan
stres dan
kriteria hasil :
Melaporkan
ansietas pada tingkat
bisa diatasi
Tampak rileks
sesuai dengan situasi
persalinan
fisiologis pada
persalinan
Observasi tingkat
dan penyebab
ansietas
Pantau TD dan
nadi sesuai
indikasi
Anjurkan klien
untuk
menungkapkan
perasaan,
masalah, dan
rasa takut
Demontrasikan
metode dan
relaksasi
ansietas dan
meningkatkan
kemajuan
persalinan
Berikan
informasi
dasar. Ansietas
mempengaruhi
persepsi nyeri,
mempengaruhi
penggunaan
koping
Stres
mengaktifkan
sistem
adrenokortikoi
d hipofissi
hipotalamik
yang
meningkatkan
retensi dan
resorpsi
natrium.
Resorpsi
natrium
memperberat
perkembangan
toksemia atau
hipertensi
Stres dan
ansietas
mempunyai
efek yang alam
Sadari kebutuhan
klien terhadap
pemberi asuhan
wanita
Berikan
kesempatan
untuk
pada proses
persalinan,
sering
memperlama
fase pertama
Menurunkan
stresor yang
dapat
memperberat
ansietas,
memberikan
strategi koping
Praktik budaya
dapat melarang
adanya pria
selama
persalinan
Adanya
kesempatan
untuk klien
mengungkapka
n kesenangan
tentang diri
sendiri,
bertindak
sebagai
pengalihan
untuk
membantu
melewait
waktu selama
persalinan yang
percakapan
tentang persepsi
rasa takut dan
kesenangan
panjang
POST OPERASI
No. Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa
nyaman: Nyeri
yang
berhubungan
dengan trauma
jaringan
ditandai
dengan :
DO: klien
mengalami
SCTP
Setelah dilakukan
perawatan
selama…x 24 jam
nyeri berkurang
sampai dengan
hulang dengan
kriteria hasil:
Nyeri klien
berkurang
Klien dapat
beradaptasi
dengan nyeri
nya
Observasi derajat
nyeri melalui respon
verbal dan non
verbal
Observasi
kebutuhan klien
terhadap sentuhan
fisik selama
kontraksi
Ciptakan
lingkungan yang
tenang, ventilasi
adekuat, lakukan
perawatan prosedur
Sikap tehadap nyeri
dan reaksi terhadap
nyeri adalah
individual dan
berdasarkan
pengalaman masa
lalu
Sentuhan dapat
menjadi distraksi
sehingga megurangi
rasa nyeri
Lingkungan yang
tenang dengan
ventilasi yang
adekuat dapat
membuat rileks dan
mengurangi
perawatan diantara
kontraksi
Lakukan masage
punggung
Lakukan tindakan
Eufflarage
ketegangan
Tindakan ini
merupakan upaya
distraksi untuk
mengurangi rasa
nyeri
Tinadakan ini juga
merupakan upaya
distraksi untuk
mengurangi rasa
nyeri
2. Risiko tinggi
kurangnya
volume cairan
berhubungan
dengan
perdarahan
massif
Klien tidak
mengalami syok
hipovolemik dan
kekurangan cairan
Dengan criteria
hasil :
- TTV dalam batas
normal
- KU baik
- Klien tidak pucat
- Kebutuhan cairan
terpenuhi
Monitor perubahan
tanda-tanda
kekurangan cairan
(tekanan darah,
mukosa mulut,
konjungjtiva dll)
Monitor intake dan
output setiap 5-10
menit
Evaluasi kandung
kencing
Lakukan masage
uterus dengan satu
tangan serta tangan
lainnya diletakan
diatas simpisis.
