ISI Baruuu

27
1 I. LAPORAN KASUS a. Identitas Pasien Nama : Ny. Supariati Alamat : Ndangkel – Ngluwar Umur : 63 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Buruh tani Tangal Pemeriksaan : 21 April No. RM : - b. Anamnesis KU : Nyeri perut dan mual RPS : Nyeri sejak 2 hari lalu dan disertai mual. Nyeri dirasa sebelum makan dan setelah makan. Pasien juga merasakan sering lelah dan mengantuk. Pasien juga mengeluh sakit gigi, sakit leher yang baru diperiksakan ke dokter. Keadaan ini sangat mengganggu aktivitas pasien. Anamnesis Sistem : Cerebrospinal : Pusing (+), demam (-) Kardiovaskuler : tidak ada keluhan Respirasi : tidak ada keluhan Digestive : mual (+), muntah (-), nyeri sebelum dan sesudah makan, BAB normal Uropoetika : tidak ada keluhan

Transcript of ISI Baruuu

Page 1: ISI Baruuu

1

I. LAPORAN KASUS

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. Supariati

Alamat : Ndangkel – Ngluwar

Umur : 63 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh tani

Tangal Pemeriksaan : 21 April

No. RM : -

b. Anamnesis

KU : Nyeri perut dan mual

RPS :

Nyeri sejak 2 hari lalu dan disertai mual. Nyeri dirasa

sebelum makan dan setelah makan. Pasien juga merasakan sering lelah dan

mengantuk. Pasien juga mengeluh sakit gigi, sakit leher yang baru

diperiksakan ke dokter. Keadaan ini sangat mengganggu aktivitas pasien.

Anamnesis Sistem :

Cerebrospinal : Pusing (+), demam (-)

Kardiovaskuler : tidak ada keluhan

Respirasi : tidak ada keluhan

Digestive : mual (+), muntah (-), nyeri sebelum dan

sesudah makan, BAB normal

Uropoetika : tidak ada keluhan

Integumentum : dalam batas normal

Muskuloskeletal : pegal-pegal nyeri tengkuk dan punggung

atas

RPD :

- Pasien pernah mengalami sakit serupa dan sudah diobati namun sering

kambuh lagi

- Pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit paru-paru dan menurut

pasien sudah pulih

Page 2: ISI Baruuu

2

- HPT (-) , DM (-)

RPK :

- Keluarga pasien maupun kerabat dekat tidak ada yang mengalami hal

serupa

Kebiasaan dan lingkungan :

- Pasien mengaku bahwa lingkungan sekitarnya kotor dan tetangga

terdekatnya ada yang memelihara kerbau

- Sebelum sakit, pasien sering makan makanan yang pedas

- Pasien makan saat lapar dan bisa sampai 5x dalam sehari dan tidak

teratur

- Pasien tidak merokok apalagi minum alkohol

c. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik, kesadaran Compos Mentis

Vital Sign :

TD : 140/80

Nadi : 82x/menit

Respirasi : 17x/menit

Suhu : 36,4 °C

Kepala : konjungtiva anemis (-), Lidah berwarna putih pucat

Leher : JVP +2

Thorax : (pasien menolak untuk membuka pakaian)

Abdomen :

- Inspeksi :Tidak ada bekas operasi, kemerahan, edem. Dada dan

perut rata

- Auskultasi : Arteri normal, peristaltic usus sangat terdengar sebanyak

17x dalam 1 menit

- Perkusi : suara tymphany di semua region

- Palpasi : nyeri tekan (-), Nyeri lepas tekan (-), Palpasi hepar tidak

teraba, Palpasi Lien tidak teraba.

Ekstremitas : t.a.k.

Pemeriksaan Khusus : tidak dilakukan

Page 3: ISI Baruuu

3

d. Pemeriksaan Penunjang

Rencana :

- Uji nafas (curiga H. Pylori)

- Endoskopi untuk Gastritis

- Cek Gula darah (sering ngantuk atau poli dipsi curiga terdapat DM)

e. Diagnosis Banding

- Ulkus Peptikum

- Ulkus Gaster

- GERD

f. Diagnosis Kerja

Gastritis

g. Terapi

- Untuk first line memakai rantitidine dan antaside

- Anti nyeri memakai obat analgetik yang non-NSAID

- Sebagai profilaksis menggunakan antibiotic spectrum luas terutama

jika ditemukan bakteri H. Pylori pada pemeriksaan penunjang.

h. Rencana tindakan

- Melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang yang sudah kami

cantumkan diatas

- Memberikan pengobatan yang kami cantumkan di atas

- Memberikan edukasi berupa menjaga pola makan yang aman bagi

saluran pencernaan

i. Edukasi

- Perbaiki pola hidup seperti : memperbaiki pola makan, menghindari

factor resiko,dan tetap menjaga diri untuk hidup bersih

- Hindari stressor pemicu penyakit, jika kemungkinan gastritis yang

psikosomatik.

