Tugas Mankot 2 Oke Baruuu
Transcript of Tugas Mankot 2 Oke Baruuu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koridor Jalan Rajawali terletak di Surabaya bagian utara. Koridor ini telah
ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota
Surabaya. Koridor Jalan Rajawali merupakan kawasan yang sangat menurun
kualitas fisik dan lingkungannya namun belum mendapat perhatian dan
penanganan yang khusus.
Kondisi ruang kota di koridor ini tidak terintegrasi bentuk dan penempatan
massa bangunannya. Masing-masing elemen kota tidak mempunyai
kesinambungan, apalagi keselarasan, sehingga berdiri sendiri tanpa hubungan
diantaranya. Di dalam kawasan ini terdapat bangunan yang telah masuk dalam
daftar bangunan yang harus dikonservasi. Namun ada pula yang belum memiliki
surat keterangan bangunan yang harus dikonservasi. Beberapa bangunan yang ada
di koridor Jalan Rajawali telah mengalami perubahan baik dalam hal bentuk maupun
fungsinya. Sedangkan untuk kondisi bangunannya, masih ada beberapa yang
tampak tidak terawat.
Pada koridor Jalan Rajawali terdapat bermacam-macam fungsi bangunan,
diantaranya yaitu perdagangan dan jasa serta perkantoran. Untuk bangunan
perkantoran yang ada di koridor tersebut pada umumnya masih mempertahankan
bentuk bangunan sebagaimana aslinya, sedangkan beberapa bangunan
perdagangan dan telah menggalami perubahan dalam hal bentuk bangunan. Selain
itu, bangunan pada koridor Jalan Rajawali ini pada umumnya memiliki pola persil
dan sirkulasi yang tertata (dibentuk pada masa kolonial Belanda).
Kondisi kebutuhan masa kini mendesak keberadaan produk rancang bangun
masa lalu yaitu berupa perubahan bangunan di lingkungan Bangunan Cagar Budaya
berikut perubahan fungsinya. Upaya pengembangan kawasan sesuai kebutuhan
masa kini harus dilakukan untuk dapat meningkatkan vitalitas dan kualitas fisik
kawasan melalui proses revitalisasi. Secara bersamaan diperlukan pula upaya
mempertahankan keberadaan Cagar Budaya pada kawasan melalui konservasi
kawasan. Untuk itu diperlukan pendekatan pengembangan kawasan yang dapat
mengakomodasi kedua upaya tersebut agar dapat terjadi keharmonisan dan
keselarasan pada kawasan.
Pendekatan pengembangan yang dapat dilakukan untuk koridor Jalan Rajawali
ini adalah revitalisasi dengan pendekatan konservasi, yaitu mengakomodasi
perubahan dengan sikap yang ‘sensitif’ dan ‘pantas’, khususnya dalam
mempreservasi Bangunan Cagar Budaya di koridor Jalan Rajawali yang termasuk
salah satu bagian dari kawasan kota tua. Diharapkan revitalisasi koridor jalan
Rajawali ini akan menguntungkan secara ekonomis bagi banyak pihak, namun tidak
merusak nilai sejarah dan budaya yang telah terkandung di dalamnya. Revitalisasi
koridor ini memperkuat ciri khas kawasan dan menciptakan harmoni antara
bangunan lama dan baru sehingga terjadi keselarasan kontekstual. Fungsi-fungsi
baru yang dimasukkan akan diintegrasikan kedalam komposisi massa bangunan
dan tata ruang kota yang berlaku.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penulisan ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran kondisi koridor Jalan Rajawali Surabaya?
2. Apa isu strategis koridor Jalan Rajawali Surabaya?
3. Apa strategi dan konsep untuk mengatasi permasalahan di Kawasan
Pergudangan Kalimas Surabaya Utara?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran kondisi Koridor Jalan Rajawali.
2. Mengidentifikasi isu strategis pada Koridor Jalan Rajawali.
3. Merumuskan strategi revitalisasi dengan pendekatan konservasi untuk
mengatasi permasalahan di Koridor Jalan Rajawali.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penilisan ini adalah sebagai berikut :
1. Penulisan kajian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan masyarakat
tentang penataan kota dengan menggunakan strategi revitalisasi dan
konservasi dengan upaya untuk memperkuat ciri khas kawasan dan
menciptakan harmoni antara bangunan lama dan baru.
Cagar Budaya Koridor Jl. Rajawali
Isu StrategisPenurunan Kualitas Kawasan Cagar Budaya Koridor Jl. Rajawali
Faktor InternalSosialFisik
AksesbilitasEkonomi : kemonotoan dan
kejenuhan kegiatan ekonomi
Rencana Strategis
Revitalisasi Koridor Jl Rajawali sebagai wisata Kota Lama
Faktor InternalKebijakan
Persepsi Publik
Kesimpulan dan Rekomendasi
2. Merumuskan penanganan atas persoalan – persoalan yang ada dan upaya –
upaya penanganan pelestarian kawasan yang dapat dilakukan.
