Post on 15-Jan-2016
description
PENGKAJIAN PENINGKATAN EFISIENSI PADA
WET COOLING TOWER TIPE INDUCED DRAFT MODEL ALIRAN
COUNTER CURRENT
Oleh :
KELOMPOK 1
Rizka Febrianti 03111003004
Elsa Fitri Rahmadani 03111003010
Dede Anugrah Permana 03111003018
Laras Diah Pratiwi 03111003054
Andre Tiofami 03111003073
Idealisa D. Hutapea 03111003077
Nama Asisten Pembimbing:
1. Moch. Farid Dimyati
2. Sthevanie
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pengkajian
Peluang Peningkatan Efisiensi Pada Wet Cooling Tower Tipe Induced Draft
Model Aliran Counter Current“. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk
memenuhi syarat penyelesaian Praktikum Laboratorium Unit Operasi.
Penulisan makalah ini didasarkan pada pengkajian peluang untuk
meningkatkan unjuk kerja atau efisiensi dari menara pendingin (wet cooling
tower). Sehingga diharapkan makalah ini dapat membuka wawasan dan
memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat mengetahui aspek-aspek apa saja
yang dapat dijadikan patokan untuk peningkatan efisiensi kerja menara pendingin
ini.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan agar kedepannya didapatkan
pemahaman yang lebih baik lagi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini,
khususnya kakak asisten pembimbing kelompok kami, Moch. Farid Dimyati dan
Sthevanie yang telah banyak memberikan saran serta ide dalam penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Inderalaya, April 2014
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ .......... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3. Batasan Masalah................................................................................ 2
1.4. Tujuan 2
1.5. Manfaat.............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Wet Cooling Tower 3
2.2. Packing pada Wet Cooling Tower......................................................5
2.3. Sudut Kemiringan Packing pada Wet Cooling Tower 9
2.4. Sudut Kemiringan Sekat pada Wet Cooling Tower 10
BAB III PEMBAHASAN 12
BAB IV KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wet cooling tower adalah suatu alat yang digunakan untuk mendinginkan
air proses dengan cara mengkontak air tersebut dengan udara. Fungsi wet cooling
tower ini adalah untuk memproses air panas menjadi air dingin, sehingga dapat
digunakan kembali untuk mengatasi masalah polusi lingkungan. Komponen dasar
sebuah menara pendingin meliputi rangka dan wadah (casing), bahan pengisi
(packing), kolam air dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers, nosel
dan fan.
Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain
dalam industri. Penggunaan air industri dapat memanfaatkan air permukaandan air
tanah sebagai sumber air. Penggunaan air permukaan dan air tanah mengharuskan
untuk mengolah air tersebut terlebih dahulu. Air pendingin merupakan salah satu
jenis air yang diperlukan dalam proses industri. Kualitas air pendingin akan
mempengaruhi proses di pabrik. Air yang digunakan sebagai pendingin harus
memenuhi persyaratan yang sesuai dengan komponen atau struktur yang
dirumuskan dalam spesifikasi kualitas air pendingin. Dalam memenuhi spesifikasi
dari air pendingin maka dilakukan pengolahan terhadap air pendingin dengan
suatu alat yang dinamakan wet cooling tower.
Packing adalah bahan isian pada cooling tower yang biasanya seperti
kayu sipres yang mempunyai daya tahan gabungan aksi air dan udara.
Hampir seluruh menara pendingin menggunakan bahan pengisi (terbuat dari
plastik atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan
kontak udara dan air. Packing bekerja berdasarkan prinsip perpindahan massa
dan panas pada cooling tower. Besarnya laju perpindahan massa dan panas
ini dipengaruhi oleh luas daerah kontak antara fluida panas dan fluida dingin,
waktu kontak, kecepatan fluida, dan temperatur fluida.
Terdapat beberapa peluang dalam meningkatkan efisiensi kerja pada wet
cooling tower. Dalam makalah ini, penulis ingin membahas atau mengkaji
peluang yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efsiensi kerja wet cooling
toweryang ditinjau dari jenis bahan isian, sudut kemiringan packing, dan sudut
kemiringan sekat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan efisiensi wet cooling tower ditinjau dari jenis
packing, sudut packing, dan sudut sekat.
