Post on 21-Jan-2016
description
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
Konjungtivitis Bahan Kimia di Lingkungan KerjaCarlson
10.2010.038
F akultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna no. 6
Jakarta 11510
carlson.renovatio@gmail.com
Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera.
Dengan mempelajari topik ini, kita akan semakin mengerti tentang kesehatan dan
keselamatan kerja, bagainama sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang
baik, hukum dan undang-undang yang terkait yang ada di Indonesia, jaminan apa yang
dimiliki para tenaga kerja di Indonesia, dan banyak lainnya. Maka itu penting bagi kita
untuk mengerti lebih dalam mengenai topik ini.
Landasan Teori
IDENTIFIKASI PENYAKIT AKIBAT KERJA
Identifikasi ini mengikuti 7 langkah diagnosis okupasi
Diagnosis Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
1
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
Pemeriksaan tempat kerja
Pajanan yang dialami
Hubungan pajanan dengan penyakit
Pajanan cukup besar
Faktor individu
Faktor lain di luar pekerjaan
Diagnosis okupasi. 1
K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja)
Definisi
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial
seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan
bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau
penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan
seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh
empat faktor yakni:
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami,buatan), kimia (organik/anorganik,
logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya
(ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,
rehabilitasi.
d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
2
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar kesehatan pada sektor industri saja melainkan juga mengarah kepada upaya
kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).
Keselamatan kerja atau Occupational Safety secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan
karyanya menuju masyarakat makmur sejahtera. Dari segi keilmuan diartikan sebagai
suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses.1,2
Klasifikasi
Menurut ILO 1962, kecelakaan kerja diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
Menurut jenis kecelakaan, kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Terjatuh
2. Tertimpa benda
3. Tertumbuk
4. Terjepit
5. Gerakan melebihi kemampuan
6. Pengaruh suhu
3
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
7. Terkena arus listrik
8. Terkena bahan-bahan bernahaya/radiasi
b. Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan
1. Mesin
2. Alat angkut
3. Peralatan lain seperti dapur pembakan atau pemanas, instalasi listrik
4. Bahan-bahan zat kimia atau radiasi
5. Lingkungan kerja misal di ketinggian atau kedalaman tanah
c. Klasifikasi menurut Sifat Luka / Kelainan
1. Patah tulang
2. Dislokasi ( keseleo )
3. Regang otot (urat)
4. Memar dan luka dalam yang lain
5. Amputasi
6. Luka di permukaan
7. Geger dan remuk
8. Luka bakar
9. Keracunan-keracunan mendadak
10. Pengaruh radiasi
11. Lain-lain
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau cacat di tubuh
1. Kepala
2. Leher
3. Badan
4. Anggota atas
5. Anggota bawah
4
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
6. Banyak tempat
7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.
Undang-undang dan peraturan keputusan menteri berhubungan K3:
1. UU No 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja
2. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU Kesehatan no 23 tahun 1992 pasal 23 tentang Kesehatan
4. UU No 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Permenaker No 05/men 1996, setiap perusahaan yang memperkerjakan >100
orang dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajemen
K3 (bab III pasal 3)
6. PP No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. UU No 13 tahun 2003 tentang perundang-undangan Tenaga Kerja.1,2,3,4
TEORI KECELAKAAN KERJA
Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya
kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa
teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada
lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan
manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian.
Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2,
yaitu:
a. Unsafe Action (Tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja.
Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan terjadi
5
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa
berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
b. Unsafe Condition (Kondisi tidak aman)
Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya
kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe condition ini contohnya
adalah lantai yang licin, tangga rusak, udara yang pengap, pencahayaan kurang, terlalu
bising, dan lain-lain. 2,3,4
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab
terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak
aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu
diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan,
perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat
dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh
karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan
maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan
lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail. 2,3,4
4. Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam sistem
pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau
peraturan mengenai keselamatan kerja.
5. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird mengadakan modifikasi
dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya
sebagai berikut:
Manajemen kurang kontrol
Sumber penyebab utama
6
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah
standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab
utama akibat kesalahan manajemen. 2,3,4
1. FAKTOR RISIKO
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor
manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:
a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga
mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau
transport ke dan dari tempat kerja.
Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke
dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk
kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2,
yakni:
a. Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau
unsafety condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.
b. Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan,
misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil
penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.
SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
Prinsip-prinsip penerapan SMK3 mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER
7
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja BAB III
ayat (1) yaitu :
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen
terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, ttujuan dan sasaran penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja timbul akibat pajanan faktor fisik, kimia, biologis atau psikososial
di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab pokok
dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja, misalnya terpajan timah hitam di
tempat kerja merupakan faktor risiko terjadinya keracunan timah hitam. Namun, perlu
diketahui bahwa faktor lain seperti kerentanan individual dapat berperan terhadap
perkembangan penyakit.1
Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan
WHO menggolongkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan bersifat
multifaktorial. Penyakit ini adalah penyakit dengan faktor tempat kerja yang dapat
dikaitkan sebagai penyebab timbulnya penyakit namun tidak merupakan faktor resiko
setiap kasus. Penyakit ini sering ditemukan di masyarakat umum. Penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit
8
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
psikosomatik, kelainan musculoskeletal, penyakit pernapasan kronis/bronchitis kronis.
Pada penyakit ini, pekerjaan dapat merupakan penyebab atau bisa memperberat kondisi
penyakit yang ada.1
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah program publik yang memberikan
perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu yang
penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.