Untuk menvegah
syok sedini
mungkin
Perubahan output
merupakan tanda
adanya gangguan
fungsi ginjal
Kandung kencing
yang penuh
menghalangi
kontraksi uterus
Massage uterus
merangsang
kontraksi uterus dan
membantu
pelepasan placenta,
satu tangan diatas
simpisis mencegah
Batasi pemeriksaan
vagina dan rektum
Berikan infus atau
cairan intravena
Kolaborasi
Berikan uterotonika
( bila perdarahan
karena atonia uteri )
terjadinya inversio
uteri
Trauma yang terjadi
pada daerah vagina
serta rektum
meningkatkan
terjadinya
perdarahan yang
lebih hebat, bila
terjadi laserasi pada
serviks / perineum
atau terdapat
hematom
Cairan intravena
dapat meningkatkan
volume
intravaskular
Uterotonika
merangsang
kontraksi uterus dan
mengontrol
perdarahan
3. Risiko tinggi
cedera
berhubungan
dengan teknik
mengejan yang
tidak adekuat
Tidak terjadi
cedera dengan
kriteria hasil:
-Mengejan dengan
teknik yang benar
Bebas dari trauma
yang dapat dicegah
Mandiri :
Jelaskan pada klien
waktu yang tepat dan
baik untuk
mengedan setelah
pembukaan lengkap
Bila klien mengedan
sebelum pembukaan
lengkap, dapat
memicu
pembengkakan atau
edema pada mulut
atau komplikasi
lain
yaitu pembukaan 10.
Jelaskan posisi
umum mengedan
yang baik
disesuaikan dengan
kondisi ibu
Ajarkan teknik dan
cara mengedan
Jelaskan pada ibu
akibat nya bila salah
mengedan
Ajarkan ibu teknik
untuk mengatasi
ketegangan seperti
bernapas melalui
rahim yang dapat
mempersulit
persalinan
selanjutnya
Posisi
mempengaruhi
kelancaran
persalinan
Klien dapat
melakukan teknik
dan cara mengedan
yang benar sehingga
persalinan lancar dan
normal terbebas dari
cedera baik pada ibu
maupun janin
Bila mengedan di
leher, maka
pembuluh kecil di
mata dapat pecah,
sedangkan bila
mengedan sambil
mengangkat bokong
membuat proses
mengejan tidak
maksimal dan
memperparah
robekan perineum
Mengurangi
kecemasan ibu
sehingga lebih
memudahkan ibu
untuk mengedan
mulut dan relaksasi
volunter
dengan cara yang
baik
4. Risiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan adanya
luka perineum
Tidak terjadi
infeksi dengan
Kriteria hasil:
- Tidak ada gejala-
gejala yang
menunjukan
infeksi seperti
suhu tubuh dan
leukosit
meningkat
Mandiri :
Lakukan perawatan
perineal setiap 4 jam
dengan
menggunakan
asepsis medis.
Singkirkan
kontaminan fekal
yang dikeluarkan
selama mendorong,
ganti linen/pembalut
sesuai kebutuhan
Lakukan pemeriksaan
vagina hanya bila
sangat perlu, dengan
menggunakan teknik
aseptic
Pantau suhu, nadi,
dan sel darah putih
sesuai indikasi
Gunakan asepsis
bedah pada
persiapan peralatan.
Membantu
meningkatkan
kebersihan :
mencegah terjadinya
infeksi uterus
asenden dan
kemungkinan sepsis
Pemeriksaan vagina
berulang
meningkatkan resiko
infeksi endometrial
Peningkatan suhu
atau nadilebih besar
dari 100 dpm dapat
menandakan infeksi.
Perlindungan normal
leukosit dengan
jumlah SDP setinggi
25.000/mm3 dapat
dibedakan dari
peningkatan SDP
karena infeksi
Menurunkan resiko
kontaminasi
Bersihkan perineum
dengan air dan sabun
steril atau
desinfektan bedah
saat kelahiran
Mengurangi jumlah
orang yang ada pada
saat kelahiran,
memberikan
pertimbangan
terhadap keinginan
klien dan anggota
keluarga
Kolaborasi :
Berikan antibiotik
sesuai indikasi
Berikan kondisi
aseptic untuk
kelahiran
Menurunkan resiko
infeksi diakibatkan
dari kontaminasi
silang
Digunakan hanya
kadang-kadang,
antibiotik profilaktik
masih kontroversial
dan harus digunakan
dengan kewaspadaan
karena ini dapat
merangsang
pertumbuhan
berlebihan dari
organisme resisten
Membantu
mencegah infeksi
pascapartum dan
endometritis
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges & Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedomaan Untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta. EGC
Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Mochtar R, Prof. dr. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Yunitasari, Esti. 2011. Asuhan keperawatan selama persalinan dan melahirkan.
Available online at : http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN
%20KEPERAWATAN%20SELAMA%20PERSALINAN%20DAN
%20MELAHIRKAN.pdf (diakses 23 mei 2013)