1.3 Batasan Masalah
Pengkajian peningkatan efisiensi wet wet cooling tower tipe induced draft
dengan aliran counter flow berdasarkan jenis packing, sudut kemiringan
packing, dan sudut sekat.
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis packing pada sistem wet cooling tower.
2. Untuk mengetahui pengaruh sudut kemiringan packing terhadap efisiensi
wet cooling tower.
3. Untuk mengetahui pengaruh sudut sekat terhadap efisiensi pada wet
cooling tower.
1.5 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengaruh jenis packing pada sistem wet cooling tower.
2. Dapat mengetahui pengaruh sudut packing terhadap efisiensi pada wet
cooling tower.
3. Dapat mengetahui pengaruh sudut kemiringan sekat terhadap efisiensi wet
wet cooling tower.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Karakteristik Wet Cooling Tower
Menara pendingin basah adalah peralatan pembuang kalor berdasarkan
mekanisme pendinginan air dengan menggunakan udara yang berkontak secara
langsung dan menguapkan sebagian air tersebut (Stoecker, F.W dan Jerold W.J:
1987). Aliran udara di menara pendingin basah terjadi dengan atau tanpa bantuan
kipas (fan), dengan arah aliran udara searah (parallel flow) atau aliran berlawanan
arah (counter flow) dengan jatuhnya air. Menara pendingin basah aliran lawan
arah yang tanpa menggunakan kipas tergolong menara pendingin jujut alami
(natural draft) dan yang menggunakan kipas disebut menara pendingin jujut
mekanik (mechanical draft). Menara pendingin basah jujut mekanik aliran lawan
arah masih dibagi menjadi menara pendingin basah induced draft dan forced
draft, dengan ciri-ciri menara pendingin jujut mekanik ditunjukkan Tabel 1.
Tabel 2.1.Ciri-ciri jenis menara pendingin jujut mekanik
Jenis menara
pendinginKeuntungan Kerugian
Jujut dorong (forced
draft) udara dihembus
kemenara oleh fan di
saluran udara masuk
1. Cocok untuk resistansi
udara yang tinggi karena
adanya fan dengan
blowersentrifugal
2. Fan relatif tidak berisik
Resirkulasi, laju udara
masuk tinggi dan keluar
rendah, diselesaikan dgn
menempatkan menara di
ruangan pabrik digabung
dgn saluran buang
Aliran melintang jujut
isap (induced draft):
1. Air masuk pada
puncak dan melewati
isian
2. Udara masuk dari
salah satu sisi (menara
aliran tunggal), atau pada
sisi berlawanan (aliran
ganda)
3. IDF mengalirkan
udara melintas isian
menuju saluran keluar
pada puncak
Lebih sedikit resirkulasi
darripada menara forced
draft sebab kecepatan
keluarnya udara 3 hingga 4
kali lebih tinggi daripada
udara masuk
Fan dan mekanisme
penggerak motor
dibutuhkan yang tahan
cuaca terhadap embun
dan korosi sebab mereka
berada pada jalur udara
keluar yang lembab
Aliran berlawanan jujut
isap (induced draft). Air
panas masuk pada
puncak. Udara masuk
dibawah dan keluar
pada puncak
menggunakan FDF dan
IDF
Ket : FDF = forced draftfan; IDF = induced draft fan(Peralatan Energi Listrik:Menara Pendingin Pedoman Efisiensi Energiuntuk Industri di Asia- www.energyefficiencyasia.org diunduh padatanggal 23-2-2010)
Pada menara pendingin basah induced draft aliran lawan arah sebagian air
diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir.
Sebagai akibatnya, air yang tersisa didinginkan secara signifikan(Gambar 2.1).
Menara pendingin basah mampu menurunkan suhu air lebih rendah dari
jenis peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti
radiator dalam mobil atau menara pendingin kering. Pembuangan kalor sensibel
ke udara lebih besar pada cuaca dingin dibandingkan cuaca panas.
