Makalah PBL Carlson Blok 28

19
Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2 Konjungtivitis Bahan Kimia di Lingkungan Kerja Carlson 10.2010.038 F akultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna no. 6 Jaka rta 11510 carlson.renovati [email protected] Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Dengan mempelajari topik ini, kita akan semakin mengerti tentang kesehatan dan keselamatan kerja, bagainama sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang baik, hukum dan undang-undang yang terkait yang ada di Indonesia, jaminan apa yang dimiliki para tenaga kerja di Indonesia, 1

description

pbl

Transcript of Makalah PBL Carlson Blok 28

Page 1: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

Konjungtivitis Bahan Kimia di Lingkungan KerjaCarlson

10.2010.038

F akultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna no. 6

Jakarta 11510

[email protected]

Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja

pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat makmur dan sejahtera.

Dengan mempelajari topik ini, kita akan semakin mengerti tentang kesehatan dan

keselamatan kerja, bagainama sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang

baik, hukum dan undang-undang yang terkait yang ada di Indonesia, jaminan apa yang

dimiliki para tenaga kerja di Indonesia, dan banyak lainnya. Maka itu penting bagi kita

untuk mengerti lebih dalam mengenai topik ini.

Landasan Teori

IDENTIFIKASI PENYAKIT AKIBAT KERJA

Identifikasi ini mengikuti 7 langkah diagnosis okupasi

Diagnosis Klinis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

1

Page 2: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

Pemeriksaan tempat kerja

Pajanan yang dialami

Hubungan pajanan dengan penyakit

Pajanan cukup besar

Faktor individu

Faktor lain di luar pekerjaan

Diagnosis okupasi. 1

K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja)

Definisi

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial

seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga

menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan

bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau

penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah

pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan

seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh

empat faktor yakni:

a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami,buatan), kimia (organik/anorganik,

logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya

(ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,

rehabilitasi.

d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

2

Page 3: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang

bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,

mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan

kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap

penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan

sekedar kesehatan pada sektor industri saja melainkan juga mengarah kepada upaya

kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).

Keselamatan kerja atau Occupational Safety secara filosofi diartikan sebagai suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan

karyanya menuju masyarakat makmur sejahtera. Dari segi keilmuan diartikan sebagai

suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak

diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian

terhadap proses.1,2

Klasifikasi

Menurut ILO 1962, kecelakaan kerja diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

Menurut jenis kecelakaan, kecelakaan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Terjatuh

2. Tertimpa benda

3. Tertumbuk

4. Terjepit

5. Gerakan melebihi kemampuan

6. Pengaruh suhu

3

Page 4: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

7. Terkena arus listrik

8. Terkena bahan-bahan bernahaya/radiasi

b.    Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan

1. Mesin

2. Alat angkut

3. Peralatan lain seperti dapur pembakan atau pemanas, instalasi listrik

4. Bahan-bahan zat kimia atau radiasi

5. Lingkungan kerja misal di ketinggian atau kedalaman tanah

c.    Klasifikasi menurut Sifat Luka / Kelainan

1. Patah tulang

2. Dislokasi ( keseleo )

3. Regang otot (urat)

4. Memar dan luka dalam yang lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan

7. Geger dan remuk

8. Luka bakar

9. Keracunan-keracunan mendadak

10. Pengaruh radiasi

11. Lain-lain

d.    Klasifikasi menurut letak kelainan atau cacat di tubuh

1. Kepala

2. Leher

3. Badan

4. Anggota atas

5. Anggota bawah

4

Page 5: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

6. Banyak tempat

7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.

Undang-undang dan peraturan keputusan menteri berhubungan K3:

1. UU No 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja

2. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

3. UU Kesehatan no 23 tahun 1992 pasal 23 tentang Kesehatan

4. UU No 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. Permenaker No 05/men 1996, setiap perusahaan yang memperkerjakan >100

orang dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajemen

K3 (bab III pasal 3)

6. PP No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

7. UU No 13 tahun 2003 tentang perundang-undangan Tenaga Kerja.1,2,3,4

TEORI KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya

kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa

teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada

lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan

manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian.

Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2,

yaitu:

a. Unsafe Action (Tindakan tidak aman)

Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan kerja.

Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang rawan terjadi

5

Page 6: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa

berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.

b. Unsafe Condition (Kondisi tidak aman)

Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab terciptanya

kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe condition ini contohnya

adalah lantai yang licin, tangga rusak, udara yang pengap, pencahayaan kurang, terlalu

bising, dan lain-lain. 2,3,4

2. Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab

terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak

aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu

diteliti.

3. Teori Gordon

Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan,

perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat

dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh

karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan

maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan

lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail. 2,3,4

4. Teori Reason

Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam sistem

pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau

peraturan mengenai keselamatan kerja.

5. Teori Frank E. Bird Petersen

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird mengadakan modifikasi

dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang intinya

sebagai berikut:

Manajemen kurang kontrol

Sumber penyebab utama

6

Page 7: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)

Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)

Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki

manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di bawah

standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab

utama akibat kesalahan manajemen. 2,3,4

1. FAKTOR RISIKO

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor

manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:

a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)

b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga

mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau

transport ke dan dari tempat kerja.

Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke

dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk

kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2,

yakni:

a. Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau

unsafety condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

b. Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan,

misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil

penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.

SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA

Prinsip-prinsip penerapan SMK3  mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER

7

Page 8: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja BAB III

ayat (1) yaitu :

1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen

terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, ttujuan dan sasaran penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja.

3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk

mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3

secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan

kesehatan kerja.

Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja timbul akibat pajanan faktor fisik, kimia, biologis atau psikososial

di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab pokok

dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja, misalnya terpajan timah hitam di

tempat kerja merupakan faktor risiko terjadinya keracunan timah hitam. Namun, perlu

diketahui bahwa faktor lain seperti kerentanan individual dapat berperan terhadap

perkembangan penyakit.1

Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan

WHO menggolongkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan bersifat

multifaktorial. Penyakit ini adalah penyakit dengan faktor tempat kerja yang dapat

dikaitkan sebagai penyebab timbulnya penyakit namun tidak merupakan faktor resiko

setiap kasus. Penyakit ini sering ditemukan di masyarakat umum. Penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit

8

Page 9: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

psikosomatik, kelainan musculoskeletal, penyakit pernapasan kronis/bronchitis kronis.

Pada penyakit ini, pekerjaan dapat merupakan penyebab atau bisa memperberat kondisi

penyakit yang ada.1

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah program publik yang memberikan

perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu yang

penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.

Sebagai program publik, jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban

secara pasti bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No.

3 Tahun1992, berupa santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan kewajiban peserta

adalah tertib administrasi dan membayar iuran. Program JAMSOSTEK memberikan

perlindungan bersifat dasar, untuk menjaga harkat dan martabat manusia, khususnya

tenaga kerja, jika mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang

terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program JAMSOSTEK, terbatas saat

terjadi peristiwa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal

dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan

atau membutuhkan perawatan medis.

Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial

ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dan membiayai perawatan

pada waktu sakit, kehidupandi hari tua maupun keluarganya, bila meninggal dunia. Harga

diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan dari orang

lain. Agar pembiyaan dan manfaat optimal, pelaksanaan program JAMSOSTEK

dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat

membantu yang sakit, dan yangberpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan

rendah.5

Badan Penyelenggara dan Dasar Hukum

9

Page 10: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

Pemerintah RI menunjuk PT. Jamsostek (Persero) sebagai Badan Pengawas

Penyelenggara JaminanSosial Tenaga Kerja melalui Peraturan No. 36 Tahun 1995.

Program JAMSOSTEK kepesertaannya diatur secara wajib melalui Undang- Undang No.

3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sedangkan pelaksanaannya

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, Keputusan Presiden No. 22

Tahun 1993 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER ± 12 /

MEN / VI / 2007.

Jenis Program

Undang -Undang No. 3 tahun 1992 baru mengatur jenis Program Jaminan Kecelakaan

Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

a. Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga

kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan

hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang

dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi

persyaratan tertentu. Iuran Program Jaminan Hari Tua ini Ditanggung Perusahaan 3,7%.

