Post on 06-Aug-2015
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGELASAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahRekayasa Sistem Produksi (KJ 712)
Dosen:
Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd
Oleh :
Nelly Syarifah
1102640
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum,Wr. Wb.
Saya panjatkan puji serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya.
Dalam bidang manufaktur, istilah pengelasan tidak lagi menjadi suatu yang
asing. Karena sektor manufaktur sangat erat terkait dengan pengelasan sebagai salah
satu tahap assembling. Makalah ini akan membahas mengenai Perkembangan
Pengelasan. Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Sistem Rekayasa Produksi yang diberikan oleh Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd.
Makalah ini dirancang dari hasil study komparatif dan kajian teoritis.
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa ada bantuan, kritik, saran dan juga
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati dan penuh rasa hormat teriring doa dan rasa syukur saya mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah
Sistem Rekayasa Produksi yang telah memberikan pembelajaran, membimbing dan
memberikan pengarahan dalam proses perkuliahan. Saya ucapkan terima kasih kepada
orang tua saya atas dorongan motivasinya serta doa yang senantiasa tercurah selama
penyusunan makalah ini dan kepada rekan-rekan Pendidikan Teknologi Kejuruan
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah membantu dalam penulisan
dan penyusunan makalah ini, terima kasih. Saya telah mencoba menyusun tulisan ini
dengan sungguh-sungguh agar dapat menjadi sebuah penulisan yang baik dan dapat
i
berguna untuk menambah wawasan kita semua. Tetapi jelas bahwa hingga sekarang ini,
saya masih dalam tahap belajar dan oleh sebab itu saya menyambut baik segala saran
dan komentar yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan
penulisan ini.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Bandung, September 2012
Nelly SyarifahNIM.1102640
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 4
2.1 Mesin Bubut................................................................................................ 5
2.2 Bagian-Bagian Mesin Bubut ...................................................................... 12
2.3 Konsep Energi Panas Bumi........................................................................ 13
BAB III PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MESIN BUBUT....................... 20
2.4 Geothermal di Indonesia............................................................................. 20
2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi .................................................... 22
2.6 Potensi Energi Geothermal di Indonesia.................................................... 26
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................... 29
2.1 Kesimpulan................................................................................................. 29
2.2 Rekomendasi............................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi merupakan ilmu yang menggali berbagai ilmu terapan. Teknologi juga
sering dipakai untuk menyebut berbagai jenis peralatan yang mempermudah hidup kita.
Dengan teknologi pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga yang besar, sekarang
bisa dilakukan dengan tenaga kecil. Dengan teknologi pula pekerjaan yang dulunya
membutuhkan waktu lama, sekarang hanya butuh waktu yang sangat singkat. Dalam
Wikipedia (2012), teknologi adalah seluruh sarana untuk menyediakan barang-barang
yang diperlukan bagi kelansungan dan kenyamanan hidup manusia.
Perkembangan zaman yang disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan keterbukaan
yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga sumber daya
manusia harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mampu
mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan. Dengan semakin berkembangnya
teknologi industri saat ini, tidak bisa mengesampingkan pengtingnya penggunaan logam
sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling
sederhana seperti alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi
permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan logam seperti besi cor, baja,
aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa
pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manusia tidak mungkin terjadi.
Dengan kemampuanan akalnya manusia mampu memanfaatkan logam sebagai
alat bantu kehigupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin,
1
bangunan dasn lainya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut
menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan tatau penyambungan. Salah satu
teknologi penyambungan tersebut adaslah dengan pengelasaan. Perkembangan
teknologi dibidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari
pengelasan karena pengelasan sangat mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan
reparasi logam.
Pembangunan konstruksi dengan logam pada masa sekarang ini banyak
melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang bangun karena sambungan las
merupakan salah satu pembuatan sambungan yang secara tekniks memerlukan
keterampilan yang tinggi bagi pengelas agar diperoleh sambungan dengan kualitas baik.
Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena
mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa dan reparasi produksi logam.
Hampir pada setiap pembangunan suatu konstruksi dengan logam melibatkan unsur
pengelasan. (Wiryosumarto dkk; 2000).
Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan
industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam.
Sehingga hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur
pengelasan. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas
meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa
saluran dan lain sebagainya.
Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tigakelompok,
yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan cair adalah suatu
cara pengelasan dimana benda yang akan disambung dipanaskan sampai mencair
2
dengan sumber energy panas. Cara pengelasan yang paling banyak digunakan adalah
pengelasan cair dengan busur (las busur listrik) dan gas. Tidak semua logam memiliki
sifat mampu las yang baik. Bahan yang mempunyai sifat mampu las yang baik
diantaranya adalah baja paduan rendah. Baja ini dapat dilas dengan las busur elektroda
terbungkus, las busur rendam dan las MIG (Metal Inert Gas) atau las logam gas mulia.
Baja paduan rendah biasa digunakan untuk pelat-pelat tipis dan konstruksi umum.
1.2 Pokok permasalahan
Dalam penulisan makalah ini, adapun pokok permasalahan yang akan penulis
paparkan adalah :
1. Pengertian pengelasan
2. Prinsip Kerja pengelasan
3. Bagian-Bagian pengelasan
4. Perkembangan perkembangan pengelasan
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui perkembangan
teknologi saat ini dimana perubahan zaman yang mendorong perubahan ilmu dan
teknologi, khusunya teknologi pengelasaan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar
yaitu :
1) Penyambungan sementara (temporaray joint), yaitu teknik penyambungan logam
yang dapat dilepas kembali
2) Penyambungan tetap (permanent joint) yaitu teknik menyambung logam dengan
cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam
pengisi termasuk galam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasaan.
2.1 Pengertian tentang Las
Las (welding) adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkan melalui pemanasan (riwidharto, 1996:1). Sejalan dengan riwidharto,
Daryanto (2011: 3) mengartikan pengelasan denganreferensi Welding Handbook adalah
proses penyambungan bahan yang menghasilkan peleburan bahan secara pemanasan
pada suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tampa
pemakaian bahan pengisiDefinisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau
logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu dengan cara logam
yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu hinga meleleh, kemudian baru
disambung dengan bantuan perekat ( filler ). Selain itu las juga bisa didefinisikan
sebagai katan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom.
Bedasarkan pelaksanaannya las dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Pengelasan Cair
Dimana logam induk dan bahan tambahan dipanaskan hingga mencair, kemudian
membiarkan keduanya membeku sehingga membentuk sambungan.
2. Pengelasan Tekan
yaitu dimana kedua logam yang disambung, dipanaskan hingga meleleh, lalu
keduanya ditekan hingga menyambung Adapun pengelasan tekan itu sendiri dibagi
menjadi :
a. Pengelasan tempa
3
Merupakan proses pengelasan yang diawali dengan proses pemanasan pada logm
yang diteruskan dengan penempaan (tekan) sehingga terjadi penyambungan
logam. Jenis logam yang cocok pada proses ini adalah baja karbon rendah dan
besi, karena memiliki daerah suhu pengelasan yang besar.
b. Pengelasan tahanan
Proses ini meliputi :
1. Las proyeksi
Merupakan proses pengelasan yang hasil pengelasannya sangat dipengaruhi
oleh distribusi arus dan tekanan yang tepat. Prosesnya yaitu pelat yang akan
disambung dijepit dengan elektroda dari paduan tembaga, kemudian dialiri arus
yang besar.
2. Las titik
Prosesnya hampir sama dengan las proyeksi, yaitu pelat yang akan disambung
dijepit dahulu dengan elektroda dari paduan tembaga, kemudian dialiri arus
listrik yang besar, dan waktunya dapat diatur sesuai dengan ketebalan pelat
yang akan dilas.