1.5 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir Revitalisasi Koridor Jl. Rajawali Sebagai Wisata Kota Lama
BAB II
GAMBARAN UMUM KASUS
2.1 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
2.1 Gambaran umum studi
Pusat suatu kota merupakan sebuah lingkungan buatan yang sangat berharga,
karena di tempat tersebut adalah bagian tertua dari kota dengan sejarah panjang
ratusan tahun yang lalu. Sebagai sebuah kota yang memiliki sejarah panjang, Kota
Surabaya juga memiliki suatu pusat kota lama yang dikenal juga dengan nama Kota
Bawah (beneden stud) yang telah berkembang sejak sekitar abad ke-17 yang
lokasinya berada di sekitar kawasan Jalan Kembang Jepun, Ampel, dan Jalan
Rajawali/Veteran. Dan pada pembahasan kali ini pusat kota lama yang menjadi
sorotan utama adalah sepanjang koridor jalan Rajawali. Disepanjang koridor jalan
rajawali merupakan kawasan perdagangan jasa dan banyak ditemukan bangunan
cagar budaya. Secara administrative Jalan Rajawali terletak di Surabaya Utara,
tepatnya di Kelurahan Krembangan Utara, berikut adalah batasan administrative
wilayah studi :
Utara : Jalan Pesapean Selatan
Selatan : Jalan Krembangan Makam
Timur : Jalan Kembang Jepun
Barat : Jalan Indrapura
Kawasan Permukiman orang Eropa
Pusat Perdagangan Utama
Perdagangan, Jasa dan Perkantoran
Pusat Bongkar Muat Barang
Th 1743 - 1808
Th 1808 - 1870
Th 1870 - 1945
Th 1945 – saat ini
Gambar 3.1
Lokasi Koridor Jalan Rajawali
2.2 Sejarah Koridor Jalan Rajawali
Sejarah panjang di koridor Jl. Rajawali ini terbukti dengan kehadiran berbagai
bangunan-bangunan yang didirikan pada periode yang berbeda, yaitu mulai tahun
1870-an sampai dengan tahun 1945-an dengan jenis bangunan arsitektur yang
beragam. Dimana sejarah penggunaan lahan pada jl. Rajawali yaitu dimulai
dengan :
A. Periode tahun 1743-1808 Tahun 1743-1808 adalah periode Kota Surabaya
jatuh ke tangan VOC. Pada periode ini pusat Kota Surabaya sudah terbentuk di
sekitar Jembatan Merah. Pada priode ini Jalan Rajawali berkembang menjadi
permukiman orang Eropa di Surabaya. Saat itu dibangun sebuah rumah sakit militer
yang besar pada tahun 1790, yang pada kondisi eksisting pada tahun 2010
bangunannya sudah tidak ada karena digantikan oleh bangunan baru.
Perkembangan sebagai pusat perdagangan dan jasa belum terlalu nampak pada
periode ini.
B. Periode tahun 1808-1870
Pada tahun 1808 Kota Surabaya diserahkan VOC kepada Pemerintah Kolonial
Belanda. Surabaya berubah menjadi kota dagang sekaligus menjadi kota benteng,
dengan dibangunnya benteng pertahanan di sekeliling kota. Pusatnya tetap berada
di sekitar Jembatan Merah. Jalan Rajawali menjadi suatu perkampungan orang
Eropa yang memiliki fasilitas lengkap, dimana pada ujung sebelah timurnya
dibangun Kantor Residen atau dikenal juga dengan city hall, yang merupakan one
stop service bagi segala kebutuhan warga kota. Pada saat ini Jalan Rajawali belum
tampak sebagai kawasan perdagangan dan jasa, karena masih diperuntukan
sebagai perkampungan orang Eropa oleh Pemerintah Belanda
C. Periode tahun 1870-1940
Pada tanggal 19 April 1871, benteng yang mengitari Kota Surabaya mulai
diruntuhkan. Kawasan Jembatan Merah sebagai pusat kota berkembang pesat. Pada
periode ini Jalan Rajawali tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan yang terletak di
pusat kota pada waktu itu. Perkembangan sebagai pusat perdagangan dan ini
terlihat dari terdapatnya beberapa gedung penting yang dibangun sekitar tahun
1900 seperti gedung Geo Wahry dan CO yang merupakan perusahaan dagang yang
dibangun pada tahun 1913, Gedung Perusahaan perdagangan Inggris bernama
Bridgestone (terkenal dengan sebutan Gedung Cerutu) yang dibangun pada tahun
1916, Gedung Dunlop (sekarang bangunan kantor PT. Pantja Niaga) yang juga
merupakan perusahaan dagang dibangun sekitar tahun 1900 dan gedung sindikat
(kongsi dagang) gula NIVAS (sekarang bangunan kantor PTPN Korwil II/ VII-XIII) yang
selesai di renovasi oleh C.Citroen pada tahun 1926.
