Post on 12-Jul-2016
description
BAB 1
ETIKA, NORMA-NORMA, KAIDAH, DAN ETIKED
1.1 .ETIKA
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya mores, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral hampir sama
pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral atau moralitas
digunakan untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai
berikut:
a. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik
(su).
b. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Filsuf Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskantentang pembahasan
etika sebagai berikut:
1. Terminius Techicus
Pengertian etika dalam hal ini, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang
mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
2. Manner dan Custom
Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat
dalam kodrat manusia (Inherent in human nature) yang terikat dengan pengertian
"baik dan buruk" suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Sesungguhnya Etika tersebut merupakan studi tentang “benar atau salah” dalam tingkah
laku atau perilaku manusia (Right or wrong in human conduct). Pengertian etika menurut
beberapa pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu pendapat dari. I.R. Poedjawijatna, dalam
bukunya Etika, mengemukakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari
kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas etika
adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia. Etika hendak mencari tindakan
manusia manakah yang baik.
Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal
kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-
gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai
tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya Rights and Reason Ethic (1953), etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai
antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedaan terletak pada
aspek keharusan. Etika berbeda dengan teologi moral karena bersandar pada kaidah-kaidah
keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri. Etika
adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai “kelakuan benar dan tidak benar”
manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni.
Definisi etika menurut William Lillie, dalam bukunya An Introduction to Ethics adalah
“The normative science of conduct of human beings living in societies is a science which judge
this conduct to be right or wrong to be good or bad, or in some similar way. This definition says,
first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a systematic and more or less
complete body of knowledge about a particular set of related events or objects.”
Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli tersebut di atas berbeda-beda pokok
perhatiannya, antara lain:
a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan
sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the
nature of the right);
b. pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama
dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, 4 recognize in respect to a
particular class of human actions);
c. Ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip-prinsip moral sebagai individual
(The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an
individual);
d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty). Berkaitan
dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika, dapat
ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa “hubungan dengan perbuatan
seseorang yang dapat menimbulkan 'penilaian' dari pihak lainnya akan baik-
buruknya perbuatan yang bersangkutan disebut etika.”
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau
etis sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia yang disebut etis ialah manusia yang
secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan
antara manusia sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya
membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika. Terdapat dua macam etika
(Keraf, 1991: 23) sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan 12 perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya,
etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku
manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat
disimpulkan bahwa kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat
yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. jadi, etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun
manusia agar bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan
kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Ditinjau teori dasar dari Etika Normatif tersebut, terdapat dua dasar teori sebagai berikut:
a. Teori Deontologis
Deontologis berasal dari bahasa Yunani, deon yang berarti kewajiban (duty). Artinya,
etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan
itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan 13 baik dari tindakan
tersebut, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya, motivasi,
kemauan dengan niat yang baik dan dilaksanakan berdasarkan kewajiban, serta bernilai
moral.
b. Teori Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu telos yang artinya tujuan. Teleologis
menjelaskan benar-salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari tujuan yang hendak dicapai,
atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik
kalau berakibat atau bertujuan mencapai sesuatu yang baik pula. (Sony, 1993: 29-30).
1.2 Norma-Norma
Pengertian Norma adalah patokan perilaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Norma
disebut pula sebagai peraturan sosial atau ukuran yang digunakan oleh masyarakat tentang
tindakan yang dilakukan seseorang ataupun kelompok. Keberadaan norma dalam masyarakat
bersifat memaksa agar bertindak sesuai dengan aturan dalam masyarakat. Norma dalam
masyarakat berisi tata tertib, aturan dan petunjuk standar dari perilaku yang pantas dan wajar di
dalam kehidupan masyarakat.
Norma menetapkan larangan untuk bertindak atau tidak bertindak dan memerintahkan
untuk berbuat dan tidak berbuat. Larangan dan perintah tersebut untuk menuntun individu agar
tidak berbuat buruk serta dapat membahayakan pergaulan hidup dan memerintah agar berbuat
baik bagi kehidupan bersama.
Dengan Norma, kelompok berusaha menunjukkan perbuatan yang baik dan yang buruk
dalam bertingkah laku. Individu yang patuh pada norm, maka pergaulan kelompoknya adalah
individu yang normal, individu yang wajar dimana tidak mengalami kelainan. Individu Normal
ialah mereka yang perilakunya tidak menyeleweng dari norma kelompoknya.