3. Las Kampuh
Merupakan proses pengelasan yang menghasilkan sambungan las yang
kontinyu pada dua lembr logam yang tertumpuh. Ada tiga jenis las kampuh,
yaitu las kampuh sudut, las kampuh tumpang sederhana dan las kampuh
penyelesaian.
3. Pematrian
adalah seperti pengelasan cair, akan tetapi bedanya adalah penggunaan bahan
tambahan/ filler yang mempunyai titik leleh dibawah titik leleh logam induk.
Pengelasan fusion dapat dibedakan menjadi :
a. Pengelasan Laser
Merupakan pengelasan yang lambat dan hanya diterapkan pada las yang kecil,
khususnya dalam industri elektronika.
b. Pengelasan Listrik berkas elektron
Pengelasan jenis ini digunakan untuk pengelasan pada logam biasa, logam tahan
api, logam yang mudah teroksidasi dan beberapa jenis paduan super yang tak
mungkin dilas.
Perkembangan Teknologi 4
c. Pengelasan thermit
Merupakan satu-satunya pengelasan yang menggunakan reaksi kimia eksotermis
sebagai sumber panas. Thermit merupakan campuran serbuk Al dan Oksida besi
dengan perbandingan 1 : 3
Las cair dan pematrian termasuk ke dalam las fusion. Salah satu las fusion adalah las
termik. Pada las termik ini, panas yang dihasilkan berasal dari reaksi eksotermis. Las
termik adalah satu-satunya las yang menggunakan reaksi kimia sebagai berikut :
8Al + 3 Fe3O4 →9Fe + 4 AL2 O3
Pada reaksi ini besi yang dihasilkan mencapai suhu /temperatur 2500 C, hingga
ujung benda kerja yang dituangi besi itu akan meleleh dan membentuk sambungan.
Pada las tekan, benda kerja dipanaskan hingga meleleh/ membara. Kemudian ditempa
hingga membentuk sambungan. Hal ini sering dilakukan oleh pandai besi.
Perkembangan Teknologi 5
BAB III
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MESIN BUBUT
3.1 Sejarah Mesin Bubut
Mesin bubut adalah sebuah alat yang telah dikenal dan digunakan sejak Mesir
kuno, yang digunakan di Assyria dan Yunani kuno. Gerakan permulaan sekitar
1300SM, ketika Mesir kuno mengembangkan industri mesin bubut oleh dua orang. Satu
orang mengubah potongan kayu dengan tali sementara yang lain menggunakan alat
tajam untuk memotong bentuk kayu. Roma kuno mengmodifikasi desain yang
digunakan di Mesir Kuno dengan menambahkan busur putaran. Pada pertengahan abad
sebuah pedal menggantikan pengoperasian putaran dengan menggunakan tangan dan
membebasakan kedua tangan pengrajin untuk memegang alat pemutar kayu. Pedal ini
terhubung kesebuah tiang, dan posisi pohon lurus. Saat ini sistem tersebut disebut
“Spring pole”. Spring pole umumnya dipakai diawal abad 20.
Selama revolusi Industri, kekuatan mekanik yang dihasilkan oleh turbin air atau
mesin uap ditransmisikan ke bubut melalui poros, yang memungkinkan pekerjaan lebih
cepat dan mudah. Melatworking Lathe berevolusi menjadi mesin berat dengan tebal,
dan bagian yang lebih kaku. Antara abad 19 dan pertengahan 20an, motor listrik
menggantikan poros sebagai sumber listrik. Dimulai pada tahun 1950, servo yang
diterapkan pada kontrol mesin bubut dan peralatan mesin lainnya melalui kontrol
numerik yang sering digabungkan dengan komputer untuk menghasilkan kontrol
numerik yang terkomputerisasi. Sekarang kontrol secara menual dan CNC dijalankan
dalam industri manufaktur.