Suasana sekitar Jembatan Merah
D. Periode setelah merdeka 1945
Pada masa pemerintah Belanda bernama Hereenstraat, setelah kemerdekaan
Indonesia diganti menjadi Jalan Rajawali. Setelah masa kemerdekaan, pusat
pemerintah Surabaya dipindahkan ke selatan Kawasan Jembatan Merah. Secara
umum penggunaan lahan di Jalan Rajawali pasca kemerdekaan Indonesia masih
sama seperti periode sebelumnya, yaitu perdagangan dan jasa, bahkan sampai
tahun 2010 ada beberapa bangunan yang mempertahankan keaslian bentuknya
walaupun beberapa bangunan lainnya mengalami perubahan dan penghancuran
seperti bangunan bekas rumah sakit militer di Jalan Rajawali No. 25-27 dan sebuah
gudang dan kantor di Jalan Rajawali No.64, sehingga kesan kolonialnya sudah
mengalami penurunan.
Kantor Sindikat/Asosiasi Gula NIVAS yang saat ini menjadi kantor PTPN VII-XIII / Korwil II.Bekas
Pada saat yang sama, Kota Bawah termasuk di dalamnya koridor jl. Rajawali
menjadi tempat konflik antara bangunan bersejarah dengan pembangunan
bangunan baru. Ketika terjadi ledakan properti di tahun 1990, pembangunan baru
seperti pertokoan, hotel, dan perkantoran marak dikembangkan di kawasan ini
dengan menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah.
Pembangunan terhenti sejenak dengan terjadinya Property Crash di tahun
1997, namun seiring dengan perturnbuhan ekonomi makro yang semakin membaik,
maka pada tahun 2001 pembangunan baru pada kawasan ini kembali marak.
Sejarah berulang kembali, pembangunan baru dimulai lagi dan melenyapkan
bangunan-bangunan bersejarah. Adanya bangunan-bangunan sejarah pada koridor
Jalan Rajawali dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain: aspek sosial
kemasyarakatan, aspek fisik, aspek infrastruktur pendudkung kegiatan, aspek
asksesbilitas serta aspek ekonomi wilayah. Selain aspek-aspek tersebut juga
diperlukan kebijakan dari pemerintah untuk melindungi bangunan cagar budaya
yang berada di koridor jalan rajawali.
2.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN KASUS
Berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi kawasan cagar budaya di koridor
jalan rajawali, kawasan tersebut memiliki potensi dan masalah, antara lain sebagai
berikut :
A. Sosial Kemasyarakatan
Bangunan cagar budaya yang berada di koridor jalan rajawali sangat berhubungan
dengan karakteristik sosial kemasyarakatan penduduk setempat. Karena dalam
menjaga, melindungi dan melestarikan bangunan cagar budaya diperlukan peran
serta masyarakat dimana keberadaan bangunan cagar budaya tersebut sangat
berhubungan dengan dinamika masyarakat. Masyarakat yang berada di koridor
jalan rajawali sangat mendukung oleh keberadaan bangunan cagar budaya yang
ada. Dengan melihat potensi masyarakat di koridor jalan rajawali yang sangat
mendukung keberadaan bangunan cagar budaya maka koridor tersebut dapat
dikembangkan sebagai kawasan cagar budaya dengan mengikutsertakan
masyarakat dalam menjaga, melindungi dan melestarikan bangunan cagar budaya.
B. Aspek Fisik
Pada koridor jalan rajawali pemanfaatan lahan didominasi oleh fasilitas
perdagangan jasa, misalnya pertokoan, plaza, kantor pemerintahan, kantor
perbankan, dan hotel. karakteristik bangunan cagar budaya maka kawasan ini
dapat dikembangkan sebagai kawasan perdagangan jasa dengan tetap
mempertahankan bangunan cagar budaya yang ada (gambar )
Sepanjang koridor jalan Rajawali dahulu merupakan pusat kota lama dengan
berbagai macam bangunan bersejarah yang merupakan bangunan permanen
peninggalan jaman penjajahan dengan keanekaragaman dari gaya arsitekturnya.
Arsitektur bangunannya bergaya eropa, yang menggunakan pilar-pilar yang tinggi.
Sebagian besar bangunan-bangunan tua di wilayah tersebut sudah dikelola
pemerintah dan swasta. Bangunan-bangunan tersebut sebenarnya dapat menjadi
potensi khusus bagi koridor Jl. Rajawali untuk menjadikan koridor tersebut sebagai
kawasan cagar budaya. Selain potensi berupa bangunan-bangunan bersejarah,
seiring dengan berkembangnya jaman bangunan cagar budaya koridor Jl. Rajawali
mengalami perubahan karakteristik bangunan yang menjadikannya sebagai suatu
permasalahan khusus. Perubahan fungsi bangunan banyak terjadi pada kawasan
ini, yang memprihatinkan adalah perubahan fungsi bangunan yang tidak didukung
dengan adanya pemeliharaan gedung. Sedangkan perubahan karakter kawasan
olonial besar terjadi pada koridor Jalan Rajawali yaitu dengan adanya beberapa
pembangunan baru, seperti Plasa Jembatan Merah (ex. Bangunan gudang), hotel
Ibis, bank BRI dan bank BCA. Sangat disayangkan bahwa pembangunan baru ini
malah merusak karakteristik bangunan – bangunan dengan arsitektur olonial,
seperti bank BRI, BCA dan Plasa Jembatan Merah.