Macam-macam Norma, sebagai berikut :
a) Norma Agama, yaitu bersifat mutlak dan tidak dapat ditawar. Norma agama
ditentukan oleh tiap-tiap agama dan kepercayaan. Pelanggaran terhadap norma
agama dikatakan sebagai dosa dan hukumannya neraka.
b) Norma Kesusilaan merupakan yang paling halus, dimana dibuat untuk menghargai
harkat dan martabat seseorang. Norma ini bersumber dari perasaan manusia.
c) Norma Kesopanan, yaitu peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang
berkenaan dengan cara seseorang bertingkah laku wajar. Norma ini bersumber dari
perasaan manusia.
d) Norma Kebiasaan ialah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau
peraturan yang dibuat secara sadar maupun tidak. Perilaku ini dilakukan berulang-
ulang sehingga menjadi kebiasaan.
e) Norma Hukum adalah aturan sosial dimana dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu,
pemerintah, sehingga sanksi pelanggaran ini tegas dan jelas.
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian norma dan macam-macam norma,
semoga tulisan saya mengenai pengertian norma dan macam-macam norma dapat bermanfaat.
1.3 Kadidah
Kaidah merupakan patokan atau ukuran sebagai pedoman bagi manusia dalam
bertindak.Kaidah juga dapat dikatakan sebagai aturan yang mengatur prilaku manusia dan
prilaku kehidupan bermasyarakat.Secara umum kaidah dibedakan atau dua hal yaitu kaidah etika
atau kaidah hukum.Kaidah etika merupakan kaidah yang meliputi norma susila, norma agama
dan norma kesopanan.Pada dasarnya kaidah etika datang dari diri dalam manusia itu sendiri
contohnya menghormati orangnya yang lebih tua, berbuat baik pada orang tua, saling
menghargai, atau malu jika berbuat salah.Namun tidak jarang kaidah etika merupakan kaidah
yang datang dari diri manusia misalnya dari ajaran agama contohnya tidak boleh berprilaku jahat
pada orang lain.Kaidah hukum merupakan kaidah yang memiliki sanksi tegas. Kaidah hukum
ialah kaidah yang mengatur hubungan atau intraksi antar pribadi, baik secara langsung atau tidak
langsung oleh karena itu kaidah hukum ditujukan untuk kedamaian, ketentraman, dan ketertiban
hidup bersama.Kaidah hukum biasanya ada paksaan yang berwujud ancaman bagi para
pelanggarnya.
1.4 Etiket
Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut
memiliki arti yang berbeda walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan
sebelumnya berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket berkaitan dengan nilai
sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku
manusia secara normatif yang etis. Artinya, memberikan pedoman atau norma-norma tertentu
yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu
perbuatan.
Istilah etiket berasal dari etiquette (Prancis) yang berarti dari awal suatu kartu
undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan
resmi, pesta, dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan
tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi,
seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara
bertamu dengan sikap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau
resmi.
Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan
kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain
mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu
dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik
dan menyenangkan.
Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, selain memiliki persamaan etika dan
etiket juga memiliki empat perbedaan secara umum sebagai berikut::
1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat
baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket menetapkan cara untuk melakukan perbuatan benar
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Etika adalah nurani (batiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya
timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya
penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
3. Etika bersifat absolut, artinya ticlak dapat ditawar-tawar lagi. Kalau perbuatan baik mendapat
pujian dan yang salah harus mendapat sanksi. Etiket bersifat relatif, yaitu hal yang dianggap
tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, belum tentu di daerah lainnya juga tidak
sopan.
4. Etika berlaku tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya
berlaku jika ada orang lain yang hadir. jika tidak ada orang lain, etiket itu tidak berlaku.
Dalam buku “Bahan Diskusi Customer Service Group (CSG) dan Allround Teller
(ART)” yang diterbitkan oleh Urusan Operasional KAntor Pusat BRI, menjelaskan bahwa:
“etiket adalah ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak manusia yang berkaitan
dengan:
a. Sikap dan Perilaku
yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam menghadapi suatu situasi.
b. Ekspresi Wajah
yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam menghadapi suatu situasi,
misalnya dalam melayani tamu.
c. Penampilan
yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri, misalnya: cara duduk, cara
berdiri adalah wajar dan tidak dibuat-buat dan sebagainya.
d. Cara Berpakaian
yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam mengenakan pakaian, baik
menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian model yang tidak menyolok dan lain-
lain.
e. Cara Berbicara
yaitu tata cara/sopan santun anda dalam berbicara caik secara langsung maupun tidak
langsung.
f. Gerak-gerik
yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara langsung berhadapan
dengan tamu.