Sedangkan yang Ditanggung Tenaga Kerja adalah 2%.

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya. Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang

terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan

masa tunggu 1 bulan

Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

b. Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi

oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya

sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial

seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka

diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja

10

Page 11: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk

membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai

kelompok jenis usaha.

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga

kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba

kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program

JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan

kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. 5

c. Program Jaminan Kematian

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek yang

meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya

meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan

berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar

0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta

santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan berkala. 

Manfaat Program JK

Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti: Santunan

Kematian: Rp 10.000.000,-; Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,; Santunan Berkala: Rp

200.000,-/ bulan (selama 24 bulan).5

Pembahasan Kasus

Pada skenario, Nona S, 23 tahun datang dengan keluhan penglihatan menurun,

semenjak kemarin, membuat dia tidak bisa bekerja, menetap, tidak pernah memakai

kacamata dan lensa kontak, matanya silau, mata kanan gatal sejak 2 hari lalu, makin lama

keluhan dirasakan makin memberat, gatal pada malam hari dan pasien belum makan obat,

2 minggu lalu matanya kecipratan air pel dan matanya kemerahan, keluhan lainnya juga

dirasakan kemudian pada mata kirinya.

Asam, alkali, asap, angin dna hampir setiap substansi iritan yang masuk ke saccus

conjungtivalis dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan yang umum, yaitu

pupuk, sabun, deodoran, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make up, dan berbagai

11

Page 12: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

asam dan alkali. Di daerah tertentu, asap dan kabut dapat menjadi penyebab utama

konjungtivitis kimia ringan. Keluhan yang dirasakan adalah matanya merah dan

mengganggu. Pada luka karena asam, asam mengubah sifat protein jaringan dan efeknya

langsung timbul. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup ke

dalam ajringan serta meneteap di dalam jaringan konjungtiva. Di sini alkali terus merusak

selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar dan jumlah

yang masuk. Perlekatan antara konjungtivita bulbaris dan palpebralis (simblefaron) dan

parut kornea lebih terjadi karena agen penyebab alkali. Gejala utama luka bahan kimia

adalah nyeri, adanya injeksi, fotofobia dan blefarospasme. Saccus conjunctivalis harus

segera dibilas dan menyeluruh dengan air atau larutan garam dan setiap materi padat

harus disingkarkan secara mekanis. Jangan memakai antidot kimiawi. Tindakan

lanjutannya yaitu dengan kortikosteroid topikal intensif, tetes mata askorbat dan sitrat,

sikloplegik, terapi antiglaukoma seperlunya, kompres dingin, dan analgesik sistemik.6

Diagnosis Klinis : Konjungtivitis ec Bahan Kimia ec Kecelakaan Kerja

Pajanan yang dialami : Bahan Kimia (Asam)

Hubungan pajanan dengan penyakit : Merusak Protein Jaringan Mata

Pajanan cukup besar : Immediate effect

Faktor individu : Tidak ada

Faktor lain di luar pekerjaan : Tidak ada

Diagnosis okupasi : Penyakit Akibat Kerja (Konjungtivitis ec Bahan Kimia ec

Kecelakaan Kerja)

Kesimpulan

12

Page 13: Makalah PBL Carlson Blok 28

Blok 28 Occupational Medicine Carlson/102010038/E2

Setelah mempelajari teori-teori yang berkenaan dengan skenario, kesimpulannya

adalah hipotesisnya diterima yaitu NN S menderita konjunctivitis iritan ec bahan kimia ec

kecelakaan kerja.

Daftar Pustaka

1. Jeyaratnam J, Koh D. Textbook of occupational medicine practice.

Singapore: World Scientific; 2011. pg. 1-16.

2. Ridley J. Health & safety in brief. USA: Elsevier; 2008. pg 22-36.

3. Ridley J. Health & safety in brief. USA: Elsevier; 2008. pg 113-20.

4. Suardi R. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: PPM;

2005. h. 1-180.

5. Jamsostek. Diunduh dari

http://www.scribd.com/doc/57132449/JAMSOSTEK, 6 Oktober 2013.

6. Eva PR dan Whitcher JP. Oftamologi umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC: 2012. h. 115.

13