Namun tidak semua pembangunan baru di koridor tersebut merubah karakter yang
ada, salah satu contohnya adalah pembangunan hotel Ibis yang dapat dikatakan
sebagai pembangunan bangunan baru yang harmonis dengan lingkungan lamanya.
Hotel ini dahulunya adalah sebuah kantor perdagangan swasta Belanda, Geo Wehry
& Co. (1913-an) dan bagian belakang bangunan berfungsi sebagai gudang. Tampak
depan gedung lama masih dipertahankan dan tampilan bangunan baru yang serasi
dengan bangunan-bangunan lama di sekitarnya, baik dalam hal skala, warna dan
bahan bangunan, sehingga karakter lingkungan Jalan Rajawali kelihatan tidak
mengalami banyak perubahan.
C. Infrastruktur Pendukung kegiatan
Dengan adanya sarana prasarana yang memadai akan mempermudah masyarakat
untuk melakukan aktivitas seperti halnya pada koridor jalan rajawali memiliki
sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Sarana yang berada di koridor jalan
rajawali meliputi sarana perdagangan jasa, peribadatan, pendidikan, dan
pemerintahan. Sedangkan prasarananya antara lain sudah tersedianya prasarana
listrik, air, sampah, telepon dan drainase. Melihat kondisi sarana dan prasarana
yang sudah mencukupi maka hal ini sangat mendukung bila koridor Jalan Rajawali
akan dikembangkan kawasan cagar budaya. Sarana dan prasarana yang sudah ada
dapat dikembangkan lagi dengan menyesuaikan dengan kawasan cagar budaya
yang akan dikembangkan.
D. Aksesbilitas
Letak koridor jalan rajawali sangat strategis sehingga memudahkan masyarakat
untuk menuju koridor jalan tersebut. Koridor jalan rajawali merupakan jaringan jalan
kolektor sekunder, dengan kondisi jalan cukup baik dan dilengkapi dengan rambu
lalu lintas, lampu penerangan Aspek transportasi sangat penting bagi masyarakat
dalam melakukan aktivitas. Selain itu untuk menjangkau koridor Jl. Rajawali banyak
terdapat kendaraan umum yang melewati koridor tersebut. Keadaan transportasi di
koridor jalan rajawali sudah cukup baik, sehingga bila dikembangkan sebagai
kawasan cagar budaya maka akan mempermudah masyarakat dalam mengakses
kawasan cagar budaya ini.
E. Ekonomi wilayah
Perekonomian pada koridor jalan rajawali sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari
pemanfaatan lahan yang di dominasi oleh kawasan perdagangan jasa. Namun,
walaupun di dominasi oleh perdagangan jasa sebagai pendukung perekonomian
kawasan ini diharapkan tetap memperhatikan kawasan cagar budaya yang sudah
ada.
F. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan upaya untuk melindungi bangunan-
bangunan bersejarah ini dengan menerbitkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya
tahun 1996 dan tahun 1998, yang berisi tentang 163 bangunan dan situs yang
harus dilindungi. Namun, upaya ini belum maksimal untuk melindungi karakter
kawasan ini, karena upaya pelestarian pusaka budaya tidak hanya melindungi satu
atau beberapa bangunan saja, tetapi juga rnempertahankan struktur kota/kawasan
(urban fithrtc), yang meliputi pola penggunaan lahan (fungsi bangunan), langgam
arsitektur, dan aktifitas kehidupan masyarakat yang membentuk karakter suatu
kawasan menjadi berbeda dan unik.
BAB III
KAJIAN INSTRUMENT MANAJEMEN PERKOTAAN
Sebagai salah satu kawasan kota tua, koridor Jalan Rajawali mengalami suatu
proses saat mendapat tekanan yang besar dari adanya pembangunan baru yang
tidak terkendali. Pembangunan baru tersebut secara tidak langsung menyebabkan
adanya penurunan dari kualitas fisik lingkungan yang merembet pada aspek
lainnya. Melihat dan mengingat kondisi dari koridor Jalan Rajawali yang mengalami
penurunan kualitas fisik kawasan yang dikenal sebagai bagian kota lama di
Surabaya, keberadaan koridor Jalan Rajawali membutuhkan adanya usaha untuk
pengembalian kualitasnya. Selain itu mengingat koridor Jalan sebagai kawasan kota
lama, di dalamnya pasti memiliki bangunan-bangunan lama cagar budaya yang
selain memerlukan usaha revitalisasi juga memerlukan pendekatan konservasi.
3.1 Revitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk menata kembali suatu wilayah melalui
peningkatan kualitas fisik dengan tujuan meningkatkan vitalitas sosial, ekonomi,
dan lingkungan fisik wilayah tersebut (Dokumen Pecinan dalam Hesti, 2005).