Gambar 2.1. Skema sistemwet cooling tower(Laboratorium Nasional Pacific Northwest, 2001)
Kehilangan sebagian air sirkulasi karena penguapan diantisipasi dengan
sistem air tambahan (make-up water). Air tambahan juga untuk pengganti hembus
buang (blowdown), dan hanyutan (drift). Hembus buang biasanya 20%, dan
hanyutan 2 sampai dengan 2,5% dari kehilangan air karena penguapan. Sistem
distribusi air menara pendingin basah induced-draft aliran lawan arah
menyemprotkan air menggunakan nosel ke inti menara dimana udara berhembus
naik untuk bersinggungan secara langsung dengan udara. Inti dari menara
merupakan tempat terjadinya perpindahan panas dan juga massa sehingga air akan
menjadi lebih dingin. Inti menara ada yang dilengkapi dengan isian (fill) dan ada
yang tanpa isian (Gambar 2.2.).
Gambar 2.2.Wet Cooling Tower Induced Draft Counter Flow
2.2Packing pada Wet Cooling Tower
Dalam menara pendingin, air panas didistribusikan diatas media pengisi
dan didinginkan melalui penguapan ketika menuruni menara dan bersentuhan
secara langsung dengan udara. Media pengisi akan berdampak pada pemakaian
energi dalam dua cara. Pertama adalah penggunaan listrik untuk memompa ke
atas bahan pengisi dan untuk fan yang menciptakan air draft. Kemudian, adanya
media pengisi yang dirancang secara efisien dengan distribusi air yang cukup,
drift eliminator, fan, gearbox dan motor menyebabkan pemakaian listrik yang
lebih rendah.
Wet cooling tower merupakan suatu alat atau unit yang digunakan untuk
proses pendinginan yang baik. Air pendingin yang berasal dari alat atau sistem
penukar panas didinginkan di menara pendingin dengan cara mengontakkan
dengan udara yang dilewatkan secara berlawanan arah maupun bersilang. Filling
material atau yang lebih dikenal dengan packing merupakan salah satu bagian dari
menara pendingin (wet cooling tower) yang berfungsi untuk mencampurkan air
yang jatuh dengan udara yang bergerak naik.
Dalam menara pendingin, air panas didistribusikan pada media pengisi dan
didinginkan melalui penguapan ketika menuruni menara dan bersentuhan dengan
udara. Umumnya air yang jatuh memiliki suhu yang relatif tinggi, kemudian
berkontak dengan udara yang memiliki suhu lebih rendah dari air sehingga terjadi
pertukaran panas atau kalor.
Pertukaran panas antara air dan udara dipengaruhi oleh luas permukaan
pertukaran panas, lamanya waktu pertukaran panas dan turbulensi dalam air
mempengaruhi kesempurnaan pencampuran. Oleh sebab itu, filling material harus
dapat menimbulkan kontak yang baik antara air dan udara agar terjadi laju
perpindahan kalor yang baik.
Filling material ini mempunyai peranan sebagai pemecah air menjadi satu
butiran-butiran tetes air dengan maksud untuk memperluas permukaan
pendinginan sehingga proses perpindahan panas dapat dilakukan seefisien
mungkin. Semakin besar pertukaran panas yang terjadi, maka semakin efektif pula
kerja suatu menara pendinginnya.
Terdapat tiga jenis bahan pengisi, yakni:
1. Bahan pengisi jenis percikan (Splash fill)
Media pengisi splash menciptakan perpindahan panas yang dibutuhkan
melalui cipratan air diatas media pengisi menjadi butiran air yang kecil. Luas
permukaan butiran air adalah luas permukaan perpindahan kalor dengan udara.
Bahan pengisi percikan dari plastik memberikan perpindahan kalor yang lebih
baik daripada bahan pengisi percikan dari kayu.
Gambar 2.3.Splash fill
2. Bahan pengisi jenis film (Film fill)
Terdiri dari permukaan plastik tipis dengan jarak yang berdekatan dimana
diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan film yang tipis dan
melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat berbentuk datar,
bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Pada bahan pengisi film, air
membentuk lapisan tipis pada sisi-sisi lembaran pengisi. Luas permukaan dari
lembaran pengisi adalah luas perpindahan kalor dengan udara sekitar.