BAB II
ETIKA PROFESI
2.1 Pengertian Etika
Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris),
mengandung banyak pengertian.
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etikaberasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti
kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa
etikaadalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik atau dapat diartikan sebagai
aturan normatif yang mengatur tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan seseorang di
dalam suatu lingkungan sosial tertentu.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan
(norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai
filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etikaialah
penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk.
Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia,
melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etikajuga merupakan
filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang
menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral.
Sesungguhnya Etika tersebut merupakan studi tentang “benar atau salah” dalam tingkah
laku atau perilaku manusia (Right or wrong in human conduct). Pengertian etika menurut
beberapa pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu pendapat dari. I.R. Poedjawijatna, dalam
bukunya Etika, mengemukakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari
kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas etika
adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia. Etika hendak mencari tindakan
manusia manakah yang baik.
Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal
kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-
gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai
tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya Rights and Reason Ethic (1953), etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai
antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedaan terletak pada
aspek keharusan. Etika berbeda dengan teologi moral karena bersandar pada kaidah-kaidah
keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri. Etika
adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai “kelakuan benar dan tidak benar”
manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni.
Definisi etika menurut William Lillie, dalam bukunya An Introduction to Ethics adalah
“The normative science of conduct of human beings living in societies is a science which judge
this conduct to be right or wrong to be good or bad, or in some similar way. This definition says,
first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a systematic and more or less
complete body of knowledge about a particular set of related events or objects.”
2.2 Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut
professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan
orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu :
2.2.1 Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis
Seorang professional harus memiliki pengetahuan teoretis dan keterampilan mengenai
bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksanaanya atau prakteknya
dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Asosiasi Profesional
Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh anggota profesi
yang bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.
2.2.3 Pendidikan yang Ekstensi
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang
pendidikan tinggi.Seorang professional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang
pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.
2.2.4 Ujian Kompetisi
Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu
tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
2.2.5 Pelatihan institutional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana
calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh
organisasi.Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
2.2.6 Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang
memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
2.2.7 Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar
terhindar adanya intervensi dari luar.
2.2.8 Kode etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur
pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
2.2.9 Mengatur diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan
pemerintah.Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau
mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
2.2.10 Layanan publik dan altruism
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan
dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
2.2.11 Status dan imbalan yang tinggi
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang
layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap
layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
2.3 Pengertian Etika Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat. Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan professsional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar
professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya
kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
BAB III
APLIKASI KODE ETIK PROFESI DOSEN
3.1 Pengertian Kode Etik Profesi dan Dosen
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi,dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Tentunya tugas dosen lebih dari sekedar transfer ilmu saja, tetapi seorang dosen hendaknya
mampu menghantarkan generasi muda menuju kemandirian, kematangan berfikir dan
keteguhan prinsip dalam ketaatan kepada sang pencipta. Sebagaimana Tri Dharma
Perguruan Tinggi menjelaskan tugas seorang dosen mencakup tiga aspek, yaitu pengajaran,
penelitian dan pengabdian.
Dalam menjalankan profesinya sebagai dosen,dosen memiliki etika yang harus dijadikan
haluan dalam menjalaknan tugas yakni antara lain :
1. Seorang dosen adalah “g.u.r.u” yang artinya “ digugu” dan “ditiru”, sehingga harus bisa
menjadi teladan dalam lisan, maupun dalam perbuatan.
2. Dosen hendaknya berwawasan luas dan mengenal psikologi pendidikan.Pengalaman benar
atau salah tetap bermanfaat bagi anak didik sebagai dasar untuk aktivitas belajar. .
3. Dosen seharusnya terbuka untuk menyampaikan apa saja ilmu yang dia miliki pada
mahasiswanya, demi kemajuan umat, bangsa dan Negara.
4. Dosen juga melakukan pengabdian kepada masyarakat, sebagai bentuk memanfaatkan ilmu
yang dimiliki.
5. Dosen tidak menjadikan kegiatan belajar mengajar sebagai BISNIS yang berorientasi
materi, tetapi merupakan pengabdian atas ilmu yang di miliki.