Pengertian revitalisasi tersebut juga dapat diartikan menghidupkan kembali
suatu kawasan yang sudah mati; meningkatkan kawasan yang mengalami
penurunan kualitas; menyuntikan sesuatu yang baru (aktivitas dan bangunan)
pada suatu kawasan. (Kimpraswil, 2003)
Penurunan kualitas suatu kawasan di perkotaan biasanya terjadi akibat penurunan
kinerja kawasan, sehingga kawasan menjadi mati akibat jarang didatangi oleh
masyarakat, kemudian terjadi penurunan kinerja kualitas fisik kawasan. Sebagian
besar kawasan kota bersejarah atau kota tua mengalami hal ini yaitu penurunan
kualitas fisik dan ekonomi, dan dibawah tekanan pembangunan baru yang tidak
terkendali. Penurunan kinerja kawasan pada koridor jalan rajawali, sebagai berikut :
1. Penurunan fisik terjadi karena factor waktu /usia, cuaca, gempa bumi,
tsunami, polusi asap kendaraan bermotor ataupun akibat mekanisme
perawatan yang buruk.
2. Adanya factor internal dan eksternal kawasan. Faktor internal lebih
disebabkan bangunan tidak mampu lagi mendukung secara teknis/fungsional
kebutuhan yang ada, sedangkan factor eksternal kawasan mengakibatkan
perlunya modikasi ataupun penambahan fungsi yang berkaitan dengan
kinerja bangunan.
3. Pengaruh persepsi public dimana citra bangunan atau kawasan dipengaruhi
oleh nilai dan sikap masyarakat yang mngandung nilai social, budaya,
ekonomi dan politik. Perubahan nilai yang ada di dalam masyarakat dapat
dipastikan akan mmpngaruhi sikap public trhadap pemanfaatan dan
pngelolaan bangunan atau ruaang kota.
4. Aspek kelembagaan yang berkaitan langsung dengan dimensi fungsional dan
fisik. Artinya penurunan kualitas dari suatu kawasan juga dapat disebabkan
karena kebijakan pembangunan dan penerapan kebijakan yang tidak tepat.
5. Degradasi bangunan dan lingkungan umum akibat adanya perubahan pola
distribusi dan konsumsi barang serta perubahan system aksesbilitas dalam
skala yang luas.
6. Finansial mengalami penurunan karena ketidakmampuan bersaing dengan
kawasan lain sehingga menyebabkan terjadinya kemonotonan kegiatan
ekonomi.
Revitalisasi sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain yaitu :
1. Tahapan Intervensi Fisik
Proses revitalisasi erat kaitannya dengan adanya pembentukan citra
kawasan, dimana hal ini pasti tidak dapat dilepas dari kondisi visual dari
kondisi fisik bangunan. Intervensi fisik dilakukan dengan perbaikan dan
peningkatan kualitas fisik bangunan yang memperhatikan konteks
lingkungan, karena isu mengenai lingkungan merupakan hal yang penting
2. Rehabilitasi Ekonomi
Dalam hal ini revitalisasi secara fisik diharapkan pada akhirnya akan
dikembangkan fungsi-fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya
aktivitas ekonomi yang baru
3. Revitalisasi Sosial dan dukungan kelembagaan
Revitalisasi baru dapat dikatakan berhasil jika bukan hanya bersifat
memperbaiki secara fisik tetapi juga harus memberi dampak positif dalam
kehidupan social masyarakat.
Pada revitalisasi kawasan bersejarah seperti koridor Jalan Rajawali, memiliki dua
proses yang perlu dilakukan yaitu rehabilitasi bangunan/kawasan yang bertujuan
untuk memperbaiki kawasan yang mengalami penurunan kualitas fisik dan
preservasi yang betujuan untuk menjaga karakter lingkungan tersebut. Dalam
pelaksanaan revitalisasi tidak dapat dihindari pasti akan melibatkan beberapa pihak
antara lain yaitu : pemerintah, sebagai pihak utama yang menyediakan dan
mengelola ruang public serta pembuat kebijakan. Pengembang, pihak swasta yang
berperan sebagai investor. Komunitas, pihak masyarakat yang memberikan opini
publikdan kepentingan lingkungan setempat.
3.2 Pengertian Konservasi dan Kaitannya Dengan Revitalisasi
Istilah-istilah pelestarian, konservasi, pemugaran, mengandung arti sebagai suatu usaha
untuk mempertahankan bentuk atau keadaan suatu artefak bangunan atau keadaan suatu
artefak bangunan atau lingkungan seperti aslinya tanpa ada perubahan berate. Namun,
demikian istilah dipertahankan atau mempertahankan belum menunjuk secara pasti apa
sebenarnya yang dimaksudkan oleh upaya ini, seberapa luas dan seberapa dalam.
Pelestarian adalah istilah yang digunakan dalam upaya untuk mempertahankan bentuk
bangunan atau lingkungan dengan mengingatkan nilai-nilai tertentu pada masa silam. Kegiatan
yang pada awalnya hanya menekankan pada nilai-nilai artistic warisan budaya, kemudian
berkembang pada penggunaan ekonomis pada tahun 1970-an dan akhirnya menuju kea rah
manajemen lingkungan p[ada tahun 1980-an ( Kain, 1981; 1983, Attoe, 1988 dan Fitch, 1988)
Dengan ditentukannya suatu area menjadi Kawasan Cagar Budaya tidak berarti bahwa
masyarakat yang tinggal pada kawasan dilarang membangun atau mengubah bangunannya.