Gambar 2.4. Film fill
3. Bahan pengisi sumbatan rendah (Low-clog film fill)
Bahan pengisi sumbatan rendah dengan ukuran flute yang lebih tinggi, saat
ini dikembangkan untuk menangani air yang keruh. Jenis ini merupakan pilihan
terbaik untuk air laut karena adanya penghematan daya dan kinerjanya
dibandingkan tipe bahan pengisi jenis percikan konvensional.
Gambar 2.5.Low-clog film fill
Kinerja menara pendingin dievaluasi untuk mengkaji tingkat approach dan
cooling range saat ini, identifikasi area terjadinya pemborosan energi dan
memberikan saran perbaikan. Selama evaluasi kinerja, peralatan pemantauan yang
portable digunakan untuk mengukur parameter-parameter berikut:
a) Suhu udara bola basah (wet bulb)
b) Suhu udara bola kering (dry bulb)
c) Suhu air masuk menara pendingin
d) Suhu air keluar menara pendingin
e) Suhu udara keluar
ƒ) Laju alir air
g) Laju alir udara
Parameter terukur tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kinerja
menara pendingin dengan beberapa cara. Yaitu:
a) Rangeatau cooling range (lihat Gambar 2.6.)
Merupakan perbedaan antara suhu air masuk dan keluar menara pendingin.
Range yang tinggi berarti bahwa menara pendingin telah mampu menurunkan
suhu air secara efektif, dan kinerjanya bagus.
b) Approach (lihat Gambar 2.6.)
Merupakan perbedaan antara suhu air dingin keluar menara pendingin dan
suhu bola basah lingkungan (wet bulb ambient). Semakin rendah approach
semakin baik kinerja menara pendingin. Walaupun range dan approach harus
dipantau, approach merupakan indikator yang lebih baik untuk kinerja menara
pendingin.
Gambar 2.6. Range dan approach menara pendingin
c) Efektivitas.
Merupakan perbandingan antara range dan range ideal (dalam persentase),
yaitu perbedaan antara suhu masuk air pendingin dan suhu wet bulb ambien, atau
dengan kata lain adalah =Range/(Range+Approach). Semakin tinggi perbandingan
ini, maka semakin tinggi efektivitas menara pendingin.
d) Kapasitas pendinginan.
Merupakan panas yang dibuang dalam kkal/jam, atau kJ/s, sebagai hasil
dari laju massa air, panas spesifik dan perbedaan suhu.
e) Kehilangan penguapan.
Merupakan jumlah air yang diuapkan selama proses pendinginan.
f) Siklus konsentrasi (C.O.C).
Merupakan perbandingan padatan terlarut dalam air sirkulasi terhadap
padatan terlarut dalam air make up.
g) Kehilangan hembus buang (Blowdown).
Tergantung pada siklus konsentrasi, kehilangan penguapan.
h) Perbandingan Cair/Gas (Liquid/Gas, L/G).
Perbandingan L/G merupakan rasio laju alir massa air (liquid) dan udara
(gas). Menara pendingin memiliki nilai desain L/G tertentu. Namun karena
pengaruh cuaca atau musim, perlu pengaturan dan perubahan laju aliran air dan
udara untuk mendapatkan efektivitas terbaik. Pengaturan dapat dilakukan dengan
perubahan beban kotak air atau pengaturan sudut siripnya. Aturan termodinamika
juga mengatakan bahwa panas yang dibuang dari air harus sama dengan panas
yang diserap oleh udara sekitarnya.
2.3 Sudut Kemiringan Packing pada Wet Cooling Tower
Sudut kemiringan adalah sudut yang mempengaruhi laju alir , serta waktu
kontak yang berada pada packing. Apabila sudut kemiringan packing semakin
miring maka laju alir yang di lalui semakin lama dan waktu kontaknya semakin
lama juga maka air proses yang dihasilkan akan semakin dingin , dan apabila
semakin kecil sudut susunan packing yang disusun maka semakin efektif
perpindahan panas yang akan terjadi karena semakin besar luas permukaan air
yang terkontak mengakibatkan keefektifan perpindahan panasnya akan semakin
efektif.