20
Roma Kuno meningkatkan desain Mesir dengan menambah
The inception of motion dates to around 1300 BC when the Ancient Empire best
industrial a two-person lathe. One person would transform the conductor run
composition with a circle while the otherwise utilised a cutting way to cut shapes in the
flora. The Ancient Rome. developed the African ornament with the addition of a motion
bow. In the Middle Ages a treadle replaced hand-operated motion, freeing both the
artificer's keeping to stop the woodturning tools. The tone was commonly connected to
a propel, ofttimes a straight-grained sapling. The scheme today is titled the "become
impel" lathe. Spring end lath
During the Industrial Gyration, mechanized nation generated by thing wheels or
clean engines was transmitted to the lathe via destination shafting, allowing faster and
easier line. Metalworking lathes evolved into heavier machines with thicker, statesman
unbending parts. Between the latish 19th and mid-20th centuries, somebody machine
motors at each lathe replaced connector shafting as the country author. Showtime in the
1950s, servosystem were applied to the manipulate of lathes and otherwise tool tools via
numeric essay, which often was joined with computers to give computerized nonverbal
know. Today manually harnessed and CNC lathes coexist in the man.
3.1 Geothermal di Indonesia
Jumlah sumber energi yang berasal dari panas bumi di Indonesia cukup tinggi,
hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang dihimpit oleh 3 lempeng tektonik aktif
bergerak di Indonesia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-
Perkembangan Teknologi 21
Australia. Tumbukan antar tiga lempeng tektonik ini telah memberikan pembentukan
energi panas bumi yang sangat penting di Indonesia.
Gambar 3.1Potensi Geotermal Indonesia
Seperti dijelaskan oleh Rina W (2005) dalam makalahnya “sebanyak 252 lokasi
panas bumi di Indonesia tersebar mengikuti jalur pembentukan gunung api yang
membentang dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, sampai Maluku. Dengan
total potensi sekitar 27 Gwe”.
Dibandingakan dengan negara lainnya, Indonesia jauh lebih unggul. Tabel 3.1 di
bawah menunjukkan MW Geothermal Energi di berbagai negara di seluruh dunia.
(Untuk informasi lebih lanjut tentang tanaman panas bumi lainnya di seluruh dunia
mengunjungi situs ini, Dipilih Geothermal Power Plants (ORMATGreEnergy Power).)
Tabel 3.1
Perkembangan Teknologi 22
Geothermal Energy
Zunil, Guatemala 24 MW
São Miguel, Açores Islands, Portugal 14 MW
Leyte, The Philippines 125 MW
Olkaria, Kenya 100 MW
Nagqu, Tibet, P.R. of China 1.0 MW
Reykjanes Peninsula, Iceland 9.1 MW
Tabel di bawah ini menunjukkan negara-negara yang menggunakan Geothermal
Energi dan jumlah megawatt pembangkit listrik yang mereka hasilkan.
Tabel 3.2
Producing countries in 1999 MegawattsUnited States 2,850Philippines 1,848Italy 768.5Mexico 743Indonesia 589.5Japan 530New Zealand 345Costa Rica 120Iceland 140El Salvador 105Nicaragua 70Kenya 45China 32Turkey 21Russia 11Portugal (Azores) 11Guatemala 5French West Indies (Guadeloupe) 4Taiwan 3Thailand 0.3Zambia 0.2
Menurut WWF Indonesia, dalam sebuah laporan berjudul “ Menyalakan Cincin
Api : Sebiah Visi Membangun Potensi Panas Bumi Indonesia Igniting the Ring of Fire:
A Vision for Developing Indonesia’s Geothermal Power” – sebuah kajian yang
Perkembangan Teknologi 23
mengelaborasi tantangan dan peluang pengembangan energi panas bumi di Indonesia,
dan memberikan peta kemungkinan solusinya.
3.2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama
sepertiPembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas
bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat
dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi
menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik,
untuk penjelasaannya silahkan lihat artikel "Prinsip Dasar Thermodinamika". Apabila
fluida panas-bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap
dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini
dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan
terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang
kemudian dialirkan ke turbin.
Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah diterapkan
di lapangan, diantaranya:
1. Direct Dry Steam
2. Separated Steam
3. Single Flash Steam
4. Double Flash Steam
5. Multi Flash Steam
6.Brine/Freon Binary Cycle Brine/Isobutane Binary Cycle
7. Combined Cycle
Perkembangan Teknologi 24
8. Hybrid/fossil–geothermal conversion system
Secara garis besar, Teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat dibagi
menjadi 3(tiga), pembagian ini didasarkan pada suhu dan tekanan reservoir.
Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi
(geothermal power plants), pembagian ini didasarkan pada suhu dan tekanan
reservoir.Yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini
pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.
Uap Kering (dry steam)
Teknologi ini bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas (>235 derajat
celcius), dan air yang tersedia di reservoir amat sedikit jumlahnya. Seperti terlihat
digambar, cara kerja nya adalah uap dari sumber panas bumi langsung masuk ke turbin
melalui pipa. kemudian turbin akan memutar generator untuk menghasil listrik.
Teknologi ini merupakan teknologi yang tertua yang telah digunakan pada Lardarello,
Italia pada tahun 1904.
Jenis ini adalah cocok untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan gas
yang tinggi.
Contoh jenis ini di Indonesia adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW dan PLTP
Dieng 1 x 200
Perkembangan Teknologi 25
Gambar 2.5.1. Dry Steam Power PlantBilamana uap kering tersedia dalam jumlah lebih besar, dapat dipergunakan
PLTP jenis condensing, dan dipergunakan kondensor dengan kelengkapan nya seperti
menara pendingin dan pompa, Tipe ini adalah sesuai untuk kapasitas lebih besar.
Contoh adalah PLTP Kamojang 1 x 30 MW dan 2 x 55 MW, serta PLTP Drajad 1 x 55
MW.
Flash steam
Teknologi ini bekerja pada suhu diatas 1820C pada reservoir, cara kerjanya
adalah Bilamana lapangan menghasilkan terutama air panas, perlu dipakai suatu
separator yang memisahkan air dan uap dengan menyemprotkan cairan ke dalam tangki
yang bertekanan lebih rendah sehingga cairan tersebut menguap dengan cepat menjadi
uap yang memutar turbin dan generator akan menghasilkan listrik. Air panas yang tidak
menjadi uap akan dikembalikan ke reservoir melalui injection wells.
Contoh ini adalah PLTP Salak dengan 2 x 55 MW.
Gambar 2.5.2. Flash Steam Power Plant
Binary cycle
Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107-1820C.
Cara kerjanya adalah uap panas di alirkan ke salah satu pipa di heat exchanger untuk
menguapkan cairan di pipa lainnya yang disebut pipa kerja. pipa kerja adalah pipa yang
Perkembangan Teknologi 26
langsung terhubung ke turbin, uap ini akan menggerakan turbin yang telah dihubungkan
ke generator. dan hasilnya adalah energi listrik. Cairan di pipa kerja memakai cairan
yang memiliki titik didih yang rendah seperti Iso-butana atau Iso-pentana.
Gambar 2.5.3. Binary Steam Power PlantKeuntungan teknologi binary-cycle adalah dapat dimanfaatkan pada sumber
panas bumi bersuhu rendah. Selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. karena
alasan tersebut teknologi ini diperkirakan akan banyak dipakai dimasa depan.
Sedangkan teknologi 1 dan 2 diatas menghasilkan emisi carbondioksida, nitritoksida
dan sulfur, namun 50x lebih rendah dibanding emisi yang dihasilkan pembangkit
minyak.