Hal ini lebih diartikan bahwa bagian dari kota ini mempunyai kualitas lingkungan yang bernilai
tinggi, dan pembangunan yang baru serta perubahan bangunan lama perlu direncanakan dan
dirancang dengan mempertimbangkan niali-nilai yang masih berharga tersebut. Bahkan kualitas
nilai-nilai tersebut harus lebih ditingkatkan dengan merawatnya lebih baik dan
menjadikannyasebagai acuan pembanguna kota sehingga penghuni kota akan lebih nyaman
dan bangga terhadap kotanya.
Rencana konservasi harus bertujuan memastikan hubungan yang sinergis antara
kawasan perkotaan bersejarah dan kota secara keseluruhan. Rencana konservasi harus
menentukan bangunan yang dipertahankan pada kawasan perkotaan bersejarah. Fungsi dan
aktivitas baru dapat disesuaikan dengan karakter dari kota/ kawasan perkotaan historis.
Adaptasi kawasan tersebut dengan kehidupan masa kini memerlukan kehati-hatian dalam
peningkatan fasilitas pelayanan public. Apabila diperlukan membangun bangunan baru atau
adaptasi bangunan eksisting.
Menghidupkan area bersejarah dengan aktivitas masa kini perlu disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat, dengan turut menyertakan potensi lingkungan dan
masyarakat sekitar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat kita lihat bahwa konservasi
kawasan terkait erat dengan usaha revitalisasi suatu Kawasan Cagar Budaya.
BAB IV
ANALISIS KASUS
4. 1 PERUMUSAN ISU STRATEGIS
Dalam menentukan isu strategis pada kawasan cagar budaya di koridor jalan
rajawali maka diperlukan analisa kasus melalui aspek-aspek yang mempengaruhi
keberadaan bangunan cagar budaya. Isu strategis pada kawasan ini yaitu adanya
Penurunan Kualitas Kawasan Cagar Budaya Koridor Jl. Rajawali. Hal ini disebabkan :
1. Beberapa bangunan pada koridor jalan Rajawali mengalami penurunan fisik,
yang dikarenakan factor waktu /usia maupun mekanisme perawatan yang
buruk.
2. Pengaruh perkembangan kota yang mengakibatkan adanya ancaman
modernisasi bangunan di kawasan cagar budaya.
3. Pengaruh persepsi public yang mengikuti modernisasi sehinngga kawasan
cagar budaya (kota lama) semakin ditinggalkan.
4. Lemahnya kebijakan tentang kawasan cagar budaya sehingga kawasan cagar
budaya tidak terpelihara dengan baik.
5. Nilai kawasan kota lama mengalami penurunan karena ketidakmampuan
bersaing dengan kawasan lain sehingga menyebabkan terjadinya
kemonotonan kegiatan ekonomi.
Aspek Kondisi Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weakness)
Sosial kemasyarakatan - Sebagian besar penduduk di
koridor jalan rajawali adalah
penduduk pendatang yang
tidak menetap
- Penduduk pendatang yang
kurang informasi dan
kurang berperan serta
dalam pelestarian
bangunan lama
- Penduduk yang menetap
kurang peduli terhadap
pemeliharaan bangunan
lama
Aspek Fisik - Mayoritas bangunan
memiliki arsitektur eropa
- Berubahnya karakteristik
bangunan lama
- Tidak semua bangunan lama
terawat
- Mayoritas bangunan sudah
mendapatkan SK sebagai
bangunan cagar budaya.
- Mayoritas bangunan
berarsitektur colonial eropa
yang khas berpotensi
sebagai symbol kota lama
- Masih terdapat bangunan
lama yang belum
mendapat SK sebagai
bangunan cagar budaya
- Kurangnya pemeliharaan
dan pengawasan terhadap
bangunan cagar budaya
- Perubahan karakteristik
bangunan lama menjadi
berarsitektur modern
Aspek Infrastruktur
Pendukung kegiatan
- Sudah tersedianya sarana - Sarana dan prasarana yang
dan prasarana
- Penyebarannya merata di
sepanjang koridor
tersedia sudah memadai
Aspek Aksesbilitas - Tersedianya aksesbilitas
yang baik
- Banyaknya kendaraan
umum yang melalui koridor
Jl. Rajawali
- Aksesbilitas yang
memudahkan masyarakat
untuk menjangkau Jl.
Rajawali
- ketidakteraturan
kendaraan umum yang
mengganggu kelancaran
jalan
Aspek Ekonomi Wilayah - menurunnya nilai kawasan
cagar budaya
- Adanya peluang untuk
mengembangkan kawasan
cagara budaya agar bernilai
ekonomi
-
- Kawasan cagar budaya
kurang memberikan
kontribusi ekonomi bagi
masyarakat sekitar dan
pemerintah
Analisa eksternal
Aspek Kondisi Peluang (O) Ancaman (T)
Tren Pariwisata - Perkembangan tren
pariwisata yang
memanfaatkan kawasan
kota lama
- Banyaknya wisatawan
- Pemanfaatan koridor Jl.