2.4 Sudut Kemiringan Sekat pada Wet Cooling Tower
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi nilai unjuk kerja atau efisiensi
dari sebuah wet cooling tower. Kinerja wet cooling tower dapat bergantung pada
beberapa hal, diantaranya adalah luas permukaan air dan waktu kontak air
bersinggungan dengan udara. Demikian pula dengan kecepatan udara yang
mengalir melewati wet cooling tower dan arah laju aliran udara terhadap tetesan
air.Salah satu hal yang mempengaruhi efisiensi wet cooling tower adalah sudut
kemiringan sekat. Dalam hal ini, kemiringan sekat berkaitan erat dengan waktu
yang diperlukan untuk permukaan air yang terbuka untuk bersinggungan dengan
udara. Setelah sebuah menara pendingin dipasang ditempatnya sangat sulit untuk
memperbaiki kinerja energinya.
Pada kebanyakan kasus, suhu operasi yang rendah dikehendaki untuk
meningkatkan efisiensi proses. Ukuran dan harga menara pendingin meningkat
dengan meningkatnya beban panas. Suhu bulb temperature merupakan faktor
penting dalam kinerja peralatan pendingin air yang teruapkan, sebab merupakan
suhu terendah dimana air akan didinginkan. Oleh karena itu, suhu wet bulb udara
yang masuk ke menara pendingin menentukan tingkat suhu operasi minimum
seluruh pabrik, proses, atau sistem.
Variasi besar kecilnya suatu sudut kemiringan sekat dalam wet cooling
tower dapat mempengaruhi beda suhu aliran air panas. Beda sudut kemiringan
sekat ini akan mempengaruhi proses pendinginan air panas. Dengan menggunakan
tipe wet cooling tower induced draft yang memiliki sistem aliran berlawanan,
dimana udara masuk dari bawah sedangkan air masuk dari arah atas. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa aliran udara di bawah akan lebih lancar
sehingga proses pendinginan menjadi lebih baik.Hasil yang diperoleh untuk
melihat pengaruh kemiringan sekat terhadap efisiensi dari wet cooling tower ini
adalah suhu udara dan suhu air. Suhu udara dan suhu air digunakan untuk
mengetahui selisih suhu pendinginan air berdasarkan proses yang terjadi.
Berdasarkan variasi sudut kemiringan sekat, akan diperoleh beda
temperatur air dan udara. Beda temperatur diperoleh dari selisih antara suhu
masuk dan suhu keluar. Beda suhu air maksimum terjadi pada sudut kemiringan
sekat yang paling besar sedangkan beda suhu air minimum terjadi pada sudut
kemiringan sekat paling kecil. Sehingga semakin besar sudut kemiringan sekat,
maka semakin besar beda suhu air. Beda suhu udara merupakan kebalikan dari
beda suhu air. Beda suhu udara maksimum terjadi pada sudut kemiringan sekat
kecil sedangkan beda suhu udara minimum terjadi pada sudut kemiringan sekat
besar.
Dengan adanya variasi sudut kemiringan sekat, maka akan terjadi
perubahan suhu air.Perubahan suhu akibat sudut kemiringan sekat dapat
berpengaruh terhadap perubahan efisiensi wet cooling tower. Berdasarkan
perbedaan suhu dari variasi sudut kemiringan sekat tersebut, perbedaan efisiensi
dari wet cooling tower dapat diperoleh.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan kondisi operasi yang digunakan pada referensi, jenis film fill
merupakan packing yang paling efektif. Nilai desain berbagai jenis packing
ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel 3.1. Nilai desain berbagai jenis bahan pengisi
Faktor Splash Fill Film FillLow Clog
Film Fill
Rasio L/G 1,1-1,5 1,5 - 20 1,4 - 1,8
Luas perpindahan panas
(m2)30 - 45 150 85 - 100
Kebutuhan tinggi bahan
pengisi (m)5 - 10 1,2 - 1,5 1,5 - 1,8
Kebutuhan jumlah udara Tinggi Sangat rendah Rendah
Ada beberapa aspek yang menyebabkan film fill menjadi sangat efektif.