Sebagai program publik, jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban
secara pasti bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No.
3 Tahun1992, berupa santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan kewajiban peserta
adalah tertib administrasi dan membayar iuran. Program JAMSOSTEK memberikan
perlindungan bersifat dasar, untuk menjaga harkat dan martabat manusia, khususnya
tenaga kerja, jika mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang
terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program JAMSOSTEK, terbatas saat
terjadi peristiwa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal
dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan
atau membutuhkan perawatan medis.
Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial
ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dan membiayai perawatan
pada waktu sakit, kehidupandi hari tua maupun keluarganya, bila meninggal dunia. Harga
diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan dari orang
lain. Agar pembiyaan dan manfaat optimal, pelaksanaan program JAMSOSTEK
dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat
membantu yang sakit, dan yangberpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan
rendah.5
Badan Penyelenggara dan Dasar Hukum
9
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
Pemerintah RI menunjuk PT. Jamsostek (Persero) sebagai Badan Pengawas
Penyelenggara JaminanSosial Tenaga Kerja melalui Peraturan No. 36 Tahun 1995.
Program JAMSOSTEK kepesertaannya diatur secara wajib melalui Undang- Undang No.
3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, Keputusan Presiden No. 22
Tahun 1993 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER ± 12 /
MEN / VI / 2007.
Jenis Program
Undang -Undang No. 3 tahun 1992 baru mengatur jenis Program Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
a. Program Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga
kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan
hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang
dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi
persyaratan tertentu. Iuran Program Jaminan Hari Tua ini Ditanggung Perusahaan 3,7%.
Sedangkan yang Ditanggung Tenaga Kerja adalah 2%.
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang
terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:
Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan
masa tunggu 1 bulan
Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI
b. Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi
oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya
sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial
seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka
diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
10
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk
membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai
kelompok jenis usaha.
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba
kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program
JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan
kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. 5
c. Program Jaminan Kematian
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek yang
meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya
meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan
berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar
0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta
santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan berkala.
Manfaat Program JK
Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti: Santunan
Kematian: Rp 10.000.000,-; Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,; Santunan Berkala: Rp
200.000,-/ bulan (selama 24 bulan).5
Pembahasan Kasus
Pada skenario, Nona S, 23 tahun datang dengan keluhan penglihatan menurun,
semenjak kemarin, membuat dia tidak bisa bekerja, menetap, tidak pernah memakai
kacamata dan lensa kontak, matanya silau, mata kanan gatal sejak 2 hari lalu, makin lama
keluhan dirasakan makin memberat, gatal pada malam hari dan pasien belum makan obat,
2 minggu lalu matanya kecipratan air pel dan matanya kemerahan, keluhan lainnya juga
dirasakan kemudian pada mata kirinya.
Asam, alkali, asap, angin dna hampir setiap substansi iritan yang masuk ke saccus
conjungtivalis dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan yang umum, yaitu
pupuk, sabun, deodoran, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make up, dan berbagai
11
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
asam dan alkali. Di daerah tertentu, asap dan kabut dapat menjadi penyebab utama
konjungtivitis kimia ringan. Keluhan yang dirasakan adalah matanya merah dan
mengganggu. Pada luka karena asam, asam mengubah sifat protein jaringan dan efeknya
langsung timbul. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup ke
dalam ajringan serta meneteap di dalam jaringan konjungtiva. Di sini alkali terus merusak
selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar dan jumlah
yang masuk. Perlekatan antara konjungtivita bulbaris dan palpebralis (simblefaron) dan
parut kornea lebih terjadi karena agen penyebab alkali. Gejala utama luka bahan kimia
adalah nyeri, adanya injeksi, fotofobia dan blefarospasme. Saccus conjunctivalis harus
segera dibilas dan menyeluruh dengan air atau larutan garam dan setiap materi padat
harus disingkarkan secara mekanis. Jangan memakai antidot kimiawi. Tindakan
lanjutannya yaitu dengan kortikosteroid topikal intensif, tetes mata askorbat dan sitrat,
sikloplegik, terapi antiglaukoma seperlunya, kompres dingin, dan analgesik sistemik.6
Diagnosis Klinis : Konjungtivitis ec Bahan Kimia ec Kecelakaan Kerja
Pajanan yang dialami : Bahan Kimia (Asam)
Hubungan pajanan dengan penyakit : Merusak Protein Jaringan Mata
Pajanan cukup besar : Immediate effect
Faktor individu : Tidak ada
Faktor lain di luar pekerjaan : Tidak ada
Diagnosis okupasi : Penyakit Akibat Kerja (Konjungtivitis ec Bahan Kimia ec
Kecelakaan Kerja)
Kesimpulan
12
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2
Setelah mempelajari teori-teori yang berkenaan dengan skenario, kesimpulannya
adalah hipotesisnya diterima yaitu NN S menderita konjunctivitis iritan ec bahan kimia ec
kecelakaan kerja.
Daftar Pustaka
1. Jeyaratnam J, Koh D. Textbook of occupational medicine practice.
Singapore: World Scientific; 2011. pg. 1-16.
2. Ridley J. Health & safety in brief. USA: Elsevier; 2008. pg 22-36.
3. Ridley J. Health & safety in brief. USA: Elsevier; 2008. pg 113-20.
4. Suardi R. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: PPM;
2005. h. 1-180.
5. Jamsostek. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/57132449/JAMSOSTEK, 6 Oktober 2013.
6. Eva PR dan Whitcher JP. Oftamologi umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC: 2012. h. 115.
13