Rajawali sebagai kawasan
wisata kota lama
- Wisatawan mancanegara
lebih tertarik dengan wisata
mancanegara yang datang
ke Surabaya
kota lama
Kebijakan pemerintah - Sudah adanya kebijakan
dari pemerintah tentang
pelestarian bangunan
dan/atau Lingkungan Cagar
Budaya
- Peraturan dari pemerintah
yang mendukung adanya
usaha pelestarian
bangunan/lingkungan cagar
budaya
- Masih belum optimalnya
pelaksanaan dari kebijakan
peletarian bangunan cagar
budaya
Lingkungan - Kebutuhan akan lahan
perkotaan yang terus
meningkat seiring
perkembangan jaman
- Perkembangan jaman
mengakibatkan modernisasi
- Adanya modernisasi
terhadap kawasan kota
lama.
- Pemanfaatan lahan di
kawasan kota lama
Jl.Rajawali yang tidak
terkendali
Aspek Ekonomi Wilayah - pertumbuhan pusat
perbelanjaan di Kota
Surabaya yang berkembang
pesat
- adanya alih fungsi lahan
kawasn cagar budaya
menjadi pusat perbelanjaan
oleh investor
Berdasarkan analisa internal dan analisa eksternal dari potensi dan masalah yang ada di koridor Jalan Rajawali, maka
diperlukan analisa SWOT untuk menghasilkan strategi. Berikut adalah analisa SWOT :
EKSTERNAL
PELUANG (O)
Pemanfaatan koridor Jl. Rajawali
sebagai kawasan wisata kota lama
(O1)
Wisatawan mancanegara lebih
tertarik dengan wisata kota lama
(O2)
Peraturan dari pemerintah yang
mendukung adanya usaha
pelestarian bangunan/lingkungan
cagar budaya (O3)
ANCAMAN (T)
Masih belum optimalnya
pelaksanaan dari kebijakan
peletarian bangunan cagar budaya
(T1)
Adanya modernisasi terhadap
kawasan kota lama. (T2)
Pemanfaatan lahan di kawasan
kota lama Jl.Rajawali yang tidak
terkendali (T3)
adanya alih fungsi lahan kawasn
cagar budaya menjadi pusat
perbelanjaan oleh investor (T4)
KEKUATAN (S)
Mayoritas bangunan sudah mendapatkan
STRATEGI S-O
Pengembangan koridor Jl. Rajawali
STRATEGI S-T
Optimalisasi pelaksanaan
SK sebagai bangunan cagar budaya. (S1)
Mayoritas bangunan berarsitektur colonial
eropa yang khas berpotensi sebagai
symbol kota lama (S2)
Sarana dan prasarana yang tersedia
sudah memadai (S3)
Aksesbilitas yang memudahkan
masyarakat untuk menjangkau Jl.
Rajawali (S4)
Adanya peluang untuk mengembangkan
kawasan cagara budaya agar bernilai
ekonomi (S5)
sebagai kawasan pariwisata kota
lama Surabaya (S1,S2,S3,S4,O1,O2)
Pelestarian yang kontinu terhadap
bangunan yang sudah ditetapkan
sebagai bangunan cagar budaya
(S5,O3)
kebijakan tentang cagar budaya
(S1,T1)
Pengendalian pemanfaatan lahan
yang tidak terkendali di kawasan
kota lama (S5,T3)
Pengendalian dan pencegahan
modernisasi terhadap bangunan
cagar budaya (S2,T2,T4)
Penetapan zonasi kawasan kota
lama pada koridor Jl. Rajawali yang
berisi bangunan-bangunan cagar
budaya (S1,S2,T4)
KELEMAHAN (W)
Penduduk pendatang yang kurang
informasi dan kurang berperan serta
dalam pelestarian bangunan lama(W1)
Penduduk yang menetap kurang peduli
terhadap pemeliharaan bangunan lama
(W2)
Masih terdapat bangunan lama yang
belum mendapat SK sebagai bangunan
cagar budaya (W3)
Kurangnya pemeliharaan dan
STRATEGI W-O
Pelibatan peran serta masyarakat
baik secara aktif maupun pasif
dalam pelestarian bangunan cagar
budaya (W1,W2,O3)
Penetapan bangunan yang belum
mendapat SK untuk ditetapkan
sebagai bangunan cagar budaya
(W3,W5,O3)
Penetapan pengaturan bagi
kendaraan umum (W6,O1)
STRATEGI W-T
Pemberian sanksi bagi yang
melanggar kebijakan (W2,T1,T4)
Pemeliharaan dan pelestarian
kawasan cagar budaya
(W1,W4,W5,W7,T2)
pengawasan terhadap bangunan cagar
budaya (W4)
Perubahan karakteristik bangunan lama
menjadi berarsitektur modern (W5)
ketidakteraturan kendaraan umum yang
mengganggu kelancaran jalan (W6)
Kawasan cagar budaya kurang
memberikan kontribusi ekonomi bagi
masyarakat sekitar dan pemerintah (W7)
Peningkatan daya tarik kawasan kota
lama (W7,O1,O2)
ANALISIS SWOT
Bab4