3.3 Potensi Energi Geothermal di Indonesia
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia, dengan
setidaknya 29 Giga Watt total potensi panas bumi. Dari jumlah tersebut, baru
dimanfaatkan sekitar 1,2 Giga Watt. Kebijakan Energi Nasional telah menargetkan agar
panas bumi dapat menyokong 5% bauran energi nasional pada 2025, namun hingga saat
ini panas bumi baru berkontribusi 1% dengan perkembangan yang lambat. UU no.20
Tahun 2002 Tentang Ketenaga listrikakan memberikan kesempatan pengembangan
pembangkit tenaga listrik dari sumber energi baru terbarukan setempat diwilayah
kompetisi dan non kompetisi pada
Perkembangan Teknologi 27
Potensi energi panas bumi di Indonesia, (Hasbulloh, 2009) dijelaskan dalam
tabel dibawah ini :
Daerah sumber Energi Panas Bumi Potensi Energi Panas Bumi (MW)Sumatera
JawaSulawese
Nusa TenggaraMaluku
Irian Jaya
9.5625.3311.300200100165
Jumlah Keseluruhannya 16.658
Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya panas bumi
yang terbesar di Indonesia. Potensi panas bumi di Jawa Barat mencapai 5411 MW atau
20% dari total potensi yang dimiliki Indonesia. Sebagian potensi panas bumi tersebut
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, seperti :
PLTP Kamojang didekata Garut, memiliki unit 1,2,3 dengan kapasitas total
140 MW. Potensi yang masih dapat dikembangkan sekitar 60 MW.
PLTP Darajat, 60 Km sebelah tenggara Bandung dengan Kapasitas 55 MW.
PLTP Gunung Salak di Sukabumi, terdiri dari unit 1,2,3,4,5,6 dengan
kapasitas total 330 MW.
PLTP Wayang Windu di Panggalengan dengan Kapasitas 110 MW.
Walaupun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hanya mengolah
sumber panas yang tersimpan di reservoir perut bumi, bukan berarti tidak memerlukan
biaya. Investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong
berteknologi dan berisiko tinggi.
Investasi untuk kapasitas di bawah satu MW, berkisar US$ 3.000-5.000 per
kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas satu MW, diperlukan investasi US$
1.500-2.500 per kW. Karakter produksi dan kualitas produksi akan berbeda dari satu
Perkembangan Teknologi 28
area ke area yang lain. Penurunan produksi yang cepat, merupakan karakter produksi
yang harus ditanggung oleh pengusaha atau pengembang, ditambah kualitas produksi
yang kurang baik, dapat menimbulkan banyak masalah di pembangkit. Misalnya,
kandungan gas yang tinggi mengakibatkan investasi lebih besar.Dalam pembangkitan
listrik, harga jual per kWh yang ditetapkan PLN dinilai terlalu murah sehingga tak
sebanding dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP). Dalam hat ini, PLN tidak bisa disalahkan karena tarif dasar listrik yang
ditetapkan pemerintah masih di bawah harga komersial, yaitu tujuh sen dollar AS per
kWh.
Adapun keuntungan dan kelebihan PLTP adalah sebagai berikut,
Keuntungan:
1. Bebas emisi (binary-cycle).
2. Dapat bekerja setiap hari baik siang dan malam
3. Sumber tidak fluktuatif dibanding dengan energi terbarukan lainnya (angin, Solar cell
dll)
4. Tidak memerlukan bahan bakar
5. Harga yang kompetitive
Kelemahan :
1. Cairan bersifat Korosif
2. Effisiensi agak rendah, namun karena tidak perlu bahan bakar, sehingga effiensi tidak
merupakan faktor yg sangat penting.
3. Untuk teknologi dry steam dan flash masih menghasilkan emisi walau sangat kecil
Perkembangan Teknologi 29
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Energi panas-bumi mempunyai banyak kelebihan dalam hal keramahannya
terhadap lingkungan dibanding energi yang lain. Energi panas-bumi dapat menghasilkan
1. Tenaga listrik langsung di lokasi,
2. Dengan biaya relatif rendah,
3. Tanpa mencemari lapisan udara, air, ataupun menciptakan limbah yang berbahaya.
4. Tidak akan mempengaruhi persediaan air tanah di daerah tersebut karena sisa buangan
air disuntikkan ke bumi dengan kedalaman yang jauh dari lapisan aliran air tanah.