- Istirahat yang cukup

II. PEMBAHASAN

a. Interpretasi Hasil Anamnesis

Page 4: ISI Baruuu

4

Keluhan Utama

Keluhan utama yang diderita oleh pasien adalah nyeri perut. Nyeri

perut itu sendiri bisa mengarah pada banyak diagnosis tergantung dari

letak, sifat dan onset nyeri itu sendiri.

Banyak sekali penderita yang mengeluh sakit perut. Rasa sakit

perut banyak macamnya. Walaupun demikian perlu ditanyakan timbulnya

rasa nyeri di perut apakah ada hubungannya dengan makanan, apakah

timbulnya terus menerus, adakah penjalaran ke lain tempat, nyeri seperti

diperas peras, merasa sakit perut sewaktu atau setelah buang air besar,

waktu buang air kecil dan masih banyak macamnya.

Nyeri Epigastrium

Rasa nyeri di perut bagian atas dapat disebabkan oleh kelainan

organ dalam rongga perut dan organ dalam rongga dada. Organ di dalam

perut yang sering memberikan keluhan nyeri perut atas, antara lain saluran

makan. Sedangkan organ dalam rongga dada yang sering memberikan

nyeri perut bagian atas adalah esophagus dan jantung.

1. Esofagus

Bila keluhan nyeri disebabkan oleh kelainan dari esophagus

biasanya tempat nyeri di substernal. Kelainan di esophagus di

bagian atas akan menyebabkan rasa nyeri di daerah tengkuk,

sedangkan kelainan pada esophagus sepertiga bawah, tempat nyeri

biasanya di sekitar proccesus xyphoideus. Bila timbul rangsangan

yang berat maka timbul penjalaran ke punggung.

2. Lambung dan Duodenum

Timbulnya nyeri yang berhubungan dengan makanan dan

berpusat di garis tengah epigastrium disebabkan oleh kelainan

lambung dan duodenum. Bila tempat nyeri di hipokondrium kanan

biasanya disebabkan oleh kelainan bulbus duodeni atau diantrum

lambung.

Page 5: ISI Baruuu

5

Beberapa kelainan di lambung yang dapat menyebabkan

nyeri epigastrium biasanya penyakit GERD, gastritis akut dan

kronis, tukak di lambung dan kanker lambung.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasakan nyeri perut saat sebelum dan setelah makan, hal

ini menunjukan bahwa nyeri perut yang dialami berhubungan erat dengan

faktor makan dan penyakit yang mengakibatkan hal ini kemungkinan

besar kelainan terjadi pada lambung misalnya gastritis atau ulkus gaster

(Sujono, 2002).

Rasa nyeri pada tengkuk leher bisa mengarah kepada beberapa

kemungkinan, misalnya dari segi pekerjaan dan keadaan hipertensi yang

dialami pasien.

Pekerjaan buruh tani biasanya membuat pasien untuk

membungkuk dan melihat ke bawah (yang tentu saja mebuat kepala

melakukan fleksi). Hal ini menyebabkan tumpuan untuk menahan kepala

ada di tengkuk leher khususnya otot trapezium, lama kelamaan, otot ini

akan mengalami pegal (rasa nyeri tipe lambat).

Selain itu, saat panen tiba, biasanya buruh tani juga harus

mengankut hasil panennya dengan cara dipanggul yang akan membebani

punggung, leher dan kepala bagian belakang.

Anamnesis System

1. Cerebrospinal

Pasien tidak menderita demam, kemungkinan tidak ada infeksi

sistemik maupun reaksi peradangan yang berat.

Pasien mengalami pusing dan mudah mengantuk ( yang

kemungkinan lelah), kemungkinan bisa terdapat anemia, defisiensi zat

besi, defisiensi B12 atau bisa juga pasien terkena gejala Diabetes

Melitus ( Polidipsy, Poliphagi, Poliuri ).