Pertama dilihat dari rasio aliran massa air dan udara. Hal ini dikarenakan jenis ini
memiliki rasio air yang lebih besar dari udara, dengan kata lain udara yang
dibutuhkan untuk proses pendinginan air lebih sedikit dibandingkan dengan
menggunakan jenis splash fill ataupun low-clog film fill. Ini artinya energi yang
digunakan dapat berkurang karena adanya pengurangan tenaga pada fan.
Selanjutnya ditinjau dari luas permukaan, jenis film fill menciptakan permukaan
air yang lebih luas dibanding jenis lainnya, hal ini dikarenakan air yang
diumpankan melewati packing akan membentuk lapisan tipis pada sisi-sisi
lembaran packing sehingga semakin tipis lapisan air tersebut maka akan semakin
besar luas permukaannya. Dengan permukaan yang luas, proses perpindahan
panas akan memakan waktu yang lebih singkat. Selanjutnya dilihat dari
ketinggian packing, jenis film fill merupakan yang terendah. Oleh karena itu,
lapisan packing yang dibutuhkan akan semakin sedikit sehingga akan menghemat
biaya dan memudahkan dalam maintenance.
Sudut kemiringan packing pada cooling tower dapat mempengaruhi
perpindahan panas yang terjadi. Peluang peningkatan efisiensi cooling tower salah
satunya berupa perubahan sudut penyusun packing. Pada kondisi operasi yang
sama, semakin kecil sudut susunan packing maka semakin efektif perpindahan
panas yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari luas permukaan air yang diinjeksikan
melewati packing tersebut. Luas permukaan air pada sudut packing terkecil
merupakan luas permukaan yang paling besar dibandingkan dengan sudut-sedut
lainnya, sehingga semakin besar luas permukaan air maka semakin efektif pula
perpindahan panas yang terjadi.
Sudut kemringan sekat pada cooling tower juga dapat mempengaruhi
perpindahan panas. Efisiensi cenderung turun jika sudut kemiringan sekat
bertambah. Efisiensi maksimum terjadi pada sudut kemiringan kecil sedangkan
efisiensi minimum terjadi pada sudut kemiringan besar. Oleh karena itu, peluang
untuk meningkatkan efisiensi cooling tower adalah dengan memperkecil sudut
kemiringan sekat.
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
1. Penggunakan packing jenis film fill dapat meningkatkan peluang efisiensi wet
cooling tower.
2. Semakin kecil sudut kemiringan packing, maka peluang peningkatan efisiensi
cooling tower akan semakin besar
3. Semakin kecil sudut sekat, maka peluang peningkatan efisiensi cooling tower
akan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. N. 2012. Study the Performance of Different Packing in Open Cooling
Towers. Journal of Engineering and Development. 16(2) : 193-210.
Fuhaid, Naif. 2008. Pengaruh Sudut Kemiringan Sekat Terhadap Unjuk Kerja
Menara Pendingin Air. Jurnal Widya Teknika. 16(2) : 45-53.
Mitrakusuma, Windy Hermawan. 2009. Panduan Kuliah Dasar Refrigerasi.
Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.
Muhammad, D. 2005. Analisa Proses Perpindahan Kalor dan Massa pada
Counter-flow Cooling Tower. Jurnal Teknologi Rekayasa. 1(5) : 39-48.
Mulyono. 2010. Analisa Beban Kalor Menara Pendingin Basah Induced Draft
Aliran Lawan Arah. Jurnal Politeknik Negeri Semarang : 145-151.
Mustaqim, dkk. 2008. Pengaruh Sudut Susunan Elemen Media Pengisi (Packing)
Terhadap Karakteristik Daya Menara Pendingin Kontak Langsung
Udara-Air. Yogyakarta: Pusat Studi Ilmu Teknik UGM.
Nurpatria. 2011. Prosedur Perhitungan Perpindahan Kalor - Massa Simultan
dalam Cooling Tower untuk Penentuan Volume Efektif. Jurnal Teknik
Rekayasa. 12(1) : 70-79.