6. Dosen hendaknya memberikan kemudahan kepada anak didiknya.
7. Dosen harus pandai menghargai anak didiknya, sehingga tumbuh semangat belajar yang
baik.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi
3.1.1 Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan
3.1.2 Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan
3.1.3 Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi
3.2 Kedudukan, Peran, dan Fungsi Dosen
Menurut undang-undang no 14 tahun 2005 dapat kita lihat bahwa guru dan dosen
memiliki kewajiban dalam mencerdaskankan kehidupan bangsa dengan menjalankan peran dan
fungsinya. Yang mana tertera dalam undang-undang no 14 tahun 2005 pasal 2,3,4,5,dan 6, yaitu:
KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Pasal 3
(1) Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2)Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Pasal 4
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pasal 5
Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran,
pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pasal 6
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Sesuai dengan kedudukan, fungsi dan peran guru dan dosen yang tertera pada undang-
undang nomor 14 tahun 2005 guru dan dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diatur
undang –undang. Dimana guru mempunyai peran dalam pendidikan dasar. Sedangkan
kedudukan dosen sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan dosen disini sebagai pencetak pada
perguruan tinggi bagi mahasiswa. Dimana Kedudukan guru sebagai tenaga profesional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Peran dan fungsi guru dan dosen, guru memiliki
fungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, bagi siswa sekolah dasar, menengah
pertama dan sekolah menengah atas. Dosen memiliki fungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
serta pengabdi kepada masyarakat. Dalam rangka mencerdaskan kehidpan bangsa.
Guru dan dosen memiliki peran dan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas, sebagai
kewajiban pada Negara. Sebagai pelajar khususnya kita sebagai mahasiswa juga memiliki
kewajiban dan hak dalam mendapatkan pendidikan sebagaimana fungsi guru dan dosen
sebagaimana dijelaskan di atas. Sebagai mahasiswa khususnya dan pelajar pada umumnya sudah
pasti kita memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dan juga memilki
kewajiban untuk mengikuti dengan baik dan akhirnya mendapatkan yang terbaik dan tujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.
3.3 Pelanggran Etika profesi Dosen
Butir-butir Aturan Tentang Etika
a)Busana
(1)Pakaian dosen sopan dan disesuaikan dengan peran dan lingkungan.
(2)Pakaian dosen di kantor dan di kelas/ruang kuliah adalah pakaian formal.
(3)Pakaian dosen di luar kelas, dalam peran sebagai utusan fakultas/universitas untuk
menghadiri undangan resmi adalah pakaian formal dan disesuaikan dengan
syarat/permintaan pengundang.
(4)pakaian dosen untuk acara yudisium sarjana adalah pakaian bebas rapi.
b) Waktu
(1) Dosen melakukan tatap muka dikelas setiap kali pertemuan sesuai dengan jadwal
perkuliahan.
(2)Dosen memulai dan mengakhiri tatap muka di kelas tepat waktu.
(3) Dosen memenuhi komitmen waktu yang telah dijanjikan kepada mahasiswa baik dalam
memberikan layanan di luar acara tatap muka di kelas maupun dalam bimbingan skripsi dan
bimbingan akademik.
(4)Dosen memenuhi jam kerja yang telah ditentukan.
c) Interaksi
(1) Dosen terbuka untuk menerima pernyataan dari mahasiswa mengenai pelajaran yang
diasuhnya dan siap membantu mahasiswa yang mengajukan pertanyaan di kelas maupun
di tempat lain.
(2) Dosen terbuka dan berani menerima perbedaan pendapat yang menyangkut ilmu
pengetahuan dengan mahasiswa mengingat ilmu pengetahuan senantiasa berubah dan
berkembang.
(3) Dosen memiliki integritas dan dedikasi tinggi dalam mengevaluasi hasil ujian dan
bentuk penugasan lain dalam memenuhi komitmen yang telah disusun dalam silabus.
(4) Dosen Pembimbing Akademik wajib memberikan bimbingan kepada mahasiswa
bimbingan.
(5) Dosen senantiasa berusaha meningkatkan mutu dunia akademis melalui proses belajar
mengajar, penelitian dan kepedulian sosial dalam bentuk pengabdian kepada
masyarakat.
(6) Dosen bebas menyampaikan pendapat sesuai dengan kebebasan akademik dan mimbar
akademik.
d) Lingkungan
(1) Dosen memiliki kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan
(2) Dosen tidak merokok dalam ruangan kelas dan ruangan kantor di lingkungan
Fakultas/Kampus.
(3) Dalam menggunakan telpon fakultas, dosen berbicara seperlunya, dan menggunakan
air, listrik sehemat mungkin.