Berdasarkan dari gambaran umum, potensi, masalah dan analisa yang terdapat
pada koridor Jl. Rajawali, tersebut maka Isu Strategis yang dapat diangkat adalah
telah terjadinya perubahan fungsi bangunan dan hilangnya karakteristik kawasan
cagar budaya pada koridor tersebut sehingga membutuhkan usaha revitalisasi
untuk kawasan cagar budaya tersebut. Hal ini dikarenakan keberadaan bangunan-
bangunan peninggalan kolonial tersebut mempunyai arti penting bagi ilmu
pengetahuan, budaya dan peradaban manusia saat ini, bukan hanya sekedar untuk
mempertahankan komponen bersejarah saja tetapi lebih sebagai pengetahuan
masyarakat untuk melihat kesinambungan masa lalu dan masa kini sebagai dasar
pembangunan selanjutnya pada suatu daerah yang diharapkan memberikan
kualitas masyarakat yang lebih baik. Selain itu bangunan cagar budaya mempunyai
arti penting bagi kebudayaan bangsa, khususnya untuk kebanggaan dan
memperkokoh jati diri bangsa. Secara tidak langsung peninggalan bersejarah ini
sangat erat berhubungan dengan dinamika masyarakat sehingga peranan
masyarakat untuk menjaga, melestarikan dan merawat sangat penting.
Selain peran serta masyarakat juga diperlukan Penengakan hukum dalam
perlindungan Benda Cagar Budaya dilakukan secara preventif melalui perizinan,
tindakan penyelamatan atau pelestarian dalam bentuk kegiatan pemeliharaan,
pemugaran atau perbaikan, dokumentasi, inventarisasi dan bimbingan atau
penyuluhan mengenai arti dan manfaat Benda Cagar Budaya dalam kegiatan-
kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan masyarakat dan unsur pemerintah.
Disamping itu tindakan represif diterapkan paksaan pemerintahan, sanksi pidana,
ganti rugi dan sanksi. Mengingat kurangnya perhatian pemerintah Surabaya dan
lemahnya peraturan tentang cagar budaya menyebabkan adanya perubahan fungsi
bangunan dan hilangnya karakteristik kawasan cagar budaya.
No Strategi Program Lokasi Time Line Pelaku Sumber Dana
1 2 3 4 5
1 Pengembangan koridor Jl.
Rajawali sebagai kawasan
pariwisata kota lama Surabaya
1. Perbaikan fisik
bangunan cagar
budaya
Bangunan
cagar budaya
yang
kondisinya
rusak
2. Peningkatan
infrastruktur kawasan
kota lama
Sepanjang
koridor Jl.
Rajawali
3. Peningkatan daya
tarik kawasan kota
lama
Sepanjang
koridor Jl.
Rajawali
4. Pengembangan
dengan modernisasi
yang tidak merusak
struktur asli bangunan
Bangunan di
sepanjang
koridor Jl.
Rajawali
5. Mempromosikan
kawasan wisata kota
lama
Kota Surabaya
6. Pemberian unsure
edukasi pada wisata
kota lama
Sepanjang
koridor Jl.
Rajawali
2 Pelestarian yang kontinu
terhadap bangunan yang
sudah ditetapkan sebagai
bangunan cagar budaya
1. Pemeliharaan dan
melindungi bangunan
cagar budaya
Bangunan
kuno
sepanjang Jl.
Rajawali
2. Pelibatan peran
serta masyarakat baik
secara aktif maupun
pasif
Sekitar koridor
Jl. Rajawali
3 Optimalisasi pelaksanaan
kebijakan tentang cagar
budaya
1. Sosialisasi
kebijakan yang ada
kepada masyarakat
Kelurahan
Krembangan
Utara
2. Pemberian sanksi
bagi yang melanggar
kebijakan
4 Pengendalian pemanfaatan
lahan yang tidak terkendali di
kawasan kota lama
1. Penetapan zonasi
pada kawasan kota
lama
Sepanjang
koridor Jl.
Rajawali
5 Pengendalian dan pencegahan
modernisasi yang destruktif
terhadap bangunan cagar
budaya
1. Pembuatan surat
kontrak kepada
investor yang akan
menggunakan
bangunan kuno
2. Pengawasan dalam
perkembangan
pemanfaatan
Sepanjang
koridor Jl.
Rajawali
bangunan kuno
3. Pencabutan ijin
penggunaan bagi
yang menyalahi
aturan
6 Penetapan bangunan yang
belum mendapat SK untuk
ditetapkan sebagai bangunan
cagar budaya
1. Peninjauan kembali
sejarah dan bentuk
arsitektur bangunan
yang akan diberi SK
Bangunan
sepanjang
koridor Jl.
Rajawali
2.
7 Penetapan pengaturan bagi
kendaraan umum
1. Pembuatan halte
pemberhentian
Beberapa spot
di Jl. Rajawali
2.