2. Kardiovaskuler

Page 6: ISI Baruuu

6

Menurut pengakuan pasien tidak ada keluhan pada sistem ini, baik

berdebar – debar maupun sakit dada.

3. Respirasi

Menurut pengakuan pasien tdak ada keluhan pada sistem ini dari

segi sesak nafas.

4. Digestive

Ada mual yang tidak disertai muntah kemungkinan ada rasa tidak

nyaman pada saluran cerna atau terjadi peningkatan asam lambung.

BAB normal, tidak harus mengejan, frekuensi <3x sehari, tidak

cair dan warna feces biasa berarti tidak ada gangguan dari sistem

hepatobillier dan saluran cerna bagian bawah.

5. Uropoetika

Menurut pengakuan pasien tidak ada keluhan pada sistem ini dari

segi warna.

6. Integumentum

Tidak ada keluhan dari pasien mengenai keadaan integumentum.

7. Muskuloskeletal

Pegal-pegal yang dirasakan kemungkinan berhubungan dengan

pekerjaan pasien seperti yang dijelaskan di atas

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengeluhkan pernah mengidap penyakit serupa namun

hanya diobati seadanya dan sembuh namun masih kambuh-kambuhan.

Pasien pernah dirawat di rumah sakit karena sakit paru – paru dan

menurut pasien sudah sembuh.

Menurut pengakuannya, pasien tidak mempunyai riwayat

hipertensi dan DM

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga dan kerabat pasien yang terdekat tidak ada yang

mengalami penyakit yang sama. Hal ini menunjukan penyakit yang

Page 7: ISI Baruuu

7

diderita pasien bukan karena factor metabolic-kongenital maupun

herediter, dan bukan merupakan penyakit yang ditularkan oelh anggota

keluarga.

Lingkungan dan Kebiasaan

Lingkungan pasien yang kotor bisa menjadi factor resiko pasien

terkena invasi kuman.

Kebiasaan makan pasien yang suka pedas bisa menjadi bahan

iritatif pada saluran cerna yang lama-kelamaan akan menyebabkan

kerusakan pada mukosa saluran cerna.

b. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Masih baik, responsive (kesadaran compos mentis)

Tanda Vital

Tekanan darah pasien 140/80 mmHg air raksa yang masuk ke

dalam kategori hipertensi grade I (.

Nadi, suhu dan respirasi masih dalam batas normal. Sehingga tidak

menunjukkan adanya tanda-tanda terkena infeksi.

Kepala

Tidak terdapat tanda anemis namun lidah pucat.

Leher

JVP masih dalam batas normal tidak ada kelainan kardiovaskuler.

Abdomen

1. Inspeksi :

- Tidak ditemukan adanya bekas operasi, berarti kemungkinan tidak

ada penyakit yang disebabkan pasca operasi.

- Tidak ditemukan adanya kemerahan dan oedem, berarti tidak ada

inflamasi dari luar dan tidak ada keterkaitan dengan trauma yang

disebabkan benda tumpul.

Page 8: ISI Baruuu

8

- Tinggi dada dan tinggi perut sejajar, berarti tidak ada kelainan pada

morfologi paru-paru maupun ascites.

2. Auskultasi :

- Aorta abdominalis, arteri renalin dan arteri iliaca tidak terdengar

adanya bruit.

- Peristaltic usus normal, berarti tidak ada gangguan pada saluran

pencernaan bagian bawah.

3. Perkusi

- Perkusi area abdomen timpani, berarti tidak ada kecurigaan yang

mengarah ke ascites.

4. Palpasi

- Tidak terdapat nyeri tekan disemua regio abdomen

- Tidak terdapat nyeri tekan lepas di semua region abdomen. Nyeri

tekan lepas itu sendiri biasanya terdapat pada apendisitis,

peritonitis, maupun perforasi dari organ saluran cerna. Berarti kita

masih bisa mengarahkan diagnosis pada kelainan lambung.

- Pada palpasi atau perabaan tidak teraba hepar ataupun lien, berarti

tidak terdapat perbesaran pada kedua organ ini.

c. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tes uji napas. Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah kecurigaan

gastritis ini disebabkan karena infeksi H. phylori atau karena penyebab

yang lainnya. Jika terdapat infeksi H. phylori, maka tes uji napas ini

akan menunjukkan napas yang berbau urea.

Endoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat morfologi lapisan

mukosa dari esophagus sampai duodenum. Jika pasien ini mengalami

penyakit gastritis, maka pada endoskopi ini akan menunjukkan hasil

berupa inflamasi pada lapisan mukosa (Yamada, 2003).

Cek gula darah. Pada pasien didapatkan keluhan berupa sering

mengantuk dan cepat lelah. Gejala ini kemungkinan mengaah pada

Page 9: ISI Baruuu

9

DM, oleh karena itu kita menyarankan untuk melakukan tes gula darah

sewaktu.

d. Alasan Diagnosis Banding dan Diagnosis Akhir

Dari anamnesis di atas ada beberapa diagnosis banding kami mengarah ke

GERD, ulkus gastric, ulkus duodeni, dan gastritis.

Keluhan utama pasien adalah nyeri epigastrium, dan setelah kami

melakukan anamnesis lebih lanjut, ditemukan pula adanya keluhan mual,

setelah itu kami bedakan nyeri dan mual ini berdasarkan onset waktu makan.

Jika nyeri dan mual ini timbul setelah makan, maka kami arahkan diagnosis

pada GERD dan ulkus gastric. Namun pada GERD khas terdapat heart burn

atau perasaan terbaar pada dada yang disebabkan oleh refluk hasil cerna dan

gastric juice dari lambung ke esophagus, selain itu terdapat disfagia atau rasa

tidak nyaman saat menelan dan rasa pahit di lidah (Sujono, 2002).

Page 10: ISI Baruuu

10

Jika nyeri dan mual ini timbul sebelum makan maka kami mngarahkan

diagnosis pada ulkus duodeni. Pada penyakit ulkus duodeni, biasanya pasien

mengeluhkan nyeri yang tak terlokalisas dan menjalar hingga ke punggung.

Selain itu, keluhan penyakit ini iasanya membaik jika diberi makan atau

minum antasida. Pada referensi buku yang kami temukan, ulkus duodeni juga

mempunyai nyeri khas pada malam hari yang nanti akan bersifat intermiten

dan eksaserbasi (yang juga bisa disebabkan karena ulkus gastric) yang lama

kelamaan akan menyebabkan melena dan hematemesis.

Yang terakhir, jika keluhan ini terjadi sebelum dan setelah makan maka

diagnosis kami leih mengarah pada gastritis. Penyakit gastritis ini juga disertai

dengan keluhan-keluhan berupa anoreksia, dan bersendawa. Gastritis ini

biasanya disebabkan karena beberapa factor pencetus seperti, riwayat

pengobatan NSAID, stressor, makanan dan minuman yang bersifat iritatif

bagi lambung, dan infeksi H. phylori.

Dapat kami simpulkan diagnosis kerja kami lebih mengarah pada gastritis,

yang kemungkinan disebabkan karena stressor, pola makan, dan makanan

yang bersifat iritatif bagi lambung.

e. Alasan dan Tujuan Pemilihan Terapi

Sebelum diagnosis akhir ditegakkan dengan pemeriksaan Gold Standar,

kami akan mengusulkan terapi awal berupa :

1. Antasida, digunakan untuk menetralkan asam lambung sehingga

mengurangi iritasi asam lambung terhadap mukosa.

2. Ranitidine, ranitidine merupakan obat penghambat reseptor H2,yang

nantinya akan menghamat pengeluaran HCl.

3. Edukasi untuk menghindari stressor dan menjaga pola makan, serta

menghindari makanan yang dapat memperburuk keadaan, misalnya

makanan yang pedas dan asam.

Setelah diagnosis gastritis ditegakkan, maka berdasarkan literature kami

akan melakukan terapi berupa :

Page 11: ISI Baruuu

11

III. TINJAUAN EVIDENCE BASED MEDICINE

1. Terapi untuk gastritis

Judul :

Troxipide in the Management of Gastritis: A Randomized

Comparative Trial in General Practice

Tahun : 2010

Penulis : B. Dewan dan A. Balasubramanian

Hindawi Publishing Corporation

Resume :

Latar Belakang

Kelainan gastrointestinal seperti gastritis merupakan

penyakit dengan nilai prevalensi yang tinggi pada populasi di Asia

dengan pasien yang kebanyakan pasien tersebut memeriksakan diri

kepada tenaga medis setelah penyakit ini menimbulkan gejala yang

muncul lebih sering dan lebih parah.