Setiap dosen yang melanggar kode etik, disiplin, tata tertib, dan peraturan yang berlaku dikenai
sanksi. Sanksi yang dikenakan kepada dosen dapat berupa :
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
3. Peringatan keras
4. Penundaan kenaikan gaji berkala
5. Penundaan kenaikan pangkat
6. Penundaan sertifikasi dosen
7. Pembebasan tugas
8. Pemberhentian.
BAB IV
ETIKA DOSEN
4.1 Kompetensi
Kompetensi/Kemampuan adalah kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara
konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki
(Perencanaan pengajaran, 2007). Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah
kesanggupan atau kecakapan dosen dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara
dosen dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut
agar tercapai tujuan pengajaran (Subroto, 2002). Menurut Wibowo kemampuan Dosen mengacu
PP No 19 Tahun 2005 tentang standart Nasional Pendidikan dan UU No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, meliputi :
a. Kemampuan Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi kemampuan merancang, mengelola, dan menilai pembelajaran:
- Mampu memahami karakteristik peserta didik
- Menerapkan teori belajar, teori pembelajaran yang relevan dengan peserta didik dan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang dia punya - Mampu mengelola
pembelajaran yang sesuai dengan karateristik peserta didik
- Mampu merancang pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
b. Kemampuan kepribadian adalah kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
bijaksana, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, berahlak mulia, mengevaluasi
kinerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelanjutan;
- Mampu bertindak secara konsisten yang sesuai dengan norma agama, hukum ,sosial,
dan kebudayaan nasional Indonesia
- Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, setabil, dewasa arif,
berwibawa, dan berakhlak mulia
- Mempunyai rasa bangga menjadi dosen, dapat bekerja mandiri, mempunyai etos kerja,
rasa percaya diri, dan tanggung jawab yang tinggi
- Mampu bersikap dan berprilaku yang disegani - Mampu menjadi teladan bagi peserta
didik dan masyarakat
- Mempunyai kejujuran
- Mampu menjunjung tinggi kode etik profesi dosen
c. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan dosen yang meliputi kemampuan untuk: -
Berkomunikasi lisan, tulisan, dan / atau isyarat
- Mengunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
- Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua / wali peserta didik dan bergaul secara santun denga masyarakat sekitar. d.
Kemampuan profesional ada yang meliputi :
- Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
- Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian
- Kemampuan mengembangkan dan menyebar luaskan inovasi dalam bidang ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan / atau seni; dan
- Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat.
Kemampuan dosen diatas merupakan profil kemampuan dasar yang harus dimiliki dosen.
Kemampuan tersebut dikembangkan berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilaksanakan
oleh dosen. Oleh karena itu kemampuan dosen tersebut secara operasional akan mencerminkan
fungsi dan peranan dalam membelajarkan anak didik. Melalui pengembangan kompetensi profesi
diusahakan agar penguasaan Akademis cepat terpadu secara serasi dengan kemampuan
mengajar.
Kemampuan lebih spesifik yang harus dimiliki oleh seorang dosen khususnya lulusan
THP yaitu dibagi menjadi dua, antara lain hard skill dan soft skill.
a. Kemampuan Hard Skill
1. Penguasaan keilmuan sesuai bidang ilmu ke-THP-an
2.Penguasaan ketrampilan laboratorium
3.Personal organization and time management (mampu memanfaatkan potensi pribadi
dan mengatur waktu)
4. Problem solving and analytical thinking (mempunyai kemampuan memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan akademis dan mampu berfikir analitis)
5. Mampu berfikir komprehensif
6.Coordinating (mampu bekerja dalam tim)
7. Directing (mampu mengarahkan mahasiswa)
8. Interpersonal communication skill (mampu bekerjasama)
9.Written communication skill (mempunyai kemampuan menulis yang baik untuk
penulisan proposal, laporan, dan publikasi ilmiah)
10. Ability to conceptualize (mempunyai kemampuan berfikir konseptual)
11.Creativity innovation, change (mempunyai ide yang kreatif, inovatif, dan mampu
mengikuti perkembangan teknologi)
b. Kemampuan soft skill
1. Learning ability (mempunyai kemauan dan kemampuan untuk belajar)
2. Oral communication skill (mampu mentransfer ilmu dengan baik)
3. Personal strength (mempunyai karakter yang kuat)
4. Good personal character
5. Mempunyai jiwa mendidik
4.2 Profesionalisme
Dosen sebagai pendidik yang profesional memiliki sikap profesionalisme yakni
alah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana
yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Yang dicirikan dengan:
1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.