5. Limbah yang dihasilkan juga hanya berupa air sehingga tidak mengotori udara dan
merusak atmosfer.
6. Kebersihan lingkungan sekitar pembangkit pun tetap terjaga karena pengoperasiannya
tidak memerlukan bahan bakar, tidak seperti pembangkit listrik tenaga lain yang
memiliki gas buangan berbahaya akibat pembakaran.
Ungkapan bahwa panas bumi tidak mencemari lingkungan disebabkan sebagian
besar problem yang timbul dapat dikontrol atau dieliminasi, dan pencemaran ini lebih
bersifar lokal. Meskipun demikian gas-gas yang terkandung, antara lain gas hidrogen
sulfida (H2S), perlu mendapat perhatian.
Walau penggunaan energi panas-bumi dampak positifnya lebih menonjol untuk
pembangkitan tenaga listrik, sebenarnya energi panas-bumi juga dapat memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan, seperti: polusi suhu, penurunan permukaan tanah,
29
dan tumpang tindih lahan. Selain itu simpulan yang dapat diambil dari pemaparan
makalah ini adalah
1. Energi panas-bumi potensial untuk mengisi atau bahkan mengganti kebutuhan sumber
energi berbahan bakar fosil untuk pembangkitan tenaga listrik.
2. Potensi energi panas-bumi di pulau Sumatra perlu ditingkatkan pemanfaatannya untuk
pembangkitan tenaga listrik dengan perhitungan kemungkinan penjualan energi listrik
ke negara tetangga terdekat.
3. Dampak terhadap lingkungan relatif sangat kecil atau dapat dikatakan tidak ada. Hal ini
dikarenakan polusi yang timbul dapat dikontrol oleh sistim pemanfaatan energi panas-
bumi yang dipergunakan
4.2 Rekomendasi
Untuk memanfaatkan potensi panas bumi di Indonesia maka beberapa
pertimabangan yang dapat menjadi pertimbangan :
1. Dukung pemerintah untuk mengurangi krisis energi nasional yang
salah satu nya dengan memanfaatkan sumber energi panas bumi
Indonesia
2. Investasi dalam pembangunan kapasitas daerah (provinsi, kabupaten) untuk
pendukung utama energi panas bumi dan dalam pengembangannya.
3. Kedalaman reservior tidak terlalu besar, biasanya tidak lebih dari 300m dibawah
permukaan tanah
4. Faktor yang menjadi pertimbangan lain adalah mempunyai kandungan panas atau
cadangan yang besar sehingga mampu memproduksi uap untuk jangka waktu yang
cukup lama yaitu sekita 25-30tahun
Perkembangan Teknologi 30
DAFTAR PUSTAKA
________. http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_panas_bumi
_________. (2012). Mengembangkan Energi Pasnas Bumi. [Online]. Tersedia:
http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/11021. (September
2012)
Citrosiswoyo Wahyudi.”Tenaga Listrik Panas Bumi”.pdf. ITS:Surabaya.
Kadir abdul.1996.Pembangkit Tenaga Listrik. Universitas Indonesia : Jakarta.
Dunia.Listrik.2009.”pembangkit-listrik-panas-bumi-2”. http://www.dunialistrik.com
Wikipedia.Indonesia.2009.”EnergiPanasBumi”. http://www.wikipediaindonesia.com
Hermawan. (2005) Pengakjian Sumber Energi Alternatif.
________. (2006). Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025.
\Martin Djamin. (2008) Geothermal Energy In Indonesia.
The Need Project. www.NEED.org
Wahyuningsih, Rina. Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi di
Indonesia. Kolokium Hasil Lapangan (2005)
_________(2000). Gothermal Education Office. [Online].
Hasbullah.(2009). Konversi Energi Panas Bumi. (Online)
Perkembangan Teknologi 31