Agent anti-sekret Gastrik seperti histamine-2-receptor

antagonist, PPI dan agen sitoprotektif seperti antacid dan sukralfat,

telah sukses selama bertahun-tahun dalam pengobatan kelainan

pada gastrointestinal seperti gastritis.

Sekarang ini, kinerja dari agen sitoprotektif untuk

memperkuat jaringan mukosa sebagai pertahanan menjadi sangat

penting. Selain itu, bisa diasumsikan, obat yang bisa diandalkan

adalah obat yang bisa menyeimbangkan faktor agresif atau faktor

yang bersifat menyerang dan faktor defensive atau faktor

pertahanan.

Troxipide adalah sebuah agen sitoprotektif gastric yang

baru, yang bukan hanya dapat menghambat sekresi asam atau

menetralisir asam, akan tetapi terbukti secara klinis juga dapat

menyembuhkan gastritis bahkan ulkus gaster.

Troxipide ini terbukti mampu menginhibisi mediator

inflamasi seperti neutrofil dan stress oksidatif. Dalam penelitian

Page 12: ISI Baruuu

12

lebih lanjut, Troxipide ini juga dapat meningkatkan sekresi dari

prostaglandin. Hampir 60% penderita Ulkus Gaster dapat sembuh

total kurang dari 8 minggu setelah mengkonsumsi Troxipide

300mg/hari.

Walaupun data preklinik menunjukan bahwa Troxipide

mempunyai tingat efikasi yang tinggi, namun masih ada data yang

kurang memenuhi mengenai perbandingan efikasi dari Troxipide

dengan obat penekan asam seperti Pamotidine dan Ranitidine.

Tujuan

Jurnal tipe clinical study ini bertujuan untuk

membandingkan efikasi relative dari agen sitoprotektif, yaitu

Troxipide, dengan suppresan asam, yaitu Ranitidine.

Metodologi

Perbandingan efikasi ini akan didukung dengan pembuktian

melalui Endoskopi

Pasien

Pasien yang diikut sertakan adalah pasien yang berumur 18

– 65 tahun yang direkrut dari 5 rumah sakit di India. Faktor Inklusi

primer yang dipakai adalah keberadaan gastritis yang diperiksa

dengan cara endoskopi oleh Sydney Classification.

Faktor ekslusi yang dipakai adalah adanya perforasi,

stenosis yang diakibatkan Pylori, striktur esophagus, obstruksi usus

dan riwayat penyakit gastrointestinal lain seperti inflamasi Bowel,

sindroma malabsorbsi dan keganasan GI.

Study Design

Setelah melakukan inform consent, seluruh pasien harus

melewati pemeriksaan fisik total dan gambaran-gambaran

pemeriksaan lain yang relevan seperti pemeriksaan darah rutin,

Hemoglobin, ELISA untuk bakteri H.Pylori dan Endoskopi

Gastrointestinal bagian atas.

Page 13: ISI Baruuu

13

Semua pasien diacak berdasarkan software computer dan

dikelompokan menjadi kelompok dengan pengobatan Troxipide

dengan dosis 100mg peroral sebanyak 3 kali sehari selama 28 hari

dan kelompok dengan pengobatan Ranitidine dengan dosis 150 mg

peroral 2 kali sehari selama 28 hari.

Assessments

Topografi dan keparahan endoskopi gastritis dikelompokan

berdasarkan Sydney System of Endoscopic Classification. Pada

pemakaian Endoskopi, topografi yang diawasi adalah bagian

antrum, corpus atau keduanya atau Pangantritis.

Keparahannya yang ditemukan pada endoskopi saluran GI

bagian atas dapat dinilai dengan menggunakan skala berikut : 1)

Tidak ada erosi. 2) Ada 1 sampai 3 erosi atau ringan. 3) Ada 4-6

erosi atau sedang. 4) Terdapat lebih dari 6 erosi atau parah.