2. Meningkatkan dan memelihara imej profesion
3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat
meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.
4. Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion
Dalam pengaplikasian sikap profesionalisme dosen dibagi menjadi dua yakni dalam
bidang akademik maupun non akademik :
Dalam bidang Akademik
Dosen sebagai penasehat akademik, wajib memberikan waktu untuk bimbingan
kemajuan kepada mahasiswa bimbingannya.
Dosen sebagai pembimbing skripsi, berkewajiban untuk membimbing dengan seksama,
teliti, dengan menulis usulan, memberikan arahan dan pertimbangan untuk kemajuan
mahasiswanya.
Dosen sebagai pembimbing Praktik Pengalaman Lapangan, berkewajiban melakukan
interaksi dengan membimbing dan mengarahkan mahasiswanya; melaksanakan supervisi
lapangan sampai penulisan laporan akhir PPL dan mengujinya.
Dosen sebagai pembimbing Kuliah Kerja Nyata, hendaknya membina kerjasama dengan
perangkat desa, aparat pemerintah, instansi atau dinas dan lembaga mitra terkait juga
masyarakat tempat pelaksanaan KKN.
Dalam bidang Non akademik
Busana Pakaian dosen seyogyanya sopan dan disesuaikan dengan peran dan lingkungan,
baik di kantor,ruang kelas dengan pakaian formal.
Waktu Dosen melakukan tatap muka dikelas setiap kali pertemuan sesuai dengan jadwal
perkuliahan dengan tepat waktu.
Beban Kerja Dosen.
Beban kerja dosen dinyatakan dalam bentuk Ekuivalensi Waktu Mengajar Penuh
(EWMP) sebanyak 12 SKS .
Interaksi. Dosen sangat terbuka untuk menerima pernyataan, asumsi dan pendapat
mahasiswa mengenai bahan ajar yang diampunya, mengingat ilmu pengetahuan
senantiasa berubah dan berkembang.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN DOSEN
Tentang tugas dosen, hak dan kewajibannya sebagaimana diatur dalamUndang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Secara sederhana, dosen adalah tenaga pendidik
pada pendidikan tinggi. Namun menurut Pasal 1 angka 2 UU Guru dan Dosen disebutkan bahwa
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Jika mengamati definisi tersebut, sepertinya sangat berat tugas dan beban tanggung jawab
yang ada dipundak dosen. Meski sulit dan berat, tetapi itulah tuntutan terhadap seorang dosen. Ia
harus menjadi tenaga pendidik yang profesional, sekaligus seorang ilmuan. Kebanyakan profesi,
seperti perbankan dan perusahaan hanya menuntut kemampuan profesional yang tinggi. Tetapi
sebagai dosen, disamping profesional, juga harus jadi ilmuan. Lalu, tugas utama dosen adalah
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Apakah ini sudah kita
dilakukan ?
Pemahaman terhadap hak dan kewajiban ini penting agar kita dapat menjalankan tugas
secara optimal dan bagi institusi yang terkait dengan tugasnya memberi hak dosen, juga dapat
berupaya semaksimal mungkin. Saya pikir kita sepakat untuk menyeimbangkan pelaksanaan
antara hak dan kewajiban. Jadi kita tidak hanya bisa menuntut hak, tetapi juga melaksanakan
kewajiban. Karena pada hakekatnya, ketika kita hanya menuntut hak dan mengabaikan
kewajiban, maka kita telah melanggar hak pihak lain. Sebab kewajiban kita merupakan hak dari
pihak lain/institusi
5.1 Hak Seorang Dosen
Hak sebagai seorang dosen yakni memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai
dengan tugas dan prestasi kerja;memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak
atas kekayaan intelektual; memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses
sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat;memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi
keilmuan;memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta
didik memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.
Menurut Pasal 51 ayat (1) UU Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dosen berhak:
a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan
sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar,
informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
e. memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;
f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta
didik; dan
g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi
keilmuan.
5.2 Kewajiban Seorang Dosen
Kewajiban sebagai seorang dosen yakni melaksanakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat;merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran;meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik
dalam pembelajaran;menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
.Menurut Pasal 60 UU Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
dosen berkewajiban:
a. melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
b. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran;
c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
d. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam
pembelajaran;
e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai
agama dan etika; dan
f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.