Penilaian keparahan juga dapat menggunakan VAS atau

visual analog scale dengan skor 0 (Gejala yang ditimbulkan belum

berarti) sampai 100 (keparahan tingkat tinggi). Skor dari VAS ini

menggunakan dasar dari 7 gejala yang ditimbulkan dari Gastritis,

yaitu Nyeri Abdomen, bloating, belching, mual, muntah,

penurunan nafsu makan dan heartburn). Adapun derajat penilaian

VAS ini adalah sebagai berikut : 1) None atau tidak ada, dengan

skor 0. 2) Mild atau ringan, dengan skor 1-30. 3) Moderate atau

sedang, dengan skor 31-60. 4) Severe atau parah, dengan skor 61

sampai 100.

Outcome pengukuran

Ada 2 outcome primer yang diharapkan dari penelitan ini,

yang pertama yaitu proporsi dari pasien yang mendapatkan resolusi

lengkap dari endoskopi gastritis ( penurunan skor menjadi 0

dengan dasar penggunaan skala skor 4 poin ) dan yang kedua

adalah adanya pengurangan gejala.

Page 14: ISI Baruuu

14

Outcome sekunder yang diharapkan adalah proporsi dari

pasien yang memperlihatkan perkembangan dalam endoskopi

gastritis (adanya pengurangan keparahan dengan dasar penggunaan

skala skor 4 poin pada saat minggu ke-4)

Statistical Analysis

Pengukuran sample ini dihuitung berdasarkan asumsi

adanya perbedaan sebanyak 20% dalam control group yang bisa

terdeteksi dengan nilai responder sebanyak 80% dalam test group

dan nilai dropout sebanyak 25%.

Result

144 pasien degan gejala gastritis atau dyspepsia diacak atau

dirandomisasi menjadi 2 grup, yaitu : 1) 72 pasien yang

menggunakan pengobatan Troxipide. 2) 72 pasien yang

menggunakan pengobatan Ranitidine. 2 pasien, masing-masing 1

pasien dari masing-masing grup, keluar dari percobaan setelah

dilakukan evaluasi.

Profil Pasien

Setelah pasien dikelompokan, dilakukan juga pemeriksaan

fisik untuk seluruh pasien dan hasilnya normal. Tetapi walaupun

hasilnya normal, pada pemeriksaan fisik GI ditemukan adanya

8,45% yang abnormal dari seluruh pasien pada kedua grup, atau 12

orang dalam 142 pasien.

Riwayat gastritis atau GERD dilaporkan sebanyak 13,38%

atau 19 orang dari 142 pasien ( 10 orang dari grup pasien yang

menggunakan Troxipide dan 9 orang dari grup pasien yang

menggunakan Ranitidine) dengan terapi NSAID jangka panjang

pada 1 orang pasien dalam grup yang menggunakan Troxipide.

Sebanyak 9,86% atau 14 dari orang dari 142 pasien

menggunakan pengobatan concomitant seperti domperidone,

lactulose dan nisatin.

Penemuan pada Gastroendoscopic

Page 15: ISI Baruuu

15

Dengan penggunaan Endoskopi sebagai alat diagnosis pada

penelitian ini, tanda-tanda gastritis yang hanya terdapat pada

bagian Antrum yaitu sebanyak 34,51% dari seluruh pasien, yang

hanya terdapat pada Corpus yaitu 9,15% dari seluruh pasien,

sedangkan tanda gastritis yang ditemukan pada bagian Antrum dan

Corpus atau Pangastritis yaitu sebanyak 54,93% dari seluruh

pasien.

Pemeriksaan endoskopi ini juga menunjukkan adanya

gastritis yang idiopatik atau belum jelas penyebabnya sebanyak

84,5%, gastritis yang disebabkan karena adanya keterkaitan dengan

H.Pylori sebanyak 7,75%, penggunaan obat-obatan sebesar 4,23%

dan penyebab iritan lain bagi lambung sebanyak 3,25%.

Dari seluruh pasien yang dicrigai adanya keterkaitan

dengan H.Pylori, ternyata hanya 2 pasien saja (dari Grup

pengobatan Troxipide) yang memilii hasil Positif pada

pemeriksaan serologi.

Penyembuhan Total (dilihat dari tanda Endoskopi)

Dari 142 pasien, proporsi yang lebih besar dari pasien yang

menerima Troxipide memperlihatkan penyembuhan total terhadap

erosi mukosa sebesar 88,14% sedangkan Ranitidine menunjukan

penyembuhan sebesar 56,36%. Dari segi kemerahan, Troxipide

menunjukan penyembuhan sebesar 96,77% sedangkan Ranitidine

menunjukkan 78,95%. Dari segi edema, Troxipide menunjukkan

penyembuhan sebesar 93,88% sedangkan Ranitidine sebesar

46,51%.

Penyembuhan Total yang dilihat dari endoskopi lebih

banyak ditemukan pada grup pasien yang menggunakan

pengobatan Troxipide daripada Ranitidine pada pasien yang

menunjukan gejala atau tanda dengan tingkat sedang sampai berat,

yaitu sebesar 85,71% berbanding 41,66% untuk erosi, 71,43%

Page 16: ISI Baruuu

16

berbanding 34,29% untuk kemerahan dan 92% berbanding 41,8%

untuk edema.

Perbaikan (dilihat dari Endoskopi)

Perbaikan gejala ditemukan lebih besar pada pasien yang

menggunakan Troxipide, yaitu perbaikan erosi mukosa sebanyak

98,31% (Ranitidine hanya 78,18%), perbaikan kemerahan

sebanyak 91,04% (Ranitidine hanya 71,43%), dan perbaikan

edema sebanyak 97,6% (Ranitidine hanya 69,77%).

Perbaikan Gejala Klinis

Pada akhir terapi, pasien yang menggunakan Troxipide

menunjukan tingkat pengurangan keparahan gejala yang nilainya

tidak kurang dari 50 poin dalam penghitungan skor VAS semenjak

penghitungan skor VAS pada awal penelitian)

Penyembuhan Gejala Klinis

Pasien yang menggunakan Troxipide lebih banyak

menunjukkan proporsi penyembuhan gejala klinis yang lebih baik

dari pada pasien yang menggunakan Ranitidine.

Kesimpulan

Pada pasien penderita gastritis yang terdiagnosis

menggunakan endoskopi, Troxipide, yang mempunyai daya

perbaikan yang superior, penyembuhan dari tanda maupun gejala

klinis yang ditimbulkan, dapat digunakan sebagai alternative untuk

pengganti obat yang biasa digunakan sebagai anti-secretory agent.

Page 17: ISI Baruuu

17

(Jurnal di bawah ini hanya sebagai tambahan untuk mendukung

pembahasan)

2. Penggunaan Pemeriksaan Breath-test atau uji napas.

Judul :

ABC of the upper gastrointestinal tract : Epidemiology and

Diagnosis of Helicobacter pylori infection.

Tahun : 2001

Penulis : Robert PH. Logan dan Marjorie M Walker

British Medical Journal

Clinical Review :

Non-invasive test

Urea breath test

Deteksi H. Pylori yang non invasive dengan uji nafas G-

urea, didasarkan pada prinsip dasar bahwa senyawa dari urea yang

di namakan carbon-13 akan dihidrolisis secara terus-menerus oleh

enzim urease yang dihasilkan oleh bakteri H.Pylori. Hasil CO2 dari

proses hidrolisis tersebut akan diserap melewati mukosa lambung,

melewati sirkulasi sistemik, dan dikeluarkan sebagai CO2 yang

digunakan saat ekspirasi.

Tes Uji nafas ini bisa mendeteksi infeski yang sedang

terjadi dan tidak bersifat radioaktif. Tes ini dapat digunakan

sebagai tes skrining untuk menunjukan adanya H.Pylori, yang

dapat berperan dalam perncanaan eradikasi , dan juga pendeteksi

infeksi pada anak.

3. Efek penggunaan PPI pada gastritis

Judul : Proton Pump Inhibitor and Gastritis

Tahun : 2007

Penulis : Masayuki Suzuki, Hidekazu Suzuki, Toshifumi Hibi

Serial Review :

Page 18: ISI Baruuu

18

Proton Pump Inhibitor adalah bahan yang secara kuat dapat

menginhibisi H+ atau K+ - ATPase pada sel parietal lambung yang

menyebabkan supressi pada sekresi asam.

Namun, efikasi dan keamanan dari penggunaan PPI ini

belum dapat di simpulkan, sehingga kita harus selalu

memperhatikan efek tambahan dan efek samping dari pemakaian

PPI ini.

Misalnya pada gastritis yang disebabkan H.Pylori, terapi

PPI yang berkepanjangan dapat menyebabkan corpus-predominant

gastritis yang seringkali menjadi latar belakang terjadinya kanker

lambung.